GLAUKOMA
Oleh :
112018207
Pembimbing:
1
BAB I
PENDAHULUAN
Klasifikasi glaukoma salah satunya bergantung pada pemeriksaan klinis dengan melihat
sudut bilik mata depan dengan menggunakan gonioskopi2. Glaukoma primer adalah glaukoma
yang tidak diketahui penyebab pastinya. Glaukoma primer sudut terbuka biasanya merupakan
glaukoma kronis, sedangkan glaukoma primer sudut tertutup bisa berupa glaukoma sudut
tertutup akut atau kronis.2 Glaukoma sudut terbuka primer biasanya terjadi pada pasien dewasa
yaitu di atas usia 40 tahun.3
Pada tahun 2013, prevalensi kebutaan di Indonesia pada usia 55-64 tahun sebesar 1,1%,
usia 65-74 tahun sebesar 3,5% dan usia 75 tahun ke atas sebesar 8,4%.(3) Angka tersebut
menunjukkan glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua setelah katarak. Berbeda dengan
katarak, kebutaan yang diakibatkan glaukoma bersifat permanen atau tidak dapat diperbaiki
(irreversible). Tingkat risiko penderita glaukoma mengalami peningkatan sekitar 10% pada umur
50 tahun. Hampir separuh penderita glaukoma tidak menyadari bahwa mereka menderita
penyakit tersebut. Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam upaya pencegahan dan penanganan
kasus glaukoma. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2010, diperkirakan
sebanyak 3,2 juta orang mengalami kebutaan akibat glaukoma.1
Glaukoma disebut sebagai “pencuri penglihatan” sebab gejala glaukoma itu sendiri sering
tidak dirasakan oleh penderita. Proses hingga terjadinya kebutaan berjalan lama. Tetapi ketika
penderita sudah merasakan penglihatannya sudah sangat menurun, penyakit ini sudah terlanjur
2
parah. Akhirnya penderita menjadi benar-benar buta. Kebutaan yang terjadi pada glaukoma
bersifat permanen, jadi tidak seperti katarak yang bisa dipulihkan dengan pembedahan. Maka
dari itu, kunci pada terapi glaukoma ini adalah deteksi dini dan pencegahan supaya tidak
berkembang menjadi lebih parah. Deteksi dini sangat penting karena kerusakan saraf mata
bersifat permanent. Terapi glaukoma ialah dengan menurunkan TIO ke tingkat “aman”. Cara
menurunkan TIO dengan cara menurunkan produksi dan/atau menambah pembuangan humor
aqueus. Mentaati anjuran dokter dan disiplin dengan penggunaan obat seumur hidup dapat
mencegah kebutaan.1,2
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Glaukoma adalah kondisi mata yang disebabkan oleh peningkatan abnormal tekanan intraokular.
Tekanan yang tinggi, menyebabkan kompresi saraf optikus saat saraf tersebut keluar dari bola mata
sehingga menyebabkan kematian serabut saraf. Pada beberapa kasus, glaukoma dapat terjadi walaupun
tekanan intraokular normal. Jenis glaukoma ini berkaitan dengan penyebab lain kerusakan saraf optikus.
Tiga faktor yang menetukan tekanan intraokular (lOP):3
2.2 Epidemiologi
Glaukoma menduduki peringkat kedua sebagai penyebab kebutaan di dunia, dengan
persentase sebanyak 8%, dan glaukoma juga merupakan penyebab ketiga terbanyak gangguan
pengelihatan dengan persentase sebesar 2% setelah katarak dan kelainan refraksi. Di Asia
sendiri, prevalensi glaukoma berkisar antara 2,4-5%. Menurut WHO, sekitar 45 juta orang di
dunia menderita glaukoma sudut terbuka, dan 16 juta orang lainnya menderita glaukoma sudut
tertutup. Dan pada tahun 2020, angka tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 59 dan 21
juta orang. Kebutaan yang diakibatkan oleh glaukoma sudut terbuka berkisar sebanyak 4,5 juta
orang dan karena glaukoma sudut tertutup sebanyak 3,9 juta orang. Banyaknya orang yang tidak
mengetahui bahwa dirinya menderita glaukoma, dan datang pada stadium lanjut ketika
penyempitan lapang pandang mulai terjadi. Sekitar 50% kasus glaukoma di Amerika Utara, dan
95% kasus glaukoma di negara berkembang tidak terdeteksi.4
4
kecepatan produksi ini dapat bervariasi berdasarkan variasi diurnal yaitu biasanya tekanan bola
mata tinggi pada pagi hari.4 Aquous berperanan menentukan tekanan bola mata. Tekanan
intraokular yang normal adalah 10-20 mmHg. Komposisi akuos sama dengan komposisi plasma
kecuali lebih tingginya konsentrasi askorbat, piruvat, dan laktat, sedangkan konsentrasi protein,
urea, dan glukosa lebih rendah dari plasma. Tekanan osmotiknya pun sedikit lebih tinggi dari
plasma darah.4
Cairan akuos mengisi camera oculi anterior (COA) dan camera oculi posterior (COP).
Cairan akuos diproduksi oleh prosesus siliaris dan kemudian dicurahkan ke COP. COP dibatasi
oleh permukaan belakang iris, korpus siliaris, badan kaca, dan lensa. Dari COP, cairan akuos
dialirkan menuju ke COA melalui pupil. COA dibatasi oleh permukaan depan iris, kapsul lensa,
dan kornea. Pada tepi COA terdapat sudut iridokorneal (sudut antara iris dan kornea), dan pada
apeksnya terdapat kanalis Schlemm. COA dihubungkan dengan kanalis Schlemm melalui
anyaman trabekulum (trabeculum meshwork). Adapun fungsi cairan akuos adalah memberikan
nutrisi ke organ avaskular yaitu kornea dan lensa, serta mempertahankan bentuk bola mata.5
Dari COA, cairan akuos dibuang melalui trabekulum menuju kanalis Schlemm, kemudian
ke sistem vena episklera untuk kembali ke jantung. Trabekula terdiri dari jaringan kolagen dan
elastin yang dilapisi oleh sel trabekular yang membentuk filter dimana semakin menuju kanalis
schlemm maka akan semakin kecil ukurannya. Ada dua jalur aliran keluar akuos. Pertama, akuos
keluar melalui jalur trabekula. Jalur ini merupakan jalur utama dimana 90% aliran keluar akuos
melalui jalur ini melalui kanalis schlemm dan berlanjut ke sistem vena (Gambar 1). Jalur kedua
adalah jalur uveoscleral. Pada jalur ini, akuos melewati celah antara otot siliaris menuju ke
rongga suprakoroid kemudian menuju ke vena yang terdapat pada badan siliaris, koroid dan
sklera.4
5
Gambar 1. Sirkulasi aqueous humor5
Pada glaukoma, perjalanan cairan akuos tidak lancar sehingga terjadi ketidakseimbangan
antara produksi dan pembuangan. Volume cairan akuos sangat menentukan TIO, apabila
produksinya berlebih atau pembuangannya terganggu maka TIO akan meningkat. Sesuai dengan
hukum Pascal, tekanan yang tinggi dalam ruang tertutup akan diteruskan ke segala arah dengan
besar yang sama, termasuk ke belakang. Saraf optik yang berada di belakang akan terdesak dan
lambat laun akan mengalami atrofi.4
Gangguan dinamika cairan akuos akan mengakibatkan perubahan TIO. Produksi cairan
akuos yang meningkat tetapi aliran dan pembuangannya normal, atau produksi berlebih dan
pembuangan terganggu dapat menaikkan TIO. Hambatan pada aliran humor aqueus juga
meningkatkan TIO, misalnya blokade (hambatan) pada pupil, dengan faktor predisposisi yaitu
kontak iris dengan lensa luas sehingga terjadi blokade aliran dari COP ke COA (seperti pada
sinekia posterior), dan iris perifer terdesak ke arah sudut iridokorneal sehingga sudut tersebut
tertutup. Midriasis akan menyebabkan sudut iridokorneal tertutup. Pada pemberian sulfas atropin
yang menyebabkan midriasis, iris menutup sudut bilik mata depan sehingga aliran cairan akuos
terganggu. Selain itu, pada orang tua yang menderita katarak imatur/insipien yang menyebabkan
intumesensi lensa (lensa membengkak karena cairan meresap ke dalamnya), bilik mata
dipersempit ke depan dan mengakibatkan glaukoma sudut tertutup. Pembuangan cairan akuos
terdiri dari 2 aliran yaitu aliran trabekular (80 – 89%) dan aliran uveoskleral (5 – 15%).
6
Kenaikan TIO dapat juga terjadi karena adanya hambatan pada pembuangan cairan akuos.
Hambatan ini dapat terjadi sebelum anyaman trabekulum, pada anyaman trabekulum, kanalis
Schlemm (83-89%), saluran kolektor, dan vena episklera.4
Akibat yang ditimbulkan oleh glaukoma dapat dinilai dari kerusakan lapang pandangan.
Pada fase awal, yang terganggu adalah lapang pandang perifer. Pada saat ini umumnya penderita
tidak sadar akan kerusakan yang terjadi karena tidak mempengaruhi tajam penglihatan sentral.
Makin lama akan meluas ke tengah sampai lapang pandangan sangat sempit (penglihatan lubang
jarum/pinhole vision), sampai benar-benar hilang (buta). Glaukoma diklasifikasikan menjadi
glaukoma primer sudut terbuka, glaukoma primer sudut tertutup, glaukoma sekunder sudut
terbuka, glaukoma sekunder sudut tertutup, dan glaukoma kongenital.4
Glaukoma dengan etiologi tidak pasti, dimana tidak didapatkan kelainan yang merupakan
penyebab glaukoma. Glaukoma ini didapatkan pada orang yang telah memiliki bakat bawaan
glaukoma, seperti:6
- Bakat dapat berupa gangguan fasilitas pengeluaran cairan mata atau susunan anatomis
bilik mata yang menyempit.
- Mungkin disebabkan kelainan pertumbuhan pada sudut bilik mata (goniodisgenesis),
berupa trabekulodisgenesis, iriodisgenesis, dan komeodisgenesis dan yang paling sering
berupa trabekulodisgenesis dan goniodisgenesis.
Glaukoma primer bersifat bilateral, yang tidak selalu simetris dengan sudut bilik mata terbuka
maupun tertutup, pengelompokan ini berguna untuk penatalaksanaan dan penelitian. Untuk
setiap glaukoma di perlukan pemeriksaan gonioskopi.4
7
Gambar 2. Klasifikasi glaukoma5
Glaukoma primer sudut terbuka merupakan neuropati optic yang bersifat kronik, progresif,
yang ditandai kerusakan saraf optic dan kelainan lapangan pandang yang khas. Faktor resiko
yang paling penting adalah tekanan intra ocular (TIO), faktor lain yang ikut berperan dalam
penyakit ini adalah ras, tebal kornea sentral, umur dan adanya riwayat keluarga yang menderita
glaucoma. Terdapat penyakit lain yang berhubungan dengan glaucoma ini, yaitu myopia,
diabetes mellitus, penyakit kardiovaskular dan oklusi vena retina (kalainan retina).4
8
Keadaan ini disebut sebagi glaucoma primer karena tidak diketahui penyebab yang
jelas/idiopatik. Glaucoma ini biasanya bersifat genetic yang diturunkan secara poligenik atau
multifactorial. Hambatan aliran akuos terjadi pada trabekulum itu sendiri, yaitu pada celah-celah
trabekulum yang sempit sehingga cairan akuos tidak dapat keluar dari bola mata dengan lancer.
Sempitnya celah-celah trabekulum itu disebabkan oleh timbunan matriks intraseluler.4
Glaucoma primer sudut terbuka biasanya bersifat bilateral, perjalanannya progresif sangat
lamban, sifatnya tenang dan sering tidak menimbulkan keluhan sehingga sulit untuk menegakkan
diagnosis pada stadium dini. Kalau penderita sudah mulai mengeluh dan datang ke dokter,
biasanya penyakitnya sudah dalam keadaan lanjut dengan lapangan pandangan sangat sempit.
Gejalanya tidak ada atau sangat ringan, biasanya keluhannya hanya rasa tidak nyaman atau pegal
di mata. Penglihatan tetap jelas pada fase awal, karena penglihatan sentral belum terlibat.
Selanjutnya lapangan pandang mulai menyempit. Dalam perjalanannya, defek lapang pandangan
dapat berakhir dalam bentuk defek hemifield superior atau inferior, atau bahkan hilangnya
seluruh kemampuan penglihatan kecuali sisa berupa “pulau penglihatan” (island of vision)
disentral atau temporal. Sisa penglihatan di sentral ini diistilahkan sebagai tunnel vision, seperti
melihat melalui lubang kunci atau tabung. Penglihatan sentral dapat tetap 6/6, tetapi penderita
berjalan menabrak-nabrak serta kurang dapat dapat melihat benda-benda di sampingnya yang
berada dalam lapang pandangan perifer. Pada kondisi lanjut akhirnya penderita dapat buta
permanen.4
Gambar 3. Ilustrai perburukan lapang pandangan yang terjadi pada glaucoma: dari normal,
penyempitan, hingga tunnel vision (paling kiri).7
Pemeriksaan pada mata didapatkan mata tampak normal, konjungtiva tidak merah, kornea
jernih, COA dalam, dan pupil normal. Funduskopi menunjukkan atrofi papil saraf optic (C/D
9
≥0,6). Semakin luas lekukan (semakin besar nisbah C/D), menandakan atrofi semakin parah.
Dapat ditemukan tanda-tanda papil glaukomatosa yang lain yaitu lamina cribrosa tampak jelas,
atrofi retina peripapil, gambaran bayonet, nasalisasi pembuluh darah dan penipisan bangkai saraf
optic. Tekanan intraocular lebih dari 21 mmHg. Pada pemeriksaan neurooftalmologis
menggunakan perimeter menunjukkan adanya kelainan lapang pandang dan atau skotoma yang
khas yaitu skotoma di daerah Bjerrum, defek arkuata, nasal step dan pinhole vison pada fase
akhir.4
Penanganan glaucoma primer sudut terbuka adalah dengan menurunkan TIO hingga ±20-
50% dari TIO awal, tekanan yang didapatkan diharapkan merupakan tekanan yan aman bagi
penderita, selanjutnya disebut sebagai tekanan target penurunan TIO, yang dapat dilakukan
dengan obat atau dilakukan operasi menggunakan laser atau operasi dengan pisau. Setelah
dicapai tekanan target, lapangan pandang perlu diperiksa tiap 6-12 bulan untuk mengontrol
apakah ada kerusakan lebih lanjut. Jika masih terjadi kerusakan pada tekanan target tersebut
maka TIO harus diturunkan lagi sampai dicapai tekanan target yang lebih rendah sampai tidak
terjadi terjadi progresivitas kerusakan saraf optic kalau perlu dilakukan operasi filtrasi
(pembuatan saluran) untuk mengalirkan cairan akuos ke subkonjungtiva. Operasi ini dilakukan
bila TIO tidak dapat diturunkan dalam batas tekanan target setelah pemberian obat-obatan,
sementara lapang pandang terus memburuk. Jenis operasi filtrasi antara lain trepanasi,
sklerektomi, trabekulektomi dan pemasangan tube implant. Operasi menggunakan laser yang
dapat dilakukan pada glaucoma ini adalah trabekuloplasti laser Argon dan trabekuloplasti
selektif. Sebagian besar dari penderita glaucoma primer sudut terbuka visusnya dapat bertahan
jika ditemukan pada fase awal dan diterapi dengan adekuat dan teratur.4,6
Glaucoma tensi normal merupakan variasi dari POAG yang ditandai dengan adanya papil
glaukomatosa dan defek lapangan pandang, akan tetapi TIO <22 mmHg. Patogenesisnya
mungkin disebabkan sensitivilas abnormal terhadap tekanan intraokular atau abnormalitas dari
saraf optik, atau murni dari penyakit vaskuler. Penyakit ini mungkin diwariskan, glaukoma
tekanan normal umunya terdapat di jepang. Faktor resiko terjadinya glaucoma tensi normal,
kebanyakan diderita oleh individu dengan kelainan kardiovaskular, hal ini dapat dibuktikan
dengan sering terjadinya migraine, akral dingin, nocturnal hipotensi, sleep apnea syndrome,
10
abnormalities system hemoreologi, dan pernah ditemukan juga pada individu pasca shock
hypovolemia. Penatalaksanaannya dengan cara menurunkan TIO 20-30% dari tekanan awal
disamping menangani penyakit yang mendasarinya.4
Serangan akut dari penyakit ini sering tidak terduga dan biasanya pasien tidak pernah
mengeluh adanya kelainan mata sebelumnya dan glaucoma ini merupakan keadaan yang
termasuk benar-benar emergensi dakam bidang oftalmologi. Kadang-kadang terjadi gejala awal
yaitu tajam penglihatan turun, rasa sakit ringan di sekitar mata dan adanya “halo” yaitu terlihat
warna pelangi di sekitar lampu. Tahap selanjutya adalah timbulnya rasa sakit di mata terutama
daerah supraorbital yang meluas kearah belakang mata sampai ke kepala. Pada saat itu akan
terjadi mual, muntah, berkeringat, bradikardi, visus sangat turun dan timbul kepanikan pada
penderita.4
Pada pemeriksaan didapatkan visus turun akibat edema kornea, mata merah karena
kongesti, pupil midriasis dengan reflex negative, edema kornea, kamera anterior dangkal dan
TIO tinggi dapat mencapai 40-90 mmHg. Biasanya juga disertai tanda inflamasi di kamera
anterior lain yaitu ditemukannya suar (flare) dan sel pada humor akuos. Pada kasus yang pernah
mengalami serangan akut sebelumnya, dapat dijumpai kekeruhan pada lensa yang berupa bercak-
bercak putih abu-abu terletak di subscapular anterior yang disebut “glaukom-flecken”. Pada fase
akut, pemeriksaan gonioskopi dan pemeriksaan fundus sering tidak dapat dinilai karena adanya
edema kornea, jika dimungkinkan pemeriksaan fundus maka akan didapatkan gambaran papil
yang normal atau edema, kadang-kadang disertai perdarahan.4
Penanganan glaucoma sudut tertutup akut mempunyai dua tujuan yaitu membuka
kembali sudut dalam arti memisahkan kotak antara iris dan anyaman trabekulum dan tujuan yang
kedua adalah menghilangkan faktor penyebab terjadinya blok pupil atau mencegah terjadinya
kontak iris trabekulum lagi. Pada kondisi TIO sangat tinggi tersebut perlu dilakukan penurunan
TIO menggunakan obat pengurang produksi humor akuos dan obat pengurang volume vitreous
yaitu hiperosmotik. Obat hiperosmotik dapat menurunkan TIO dengan cepat dengan mekanisme
mengurangi volume vitreous. Jenis obat hiperosmotik yang tersedia adalah gliserol 50% dengan
11
dosis 1-1,5 g/kgBB (2-3 ml/kgBB) diberikan per oral 1 kali, tetapi obat ini dapat menyebabkan
mual muntah.4
Tindakan penekanan kornea bagian sentral menggunakan lidi kapas atau menggunakan
lensa gonioskop selama 30 detik kadang-kadang dapat membuka sudut iridokornea yang tertutup
steroid topical dapat ditambahkan untuk mengurangi reaksi inflamasi, dan dapat diberikan
analgetik oral. Pada saat serangan TIO tinggi sudah dapat diatasi dan kornea sudah cukup jernih
maka perlu dilakukan iridotomi menggunakan laser Argon atau Nd-YAG, atau iridektomi perifer
insisional untuk melancarkan aliran humor akuos dari kamera posterior ke kamera anterior
sehingga hambatan aliran humor akuos akibat blok pupil dapat teratasi. Pada keadaan sudah
terjadi sinekia anterior perifer maka dapat dilakukan iridoplasti untuk melepaskan sinekia
tersebut, jika sudut tetap tidak terbuka maka harus dilakukan operasi filtrasi misalnya
trabekulektomi. Kasus akut yang sudah berlangsung selama 3 hari atau lebih biasanya tidak
berhasil diatasi hanya dengan laser.4
Gejala klinis mirip dengan POAG yaitu sebagian besar kasus tanpa keluahan kecuali lapang
pandang menyempit sampai kebutaan. Kadang terasa pegal di mata dan sakit kepala ringan. Pada
pemeriksaan didapatkan segmen anterior tenang, COA dangkal dengan gonioskopi sudut
tertutup, papil saraf optic menunjukkan gambaran glaucoma kronis yaitu terdapat pelebaran
cupping, lamina cribrosa nyata, tampak fenomena Bayonet, penipisan rim papil dan TIO >21
mmHg. Pemeriksaan lapang pandangan dapat dijumpai skotoma khas glaucoma kronis, misalnya
skotoma Bjerrum, defek arkuata dan skotoma cincin.4
Glaucoma sekunder adalah glaucoma yang disebakan karena penyakit lain, bisa penyakit
local pada mata atau penyakit sitemik. Pada glaukoma sekunder tekanan itraokular biasanya
meningkat karena tersumbatnya anyaman trabekula. Anyaman trabekula dapat tersumbat oleh:8
12
- Deposisi bahan-bahan yang dihasilkan oleh epitel lensa, iris, dan padan siliar pada jalinan
trabekula ( glaukoma pseudoeksfoliatif)
- Obat-obatan yang meningkatkan retensi jaringan (glaukoma terinduksi steroid)
Glaukoma sekunder juga dapat disebabkan oleh trauma tumpul mata yang merusak sudut (resesi
sudut). Penutupan sudut juga dapat menjadi penyebab pada beberapa glaukoma sekunder:
- Pembuluh darah iris abnormal dapat mengobstruksi sudut dan menyebabkan iris melekat
pada komea perifer sehingga menutup sudut (rubeosis iridis). Ini dapat terjadi bersama
dengan retinopati diabetic proliferative atau oklusi vena retina sentrsi akibat difusi ke depan
faktor vasoproliferatif dari retina yang mengalai iskemia.
- Melanoma koroid yang besar dapat mendorong iris kedepan mendekati komea perifer
sehingga menyebabkan serangan akut glaukoma sudut tertutup.
- Katarak dapat membengkak dan mendorong iris kedepan sehingga menutup sudut drainase.
- Uveitis dapat menyebabkan iris menempel ke jalinan trabekula.
- Glaukoma congenital primer: kelainan perkembangan yang terbatas pada sudut bilik mata
depan.
- Anomaly perkembangan iris dan komea.
- Berbagai kelainan termasuk arinidia, neurofibromatosis, sindrom strugeweber, sindrom lowe
dan rubella congenital.
Glaukoma kongenital bermanifestasi sejak lahir pada 50% kasus, didiagnosis pada 6 bulan
pertama (70% kasus) dan pada akhir tahun pertama (80% kasus). Gejala paling dini dan paling
sering adalah epifora. Dapat dijumpai fotofobia dan pengurangan kilau komea, pupil juga tidak
berespon terhadap cahaya. Peningkatan tekanan intraocular adalah tanda cardinal. Pencekungan
diskus optikus akibat glaukoma merupakan kelainan yang terjadi relatif dini dan terpenting.
Temuan-temuan lanjut adalah peningkatan garis tengah komea (melebihi 11,5 mm dianggap
bermakna), edema epitel, robekan membrane descement, dan peningkatan kamera anterior
13
(disertai oleh penigkatan generalisata segmen anterior mata) serta edema dan kekeruhan stroma
kornea.4
Glaukoma Akut:5
Glaukoma Kronik:5
Glaukoma Kongenital
- Mata berair berlebihan, peningkatan diameter komea (buftalmos), komea berawan karena
edema epitel, terpisahnya membrane descement.
14
- Usia
Glaukoma merupakan salah satu penyebab kebutaan yang umumnya menyerang orang
bemsia dialas 40 tahun. Risiko terkena glaukoma akan meningkat pada umur 40 - 64 tahun
sebesar 1% dan pada umur 65 tahun keatas sebesar 5%. Disebabkan oleh proses degenerasi yang
abnormal, menyebabkan pengendapan bahan ekstrasel didalam anyaman dan dibawah lapisan
endotel canalis schlemm, sehingga menyebabkan penimbunan dan pembendungan terhadap
aliran keluar aqueous humor.
- Jenis Kelamin
Glaukoma sudut tertutup dengan hambatan pupil pada orang kulit putih ditemukan bahwa
pria 3 kali berisiko danpada wanita, sedangkan pada orang kulit hitam, penderita pria sama
resikonya dengan wanita.
- Ras
Resiko terserang glaukoma sangat tinggi pada ras Afrika. Berdasarkan ras, orang kulit hitam
mempunyai resiko 7 kali lebih besar terserang glaukoma dibandingkan orang kulit putih. Pada
orang kulit putih ditemukan bahwa glaukoma primer sudut terbuka, berisiko 4 kali lebih besar
daripada glaukoma primer sudut tertutup, sedangkan pada orang Indonesia glaukoma primer
sudut tertutup berisiko lebih besar daripada glaukoma sudut terbuka
- Riwayat Keluarga
Apabila dalam keluarga ada yang terkena glaukoma, disarankan agar anggota keluarga yang
lain sebaiknya memeriksakan mata secara rutin apabila umur telah lebih dari 40 tahun. Mereka
yang memiliki riwayat glaukoma pada anggota keluarga berisiko 4-8 kali lebih besar untuk
terserang glaukoma. Resiko terbesar terdapat pada hubungan kakak-beradik kemudian hubungan
orang tua dengan anak-anak. Faktor keturunan juga berperan terjadinya keadaan ini karena TIO,
cara pengeluaran akueous dan ukuran diskus optikus dipengaruhi oleh genetik. Secara umum
risiko terjadinya glaukoma pada saudara kandung sekitar 10% sedangkan pada keturunannya
sekitar 4%.
- Diabetes Mellitus
15
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) dipercaya meningkatkan teijadinya resiko terkena
glaukoma. Penderita Diabetes Mellitus (DM), beresiko 2 kali lebih sering terkena glaukoma.
Sebesar 50% dari penderita diabetes mengalami penyakit mata dengan resiko kebutaan 25 kali
lebih. Kondisi hiperglikemi dapat meningkatkan viskositas darah. Peningkatan viskositas akan
menyebabkan peningkatan resistensi aliran darah di vena episklera. Akibatnya, aliran keluar
aqueous humor akan mengalami rintangan sehingga terjadi penumpukan aqueous humor. Hal ini
dapat memicu peningkatan tekanan intraokuli. Hiperglikemi juga memilki efek terhadap komea.
Pada pasien, hiperglikemi didapati pertambahan ketebalan komea. Penebalan komea dapat
menyebabkan penyempitan hambatan aliran aqueous humor. Hambatan tersebut akan memicu
peningkatan tekanan intraokuli.
- Hipertensi
Penderita hipertensi pun berisiko lebih tinggi terserang glaukoma daripada yang tidak
mengidap penyakit hipertensi. Penderita hipertensi, beresiko 6 kali lebih sering terkena
glaukoma. Tekanan darah yang meningkat ini juga terjadi pada arteri-arteri yang memperdarahi
bola mata. Hal ini dapat pula memicu peningkatan tekanan intraokuli.
- Trauma
Kelainan mata seperti kelainan lensa, kelainan uvea, trauma, pembedahan katarak atau
radang mata dan lain-lain, dapat menyebabkan terjadinya glaukoma. Glaukoma sekunder adalah
glaukoma yang dapat disebabkan atau dihubungkan dengan kelainan mata yang telah diderita
sebelumnya atau pada saat itu.
- Miopi
Bentuk anatomi dari mata merupakan faktor kunci untuk berkembangnya glaukoma. Bentuk
anatomi mata orang yang dengan miop (berkaca mata minus) biasanya yang lebih sering terkena
glaucoma.
- Obat-obatan
Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya glaukoma adalah pemakaian obat-obatan
yang mengandung steroid secara rutin dalam jangka waktu yang lama misalnya pemakaian obat
16
tetes mata yang mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler untuk
penderita asthma, obat steroid untuk radang sendi dan pemakai obat yang memakai steroid secara
rutin lainnya. Pemakai obat-obatan steroid secara rutin, sangat dianjurkan untuk memeriksakan
diri ke dokter spesialis mata untuk pendeteksian glaukoma.
- Slit Lamp
Kedalaman sentral dan perifer dari COA harus dievaluasi dengan ketebalan dari kornea.
COA yang memiliki kedalaman kurang dari 3 kali ketebalan kornea pada bagian sentral disertai
kedalam bagian perifer kurang dari ketebalan kornea memberikan kesan sudut yang sempit.
Gonioskopi penting dilakukan untuk evaluasi selanjutnya. Untuk evaluasi kedalaman dari COA
dengan pemeriksaan slit lamp biomiocroscop, pengaturan cahaya yang sempit dipilih. Cahaya
harus mengenai mata pada sudut penglihatan yang sempit dari garis cahaya pemeriksa. Alat
17
untuk imaging dari segmen anterior telah tersedia (Visante OCT, Zeiss) menyediakan gambaran
tomografi dari COA dan ukurannya.5
Tonometri adalah alat untuk mengukur tekanan intraokuler. Dikenal beberapa alat tonometer
seperti tonometer schiotz dan tonometer aplanasi goldman.
o Tonometry Digital
Tonometer digital bersifat subjektif dalam pemeriksaan tekanan bola mata. Dasar
pemeriksaannya adalah dengan merasakan reaksi kelenturan bola mata (balotement) pada
saat melakukan penekanan bergantian dengan kedua jari tangan. Tekanan bola mata
dinyatakan dengan nilai N, N+1, N+2, N+3, dan sebaliknya N-1 sampai seterusnya.5
o Tonometri schiotz
18
Tonometer schiotz merupakan alat yang praktis sederhana. Pengukuran tekanan bola
mata dinilai secar tidak langsung yaitu dengan teknik melihat daya tekan alat pada komea
karena itu dinamakan juga tonometri indentasi schiotz.5
19
Gambar 8. Tekanan bola mata (mmHg) berdasarkan masing-masing beban5
Kelemahan alat ini mengabaikan faktor kekakuan sklera (sclera riginity) cara
yang paling sederhana untuk mengetahui derajat kekakuan sklera iaIah dengan
menggunakan dua macam beban 5.5 dan 10 gram. Bila hasil bacaan dengan beban 10
gram selalu lebih tinggi dibanding hasil bacaan dengan 5.5 gram maka mata tersebut
melakukan kekakuan sklera yang lebih tinggi dari normal dibanding hasil bacaan pada
saat tersebut; sebaliknya bila hasil bacaan lebih rendah dengan beban 10 gram maka mata
tersebut memiliki kekakuan sklera yang lebih rendah dari normal dan berarti tekanan bola
mata yang sebenamya lebih tinggi daripada hasil bacaan pada saat itu. Pemeriksaan
tekanan intraokular dengan tonometer schiotz sebaiknya dilakukan dengan berhati-hati,
karena dapat mengakibatkan lecetnya komea sehingga dapat mengakibatkan keratitis dan
erosi komea.5
o Tonometer aplanasi
Alat ini mengukur tekanan bola mata dengan memberikan tekanan yang akan
membuat rata permukaaan komea dalam ukuran tertentu dan kecil. Alat ini sangat baik
20
karena membuat sedikit sekali perubahan pada permukaan komea atau bungkus bola
mata.
Tonometer aplanasi merupakan alat yang paling tepat untuk mengukur tekanan
bola mata dan tidak dipengaruhi oleh faktor kekakuan sklera. Dikenal draiger dan
goldman aplanasi tonometer. Dasar ilmu fisika alat ini adalah tekanan ^ daya/luas. Bila
sebagian dari bola yang lentur (komea) dibuat mendatar oleh permukaan yang rata
(tonometer aplanasi), maka tekanan didalam bola akan melawan tekanan pendataran ini
dan sama dengan tekanan yang diberikan daya = tekanan x luas. Pada saat ini
21
diperkenalkan tonometer aplanasi dengan memakai jet udara yang akan membuat
permukaan komea rata.5
o Tonometric self-examination
Perkembangan terbaru memungkinkan pasien untuk mengukur tekanan intraocular
sendiri di rumah dimana serupa dengan pengukuran gula darah dan tekanan darah sendiri.
22
Tonometer pasien memungkinkan untuk memperoleh kurva tekanan 24 jam dari beberapa
kali pemeriksaan pada kondisi yang normal setiap hari. Tonometr pasien dapat
diresepkan untuk pasien yang sesuai (seperti pasien dengan meningkatnya risiko
glaukoma akut). Bagaimanapun juga pengggunaan alat memerlukan kemampuan khusus.
Pasien dengan gangguan pada pemakaian tetes mata merupakan petimbangan yang tepat
untuk tidak mencoba menggunakan tonometer pasien. Pasien muda dan memiliki
motivasi yang baik merupakan kandidat yang baik untuk tonometric self-examination.5
Dengan lensa gonioskopi dapat dilihat keadaan sudut bilik mata yang dapat menimbulkan
glaukoma. Penentuan gambaran sudut bilik mata dilakukan pada setiap kasus yang dicurigai
adanya glaukoma. Pemeriksaan ini dilakukan dengan meletakkan lensa sudut (goniolens) di
dataran depan komea setelah diberikan local anestetikum. Lensa ini dapat dipergunakan untuk
melihat sekeliling sudut bilik mata dengan memutamya 360 derajat.5
Teknik gonioscopy terbagi menjadi 2 kategori: direk dan indirek. Direk gionoscopy
dilakukan dengan mikroskop binokular atau slit-pen light, dan sebuah goniolens seperti Koeppe,
Barkan, Wurst, Swan-Jacob, atau lensa Richardson. Direk gonioscopy mudah dilakukan dengan
pasien dalam posisi supinasi. Gonioscopy indirek juga menghilangkan refleksi internal total pada
permukaan kornea. Cahaya yang dipantulkan dari sudut bilik mata melewati ke dalam lensa
23
gonioscopy Indirek dan dipantulkan oleh cermin dalam lensa. Gonioscopy indirek digunakan
dengan pasien pada posisi tegak lurus, dengan pencahayaan dari slit lamp.5
Sudut ruang anterior dibentuk oleh persimpangan komea perifer dan iris, yang terletak antara
trabekuiar meshwork. Susunan dari sudut ini, apakah itu lebar (terbuka), sempit, atau tertutup-
memiiiki hubungan yang penting pada ams keluar air. Lebar sudut bilik mata depan dapat
diperkirakan dengan pencahayaan miring dengan senter kecil atau dengan pengamatan slit lamp
dari kedalaman ruang anterior perifer, tapi yang terbaik adalah ditentukan oleh gonioscopy, yang
memungkinkan visualisasi langsung dari struktur sudut. Jika ada kemungkinan untuk melihat
secara penuh trabekuiar meshwork, scleral, dan iris, artinya sudut terbuka. Jika hanya melihat
garis Schwalbe atau sebagian kecil dari trabecular meshwork berarti sudut sempit. Jika tidak bisa
melihat garis Schwalbe berarti sudut tertutup.5
24
Gambar 12. Pemeriksaan gonioskopi
- Oftalmoskop
Diskus optikus memiliki indentasi yang disebut optic cup. Pada keadaan peningkatan tekanan
intraokular yang persisten, optic cup menjadi membesar dan dapat dievaluasi dengan
oftalmoskop. Pemeriksaan stereoskopik dari diskus optikus melalui slit lamp biomicroscope
dicoba dengan lensa kontak memberikan gambaran 3 dimensi. Optic cup dapat diperiksa
stereoskop dengan pupil yang dilatasi. Nervus opticus memurapakan “glaucoma memory”.
Evaluasi struktur ini akan memberikan informasi pada pemeriksa keruasakan akibat glaukoma
terjadi dan berapa jauh kerusakan tersebut. Optic cup normal, anatomi normal dapat berbeda
jauh. Optic cup besar yang normal selalu bulat dan elongasi vertikal dari optic cup didapatkan
pada mata dengan glaukoma. Pengukuran diskus optikus, area diskus optikus, opticus cup dan
pinggiran neuroretinal (jaringan vital diskus optikus) dapat diukur dengan planimetri pada
gambaran 2 dimensi dari nervus opticus.5
25
progresiv dari diskus optikus pada glaukoma berhubungan dekat dengan peningkatan defek dari
lapang pandang.5
- Perimetri
Perimetri merupakan pemeriksaan yang penting pada glaukoma sudut terbuka. Pemeriksaan
ini digunakan untuk memeriksa ada tidaknya defek lapang pandang baik sentral maupun perifer.
Batas normal lapang pandangan adalah 60o pada daerah superior, 75o pada daerah inferior, 1100
pada ternporal, dan 60o pada daerah nasal.1 Pemeriksaan perimetri yang paling sederhana adalah
dengan menggunakan sebuah layar hitam yang disebut tangent screen. Pasien diminta duduk
dalam jarak dua meter di depan layar tersebut. Kemudian objek digeser perlahan dari tepi ke titik
tengah dan pasien diminta memberitahu saat titik sudah terlihat. Prosedur ini diulangi hingga
mengelilingi 360 derajat.5
26
Gambar 14. Contoh hasil pemeriksaan perimetri5
Pada stadium awal glaukoma sudut terbuka, lapang pandang perifer biasanya belum
terpengaruh, namun lapang pandang sentral dapat mengalami berbagai skotoma. Pada stadium
lanjut, lapang pandang perifer akan terpengaruh mulai dari bagian nasal, kemudian menyebar ke
tengah hingga membentuk tunnel vision dan akan berakhir sebagai kebutaan.5
2.9 Pengobatan
Obat untuk hipotensi okuler dibagi dalam beberapa kelompok berdasarkan struktur kimia
dan kerja farmakologisnya. Kelompok obat yang digunakan dalam kiinis dibagi:
27
- Carbonic Anhydrase Inhibitors (CAIs)
CAIs menurunkan pembentukan aqueous humor dengan aktivitas antagonis langsung pada
epitel siliar carbonic anhydrase. Lebih dari 90% dari enzim epitel siliar aktif untuk menurunkan
produksi cairan dan menurunkan tekanan itraokuler. Agen sistemik dapat diberikan secara oral,
intramuscular, dan intravena. Agen ini sangat berguna pada kondisi yang gawat (contohnya pada
glukoma sudut tertutup akut). Oral CAIs bereaksi dalam 1 jam, maksimal efeknya terjadi dalam
2-4 jam. Pemberian acetazolamide dapat memberikan efek dalam 3-6 jam. Pada pemberian
acetazolamide intravena, efek terlihat dalam 2 menit setelah pemberian obat, dan efek
maksimumnya terjadi dalam 15 menit. Acetazolamid sistemik dan methazolamid adalah CAIs
oral yang paling erring digunakan; agen lain dalam kelompok obat ini adalah dischlorpenamide.8
Tetes mata apraclonidine dan brimonidine. Dapat bekerja untuk menurunkan tekanan vena
episkleral serta memperbaiki aliran keluar jalur trabecular.9
2. Obat tetes mata yang digunakan untuk meningkatkan aliran keluar humor akuos adalah:
- Prostaglandin Analogs
Prostagalandin analog juga sering disebut sebagai penurun tekanan okuler. Istilah lain yang
digunakan untuk kategori kelompok ini adalah prostamide (bimatoprost) dan decosanoid
(unoprostone isopropyl). Sekarang, 4 prostaglandin analog yang digunakan secara klinis adalah
latanoprost, travoprost, bimatoprost, dan unoprostone isopropyl. Semua kelompok obat ini
bekerja dengan cara meningkatkan pengeluaran cairan aqueous humor. Latanoprost dan
travoprost dapat menurunkan tekanan intraokuler 25%-32%, bimatoprost menurunkan tekanan
itraokuler dengan 27%-33%; unoprostone kurang efektif, menurunkan tekanan intraokuler 13%-
18%. Travoprost, latanoprost, dan bimatoprost digunakan sekali dalam sehari, biasanya pada
malam hari, dan kurang efektif digunakan 2 kali sehari; unoprostone digunakan 2 kali sehari.
Efek samping dari golongan obat ini adalah kegelapan dari iris dan periokuler kulit sebagai
hasil dari peningkatan jumlah dari melanosomes dan melanosit.
28
Parasympathomimetic agents, sering juga disebut miotic, digunakan dalam pengobatan
glaukoma lebih dari 100 tahun. Dibagi dalam 2 kelompok:
Kedua agen ini menurunkan tekanan intraokuler dengan membuat kontraksi dari otot siliar
yang melintang, yang memacu sclera utnutk mengencangkan trabekuiar meshwork, sehingga
meningkatkan pengeluaran aqueous humor. Agen ini dapat menurunkan tekanan intraokuler
15%-25%. Indikasi untuk terapi miotik termasuk dalam pengobatan jangka panjang dari
peningkatan tekanan intraokuler pada pasien dengan sudut terbuka dan profilaksis untuk
glaukoma sudut tertutup sebelum iridectomy.4
Efek samping pada penglihatan yang mungkin terjadi adalah peningkatan perdarahan selama
operasi dan peningkatan inflamasi dan memperparah fibrinosa iridocylitis postoperative. Pada
fungsi sistemis dengan indirect-acting, dapat menyebabkan diare, spasme abdomen, peningkatan
kelenjar ludah, bronkospasme, dan kesulitan dalam berkemih.
- Hyperosmotic Agents
Hyperosmotic agen digunakan untuk mengontrol episode akut dalam peningkatan tekanan
intraokuler. Umunya hyperosmotic agent termasuk dalam glycerin oral dan mannitol pemberian
intravena. Ketika diberikan, hyperosmotic agen menurunkan tekanan intraokuler dengan
mmeningkatakan osmolaritas darah, yang membuat gradien osmotik antarah darah dan humor
vitreous, menahan air dari vitreous cavity dan menurunkan tekanan intraokuler. Glycerin dapat di
berikan pada pasien hiperglikemi atau ketoasidosis pada pasien dengan diabetes, karena
metabolism glycerin dalam gula dan keton. Hypoglycemic agen baik digunakan seperti CAIs oal,
tetapi merupakan kontraindikasi pada pasien dengan gagal ginjal atau cuci darah.4
- Kombinasi Pengobatan
Pengobatan dengan kombinasi dan ditempatkan dalam satu botol mempunyai manfaat
potensial dan terbukti baik, lebih nyaman, lebih sesuai dan lebih murah. Kombinasi dari beta
blocker (timolol maleate 0.5%) and topical CAI (dorzolamide 2%), menunjukkan efek yang lebih
29
baik dengan pemberian 2 agen: timolol maleate 0.5% pemberian 2 kali sehari dan trusopt 2%
diberikan 3 kali sehari.7
Penatalaksanaan Pertama
Pengobatan dimulai dengan pemberian topikal tunggal, kecuali bila tekanan intraokuler
mulai sangat tinggi, dalam hal ini 2 atau lebih obat dapat digunakan. Prostaglandin analogs, beta-
blocker, a2-agonist, dan CAIs topical adalah pilihan pertama dalam pengobatan. 1 kali sehari
prostaglandin analogs sangat efektif dalam menurunkan tekanan intraokuler dan mempunyai
riwayat terbaik dalam fungsi sistemik.
Pengobatan medis untuk glaukoma sudut tertutup akut adalah mempersiapkan pasien imtuk
laser iridectomy. Tujuan dari pengobatan ini adalah untuk menurunkan tekanan intraokuler
secara cepat untuk mencegah kerusakan pada saraf optik, membersihkan komea, menurunkan
peradangan intravaskuler, memungkinkan konstriksi pupil, dan untuk mencegah pembentukan
dari posterior dan peripheral sinekia anterior. Pengobatan untuk glaukoma sudut tertutup kronik
sama seperti pengobatan glaukoma sudut terbuka primer.
Laser trabekuloplasti (LTP) adalah teknik yang menggunakan energi laser yang
dijatuhkan pada anyaman trabekula pada titik yang berbeda, biasanya salah satu dari
pinggir anyaman trabekula (180**). Ada berbagai cara yang tersedia, diantaranya argon
laser trabekuloplasti (ALT), diodor laser trabeculoplasty dan selektif laser trabeculoplasty
(SLT). LTP di indikasikan pada pasien glaukoma yang telah mendapat dosis maksimal
obat yang bisa ditoleransi dimana dengan gonioskopi merupakan glaukoma sudut terbuka
dan diharuskan menurunkan tekanan intraokuler. LTP efektif menurunkan tekanan
intraokuler pada glaukoma sudut terbuka primer, glaukoma pigmentasi, dan sindrom
30
pengelupasan kulit. Saat efektif, LTP dapat menurunkan sekitar 20-25% TIO awal
pasien.4
o Selective Laser
o Insisi
Indikasi untuk iridectomy adalah terdapatnya blok dari pupil dan menentukan adanya
blok dari pupil. Laser iridectomy juga diindikasikan untuk mencegah terjadinya blok
pada pupil pada mata yang dianggap mempunyai risiko, ditentukan dengan evaluasi
31
gonioskopi atau karena serangan sudut tertutup pada mata yang sama. Mata dengan
rubeosis iridis aktif akan mengalami perdarahan dalam pembedahan iridectomy. Risiko
perdarahan ini meningkat pada pasien yang mengkonsumsi antikoagulan sistemik,
termasuk aspirin.10
o Cataract Extraction
Ketika blok dari pupil yang berkaitan dengan katarak, ekstraksi lensa mungkin
dianggap sebagai prosedur primer. Meskipun, laser iridectomy mungkin menghentikan
serangan akut dari blok pupil, jadi pembedahan katarak dapat dilakukan dengan aman
dilain waktu.10
BAB III
KESIMPULAN
Glaukoma mencangkup beberapa penyakit dengan etiologi yang berbeda dengan tanda
umum adanya neuropathy optik yang memiliki karakteristik adanya kelainan pada nervus optikus
dan gambaran gangguan lapang pandang yang spesifik. Penyakit ini sering tapi tidak selalu
berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokular. Stadium akhir dari glaukoma adalah
kebutaan.
Glaukoma dibagi menjadi Glaukoma primer sudut terbuka (glaukoma kronis), glaukoma
primer sudut tertutup (sempit / akut), glaukoma sekunder, dan glaukoma kongenital (glaukoma
pada bayi). Glaukoma sudut tertutup primer terjadi apabila terbentuk iris bombe yang
32
menyebabkan sumbatan sudut kamera anterior oleh iris perifer, sehingga menyumbat aliran
humor akueus dan tekanan intraokular meningkat dengan cepat sehingga menimbulkan nyeri
hebat, kemerahan dan kekaburan penglihatan. Glaukoma sudut tertutup primer dapat dibagi
menjadi akut, subakut, kronik, dan iris plateau. Glaukoma akut merupakan kegawat daruratan
mata, yang harus segera ditangani dalam 24 – 48 jam. Jika tekanan intraokular tetap terkontrol
setelah terapi akut glaukoma sudut tertutup, maka kecil kemungkinannya terjadi kerusakan
penglihatan progresif. Tetapi bila terlambat ditangani dapat mengakibatkan buta permanen
Prinsip dari pengobatan glaukoma akut yaitu untuk mengurangi produksi humor akueus
dan meningkatkan sekresi dari humor akueus sehingga dapat menurunkan tekanan intra okuler
sesegera mungkin
DAFTAR PUSTAKA
1. Chaidir Q, Rahmi FL, Nugroho T, Obat KM. Hubungan Tingkat Pengetahuan Penderita
Glaukoma Dengan Ketaatan Menggunakan Obat. Diponegoro Med J (Jurnal Kedokteran
Diponegoro). 2016;5(4):1517–25.
2. Sari YP. Penatalaksanaan Glaukoma Akut Primer Sudut Terbuka. J Kedokt Syiah Kuala.
2018;18(3):172–5.
3. Siswoyo, Susumaningrum LA, Rahayu S. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Upaya
Pencegahan Penyakit Glaukoma pada Klien Berisiko di Wilayah Kerja Puskesmas
Jenggawah Kabupaten Jember. e-Jurnal Pustaka Kesehat. 2018;6(2):285–91
33
4. Prof dr.Suhardjo, SU, SP.M (K), dr. Angela Nurini Agni, Sp.M(K). Buku ilmu kesehatan
mata. Ed 3. Yogyakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Mata Universitas Gadjah Mada, 2017.
5. Lang, GK. 2015. Glaucoma In Ophthalmology A Pocket Textbook Atlas 3rd edition .
Germany. 239-277
6. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2014.
7. The Ophthalmic News and Education Network American Academy of Ophthalmology.
Primary Open-Angle Glaucoma-Asia Pacific. 2013. Diunduh dari: http://one.aao.org/topic-
detail/primary-openangle-glaucoma-asia-pacific#GlobalInformation. 20 January 2021.
8. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. 19th ed. Lange Mc
Graw Hill; 2018.
9. Filippopoulos T. Argon Laser Trabeculoplasty. 2012. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1844064-overview#a15. 20 January 2021.
10. Quigley HA. Glaucoma. Lancet 2011; 377(9774):1367-1377.
34