Anda di halaman 1dari 33

PENGETAHUAN DAN PERILAKU TENTANG

PENATALAKSANAAN DIABETES MELLITUS PADA PASIEN


DIABETES MELLITUS DI PUSKESMAS

OLEH :

KELOMPOK 4

1. Sartika (NH0117137)
2. Arfianti (NH0118011)
3. Frischa Yulia Nurain (NH0118024)
4. Andi Resty Nur Ainun Gunawan (NH0118001)
5. Kristina You (NH0118040)
6. Alvina Abdi ( NH0118006 )
7. Maryam Ulfah (Nh0118042)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Karena atas

berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan proposal ini. Penulisan proposal

ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Keperawatan, program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan, STIKES Nani

Hasanuddin Makassar. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan proposal ini,

sangatlah sulit bagi kelompok kami untuk menyelesaikan proposal ini.

Makassar, Juni 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................. i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian.............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian............................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 5
A. Tinjaua Umum Tentang Diabetes Mellitus....................................... 5
B. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan ............................................ 13
C. Tinjauan Umum Tentang Perilaku.................................................... 16
D. Kerangka Teori ................................................................................ 20
BAB III KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESIS .......................................................................................... 21
A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian................................................ 21
B. Hubungan Antar Variabel ................................................................ 21
C. Identifikasi Variabel.......................................................................... 22
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif....................................... 22
E. Hipotesis Penelitian.......................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 24
DAFTAR LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit tertua yang dikenal
manusia. Ini pertama kali dilaporkan pada naskah Mesir sekitar 3000 tahun yang
lalu. Pada tahun 1936, perbedaan jelasantara DM tipe 1 dan tipe 2 dibuat. DM
tipe 2 pertama kali dijelaskan sebagai komponen dari sindrom metabolik pada
tahun 1988.(Lisiswanti & Cordita, 2016).
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya.(Lisiswanti & Cordita, 2016).
Faktor resiko pada diabetesmenurut Suyono (2015) diantaranya adalah
hipertensi, obesitas, dislipidemia, mikroalbuminuria, kelainan koagulasi, stroke,
dan infark miokard (Nur Rahmi Hidayati, 2017).
Gejala diabetes menurut suyono yaitu adanya rasa haus yang berlebihan,
sering kencing terutama malam hari dan berat badan turun dengan cepat.
Disamping itu kadang-kadang ada kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat
lapar, gatal-gatal, penglihatan kabur, gairah seks menurun, dan luka sukar
sembuh (Nur Rahmi Hidayati, 2017).
Menurut data WHO (2013), Indonesia menempati urutan ke-empat dengan
jumlah penderita Diabetes Melitus terbesar di dunia setelah India, Cina, Amerika
Serikat, dengan prevalensi 8, 6% dari total penduduk. Pada tahun 1995, pengidap
diabetes menempati urutan pertama dari seluruh penyakit yang disebabkan oleh
kelainan endokrin, yaitu diperkirakan mencapai 4, 5 juta jiwa baik yang dirawat
inap maupun yang rawat jalan (Depkes RI, 2005).
Pada tahun 2013, proporsi penduduk Indonesia yang berusia > 15 tahun
dengan DM adalah 6, 9%. Prevelensi DM yang terdiagnosis dokter, tertinggi
terdapat di DI Yogyakarta 2,6%, DKI Jakarta 2,5%, Sulawesi Utara 2,4% dan
Kalimantan Timur 2,3%. Prevelensi DM yang terdiagnosis dokter atau

3
berdasarkan gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah 3,7%, (Nuradhayani,
2017).
khususnya di Provinsi Sulawesi Selatan. Berdasarkan Surveilans rutin
penyakit tidak menular berbasis Rumah Sakit di Sulawesi Selatan tahun 2008,
DM termasuk urutan keempat penyakit tidak menular (PTM), terbanyak yaitu
sebesar 6,65% dan urutan kelima terbesar PTM penyebab kematian yaitu sebesar
6,28%. Bahkan pada tahun 2010, DM menjadi penyebab kematian tertinggi
Sulawesi Selatan yaitu sebesar 41, 56% (Nuradhayani, 2017
Peningkatan kasus DM juga terjadi di tingkat kabupaten/kota, khususnya
kota Makassar. Diabetes Melitus menempati peringkat kelima dari sepuluh
penyebab utama kematian di Makassar tahun 2007 dengan jumlah sebanyak 65
kasus. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Makassar, angka kejadian
penyakit Diabetes Melitus pada tahun 2011 yaitu 5700 kasus. Pada tahun 2012
angka kejadian kasus DM meningkat menjadi 14.067 kasus, tahun 2013 menjadi
14.604 kasus dan semakin meningkat di tahun 2014 menjadi 21.452 kasus
(Dinkes Kota Makassar, 2015). Di tahun 2015, diantara 10 jenis penyebab utama
kematian di kota Makassar, Diabetes Melitus menduduki urutan ke-4 dimana
terdapat 191 penduduk yang mati akibat penyakit tersebut. (P2PL Dinkes Kota
Makassar). Nuradhayani, 2017)
Kegemukan menyebabkan berkurangnya jumlah reseptor insulin yang dapat
bekerja di dalam sel pada otot skeletal dan jaringan lemak. Hal ini dinamakan
resistensi insulin perifer. Kegemukan juga merusak kemempuan sel beta untuk
melepas insulin saat terjadi peningkan glukosa darah (Smeltzer, et al. 2008)
Soegondo (2007) menyatakan obesitas menyebabkan sel beta pangkreas terhadap
peningkatan glukosa darah berkurang, selain itu reseptor insulin pada sel di
seluruh tubuh termasuk di otot berkurang jumlah dan keaktifanya atau kurang
sensitif. (Damayanti, 2015).

4
Berdasarkan masalah yang telah diuraikan diatas maka, dapat ditarik
pernyataan masalah, yaitu Hubungan pengetahuan yang mempengaruhi kejadian
diabetes mellitus.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah “Pengetahuan dan perilaku tentang penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Puskesmas.?”
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Apakah Terdapat Pengetahuan Dan Perilaku Tentang
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Puskesmas.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Untuk memberikan sumbangsi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya
tentang Pengetahuan Dan Perilaku tentang penatalaksanaan Diabetes
Mellitus Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Puskesmas.
2. Manfaat Bagi Institusi
Penelitian ini diharapkan dapat diberikan informasi mengenai
penatalaksanaan Diabtes Mellitus kepada institusi, tenaga kesehatan baik
yang bekerja Puskesmas, di rumah sakit maupun klinik.
3. Manfaat Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan Dan Perilaku dalam penatalkasanaan Diabetes
Mellitus Pada Pasien Dabetes Mellitus sehingga dapat menjadi bekal untuk
peneliti dalam dunia kerja.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Diabetes Mellitus


1. Defenisi
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.(Lisiswanti & Cordita, 2016).
Diabetes mellitus atau kencing manis merupakan penykit yang di
sebabkan oleh adanaya ganguan metabolisme karbohidrat. Ganguan ini
terjadi karena kurangnya jumlah insulin atau kerja insulin yang tidak optimal
sehinga insulin tidak bisa masuk ke dalam sel dan hanya menupuk di
pembuluh darah (Wibowo 2014).
2. Klasfikasi Diabetes Mellitus
a. Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes mellitus (DM) tipe 1 adalah kelainan metabolik yang
disebabkan oleh reaksi autoimun, menyebabkan kerusakan pada sel β
pankreas yang ditandai dengan hiperglikemi kronik akibat kekurangan
insulin berat. Dalam perjalanan penyakit DM dapat menimbulkan
bermacam-macam komplikasi yaitu komplikasi jangka pendek dan
jangka panjang. Komplikasi jangka pendek antara lain hipoglikemi dan
ketoasidosis. Ketoasidosis diabetik (KAD) dapat dijumpai pada saat
diagnosis pertama DM tipe 1 atau pasien lama akibat pemakaian insulin
yang salah.Risiko terjadinya KAD meningkat antara lain pada anak
dengan kontrol metabolik yang jelek, riwayat KAD sebelumnya, masa

6
remaja, pada anak dengan gangguan makan, keadaan sosio-ekonomi
kurang, dan tidak adanya asuransi kesehatan.3 Komplikasi jangka
panjang terjadi akibat perubahan mikrovaskular berupa retinopati,
nefropati, dan neuropati. Retinopati merupakan komplikasi yang sering
didapatkan, lebih sering dijumpai pada pasien DM tipe 1 yang telah
menderita lebih dari 8 tahun.(Himawan et al., 2016)
b. Diabetes Mellitus Tipe II
DM tipe 2 (sebelumnya dikenal sebagai non-insulin
dependentdiabetes mellitus) adalah bentuk paling umum dari DM
ditandai dengan hiperglikemia, resistensi insulin, dan defisiensi insulin
relatif. DM Tipe 2 terbentuk karena hasil dari interaksi antara faktor
risiko genetik, lingkungan dan perilaku.(Lisiswanti & Cordita, 2016)
Diabetes Mellitus Tipe 2 (DMT2) merupakan penyakit hiperglikemi
akibat insensitivitas sel terhadap insulin. Kadar sekresi insulin mungkin
normal atau bahkan meningkat, tetapi sel sasaran insulin kurang peka
terhadap hormon ini dibandingkan dengan sel normal. Karena insulin
tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka diabetes mellitus tipe 2
dianggap sebagai non insulin dependent diabetes mellitus.(Lisiswanti &
Cordita, 2016)
3. Etiologi
Berbeda dengan DM tipe 1 yang bersifat keturunan dari orangtua DM
tipe II lebih merupakan penyakit kemakmuran mengonsumsi lemak yang
berlebihan atau zat-zat tertentu yang dapat menyebapkan ganguan pada
pangkreas sehinga mengakibatkan terjadinya ganguan produksi insulin
(Anies, 2018).
Penelitian oleh James W Anderson seorang ahli diet AS, misalnya, ia
dapat menguabah orang-orang menunda sehat dengan tubuh ramping hanya
waktu kurang dari dua minggu menderita penyakit diabetes ringan, dengan
memberi makan 65% lemak. Namun, saat orang-orang tersebut diberi makan

7
5% lemak ditambah 0, 5 kg gula setiap hari, dalam sebelas minggu tidak satu
pun dari mereka yang menderita penyakit diabetes (Anies, 2018).
Sangat banyak penelitian yang berkesimpulan bahwa lemaklah yang
menjadi penyebap utama dari penyakit diabetes mellitus. Lemak
mengakibatkan resistensi insulin. Meskipun selama ini diyakini bahwa gula
tidak baik bagi penderita diabetes mellitus, gula bukan penyebap timbulnya
penyakit tersebut. Namun, apabila kebanyakan gula yang berarti kebanyakan
kalori, akan membuat seseorang menjadi kegemukan sehingga akan lebih
muda untuk terserang diabetes mellitus (Anies, 2018).
Faktor keturunan juga memegang peran penting. Hal ini dikuatkan
oleh timbulnya penyakit ini di dalam keluarga. Apabila orangtua atau salah
satu atau keduanya menderita penyakit diabetes mellitus, kemungkinan besar
anak-anaknya lebih berisiko mengidap penyakit ini. Terdapat faktor-faktor
lain yang dapat merupakan faktor pencetus, seperti infeksi virus, kesalahan
pola makan, proses penuaan, stres emosional, minum obat-obatan yang
mempunayai efek samping menaikan kadar gula darah, dan lain-lain (Anies,
2018).
Diabetes mellitus tipe II biasanya terjadi pada orang-orang yang
memiliki berat badan lebih dan kurang aktivitas fisik. Dengan kata lain, pola
hidup yang aktif banyak memicu terjadinya penyakit ini. Itulah sebabnya
diabetes mellitus sejak dahulu sering ditemukan pada orang dewasa,
meskipun saat ini jumlah penderita diabetes mellitus tipe II pada anak-anak
mulai mengikat (Anies, 2018).
4. Patofisiologi
Sebagian besar gambaran patologi dari DM dapat dihubungkan dengan
salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut: berkurangnya
pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkan naiknya
konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dL. Peningkatan
mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan

8
terjadinya metabolism lemak yang abnormal disertai dengan endapan
kolestrol pada dinding pembuluh darah dan akibat dari berkurangnya protein
dalam jaringan tubuh. [ CITATION Nix181 \l 1033 ]
Pasien – pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi
sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang ginjal
normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180mg/100 ml), akan
timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotic
yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potassium,
dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi.
Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami
keseimbangan protein negative dan berat badan menurun serta cenderung
terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah asthenia atau kekurangan energy
sehingga pasien menjadi cepat lelah dan mengantuk yang disebabkan oleh
berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangya
penggunaan karbohidrat untuk energy.[ CITATION Nix181 \l 1033 ].
5. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus
a. Pada DM Tipe I gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah poliuria,
polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa lelah
(fatigue), iritabilitas, dan pruritus (gatal-gatal pada kulit).(Inayati &
Qoriani, 2016)
b. Pada DM Tipe 2 gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak ada.
DM Tipe 2 seringkali muncul tanpa diketahui, dan penanganan baru
dimulai beberapa tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang
dan komplikasi sudah terjadi. Penderita DM Tipe 2 umumnya lebih
mudah terkena infeksi, sukar sembuh dari luka, daya penglihatan makin
buruk, dan umumnya menderita,hipertensi,hiperlipidemia, obesitas, dan

9
juga komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf.(Inayati & Qoriani,
2016).

6. Pengobatan dan Komplikasi


Meskipun diabetes mellitus tidak dapat disembukan, diagnosis dini
sangat penting agar diabetes mellitus dapat sengera ditangani. Pendektesian
dini memungkingkan kadar gula darah penerita diabetes mellitus dapat
mudah untuk dikendalikan (Anies, 2018).
Tujuan pengobatan diabes mellitus adalah untuk mempertahankan
keseimbangan kadar gula darah dan mengendalikan gejala untuk mencegah
komplikasi yang mungkin terjadi. Mengubah Akivitas Fisik juga bisa
mengendalikan gejala-gejala diabetes mellitus tipe II. Misalnya, dengan
menerapkan pola makan sehat tereatur berolahraga, membatasi konsumsi
minuman berakohol, sdrta berhenti merokok (Anies, 2018).
Jenis diabetes ini merupakan penyakit yang progenesif. Oleh karena
itu, penderita diabetes tipe II umumnya akan membutukan obat-obatan untuk
menjaga keseimbangan kadar gula daranya. Jika diabaikan, diabetes dapat
mengakbatkan sejumlah komplikasi. Kadar gula darah yang tinggi dapat
menyebapkan kerusakan pada pembuluh darah, saraf, dan organ tubuh
(Anies, 2018).
7. Pencegahan
Diabetes mellitus dapat dicagah (ADA, 2008) dengan memiliki
Akivitas Fisik sehat sedini mungkin. Pencegahan diabetes bagi penyandang
pradiabetes dilakukan deteksi sejak dini dan pengelolaan pra diabetes secara
tepat. Deteksi dini mengandung makna mengenai seawall mungkin

10
terjadinya penyakit. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kepekaan
terhadap tanda dan gejala yang perlu diwaspadai seperti banyak makan,
banyak minum dan banyak berkemih. Disamping itu kesadaran terhdap
faktor risiko yang tampak seperti genetik perlu dikenali secara dini
(Rumaharbo Hotma, 2014).
Pencegahan diabetes difokuskan pada perubahan Akivitas Fisik
khususnya dalam pola makan seimbang dan pola makan latihan fiksik rutin
dan teratur dalamupaya mencgah obesitas sebagai faktor risiko utama
diabetes (Rumaharbo Hotma, 2014).
8. Petalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan diabetes melitus secara umum ada lima sesuai
dengan Konsensus Pengelolaan DM di Indonesia tahun 2006 adalah untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien DM.(Bhatt et al., 2016)
Tujuan Penatalaksanaan DM adalah: Jangka pendek : hilangnya keluhandan
tanda DM, mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya target
pengendalian glukosa darah. Jangka panjang: tercegah dan terhambatnya
progresivitas penyulit mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati.(Bhatt
et al., 2016)
a. Diet
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama
dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-
masing individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan
pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan
jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat
penurun glukosa darah atau insulin. Standar yang dianjurkan adalah
makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat 60-
70%, lemak 20-25% danprotein 10-15%. Untuk menentukan status gizi,
dihitung dengan BMI (Body Mass Indeks). Indeks Massa Tubuh (IMT)

11
atau Body Mass Index (BMI) merupupakan alat atau cara yang
sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang
berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Untuk
mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:
BeratBadan (Kg)
IMT = Tinggi Badan (m)Xtinggi Badan (m) (Bhatt et al., 2016).

b. Exercise (latihan fisik/olahraga)


Dianjurkan latihan secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang
lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai dengan Continous, Rhythmical,
Interval, Progresive, Endurance (CRIPE).
Training sesuai dengan kemampuan pasien. Sebagai contoh adalah olah
raga ringan jalan kaki biasa selama 30 menit. Hindarkan kebiasaan
hidup yang kurang gerak atau bermalasmalasan.(Bhatt et al., 2016)
c. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan sangat penting dalam pengelolaan. Pendidikan
kesehatan pencegahan primer harus diberikan kepada kelompok
masyarakat resiko tinggi. Pendidikan kesehatan sekunder diberikan
kepada kelompok pasien DM. Sedangkan pendidikan kesehatan untuk
pencegahan tersier diberikan kepada pasien yang sudah mengidap DM
dengan penyulit menahun.(Bhatt et al., 2016)
d. Obat
Obat oral hipoglikemik, insulin Jika pasien telah melakukan pengaturan
makan dan latihan fisik tetapi tidak berhasil mengendalikan kadar gula
darah maka dipertimbangkan pemakaian obat hipoglikemik.(Bhatt et al.,
2016)
Obat – Obat Diabetes Melitus

12
1) Antidiabetik oral Penatalaksanaan pasien DM dilakukan dengan
menormalkan kadar gula darah dan mencegah komplikasi. Lebih
khusus lagi dengan menghilangkan gejala, optimalisasi parameter
metabolik, dan mengontrol berat badan. Bagi pasien DM tipe 1
penggunaan insulin adalah terapi utama. Indikasi antidiabetik oral
terutama ditujukan untuk penanganan pasien pasien DM tipe 2
ringan sampai sedang yang gagal dikendalikan dengan pengaturan
asupan energi dan karbohidrat serta olah raga. Obat golongan ini
ditambahkan bila setelah 4-8 minggu upaya diet dan olah raga
dilakukan, kadar gula darah tetap di atas 200 mg% dan HbA1c di
atas 8%. Pasien DM tipe 2 ringan sampai sedang yang gagal
dikendalikan dengan pengaturan asupan energi dan karbohidrat
serta olah raga. Obat golongan ini ditambahkan bila setelah 4-8
minggu upaya diet dan olah raga dilakukan, kadar gula darah tetap
di atas 200 mg% dan HbA1c di atas 8%. Jadi obat ini bukan
menggantikan upaya diet, melainkan membantunya. Pemilihan obat
antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi
diabetes. Pemilihan terapi menggunakan antidiabetik oral dapat
dilakukan dengan satu jenis obat atau kombinasi. Pemilihan dan
penentuan regimen antidiabetik oral yang digunakan harus
mempertimbangkan tingkat keparahan penyakit DM serta kondisi
kesehatan pasien secara umum termasuk penyakit-penyakit lain dan
komplikasi yang ada. Dalam hal ini obat hipoglikemik oral adalah
termasuk golongan sulfonilurea, biguanid, inhibitor alfa glukosidase
dan insulin sensitizing.(Bhatt et al., 2016)
2) Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 pada
manusia. Insulin mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam
dua rantai yang dihubungkan dengan jembatan disulfide, terdapat
perbedaan asam amino kedua rantai tersebut. Untuk pasien yang

13
tidak terkontrol dengan diet atau pemberian hipoglikemik oral,
kombinasi insulin dan obat-obat lain bisa sangat efektif. Insulin
kadangkala dijadikan pilihan sementara, misalnya selama
kehamilan. Namun pada pasien DM tipe 2 yang memburuk,
penggantian insulin total menjadi kebutuhan. Insulin merupakan
hormon yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat maupun
metabolisme protein dan lemak. Fungsi insulin antara lain
menaikkan pengambilan glukosa ke dalam sel–sel sebagian besar
jaringan, menaikkan penguraian glukosa secara oksidatif,
menaikkan pembentukan glikogen dalam hati dan otot serta
mencegah penguraian glikogen, menstimulasi pembentukan protein
dan lemak dari glukosa.(Bhatt et al., 2016)
B. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan
1. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan pendengaran (Ragil Retnaningsih, 2016).
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Budiman dan Riyanto (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah sebagai berikut :
a. Pendidikan
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan di mana
diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, orang tersebut akan
semakin luas pula pengetahuannya. Namun, perlu ditekankan bahwa
seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan
rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di
pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan
nonformal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu objek juga

14
mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek
inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap objek
tertentu
b. Informasi/media
Massa Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal
maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek
(immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan. Berkembangnya teknologi akan menyediakan bermacam-
macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan
masyarakat tentang inovasi baru.
c. Sosial, budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian,
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status. Sosial
ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan.
d. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada
dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi
timbal balik ataupun tidak, yang akan direspons sebagai pengetahuan
oleh setiap individu.
e. Pengalaman
Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan
pengetahuan dan keterampilan profesional, serta pengalaman belajar
selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil

15
keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara
ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.
f. Usia
Usia memengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik
pendengaran (Ragil Retnaningsih, 2016).
3. Tingkat Pengetahuan
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di
sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain.

16
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
e. intesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya
dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-
rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation) valuasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaianpenilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang telah
ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada
(Ragil Retnaningsih, 2016).
C. Tinjauan Umum Tentang Perilaku
1. Definisi perilaku
Perilaku adalah suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya.
Dari batasan dapat diuraikan bahwa reaksi dapat diuraikan bermacam-
macam bentuk, yang pada hakekatnya digolongkan menjadi 2, yaitu bentuk
pasif (tanpa tindakan nyata atau konkret) dan dalam bentuk aktif dengan
tindakan nyata atau (konkret). Perilaku adalah keteraturan tertentu dalam hal
perasaan (afeksi). (Irwan, 2017). Perilaku dapat dibedakan menjadi dua
(Notoatmodjo, 2003) yaitu :

17
a. Perilaku tertutup (Convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam
bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap
stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan,
kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus
tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka (Overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat
oleh orang lain (Irwan, 2017).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku
Berdasarkan teori dasar yang dikembangkan oleh Lawrence Green
(1991) dalam Nursalam (2014, 80), kesehatan seseorang atau masyarakat
dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku (behavior causes)
dan faktor diluar perilaku (non- behavior causes). Sementara faktor perilaku
(behavior causes) dipengaruhi oleh tiga faktor yakni: faktor
predisposisi(Predisposing Factors) yang meliputi umur, pekerjaan,
pendidikan, pengetahuan dan sikap, faktor pemungkin (Enabling Factors)
yang terwujud dalam lingkungan fisik dan jarak ke fasilitas kesehatan, dan
faktor penguat (Reinforcing Factors) yang terwujud dalam dukungan yang
diberikan oleh keluarga maupun tokoh masyarakat.(Dermawan,2015)
Menurut Azwar (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap
suatu objek antara lain :
a. Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi yang terjadi secara tiba-tiba atau mengejutkan
yang meninggalkan kesan paling mendalam pada jiwa seseorang.
Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-ulang

18
dan terus-menerus, lama- kelamaan secara bertahap diserap ke dalam
individu dan mempengaruhi terbentuknya sikap. (Change, 2007)
b. Pengaruh orang lain
Pengaruh orang lain sangat berperan, misalnya dalam kehidupan
masyarakat yang hidup di pedesaan, mereka akan mengikuti apa yang
diberikan oleh tokoh masyarakat. (Change, 2007)
c. Kebudayaan Dimana kita hidup mempunyai pengaruh yang besar
terhadappembentukan sikap. Dalam kehidupan di masyarakat diwarnai
dengan kebudayaan yang ada di daerahnya. (Change,2007)
d. Media masa Media
Masa elektronik maupun media cetak sangat besar pengaruhnya
terhadap pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Dengan
pemberian informasi melalui media masa mengenai sesuatu hal akan
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap. (Change,
2007).
e. Lembaga pendidikan
Dalam lembaga pendidikan dan lembaga agama berpengaruh dalam
pembentukan sikap, hal ini dikarenakan keduanya meletakkan dasar
pengertian dan konsep moral dalam diri individu. (Change, 2007).
3. Tujuan Perilaku Kesehatan Diabetes Melilitus
Perilaku merupakan determinan kesehatan yang menjadi sasaran dari
promosi atau pendidikan kesehatan. Promosi atau pendidikan kesehatan
bertujuan untuk mengubah perilaku (behavior change). Perubahan perilaku
kesehatan sebagai tujuan dari promosi atau pendidikan kesehatan mengubah
perilaku negatif (tidak sehat) menjadi perilaku positif (sesuai dengan nilai –
nilai kesehatan), mengembangkan perilaku positif (pembentukan atau
pengembangan perilaku sehat), memelihara perilaku yang positif atau
perilaku yang sudah sesuai dengan norma/nilai kesehatan (perilaku sehat).
Dengan perkataan lain mempertahankan sehat yang sudah ada. Perubahan

19
perilaku pada klien DM tipe 2 merupakan tujuan dari pendidikan atau
promosi kesehatan, maka teori – teori tentang perubahan perilaku perlu
dipahami dengan baik bagi perawat atau pendidikan kesehatan. Pengetahuan
tentang penyakit dan pengelolaan penyakit pada klien diabetes diperlukan
agar klien diabetes dapat melakukan perubahan perilaku hakikatnya dengan
proses belajar pada penderita DM. (Utara, 2017). Perilaku kesehatan dapat
diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :
a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintenance) Adalah perilaku
atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan
agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh
sebab itu, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek yaitu
perilaku pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit bila sakit, dan
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit. Kemudian
perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat.
Yang terakhir yaitu perilaku gizi atau makanan dan minuman. (Utara,
2017).
b. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan
kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (Health
seeking behavior) Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan
seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan
atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai
mencari pengobatan ke luar negeri. (Utara, 2017).
c. Perilaku kesehatan lingkungan Bagaimana seseorang merespon
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan
sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi
kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola
lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri,
keluarga, atau masyarakatnya. Misalnya bagaimana mengelola

20
pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah,
pembuangan limbah, dan sebagainya. (Utara, 2017)

D. Kerangka Teori

Diabetes Mellitus Pengetahuan

Penatalaksanaan Faktor- faktor


Diabetes Mellitus Mempengaruhi
Diet Pengetahuan :
Exercise Pendidikan
Pendidikann Informasi Media
Kesehatan Sosial, budaya dan ekonomi
Obat Diabetes Lingkungan
Mellitus Pengalaman

Perilaku

21

Faktor yang
mempengaruhi Periilaku :
Pengaruh Orang lain
Kebudayaan
Media Massa
Lembaga Pendidikan

BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel
Berdasarkan landasan teori yang diuraikan pada tinjauan kepustakaan

maka kerangka konsep dalam penelitian umum terdiri dari variabel independent

yaitu pengetahuan dan perilaku Sedangkan variabel dependent yaitu Diabetes

Melitus. Hal ini dapat digambarkan dalam bentuk skema seperti di bawah ini :

B. Hubungan Antara Variabel


Berdasarkan pada dasar pemikiran variabel penelitian dan tinjauan

kepustakaan, maka secara garis besar hubungan keterikatan antar variabel dalam

penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

22
Independen Dependent Independen

Diabetes
Pengetahuan Mellitus Perilaku

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependent
: Hubungan Antara Variabel

C. Identifikasi Variabel
1. Variabel Dependen (terikat)

Variabel yang dipengaruhi nilainya yang ditentukan oleh variabel lain.

Variabel respons akan muncul sebagai akibat dari manipulasi variabel-

variabel lain, (Nursalam, 2016).

2. Variabel Independen

Variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain.

Suatu kegiatan stimulus yang di manipulasi oleh peneliti menciptakan

menciptaan suatu dampak pada variabel dependen. Variabel bebas biasanya

dimanipulasi, diamati, dan diukur untuk diketahui hubungannya atau

pengaruhnya terhadap veriabel lain. (Nursalam, 2016).

23
D. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif
1. Tingkat pengetahuaan tentang Diabetes Melitus

Menurut penelitian ini pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini

terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Sedangkan Diabetes mellitus adalah tubuh tidak efektif mengunakan insulin

atau kekurangan insulin di bandingkan kadar gula darah sedangkan

pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Kriteria Objektif

a. Ada pengetahuan : Apabila responden mendapatkan skor ˂ 50

b. Tidak ada pengethuan : Apabila responden mendapatkan skor ˃ 50

2. perilaku

Menurut penelitian ini perilaku adalah Perilaku adalah keteraturan tertentu

dalam hal perasaan (afeksi).

Kriteria Objektif

a. Ada perilaku : Apabila responden mendapatkan skor ˂ 55

b. Tidak ada berpengaruh : Apabila responden mendapatkan skor ˃ 55

E. Hipoteisis Penelitian
1. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada pengetahuan Dan Perilaku Tentang Diabetes Melitus Dalam

penatalksanaa Diabetes Mellitus Di Puskesmas.

2. Hipotesis Nol (H0)

24
Tidak ada Pengetahuan dan perilaku Diabetes Melitus Dalam

Penatalakasanaan Diabetes Melitus Di Puskesmas.

25
DAFTAR PUSTAKA

Anies, 2018. Penyakit Degeneratif Mencegah & Mengatasi Penyakit Degenetatif


dengan Perilaku & Pola Hidup Modern yang Sehat. Yogyakarta: Ar-ruz
Media

Nuradhayani, Arman & Sudirman. (2017). Pengaruh Diabetes Self Management


Education (dsme) Terhadap Kadar Gula Parah Pasien Diabetes type II di
Balai besar Laboratorium Kesehatan Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Diagnosis. 11, 4: 2301-2531.

Damayanti, S. (2015). Diabetes Mellitus & Penetalaksanaan Keperewatan.


Yogyakarta: Nuha Medika

Nur Rahmi Hidayati. Gambaran Interaksi Obat Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan
Obat Penyakit Penyerta Pada Pasien Rawat Inap Di RSUD Gunung Jati Kota
Cirebon Tahun 2016. Cirebon: Medical Sains 2(2), 58-64

Rumaharbo, H. (2014). Mencegah Diabetes Mellitus Dengan Perubahan Gaya


Hidup. Bogor. In Media.

Lisiswanti, R., & Cordita, R. N. (2016). Aktivitas fisik dalam Menurunkan Kadar
Glukosa Darah pada Diabetes Melitus Tipe 2. Majority, 5(3), 140–144.

Wibowo, S, Y. (2014). Bahaya Makanan Untuk Diabetes. Jakarta Niaga Swadaya.

Himawan, I. W., Pulungan, A. B., Tridjaja, B., & Batubara, J. R. L. (2016).


Komplikasi Jangka Pendek dan Jangka Panjang Diabetes Mellitus Tipe 1
(Short- and long-term complications of type 1 diabetes mellitus). Sari
Pediatri, 10(6), 367.

Irwan, 2017. “Etika Dalam Perilaku Kesehatan”. Yogyakarta. CV Absolute Media

Manurung, N. (2018). Keperawatan medikal bedah konsep, mind mapping dan nanda
nic noc. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media.

Bhatt, H., Saklani, S., & Upadhayay, K. (2016). Anti-oxidant and anti-diabetic
activities of ethanolic extract of Primula Denticulata Flowers. Indonesian
juournal of JournalPharmacy,27(2),74–79.

26
Inayati, I., & Qoriani, H. F. (2016). Sistem pakar deteksi penyakit diabetes melitus
(dm) dini berbasis android. Jurnal Link, 25(2), 10–15.

KUISIONER PENELITIAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU TENTANG


PENATALAKSANAAN DIABETES MELLITUS PADA PASIEN
DIABETES MELLITUS DI PUSKESMAS

No. Responden :
A. Data Umum Responden
Nama Responden (Inisial) : ………………………………………..
Umur Responden : 15-25 Tahun 26-35 Tahun
36-45 Tahun 45-55 Tahun
56-65 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan
Pendidikan : SD SMP SMA
: D3 S1 S2
Pekerjaan : Tidak Bekerja
IRT
Bekerja
B. Petunjuk Pengisian
1. Bacalah dengan baik setiap pertanyaan dengan seksama
2. Berilah jawaban yang sesuai dengan kondisi yang sebenarnya
3. Jawaban yang benar/ sesuai dengan kondisi yang sebenarnya akan sangat
membantu peneliti dalam menyelesaikan penelitian.
4. Hal-hal yang belum jelas, dapat ditanyakan kepada peneliti.

27
C. Kesioner TIngkat pengetahuan Tentang DM
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan memberikan tanda ceklis (√)
pada table dibawah ini
No. Pertanyaan Benar Salah
1. Penyakit diabetes mellitus adalah penyakit
kelebihan gula dalam darah
2. Penyakit diabetes mellitus di sebut juga dengan
penyakit kencing manis
3. Penyakit diabetes mellitus dalah satunya juga di
sebabkan karena kurang atau tidak adanya
hormone insulin
4. Umur, keturunan dari keluarga, dan berat badan
/kegemukan adalah merupakan factor penyebab
timbulnya penyakit diabetes melitus
5. Penyakit diabetes mellitus di tandai dengan sering
buang air kecil (kencing)
6. Tidak enak makan,berat badan
menurun,lemas,merupakan gejala diabetes melitus
7. Diabetes mellitus dapat mengakibatkan gangguan
pendengaran
8. Kerusakan organ ginjal dan infeksi pada kaki
hingga membusuk (luka tidak cepat sembuh)
merupakan akibat penyakit diabetes.
9. Di rebus, di bakar, dan di kukus merupakan cara
masak makanan yang dapat meningkatkan kadar
gula darah
10. Pengaturan makan (diet) sangat di perluka untuk
menjaga keseimbangan kadar gula darah
11. Merokok dan alcohol harus di hindari oleh
penderita diabetes mellitus
12. Olahraga rutin sangat bagus untuk membantu
mengontrol kadar gula darah dan kolestrol dalam
darah
13. Olahraga yang baik untuk penderita diabetes
mellitus di lakukan selama kurang lebih 30 menit
14. Meminum obat diabetes secara teratur sangat di

28
haruskan untuk mencegah terjadinya komplikasi
diabetes
15. Untuk mengendalikan gula darah,obat lebih
penting dari pada diet dan olahraga
16. Terapi insulin di berikan apabila terapi jenis lain
tidak dapat mengontrol kadar gula darah
17. Kadar gula darah 250 berarti bilainya normal
18. Untuk mencegah keparahan penyakit diabetes
mellitus di perlukan pemeriksaan kadar gula darah
berkala atau teratur
19. Penggunaan kaos kaki yang ketat di perbolehkan
untuk penderita diabetes ,mellitus
20. Menggunakan lotion dan menggunting kuku
dengan tidak terlalu dalam secara teratur sangat di
anjurkan untuk menghindari infeksi
Jumlah

D. Kuesiner Perilaku Penderita Diabetes Mellitus


Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan memberikan tanda ceklis
(√) pada table dibawah ini.
1. Edukasi DM
No Pernyataan Dilakukan
Ya Tidak
1. Apakah anda mencari tahu tentang cara
penatalaksanaan diabetes mellitus ( seperti : diet
yang baik,pengobatan yang teratur, olahraga yang
efektif, perawatan kaki )?

Jika Ya,
Melalui media apa? Internet/ membaca buku,
tabloid, majalah/ televise/ radio/ dokter atau tim
kesehatan. ( lingkari yang anda pilih )

29
2. Apakah anda mengikuti kegiatan penyuluhan
yang berkaitan dengan diabetes mellitus
( penyakit gula )?

2. Diet
No Pernyataan Berapa kali anda melakukan dalam satu
minggu
Tidak 1 2 3 4 5 6 7
pernah
3. Saya mengonsumsi
sayur dan makanan
yang di rebus,
dipanggang atau
dikukus.
4. Saya mengonsusmsi
makanan yang banyak
mengandung gula
( permen,the manis ,
coklat, kue manis, cake
)
5. Saya makan nasi
sebanyak seperempat
porsi piring untuk tiap
makan besar.
6. Menganti nasi dengan
( ubi ,jagung, nasi
merah, kentang,
oatmeal)
7. Saya memakan
makanan yang di
goring / bersantan

3. Exercise / Latihan Fisik


No Pernyataan Berapa hari anda melakukan dalam satu
minggu
Tidak 1 2 3 4 5 6 7
pernah

30
8. Saya melakukan
olahraga ( jalan kaki,
lari pagi, badminton,
bersepeda,senam )

9. Saya melakukan
olahraga minimal 30
menit setiap kali
olahraga

4. Terapi Obat
No Pernyataan Berapa hari anda melakukan dalam satu
minggu
Tidak
pernah
10. Saya minum obat atau
suntik insulin mandiri
secara teratur sesuai
jadwal dari dokter
11. Saya meminum obat
sesuai dosis obat yang
ditentukan dokter

12. Saya melakukan control ke dokter apabila obat habis

1. Ya

2. Tidak

5. Pemantauan kadar Gula Darah


No pernyataan Dilakukan
Ya Tidak
13 Apakah anda memeriksakan kadar gula darah
sewaktu ?

Jika Ya, berapa kali anda melakukannya ?


14 Apakah anda memeriksakan tekanan darah ?

Jika Ya, berapa kali anda melakukannya ?


15 Apakah anda melakukan tes laboratorium kolestrol ?

31
Jika Ya, berapa kali anda melakukannya?

6. Perawatan Kaki
No Pernyataan Dilakukan
Ya Tidak
16. Apakah anda selalu menggunakan kaos kaki yang
tidak terlalu ketat dalam rumah ?
17. Apakah anda menggunakan alas kaki yang tertutup
setiap berpergian?
18. Apakah anda mencuci kaki setiap hari menggunakan
air dan sabun?
19. Apakah anda selalu mengeringkan kaki yang basah
sampai kesela-sela jari kaki?
20. Apakah anda segera memotong kuku anda ketika kuku
sudah tampak memanjang?
21. Apakah anda selalu menggunakan lotion untuk
melembabkan kaki?
22. Apakah anda segera megobati apabila terdapat luka?

32

Anda mungkin juga menyukai