UNIVERSITAS BENGKULU
JUNI 2021
1
2
BAB I. PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat kandungan kimia apa yang
terjadi setelah braket kawat gigi direndam dalam larutan saliva serta memeriksa
sifat mekaniknya. Apakah zat tersebut menyebabkan racun dalam tubuh atau tidak
dalam jangka waktu tertentu.
1.3. Urgensi atau keutamaan penelitian
Keutamaan penelitian ini adalah untuk mendapatkan material mana yang
lebih kompatibel terhadap tubuh manusia. Hal ini tentu dapat menghindari
konsumen dari efek samping yang dapat ditimbulkan oleh material braket kawat
gigi tersebut.
4
BAB.II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Biomaterial
Biomaterial adalah material yang digunakan sebagai organ buatan, alat
rehabilitasi dan mengganti jaringan tubuh. Aplikasi dari biomaterial adalah:
orthopedics, orthodontic (dentistry), cardiovascular, ophthalmology & neurology,
biosensors & filtration, drag delivery & tissue engineering [1].
Pengelompokkan material biomaterial yaitu:
No. Material Kelebihan Kekurangan Contoh
Material
5
2.2. Kawat Gigi
Bagian bagian dari kawat gigi dapat dilihat pada Gambar 3.1. Bagian
utama dari kawat gigi adalah sebagai berikut:
1. Kawat
6
Bentuk dari kawat yang digunakan sebagai pengikat braket dari
kawat gigi dapat dilihat pada Gambar 3.3.
2. Braket
Pemakaian kawat gigi pada manusia dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar
2 menunjukkan pemakaian kawat gigi pada gigi yang tidak rapi bentuknya. Kawat
gigi yang dipasang menunjukkan kesesuaian dengan bentuk gigi tersebut.
7
Saliva terdiri sebagian air serta komponen organik dan anorganik [6].
Komponen organik berupa protein (enzim). Sedangkan komponen anorganik
terdiri bikarbonat, fosfat, natrium, kalium, potassium, klorida, magnesium,
sodium. Komponen anorganik inilah yang berperan sebagai media elektrolit yang
dapat memicu reaksi elektrokimia. Reaksi pada anoda mengalami oksidasi dan
katoda mengalami reduksi. pH saliva bervariasi antara 5,0 sampai 7,8. Saliva
buatan atau larutan McDougall berperan sebagai larutan penyangga atau buffer
dalam medium atau sebagai pengganti fungsi saliva. Penggunaan saliva buatan
penting untuk mempertahankan pH supaya tetap berada dalam kisaran normal.
Ion logam sebagai anoda dan ion H + dari media elektrolit sebagai katoda.
Reaksi elektrokimia ini menyebabkan pelepasan ion Ni dan Cr dari kawat gigi
stainless steel sebagai tanda terjadinya korosi. Pada kelompok yang direndam
dalam minuman berkarbonasi, terjadi pelepasan ion Ni dan Cr lebih banyak
karena adanya penambahan konsentrasi ion H+ dari asam karbonat (H2CO3). Asam
karbonat dapat meningkatkan potensi terjadinya korosi. Semakin tinggi
konsentrasi asam, maka semakin banyak ion H+ dari asam yang ikut bereaksi dan
mengalami reduksi. Akibatnya, semakin banyak pula ion logam yang mengalami
oksidasi sehingga mempercepat proses korosi. Rongga mulut termasuk area yang
basah karena selalu terbasahi oleh produksi air liur (saliva). Disintegrasi logam
dapat terjadi akibat kelembaban, atmosfir, larutan asam atau basa, dan bahan
kimia tertentu.
8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Studi literatur
Hasil
Kesimpulan
Selesai
Gambar 3.1. Diagram alir penelitian
9
Gambar 3.1 menjelaskan penelitian ini menggunakan metode eksperimen.
Tahap awal penelitian dimulai dengan studi literatur, yaitu mencari literatur
penelitian sebelumnya. Eksperimen dilaksanakan di Laboratorium Material
program Studi Teknik Mesin UNIB dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Penyiapan spesimen braket kawat gigi dari bahan logam, keramik dan
komposit.
2. Pengujian dilakukan dalam empat 4 minggu. Seluruh spesimen
direndam dalam larutan modifikasi saliva buatan (pH asam)
menggunakan gelas bejana 50 ml.
3. Menghitung kekerasan masing-masing spesimen. Ini bertujuan untuk
mengetahui salah satu sifat mekanik yaitu nilai kekerasan spesimen
setelah uji rendam.
4. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan unsur kimia menggunakan alat
EDX.
1. Gelas bejana ukuran 50 ml, jenis Pyrex. Gelas ini berfungsi sebagai wadah
untuk melakukan uji rendam.
10
Pada Gambar 4.2 dapat dilihat spesimen dimasukkan ke dalam larutan
saliva. Spesimen yang direndam, diletakkan di ruangan terbuka, dalam temperatur
kamar. Uji rendam ini dilakukan selama 4 minggu.
2. Saliva buatan (pH asam/5,0)
Pembuatan saliva buatan pada penelitian ini mengacu pada metode
McDougall/ASTM G36 [6]. Pada Tabel 4.1 dapat dilihat komposisi larutan saliva
buatan ini dimodifikasi untuk mendapatkan pH asam/5,0. Konsentrasi larutan Cl
(asam kuat) ditambah pada larutan senyawa KCl sebesar 0,07 gr/ltr. Pada metode
McDougall, larutan senyawa KCl berjumlah 0,50 gr/ltr. Namun untuk
mendapatkan pH asam 5.0, diperlukan jumlah larutan senyawa KCl 0,57 gr/ltr.
Begitu pula halnya dengan larutan NaCl dan NaF, diperlukan jumlah larutan
NaCl+NaF sebesar 0,97 gr/ltr untuk mendapatkan pH 5.0. Dalam hal ini, jumlah
larutan NaCl+NaF ditambah 0,40 gr/ltr dari jumlah standar konsentrasi larutan
NaCl+NaF metode McDougall, 0,57 gr/ltr. Pengujian pH dilakukan dengan
menggunakan kertas lakmus dan pH tester. Kertas lakmus dan pH tester bewarna
kuning oranye yang menandakan modifikasi saliva buatan untuk pengujian ini,
memiliki pH 5.0. Saliva buatan ini dibuat di Laboratorium kimia Fakultas MIPA
Universitas Bengkulu.
Tabel 4.1 Larutan modifikasi saliva buatan [7].
11
hasil indentansi Vickers Microhardness Tester ini ditunjukkan pada Gambar 4.3
(b). Jenis indentor yang digunakan dalam pengujian ini berbentuk piramid segi
empat dengan sudut 136o dengan waktu lama indentansi 10-15 detik.
Gambar 4.3 (a) Microhardness Vickers tester (b) Prosedur pengukuran hasil
indentansi vickers microhardness tester [7].
12
Dalam penelitian ini material uji direndam dalam larutan saliva selama 4 minggu.
Metode ini dipilih karena lebih sederhana, mudah untuk dilakukan, alat
pengujiannya sedikit. Masing-masing tiga jenis spesimen uji ada tiga buah yang
diuji rendam dalam kurun waktu tersebut.
4.4.2. Menghitung kekerasan
Perhitungan kekerasan ini bertujuan untuk membandingkan kekerasan
benda uji sebelum dan sesudah korosi, untuk mengetahui sifat mekanik
(kekerasan) benda uji. Masing-masing spesimen diambil tiga titik (tiga kali
pengujian kekerasan) di permukaan untuk uji keras, kemudian diambil nilai rata-
rata. Microhardness Vickers Tester ini menggunakan beban 0,980 N untuk
indentansi dalam arah transversal. Metode pengujian kekerasan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode Microhardness Vickers. Metode ini mengacu
pada ASTM 384; Standard Test Methods for Knoop and Vickers Hardness
Materials [8]. Jenis indentor yang digunakan dalam pengujian ini berbentuk
piramid segi empat dengan sudut 136o dengan waktu lama indentansi 10-15 detik.
indentansi kemudian diukur untuk dikonversi menjadi nilai kekerasan dalam skala
Vickers.
4.4.3. Pemeriksaan komposisi kimia spesimen uji
DAFTAR PUSTAKA
13
[1]. Ratner, B. D., etc. Biomaterials Science: An Introduction to Materials in
medicine. Elsevier Academic Press, pp. 283-375.
[7]. Suningsih, N., Novianti, N., dan Andayani, J. (2017). Level Larutan McDougall dan
Asal Cairan Rumen pada Teknik In Vitro. Jurnal Sain Peternakan Indonesia, Vol. 12,
No. 3, pp. 341-352.
[8]. ASTM 348, Standard Test Methods for Knoop and Vickers Hardness
Materials, ASTM International, 100 Barr Harbour Dr., PO Box C700 West
Conshohocken, PA. 19428-2959, United States
14