Anda di halaman 1dari 17

RENCANA STRATEGIS KEPALA DINAS KESEHATAN

KABUPATEN REJANG LEBONG

Oleh : SYAMSIR, SKM.,MKM

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kepala Dinas Kesehatan memposisikan diri dalam
melaksanakan tugasnya membantu Bupati mewujudkan visi dan
misinya. Kepala Dinas Kesehatan harus mampu menyusun strategi
dan kebijakan yang disertai dengan inovasi dalam rangka
menjalankan tugas dan fungsinya dengan tetap berada dalam
koridor visi dan misi Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong Tahun
2016-2021 yang merupakan konsepsi dasar mengenai kehidupan
yang dicita-citakan, sehingga dapat menjadi daya pendorong dan
daya ungkit bagi seluruh komponen masyarakat dalam mewujudkan
kehidupan bersama yang dicita-citakan.

Secara khusus, uraian tugas dan fungsi Kepala Dinas


Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong diatur dalam Peraturan Bupati
Rejang Lebong Nomor 41 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Kesehatan
Kabupaten Rejang Lebong.

Berdasarkan Perbup tersebut, sangatlah jelas bahwa peran


Kepala Dinas Kesehatan sangat vital dalam membantu Bupati
menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan. Diperlukan
seorang Kepala Dinas yang memiliki framework dan alur pikir yang
sama dengan Bupati sehingga visi dan misi Pemerintah Kabupaten
dapat diterjemahkan sesuai dengan yang telah digariskan dan
dituangkan dalam RPJMD.
Strategi dan inovasi yang dilakukan Kepala Dinas harus
benar-benar selaras dan sejalan dengan RPJMD agar terhindar dari

SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI


KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN REJANG LEBONG
Hal.

1
hal-hal yang justru akan melemahkan dan menghambat perwujudan
visi dan misi Pemerintah Kabupaten. Oleh karena itu, dibutuhkan visi
dan misi Kepala Dinas yang tajam, jelas dan terarah dengan tetap
dalam koridor RPJMD serta visi dan misi Pemerintah Kabupaten
Rejang Lebong.
Sesuai dengan tugas dan fungsi Dinas Kesehatan, ada
beberapa permasalahan yang dihadapi dalam proses
penyelenggaraannya, antara lain : angka kematian ibu dan bayi;
status gizi; kegiatan pemberdayaan masyarakat; angka kesakitan
masih cukup tinggi untuk beberapa penyakit menular dan mulai
meningkatnya angka kesakitan penyakit tidak menular (doble burden
desease); terbatasnya sumber dana APBD; belum terlindunginya
masyarakat secara maksimal terhadap pembiayaan kesehatan;
Permasalahan yang diuraikan tersebut membutuhkan
penanganan yang komperehensif baik dari lintas program maupun
lintas sektor. Melalui keterpaduan program dan kegiatan antar
bidang disertai dengan proses perencanaan dan koordinasi yang
tepat, maka diharapkan permasalahan tersebut dapat diatasi secara
bertahap sehingga tercapai sesuai dengan target yang ditetapkan.

2. Tujuan
Bahwa selain sebagai salah satu persyaratan dalam Uji
Kompetensi Pejabat Struktural Tahun 2019 Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Rejang Lebong Secara Terbuka, tulisan ini juga bertujuan
sebagai berikut :
a. Memberikan gambaran tentang peran strategis Kepala Dinas
Kesehatan dalam “Terwujudnya Masyarakat Rejang Lebong
Sehat, Cerdas, Taqwa dan Sejahtera”,
b. Sebagai sumbangan pemikiran dalam hal inovasi-inovasi yang
dapat dilakukan Kepala Dinas Kesehatan dalam mewujudkan
Masyarakat Rejang Lebong yang Sehat, Mandiri dan
Berkeadilan.

SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI


KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN REJANG LEBONG
Hal.

2
B. MASALAH

Sesuai dengan tugas dan fungsi Dinas Kesehatan tersebut, ada


beberapa permasalahan yang dihadapi dalam proses penyelenggaraannya,
antara lain : angka kematian ibu dan bayi; status gizi; kegiatan
pemberdayaan masyarakat; angka kesakitan masih cukup tinggi untuk
beberapa penyakit menular dan mulai meningkatnya angka kesakitan
penyakit tidak menular (doble burden desease); terbatasnya sumber dana
APBD; belum terlindunginya masyarakat secara maksimal terhadap
pembiayaan kesehatan.
Permasalahan yang diuraikan tersebut membutuhkan penanganan
yang komperehensif baik dari lintas program maupun lintas sektor. Melalui
keterpaduan program dan kegiatan antar bidang disertai dengan proses
perencanaan dan koordinasi yang tepat, maka diharapkan permasalahan
tersebut dapat diatasi secara bertahap sehingga tercapai sesuai dengan
target yang ditetapkan.
Dikaitkan dengan kondisi di Kabupaten Rejang Lebong, semakin
strategisnya kedudukan Kepala Dinas Kesehatan tersebut dihadapkan
dengan permasalahan-permasalahan klasik yang sepertinya tidak pernah
dapat diselesaikan. Namun apabila dilakukan pengkajian yang mendalam,
permasalahan-permasalahan tersebut sebenarnya dapat diselesaikan
dengan menggunakan metode, strategi dan kebijakan yang tepat. Untuk itu,
diperlukan seorang Kepala Dinas Kesehatan yang memahami
permasalahan-permasalahan secara komprehensip serta dapat berperan
secara nyata dengan strategi dan kebijakan yang jelas, fokus dan terarah.

1. Angka kematian ibu dan bayi


Jumlah kematian ibu dan bayi mengalami fluktuatif sejak Tahun 2016
di Kabupaten Rejang Lebong. Pada Tahun 2016 jumlah kematian ibu
sebanyak 5 orang. Pada Tahun 2017 tercatat sebanyak 11 orang dan pada
Tahun 2018 sebanyak 8 orang.

SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI


KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN REJANG LEBONG
Hal.

3
Sementara itu jumlah kematian bayi pada Tahun 2016 sebanyak 34
orang. Tahun 2017 menjadi 35 orang dan Tahun 2018 turun menjadi 22
orang.
,Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya kasus kematian ibu
antara lain; faktor ekonomi, sosial, budaya, geografis, transportasi dan faktor
kesehatan itu sendiri. Faktor-faktor tersebut secara implisit adalah “3
Terlambat” (Terlambat mengambil keputusan merujuk ke fasilitas kesehatan,
Terlambat menjangkau fasilitas kesehatan dan Terlambat mendapat
pelayanan Tenaga kesehatan). Sedangkan faktor penyumbang angka
kematian bayi paling banyak disebabkan karena BBLR, kelainan kongenital,
asfiksia, aspirasi dan pneumonia.

2. Status gizi
Status gizi memiliki hubungan langsung dan mendasar dengan HDI
(Human Development Indeks) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM),
sebab gizi merupakan elemen dasar pembentukan otak yang menjadi ukuran
dalam menentukan kualitas SDM. Pemenuhan gizi merupakan salah satu
indikator yang dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Status gizi masyarakat di Kabupaten Rejang Lebong masih cukup
memprihatinkan, ditandai dengan penemuan balita gizi kurang dan balita gizi
buruk di beberapa kecamatan dan sekitar 15 kecamatan termasuk dalam
kategori kecamatan rawan pangan. Persentase Prevalensi kekurangan gizi
pada anak balita pada Tahun 2017 sebesar 14,1% turun pada Tahun 2018
menjadi 0,1%. Sedangkan Persentase Prevalensi stunting (pendek dan
sangat pendek) pada anak baduta (bawah dua tahun) Tahun 2017 sebesar
28,9% turun pada Tahun 2018 menjadi 13%.

3. Kegiatan pemberdayaan masyarakat


Belum optimalnya kegiatan pemberdayaan masyarakat, terutama
belum adanya sistem monitoring yang efektif dalam mengukur kemandirian
suatu masyarakat untuk hidup sehat.

SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI


KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN REJANG LEBONG
Hal.

4
Walaupun pelayanan kesehatan masyarakat tanggung jawab
pemerintah namun sebagai kebutuhan dasar setiap individu bertanggung
jawab untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan orang-orang yang
menjadi tanggung jawabnya, sehingga pada dasarnya pemenuhan
kebutuhan masyarakat terhadap kesehatan adalah tanggung jawab setiap
warga negara. Oleh sebab itu elemen masyarakat harus mengetahui
bagaimana upaya yang harus dilakukan untuk hidup sehat secara mandiri.
Hal ini tentunya perlu peningkatan program pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan.

4. Angka kesakitan masih cukup tinggi untuk beberapa penyakit


menular dan mulai meningkatnya angka kesakitan penyakit tidak
menular (doble burden desease);

Rendahnya kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat,


sehingga angka kesakitan masih cukup tinggi untuk beberapa penyakit
menular dan mulai meningkatnya angka kesakitan penyakit tidak menular
(doble burden desease).
Angka Kejadian Malaria (API) per 1.000 penduduk pada Tahun 2017
sebesar 0,53% turun pada Tahun 2018 menjadi 0,2%. Persentase Prevalensi
HIV Tahun 2017 sebesar 0,00003% menjadi 0,2 pada Tahun 2018. Angka
Penemuan Kasus TB (CDR) pada Tahun 2017 sebesar 86,4% menjadi
50,1% pada Tahun 2018.
Sementara itu pada Tahun 2016 berdasarkan survey yang dilakukan
oleh Tim Pengendalian Penyakit Tidak Menular Dinas Kesehatan terhadap
500 orang sampel secara acak ditemukan 37 % hipertensi, 42,3 %
hiperkolesterol, 7 % hiperglikemi, asam urat tinggi 20,3 %, dan tingginya IMT
sebesar 40,9 %. Demikian juga berdasarkan hasil kegiatan tim Program
Posbindu Dinas Kesehatan dan Puskesmas terhadap karyawan di
perkantoran atau instansi OPD didapatkan hasil yaitu 30 % karyawan
menderita hipertensi, 16,9 % hiperkolesterol, 2,7 % hiperglikemia, 29,7 %
asam urat tinggi, dan 47,3 % IMT tinggi.

SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI


KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN REJANG LEBONG
Hal.

5
5. Terbatasnya sumber dana APBD
Terbatasnya sumber dana APBD yang dialokasikan untuk Dinas
Kesehatan, mengakibatkan untuk rehab/pembangunan fasilitas pelayanan
kesehatan (Pustu dan Poskesdes) yang tidak diakomodir oleh sumber Dana
Alokasi Khusus (DAK) tidak dapat direalisasikan. Sehingga bangunan
fasilitas pelayanan kesehatan (Pustu dan Poskesdes) belum mendapat
perhatian.
Alokasi anggaran untuk Dinas Kesehatan sumber DAU Tahun 2016
sebesar Rp13.508.814.520,00. Menjadi Rp13.543.815.020,00 pada Tahun
2017 dan Tahun 2018 sebesar Rp 13.834.633.500,00.

6. Belum terlindunginya masyarakat secara maksimal terhadap


pembiayaan kesehatan
Belum terlindunginya masyarakat secara maksimal terhadap
pembiayaan kesehatan (Jaminan Kesehatan Nasional) melalui Program
Pengobatan Gratis (Jamkesda), disebabkan belum adanya data penduduk
miskin yang telah diverifikasi dan validasi oleh instansi terkait (Dinas Sosial).
Namun demikian jumlah penduduk yang telah mendapat jaminan kesehatan
mengalami peningkatan, Tahun 2017 sebanyak 18.437 jiwa menjadi 22.881
jiwa pada Tahun 2018.

C. STRATEGI KEBIJAKAN DAN PEMECAHANNYA

1. Visi Misi Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2016-2021


Dengan dilantiknya Bupati dan Wakil Bupati Rejang Lebong periode
2016-2021 serta mengacu kepada kondisi riil daerah dan isu-isu strategis
baik nasional maupun global, telah ditetapkan visi Pemerintah Kabupaten
Rejang Lebong Tahun 2016-2021, yaitu : “Terwujudnya Masyarakat
Rejang Lebong Sehat, Cerdas, Taqwa dan Sejahtera”.
Untuk mewujudkan visi Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong 2016-
2021, ditetapkan misi sebagai berikut:
1. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, adil dan merata.

SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI


KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN REJANG LEBONG
Hal.

6
2. Mewujudkan kualitas pendidikan yang merata dan berkeadilan
3. Mewujudkan ekonomi kerakyatan berbasis potensi lokal yang bardaya
saing
4. Mewujudkan nilai-nilai agama dalam melandasi pelaksanaan
5. Mewujudkan sistem pemerintahan yang bersih dan akuntabel
6. Mewujudkan pembangunan yang merata dan bersinergi

2. Visi dan Misi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong


Dengan menelaah visi dan misi Pemerintah Kabupaten Rejang
Lebong tersebut di atas, maka sebagai salah seorang Pejabat Struktural
Eselon II pada Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong, penulis
mengangkat kembali Visi dan Misi yang tertuang dalam dokumen Renstra
Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2016-2021 dengan Visi
sebagai berikut :
“Terdepan dalam Mewujudkan Masyarakat Rejang Lebong yang Sehat,
Mandiri dan Berkeadilan”.
Makna yang terkandung dalam visi tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
3. Terdepan dapat dipahami sebagai sebuah tekad untuk menjadi
acuan dan teladan/panutan bagi Organisasi Perangkat Daerah di
lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong.
4. Mewujudkan Masyarakat Rejang Lebong yang Sehat, Mandiri dan
Berkeadilan, artinya keinginan dan tekad yang bulat untuk
mewujudkan suatu gambaran kondisi suatu masyarakat yang sehat fisik,
mental, sosial dan ekonomis yang mampu berpikir, bersikap dan
bertindak secara kreatif dan inovatif dalam mengatasi masalah
kesehatan atas kehendak dan dorongan diri sendiri bahkan diharapkan
mampu mempengaruhi lingkungannya untuk bersikap dan berperilaku
hidup sehat, mampu mengatasi masalah kesehatannya sendiri dalam
meningkatkan derajat kesehatan yang optimal, dan terpenuhi seluruh
hak-hak dan kewajibannya mendapatkan pelayanan kesehatan.

SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI


KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN REJANG LEBONG
Hal.

7
Untuk mewujudkan visi tersebut, telah dijabarkan dalam 5 rumusan
misi sebagai berikut :
1. Peningkatan pemberdayaan masyarakat
2. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
3. Peningkatan jaminan kesehatan masyarakat
4. Inovasi program/kegiatan
5. Peningkatan pembiayaan kesehatan
Sesuai dengan tuntutan reformasi birokrasi dan semangat revolusi
mental, Kepala Dinas harus mengedepankan efektivitas dan akuntabilitas
sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik. Dengan
demikian, selain sebagai adminitrator, Kepala Dinas Kesehatan harus
mampu berperan sebagai :
1. Koordinator, yaitu menjadi pimpinan birokrasi yang bertugas menjamin
terjalinnya koordinasi yang baik antar unit yang berada di bawahnya;
2. Regulator, yaitu dalam membantu Bupati menyusun berbagai kebijakan,
maka Kepala Dinas Kesehatan dituntut untuk memahami peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
3. Fasilitator, yaitu harus dapat menjembatani semua permasalahan
muncul baik permasalahan internal maupun permasalahan yang ada
kaitannya dengan pihak-pihak lain.
4. Evaluator, yaitu harus mampu mengawasi dan mengevaluasi seluruh
jajaran yang ada di bawahnya dengan menerapkan sistem yang sifatnya
fairness.
5. Inspirator sekaligus motivator, yaitu menjadi sosok panutan yang akan
menginspirasi serta merangsang dan menumbuhkan motivasi bagi
jajarannya untuk bekerja lebih baik dan berkontribusi positif bagi
organisasi dibawahnya.
Untuk menjalankan peran tersebut, maka seorang Kepala Dinas
Kesehatan harus memiliki kompetensi yang komprehensip tidak hanya
kompetensi manajerial saja melainkan kompetensi teknis dan kompetensi
sosial kultural.

SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI


KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN REJANG LEBONG
Hal.

8
Dalam rangka mewujudkan Misi RPJMD dan Visi Dinas Kesehatan
dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama, yaitu: (1) penerapan
paradigma sehat, (2) peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan
kesehatan, dan (3) pelaksanaan jaminan kesehatan 95%. Penerapan
paradigma sehat dilakukan dengan strategi pemberdayaan masyarakat,
penguatan upaya promotif dan preventif, serta keterlibatan lintas sektor.
Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dilakukan dengan
strategi sistem manajemen mutu, sistem pengelolaan keuangan,
peningkatan kapasitas SDM Kesehatan serta Universal Health Coverage
(UHC) melalui pendekatan continuum of care. Sedangkan pelaksanaan JKN
dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dengan jaminan kesehatan
95% dari total penduduk. Kesemuanya itu ditujukan kepada tercapainya
keluarga sehat.

1. Penerapan Paradigma Sehat


Paradigma sehat merupakan cara pandang, pola pikir pembangunan
kesehatan yang bersifat holistik, dengan melibatkan semua stake holder
terkait dalam rangka peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan
kesehatan yang dapat mendorong masyarakat untuk dapat mandiri di bidang
kesehatan.
Paradigma sehat akan mengubah pola pikir (revolusi mental)
sehingga terjadi pengarusutamaan kesehatan dalam setiap pengambilan
kebijakan pada pembangunan di Indonesia.

a. Pemberdayaan Masyarakat
Upaya program pemberdayaan masyarakat selama ini sudah terbentuk
dimasing-masing desa/kelurahan dengan nama kader Posyandu. Jumlah
kader Posyandu masing-masing pos di desa/kelurahan sebanyak 4 - 5
orang. Namun demikian menurut pengamatan dan analisa penulis upaya ini
belum maksimal menyentuh ke tingkat masyarakat terkecil karena kader
yang sudah dibentuk 4-5 orang per desa/kelurahan belum dapat
menyebarluaskan informasi kepada masyarakat dengan segala

SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI


KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN REJANG LEBONG
Hal.

9
keterbatasannya. Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang
program kesehatan seperti program KIA, TB, Kesehatan Lingkungan,
Imunisasi, gizi, HIV/AIDS, Narkoba, Jaminan Kesehatan, Upaya Kesehatan
Kerja, Program Gerakan Masyarakat Untuk Hidup Sehat (GERMAS),
Keamanan Pangan Dan Obat-Obatan dan program lain yang seharusnya
diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat. Oleh sebab itu perlu adanya
terobosan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat dengan cara
peningkatan kualitas dan kuantitas kader kesehatan dari tingkat dusun/RT
dengan program “KADER KESEHATAN 211 (2 ORANG KADER 1
PROGRAM UNTUK 1 DUSUN/RT) DALAM UPAYA MENINGKATKAN
GERAKAN MASYARAKAT UNTUK HIDUP SEHAT MENUJU REJANG
LEBONG SEHAT”

b. Penguatan Upaya Promotif dan Preventif


Di era desentralisasi dan otonomi daerah, pengelolaan dan
pembinaan Puskesmas diserahkan kepada pemerintah daerah
kabupaten/kota. Sejak itu, perkembangan Puskesmas bervariasi tergantung
pada komitmen dan kemampuan fiskal daerah. Permasalahan yang paling
menonjol adalah kekosongan atau kekurangan SDM kesehatan. Sejak
desentralisasi pula, sebagian besar belanja kesehatan daerah adalah untuk
belanja pelayanan kuratif (UKP), belanja barang modal dan belanja pegawai.
Sementara, belanja untuk pelayanan kesehatan masyarakat sangat kecil. Di
era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Puskesmas mengelola dana
kapitasi yang penggunaannya untuk pelayanan upaya kesehatan
perseorangan (UKP). Hal ini menyebabkan banyak Puskesmas yang
orientasinya menjadi dominan pelayanan kesehatan perorangan (pelayanan
kuratif) dibandingkan tugas utamanya sebagai motor upaya kesehatan
masyarakat (UKM). Dengan tren paradigma sehat yang saat ini terjadi, peran
Puskesmas dalam upaya promotif dan preventif perlu diperkuat.
Germas adalah suatu tindakan terencana yang dilakukan bersama-
sama oleh seluruh komponen dengan kesadaran, kemauan dan
kemampuan  berperilaku sehat  untuk meningkatkan kualitas hidup. Germas

SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI


KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN REJANG LEBONG
Hal.

10
dilakukan sebagai penguatan upaya promotif dan preventif masyarakat.
Tujuan Germas, antara lain: 1) Memperbaiki kualitas hidup masyarakat; 2)
Meningkatkan produktivitas penduduk; 3) Menurunkan beban pembiayaan
pelayanan kesehatan karena meningkatnya penyakit dan pengeluaran
kesehatan.

c. Keterlibatan Lintas Sektor


Kerja sama lintas sektor melibatkan dinas dan orang- orang di luar
sektor kesehatan yang merupakan usaha bersama mempengaruhi faktor
yang secara langsung atau tidak langsung terhadap kesehatan manusia.
Kerja sama tidak hanya dalam proposal pengesahan, tetapi juga ikut serta
mendefinisikan masalah, prioritas kebutuhan, pengumpulan, dan interpretasi
informasi serta mengevaluasi. Lintas sektor kesehatan merupakan hubungan
yang dikenali antara bagian atau bagian-bagian dari sektor yang berbeda,
dibentuk utnuk mengambil tindakan pada suatu masalah agar hasil yang
tercapai dengan cara yang lebih efektif, berkelanjutan atau efisien
disbanding sektor kesehatan bertindak sendiri (WHO 1998). Prinsip kerja
sama lintas sektor melalui pertalian dengan program di dalam dan di luar
sektor kesehatan untuk mencapai kesadaran yang lebih besar terhadap
konsekuensi kesehatan dari keputusan kebijakan dan praktek organisasi
sektor-sektor yang berbeda.

2. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Pelayanan Kesehatan


Kebijakan yang perlu ditempuh berkaitan dengan pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat adalah sebagai berikut :
a. Sistem Manajemen Mutu
Salah satu sistem manajemen mutu yang dapat diterapkan adalah
ISO 9001:2015 untuk Dinas Kesehatan dan Akreditasi Puskesmas. ISO
9001:2015 merupakan standarisasi ISO seri 9000 yang berorientasi pada
layanan pelanggan dan standar manajemen mutu, yang diadopsi pada tahun
2000 oleh International Organization for Standardization (ISO). Tujuan ISO
9001 ini tidak hanya berfokus agar produk atau jasa yang dihasilkan menjadi

SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI


KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN REJANG LEBONG
Hal.

11
lebih bermutu, tetapi juga agar perusahaan dapat lebih baik dalam
menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan produktif.
Penerapan ISO 9001:2015 pada setiap OPD akan menjadi alat atau
parameter untuk mengukur kinerja aparatur pemerintah. Dengan demikian
maka setiap aparatur pemerintah akan berupaya untuk memberikan
pelayanan yang terbaik kepada masyarakat karena berkaitan dengan
penilaian kinerja masing-masing. Seorang Kepala Dinas harus mampu
mensukseskan setiap program/kegiatan yang ada dalam kendalinya untuk
menerapkan sistem manajemen mutu agar tercipta standarisasi pelayanan di
lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong.
Sementara itu, agar Puskesmas dapat menjalankan fungsinya secara
optimal diperlukan adanya pengelolaan organisasi puskesmas secara baik
yang meliputi kinerja pelayanan, proses pelayanan, serta sumber daya yang
digunakan. Hal ini perlu dilakukan dalam rangka upaya peningkatan mutu,
manajemen risiko dan keselamatan pasien di Puskesmas serta menjawab
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu.
Untuk menjamin bahwa perbaikan mutu, peningkatan kinerja dan
penerapan manajemen risiko dilaksanakan secara berkesinambungan di
Puskemas, diperlukan adanya penilaian oleh pihak eksternal dengan
menggunakan standar yang ditetapkan, yaitu melalui mekanisme akreditasi.
Tujuan utama akreditasi Puskesmas adalah untuk pembinaan peningkatan
mutu kinerja melalui perbaikan yang berkesinambungan terhadap sistem
manajemen, sistem manajemen mutu, sistem penyelenggaraan pelayanan
serta program dan penerapan manajemen risiko. Tentu saja akreditasi ini
bukan sekedar penilaian untuk mendapatkan sertifikat akreditasi.
Sampai dengan Tahun 2019, seluruh Puskesmas di Kabupaten
Rejang Lebong telah terakreditasi.

b. Penguatan Sistem Manajemen Keuangan melalui Pola Pengelolaan


Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD)
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara membuka koridor baru bagi penerapan basis kinerja di lingkungan

SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI


KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN REJANG LEBONG
Hal.

12
pemerintah. Dengan Pasal 68 dan 69 dari Undang-Undang tersebut, instansi
pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya memberi pelayanan kepada
masyarakat dapat menerapkan pola pengelolaan keuangan yang fleksibel
dengan menonjolkan produktivitas, efisiensi dan efektivitas. Instansi
demikian, dengan sebutan umum sebagai Badan Layanan Umum (BLU),
diharapkan menjadi contoh kongkrit yang menonjol dari penerapan
manajemen keuangan berbasis pada hasil (kinerja). Dari undang-undang
tersebut, Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) sebagai instansi di
lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya
didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
Alasan utama menjadikan Puskesmas sebagai BLUD adalah
keamanan dalam bekerja, supaya yang dilakukan oleh pengelola Puskesmas
tidak melanggar peraturan dan ketentuan-ketentuan yang ada. Alasan kedua
adalah supaya kualitas pelayanan kesehatan dapat meningkat. Setelah
menjadi BLUD, justru banyak kemudahan-kemudahan atau fleksbilitas.
Sampai dengan Tahun 2019 telah 14 Puskesmas yang menerapkan
PPK-BLUD, direncanakan 7 Puskesmas segera menerapkan PPK-BLUD.
Sehingga Tahun 2020 seluruh UPT Puskesmas di Kabupaten Rejang
Lebong telah menerapkan PPK-BLUD.

c. Peningkatan Kapasitas SDM Kesehatan


Keberadaan suatu organisasi sangat didukung adanya tiga pilar
utama agar dapat berjalan dengan baik. Tiga pilar itu terdiri dari keberadaan
SDM yang baik, sistem penataan organisasi yang baik, serta proses bisnis
yang biasanya dianggap sebagai target capaian organisasi dalam visi-misi.
Tentunya, aspek SDM baik dari sisi kuantitas maupun kualitas dapat dilihat
dari sisi knowledge, skill, dan attitude. Dari sini tentu dapat difahami bahwa
capacity building adalah proses meningkatkan kemampuan pengetahuan
dan keterampilan, serta sikap dan perilaku.

SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI


KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN REJANG LEBONG
Hal.

13
Harus disadari bahwa berkembang tidaknya suatu organisasi sangat
dipengaruhi adanya kepedulian dan kualitas SDM dalam menggerakkan
organisasi. Dengan demikian, proses peningkatan kapasitas (capacity
building) dan pembangunan karakter (caracter building) SDM menjadi hal
yang mutlak dilakukan. Dalam proses ini tentu dapat dilakukan dengan
beragam cara, baik melalui pendidikan dan pelatihan (Diklat) berbasis
kompetensi, pembinaan pola karir yang jelas, tugas belajar, dan outbond
atau pola permainan, yang kesemuanya itu untuk meningkatkan performa
SDM organisasi dalam menjalankan tugasnya. Oleh karenanya,
pengembangan kapasitas sangat terkait dengan kemampuan SDM,
kemampuan institusi, dan kemampuan sistem organisasi .

d. Universal Health Coverage (UHC) melalui Continuum of Care


Dalam upaya meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan,
dilakukan dengan layanan kesehatan semesta melalui pendekatan
Continuum of Care. Layanan kesehatan mengikuti siklus hidup manusia
yang dimulai sejak masa pra hamil, hamil, bersalin dan nifas, bayi, balita,
anak sekolah, remaja, pasangan usia subur, keluarga hingga lanjut usia.

3. Terjaminnya Masyarakat melalui Jaminan Kesehatan 95%


Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia
merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem
Jaminan Sosial Nasional ini diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi
Kesehatan Sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-
Undang No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Tujuannya adalah agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem
asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
masyarakat yang layak.
Masyarakat Rejang Lebong yang terjamin kesehatannya dari tahun ke
tahun terus mengalami peningkatan. Tahun 2017 sebanyak 18.437 jiwa
menjadi 22.881 jiwa pada Tahun 2018.

SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI


KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN REJANG LEBONG
Hal.

14
Dalam rangka memenuhi Jaminan Kesehatan bagi masyarakat
sebesar 95%, diperlukan sebuah terobosan dalam rangka kesinambungan
Jaminan Kesehatan. Dinas Kesehatan merencanakan perlunya sebuah
Peraturan Daerah (Perda) dalam rangka pemenuhan Jaminan Kesehatan di
Kabupaten Rejang Lebong. Berdasarkan data kepesertaan JKN, jumlah
penduduk yang belum memiliki jaminan kesehatan sebanyak ± 76.010 jiwa.
Anggaran yang diperlukan untuk jaminan kesehatan tersebut sebesar 52
milyar.
Secara skematik kondisi saat ini dan permasalahan yang dihadapi,
beserta Alternatif Kebijakan yang dijadikan solusi pemecahannya dapat
tergambar sebagai berikut :

Masalah Strategi Kebijakan

1. Angka kematian ibu 1. Penerapan Terwujudnya


dan bayi; Paradigma Sehat Masyarakat
2. Status gizi; 2. Peningkatan
3. Keg. pemberdayaan
Rejang
Kualitas &
masyarakat; Kuantitas Lebong yang
4. Angka kesakitan Pelayanan Sehat, Mandiri
masih cukup tinggi Kesehatan
(doble burden
dan
3. Jaminan
desease); Kesehatan Berkeadilan
5. Terbatasnya sumber Semesta 95%
dana APBD;
6. Belum terlindunginya
masyarakat secara
maksimal terhadap
pembiayaan
kesehatan;

Gambar 1.1 Masalah Dan Strategi Kebijakan penyelesaiannya.

SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI


KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN REJANG LEBONG
Hal.

15
D. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peran seorang
Kepala Dinas Kesehatan sangatlah vital dalam membantu Bupati
mewujudkan visi dan misinya. Kepala Dinas selain sebagai penggerak dan
pendorong jalannya kebijakan Bupati dalam bidang kesehatan juga harus
mampu berperan sebagai seorang koordinator, regulator, fasilitator,
evaluator dan inspirator sekaligus motivator bagi seluruh jajarannya.
Figur Kepala Dinas yang memiliki kompetensi yang komprehensif dan
paripurna yang merupakan perpaduan dari kompetensi manajerial,
kompetensi teknis dan kompetensi sosial kultural. Keseimbangan ketiga
kompetensi tersebut mutlak diperlukan agar visi Terwujudnya Masyarakat
Rejang Lebong Sehat, Cerdas, Taqwa dan Sejahtera benar-benar dapat
diwujudkan.
Penulis hanya mencoba untuk menuangkan pemikiran sekaligus
solusi apabila diberikan kesempatan untuk mengemban amanah dan
dipercaya untuk menduduki jabatan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Rejang Lebong. Tulisan ini niscaya masih banyak kekurangan, dan dengan
segala kerendahan hati penulis akan terbuka atas segala masukan dan
kritikan.

2. Saran
a) Mengoptimalkan keterlibatan lintas sektor dalam menyelesaikan masalah
bidang kesehatan;
b) Diperkuatnya peran serta masyarakat dalam wadah kader kesehatan 211
(2 orang 1 program untuk 1 RT/Dusun);
c) Meningkatkan kapasitas SDM Kesehatan dengan cara, baik melalui
pendidikan dan pelatihan (Diklat) berbasis kompetensi, pembinaan pola
karir yang jelas, tugas belajar, dan outbond atau pola permainan, yang
kesemuanya itu untuk meningkatkan performa karyawan;
d) Meningkatkan predikat akreditasi Puskesmas, dari tidak terakreditasi
menjadi dasar, dasar ke madya, madya ke utama, utama ke paripurna;

SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI


KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN REJANG LEBONG
Hal.

16
e) Mengoptimalkan anggaran APBD untuk menjamin kesehatan masyarakat
melalui jaminan kesehatan daerah;
f) Melaksanakan Universal Health Coverage (UHC) diseluruh masalah
kesehatan dengan continuum of care;
g) Meningkatkan pelaksanaan manajemen mutu di Dinas Kesehatan melaui
ISO 9001:2015;
h) Optimalisasi pelaksanaan PPK-BLUD di seluruh Unit Pelaksana Teknis
Dinas Kesehatan;

SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI


KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN REJANG LEBONG
Hal.

17

Anda mungkin juga menyukai