Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)


DI RUANG ICU RUMAH SAKIT CIREMAI KOTA CIREBON

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Departemen Keperawatan Gawat


Darurat Profesi Program Profesi Ners STIKes Kuningan

Dosen Pembimbing :
TIM

Disusun Oleh :
PUJAWATI OKTAVIA (JNR0200114)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KUNINGAN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

NAMA : PUJAWATI OKTAVIA


CKR : JNR 0200114
KASUS : CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)

1. Definisi
Congestive heart failure terkadang disebut gagal jantung kongestif,
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah cukup untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan.
Gagal jantung merupakan sindrom klinis yang ditandai dengan kelebihan beban
(overload) cairan dan perfusi jaringan yang buruk. Mekanisme terjadinya gagal jantung
kongestif meliputi gangguan kontraktilitas jantung (disfungsi sistolik) atau pengisian
jantung (diastole) sehingga curah jantung lebih rendah dari nilai normal. Curah jantung
yang rendah dapat memunculkan mekanisme kompensasi yang mengakibatkan
peningkatan beban kerja jantung dan pada akhirnya terjadi resistensi pengisian jantung.
(Smeltzer, 2013).
Congestive heart failure adalah suatu keadaan serius, dimana jumlah darah yang
dipompa oleh jantung setiap menitnya (cardiac output/ curah jantung) tidak mampu
memenuhi kebutuhan normal tubuh akan oksigen dan zat-zat makanan. (Dwi Sunar
Prasetyono, 2012).
Congestive heart failure merupakan sidrom klinis yang kompleks dengan gejala-
gejala yang tipikal dari sesak napas (dispneu) dan mudah lelah (fatigue) yang di
hubungkan dengan kerusakan fungsi maupun struktur yang diganggu dari jantung yang
mengganggu kemampuan ventrikel untuk mengisi dan mengeluarkan darah kesirkulasi.
(Syamsudin, 2011).

2. Etiologi
Menurut Wijaya & Putri (2013) secara umum gagal jantung dapat di sebabkan oleh
berbagai hal yang dapat dikelompokkan menjadi :
a. Disfungsi Miokard
1) Iskemia miokard
Penyakit yang ditandai oleh berkurangnya aliran darah ke otot jantung.
Biasanya terjadi sekunder terhadap penyakit arteri koroner/ penyakit jantung
koroner, dimana aliran darah melalui arteri terganggu.
2) Infark miokard
Kondisi terhentinya aliran darah dari arteri koroner pada area yang terkena
yang menyebabkan kekurangan oksigen (iskemia) lalu sel-sel jantung menjadi
mati (nekrosis miokard)
3) Miokarditis
Miokarditis adalah peradangan atau  inflamasi pada miokardium.
Peradangan ini dapat disebabkan oleh penyakit reumatik akut dan infeksi virus
seperti cocksakie virus, difteri , campak, influenza , poliomielitis, dan berbagai
macam bakteri, rikettsia, jamur, dan parasit.
4) Kardiomiopati
Kardiomiopati yang secara harfiah berarti penyakit miokardium, atau otot
jantung, ditandai dengan hilangnya kemampuan jantung untuk memompa darah
dan berdenyut secara normal. Kondisi semacam ini cenderung mulai dengan
gejala ringan, selanjutnya memburuk dengan cepat. Pada keadaan ini terjadi
kerusakan atau gangguan miokardium, sehingga jantung tidak mampu
berkontraksi secara normal.
b. Beban tekanan berlebihan pada sistolik (sistolik overload)
1) Stenosis aorta
Stenosis katup aorta adalah suatu penyempitan atau penyumbatan pada
katup aorta. Penyempitan pada katup aorta ini mencegah katup aorta membuka
secara maksimal sehingga menghalangi aliran darah mengalir dari jantung
menuju aorta. Dalam keadaan normal, katup aorta terdiri dari 4 kuncup yang akan
menutup dan membuka sehingga darah bisa melewatinya.
2) Hipertensi iskemik
Peningkatan tekanan darah secara cepat (misalnya hipertensi yang berasal
dari ginjal atau karena penghentian obat antihipertensi pada penderita hipertensi
esensial) bisa menimbulkan hilangnya kemampuan kompensasi jantung
(dekompensasi).
3) Koartasio aorta
Koartasio Aorta adalah penyempitan pada aorta, yang biasanya terjadi pada
titik dimana duktus arteriosus tersambung dengan aorta dan aorta membelok ke
bawah.
c. Beban volume berlebihan pada diastolic (diastolic overload)
1) Insufisiensi katub mitral dan trikuspidalis
2) Tranfusi berlebihan
d. Peningkatan kebutuhan metabolic (demand overload)
1) Anemia
Dengan keberadaan anemia, kebutuhan oksigen untuk jaringan metabolisasi
hanya bisa dipenuhi dengan kenaikan curah jantung. Meskipun kenaikan curah
jantung bisa ditahan oleh jantung yang normal, jantung yang sakit dan kelebihan
beban (meski masih terkompensasi) mungkin tidak mampu menambah volume
darah yang dikirim kesekitarnya. Dalam hal ini, kombinasi antara anemia dengan
penyakit jantung yang terkompensasi sebelum bisa memicu gagal jantung dan
menyebabkan tidak cukupnya pasokan oksigen kedarah sekitarnya.
2) Tirotoksikosis
Tiroktosikosis adalah suatu keadaan di mana didapatkan kelebihan hormon
tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi
yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid
berlebihan. Tirotoksikosis sebagai akibat dari produksi tiroid, yang merupakan
akibat dari fungsi tiroid yang berlebihan.
3)   Biri-biri
4) Penyakit paget

3. Manifestasi Klinis
a. Gagal Jantung Kiri
1) Kongesti pulmonal : dispnea (sesak), batuk, krekels paru, kadar saturasi oksigen
yang rendah, adanya bunyi jantung tambahan bunyi jantung S 3 atau “gallop
ventrikel” bisa di deteksi melalui auskultasi.
2) Dispnea saat beraktifitas (DOE), ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal (PND).
3)   Batuk kering dan tidak berdahak diawal, lama kelamaan dapat berubah menjadi
batuk berdahak.
4) Sputum berbusa, banyak dan berwarna pink (berdarah).
5) Krekels pada kedua basal paru dan dapat berkembang menjadi krekels diseluruh
area paru.
6) Perfusi jaringan yang tidak memadai.
7) Oliguria (penurunan urin) dan nokturia (sering berkemih dimalam hari)
8) Dengan berkembangnya gagal jantung akan timbul gejala-gejala seperti:
gangguan pencernaan, pusing, sakit kepala, konfusi, gelisah, ansietas, sianosis,
kulit pucat atau dingin dan lembab.
9) Takikardia, lemah, pulsasi lemah, keletihan.
b.  Gagal Jantung Kanan
1) Kongesti pada jaringan visceral dan perifer.
2) Edema estremitas bawah (edema dependen), hepatomegali, asites, (akumulasi
cairan pada rongga peritoneum), kehilangan nafsu makan, mual, kelemahan, dan
peningkatan berat badan akibat penumpukan cairan. (Smeltzer, 2016)
Pada anak dan bayi :
1) Takikardia (denyut jantung >160 kali/menit pada anak umur di bawah 12 bulan;
>120 kali/menit pada umur 12 bulan -5 Tahun
2) Hepatomegali, peningkatan tekanan vena jugularis dan edema perifer (tanda
kongestif)
3) Irama derap dengan crakles/ronki pada basal paru
4) Pada bayi napas cepat (atau berkeringat, terutama saat di beri makanan; pada
anak yang lebih tua edema kedua tungkai, tangan atau muka, atau pelebaran vena
leher
5) Telapak tangan sangat pucat, terjadi bila gagal jantung di sebabkan oleh anemia.
(Nurarif & Kusuma, 2016).
4. Pathway
Gagal Jantung (CHF)

Penururnan Curah Jantung


Gagal pompa vertikal kiri Gagal pompa vertikel kanan

Forwad Failure Backward Failure Tekanan Diastole

LEVD Tekanan Atrium Kanan

Suplai darah Renal flow Tekanan Vena Pilmonalis

jaringan RAA Tekanan Kapiler Paru Lien Hepar

Metabolisme Retensi Na+H2O Edema Paru

Anerob Rokhi Basah Mendesak Diagfragma


Hipervolemia
Penimbunan Sesak Napas
Gangguan
Asam laktat Prtukaran
Gas
dan ATP Pola Napas
Tidak Efektif
Fatigue

Intoleransi
Aktivitas

Sumber : Mutmainah (2019).


5. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektro kardiogram (EKG)
Hipertropi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, disritmia, takikardia,fibrilasi
atrial.
b. Uji stress
Merupakan pemeriksaan non-infasif yang bertujuan untuk menetukan kemungkinan
iskemia atau infark yang terjadi sebelumnya.
c. Ekokardografi
1) Ekokardografimodel M (berguna untuk mengealuasi volume balik dan kelainan
regional, model M paling sering di pakai dan ditayangkanbersama EKG).
2) Ekokardografi dua dimensi (CT-scan)
    Ekokardografi Doppler (memberikan pencitraan dan pendekatan
transesofageal terhadap jantung).
d. Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagaljantung
kanan dan gagal jantung kiri stenosis katub atau insufisiensi.
e. Radiografi dada
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi atau
hipertropi bilik, perubahan dalam pembuluh darah abnormal.
f. Elektrolit
Mungkin berubah karna perpindahann cairan/ penurunan fungsi ginjal, terapi
diuretik.
g.   Oksimetri nadi
Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika Congestive Heart Failure (gagal
jantung) menjadi kronis.
h.   Analisa gas darah (AGD)
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis respiratori ringan (dini) atau
hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).
i. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin
Peningkatan BUN menunjukan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan
kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.
j. Pemeriksaan tiroid
Peningkatan aktifitas tiroid menunjukan hiperaktifitas tiroid sebagai pre pencetus
gagal jantung (Nurarif & Kusuma, 2016).
6. Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung adalah:
a. Meningkatkan oksigenasi dengan terapi O2 dan menurunkan konsumsi oksigen
dengan pembatasan aktivitas.
b. Meningkatkan kontraksi (kontraktilitas) otot jantung dengan digitalisasi.
c. Menurunkan beban jantung dengan diet rendah garam, diuretik, dan vasodilator.
Terapi non farmakologi:
a. CHF Kronik
1) Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi
oksigen melalui istirahat atau pembatasan aktifitas.
2) Diet pembatasan natrium menghentikan obat-obatan yang memperparah seperti
NSAIDs karena efek prostaglandin pada ginjal menyebabkan retensi air dan
natrium.
3) Pembatasan cairan (kurang lebih 1200-1500 cc/hari) (Wijayaningsih, 2013).
4) Olahraga secara teratur, diet rendah garam, mengurangi berat badan, mengurangi
lemak, mengurangi stress psikis, menghindari rokok. (Huda & Kusuma, 2016).
b. CHF Akut
1) Oksigenasi (ventilasi mekanik).
2) Pembatasan cairan.
Terapi farmakologi :
a.  Memperbaiki daya pompa jantung.
1) Therapi Digitalis : Ianoxin. Untuk meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung
dan memperlambat frekuensi jantung. Efek yang dihasilkan : peningkatan curah
jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresisi
\dan mengurangi edema.
2) Obat Inotropik : Amrinone (Inocor), Dopamine (Intropin)
b. Pengendalian retensi garam dan cairan
1) Diet rendah garam. Untuk mencegah, mengontrol, atau menghilangkan edema.
2) Diuretik : chlorothiazide (Diuril), Furosemide (Lasix), Sprionolactone
(aldactone). Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air melalui ginjal.
Penggunaan harus hati – hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia.
3) Angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor : captropil, enalopril, lisinopril.
Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi tekanan terhadap
penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel
dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat
diturunkan.
4) Penyekat beta (beta blockers): Untuk mengurangi denyut jantung dan
menurunkan tekanan darah agar beban jantung berkurang
5) Infusi intravena : nesiritida, milrinzne, dobutamin. (Smeltzer, 2016).

7. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan yang
mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
a. Anamnesa
1) Identitas penderita
Meliputi : Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit (MRS),
nomor register, dan doagnosa medik.
Identitas Penanggung Jawab
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status hubungan
dengan pasien.
2)   Keluhan utama
Keluhan yang paling sering menjadi alasan pasien untuk meminta pertolongan
pada tenaga kesehatan seperti, dispnea, kelemahan fisik, dan edema sistemik.
3) Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan pertanyaan
tentang kronologi keluhan utama. Pengkajian yang didapat dengan gejala-gejala
kongesti vaskuler pulmonal, yakni munculnya dispnea, ortopnea, batuk, dan
edema pulmonal akut. Tanyakan juga gajala-gejala lain yang mengganggu pasien.
4) Riwayat penyakit dahulu
Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu tanyakan kepada pasien apakah
pasien sebelumnya menderita nyeri dada khas infark miokardium, hipertensi,
DM, atau hiperlipidemia. Tanyakan juga obat-obatan yang biasanya diminum
oleh pasien pada masa lalu, yang mungkin masih relevan. Tanyakan juga alergi
yang dimiliki pasien (Wijaya & Putri, 2013).
5) Riwayat keluarga
Tanyakan pasien penyakit yang pernah dialami oleh kelurga. Bila ada keluarga
yang meninggal tanyakan penyebab meninggalnya. Penyakit jantung pada orang
tuanya juga menjadi faktor utama untuk penyakit jantung iskemik pada
keturunannya. (Ardiansyah, 2012).
b. Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas/ istrirahat
a) Gejala:
(1) Keletihan
(2) kelemahan terus sepanjang hari
(3) insomnia
(4) nyeri dada dengan aktivitas
(5) dispnea pada saat istirahat atau pada pengerahan tenaga.
b) Tanda:
(1) Gelisah
(2) perubahan status mental (latergi, TTV berubah pada aktivitas).
2) Sirkulasi
a) Gejala:
(1) Riwayat hipertensi
(2) Episode gagal jantung kanan sebelumnya
(3) Penyakit katup jantung
(4) Bedah jantung
(5) Endokarditis
(6) Anemia,
(7) Syok septik
(8) Bengkak pada kaki
(9) Telapak kaki
(10) Abdomen
(11) Sabuk terlalu kuat (pada gagal jantung kanan)
b) Tanda:
(1) Tekanan darah mungkin menurun (gagal pemompaan)
(2) Tekanan nadi menunjukan peningkatan volume sekuncup
(3) Frekuensi jantung takikardia ( gagal jantung kiri)
(4) Irama jantung: sistemik, misalnya: fibrilasi atrium
(5) kontraksi ventrikel prematur/ takikardia blok jantung
(6) Nadi apikal disritmia
(7) Bunyi jantung S3 (gallop) adalah diasnostik, S4 dapat terjadi, S1 dan
S2 mungkin lemah
(8) Murmur sistolik dan diastolik dapat menandakan adanya katup atau
insufisiensi x
(9) Nadi: nadi perifer berkurang, perubahan dalam kekuatan denyutan
dapat terjadi, nadi sentral mungkin kuat, misal: nadi jugularis coatis
abdominal terlihat
(10) Warna kulit: kebiruan, pucat, abu-abu, sianosis
(11) Punggung kuku: pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler lambat
(12) Hepar: pembesaran/ dapat teraba, reflek hepato jugularis
(13) Bunyi napas: krekel, ronchi
(14) Edema: mungkin dependen, umum atau pitting, khususnya pada
ekstremitas
(15) Distensi vena jugularis.
3) Integritas ego
a) Gejala:
(1) Ansietas
(2) Khawati
(3) Takut
(4) Stres yang berhubungan dengan penyakit/ finansia
b) Tanda:Berbagai maninfestasi perilaku, missal: ansietas, marah ketakutan
4) Eliminasi
a) Gejala:
(1) Penurunan berkemih
(2) urine berwarna gelap
(3) berkemih malam hari (nokturnal), diare/ konstipasi
5) Makanan/ cairan
a) Gejala:
(1) Kehilangan nafsu makan
(2) Mual/ muntah
(3) Penambahan berat badan signifikan
(4) Pembengkakan pada ekstremitas bawah
(5) Pakaian/ sepatu terasa sesak
(6) Diet tinggi garam/ makanan yang telah diproses, lemak, gula, dan
kafein
(7) Penggunaan diuretik (Wijaya & Putri, 2013).
b) Tanda:
(1) Penambahan berat badan cepat
(2) Distensi abdomen (asites), edema (umum, dependen, atau pitting)
6) Hygiene
a) Gejala:
(1) Keletihan
(2) Kelemahan
(3) Kelemahan selama aktivitas perawatan diri
b) Tanda: Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal
7) Neurosensori
a) Gejala :
(1) Kelemahan
(2) Peningkatan episode pingsan
b) Tanda :
(1) Letargi
(2) kuat fikir
(3) disorientasi
(4) perubahan perilaku
(5) mudah tersinggung
8) Nyeri/ kenyamanan
a) Gejala:
(1) Nyeri dada, angina akut atau kronis
(2) Nyeri abdomen kanan.
b) Tanda:
(1) Tidak tenang
(2) Gelisah
(3) Fokus menyempit (menarik diri), perilaku melindungi diri
9) Pernapasan
a) Gejala:
(1) Dispnea saat beraktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa
bantal
(2) Batuk dengan/ tanpa sputum
(3) Riwayat penyakit paru kronis
(4) Penggunaan bantuan pernapasan, misal oksigen atau medikasi
b) Tanda:
(1) Pernapasan takipnea, nafas dangkal, pernapasan laboral, penggunaan
otot aksesoris
(2) Pernapasan nasal faring
(3) Batuk kering/ nyaring/ non produktif atau mungkin batuk terus
menerus dengan tanpa sputum
(4) Sputum: mungkin bercampur darah, merah mudah/ berbuih, edema
pulmonal
(5) Bunyi napas: mungkin tidak terdengar dengan krekels banner dan
mengi
(6) Fungsi mental: mungkin menurun, letargi, kegelisahan, warna kulit
pucat/ sianosis (Wijaya & Putri, 2013).
c. Analisa Data
No Data Masalah Penyebab
1. Ds : Penururnan curah Perubahan Preload
- Klien mengatakan tubuh jantung
merasa lemah
- Klien mengatakan kedua
kakinya bengkak
Do :
- Kaki terlihat edema
- TTV - TD : 186/103 mmHg
- Nadi : 72/menit
2. Ds : Pola napas tidak Penururnan Energi
- Klien mengatakan sesak efektif
napasnya
- Klien mengatakan sesak
napasnya memberat ketika
berbaring dan berkurang
ketika setengah duduk
(semi flower).
Do :
- RR : 27 x/menit
- Penggunaan binasal Kanul
3liter/menit
3. Ds : Intoleransi Ketidakseimbangan
- Pasien mengatakan lelah Aktivias antara suplai dan
Do : kebutuhan oksigen
- Pasien tampak lemah
- Gambaran hasil EKG
Iskemia
4. Ds : Hipervolemia Kelebihan asupan
- Klien mengatakan kedua cairan
kakinya bengkak
Do :
- Kaki terlihat edema
5. Ds : Gangguan Perubahan membran
-Klien mengatakan pusing Pertukaran Gas alveolus-kapiler
dan penglihatan tidak jelas
(kabur)
Do :
- klien tampak gelisah
- warna kulit pucat
- Napas cuping hidung
TTV - TD :186/103 mmHg
- Nadi : 72 x/menit
- RR : 27 x/menit

d. Diagnosa Keperawatan
1. Penururnan curah jantung b.d perubahan preload (D. 0008)
2. Pola napas tidak efektif b.d penururnan energi (D. 0004)
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
(D. 0056)
4. Hipervolemia b.d kelebihan asupan cairan (D. 0022)
5. Gangguan pertukaran gas b.d Perubahan membran alveolus-kapiler d.d dispnea
(D. 0003)

e. Intervensi Keperawatan
No Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Penururnan curah jantung Setelah dilakukan tindakan Perawatan Jantung (I. 02075)
b.d perubahan preload (D. keperawatan 1x6 jam di Tindakan
0008) harapkan penururnan Observasi :
curah jantung menurun 1. Identifikasi tanda/gejala
dengan kriteria hasil : primer penurunan curah
(L. 02008) jantung (kelelahan, edema)
1. Lelah menurun 2. Identifikasi tanda/gejala
2. Edema menurun sekunder penurunan curah
3. Ditensi vena jugularis jantung (distensi vena
menurun jugularis, kulit pucat
3. Monitor TD
4. Monitor intake dan output
cairan
5. Monitor saturasi oksigen
Teraputik :
1. Posisikan pasien semi
fowler
2. Berikan diet jantung yang
sesuai (batasi asupan kafein
kolesterol, makanan tinggi
lemak)
3. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
Edukasi :
1. Anjurkan aktivitas fisik
sesuai toleransi
2. Anjurkan aktivitas fisik
secara bertahap
3. Ajarkan pasin dan keluarga
mengukur intake dan output
cairan
2. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi
b.d penururnan energi (D. keperawatan 1x6 jam (I. 01014)
0004) diharapkan pola napas Tindakan
pasien efektif yang Observasi :
dibuktikan dengan 1. Monior frekuensi, irama,
indikator sebagai berikut : dan usaha bernapas
Dari membaik ke 2. Monitor pola napas
meningkat (4-5) (bradipnea, takipnea,
Kriteria hasil : hiperventilasi, kussmoul,
(L. 01004) cheyne stokes, biot)
1. Dispnea berkurang 3. Monitor adanya produksi
2. Ortopnea berkurang sputum
3. Penggunaan otot bantu 4. Monitor adanya sumbatan
napas berkurang jalan napas
4. Frekuensi napas normal 5. Auskultasi bunyi napas
(16-20 menit) Terapeutik :
1. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Anjurkan duduk semifowler
3. Intoleransi aktivitas b.d
Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi (I. 05178)
ketidakseimbangan antarakeperawatan 1x6 jam Tindakan
suplai dan kebutuhan diharapkan pasien dapat Observasi :
oksigen (D. 0056) beraktivitas yang 1. Monitor kelelahan fisik
dibuktikan indikator 2. Monitor pola dan jam tidur
sebagai berikut : dari Terapeutik :
membaik ke meningkat (4- 1. Sediakan lingkungan
5) nyaman dan rendah
Kriteria hasil : stimulus
(L. 05047) 2. Berikan aktivitas distraksi
1. Saturasi oksigen yang menenangkan
meningkat Edukasi :
2. Pasien dapat dengan 1. Anjurkan tirah baring
mudah melakukan 2. Anjurkan melakukan
aktivitas sehari-hari aktivitas secara bertahap
3. Dispnea pada saat 3. Ajarkan strategi koping
beraktivitas dapat untuk mengurangi
berkurang kelelahan.
4. Kelemahan dapat
berkurang
5. Hasil EKG normal
4. Hipervolemia b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipervolemia
kelebihan asupan cairan keperawatan 1x6 jam (I. 03114)
(D. 0022) diharapkan kelebihan Tindakan
asupan cairan menurun Observasi :
dengan kriteria hasil : 1. Periksa tanda dan gejala
(L.03020) hipervolemia (edema)
1. Edema menurun 2. Identifikasi penyebab
hipervolemia
3. Monitor intake dan output
cairan
4. Monitor kecepatan infus
secara ketat
Pola napas tidak efektif

5. Monitor efek samping


diuretik
Terapeutik :
1. Batasi asupan cairan dan
garam
2. Tinggikan kepala tempat
tidur 30-40
Edukasi :
1. Anjurkan melapor jika
haluaran urine < 0,5
ml/kg/jam dalam 6 jam
2. Anjurkan melapor jika BB
bertambah > 1kg dalam
sehari
3. Ajarkan cara mengukur dan
mencatat asupan dan
haluaran cairan
4. Ajarkan cara membatasi
cairan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi penggantian
kehilangan kalium akibat
diuretik
2. Kolaborasi pemberian
diuretik.
5. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan Terapi oksigen (I.01026)
b.d Perubahan membran keperawatan 1x6 jam Tindakan
alveolus-kapiler d.d diharapkan dispnea Observasi :
dispnea (D. 0003) menurun dengan kriteria 1. Monitor kecepatan aliran
hasil : oksigen
(L. 01003) 2. Monitor posisi alat terapi
1. Bunyi napas tambahan oksigen
menurun 3. Monitor aliran oksigen
2. Pusing menurun secara periodik dan pastikan
3. Penglihatan kabur fraksi yang diberikan cukup
menurun 4. Monitor efektivitas terapi
4. Gelisah menurun oksigen
5. Napas cuping hidung 5. Monitor kemampuan
menurun melepaskan oksigen saat
makan
6. Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
7. Monitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen atelektasis
8. Monitor tingkat kecemasan
akibat terapi oksigen
9. Monitor integritas mukosa
hidung akibat pemasangan
oksigen
Terapeutik :
1. Pertahankan kepatenan
jalan napas
2. Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
3. Berikan oksigen tambahan
4. Tetap berikan oksigen saat
pasien ditransportasi
5. Gunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengan tingkat
mobilitas pasien
Edukasi :
1. Ajarkan pasien dan
keluarga cara menggunakan
oksigen dirumah
Kolaborasi :
1. Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
2. Kolaborasi pengguanaan
oksigen saat aktivitas atau
tidur

DAFTAR PUSTAKA
Akatsuki. (2011). Peran Perawat Dalam Penanganan Gagal Jantung..
http://eprints.ums.ac.id/22046/2/BAB_I.pdf
Anurogo, Wulandari. (2012). 45 Penyakit yang di temukan di Masyarakat (pengenalan,
pencegahan & alternative pengobatannya). Yogyakarta: Andi Offset
Ardiansyah, Muhammad. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogjakarta: DIV Press
Fathoni. (2010). Informasi Kedokteran dan kesehatan Gagal Jantung.
http://www.informasikedokteran.com/2015/09/gagal-jantung.html
Judith, dkk. (2012). Buku Saku Diagnosa Keperawatan: Diagnosis Nanda, Intervensi Nic,
Kriteria Hasil Noc. Edisi 9. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Kabo.(2012). Tanda gejala gagal jantung http://repository.wima.ac.id/3141/2/Bab%201.pdf
Nurarif, Kusuma. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis : Berdasarkan Penerapan Diagnosa
Nanda, Nic, Noc dalam Berbagai Kasus. Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction Jogja
PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi Indikator Diagnostik. Ed.
1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriterian Hasil
Keperawatan. Ed. 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tibdakan
Keperawatan. Ed. 1. Jakarta : DPP PPNI.
Prasetyono, Dwi Sunar (2012). Daftar Tanda dan Gejala Ragam Penyakit.Yogyakarta:
Fleshbooks
Smeltzer S, Brenda G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth. Vol 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Smeltzer S. (2016). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 12. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC
Wijaya, Andre & Yessie Putri. 2013. Buku KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
(Keperawatan Dewasa). Yogjakarta: Nuha Medika.
Wijayaningsih Sari. (2013). Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta Timur: KDT

Anda mungkin juga menyukai