Disusun oleh:
1
Table of Contents
BAB 1.........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................3
LATAR BELAKANG.............................................................................................................................3
RUMUSAN MASALAH........................................................................................................................3
TUJUAN.................................................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
KAJIAN PUSTAKA...................................................................................................................................5
A. PENGERTIAN PIUTANG..............................................................................................................5
B. KLASIFIKASI PIUTANG..............................................................................................................6
1. Piutang Usaha..............................................................................................................................6
2. Wesel Tagih.................................................................................................................................7
3. Piutang Lain-Lain........................................................................................................................8
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PIUTANG USAHA..........................................8
a. Volume Penjualan Kredit.............................................................................................................9
b. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit...........................................................................................9
c. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit........................................................................................9
d. Kebijakan dalam Penagihan Piutang............................................................................................9
e. Kebiasaan Pembayaran Pelanggan.............................................................................................10
D. PENILAIAN RISIKO KREDIT DAN PENYARINGAN PARA PELANGGAN..........................11
1) 5-C dalam kredit........................................................................................................................11
2) Standar kredit.............................................................................................................................12
E. TINGKAT PERPUTARAN PIUTANG (RECEIVABLES TURNOVER) DAN BUDGET
PENGUMPULAN PIUTANG (RECEIVABLES COLLECTION BUDGET).........................................15
F. RESIKO KERUGIAN PIUTANG.................................................................................................17
BAB IV.................................................................................................................................................19
KESIMPULAN.....................................................................................................................................19
2
BAB 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Penjualan barang atau jasa merupakan salah satu sumber pendapatan perusahaan. Dalam
melaksanakan penjualan,perusahaan dapat melakukannya secara tunai maupun secara kredit.
Perusahaan akan lebih menyukai jika transaksi penjualan dapat dilakukan secara tunai, karena
perusahaan akan segera menerima kas dan kas tersebut dapat segera digunakan kembali untuk
mendatangkan pendapatan selanjutnya. Di sisi lain para konsumen umumnya lebih menyukai
bila perusahaan dapat melakukan penjualan secara kredit, karena pembayaran dapat ditunda agar
kas dapat digunakan untuk kebutuhan operasional perusahaan yang lainnya. Dalam
kenyataannya, penjualan kredit pada kebanyakan menimbulkan adanya piutang. Transaksi kredit
paling sedikit melibatkan dua pihak kreditur dan debitur.
Masalah yang sering dihadapi perusahaan ialah penagihan piutang yang telah jatuh tempo
tidak selalu dapat diselesikan seluruhnya. Jika keadaan itu terus berlangsung dalam jangka waktu
yang panjang maka modal perusahaaan akan semakin kecil. Dengan begitu penagihan piutang
perlu mendapat perhatian dan penanganan serius agar resiko yang mungkin timbul dapat
dihindari sekecil mungkin. Dalam hal ini, perusahaan perlu melakukan mengelola penagihan
piutang yang baik agar tidak sampai menghambat operasi perusahaan.
RUMUSAN MASALAH
3
4. Bagaimana Penilaian Risiko Kredit Dan Penyaringan Para Pelanggan ?
TUJUAN
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN PIUTANG
Banyak perusahaan melakukan penjualan secara kredit agar dapat menjual lebih banyak
barang atau jasa. Piutang dihasilkan dari penjualan semacam itu biasanya diklasifikasikan
sebagai piutang usaha (account receivable).
1. Menurut PSAK 55 (2015) Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan
nonderivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentutakan dan tidak memepunyai
kuotasi di pasar aktif.
2. Menurut Warren, et al (2015:448) piutang (receiveble) mencakup seluruh uang yang
diklaim terhadap entitas lain, termasuk perorangan, perusahaan, dan organisasi lain.
Piutang-piutang ini biasanya merupakan bagian yang signifikan dari total aset lancar.
3. Menurut Rudianto (2012:210) piutang adalah klain perusahaan atas uang, barang, atau
jasa kepada pihak lain akibat transaksi di masa lalu. Hampir semua entitas memiliki
piutang kepada pihak lain baik yang terkait dengan transaksi penjualan/ pendapatan
maupun merupakan piutang yang berasal dari transaksi lainnya. Kategori piutang
dipengaruhi jenis usaha entitas. Perusahaan dagang dan manufaktur jenis piutang yang
muncul adalah piutang dagang dan piutanng lainnya.
4. Menurut Slamet (2009:43), menjelaskan bahwa piutang adalah tagihan baik kepada
individu-individu maupun kepada perusahaan lain yang akan diterima dalam bentuk kas.
5. Menurut Martani, et al (2012:193) piutang merupakan klaim suatu perusahaan pada pihak
lain. Hampir semua entitas memiliki piutang kepada pihak lain baik yang terkait dengan
transaksi penjualan/pendapatan maupun merupakan piutang yang berasal dari transaksi
lainny. Kategori piutang dipengaruhi jenis usaha entitas, untuk perusahaan dagang dan
manufaktur jenis piutang yang muncul adalah piutang dagang dan piutang lainnya.
Entitas menyebutkan piutang terkait dengan pendapatan sebagai piutang usaha.
5
B. KLASIFIKASI PIUTANG
Piutang merupakan aktiva lancar yang diharapkan dapat dikonversi menjadi kas dalam
waktu satu tahun atau dalam satu periode akuntansi. Piutang pada umumnya timbul dari hasil
usaha pokok perusahaan. Namun selain itu, piutang juga dapat ditimbulkan dari adanya usaha
dari luar kegiatan pokok perusahaan.
Warren Reeve dan Fess mengklasifikasikan piutang kedalam tiga kategori yaitu piutang
usaha, wesel, tagih, dan piutang lain-lain sebagai berikut :
1. Piutang Usaha
Piutang usaha adalah sejumlah pembelian kredit dari pelanggan. Piutang timbul
sebagai akibat dari penjualan barang atau jasa. Piutang ini biasanya diperkirakan akan
tertagih dalam waktu 30 sampai 60 hari.
Secara umum, jenis piutang ini merupakan piutang terbesar yang dimiliki
perusahaan. Piutang usaha merupakan piutang yang dihubungkan dengan aktivitas
operasi normal sebuah bisnis, yaitu penjualan kredit barang atau jasa untuk pelanggan.
Kemudian faktor-faktor yang mempengaruhi piutang usaha antara lain sebagai
berikut:
a) Volume Penjualan Kredit.
Makin besar proporsi penjualan kredit dari total penjuala nmaka jumlah investasi
dalam piutang juga demikian. Artinya, perusahaan harus menyediakan investasi yang
lebih besa rdalam piutang dan meski berisiko semakin besar, profitabilitasnya juga akan
meningkat.
6
pembayaran piutang terlambat. Umumnya, syarat pembayaran penjualan kredit
dinyatakan dengan term tertentu, misalnya 2/10 net 30. Ini berarti apabila pembayaran
dilakukan dalam waktu 10 hari sesudah waktu penyerahan barang, sipembeli akan
mendapatkan potongan tunai sebesar 2% dari harga penjualan, dan pembayaran
selambat-lambatnya dilakukan dalam waktu 30 hari sesudah waktu penyerahan barang.
2. Wesel Tagih.
Wesel Tagih adalah surat formal yang diterbitkan sebagai bentuk pengukuran
utang. Wesel tagih biasanya memiliki waktu tagih antara 60 – 90 hari atau lebih lama
serta mewajibkan pihak yang berhutang untuk membayar bunga. Wesel tagih dan
piutang usaha yang disebabkan karena transaksi penjualan biasa disebut dengan
piutangdagang (trade account). Piutang wesel merupakan piutang yang diterbitkan
oleh janji tertulis formal untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal
tertentu[3].
7
3. Piutang Lain-Lain.
Piutang lain-lain adalah mencakup selain piutang dagang, yakni piutang bunga,
piutang gaji, uang muka karyawan, dan restitusi pajak. Secara umum bukan berasal
dari kegiatan operasional perusahaan. Oleh karena itu, piutang jenis ini
diklasifikasikan dan dilaporkan pada bagian yang secara terpisah dalam neraca.
Jika piutang ini diharapkan akan tertagih dalam satu tahun, maka piutang tersebut
diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika penagihan lebih dari satu tahun, maka
piutang tersebutdiklasifikasikan dalam piutang tidak lancar dan dilaporkan di bawah
judul investasi. Piutang lain-lain merupakan piutang apapun yang muncul dari
transaksi yang tidak secara langsung berhubungan dengan aktivitas operasi normal
sebuah bisnis
8
Menurut Bambang Riyanto, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi besar kecilnya
investasi dalam piutang adalah sebagai berikut:
9
pelanggan menyetor pembayaran hutang tepat waktu. Kebijakan ini ditempuh dengan
cara:
a. Memungut secara langsung
b. Memberi peringatan dengan mengirim surat kepada pelanggan.
10
dapatlah dikatakan persediaan inti debitur adalah jumlah minimal dari dana yang
diberikan sebagai kredit penjual untuk mempertahankan kredit sales yang normal, dan
jumlah ini merupakan inti permanen dari kebutuhan yang diinvestasikan dalam piutang.
Risiko kredit adalah risiko tidak terbayarnya kredit yang telah diberikan kepada para
langganan kita.Sebelum memutuskan untuk menyetujui permintaan atau penambahan kredit oleh
para langganan perlulah kita mengadakan evaluasi risiko kredit dari para langganan
tersebut.Untuk menilai risiko kredit, credit manajer harus mempertimbangkan berbagai faktor
yang menentukan besar kecilnya kredit tersebut.Untuk mencegah terjadinya hal tersebut,
perusahaan perlu mengelola piutang, pada umumnya bank atau perusahaan dalam mengadakan
penilaian risiko kredit adalah dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
Lima dimensi utama yang sering digunakan oleh analis kredit perusahaan untuk
menganalisa kemampuan pemohon kredit yaitu:
1. Character
Menunjukkan kemungkinan atau probabilitas dari langganan untuk secara jujur
berusaha untuk memenuhi kewajiban-kewaibannya.Meneliti dan memperhatikan sifat
pribadi, cara hidup dan status sosial. Faktor ini penting karena berkaitan dengan
kemauan untuk membayar.
2. Capacity
Meneliti kemampuan pimpinan perusahaan beserta stafnya dalam meraih penjualan
ataupun pendapatan yang dapat diukur dari penjualan yang dicapai pada masa lalu,
dilengkapi dengan observasi fisik pada pabrik atau toko langganan. Hal ini berkaitan
dengan kemampuan untuk membayar.
3. Capital
Mengukur posisi finansial perusahaan secara umum, dimana hal ini ditunjukkan oleh
11
analisa ratio finansial yang khususnya ditekankan pada “tangible net worth” dari
perusahaan.
4. Collateral
Mengukur besarnya aktiva yang akan diikatkan sebagai kolateral atas kredit, atau
dijadikan jaminan bagi keamanan kredit yang diberikan kepada langganan tersebut.
5. Condition
Memperhatikan kondisi perekonomian serta kecenderungan perekonomian yang akan
mempengaruhi terhadap jalannya usaha perusahaan.
2) Standar kredit
12
prosedur-prosedur pengumpulan piutang. Sejumlah teknik pengumpulan piutang yang
biasanya dilakukan oleh perusahaan bilamana langganan atau pembeli belum membayar
sampai dengan waktu yang telah ditentukan adalah sebagai berikut:
1. Melalui surat
2. Melalui telepon
3. Melalui kunjungan personal
4. Tindakan yuridis.
Berdasarkan uraian tersebut diharapkan perusahaan dapat meminimumkan jumlah
piutang yang tidak tertagih sehingga menuntut perusahaan untuk memiliki manajemen
piutang yang baik.Manajemen piutang tersebut diharapkan dapat menetapkan kebijakan-
kebijakan yang dapat dijadikan pedoman dalam pengendalian piutang.
Adapun langkah-langkah yang perlu untuk penyaringan para langganan dalam rangka
usaha preventif untuk memperkecil risiko tertunda atau tidak terkumpulnya piutang yang tidak
diharapkan dapatlah disebutkan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Penentuan besarnya risiko yang akan ditanggung oleh perusahaan
Pertama-tama dalam hubungan ini haruslah ditentukan lebih dahulu “batas risiko”
yang ditanggung oleh perusahaan, yang akan disediakan sebagai cadangan pitang.
Misalnya ditentukan bahwa risiko yang akan ditanggung oleh perusahaan tersebut adalah
10%. Ini berarti bahwa kelak apabila ternyata sebanyak 10% dari tidak terduga.
Ketentuan presentase ini perlu untuk memperhitungkan keuntungan yang diharapkan
akan diterima.
Misalnya suatu perusahaan merencanakan akan memperluas volume kredit
salesnya dengan Rp100.000 dan kenaikan ini disertai dengan kenaikan biaya usaha
sebesar Rp50.000. perusahaan telah menetapkan besarnya risiko yang akan ditanggung
sebesar 10% dari jumlah piutang, maka keuntungan yang diharapkan sebagai akibat dari
tambahannya volume credit sales tersebut dapat diperhitungkan sebagai berikut:
13
Tambahan biaya usaha Rp50.000
Tambahan keuntungan Rp40.000
1. Soliditas komersiil, yaitu tingkat kepercayaan pihak luar yang diberikan kepada
perusahaan yang bersngkutan sebagai akibat dari kejujuran pimpinan perusahaan untuk
selalu memenuhi janji-janji dan kewajiban-kewajibannya tepat pada waktunya.
2. Soliditas financial, yaitu kepercayaan yang diberikan oleh pihak luar kepada
perusahaan yang bersangkutan yang timbul sebagai akibat dari terdapatnya modal kerja
yang cukup di dalam perusahaan tersebut, sehingga diharapkan perusahaan tersebut akan
dapat memenuhi kewajiban financial tepat pada waktunya.
3. Soliditas moril, yaitu kepercayaan yang diberikan oleh pihak luar kepada
perusahaan yang bersangkutan yang timbul sebagai akibat dari sifat-sifat dan moril yang
baik dari pimpinan perusahaan.
Dengan singkat dapatlah dikatakan perlu diadakannya penyelidikan mengenai “the five
C’s of Credit”
14
perusahaan, sifat, kebiasaan dan moril dari pimpinan perusahaan yang bersangkutan,
maka kita dapat mengadakan klasifikasi para langganan berdasarkan risiko tidak
memenuhi kewajibannya tepat pada waktunya, sehingga terdapat golongan-golongan
risiko5%,10%,15%.
Piutang sebagai elemen dari modal kerja selalu dalam keadaan berputar. Periode
perputaran atau periode terikatnya modal dalam piutang adalah tergantung kepada syarat
pembayarannya, berarti makin lama modal terikat pada piutang, yang ini berarti bahwa tingkat
perputaran piutang(receivables turnover) dapat diketahui dengan membagi jumlah kredit sales
selama periode tertentu dengan jumlah rata-rata piutang(average receivables).
Periode terikatnya modal dalam piutang atau hari rata-rata pengumpulan piutang dapat
dihitung dengan membagi tahun dalam hari dengan turnovernya. Hari rata-rata pengumpulan
piutang (average collection period) dapat dihitung dengan cara sebagai berikut;
360
Hari rata−rata pengumpulan piutang=
Receivables Turnover
15
=……… hari
Hari rata-rata pengumpulan piutang dapat pula dihitung dengan
Tinggi rendahnya receivables turnover mempunyai efek yang langsung terhadap besar
kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang. Makin tinggi turnovernya, berarti makin
cepat perputarannya, yang berarti makin pendek waktu terikatnya modal piutang, sehingga untuk
mempertahankan net credit sales tertentu, dengan naiknya turnovernya, dibutuhkan jumlah
modal yang lebih kecil yang diinvestasikan dalam piutang.
Budget atau skedul pengumpulan piutang disusun berdasarkan budget penjualan dengan
memperhatikan faktor-faktor antara lain terms of sales dan kebiasaan para langganan membayar
utangnya.
16
F. RESIKO KERUGIAN PIUTANG
Setiap usaha yang dilakukan perusahaan untuk mencapai suatu tujuan akan mempunyai
resiko dan pengaruh yang di timbulkan dan tidak dapat dihindari, baik itu yang menguntungkan
atau merugikan perusahaan. Dalam hal ini resiko hanya bisa dikendalikan agar berada dalam
batas yang wajar. Resiko yang timbul karena transaksi penjualan secara kredit disebut resiko
kerugian piutang.
Menurut S.Munawir berpendapat bahwa : Semakin besar suatu perusahaan semakin besar
pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang. Dan kalau perusahaan tidak membuat
cadangan terhadap kemungkinan kerugian yang timbul karena tidak tertagihnya piutang berarti
perusahaan telah memperhitungkan labanya terlalu besar
Resiko ini terjadi jika jumlah piutang tidak dapat direalisasikan sama sekali. Hal ini bisa
disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya karena seleksi yang kurang baik dalam memilih
langganan sehingga perusahaan memberikan kredit kepada langganan yang tidak potensial dalam
membayar tagihan, juga dapat terjadi adanya stabilitas ekonomi dan kondisi negara yang tidak
menentu sehingga piutang tidak dapat dikembalikan.
17
b. Resiko tidak dibayarnya sebagian piutang
Hal ini akan mengurangi pendapatan perusahaan, bahkan bisa menimbulkan kerugian bila
jumlah piutang yang diterima kurang dari harga pokok barang yang dijual secara kredit.
Hal ini akan menimbulkan adanya tambahan dana atau untuk biaya penagihan. Tambahan
dana ini akan menimbulkan biaya yang lebih besar apabila harus dibelanjai oleh pinjaman.
Resiko ini terjadi karena adanya tingkat perputaran piutang yang rendah sehingga akan
mengakibatkan jumlah modal kerja yang tertanam dalam piutang semkin besar dan hal ini bisa
mengakibatkan adanya modal kerja yang tidak produktif.
18
BAB III
A. KASUS
Perusahaan X mempunyai rencana penjualan atas dasar estimasi akhir bulan tahun 2019
sebagai berikut :
19
B. PENYELESAIAN
Berdasarkan data diatas kita dapat menyusun skedul atau budget pengumpulan
piutang (receivable collectiion budget).
Skedul Pengumpulan Piutang Untuk Bulan Agustus Sampai Dengan Oktober 2019
Rp 24.
696
B. Piutang yang terkumpul dalam bulan kedua sesudah bulan penjualan (bulan
September) = 10 % X Rp 28.000 = Rp 2.800
Dari tabel di atas nampak bahwa dalam bulan Agustus akan terkumpul piutang
sebesar Rp 24.696 September Rp 33.670 dan Oktober Rp 40.544 yang akan merupakan cash
inflows untuk bulan-bulan Agustus, September dan Oktober.
20
BAB IV
KESIMPULAN
Piutang merupakan salah satu komponen dari aktiva lancar dalam neraca perusahaan dan juga
aktiva lancar paling besar setelah kas yang timbul akibat adanya penjualan barang dan jasa
secara kredit terhadap debitur.
Warren Reeve dan Fess mengklasifikasikan piutang kedalam tiga kategori yaitu piutang usaha,
wesel, tagih, dan piutang lain-lain sebagai berikut :
Hal yang harus diperhatikan dalam pengadakan penilaian risiko kredit adalah sebagai berikut;
1. Lima dimensi utama untuk permohonan kredit;
● Karakater
● Kemampuan
● Kapital
● Kolateral
● Kondisi
2. Standar kredit
3. Persyaratan kredit
4. Kebijakan penagihan piutang
21