NOMOR : PER-1326/K/LB/2009
TANGGAL : 7 DESEMBER 2009
KATA PENGANTAR
Kuswono Soeseno
NIP 19500910 197511 1 001
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................ 1
B. Sistematika Pedoman ............................................. 2
BAB IV PENUTUP
A. Latar Belakang
Dalam pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2008 tentang SPIP dinyatakan bahwa menteri/pimpinan
lembaga, gubernur, dan bupati/ walikota bertanggung jawab atas
efektivitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern
di lingkungan masing-masing. SPIP, yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tersebut,
mencakup lima unsur, yaitu lingkungan pengendalian, penilaian
risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, serta
pemantauan pengendalian intern. Penerapan kelima unsur SPIP
tersebut dilaksanakan menyatu dan menjadi bagian integral dari
kegiatan instansi pemerintah. Selanjutnya, pada pasal 18
Peraturan Pemerintah tersebut mewajibkan pimpinan instansi
pemerintah menyelenggarakan kegiatan pengendalian, sesuai
dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas, serta fungsi
instansi pemerintah yang bersangkutan.
Dalam pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2008 dinyatakan bahwa pimpinan instansi pemerintah wajib
melaksanakan pengendalian fisik atas aset. Tujuan
pengendalian fisik atas aset yang dimiliki oleh instansi
pemerintah adalah agar aset tersebut aman dari risiko hilang,
rusak, atau digunakan tanpa hak. Untuk itu, pimpinan instansi
pemerintah harus menetapkan kebijakan dan prosedur
pengamanan fisik atas aset, mengimplementasikan, dan
mengomunikasikan kepada seluruh pegawai.
B. Sistematika Pedoman
Sistematika yang digunakan dalam pedoman ini adalah
sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini menjelaskan latar belakang perlunya
pengendalian fisik atas aset, maksud dibuatnya
pedoman, dan sistematika pedoman.
Bab II Gambaran Umum
Bab ini menjelaskan konsep dasar aktivitas
pengendalian dan sub unsur pengendalian, keterkaitan
pengendalian dengan penilaian risiko, keharusan
mempertimbangkan efektivitas aktivitas pengendalian,
tujuan dan manfaat pengendalian fisik atas aset
dikaitkan dengan peraturan yang berlaku, serta uraian
mengenai parameter penerapan.
Bab III Langkah-Langkah Penerapan
Bab ini menguraikan secara terinci tahap-tahap yang
harus dijalani oleh instansi pemerintah dalam
melaksanakan pengawasan fisik atas aset, disesuaikan
dengan daftar uji pengendalian.
Bab IV Penutup
Menguraikan kembali hal-hal penting dan menjelaskan
penggunaan pedoman ini.
A. Pengertian
Kegiatan pengendalian adalah kebijakan dan prosedur
yang dapat membantu memastikan dilaksanakannya arahan
pimpinan instansi pemerintah, untuk mengurangi risiko yang
telah diidentifikasi selama proses penilaian risiko. Kebijakan dan
prosedur dikembangkan untuk meminimalkan risiko, sehingga
membantu memberi keyakinan yang memadai bahwa tujuan
instansi pemerintah dapat dicapai. Kebijakan dibuat untuk
mengarahkan apa yang seharusnya dikerjakan dan berfungsi
sebagai dasar bagi penyusunan prosedur. Prosedur adalah
rangkaian urutan tindakan, dilakukan oleh satu atau beberapa
orang, dengan peralatan dan waktu tertentu dalam
melaksanakan kegiatan tertentu. Kebijakan dan prosedur harus
dibuat secara tertulis.
Pimpinan instansi pemerintah wajib menyelenggarakan
kegiatan pengendalian, sesuai dengan ukuran, kompleksitas,
serta sifat dari tugas, dan fungsi instansi pemerintah yang
bersangkutan. Penyelenggaraan kegiatan pengendalian,
sekurang-kurangnya memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Kegiatan pengendalian diutamakan pada kegiatan pokok
instansi pemerintah;
2. Kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses
penilaian risiko;
3. Kegiatan pengendalian yang dipilih disesuaikan dengan sifat
khusus instansi pemerintah;
Identifikasi
Tujuan
Analisis Risiko Instansi
Pemerintah
Respon/Kelola
D. Parameter Penerapan
Parameter penerapan pengendalian fisik atas aset adalah
sebagai berikut:
1. Pimpinan instansi pemerintah menetapkan,
mengimplementasikan, dan mengomunikasikan rencana
identifikasi, kebijakan, dan prosedur pengamanan fisik aset
kepada seluruh pegawai. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan
adalah sebagai berikut:
B. Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan terdiri dari proses pembangunan
infrastruktur dan internalisasi, serta pengembangan
berkelanjutan mengenai aktivitas pengendalian dalam
pengamanan fisik atas aset, yang terdiri dari rencana identifikasi,
kebijakan, dan prosedur pengamanan fisik aset, serta rencana
pemulihan setelah bencana (disaster recovery plan).
1. Pembangunan Infrastruktur (Norming)
Pada tahap pembangunan infrastruktur, pimpinan
instansi pemerintah bertanggung jawab untuk menyediakan
rencana identifikasi, kebijakan, dan prosedur pengamanan
aset berupa perangkat keras pengamanan atas fisik, yang
sesuai dengan kebutuhan instansi pemerintah. Hal-hal yang
perlu dilakukan dalam membangun infrastruktur
pengendalian fisik atas aset dapat dilakukan dengan cara: