Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL SKRIPSI

MENGHITUNG LAJU KOROSI MATERIAL BRAKET KAWAT GIGI


DARI BAHAN LOGAM DAN KERAMIK DALAM LARUTAN
ARTIFICIAL SALIVA (AIR LIUR BUATAN)

Oleh

REZKI RIANSAH FITRA MASDI


NPM : G1C014015

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penelitian pada bidang material pada saat ini mengalami perkembangan
yang sangat pesat. Penelitian tersebut sudah mengarah pada bidang kesehatan.
Berbagai macam Engineering Materials banyak dimanfaatkan untuk bidang
kesehatan, contoh diantaranya adalah braket kawat gigi yang terbuat dari logam,
keramik maupun komposit yang digunakan untuk membuat kawat gigi.
Kawat gigi seperti kita ketahui telah menjadi tren ditengah-tengah
masyarakat Indonesia umumnya dan Kota Bengkulu khususnya. Masyarakat
banyak yang kurang menyadari apakah kawat gigi tersebut kompatibel pada tubuh
manusia atau tidak, terutama yang digunakan untuk non medis. Seperti kita
ketahui kawat gigi merupakan benda asing yang dipasangkan pada gigi manusia,
sehingga benda tersebut tentu harus bisa beradaptasi dengan lingkungan mulut.
Bagian kawat gigi yang bersentuhan langsung dengan gigi adalah braket. Braket
terbuat dari berbagai jenis material. Oleh karena itu pada penelitian ini akan
dilihat pengaruh braket kawat gigi dengan berbagai tipe material terhadap air liur
manusia. Metoda yang digunakan adalah dengan merendam kawat gigi tesebut
dalam larutan saliva. Larutan ini merupakan cairan yang kandungan kimianya
menyerupai air liur manusia.
Pada penelitian ini dilakukan untuk MENGHITUNG LAJU KOROSI
MATERIAL BRAKET KAWAT GIGI DARI BAHAN LOGAM DAN
KERAMIK DALAM LARUTAN ARTIFICIAL SALIVA (AIR LIUR BUATAN)
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui kandungan kimia apa yang terjadi setelah braket
kawat gigi direndam dalam larutan saliva serta memeriksa sifat
mekaniknya.
2. Untuk mengetahui laju korosi dari logan dan ceramik dengan metode
weight loss ( kelebihan berat)
1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Teknik Mesin
Universitas Bengkulu.
2. Material braket kawat gigi yang akan diuji berbahan logam, komposit
dan keramik.
3. Perendaman material braket kawat gigi dengan menggunakan larutan
saliva (air liur buatan)
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui kandungan kimia yang terjadi pada breket kawat gigi
2. Untuk mengetahui laju korosi pada Braket Kawat Gigi Dari Bahan
Logam Dan Keramik Dalam Larutan Artificial Saliva (Air Liur Buatan)
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini memiliki sistematika penulisan yang benar.
Adapun sistematika penulisan sebagai berikut :
 BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang latar belakang,tujuan , batasan masalah,
manfaat dan sistematika penulisan skripsi.
 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisi tentang Biomaterial, Teori khusus, braket, kawat gigi,
larutan saliva buatan, korosi, metode weight loss
 BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini meliputi diagram alir penelitian, matarial penelitian yang
digunakan, dan metode pengujian.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biomaterial
Biomaterial adalah material yang digunakan sebagai organ buatan, alat
rehabilitasi dan mengganti jaringan tubuh. Aplikasi dari biomaterial adalah:
orthopedics, orthodontic (dentistry), cardiovascular, ophthalmology & neurology,
biosensors & filtration, drag delivery & tissue engineering [1].
Pengelompokkan material biomaterial yaitu:
No. Material Kelebihan Kekurangan Contoh
Material

1 Polimer Mudah untuk di Tidak kuat, Nylon,


produksi mudah silicones,
terdeformasi dan PTFE,
terdegradasi UHMWPE

2 Logam Kuat, tangguh Mudah terkorosi Titanium,


dan ulet dan density yang stainless steels,
tinggi CoCr alloys,
gold

3 Keramik Biokompatibel Getas, susah Aluminum


yang tinggi, untuk dibuat, oxide, carbon,
modulus ketahanan fatik hydroxyapatite
elastisitas tinggi, yang jelek
nilai estetika
yang tinggi

4 Komposit Kuat Susah untuk Bermacam


dibuat macam
kombinasi

2.1.1 Polimer

4
Polimer ialah senyawa molekul besar berbentuk rantai atau jaringan yang
tersusun dari campuran ribuan sampai jutaan unit pembangun yang berulang.
Plastik pembungkus, botol plastik, styrofoam, nilon, dan pipa paralon tergolong
material yang dinamakan polimer .
A. Sifat-sifat Polimer Polimer
yakni makromolekul yang terdiri atas tidak sedikit kelas material alami
dan sintetik dengan sifat-sifat yang paling beragam. Perbedaan kedua material
itu terletak pada gampang tidaknya suatu polimer didegradasi atau dibongkar
oleh mikroba. Biasanya, polimer bahan sintetik bakal lebih susah diuraikan oleh
mikroorganisme dibanding polimer bahan alami. Perbedaan sifat-sifat polimer
tersebut di provokasi oleh struktur polimernya, yang mencakup :
 Panjang rantai polimer
Semakin panjang rantai polimer, maka kekuatan dan titik leleh
senyawanya semakin tinggi.
 Gaya antar molekul
Semakin besar gaya antar molekul pada rantai polimer maka polimer
bakal menjadi powerful dan sulit meleleh.
 Percabangan
Rantai polimer yang bercabang tidak sedikit mempunyai daya tegang
rendah dan gampang meleleh.
 Ikatan silang antar rantai polimer
Semakin banyaknya ikatan silang maka polimer semakin kaku dan rapuh
sehingga gampang patah. Hal itu dikarenakan adanya Ikatan silang antar rantai
polimer menyebabkan terjadinya jaringan yang kaku dan menyusun bahan yang
keras.
 Sifat kristalinitas rantai polimer
Semakin tinggi sifat kristalinitas, rantai polimer bakal lebih powerful dan
lebih tahan terhadap bahan-bahan kimia dan enzim. Biasanya yang mempunyai
sifat kristalinitas tinggi yakni polimer dengan struktur teratur, sementara polimer
berstruktur tidak teratur ingin mempunyai kristanilitas rendah dan sifatnya amorf
(tidak keras).

2.1.2 Logam

5
Logam merupakan material yang oleh satu atau lebih unsur logam
(misalnya: besi, aluminium, tembaga, titanium, emas, dan nikel), dan juga
sering kali mengandung unsur non logam (misalnya: karbon, nitrogen dan
oksigen) dalam jumlah yang relatif kecil .
A. Sifat Logam
Logam adalah suatu unsur yang mempunyai sifat-sifat seperti: kuat, liat,
keras, mengilat, dan penghantar listrik dan panas. Sifat-sifat metal pada
umumnya dapat digolongkan atas:
1) Sifat-sifat Ekstraktif/Kimia (Chemical Properties)
Meliputi ciri-ciri dari komposisi kimia dan pengaruh unsur terhadap
logam. Beberapa contoh sifat kimia adalah:
➢ Segregasi dan ketahanan korosi
Logam seperti baja memiliki nilai ketahanan terhadap korosi yang baik,
karena memiliki kandungan karbon. Pada suhu kamar logam berwujud padat
kecuali raksa (berwujud cair).
➢ Titik leleh dan titik didih
Logam-logam cenderung memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi
karena kekuatan ikatan logam. Kekuatan ikatan berbeda antara logam yang
satu dengan logam yang lain tergantung pada jumlah elektron yang
terdelokalisasi pada lautan elektron, dan pada susunan atom-atomnya. Logam-
logam golongan 1 seperti natrium dan kalium memiliki titik leleh dan titik
didih yang relatif rendah karena tiap atomnya hanya memiliki satu elektron
untuk dikontribusi pada ikatannya, tetapi ada hal lain yang menyebabkan hal
ini terjadi, yaitu:
 Unsur-unsur golongan 1 juga tersusun dengan tidak efektif
(terkoordinasi 8), karena itu tidak terbentuk ikatan yang banyak seperti
kebanyakan logam.
 Unsur-unsur golongan 1 memiliki ukuran atom yang relatif besar
(berarti bahwa inti jauh dari elektron yang terdelokalisasi) yang juga
menyebabkan lemahnya ikatan

2.1.3 Keramik

6
Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani “keramikos”, yang
artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses
pembakaran. Keramik adalah campuran yang terdiri dari unsur logam dan
bukan logam.
A. Karakteristik Keramik
Keramik memiliki karakteristik yang memungkinkannya digunakan
untuk berbagai aplikasi termasuk :
 Kapasitas panas yang baik dan konduktivitas panas yang rendah.
 Tahan korosi
 Sifat listriknya dapat insulator, semikonduktor, konduktor bahkan
superkonduktor
 Sifatnya dapat magnetik dan non-magnetik
 Keras dan kuat, namun rapuh.
B. Klasifikasi Keramik
Keramik dapat di klasifikasikan ke dalam lima kelas yaitu :
Glass,Keramik Tradisional, Keramik Baru dengan performa tinggi,
Semen dan Beton, dan Batu Mineral ( Natural keramik ).
• Glass
• Keramik tradisional
• Keramik baru dengan performa tinggi
• Semen dan beton
• Batu mineral ( Natural Keramik )

 Penjelasannya adalah sebagai berikut:


a) Glass
Glass adalah benda yang transparan, lumayan kuat, biasanya
tidak bereaksi dengan barang kimia, dan tidak aktif secara biologi
yang bisa dibentuk dengan permukaan yang sangat halus dan kedap
air. Glass bersumber dari batu kuarsa yang mengalami proses
pemanasan untuk membentuknya menjadi glass / kaca. Contoh
keramik jenis glass adalah soda lime glass, dan borosilicate glass.

7
Aplikasi keramik jenis glass ini adalah untuk peralatan makan,
jendela, botol dan lain-lain.
b) Keramik tradisional
Keramik tradisional merupakan keramik yang telah lama di
sempurnakan oleh orang-orang pada zaman dahulu. Keramik
tradisional sendiri bersumber dari tanah lempung yang mengalami
proses pemanasan sehingga menjadi lebih keras. Contoh keramik
tradisional:
• Batu bata
• Gucci buatan cina
• Tembikar
Aplikasi keramik jenis ini banyak ditemukan pada karya-karya
seni, dan bidang konstruksi.
2.1.4 Komposit
Material Komposit adalah pencampuran/penggabungan sekurangnya
dua material yang berbeda fase dan struktur mikroskopisnya. Contoh
material komposit adalah kuningan. Kuningan merupakan
pencampuran/penggabungan antara logam seng dengan logam kuningan.
Material komposit terdiri dari bahan penyusun dan bahan yang
mengisolasi bahan lain.
 Jenis-jenis material komposit :
a) Material komposit serat, yaitu komposit yang terdiri dari serat dan
bahan dasar yang diproduksi secara fabrikasi, misalnya serat + resin
sebagai bahan perekat, sebagai contoh adalah FRP (Fiber Reinforce
Plastic) plastik diperkuat dengan serat dan banyak digunakan, yang
sering disebut fiber glass.
b) Komposit lapis (laminated composite), yaitu komposit yang terdiri
dari lapisan dan bahan penguat, contohnya polywood, laminated glass
yang sering digunakan sebagai bahan bangunan dan kelengkapannya.
c) Komposit partikel (particulate composite), yaitu komposit yang terdiri
dari partikel dan bahan penguat seperti butiran (batu dan pasir) yang
diperkuat dengan semen yang sering kita jumpai sebagai beton.

8
Bahan komposit mempunyai sifat fisik dan sifat mekanik yang
banyak. Beberapa kelebihan komposit adalah :
 Gabungan dua bahan material yang mempunyai sifat mekanik
yang lebih baik dari bahan dasarnya.
 Bahan komposit tahan terhadap kikisan.
 Produk yang dihasilkan dari paduan logam mempunyai sifat
yang menarik dalam segi fisik.
2.2 Teori Khusus
2.2.1 Kawat Gigi
Bagian bagian dari kawat gigi dapat dilihat pada Gambar 2.1. Bagian
utama dari kawat gigi adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1. kawat gigi beserta bagian bagiannya [2].

Gambar 2.2. Pemakaian kawat gigi pada manusia [3].

9
1. Kawat
Bentuk dari kawat yang digunakan sebagai pengikat braket dari
kawat gigi dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Kawat untuk menghubungkan braket [3]


2. Braket

Selama proses pengobatan / treatment pada gigi, Braket merupakan


bagian yang sangat penting. Braket digunakan untuk membebaskan kekuatan
dari kawat ke gigi. Braket orthodontik modern merupakan pengembangan
dari braket yang ditemukan oleh Edward H Angle [4].
Material yang digunakan untuk membuat braket adalah logam
(Stainless Steel), Keramik, komposit, polimer [4].
Braket Stainless Steel mempunyai sifat ketahanan korosi yang baik
sedangkan braket keramik pada dasarnya menggunakan zat kimia. Semua
braket keramik dipasaran telah disetujui untuk digunakan untuk tujuan
orthodontic sepanjang teknik yang digunakan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan. Bahan ini direkomenadsikan untuk digunakan disebabkan
bahan ini lebih aman untuk digunakan [4]. Bentuk dari braket kawat gigi
dapat dilihat pada Gamabr 2.4.

Gambar 2.4. Bentuk Braket kawat gigi.

10
Pemakaian kawat gigi pada manusia dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 menunjukkan pemakaian kawat gigi pada gigi yang tidak rapi
bentuknya. Kawat gigi yang dipasang menunjukkan kesesuaian dengan
bentuk gigi tersebut.

2.2.2 Larutan Saliva Buatan


Pada tubuh manusia terdapat beberapa cairan yaitu: NaCl (cairan garam),
cairan Hank (kelenjar keringat), cairan saliva (air ludah). Saliva terdiri
sebagian air serta komponen organik dan anorganik [6]. Komponen organik
berupa protein (enzim). Sedangkan komponen anorganik terdiri bikarbonat,
fosfat, natrium, kalium, potassium, klorida, magnesium, sodium. Komponen
anorganik inilah yang berperan sebagai media elektrolit yang dapat memicu
reaksi elektrokimia.
Reaksi pada anoda mengalami oksidasi dan katoda mengalami reduksi.
pH saliva bervariasi antara 5,0 sampai 7,8. Saliva buatan atau larutan
McDougall berperan sebagai larutan penyangga atau buffer dalam medium
atau sebagai pengganti fungsi saliva. Penggunaan saliva buatan penting untuk
mempertahankan pH supaya tetap berada dalam kisaran normal.
Ion logam sebagai anoda dan ion H + dari media elektrolit sebagai katoda.
Reaksi elektrokimia ini menyebabkan pelepasan ion Ni dan Cr dari kawat gigi
stainless steel sebagai tanda terjadinya korosi. Pada kelompok yang direndam
dalam minuman berkarbonasi, terjadi pelepasan ion Ni dan Cr lebih banyak
karena adanya penambahan konsentrasi ion H+ dari asam karbonat (H2CO3).
Asam karbonat dapat meningkatkan potensi terjadinya korosi.
Semakin tinggi konsentrasi asam, maka semakin banyak ion H+ dari asam
yang ikut bereaksi dan mengalami reduksi. Akibatnya, semakin banyak pula
ion logam yang mengalami oksidasi sehingga mempercepat proses korosi.
Rongga mulut termasuk area yang basah karena selalu terbasahi oleh
produksi air liur (saliva). Disintegrasi logam dapat terjadi akibat kelembaban,
atmosfir, larutan asam atau basa, dan bahan kimia tertentu.

11
2.2.3 korosi
Korosi adalah perusakan atau degradasi material secara kimia atau
elektrokimia dengan lingkungan. Contoh korosi, sebatang baja akan berkarat
bila diekspos pada udara terbuka. Pada suhu tinggi, logam akan mengalami
oksidasi yang ditandai oleh munculnya kerak pada permukaan logam.
Kerugian yang timbul akibat korosi sangat besar, rata-rata mencapai 5% dari
pendapatan industri sebuah negara [8]. Namun demikian, ada juga peristiwa
korosi yang bermanfaat yakni pada proses pengetsaan logam untuk
menampilkan kontras permukaan pada pemeriksaan dengan mikroskop optik
[8].

A. Metode Weight Loss

Metode weight loss atau kehilangan berat merupakan metode yang


dapat digunakan untuk mendapatkan laju korosi. Prinsip dari metode ini
adalah dengan menghitung banyaknya material yang hilang atau
kehilangan berat setelah dilakukan pengujian rendaman sesuai dengan
standar ASTM G 31-72. Dengan menghitung massa logam yang telah
dibersihkan dari oksida dan massa tersebut dinyatakan sebagai massa
awal lalu dilakukan pada suatu lingkungan yang korosif seperti pada air
laut selama waktu tertentu. Setelah itu dilakukan penghitungan massa
kembali dari suatu logam setelah dibersihkan logam tersebut dari hasil
korosi yang terbentuk dan massa tersebut dinyatakan sebagai massa
akhir. Dengan mengambil beberapa data seperti luas permukaan yang
terendam, waktu perendaman dan massa jenis logam yang di uji maka
dihasilkan suatu laju korosi

Metode weight loss sering digunakan pada skala industri dan


laboratorium karena peralatan sederhana dan hasil cukup akurat, namun
dari pengujian dengan metode weight loss dalam mendapatkan suatu laju
korosi memiliki kelemahan. Kelemahan tersebut adalah tidak dapat
mendeteksi secara cepat perubahan yang terjadi saat proses korosi.

12
Adapun rumus weight loss sebagai berikut :

W xK
CR ( mpy )=
DA s T

Dimana,

CR = Corrosion rate (mpy)

W = Weight Loss (gram)

K = Konstanta Factor

D = Densitas sspesimen (g/cm3)

As = Surface Area (cm2)

T = Ekposur time (jam)

13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Diagram Alir


Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan proses yang meliputi
studi literatur, persiapan benda uji, pengujian dan analisa data yang dapat dilihat
pada Gambar 3.1.
Mulai

Studi literatur

Penyiapan spesimen uji

Uji
rendam

Pengolahan dan analisa


data

Hasil

Kesimpulan

Selesai
Gambar 3.1. Diagram alir penelitian

14
3.2. Material penelitian
Benda uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah braket kawat gigi
dari bahan logam, keramik dan komposit. Benda uji untuk immersion test ini
mengacu pada metode ASTM G31-72 [5]

Peralatan dan bahan yang digunakan:

1. Gelas bejana ukuran 50 ml, jenis Pyrex. Gelas ini berfungsi sebagai wadah
untuk melakukan uji rendam.

Gambar 3.2 Spesimen dimasukkan ke dalam larutan saliva buatan.

Pada Gambar 3.2 dapat dilihat spesimen dimasukkan ke dalam larutan


saliva. Spesimen yang direndam, diletakkan di ruangan terbuka, dalam temperatur
kamar. Uji rendam ini dilakukan selama 4 minggu.
2. Saliva buatan (pH asam/5,0)
Pembuatan saliva buatan pada penelitian ini mengacu pada metode
McDougall/ASTM G36 [6]. Pada Tabel 4.1 dapat dilihat komposisi larutan saliva
buatan ini dimodifikasi untuk mendapatkan pH asam/5,0. Konsentrasi larutan Cl
(asam kuat) ditambah pada larutan senyawa KCl sebesar 0,07 gr/ltr. Pada metode
McDougall, larutan senyawa KCl berjumlah 0,50 gr/ltr. Namun untuk
mendapatkan pH asam 5.0, diperlukan jumlah larutan senyawa KCl 0,57 gr/ltr.
Begitu pula halnya dengan larutan NaCl dan NaF, diperlukan jumlah larutan
NaCl+NaF sebesar 0,97 gr/ltr untuk mendapatkan pH 5.0. Dalam hal ini, jumlah
larutan NaCl+NaF ditambah 0,40 gr/ltr dari jumlah standar konsentrasi larutan
NaCl+NaF metode McDougall, 0,57 gr/ltr. Pengujian pH dilakukan dengan
menggunakan kertas lakmus dan pH tester. Kertas lakmus dan pH tester bewarna

15
kuning oranye yang menandakan modifikasi saliva buatan untuk pengujian ini,
memiliki pH 5.0. Saliva buatan ini dibuat di Laboratorium kimia Fakultas MIPA
Universitas Bengkulu.
Tabel 3.1 Larutan modifikasi saliva buatan [7].

No Larutan Jumlah (gr/ltr)


1. NaHCO3 9,80
2. Na2HPO4.7H2O 9,30
3. KCl 0,57
4. NaCl 0,47
5. MgSO4.7 H2O 0,12
6. CaCl2 0,05
7. H2O sisa

3.3 Pelaksanaan penelitian


3.3.1. Uji perendaman
Dalam penelitian ini material uji direndam dalam larutan saliva selama 4
minggu. Metode ini dipilih karena lebih sederhana, mudah untuk dilakukan, alat
pengujiannya sedikit. Masing-masing tiga jenis spesimen uji ada tiga buah yang
diuji rendam dalam kurun waktu tersebut.

3.4 Tabel Pengujian


Adapun tabel pengujian yang diperoleh pada penelitian ini adalah sebagai
berikut ;
Tabel 3.2 Tabel Pengujian penelitian

DAFTAR PUSTAKA

16
[1]. Ratner, B. D., etc. Biomaterials Science: An Introduction to Materials in
medicine. Elsevier Academic Press, pp. 283-375.

[2]. Newhart Scott, Braces Manual, Newhart Orthodontic Braces

[3]. Basic Orthodontic, Academy of Gp Orthodontic, www.academygportho.com,


diakses tanggal 22 Juni 2020

[4]. Khan, Haris. Orthodontic Brackets, The University of Lahore Pakistan.

[5]. ASTM Handbook. (2004). Standard Practice for Laboratory Immersion


Corrosion Testing of Titanium, Volume 1: 206-213

[6]. ASM Handbook. (2012). Fundamentals of Medical Implant Materials:


Materials for Medical Devices, ASM International, Materials Park, Ohio, USA.
Volume 23: 303-325.

[7]. Suningsih, N., Novianti, N., dan Andayani, J. (2017). Level Larutan McDougall dan
Asal Cairan Rumen pada Teknik In Vitro. Jurnal Sain Peternakan Indonesia, Vol. 12,
No. 3, pp. 341-352.

[8]. ASTM 348, Standard Test Methods for Knoop and Vickers Hardness
Materials, ASTM International, 100 Barr Harbour Dr., PO Box C700 West
Conshohocken, PA. 19428-2959, United States

17

Anda mungkin juga menyukai