Anda di halaman 1dari 21

MANAJEMEN KEUANGAN

“INVESTASI DALAM PIUTANG”

Dosen Pengampu: Eka Murtiasari , SE, M.SI

Disusun oleh:

Aprilia Ayu L (04) 3.41.18.4.04

Dinda Faradhila W.T (08) 3.41.18.4.08

Nora Anjani (17) 3.41.18.4.18

Sekar Dwi P (21) 3.41.18.4.22

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

Tahun Ajaran 2020/2021

1
Table of Contents
BAB 1.........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................3
LATAR BELAKANG.............................................................................................................................3
RUMUSAN MASALAH........................................................................................................................3
TUJUAN.................................................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
KAJIAN PUSTAKA...................................................................................................................................5
A. PENGERTIAN PIUTANG..............................................................................................................5
B. KLASIFIKASI PIUTANG..............................................................................................................6
1. Piutang Usaha..............................................................................................................................6
2. Wesel Tagih.................................................................................................................................7
3. Piutang Lain-Lain........................................................................................................................8
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PIUTANG USAHA..........................................8
a. Volume Penjualan Kredit.............................................................................................................9
b. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit...........................................................................................9
c. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit........................................................................................9
d. Kebijakan dalam Penagihan Piutang............................................................................................9
e. Kebiasaan Pembayaran Pelanggan.............................................................................................10
D. PENILAIAN RISIKO KREDIT DAN PENYARINGAN PARA PELANGGAN..........................11
1) 5-C dalam kredit........................................................................................................................11
2) Standar kredit.............................................................................................................................12
E. TINGKAT PERPUTARAN PIUTANG (RECEIVABLES TURNOVER) DAN BUDGET
PENGUMPULAN PIUTANG (RECEIVABLES COLLECTION BUDGET).........................................15
F. RESIKO KERUGIAN PIUTANG.................................................................................................17
BAB IV.................................................................................................................................................19
KESIMPULAN.....................................................................................................................................19

2
BAB 1

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Penjualan barang atau jasa merupakan salah satu sumber pendapatan perusahaan. Dalam
melaksanakan penjualan,perusahaan dapat melakukannya secara tunai maupun secara kredit.
Perusahaan akan lebih menyukai jika transaksi penjualan dapat dilakukan secara tunai, karena
perusahaan akan segera menerima kas dan kas tersebut dapat segera digunakan kembali untuk
mendatangkan pendapatan selanjutnya. Di sisi lain para konsumen  umumnya lebih menyukai
bila perusahaan dapat melakukan penjualan secara kredit, karena pembayaran dapat ditunda agar
kas dapat digunakan untuk kebutuhan operasional perusahaan yang lainnya. Dalam
kenyataannya, penjualan kredit pada kebanyakan menimbulkan adanya piutang. Transaksi kredit
paling sedikit melibatkan dua pihak kreditur dan debitur. 

Masalah yang sering dihadapi perusahaan ialah penagihan piutang yang telah jatuh tempo
tidak selalu dapat diselesikan seluruhnya. Jika keadaan itu terus berlangsung dalam jangka waktu
yang panjang maka modal perusahaaan akan semakin kecil. Dengan begitu penagihan piutang
perlu  mendapat perhatian dan penanganan serius agar resiko yang mungkin timbul dapat
dihindari sekecil mungkin. Dalam hal ini, perusahaan perlu melakukan mengelola penagihan
piutang yang baik agar tidak sampai menghambat operasi  perusahaan.

RUMUSAN MASALAH

1.      Apa yang dimaksud dengan Pengertian Piutang ?

2.      Apa yang dimaksud dengan Klasifikasi Piutang ?

3.      Apa saja Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Piutang Usaha ?

3
4.      Bagaimana Penilaian Risiko Kredit Dan Penyaringan Para Pelanggan ?

5.      Bagaimana Tingkat Perputaran Piutang (Receivables Turnover) dan Budget pengumpulan


Piutang (Receivables Collection Budget) ?

6.      Apa yang dimaksud dengan Resiko Kerugian Piutang ?

TUJUAN

1.      Untuk mengetahui dan memahami pengertian Piutang.

2.      Untuk mengetahui tentang Klasifikasi Piutang.

3.      Untuk memahami Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Piutang Usaha.

4.      Untuk mengetahui Penilaian Risiko Kredit Dan Penyaringan Para Pelanggan.

5.      Untuk memahami Tingkat Perputaran Piutang (Receivables Turnover) dan Budget


pengumpulan Piutang (Receivables Collection Budget).

6.      Untuk mengetahui Resiko Kerugian Piutang.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN PIUTANG

Banyak perusahaan melakukan penjualan secara kredit agar dapat menjual lebih banyak
barang atau jasa. Piutang dihasilkan dari penjualan semacam itu biasanya diklasifikasikan
sebagai piutang usaha (account receivable).

1. Menurut PSAK 55 (2015) Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan
nonderivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentutakan dan tidak memepunyai
kuotasi di pasar aktif.
2. Menurut Warren, et al (2015:448) piutang (receiveble) mencakup seluruh uang yang
diklaim terhadap entitas lain, termasuk perorangan, perusahaan, dan organisasi lain.
Piutang-piutang ini biasanya merupakan bagian yang signifikan dari total aset lancar.
3. Menurut Rudianto (2012:210) piutang adalah klain perusahaan atas uang, barang, atau
jasa kepada pihak lain akibat transaksi di masa lalu. Hampir semua entitas memiliki
piutang kepada pihak lain baik yang terkait dengan transaksi penjualan/ pendapatan
maupun merupakan piutang yang berasal dari transaksi lainnya. Kategori piutang
dipengaruhi jenis usaha entitas. Perusahaan dagang dan manufaktur jenis piutang yang
muncul adalah piutang dagang dan piutanng lainnya.
4. Menurut Slamet (2009:43), menjelaskan bahwa piutang adalah tagihan baik kepada
individu-individu maupun kepada perusahaan lain yang akan diterima dalam bentuk kas.
5. Menurut Martani, et al (2012:193) piutang merupakan klaim suatu perusahaan pada pihak
lain. Hampir semua entitas memiliki piutang kepada pihak lain baik yang terkait dengan
transaksi penjualan/pendapatan maupun merupakan piutang yang berasal dari transaksi
lainny. Kategori piutang dipengaruhi jenis usaha entitas, untuk perusahaan dagang dan
manufaktur jenis piutang yang muncul adalah piutang dagang dan piutang lainnya.
Entitas menyebutkan piutang terkait dengan pendapatan sebagai piutang usaha.

5
B. KLASIFIKASI PIUTANG

Piutang merupakan aktiva lancar yang diharapkan dapat dikonversi menjadi kas dalam
waktu satu tahun atau dalam satu periode akuntansi. Piutang pada umumnya timbul dari hasil
usaha pokok perusahaan. Namun selain itu, piutang juga dapat ditimbulkan dari adanya usaha
dari luar kegiatan pokok perusahaan.
Warren Reeve dan Fess mengklasifikasikan piutang kedalam tiga kategori yaitu piutang
usaha, wesel, tagih, dan piutang lain-lain sebagai berikut :

1. Piutang Usaha

Piutang usaha adalah sejumlah pembelian kredit dari pelanggan. Piutang timbul
sebagai akibat dari penjualan barang atau jasa. Piutang ini biasanya diperkirakan akan
tertagih dalam waktu 30 sampai 60 hari.
Secara umum, jenis piutang ini merupakan piutang terbesar yang dimiliki
perusahaan. Piutang usaha merupakan piutang yang dihubungkan dengan aktivitas
operasi normal sebuah bisnis, yaitu penjualan kredit barang atau jasa untuk pelanggan.
Kemudian faktor-faktor yang mempengaruhi piutang usaha antara lain sebagai
berikut:
a) Volume Penjualan Kredit.
Makin besar proporsi penjualan kredit dari total penjuala nmaka jumlah investasi
dalam piutang juga demikian. Artinya, perusahaan harus menyediakan investasi yang
lebih besa rdalam piutang dan meski berisiko semakin besar, profitabilitasnya juga akan
meningkat.

b) Syarat Pembayaran Penjualan Kredit


Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila
perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat artinya keselamatan kredit lebih
diutamakan dari profitabilitasnya. Syarat pembayaran yang ketat antara lain tampak
dari batas waktu pembayaran yang pendek atau pembebanan bunga yang berat untuk

6
pembayaran piutang terlambat. Umumnya, syarat pembayaran penjualan kredit
dinyatakan dengan term tertentu, misalnya 2/10 net 30. Ini berarti apabila pembayaran
dilakukan dalam waktu 10 hari sesudah waktu penyerahan barang, sipembeli akan
mendapatkan potongan tunai sebesar 2% dari harga penjualan, dan pembayaran
selambat-lambatnya dilakukan dalam waktu 30 hari sesudah waktu penyerahan barang.

c) KetentuanTentang Pembatasan Kredit


Dalam penjualan secara kredit, perusahaan dapat menetapkan batas maksimal
bagi kredit yang diberikan kepada para pelanggan. Makin tinggi batas waktu yang
diberikan kepada pelanggan, makin besar pula dana yang diinvestasikan kedalam piutang.

d) Kebijakan dalam Penagihan Piutang


Kebijakan dalam menagih piutang, secara aktif ataupun pasif, dapat dilakukan
oleh perusahaan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan aktif dalam menagih piutang
akan mempunyai pengeluaran dana yang lebih besar untuk membiayai aktivitas ini,
namun dapat memperkecil resiko tidak tertagihnya piutang. Perusahaan juga berharap
agar pelanggan menyetor pembayaran hutang tepat waktu

2.       Wesel Tagih.

Wesel Tagih adalah surat formal yang diterbitkan sebagai bentuk pengukuran
utang. Wesel tagih biasanya memiliki waktu tagih antara 60 – 90 hari atau lebih lama
serta mewajibkan pihak yang berhutang untuk membayar bunga. Wesel tagih dan
piutang usaha yang disebabkan karena transaksi penjualan biasa disebut dengan
piutangdagang (trade account). Piutang wesel merupakan piutang yang diterbitkan
oleh janji tertulis formal untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal
tertentu[3].

7
3.       Piutang Lain-Lain.

Piutang lain-lain adalah mencakup selain piutang dagang, yakni piutang bunga,
piutang gaji, uang muka karyawan, dan restitusi pajak. Secara umum bukan berasal
dari kegiatan operasional perusahaan. Oleh karena itu, piutang jenis ini
diklasifikasikan dan dilaporkan pada bagian yang secara terpisah dalam neraca.
Jika piutang ini diharapkan akan tertagih dalam satu tahun, maka piutang tersebut
diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika penagihan lebih dari satu tahun, maka
piutang tersebutdiklasifikasikan dalam piutang tidak lancar dan dilaporkan di bawah
judul investasi. Piutang lain-lain merupakan piutang apapun yang muncul dari
transaksi yang tidak secara langsung berhubungan dengan aktivitas operasi normal
sebuah bisnis

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PIUTANG USAHA

Dalam rangka usaha untuk memperbesar volume penjualannya kebanyakan perusahaan


besar menjual produknya dengan kredit. Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan
kas, tetapi menimbulkan piutang langganan, dan barulah kemudian pada hari jatuhnya terjadi
aliran arus kas (cash inflows) yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Dengan demikian
maka piutang merupakan elemen modal kerja yang juga selalu dalam keadaan berputar secara
terus-menerus dalam rantai perputaran modal kerja, yaitu;  kasà inventory à piutang àkas. Dalam
keadaa yang normal dan dimana penjualan pada umumnya dilakukan dengan kredit, piutang
mempunyai tingkat likuiditas yang lebih tinggi daripada inventory, karena perputaran dari
piutang ke kas membutuhkan satu langkah saja. Manajemen piutang merupakan hal yang sangat
penting bagi perusahaan yang menjual produknya dengan kredit. Manajemen piutang terutama
menyangkut masalah pengendalian jumlah piutang, pengendalian pemberian dan pengumpulan
piutang, dan evaluasi terhadap politik kredit yang dijalankan oleh perusahaan.

8
Menurut Bambang Riyanto, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi besar kecilnya
investasi dalam piutang adalah sebagai berikut:

a. Volume Penjualan Kredit


Makin besar proporsi penjualan kredit dari total penjualan maka jumlah investasi
dalam piutang juga demikian. Artinya, perusahaan harus menyediakan investasi yang
lebih besar dalam piutang dan meski berisiko semakin besar, profitabilitasnya juga akan
meningkat.

b. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit


Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila
perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat artinya keselamatan kredit lebih
diutamakan dari profitabilitasnya. Syarat pembayaran yang ketat antara lain tampak dari
batas waktu pembayaran yang pendek atau pembebanan bunga yang berat untuk
pembayaran piutang terlambat.
Umumnya, syarat pembayaran penjualan kredit dinyatakan dengan term tertentu,
misalnya 2/10 net 30. Ini berarti apabila pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari
sesudah waktu penyerahan barang, si pembeli akan mendapatkan potongan tunai sebesar
2% dari harga penjualan, dan pembayaran selambat-lambatnya dilakukan dalam waktu 30
hari sesudah waktu penyerahan barang.

c. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit


Dalam penjualan secara kredit, perusahaan dapat menetapkan batas maksimal bagi
kredit yang diberikan kepada para pelanggan. Makin tinggi batas waktu yang diberikan
kepada pelanggan, makin besar pula dana yang diinvestasikan kedalam piutang.
Demikian pula ketentuan mengenai siapa yang dapat diberi kredit. Makin selektif para
langganan yang dapat diberi kredit akan memperkecil jumlah investasi dalam piutang.
Dengan demikian maka pembatasan kredit bersifat baik kuantitatif maupun kualitatif.

d. Kebijakan dalam Penagihan Piutang


Kebijakan dalam menagih piutang, secara aktif ataupun pasif, dapat dilakukan oleh
perusahaan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan aktif dalam menagih piutang akan
mempunyai pengeluaran dana yang lebih besar untuk membiayai aktivitas ini, namun
dapat memperkecil resiko tidak tertagihnya piutang. Perusahaan juga berharap agar

9
pelanggan menyetor pembayaran hutang tepat waktu. Kebijakan ini ditempuh dengan
cara:
a. Memungut secara langsung
b. Memberi peringatan dengan mengirim surat kepada pelanggan.

e. Kebiasaan Pembayaran Pelanggan


Sebagian pelanggan mempunyai kebiasaan membayar dengan menggunakan
kesempatan mendapatkan cash discount, sedang sebagian lagi tidak demikian. Setelah
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi piutang usaha, alangkah lebih baik
perusahaan memperhatikan faktor-faktor tesebut dengan mengelola piutang usaha secara
efektif dan efisien.
Perbedaan cara pembayaran ini tergantung kepada cara penilaian mereka terhadap
mana yang lebih menguntungkan antara kedua alternative tersebut. Apabila perusahaan
telah menetapkan syarat pembayaran 2/10/net 30, para langganan dihadapkan pada dua
alternative, yaitu apakah mereka akan membayar pada hari ke 10 atau pada hari ke30
sesudah barang diterima. Alternative pertama ialah apabila mereka akan membayar pada
hari ke 30 yang ini berarti bahwa mereka membelanjai pembeliannya sepenuhnya dengan
kredit penjual. Alternative kedua ialah kalau mereka membayar pada hari ke 10 dengan
mendatangkan cash discount sebesar 2%. Pada umumnya para langganan lebih menyukai
pembayaran pada hari ke10 karena mendapatkan cash discount, dengan meminjam uang
dari bank yang pada umumnya dengan tingkat bunga yang lebih rendah daripada bunga
kredit penjual.
Kebiasaan para langganan untuk membayar dalam cash discount period atau
sesudahnya akan mempunyai efek terhadap besarnya investasi dalam piutang. Apabila
sebagian besar para langganan membayar dalam waktu selama discount period, maka
dana yang tertanam dalam piutang akan lebih cepat bebas, yang ini berarti makin
kecilnya investasi dalam piutang.
Seperti halnya pada inventory, dalam piutang pun kita mengenal pula pengertian
persediaan besi atau persediaan minimal, yaitu yang disebut ‘persediaan besi debitur’
atau ‘ persediaan inti debitur’. Persediaan besi debitur adalah saldo piutang yang secara
terus-menerus dan selalu tertanam dalam perusahaan sebagai akibat dari adanya jangka
waktu kredit yang diberikan kepada para langganan atau debitur. Dengan kata lain

10
dapatlah dikatakan persediaan inti debitur adalah jumlah minimal dari dana yang
diberikan sebagai kredit penjual untuk mempertahankan kredit sales yang normal, dan
jumlah ini merupakan inti permanen dari kebutuhan yang diinvestasikan dalam piutang.

D. PENILAIAN RISIKO KREDIT DAN PENYARINGAN PARA PELANGGAN

Risiko kredit adalah risiko tidak terbayarnya kredit yang telah diberikan kepada para
langganan kita.Sebelum memutuskan untuk menyetujui permintaan atau penambahan kredit oleh
para langganan perlulah kita mengadakan evaluasi risiko kredit dari para langganan
tersebut.Untuk menilai risiko kredit, credit manajer harus mempertimbangkan berbagai faktor
yang menentukan besar kecilnya kredit tersebut.Untuk mencegah terjadinya hal tersebut,
perusahaan perlu mengelola piutang, pada umumnya bank atau perusahaan dalam mengadakan
penilaian risiko kredit adalah dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1) 5-C dalam kredit

Lima dimensi utama yang sering digunakan oleh analis kredit perusahaan untuk
menganalisa kemampuan pemohon kredit yaitu:
1. Character
Menunjukkan kemungkinan atau probabilitas dari langganan untuk secara jujur
berusaha untuk memenuhi kewajiban-kewaibannya.Meneliti dan memperhatikan sifat
pribadi, cara hidup dan status sosial. Faktor ini penting karena berkaitan dengan
kemauan untuk membayar.
2. Capacity
Meneliti kemampuan pimpinan perusahaan beserta stafnya dalam meraih penjualan
ataupun pendapatan yang dapat diukur dari penjualan yang dicapai pada masa lalu,
dilengkapi dengan observasi fisik pada pabrik atau toko langganan. Hal ini berkaitan
dengan kemampuan untuk membayar.
3. Capital
Mengukur posisi finansial perusahaan secara umum, dimana hal ini ditunjukkan oleh
11
analisa ratio finansial yang khususnya ditekankan pada “tangible net worth” dari
perusahaan.
4. Collateral
Mengukur besarnya aktiva yang akan diikatkan sebagai kolateral atas kredit, atau
dijadikan jaminan bagi keamanan kredit yang diberikan kepada langganan tersebut.
5. Condition
Memperhatikan kondisi perekonomian serta kecenderungan perekonomian yang akan
mempengaruhi terhadap jalannya usaha perusahaan.

2) Standar kredit

Standar kredit adalah persyaratan minimum untuk memberikan kredit kepada


pelanggan. Hal-hal lain seperti nama baik langganan sehubungan dengan kredit atau
pembayaran utang-utang dagangnya baik kepada perusahaan sendiri maupun kepada
perusahaan lain, referensi kredit, rata-rata jangka waktu pembayaran utang dagang dan
beberapa ratio financial tertentu dari perusahaan langganan akan dapat memberikan suatu
dasar penilaian bagi perusahaan sebelum memberikan atau melakuakn penjualan kredit
1) Persyaratan kredit
Persyaratan kredit adalah syarat pembayaran yang dibutuhkan bagi pelanggan.
Misalnya, syarat kredit dinyatakan seperti 2/10 net 30 artinya pembeli menerima
potongan sebesar 2% bila pembayaran paling lambat dilakukan dalam waktu 30 hari
setelah awal periode kredit. Tetapi jika pelanggan tidak mengambil diskon tunai maka
keseluruhan pembayaran harus dilakukan dalam waktu 30 hari setelah awal periode
kredit.
2) Kebijakan penagihan piutang
Kebijakan penagihan piutang adalah sekumpulan prosedur penagihan suatu
piutang dagang pada saat jatuh tempo.Perusahaan harus berhati-hati untuk tidak terlalu
agresif dalam usaha-usaha mengumpulkan piutang dari para langganannya.Bilamana
langganan tidak dapat membayar tepat pada waktunya maka sebaiknya perusahaan
menunggu sampai suatu jangka waktu tertentu dianggap wajar sebelum menerapkan

12
prosedur-prosedur pengumpulan piutang. Sejumlah teknik pengumpulan piutang yang
biasanya dilakukan oleh perusahaan bilamana langganan atau pembeli belum membayar
sampai dengan waktu yang telah ditentukan adalah sebagai berikut:
1. Melalui surat
2. Melalui telepon
3. Melalui kunjungan personal
4. Tindakan yuridis.
Berdasarkan uraian tersebut diharapkan perusahaan dapat meminimumkan jumlah
piutang yang tidak tertagih sehingga menuntut perusahaan untuk memiliki manajemen
piutang yang baik.Manajemen piutang tersebut diharapkan dapat menetapkan kebijakan-
kebijakan yang dapat dijadikan pedoman dalam pengendalian piutang.

Adapun langkah-langkah yang perlu untuk penyaringan para langganan dalam rangka
usaha preventif untuk memperkecil risiko tertunda atau tidak terkumpulnya piutang yang tidak
diharapkan dapatlah disebutkan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Penentuan besarnya risiko yang akan ditanggung oleh perusahaan
Pertama-tama dalam hubungan ini haruslah ditentukan lebih dahulu “batas risiko”
yang ditanggung oleh perusahaan, yang akan disediakan sebagai cadangan pitang.
Misalnya ditentukan bahwa risiko yang akan ditanggung oleh perusahaan tersebut adalah
10%. Ini berarti bahwa kelak apabila ternyata sebanyak 10% dari tidak terduga.
Ketentuan presentase ini perlu untuk memperhitungkan keuntungan yang diharapkan
akan diterima.
Misalnya suatu perusahaan merencanakan akan memperluas volume kredit
salesnya dengan Rp100.000 dan kenaikan ini disertai dengan kenaikan biaya usaha
sebesar Rp50.000. perusahaan telah menetapkan besarnya risiko yang akan ditanggung
sebesar 10% dari jumlah piutang, maka keuntungan yang diharapkan sebagai akibat dari
tambahannya volume credit sales tersebut dapat diperhitungkan sebagai berikut:

Hasil tambahan penjualan kredit Rp100.000


Risiko tidak terkumpulnya piutang 10% Rp 10.000
Hasil penjualan yang diharapkan Rp90.000

13
Tambahan biaya usaha Rp50.000
Tambahan keuntungan Rp40.000

2. Penyelidikan tentang kemampuan untuk memenuhi kewajibannya


Dalam rangka usaha untuk dapat mengadakan klasifikasi dari langganan, apakah
mereka termasuk golongan risiko 5%, 10%,15% atau lebih, perlulah perusahaan
mengadakan penyelidikan mengenai kemampuan perusahaan tersebut untuk memenuhi
kewajiban finansialnya. Penyelidikan kemampuan ini tidak hanya menyangkut bidang
materiil saja, tetapi juga menyangkut penyelidikan mengenai sifat atau watak dari para
langganan, apakah mereka mempunyai kebiasaan dan ketersediaan untuk selalu
memenuhi kewajibannya.Dalam hal ini perlulah dipertimbangkan terutama mengenai
likuiditas dan rentabilitasnya.Tetapi disamping itu perlu juga ditertimbangkan
soliditasnya. Saliditas adalah menyangkut kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan,
dan saliditas ini dibedakan dalam 3 jenis, yaitu:

1. Soliditas komersiil, yaitu tingkat kepercayaan pihak luar yang diberikan kepada
perusahaan yang bersngkutan sebagai akibat dari kejujuran pimpinan perusahaan untuk
selalu memenuhi janji-janji dan kewajiban-kewajibannya tepat pada waktunya.
2. Soliditas financial, yaitu kepercayaan yang diberikan oleh pihak luar kepada
perusahaan yang bersangkutan yang timbul sebagai akibat dari terdapatnya modal kerja
yang cukup di dalam perusahaan tersebut, sehingga diharapkan perusahaan tersebut akan
dapat memenuhi kewajiban financial tepat pada waktunya.
3. Soliditas moril, yaitu kepercayaan yang diberikan oleh pihak luar kepada
perusahaan yang bersangkutan yang timbul sebagai akibat dari sifat-sifat dan moril yang
baik dari pimpinan perusahaan.

Dengan singkat dapatlah dikatakan perlu diadakannya penyelidikan mengenai “the five
C’s of Credit”

3. Mengadakan klasifikasi dari para langganan bersadarkan risiko pembayarannya


Setelah mengadakan penyelidikan mengenai kemampuan dan keadaan

14
perusahaan, sifat, kebiasaan dan moril dari pimpinan perusahaan yang bersangkutan,
maka kita dapat mengadakan klasifikasi para langganan berdasarkan risiko tidak
memenuhi kewajibannya tepat pada waktunya, sehingga terdapat golongan-golongan
risiko5%,10%,15%.

4. Mengadakan seleksi dari para langganan


Berdasarkan penggolongan tersebut perusahaan dapat memutuskan untuk tidak
memberikan kredit penjual atau memperberat syarat pembayaran kepada langgana-
langganan yang termasuk dalam golongan risiko yang lebih tinggi dari risiko
10%.Dengan demikian maka kredit penjual hanya diberikan kepada para langganan dari
golongan risiko 10% kebawah.

E. TINGKAT PERPUTARAN PIUTANG (RECEIVABLES TURNOVER) DAN


BUDGET PENGUMPULAN PIUTANG (RECEIVABLES COLLECTION
BUDGET)

Piutang sebagai elemen dari modal kerja selalu dalam keadaan berputar. Periode
perputaran atau periode terikatnya modal dalam piutang adalah tergantung kepada syarat
pembayarannya, berarti makin lama modal terikat pada piutang, yang ini berarti bahwa tingkat
perputaran piutang(receivables turnover) dapat diketahui dengan membagi jumlah kredit sales
selama periode tertentu dengan jumlah rata-rata piutang(average receivables).

Net Credit Sales


Receivables Turnover =
Average Receivables

Periode terikatnya modal dalam piutang atau hari rata-rata pengumpulan piutang dapat
dihitung dengan membagi tahun dalam hari dengan turnovernya. Hari rata-rata pengumpulan
piutang (average collection period) dapat dihitung dengan cara sebagai berikut;

360
Hari rata−rata pengumpulan piutang=
Receivables Turnover

15
=……… hari
Hari rata-rata pengumpulan piutang dapat pula dihitung dengan

360 x Average receivables


¿
Net Credit Sales

Penting untuk membandingkan hari rata-rata pengumpulan piutang dengan syarat


pembayaran yang telah ditetapkan perusahaan. Apabila hari rata-rata pengumpulan piutang
selalu lebih besar daripada batas waktu pembayaran yang telah ditetapkan, berarti cara
pengumpulan piutangnya kurang efisien. Ini berarti banyak padre langganan yang tidak
memenuhji syarat pembayaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Tinggi rendahnya receivables turnover mempunyai efek yang langsung terhadap besar
kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang. Makin tinggi turnovernya, berarti makin
cepat perputarannya, yang berarti makin pendek waktu terikatnya modal piutang, sehingga untuk
mempertahankan net credit sales tertentu, dengan naiknya turnovernya, dibutuhkan jumlah
modal yang lebih kecil yang diinvestasikan dalam piutang.

Hubungan antara penjualan kredit dengan “cashflows”.Financial officer lebih


berkepentingan terhadap cashflows daripada transaksi penjualannnya sendiri.Dalam penjualan
kredit saat penyerahan barang atau saat penjualan tidak bersamaan waktunya dengan saat cash in
flows. Cash inflows yang terjadi karena penjualan kredit itu dapat direncanakan dengan
menyusun “budget pengumpulan piutang (receivables collection budget)”

Budget atau skedul pengumpulan piutang disusun berdasarkan budget penjualan dengan
memperhatikan faktor-faktor antara lain terms of sales dan kebiasaan para langganan membayar
utangnya.

16
F. RESIKO KERUGIAN PIUTANG

Setiap usaha yang dilakukan perusahaan untuk mencapai suatu tujuan akan mempunyai
resiko dan pengaruh yang di timbulkan dan tidak dapat dihindari, baik itu yang menguntungkan
atau merugikan perusahaan. Dalam hal ini resiko hanya bisa dikendalikan agar berada dalam
batas yang wajar. Resiko yang timbul karena transaksi penjualan secara kredit disebut resiko
kerugian piutang.

Menurut Budi Prijanto, mengemukakan bahwa :


"Jumlah piutang yang disajikan dalam neraca hendaknya menunjukkan jumlah bersih yang
diperkirakan dapat direalisir, untuk itu harus dilakukan prediksi terhadap jumlah piutang yang
mungkin tidak akan tertagih, piutang yang tidak tertagih diakui sebagai kerugian piutang".

Menurut S.Munawir berpendapat bahwa : Semakin besar suatu perusahaan semakin besar
pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang. Dan kalau perusahaan tidak membuat
cadangan terhadap kemungkinan kerugian yang timbul karena tidak tertagihnya piutang berarti
perusahaan telah memperhitungkan labanya terlalu besar

Resiko kerugian piutang terdiri dari beberapa macam yaitu :

      a.        Resiko tidak dibayarnya seluruh tagihan (Piutang)

            Resiko ini terjadi jika jumlah piutang tidak dapat direalisasikan sama sekali. Hal ini bisa
disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya karena seleksi yang kurang baik dalam memilih
langganan sehingga perusahaan memberikan kredit kepada langganan yang tidak potensial dalam
membayar tagihan, juga dapat terjadi adanya stabilitas ekonomi dan kondisi negara yang tidak
menentu sehingga piutang tidak dapat dikembalikan.

17
  b.      Resiko tidak dibayarnya sebagian piutang

       Hal ini akan mengurangi pendapatan perusahaan, bahkan bisa menimbulkan kerugian bila
jumlah piutang yang diterima kurang dari harga pokok barang yang dijual secara kredit.

       c.       Resiko keterlambatan pelunasan piutang

      Hal ini akan menimbulkan adanya tambahan dana atau untuk biaya penagihan. Tambahan
dana ini akan menimbulkan biaya yang lebih besar apabila harus dibelanjai oleh pinjaman.

       d.      Resiko tidak tertanamnya modal dalam piutang

Resiko ini terjadi karena adanya tingkat perputaran piutang yang rendah sehingga akan
mengakibatkan jumlah modal kerja yang tertanam dalam piutang semkin besar dan hal ini bisa
mengakibatkan adanya modal kerja yang tidak produktif.

18
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. KASUS

Perusahaan X mempunyai rencana penjualan atas dasar estimasi akhir bulan tahun 2019
sebagai berikut :

Bulan Penjualan Jumlah Penjualan


Juli Rp. 28.000,-
Agustu Rp. 35.000,-
s Rp 42.000,-
September

Syarat pembayaran ditetapkan : 3/20/ net 30.


(3/20/ net 30) artinya bagi pelanggan yang membayar kreditnya dalam waktu 20 hari dari
pembelian barang diberi potongan 3 % dari besarnya beban kredit dan pembayaran sesudah 20
hari s/d 30 hari tidak diberikan potongan).

Berdasarkan pengalaman cara pembayaran para langganan adalah sebagai berikut :


a. 60% dari penjualan setiap bulannya terkumpul dalam waktu 20 hari sesudah bulan penjualan
(bulan Agustus)
b. 30% terkumpul dalam waktu sesudah 20 hari dalam bulan yang sama, yaitu dalam bulan
ke satu sesudah bulan penjualan (bulan Agustus).
c. 10% terkumpul dalam bulan ke dua sesudah bulan penjualan (bulan September)

19
B. PENYELESAIAN

Berdasarkan data diatas kita dapat menyusun skedul atau budget pengumpulan
piutang (receivable collectiion budget).
Skedul Pengumpulan Piutang Untuk Bulan Agustus Sampai Dengan Oktober 2019

Waktu Penjualan Taksiran Agustus September Oktober


Penjualan
Juli Rp 28.000 Rp 24.696 Rp 2.800 -
Agustus Rp 35.000 - Rp 30.870 Rp 3.500
September Rp 42.000 - - Rp. 37.044

Jumlah piutang yang terkumpul


Rp 24.696 Rp 33.670 Rp 40.544
setiap bulan
Keterangan :
A. Penerimaan piutang dalam bulan Agustus :
60 % X Rp 28.000 Rp 16.800
Potongan tunai = 3% X Rp 16.800 Rp 504
Rp 16.296
30% terkumpul dalam waktu sisanya atau dalam waktu 10 hari terakhir (bulan Agustus)
= 30% X Rp 28.000 Rp 8.400

Rp 24.
696
B. Piutang yang terkumpul dalam bulan kedua sesudah bulan penjualan (bulan
September) = 10 % X Rp 28.000 = Rp 2.800

Dari tabel di atas nampak bahwa dalam bulan Agustus akan terkumpul piutang
sebesar Rp 24.696 September Rp 33.670 dan Oktober Rp 40.544 yang akan merupakan cash
inflows untuk bulan-bulan Agustus, September dan Oktober.

20
BAB IV

KESIMPULAN

Piutang merupakan salah satu komponen dari aktiva lancar dalam neraca perusahaan dan juga
aktiva lancar paling besar setelah kas yang timbul akibat adanya penjualan barang dan jasa
secara kredit terhadap debitur.
Warren Reeve dan Fess mengklasifikasikan piutang kedalam tiga kategori yaitu piutang usaha,
wesel, tagih, dan piutang lain-lain sebagai berikut :

1.      Piutang Usaha


2.      Wesel Tagih
3.      Piutang lain-lain

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi piutang usaha adalah sebagai berikut:


a)      Volume Penjualan Kredit
b)      Syarat Pembayaran Penjualan Kredit
c)      Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit
d)     Kebijakan dalam Penagihan Piutang
e)      Kebiasaan Pembayaran Pelanggan

Hal yang harus diperhatikan dalam pengadakan penilaian risiko kredit adalah sebagai berikut;
1.      Lima dimensi utama untuk permohonan kredit;
●    Karakater
●    Kemampuan
●    Kapital
●    Kolateral
●    Kondisi
2.      Standar kredit
3.      Persyaratan kredit
4.      Kebijakan penagihan piutang

21

Anda mungkin juga menyukai