Jtptunimus GDL Ekowidyast 7282 3 Babii
Jtptunimus GDL Ekowidyast 7282 3 Babii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Thalasemia
Thalasemia berasal dari bahasa Yunani yaitu thalasso yang berarti laut.
Pertama kali ditemukan oleh seorang dokter Thomas B. Cooley tahun 1925 di
daerah Laut Tengah, dijumpai pada anak-anak yang menderita anemia dengan
pembesaran limfa setelah berusia satu tahun. Anemia dinamakan splenic atau
eritroblastosis atau anemia mediteranean atau anemia Cooley sesuai dengan nama
kegagalan pembentukan salah satu dari empat rantai asam amino yang
tidak dapat membentuk sel darah merah yang normal, sehingga sel darah merah
mudah rusak atau berumur pendek kurang dari 120 hari dan terjadilah anemia
Hemoglobin adalah suatu zat di dalam sel darah merah yang berfungsi
mengangkut zat asam dari paru-paru ke seluruh tubuh, juga memberi warna merah
pada eritrosit. Hemoglobin manusia terdiri dari persenyawaan hem dan globin.
Hem terdiri dari zat besi (Fe) dan globin adalah suatu protein yang terdiri dari
rantai polipeptida. Hemoglobin pada manusia normal terdiri dari 2 rantai alfa (α)
dan 2 rantai beta (β) yang meliputi HbA (α2β2 = 97%), sebagian lagi HbA2 (α2δ2
6
7
suatu gen. Dua kelompok gen yang mengatur yaitu kluster gen globin-α terletak
pada kromosom 16 dan kluster gen globin-β terletak pada kromosom 11. Penyakit
thalasemia diturunkan melalui gen yang disebut sebagai gen globin beta. Gen
globin beta ini yang mengatur pembentukan salah satu komponen pembentuk
hemoglobin. Gen globin beta hanya sebelah yang mengalami kelainan maka
tampak normal atau sehat, sebab masih mempunyai 1 belah gen dalam keadaan
normal dan dapat berfungsi dengan baik dan jarang memerlukan pengobatan.
Kelainan gen globin yang terjadi pada kedua kromosom, dinamakan penderita
thalassemia mayor yang berasal dari kedua orang tua yang masing-masing
gen globin beta dari ibunya dan sebelah lagi dari ayahnya. Satu dari orang tua
thalasemia trait. Kedua orang tua thalasemia trait maka kemungkinan 25% anak
sehat, 25% anak thalasemia mayor dan 50% anak thalasemia trait (Ganie. R.A,
2008).
8
1. Thalasemia Alfa
Thalasemia ini disebabkan oleh mutasi salah satu atau seluruh globin rantai
Gangguan pada 1 rantai globin alfa. Keadaan ini tidak timbul gejala sama
sekali atau sedikit kelainan berupa sel darah merah yang tampak lebih pucat.
dengan sel darah merah hipokrom dan mikrositer, dapat menjadi carrier.
9
c. Hb H Disease
Gangguan pada 3 rantai globin alfa. Penderita dapat bervariasi mulai tidak
ada gejala sama sekali, hingga anemia yang berat yang disertai dengan
perbesaran limpa.
Gangguan pada 4 rantai globin alpha. Thalasemia tipe ini merupakan kondisi
yang paling berbahaya pada thalassemia tipe alfa. Kondisi ini tidak terdapat
rantai globin yang dibentuk sehingga tidak ada HbA atau HbF yang
perbesaran hati dan limpa. Janin ini biasanya mengalami keguguran atau
2. Thalasemia Beta
Thalasemia beta terjadi jika terdapat mutasi pada satu atau dua rantai globin
Thalasemia jenis ini memiliki satu gen normal dan satu gen yang bermutasi.
Penderita mengalami anemia ringan yang ditandai dengan sel darah merah
b. Thalasemia Intermedia.
Kondisi ini kedua gen mengalami mutasi tetapi masih bisa produksi sedikit
c. Thalasemia Mayor.
Kondisi ini kedua gen mengalami mutasi sehingga tidak dapat memproduksi
rantai beta globin. Gejala muncul pada bayi ketika berumur 3 bulan berupa
hemoglobin yang cukup sehingga hampir tidak ada oksigen yang dapat
2.1.1. Gejala
rantai asam amino yang hilang dan jumlah kehilangannya. Penderita sebagian
(Tamam.M. 2009).
akibat dari meningkatnya produksi Fe, juga terjadi ikterus karena produksi
2.1.2. Diagnosis
makan dan perut membesar. Keluhan umumnya muncul pada usia 6 bulan,
hepatomegali.
2.1.3. Terapi
Penderita thalasemia sampai saat ini belum ada obat yang dapat
hanya diberikan pada saat kelasi besi saja. Vitamin E 200-400 IU/hari untuk
12
mengatasi anemia. Transfusi diberikan apabila kadar Hb < 8 gr/dl dan diusahakan
kadar Hb diatas 10 gr/dl namun dianjurkan tidak melebihi 15 gr/dl dengan tujuan
Tindakan transfusi yang dilakukan secara rutin selama hidup selain untuk
berisiko terinfeksi bakteri dan virus yang berasal dari darah donor seperti infeksi
penumpukan zat besi pada jaringan tubuh seperti hati, jantung, pankreas, ginjal.
Akumulasi zat besi pada jaringan hati mulai terjadi setelah dua tahun mendapat
gangguan faal hati yang terjadi pada transfusi ke 20 hingga 30, dengan jumlah
total darah yang ditransfusikan 2.500-3.750 ml pada usia penderita 2-9 tahun
(Priyantininsih R.D. 2010). Penimbunan zat besi pada jaringan sangat berbahaya
dan apabila tidak dilakukan penanganan yang serius dapat berakibat kematian.
13
Mengurangi penimbunan dapat dilakukan dengan terapi khelasi besi, yang sering
pada usia 3 tahun yang melalui infus subkutan dan dapat juga melalui oral.
2.2.1. Hemosiderosis
dalam 1 liter darah terkandung 750 mikrogram zat besi. Zat besi tersebut akan
menambah jumlah zat besi dalam tubuh. Manusia normal zat besi plasma
terbatas sehingga apabila terjadi kelebihan zat besi maka seluruh transferin
berada dalam keadaan tersaturasi. Besi dalam plasma berada dalam bentuk
tidak terikat atau NTBI (non-transferrin bound plasma iron) yang dapat
yang berperan pada kematian awal penderita. Penimbunan besi di hati yang
R.D.2010).
2.2.2. Hemokromatosis
dengan kadar feritin serum > 1000 µg/L. Ferritin merupakan suatu protein
dalam tubuh. Kadar feritin yang tinggi dapat meningkat pada infeksi-infeksi
tertentu seperti hepatitis virus dan peradangan lain dalam tubuh. Kenaikan
TIBC adalah suatu pengukuran jumlah total besi yang dapat dibawa dalam
dihitung dengan membagi serum besi oleh TIBC, hasil angka yang
dan transferrin saturation hasilnya di atas normal. Tes yang paling akurat
sehingga dapat melihat langsung seberapa besar kerusakan hati. Gejala klinis
yang paling sering dijumpai adalah hepatomegali, pada stadium lanjut dapat
terjadi sirosis yang ditandai dengan splenomegali, ikterus, asites dan edema.
terkena hemokromatosis sebagai akibat dari penimbunan zat besi pada hati
2.3. Hati
Hati merupakan organ intestinal terbesar yang terletak dalam rongga perut
sebelah kanan atas tepatnya di bawah diafragma dan disamping kirinya terletak
15
organ limpa. Hati terbagi atas dua bagian besar yaitu lobus kanan dan kiri, juga
satu bagian kecil ditengah yaitu lobus asesorius. Hati tersusun atas tiga jarinagn
yang meliputi saluran empedu, susunan pembuluh darah dan sel parenkim. Hati
juga memiliki dua suplai darah yang berasal dari saluran cerna dan limfa melalui
vena porta hepatika dan dari aorta melalui arteri hepatika. Hati terdiri atas
endotelium, sel kupffer dan sel stellata yang berbentuk seperti bintang. Sel-sel lain
yang terdapat dalam dinding sinusoid adalah sel fagositik. Sel kupffer yang
merupakan bagian penting sistem retikuloendothellial dan lebih mudah dilalui sel-
sel makro. Sel stellata memiliki aktifitas yang dapat membantu pengaturan aliran
sebagai pemantau fungsi hati. Hati sebagai pusat metabolisme tubuh (Fathoni
Hati tempat mengalir darah yang besar dan juga sebagai penyimpanan
sejumlah besar darah. Aliran limfe dari hati juga sangat tinggi karena pori
dalam sinusoid hati sangat permeabel, di hati terdapat sel Kupffer yang
protein.
heksosa yang diserap dari usus halus menjadi glikogen, mekanisme ini
sumber utama glukosa dalam tubuh. Hati mengubah glukosa melalui heksosa
menghasilkan energi, biosintesis dari nukleotida, nucleic acid dan ATP, dan
mensintesis gula dari asam lemak dan asam amino. Proses transaminasi, hati
utama bagi produksi urea. ∂ - globulin selain dibentuk di dalam hati, juga
Fungsi sekresi hati membentuk empedu sangat penting, salah satu zat
pada jaringan dan cairan tubuh sebagai indikator penyakit hati dan saluran
Hati juga menyimpan vitamin dan sebagai sumber vitamin tertentu yang baik
vitamin A, tetapi sejumlah besar vitamin D dan vitamin B12 juga disimpan
secara normal.
Besi sebagian besar disimpan dihati dalam bentuk ferritin. Besi yang tersedia
dalam cairan tubuh apabila jumlahnya banyak maka besi akan berikatan
dengan apoferritin membentuk ferritin dan disimpan di dalam sel hati sampai
diperlukan, bila besi dalam sirkulasi cairan tubuh mencapai kadar yang
Zat-zat yang dibentuk dihati yang digunakan pada proses koagulasi meliputi
Medium kimia yang aktif dari hati adalah dalam melakukan detoksifikasi atau
meliputi tiroksin atau semua hormon steroid seperti esterogen, kortisol, dan
hati (Gatot. D. 2007). Dua macam enzim transamine yang sering digunakan
dalam diagnosis klinik kerusakan sel hati adalah SGOT dan SGPT.
proses pemindahan gugus amino dari suatu asam alfa amino ke suatu asam
alfa keto. Trasamine dalam plasma pada kadar di atas nilai normal memberi
2010 dan Qodariyah 2006). SGOT dan SGPT dalam jumlah kecil diproduksi
oleh sel otot, jantung, pankreas, dan ginjal. Sel-sel otot apabila mengalami
kerusakan maka kadar kedua enzim ini pun meningkat. Kerusakan sel-sel otot
dapat disebabkan oleh aktivitas fisik yang berat, luka, atau trauma, sebagai
contoh ketika mendapat injeksi intra muskular seperti suntik lewat jaringan
otot, maka sel-sel otot pun bisa mengalami sedikit kerusakan dan
meningkatkan kadar enzim transaminase (Fathoni 2008 dan Jawi dkk 2003).
1. SGOT
hati terdapat juga di jantung, otot rangka, otak dan ginjal. Kenaikan SGOT
bisa bermakna kelainan non hepatik atau kelainan hati yang didominasi
(Sardini. S. 2007).
20
2. SGPT
dalam sitoplasma sel hati, sehingga dianggap lebih spesifik untuk mendeteksi
Peningkatan kadar SGOT dan SGPT akan terjadi jika adanya pelepasan
hati secara akut. Kerusakan hati yang disebabkan oleh keracunan atau infeksi
berakibat pada kenaikan aktivitas SGOT dan SGPT dapat mencapai 20-100 X
nilai batas normal tertinggi. Kenaikan aktivitas SGPT terjadi pada kerusakan
2.4. Ginjal
Ginjal adalah bagian organ ekskresi yang berbentuk mirip kacang dan
bagian dari sistem urin. Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh yang
memiliki tiga bagian utama yaitu, korteks, medulla, dan pelvis renalis. Bagian
korteks ginjal mengandung nefron. Sisi medial ginjal merupakan daerah lekukan
yang disebut hilum yang merupakan tempat dilaluinya arteri dan vena renalis,
cairan limfatik, suplai darah dan ureter yang membawa urin akhir dari ginjal ke
vesica urinaria. Sistem sirkulasi di ginjal terdiri dari dua bentuk kapiler yaitu
dilindungi oleh iga dan otot-otot sedangkaan bagian depan dilindungi oleh
bantalan usus. Lebih dari 90% darah yang masuk ke ginjal didistribusikan ke
21
proksimal, lengkung Henle, dan tubulus kontotus distal. Ginjal akan mengalami
seimbang dalam menjalankan fungsi (Price.S.A dkk 2006, Purnomo 2008 dan
Satriana 2008).
zat yang tidak dibutuhkan lagi diekskresikan melalui urin dan zat yang masih
metabolisme tubuh yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh meliputi urea,
keseimbangan asam basa, ekskresi produk sisa metaboli dan bahan kimia
Ginjal bersama dengan sistem dapar paru dan cairan tubuh mengatur
tubuh seperti urea, kreatinin, asam urat, produk akhir pemecahan hemoglobin.
5. Glukoneogenesis
Ginjal mensintesis glukosa dari asam amino dan prekursor lainnya selama
ginjal.
7. Organ endokrin
kadar ureum dan kreatinin. Ureum adalah hasil pembakaran protein dalam
tubuh. Kreatinin adalah hasil produk akhir keratin dalam otot. Kedua zat ini
dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal dan bila terjadi gangguan atau
kerusakan pada ginjal, kadar zat ini dapat meningkat. (Kosasih.E.N dkk
2010).
1. Ureum
Ureum berasal dari metabolisme protein yang dibentuk di hati dari CO2
dan NH3 melalui proses biokimia yang dikenal siklus Ornithin. Ureum
CO2 dengan NH3 akan bereaksi menghasilkan senyawa sitrulin dan hasilnya
Arginin ini akan bereaksi dengan H2O mengalami reaksi arginase dan
arginase
Ureum Arginin + H2O
gagal ginjal akut maupun kronik, gagal jantung, kekurangan elektrolit dan
cairan tubuh. Kenaikan kadar ureum dalam darah tidak selalu menunjukkan
24
menunjukkan diatas nilai normal, selain itu juga harus didukung dengan
2. Kreatinin
Biosintesis kreatin sendiri juga berasal dari glisin, arginin, dan metionin Hasil
katabolisme tersebut memiliki nilai yang konstan dalam tiap individu setiap
harinya. Kreatinin sangat bergantung dari masa otot. Proses reaksi dehidratasi
dalam otot, kreatin akan diubah menjadi kreatinin yang dapat diperfusi ke
urin
pada massa otot total daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein,
Pembentukan kreatinin setiap harinya tetap, kecuali jika terjadi cedera fisik
pada otot.
ginjal. Peningkatan kadar kreatinin dijumpai pada : gagal ginjal akut maupun
25
2008).
rusak/berumur lebih pendek dari sel darah merah normal. Kerusakan sel darah
merah pada penderita thalasemia mengakibatkan zat besi akan tertinggal di dalam
tubuh. Manusia normal, zat besi yang tertinggal dalam tubuh digunakan untuk
membentuk sel darah merah yang baru. Penderita thalasemia, zat besi yang
ditinggalkan sel darah merah yang rusak akan menumpuk dalam organ tubuh
seperti hati dan dapat mengganggu fungsi organ tubuh. Zat besi paling banyak
terakumulasi di hati karena fungsi hati sebagai sintesis ferritin (simpanan besi)
dan transferin (protein pengikat besi) juga tempat penyimpanan terbesar cadangan
besi dalam bentuk ferritin dan hemosiderin. Penderita thalasemia mayor harus
mendapat suplai darah terus menerus dari darah transfusi untuk mengatasi anemia
sehingga akan menambah penumpukan zat besi di dalam hati. Penumpukan zat
besi ini harus dikeluarkan karena akan sangat membahayakan dan dapat berujung
Penumpukan zat besi juga terdapat di ginjal. Kelebihan zat besi dapat
dikurangi dengan terapi kelasi besi berupa obat yang diberikan secara oral
maupun lewat infus. Fungsi ginjal diantaranya sebagai ekskresi sisa metabolik dan
bahan kimia asing juga produk akhir pemecahan hemoglobin. Obat khelasi besi
26
Sebagian besar zat besi diekskresikan melalui feses dan < 10 % lewat urin, dengan
cara mengeliminasi atau mengurangi ikatan serum non transferin besi. Obat
khelasi besi ini diabsorbsi dan bersirkulasi selama beberapa jam. Jangka waktu
yang lama maka menambah beban ginjal sebagai ekskresi yang dapat
ginjal. Penderita thalasemia mayor pembentukan sel darah merah lebih cepat
sel darah merah baru, lama kelamaan dapat mengakibatkan kerusakan fungsi
Thalasemia mayor
Hemosiderosis
Hemosiderosis Transfusi
berulang-ulang Pembuangan kelebihan
Hemokromatosis zat besi
Thalasemia mayor
2.8. HIPOTESIS