Anda di halaman 1dari 7

ANALISA FAKTOR PENYEBAB KEGAGALAN MESIN GRINDER

PADA PROSES PRODUKSI PLASTIC FILM DI PT. MUTIARA


HEXAGON
Imam Hidayat, Swandya Eka Pratiwi

Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik


Universitas Mercu Buana Jakarta
swandya20@yahoo.com, andi.imam75@gmail.com

ABSTRAK
Bila suatu mesin memiliki tingkat kegagalan yang tinggi, maka perlu dilakukan analisis
mengenai penyebab – penyebab kegagalan tersebut hingga ke akar permasalahannya
sehingga dapat menentukan tindakan yang sesuai untuk meningkatkan kinerja suatu mesin. PT.
Mutiara Hexagon merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang industri pembuatan
plastik kemasan. Dalam line pembuatan lembaran film diperlukan mesin CPP (Cast Poly
Propylene Machine) dan mesin grinder dalam prosesnya. Pada penelitian yang dilakukan di PT.
Mutiara Hexagon, terdapat beberapa kegagalan yang terjadi pada mesin grinder pada proses
produksi plastic film, sehingga menyebabkan seluruh line pada divisi film mengalami downtime.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan analisa mengenai faktor penyebab kegagalan
mesin grinder, penulis melakukan observasi secara langsung dan melihat proses produksi
plastic film.Penulis menggunakan metode Failure Effect and Mode Analysis (FMEA) dan Fault
Tree Analysis (FTA). Penerapan analisis Failure Effect and Mode Analysis (FMEA) dapat
menentukan sejauh mana tingkat kegagalan terjadi. Dari hasil analisis FMEA kemudian dapat
dilanjutkan dengan menggunakan Fault Tree Analysis (FTA) guna mengetahui lebih lanjut
penyebab-penyebab dasar suatu kegagalan.

Dari hasil perhitungan nilai Risk Priority Number (RPN) pada tiap-tiap kegagalan yang
terjadi diantaranya yang paling tinggi adalah kegagalan mesin grinder rusak dengan nilai
kegagalannya mencapai 120. Kemudian dianalisa penyebab kegagalan tersebut dengan
menggunakan metode FTA di dapatkan minimal cut sets yaitu: as grinder patah, katup hisap
blower terbuka terlalu besar, kegagalan pada motor blower, baut pada dudukan pisau patah,
pisau tumpul dan human error. Berdasarkan nilai probabilitas masing-masing cut set didapatkan
nilai probabilitas kegagalan grinder periode 1 Juni 2012 -1 Juni 2013 mencapai 60%.

Kata kunci : Mesin Grinder, FMEA, RPN, Fault Tree Analysis

I. PENDAHULUAN
Pada suatu industri, mendapatkan dengan bidang teknis salah satunya adalah
keuntungan yang optimal dan dapat ketersediaan sumber daya seperti manusia
meminimalisir biaya yang dikeluarkan yang siap untuk bekerja dengan
merupakan tujuan yang ingin dicapai dari mengandalkan keahlian dan kapasitasnya,
berlangsungnya kegiatan produksi. Namun mesin dan sarana penunjang lainnya
jalannya industri untuk mencapai target berada dalam kondisi siap pakai untuk
tidaklah mudah, berbagai kendala harus menjalankan operasi produksi. Untuk
dihadapi dengan memanfaatkan sumber menjamin kondisi siap pakai pada suatu
daya yang dimiliki oleh indutri tersebut. mesin ataupun komponen lainnya, maka
Dilihat dari segi manajemen produksi, maka diperlukan suatu manajemen perawatan
kendala yang mungkin dihadapi oleh suatu atau maintenance yang baik.Bila ditemukan
industri antara lain ketersediaan sumber kondisi dimana suatu mesin memiliki tingkat
daya, waktu pengiriman produk, kegagalan yang tinggi, maka perlu
kebijaksanaan manajemen, dan lain dilakukan analisis mengenai penyebab –
sebagainya. Kendala yang berkaitan penyebab kegagalan tersebut hingga ke

255
akar permasalahannya sehingga dapat kerusakan mesin, jam perbaikan, dan
menentukan tindakan yang sesuai untuk frekuensi terjadinya kerusakan dari laporan
meningkatkan kinerja suatu mesin. divisi maintenance, dan melakukan studi
pustaka guna menemukan referensi yang
PT. Mutiara Hexagon merupakan sesuai dengan tema penelitian.
sebuah perusahaan yang bergerak
dibidang industri pembuatan plastik Diagram Alir
kemasan. Produk yang dihasilkannya
berupa gulungan kemasan berbagai jenis
seperti centre seal, side seal, atau bottom
Mulai
seal. Dalam line pembuatan lembaran film
diperlukan mesin CPP (Cast Poly
Propylene Machine) dan mesin grinder
Studi Pustaka
dalam prosesnya. Diantara proses tersebut,
terdapat proses trimming ketika lembaran
film dipotong di kedua sisinya untuk Pengumpulan Data:
mendapatkan ukuran yang sesuai dengan
permintaan. Film hasil trimming kemudian  Diskusi
disalurkan ke sebuah mesin grinder dimana  Observasi
film tersebut dicacah menjadi potongan-  Data Kerusakan Mesin
Grinder
potongan kecil yang disebut flapping.
Meskipun terlihat seperti mesin
pendamping, mesin grinder memiliki peran Analisa Data Dengan Metode FMEA
penting dalam proses mendaur kembali
sisa film sehingga tidak ada material yang Hitung nilai Risk Priority Number (RPN)
terbuang. Walaupun film sisa trimming Kegagalan Mesin Grinder
masih dapat didaur ulang tanpa mesin
grinder, namun akan membebani mesin
Analisa Lanjut Dengan Metode Fault Tree
cpp karena ukurannya masih berbentuk
Analysis (FTA) untuk Hasil Kualitatif:
lembaran. Pentingnya peranan mesin
grinder dalam proses produksi film,  Menyusun Fault Tree
mengharuskan mesin dapat berfungsi  Menentukan Minimal Cut Sets
secara optimal. Oleh sebab itu, penulis  Menentukan kemungkinan
melakukan penelitian terhadap kegagalan penyebab kegagalan dari analisa
yang terjadi pada mesin grinder, sehingga cut sets
dapat diketahui penyebab –penyebab
kegagalan tersebut. Analisa Lanjut Dengan Metode Fault Tree
Analysis (FTA) untuk Hasil Kuantitatif:

 Menhitung probabilitas minimal


Metode Penelitian cut sets
 Mengevaluasi Minimal cut sets
Penelitian ini dimaksudkan untuk dengan aljabar Boolean
mencari event-event penyebab terjadinya  Mendapatkan hasil probabilitas
kegagalan mesin grinder. Metode yang terjadinya kegagalan pada mesin
dipakai oleh penulis ada alah metode grinder
FMEA dan FTA. Dimana FMEA berfungsi
Hasil:
mencari kekritisan dari suatu kegagalan,
dan metode FTA sebagai alat untuk  Tingkat Kegagalan Mesin Grinder
menemukan penyebab kegagalan dan  Penyebab Kegagalan mesin Grinder
memperoleh nilai probabilitas terjadinya
kegagalan pada mesin grinder. Teknik
pengumpulan data yang dipakai penulis Selesai
adalah dengan menggunakan metode
wawancara dengan bagian divisi
maintenance pada PT. Mutex, mengamati
langsung proses kerja mesin grinder,
mengumpulkan data sekunder mengenai

256
II. LANDASAN TEORI dicapai dengan bantuan empat bilah tetap
Proses Produksi Plastic Film (4) yang dipasang bertentangan dengan
bilah pada rotor . Tepat di bawah ruang
Pengolahan raw material seperti bijih pemotongan ada interchangeable screen (5)
plastik dan material pendukung lainnya yang bertindak sebagai filter. Dengan kata
hingga menjadi suatu gulungan film plastik lain, screen tersebut mempertahankan
diolah dengan menggunakan sebuah mesin potongan material yang lebih besar yang
ektrusi yang dikenal dengan CPP Machine kemudian dikembalikan ke ruang
(Cast Poly Propylene Machine) dan mesin pemotongan untuk dipotong-potong kembali.
grinder sebagai mesin pendukung. Siklus ini berlangsung berulangkali sampai
Prosesnya dimulai dari peleburan material material mencapai ukuran minimum yang
seperti bijih plastik dan material lainnya di diperlukan untuk melewati lubang screen
dalam komponen yang disebut dengan dan kemudian diarahkan ke ruang koleksi
extruder. Material yang mencair di dalam (6) dari mana ia dikeluarkan oleh vakum
extruder kemudian dicetak pada komponen yang diciptakan oleh exhaust fan dan kipas
sheet die dan kemudian digulung pada transportasi.
komponen-komponen yang disebut casting
roll dan serangkaian proses lainnya
sehingga terbentuklah gulungan film.
Diantara proses tersebut, terdapat proses
trimming ketika lembaran film dipotong di
kedua sisinya untuk mendapatkan ukuran
yang sesuai dengan permintaan. Film
hasil trimming kemudian disalurkan
ke sebuah mesin grinder dimana
filam tersebut dicacah menjadi
potongan kecil yang disebut
flapping. Flapping selanjutnya akan
dihisap dan di salurkan kembali ke dalam

Sumber : AERTECNICA CROCI. Operation


And Maintenance Manual

Jenis-Jenis Pemeliharaan dan


Perawatan

Kegiatan pemeliharaan terbagi dalam


dua bentuk yaitu pemeliharaan terencana
(planned maintenance) dan pemeliharaan
hopper sebelum dicairkan di dalam extruder tak berencana (unplanned maintenance).
bersama material lainnya. Perawatan terencana adalah perawatan
yang diorganisisr dan dilakukan dengan
Sumber:http://packagingtechnology.org/upl perencanaan dan pengontrolan yang sudah
oads/posts/2012-06/1338925066_three- ditentukan terlebih dahulu. Sedangkan
layer-cast-film-line.jpg. Diakses tanggal perawatan tak terencana adalah satu jenis
30/03/2013 perawatan yang dilakukan tanpa
perencanaan terlebih dahulu. Perawatan
Grinding Machine preventif adalah perawatan yang
dilakukan pada interval waktu yang
Pengoperasian dari mesin grinder
sudah ditentukan dengan tujuan untuk
dimulai ketika Trimmings yang tiba dari
mengurangi probabilitas kegagalan atau
separator memasuki ruang pemotongan (1)
penurunan performance dari suatu sistem.
di mana mereka dirobek oleh rotor (2) yang
Perawatan korektif adalah perawatan
memiliki tiga bilah yang melekat pada
yang dilakukan setelah peralatan
dudukan rotor (3). Tindakan pemotongan

257
mengalami kegagalan dan perawatan ini dengan Top Event dengan dengan
dimaksudkan untuk mengembalikan menggunakan hubungan logika. Cut set
sistem ke keadaan dimana sistem merupakan kombinasi kegagalan kejadian
tersebut dapat melakukan fungsinya dasar, sedangkan minimal cut set adalah
kembali. kombinasi terkecil dari kegagalan kejadian
Perawatan preventif dapat dibagi dasar.
lagi menjadi scheduled maintenance
(perawatan terjadwal) dan condition based III. Analisa Kegagalan dan Pengolahan
maintenance (Perawatan yang berbasis Data
pada kondisi sistem). Perawatan terjadwal Data kerusakan mesin grinder yang
dilakukan pada interval waktu tertentu, baik diperoleh dari divisi maintenance PT.Mutex
itu banyaknya jam kerja, jumlah siklus periode 1 Juni 2012 – 1 Juni 2013 dapat
yang ytelah dilalui, dan lain – lain. dilihat pada tabel berikut:
Condition based maintenance (perawatan
yang berbasis pada kondisi sistem)
adalah perawatan terhadap suatu yang
dilakukan sebagai hasil dari suatu
kondisi yang sudah diketahui dari hasil
pemantauan secara kontinyu atau
secara periodik.

Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

FMEA (failure mode and effect analysis)


adalah suatu prosedur terstruktur untuk Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
mengidentifikasi dan mencegah
sebanyak mungkin mode kegagalan Sesuai dengan metode yang diterapkan
(failure mode). Untuk menentukan dalam analisa FMEA, data diperiksa untuk
prioritas dari suatu bentuk kegagalan menemukan beberapa modus kegagalan.
meka tim FMEA harus mendefinisikan Adapun modus kegagalannya hanya
terlebih dahulu tentang Severity, dibatasi pada:
Occurrence, Detection, serta hasil akhirnya a. Grinder rusak
yang berupa Risk Priority Number. b. As grinder patah
c. Blade grinder tumpul
Fault Tree Analysis (FTA) d. Pipa bahan sisa sisiran grinder mampet
e. Bahan menggulung di pisau grinder
Fault Tree Analysis merupakan f. Baut pengunci patah
teknik yang memberikan penjelasan g. Motor blower grinder rusak
sistematis dari kombinasi kejadian-kejadian
yang mungkin terjadi dalam sistem yang Kemudian dicari tingkat severity,
mengakibatkan kerusakan. Analisis pohon occurrence, dan detectionnya.
kegagalan merupakan analisis deduktif Untuk mencari tingkat occurence pada
yaitu suatu kejadian disebabkan oleh masing-masing modus kegagalan dapat
kejadian sebelumnya. Kejadian menggunakan tabel berikut sebagai acuan.
sebelumnya disebabkan oleh kejadian lain
lebih lanjut, kegagalan komponen atau
kegagalan operator (manusia). Masing-
masing kegagalan tersebut dianalisis lebih
lanjut penyebabnya sehingga sampai pada
kondisi kejadian dasar (basic event).
Kejadian puncak (Top Event) dari pohon
kegagalan menunjukkan kejadian atau
kondisi yang tidak diinginkan. Top Event
haruslah terlebih dahulu diidentifikasi,
kemudian event-event yang secara
langsung menyebabkan terjadinya Top
Event di identifikasi dan dihubungkan

258
Untuk mencari tingkatan nilai occurrence Dan mencari nilai detection dengan
atau kejadian, didapatkan dengan menggunakan tabel:
persamaan :

Keterangan:
Ppk = Probability Proses Control
Z = Distribusi normal
x = Waktu terjadi
n =Frekuensi kegagalan dalam satu
tahun
p = Peluang kegagalan pertahun
(x/12). Probabilitas yang sukses.
q = Probabilitas yang gagal
σ = Simpangan baku
μ = Nilai tengah
Sehingga di dapatkan nilai RPN (Risk
Sehingga di hasilkan nilai occurence untuk Priority Number) sebesar:
masing-masing modus kegagalan sebesar: RPN = S x O x D

a. Grinder rusak =3  RPN grinder rusak


b. As grinder patah =1 = S x O x D = 8 x 3 x 5 = 120
c. Blade grinder tumpul =1  RPN as grinder patah
d. Pipa bahan sisa sisiran grinder mampet = S x O x D = 8 x 1 x 5 = 40
=1  RPN blade grinder tumpul
e. Bahan menggulung di pisau grinder = 1 = S x O x D = 7 x 1 x 5 = 35
f. Baut pengunci patah =1  RPN pipa bahan sisa sisiran grinder
g. Motor blower grinder rusak =1 mampet
= S x O x D = 7 x 1 x 5 = 35
Kemudian mencari niali severity dengan  RPN bahan menggulung di pisau
tabel berikut: grinder
= S x O x D = 6 x 1 x 5 = 30
 RPN Baut pengunci patah
= S x O x D = 8 x 1 x 5 = 40
 RPN motor blower grinder rusak
= S x O x D = 6 x 1 x 5 = 30

Dapat dilihat tingkat kekritisan kegagalan


pada mesin grinder, dimana apabila nilai
RPN-nya semakin tinggi, maka semakin
kritis kegagalan tersebut.

259
Fault Tree Analysis (FTA) Dan misalkan:
T = Grinder gagal menggunting material
1. Langkah 1. Menentukan tujuan yang (top event)
ingin dicapai dari FTA. Tujuan P1 = As Grinder Patah
pembuatan fault tree analysis disini yaitu P2 = Katup hisap blower terbuka terlalu
untuk mencari penyebab-penyebab besar
kegagalan di grinder sehingga grinder P3 = Kegagalan pada motor blower
tidak dapat berungsi sebagaimana P4 = Baut pada dudukan pisau patah
mestinya dan menyebabkan proses P5 = Pisau tumpul
produksi film terhenti. P6 = Human error
G1 = Material tidak masuk ke dalam
2. Langkah 2. Mendefinisikan top event. grinder
Karena kondisi awal dari sistem adalah G2 = Gap antar pisau grinder berubah
pada saat grinder sedang menggunting G3 = Baut pada dudukan pisau longgar
material trimming, maka kita memilih top S1 = Vibrasi mesin
event yaitu pada saat “grinder gagal
menggunting material”. Setelahnya
dimulai membuat struktur dari fault tree.

Grinder gagal
menggunting material

3. Langkah 3. Mendefinisikan batasan,


cakupan dari sistem dengan
memperhatikan aturan dari FTA.
4. Langkah 4. Memulai membuat fault tree.
Sehingga tersusunlan gerbang logika
sebagai wujud analisa penyebab
kegagalan pada mesin grinder. Dari gambar bisa didapat persamaan
Booleannya:
T = G1 + P1 + G2
G1 = P2 + P3
G2 = G3 + P4 + P5
G3 = S1 + P6

Menggunakan persamaan diatas maka kita


bisa mensubtitusikannya menjadi:
T = G1 + P1 + G2 ( karena G1 = P2 + P3)
= P2 + P3 + P1 + G2
(karena G2 = G3 + P4 + P5 )
= P2 + P3 + P1 + G3 + P4 + P5
( Karena G3 = S1 + P6)
= P2 + P3 + P1 + S1 + P6 + P4 + P5

Setelah tersusun gerbang logika, kita bisa Maka minimal cut set dari gambar. Adalah
merubahnya dalam bentuk simbol untuk {P1}, {P2}, {P3}, {P4}, {P5}, {P6}.
kemudian menentukan minimal cut sets
Analisa Kualitatif
Misalkan:

T adalah top event Analisa kualitatif adalah untuk


mendapatkan kombinasi kegagalan yang
P adalah primary event (basic event) menyebabkan top event pada suatu sistem
atau minimal cut set itu sendiri. Dari
G adalah intermediate event minimal cut set dapat diketahui berapa
banyak kejadian yang dapat berlangsung
S adalah undeveloped event menyebabkan top event terjadi. Hasil

260
analisa kualitatif dari kegagalan sistem IV. PENUTUP
pada sistem pengguntingan material
trimming grinder dengan top event grinder Kesimpulan
gagal menggunting material adalah top
event terjadi jika kejadian di bawah ini Setelah melakukan analisis hasil penelitian
terjadi: didapatkan nilai Risk Priority Number (RPN)
a. As Grinder Patah atau tingkat kekritisan tertinggi yaitu pada
b. Katup hisap blower terbuka terlalu kegagalan grinder rusak, dengan nilai RPN
besar mencapai 120. Sedangkan nilai RPN
c. Kegagalan pada motor blower terhadap as grinder patah adalah 40, blade
d. Baut pada dudukan pisau patah grinder tumpul adalah 35, pipa bahan sisa
e. Pisau tumpul sisiran grinder mampet adalah 35, bahan
f. Human error menggulung di pisau grinder adalah 30,
baut pengunci patah adalah 40, dan motor
Analisa Kuantitatif blower grinder rusak adalah 30. Dan
Dari hasil analisa tersebut , dapat probabilitas terjadinya top event atau
kegagalan grinder pada periode 1 Juni
dicari probabilitas terjadinya tiap- 2012 – 1 Juni 2013, dengan hasil
tiap basic event dengan data probabilitas mencapai 60 %.
kerusakan mesin grinder selama
waktu 12 bulan dengan total 11 DAFTAR PUSTAKA
kejadian . Sehingga probabilitas Amstead, B., Ostwald, P. F. & Begeman, M.
L., 1991. Teknologi Mekanik. Jakarta:
tiap-tiap kejadian yaitu: Penerbit Erlangga.
1. Benjamin S. Blanchard, D. V. E. L. P.,
1995. Maintainability: A Key to Effective
Serviceability and Maintenance
Management. New York: A Wiley-
Interscience.
2. CROCI, A., t.thn. OPERATION AND
MAINTENANCE MANUAL. Via Ticinese:
AERTECNICA CROCI.
3. Kusuma, H., 2009. Manajemen Produksi
: Perencanaan Dan Pengendalian
Produksi. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
4. Priyanta, D., 2000. [Online] Available at:
http://images.patrang.multiply.multiplyco
ntent.com/attachment/0/Sv4hCwoKCDI
AAD6mXys1/CV.pdf[Diakses 10 Juli
2013].
Sehingga, Probabilitas terjadinya top event 5. Sudradjat, A., 2011. Pedoman Praktis
per bulan adalah dengan asumsi kejadian Manajemen Perawatan Mesin Industri.
saling bebas: Bandung: PT. Refika Aditama.
6. Vesely, W., Goldberg, F., Roberts, N. &
Haasl, D., 1981. Fault Tree Handbook.
Washington, D.C.: U.S. Nuclear
Regulatory Commission.
7. Wilbrand Woebcken, W., 1995.
International Plastics Handbook : For
The Technologist, Engineer, and User.
New York: Carl Hanser Verlag.

Dengan persamaan tersebut, didapatkan


nilai probabilitas terjadinya top event atau
kegagalan pada mesin grinder yaitu
sebesar 60 % pada periode 1 Juni 2012 – 1
Juni 2013.

261

Anda mungkin juga menyukai