Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan perekonomian global membawa pengaruh terhadap perkembangan hukum

terutama hukum dagang yang merupakan roda penggerak perekonomian. Perkembangan tersebut

membuat banyaknya dalam usaha dagang yang dimana merupakan si pemilik dari usaha dagang

tersebut memilih untuk meminjam modal (uang) kepada pihak lain. Peminjaman uang tersebut

juga memiliki jangka waktu yang di tentukan oleh para pihak dalam pengembaliannya. Dalam

dunia hukum, debitur yang tidak dapat kewajibannya terhadap kreditur dapat dinyatakan pailit.

Karena apabila hal itu dibirkan berlarut-larut akan dapat menggangu tatanan kehidupan ekonomi

yang sudah ada. Pada dasarnya Kepailitan dapat terjadi karena makin pesatnya perkembangan

perekonomian dan perdagangan dimana muncul berbagai macam permasalahan utang piutang

yang timbul dalam masyarakat. Begitu juga dengan krisis moneter yang terjadi di Indonesia telah

memberikan dampak yang tidak  menguntungkan terhadap perekonomian nasional sehingga

menimbulkan kesulitan besar terhadap dunia usaha dalam menyelesaikan utang piutang untuk

meneruskan kegiatan usahanya.

Setiap debitur yang berada dalam keadaan berhenti membayar dapat dijatuhi putusan

kepailitan. Debitur ini dapat berupa perorangan (badan pribadi) maupun badan hukum. Di sisi

lain, terdapat juga debitur yang memiliki utang terhadap kreditur dengan menjaminkan harta

bendanya (Hak Jaminan). Dimana Hak Jaminan berfungsi untuk pelunasan apabila debitur ingkar

janji. Selain itu pentingnya Hak Jaminan yaitu demi keamanan pemberian kredit dalam arti

1
piutang dari pihak yang memberi pinjaman akan terjamin dengan adanya jaminan. Sehingga

bilamana debitur ingkar janji, maka kreditur berhak mengeksekusi jaminan yang di berikan oleh

debitur. Dengan dijatuhkannya putusan pailit oleh Pengadilan Niaga, debitur demi hukum

kehilangan haknya untuk berbuat sesuatu terhadap penguasaan dan pengurusan harta kekayaan

yang termasuk dalam kepailitan terhitung sejak tanggal kepailitan itu. Kepailitan mengakibatkan

seluruh harta kekayaan debitur serta segalasesuatu yang diperoleh selama kepailitan berada

dalam sitaan umum sejak saat putusan pernyataan pailit di ucapkan. Setiap putusan pailit yang

dikeluarkan oleh pengadilan memiliki akibat hukum yang bermacam-macam, akibat hukum

tersebut adalah konsekuensi dari putusan pailit yang dikeluarkan.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah status Hak Jaminan bilamana debitur mengalami pailit?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Agar memberi pengetahuan terkait hak jaminan bilamana debitur mengalami pailit.

2. Untuk memahami lebih lanjut mengenai akibat hukum dari putusan pailit secara umum

serta akibat hukum putusan pailit secara khusus.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pemaparan

2.1.1 Hukum Kepailitan

A. Pengertian Kepailitan

Kepailitan merupakan suatu proses dimana seorang debitur yang mempunyai kesulitan

keuangan untuk membayar utangnya dinyatakan pailit oleh pengadilan, dalam hal ini adalah

pengadilan niaga, dikarenakan debitur tersebut tidak dapat membayar utangnya, Harta

debitur dapat dibagikan kepada para kreditur sesuai dengan peraturan perundangan yang

berlaku. Menurut Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang

Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UUK dan

PKPU) menyatakan bahwa, Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitur Pailit

yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim

Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Dilihat dari segi Lembaga makan Kepailitan yaitu suatu Lembaga hukum dalam hukum

perdata yang dapat dimanfaatkan oleh kreditur untuk menyelesaikan hutang debitur yang

sudah jatuh tempo dan dapat ditagih.

Jadi dalam hal ini dapat disimpulkan hukum kepailitan adalah …………….. (cari

dibuku)

3
B. Syarat Kepailitan

Hal ini dijelaskan dalam Pasal 2 ayat (1) UUK dan PKPU:

“Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak mambayar lunas

sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit

dengan putusan pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas

permohonan satu atau lebih kreditornya.”

Menurut pasal 2 ayat (1) UUK dan PKPU di atas, supaya pasal 1131 dan 1132 KUHP

berlaku sebagai jaminan pelunasan utang Kreditur, maka pernyataan pailit tersebut

harus dilakukan dengan putusan Pengadilan yang terlebih dahulu dimohonkan kepada

Pengadilan Niaga. Menurut Gunawan Widjaja, maksud dari permohonan dan putusan

pailit tersebut kepada Pengadilan adalah untuk memenuhi asas publisitas dari keadaan

tidak mampu membayar Debitur. Asas tersebut dimaksudkan untuk memberitahukan

kepada khalayak umum bahwa Debitur dalam keadaan tidak mampu membayar, dan

hal tersebut memberi kesempatan kepada Kreditur lain yang berkepentingan untuk

melakukan tindakan. Dengan demikian, dari pasal tersebut dapat kita tarik kesimpulan

bahwa dikabulkannya suatu pernyataan pailit jika dapat terpenuhinya persyaratan

kepailitan sebagai berikut:

1. Debitur tersebut mempunyai dua atau lebih Kreditur (copas blog

bahankuliyah )

2. Adanya hutang

3. Minimal satu hutang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih

4. Adanya debitur

4
5. Adanya kreditur (lebih dari satu kreditur)

6. Permohonan pernyataan pailit

7. Pernyataan pailit oleh Pengadilan Niaga

C. Peraturan Kepailitan

D. Langkah-langkah dalam Proses Kepailitan ( isi juga pihak yg dapat mengajukan

pailit)

1. Permohonan pailit, syarat permohonan pailit telah diatur dalam UU No. 4 Tahun

1998, seperti apa yang telah ditulis di atas

2. Keputusan pailit berkekuatan tetap, jangka waktu permohonan pailit sampai

keputusan pailit berkekuatan tetap adalah 90 hari

3. Rapat verifikasi, adalah rapat pendaftaran utang – piutang, pada langkah ini

dilakukan pendataan berupa jumlah utang dan piutang yang dimiliki oleh debitur.

Verifikasi utang merupakan tahap yang paling penting dalam kepailitan karena

akan ditentukan urutan pertimbangan hak dari masing – masing kreditur

4. Perdamaian, jika perdamaian diterima maka proses kepailitan berakhir, jika tidak

maka akan dilanjutkan ke proses selanjutnya. Proses perdamaian selalu

diupayakan dan diagendakan

5. Homologasi akur, yaitu permintaan pengesahan oleh Pengadilan Niaga, jika

proses perdamaian diterima

5
6. Insolvensi, yaitu suatu keadaan dimana debitur dinyatakan benar – benar tidak

mampu membayar, atau dengan kata lain harta debitur lebih sedikit jumlah

dengan hutangnya

7. Pemberesan atau likuidasi, yaitu penjualan harta kekayaan debitur pailit, yang

dibagikan kepada kreditur konkruen, setelah dikurangi biaya-biaya

8. Rehabilitasi, yaitu suatu usaha pemulihan nama baik kreditur, akan tetapi dengan

catatan jika proses perdamaian diterima, karena jika perdamaian ditolak maka

rehabilitasi tidak ada

9. Kepailitan berakhir.

E. Akibat hukum putusan kepailitan (cari yg banyak)

2.1.2. Hak Jaminan

A. Pengertian Jaminan dan Hukum Jaminan

Jaminan atau agunan adalah aset pihak peminjam yang dijanjikan kepada pemberi

pinjaman jika peminjam tidak dapat mengembalikan pinjaman tersebut. Jika peminjam

gagal bayar, pihak pemberi pinjaman dapat memiliki agunan tersebut. Dalam

pemeringkatan kredit, jaminan sering menjadi faktor penting untuk meningkatkan nilai

kredit perseorangan ataupun perusahaan. Bahkan dalam perjanjian kredit gadai, jaminan

merupakan satu-satunya faktor yang dinilai dalam menentukan besarnya pinjaman.

Sedangkan pengertian angunan dalam pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(selanjutnya disebut KUHPer) adalah :

6
“Segala barang-barang bergerak dan tak bergerak milik debitur, baik yang sudah ada

maupun yang akan ada, menjadi jaminan untuk perikatan-perikatan perorangan debitur

itu.”

Sedangkan pengertian Hukum Jaminan adalah..........

B. Fungsi jaminan

C. Jenis jaminan

Anda mungkin juga menyukai