Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL

Transportasi Sungai: Upaya untuk Meningkatkan


Efisiensi Pengadaan, Penyimpanan dan Distribusi
Gabah/Beras

Oleh:
Rokhani Hasbullah dan Abdul Waries Patiwiri
l$&
«**
ftf*1**
RINGKASAN

Sejak dahulu kala sungai merupakan sarana aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-
hari seperti untuk mencuci, mandi, irigasi, pengangkutan dan pelayaran atau transportasi.
Sebagai jalur transportasi, peran sungai-sungai di Indonesia nampaknya mulai ditinggalkan
dan bergeser ke transportasi moda darat karena adanya anggapan bahwa jalur darat lebih
cepat dibandingkan dengan transportasi sungai. Apalagi, pemerintah lebih memprioritaskan
peningkatan sarana dan prasarana jalur darat. Akibatnya, wilayah-wilayah di jalur sungai
agaktertinggal perkembangannya dan berdampak terhadap jasa sungai yang merupakan
mata pencaharian hidup sebagian masyarakat di sekitar aliran sungai. Dalam menghadapi
krisis energi, potensi sungai perlu mendapatkan perhatian baik sebagai transportasi sungai,
sumber energi alternatif, kelestarian lingkungan maupun manfaat lainnya. Semestinya
kita dapat belajar dari Thailand yang cukup piawai dalam memanfaatkan sungai, tidak
hanya sebagai transportasi tetapi juga sebagai obyek wisata yang menarik.

PENDAHULUAN barat, Sumatera bagian selatan termasuk


Makin pesatnya pertambahan penduduk Lampung dapat dikategorikan pulau yang
Indonesia, menuntut pemenuhan jumlah surplus beras, sedangkan pulau lainnya masih
(kuantitas) produksi beras yang juga terus pada kondisi defisit beras, (iii) rawan terhadap
meningkat. Dengan posisi yang demikian, bencana alam (gempa bumi, tsunami,
maka beras untuk beberapa dekade kekeringan, kebanjiran, serangan hama dan
mendatang tetap akan menjadi "komoditi penyakit), dan (iv) rawan terhadap konflik
strategis". Dalam hal penyediaan dan distribusi sosial.
beras untuk memenuhi kebutuhan Dengan berbagai permasalahan tersebut
masyarakatnya, Indonesia sebagai negara maka cadangan pangan bagi Indonesia sangat
kepulauan dengan jumlah penduduk yang diperlukan untuk menjaga stabilitas negara dan
besar menghadapi beberapa masalah. antara bangsa. Selain jumlah yang dibutuhkan cukup
lain: (i) produksi padi terjadi pada periode besar juga waktu yang diperlukan cukup lama.
tertentu, sedangkan konsumsi beras terjadi Oleh karena itu perlu dipikirkan kebutuhan
terus-menerus, (ii) beberapa pulau yaitu: Jawa, akan sistem transportasi dan penyimpanan
Sulawesi bagian selatan, Nusa Tenggara bagian gabah/beras (biji-bijian)yang efisien yang dapat

Edisi No. 53/XVlIL'Januari-Maret/2009 PANGAN 63


menekan biaya distribusi dan mampu II. PENGADAAN DAN DISTRIBUSI
mempertahankan kualitasnya sehingga tetap GABAH/BERAS
layak untuk dikonsumsi walaupun telah lama Pemerintah berupaya membuat suatu
disimpan. kebijakan perberasan nasional yang
Pembangunan infrastruktur seperti komprehensif, berpihak kepada produsen
jaringan irigasi/drainase dan prasarana jalan di sekaligus tidak merugikan konsumen. Salah
areal pertanian (farm road) yang masih sangat satu permasalahan yang dihadapi petani
terbatas dan biaya input pertanian (pupuk, sebagai produsen beras adalah biaya produksi
pestisida, dan Iain-Iain) yang tinggi meningkat akibat naiknya biaya pengolahan
mengakibatkan sistem pertanian semakin tidak dan transportasi. Upaya Pemerintah untuk
kompetitif, karena biaya produksi per unit melindungi produsen dilakukan dengan (i)
produk menjadi tinggi. Disamping itu, mempersiapkan pembelian gabah dan beras
meningkatnya harga BBM menyebabkan biaya petani dalam negeri, dan (ii) konsolidasi data
distribusi baik input maupun output menjadi produksi dan konsumsi. Disisi lain, Pemerintah
lebih mahal. Pembentukan nilai tambah beras juga berkewajiban membela rakyat sebagai
di dalam sistem agribisnis beras dapat konsumen beras melalui penyediaan stok beras
dilakukan melalui: perbaikan mutu baik pada yang cukup dan merata dengan harga yang
sistem off-farm dan on-farm, menekan susut terjangkau. Kebijakan Pemerintah untuk
panen dan pascapanen, penanganan membela konsumen bertujuan: (i) untuk
pascapanen secara lebih baik serta menekan memberikan jaminan ketersediaan beras di
biaya penyimpanan dan distribusi. seluruh wilayah Indonesia sehingga stok beras
Pembangunan infrastruktur sistem aman, (ii)mengendalikan stabilitas harga/inflasi
transportasi pengadaan, penyimpanan dan (harga terjangkau), dan (iii) mengendalikan mutu
distribusi secara terpadu diyakini sebagai beras.
instrumen dasar untuk membantu Stok beras yang ada di masyarakat saat
meningkatkan kemudahan akses, menekan ini sebagian besar dikuasai oleh para pedagang
biaya operasional dan mempertahankan mutu dan penggilingan padi, sedangkan stok yang
produk. DiThailand, sistem transportasi sungai dimiliki oleh Pemerintah/Perum Bulog relatif
menggunakan kapal tongkang (barges) menjadi terbatas. Dalam sudut pandang logistik, pada
pilihan utama untuk menekan biaya kondisi operasional Perum Bulog seperti saat
transportasi. Kebanyakan industri di Thailand
ini perlu kepastian jumlah stok beras per
dibangun di pinggir sungai Chao Phraya (dibaca wilayah yang benar-benaraman dan siap untuk
Chow Pry Ahh) untuk memudahkan dan
dimanfaatkan apabila terjadi gejolak harga
menekan biaya transportasi. Di Indonesia
maupun bencana alam.
terutama di Kalimantan dan Sumatera terdapat
Salah satu fungsi Perum Bulog adalah
banyak sungai yang cukup potensial untuk
melaksanakan pengadaan gabah/beras di
sistem transportasi, namun belum dikelola dan
dalam negeri. Tujuan pengadaan gabah/beras
dimanfaatkan secara optimal, termasuk
dalam negeri adalah untuk memberi jaminan
sebagai sarana transportasi.
harga yang wajar bagi petani sehingga petani
Tulisan ini memberikan gambaran umum
tetap bergairah meningkatkan produksinya.
mengenai sistem transportasi dalam
Sebagai fungsi penting, pengadaan
pengadaan, penyimpanan dan distribusi gabah/
menentukan kinerja BULOG secara
beras (biji-bijian) pada berbagai moda
keseluruhan. Bagian terbesar pengadaan
transportasi (darat dan air). Semoga tulisan
adalah pembelian gabah dari petani, sehingga
ini bermanfaat sebagai bahan pertimbangan
pengambilan keputusan bagi pemerintah diharapkan dapat menjadi price setting (harga
maupun pemilik modal, atau pihak lainnya yang pagu GKP) bersamaan dengan pemenuhan
berkepentingan dalam sistem pengadaan, bisnis baik untuk pemenuhan fungsi sosial
penyimpanan dan distribusi gabah/beras untuk maupun bisnis komersial. Dalam konteks ini,
menjamin kestabilan pasokan dan menekan aspek distribusi menjadi salah satu aspek yang
biaya transportasi. terpenting.

64 PANGAN Edisi No. 53'XVlIL'Januari-Maret/2009


Distribusi diartikan sebagai pemindahan III. SISTEM DISTRIBUSI GABAH/BERAS
beras dari daerah surplus ke daerah defisit untuk
3.1. Rantai Distribusi Gabah;Beras
meratakan penyediaan beras diseluruh wilayah
Indonesia sehingga mempermudah penyaluran Rantai distribusi gabah/beras untuk
apabila sewaktu-waktu terjadi gejolak harga mencapai titik distribusi akhir (konsumen)
tergantung pada banyak faktor. Aliran yang
maupun terjadi bencana alam. Kegiatan
distribusi selain dilakukan oleh swasta melalui
paling dasar adalah dari lahan produsen ke
fasiiitas penyimpanan pada konsumen akhir.
mekanisme pasar, juga dilakukan oleh
pemerintah melalui Perum Bulog. Untuk Pada suatu sentra produksi dengan banyak
menunjang kelancaran distribusi, pemerintah petani yang mencakup areal panen yang cukup
berupaya meningkatkan penyediaan sarana luas, gabah/beras dapat disimpan pada
transportasi dan sarana pergudangan baik yang fasilitas-fasilitas penyimpanan yang dimiliki
petani (on-farm storage) sebelum dijual atau
dikelola oleh swasta maupun pemerintah.
didistribusikan.
Dengan demikian distribusi beras dapat
menjangkau hingga ke daerah-daerah pelosok/ Gambar 1 menunjukkan rangkaian
terpencil di seluruh wilayah Indonesia dan kombinasi aliran produk dari produsen ke
konsumen pada lokasi yang bervariasi dalam
mudah diakses oleh penduduk di daerah
suatu wilayah. Dari diagram tersebut dapat
tersebut. Kebijakan distribusi bertujuan untuk
melaksanakan distribusi seefisien mungkin diilustrasikan bahwa produsen pada awalnya
dengan prinsip 5 Tepat (waktu, jumlah, lokasi, dapat menyimpan pada on-farm storage dan
kemudian menjualnya ke penggilingan padi
sasaran, harga). Masalah distribusi yang terjadi
terpadu (country elevator), sub terminal
saat ini antara lain (1) mahalnya harga BBM,
(2) hambatan cuaca (hujan, banjir,dan Iain-Iain), agribisnis (Sub-TAB),terminal agribisnis (TAB)
atau bahkan dijual langsung ke konsumen
dan (3) kenaikan tarif maupun ongkos (resmi/
akhir. Jika tidak terdapat fasiiitas on-farm
tidak resmi) yang berdampak pada kenaikan
storage, gabah/beras bisa saja didistribusikan
harga beras.
langsung ke salah satu jenis elevator atau
langsung ke konsumen akhir melalui saluran
pendistribusian yang sesuai.

Country
Elevator

On-Farm
Storage

Gambar 1. Variasi aliran distribusi gabah/beras dari produsen ke konsumen dalam suatu wilayah.

Edisi No. 53/'X\lIL'Januari-Maret//2009 PANGAN 65


Distribusi gabah/beras dari petani ke (on-farm storage) ke konsumen tertentu
konsumen dapat melewati banyak jalur dengan melalui koordinator pasar (market
konfirgurasi yang berbeda tergantung pada coordinator). Peranan koordinator pasar
lokasi, komoditas dan asal produsen. Secara adalah untuk mengkoordinasikan
garis besar, penanganan dan distribusi gabah/ kebutuhan dan pengiriman gabah/beras
beras dapat dibedakan ke dalam tiga antara petani dan konsumen. Pada
konfigurasi aliran berdasarkan volume yang distribusi volume sedang dan besar, fungsi
akan ditangani (Sonka era/., 2000). ini dikakukan oleh elevator. Fungsi
(1) Distribusi Volume Besar; aliran utama koordinator pasar seperti layaknya
adalah dari petani ke Sub-TAB atau TAB mengatur aktivitas bisnis ke bisnis secara
dimana gabah/beras dalam volume besar e-commerce. Fungsi koordinasi pasar
dikumpulkan disana. Kemudian dari Sub- meliputi dua hal, yaitu (i)
TAB atau TAB gabah/beras didistribusikan mengkoordinasikan pengiriman barang
ke konsumen dengan volume yang lebih secara langsung dari produsen ke
kecil. Implikasi adalah: (i) ??Petani yang konsumen, dan (ii) mengkoordinasikan
berada di daerah yang dekat dengan pengumpulan gabah/beras dari fasiiitas
fasiiitas pengumpulan (sub terminal atau pengumpulan yang ada. Implikasinya
terminal elevator) akan mendapatkan adalah: (i) produsen umumnya berada di
insentif untuk menyalurkan produknya daerah yang dekat dengan daerah
dalam volume besar, dan (ii) konsumen konsumen atau dekat dengan fasiiitas
mungkin saja berada pada lokasi yang pengumpulan, (ii) konsumen khusus
cukup jauh dari titik-titik pengumpulan tersebut akan membangun pabrik mereka
utama ini untuk menghindari keharusan (pengolahan) di daerah dimana petani
bersaing dalam volume. mengalami kesulitan mendistribusikan
(2) Distribusi Volume Sedang ; aliran produknya.
distribusi gabah/beras untuk volume Dengan melihat konfigurasi distribusi
sedang (medium) umumnya mengalami pada berbagai volume gabah/beras yang akan
pemecahan/pemisahan saluran. ditanganinya maka memungkinkan untuk
Pergerakan utama gabah/beras adalah dari mengidentifikasi jenis transportasi yang layak
petani ke fasiiitas pengumpulan berupa untuk melayani pasar. Tabel 1 menyajikan
penggilingan padi terpadu (country beberapa moda transportasi yang dapat
elevator) dan Sub-TAB yang mampu digunakan pada setiap konfigurasi distribusi.
menangani pemisahan dalam volume Konfigurasi distribusi volume besar
sedang. Implikasi adalah: (i) petani yang umumnya menggunakan truk, kereta api dan
tidak memiliki fasiiitas penyimpanan (on- tongkang (barge) sebagai moda transportasi
farm storage) akan mendapatkan utama. Namun demikian, pada kondisi geografi
keuntungan bergabung dengan saluran tertentu sering kali digunakan truk dengan
distribusi yang ada, (ii) TAB yang ada perlu konfigurasi aliran untuk volume sedang atau
melakukan penataan konfigurasinya agar kecil. Sedangkan pada konfigurasi distribusi
mampu menangani multi saluran, dan (iii) volume menengah umumnya digunakan truk
karena keterbatasan jumlah saluran yang dan pada kondisitertentu digunakan juga kereta
dapat ditangani oleh TAB, maka zona api dengan rangkaian gerbong yang dapat
produksi dapat dikembangkan di sekitar dipisahkan tergantung pada fasiiitas
TAB yang fokus untuk dua atau tiga jenis penyimpanan yang tersedia di daerah
gabah/beras. konsumen. Penggunaan kereta api juga
(3) Distribusi Volume Kecil; konfigurasi ini memungkinkan untuk mendistribusikan
menangani pemecahan jalur distribusi berbagai jenis gabah/beras dengan volume
gabah/beras, dimana umumnya gabah/ aliran kecil sesuai kapasitas penyimpanan
beras mengalir secara langsung dari yang tersedia. Sementara pada konfigurasi
fasiiitas penyimpanan yang dimiliki petani distribusi volume kecil sepenuhnya

66 PANGAN Edisi No. 53/XVIIl/Januari-Maret'2009


menggunakan truk. Untuk jalur pelayanan transportasi antar pulau, gabah/beras kemudian
pelanggan lebih disukai menggunakan dikapalkan menggunakan moda transportasi
kontainer yang dapat ditransportasikan yang lebih besar. Transportasi yang optimal
menggunakan truk atau kereta tergantung pada antar titik distribusi akan tergantung pada
jaraktempuhnya. volume produk, jarak tempuh dan moda
transportasi yang tersedia. Tabel 2
3.2. Model Transportasi Gabah/beras memperlihatkan perbandingan volume pada
Saat ini transportasi gabah/beras berbagai moda transportasi yang umum
dilakukan dengan sistem karungan digunakan (Sonka era/., 2000).
menggunakan truk dengan fasiiitas penerimaan Suatu hal yang mendasar adalah bahwa
berupa gudang konvensional. Pada transportasi kebanyakan konsumen membutuhkan suatu
gabah/beras dalam volume besar dapat pasokan yang stabil (steady) sepanjang tahun.
dilakukan dengan sistem curah untuk Kenyataan ini menuntut tersedianya
meningkatkan efisiensi biaya. Fasiiitas infrastruktur transportasi dan penanganan
penerimaan dirancang untuk memudahkan komoditas gabah/beras yang memadai. Pada
memasukkan produk dari truk ke dalam bak penanganan gabah/beras dalam volume kecil
penyimpanan (silo) dimana tiap silo diisi hingga dengan banyak tujuan pengiriman maupun
penuh sebelum pindah ke silo yang lain. Untuk jenis gabah/beras yang beragam, penggunaan

Tabel 1. Pemilihan moda transportasi berdasarkan volume produk yang ditangani.

Alternatif Moda Transportasi


Konfigurasi
Kontainer Truk Kereta api Tongkang
Volume besar Tidak Ya Ya Ya

Volume sedang Tidak Ya Sebagian Terbatas

Volume kecil Tidak Ya Kontainer Tidak


Sumber: Sonka et al., 2000.

Tabel 2. Perbandingan kapasitas angkut pada berbagai moda transportasi.

Unit Kapasitas Truk Kontainer Kereta Kapal Vessel Vessel


50 grb tongkang cepat besar

Truk 1,0

Kontainer 4,0 1,0

Kereta 50 grb 198,4 50,0 1,0

Kapal tongkang 59 5 15,0 0,3 1,0

Kapal vessel cepat 1.312,3 330.7 6,6 22,0 1,0

Kapalvessel besar 2.187,2 551,2 11,0 36,7 1,7 1,0

Sumber: Sonka et al., 2000.

Edisi No. 53/XVIII.'Januari-Marel'2009 PANGAN 67


End-User End-User
Storage

Orr Foam
Storage

Gambar 2. Sistem transportasi moda darat menggunakan truk melalui fasiiitas pengumpulan.

moda transportasi darat berupa truk adalah Model lain dari sistem transportasi moda
yang terbaik dibandingkan kereta. Umumnya darat menggunakan truk adalah dengan
gabah/beras dikumpulkan langsung dari petani mengangkutnya secara langsung dan terus-
ataupun dari fasiiitas penyimpanan (on-farm menerus dari on-farm storage ke end-user
storage) ke penggilingan padi. Dari sana storage seperti ditunjukkan pada Gambar 3.
kemudian gabah/beras ditransportasikan ke Akan tetapi, kebanyakan fasiiitas tidak
lokasi konsumen berdasarkan jumlah dirancang untuk mengakomodasi pemisahan
kebutuhan pasokan. Sistem distribusi gabah/ dari beberapa jenis gabah/beras yang berbeda.
beras menggunakan alat transportasi truk Di masa yang akan datang seiring dengan
diperlihatkan pada Gambar 2. Pendekatan ini krisis energi, sistem transportasi jarak jauh
akan layak apabila fasiiitas pengumpulan menggunakan truk mulai akan ditinggalkan
memiliki kapasitas yang cukup untuk memenuhi untuk menekan biaya transportasi. Salah satu
kebutuhan pasokan pada lokasi yang berbeda- model transportasi yang dikembangkan adalah
beda (multiple lines) dan adanya kesesuaian meningkatkan kapasitas penyimpanan di
skala fasiiitas penyimpanan antara daerah daerah konsumsi dan mengurangi frekuensi
produksi dan daerah konsumsi untuk menjaga pengiriman. Sistem transportasi seperti ini
pasokan yang stabil. dapat dilakukan dengan moda transportasi

End-User End-User
Low Volume Storage
Many Trips

Om Foam
Storage

Gambar 3 Sistem transportasi moda darat menggunakan truk secara langsung dari on-farm storage ke end-user
storage.

68 PANGAN Edisi No. 53/XVllL'Januari-Maret/2009


Eno-User End-User
Storage

Om Foam
Storage

Gambar 4. Sistem transportasi moda darat menggunakan kereta

End-User End-User
Storage

Om Foam
Storage

Gambar 5. Sistem transportasi moda air menggunakan kapal tongkang (barge)

darat menggunakan kereta maupun moda terminal gabah/beras yang melayani moda
transportasi sungai menggunakan kapal transportasi darat dan air dengan alat
tongkang atau barges. Sistem transportasi transportasi kereta api, kapal laut atau barges
moda darat menggunakan kereta diperiihatkan dan truk secara terpadu baik di daerah sentra
pada Gambar 4, sedangkan pada Gambar 5 produksi maupun di daerah konsumen. Gambar
diperlihatkan sistem transportasi moda sungai 6 dan 7 masing-masing memperlihatkan tata
menggunakan barges. letak dan tampak samping dari sistem
Pemilihan model transportasi tentunya transportasi yang memadukan moda darat dan
disesuaikan dengan karakteristik bahan yang air (Economic & Engineering Study, 1972).
akan ditangani, volume bahan yang akan
diangkut, jenis alat transportasi dan fasiiitas
penyimpanan yang ada, serta kondisi geografi
antara daerah sentra produksi dan sentra
konsumsi. Sebagai negara agraris penghasil
utama gabah/beras (biji-bijian)yang berbentuk
kepulauan, idealnya Indonesia memiliki suatu

Edisi No. 53/XVIIl'Januari-Maret'2009 PANGAN 69


JVL
rjr- .—o

•i

(0DBMi>
^ • •

Gambar 6. Tata letak infrastruktur transportasi gabah/beras yang memadukan moda darat dan air.

UWLOAOING
SftNTHY

H I! •; iff 5]£
A Li i'i fir iln

VERTICAL TTPe

vtrliiv-Mv lift

Gambar 7. Denah tampak samping infrastruktur transportasi yang memadukan moda darat dan air.

70 PANGAN Edisi No. 53/XVIIL'Januari-Maret/2009


3.3. Sistem Transporasi Sungai di Thailand Salah satu industri penggilingan padi
Thailand merupakan Negara produsen modern yangmenggunakan transportasi sungai
beras ketiga terbesar diAsia Tenggara setelah adalah Siam Indica Co. Ltd. di propinsi Ang
Indonesia dan Vietnam, tetapi merupakan Thong. Industri ini dibangun dipinggir sungai
negara terbesar pengekspor beras ke pasar Chao Phraya, mengolah beras pecah kulit
internasional (Gumbira-Sa'id er al., 2004). menjadi beras sosoh dengan kapasitas
Negara tersebut mengaplikasikan kemajuan produksi 4.000 sampai 5.000 ton per hari
teknologi untuk meningkatkan efisiensi (Rokhani dan Patiwiri, 2008; Wawancara
terutama dalam proses produksi dan distribusi. langsung dengan pihak industri). Sementara
Thailand nampaknya cukup piawai dalam proses pengolahan gabah menjadi beras pecah
memanfaatkan sungai, tidak hanya sebagai kulit dilakukan di pabrik penggilingan yang
sarana distribusi/transportasi, tetapi juga berlokasi di propinsi Ayuthaya. Beras yang
sebagai obyek wisata yang menarik. dihasilkan diekspor ke berbagai negara di Asia,
Masyarakat Thailand menempatkan sungai di Afrika maupun Eropa. Transportasi beras dari
'depart bukan di 'belakang'. Sungai sebagai pabrik menuju pelabuhan laut dalam (deep sea
"best view'' yang indah dan bersahabat dimana port) di pulau Sichan dilakukan dengan
banyak hotel dan restoran menggunakannya menggunakan transportasi sungai dengan alat
sebagai back yard untuk menikmati keindahan transportasi berupa kapal tongkang (barges).
alamnya. Kapasitas muat kapal tongkang mencapai 600
Sungai Chao Phraya terdiri dari empat ton atau setara dengan konvoi 60 truk dengan
anak sungai yang mengalir dari daerah utara jarak tempuh sekitar 150 km. Beras dalam
Thailand. Ke empat anak sungai itu adalah bentuk kemasan karung 50 kg
sungai Ping, Wang, Yom dan Nan yang ditransportasikan dari pabrik menuju kapal
bertemu di Pak Nam Pho di wilayah Muang tongkang dengan menggunakan ban berjalan
propinsi Nakhon Sawan. Panjang sungai Chao (belt conveyor)
Phraya yang mencapai 370 km ini menjadi
sarana transportasi utama baik transportasi IV. PENUTUP
massal maupun barang yang akan diekspor. Indonesia sebagai negara kepulauan
Transportasi sungai yang dikembangkan seyogyanya memiliki infrastruktur sistem
Thailand nampaknya cukup efektif dan efisien transportasi pengadaan, penyimpanan dan
sebagai sarana transportasi barang-baranng distribusi yang memadukan transportasi moda
ekspor sehingga mampu meningkatkan darat dan air secara terintegrasi untuk
dayasaing produk di pasaran internasional. membantu meningkatkan kemudahan akses,
Setiap hari lalu-lalang sejumlah kapal tongkang menekan biaya operasional dan
(barges) mengangkut barang-barang mempertahankan mutu produk. Sistem
perdagangan seperti beras. minyak, minuman, transportasi sungai sebagai salah satu layanan
beton. barang tambang, maupun produk angkutan yang aman. murah dan ramah
pertanian lainnya yang mengindikasikan lingkungan nampaknya perlu dikembangkan
pentingnya peranan sungai dalam model dalam menghadapi krisis energi dan untuk
distribusi perekonomian modern. Kapal-kapal meningkatkan dayasaing produk pertanian.
tongkang dengan kapasitas muat antara 400 Produk pertanian seperti karet, kayu. kelapa
ton hingga 600 ton tersebut ditarik sawit dan Iain-Iain dapat didistibusikan melalui
menggunakan kapal ikan ataupun feri. Begitu sungai. Indonesia mempunyai banyak sungai
besarnya peranan sungai untuk transpotasi dan yang cukup potensial sebagai sarana
dengan adanya krisis energi, kini kebanyakan transportasi, seperti sungai Musi dan sungai
industri mulai meninggalkan penggunaan truk,' Siak di Sumatera, sungai Kapuas dan sungai
trailer sebagai alat transportasi dan beralih ke Barito di Kalimantan. Oleh karena itu perlu
transportasi sungai menggunakan kapal dilakukan kajian mendalam tentang sistem
tongkang. transportasi sungai dari segala aspek
termasuk aspek tekno-ekonominya.

Edisi No. 53/XVlII/Januari-Maret/2009 PANGAN 71


DAFTAR PUSTAKA

Economic & Engineering Study. 1972. Rice Storage,


Handling and Marketing - The Republic of
Indonesia. Weitz-Hettelsater Engineers
Missouri, USA
Gumbira-Sa'id E, U Sumarwan dan G.C. Dewi. 2004.
Sistem agribisnis beras di negara eksportir
utama beras (Thailand) dan produsen beras
terbesar di dunia (Republik Rakyat Cina).
Laporan Studi Banding (Patokduga). Kerjasama
antara PT Bank Bukopin-Bulog-MMA IPB.
LPPM IPB 2008. Perancangan infrastruktur sistem
terpadu pengadaan. penyimpanan dan distribusi
beras (biji-bijian). Usulan Teknis. Kerjasama
antara Perum BULOG dan Lembaga Penelitian
Dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM)
PB
Seidler, E. 2001. Wholesale Market Development- FAO's
Experience Paper prepared for the 22nd
Congress of the World Union of Wholesale
Markets. Durban, South Africa.
Sonka, S., R.C. Schroeder and C. Cunningham. 2000.
Transportation, Handling, and Logistical
Implications of Bioengineered Grains and
Oilseeds: A Prospective Analysis. USDA
Agricultural Marketing. USA.

Rokhani Hasbullah, adalah dosen (Lektor


Kepala) dan Kepala Bagian Lingkungan dan
Bangunan Pertanian pada Departemen Teknik
Gambar 8. Sistem konveyor unluk mentransportasikan
Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
beras dari pabrik ke kapal tongkang. Pertanian Bogor (IPB).
Abdul Waries Patiwiri, adalah Direktur
Pelayanan Publik Perum Bulog dan Ketua III
Perhimpunan Pengusaha Penggilingan Padi
Indonesia (PERPADI).

72 PANGAN Edisi No. 53/XVIIl/Januari-Maret/2009

Anda mungkin juga menyukai