SKRIPSI
Oleh :
140905112
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya
nyatakan di sini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan
gelar kesarjanaan saya.
Medan, Maret 2018
Penulis
Eunike V P Nanulaitta
i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
ii
Universitas Sumatera Utara
UCAPAN TERIMA KASIH
Saya juga menyadari bahwa tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa
memotivasi saya. Terutama kepada kedua orang tua saya Dr. Thomas Johanis
Nanulaitta dan Trianda Herru Umriani yang senantiasa ada di sepanjang hidup
saya dengan segala jerih payah, kesesakan dan kesakitan dalam menyekolahkan
saya hingga saat ini. Mereka yang selalu memperhatikan, dan menjadi tempat
sandaran kami anak-anaknya. Saya juga berterima kasih kepada kedua saudara
saya Daniel Marko Nanulaitta dan Yohana Apfia Priskilla Nanulaitta yang selalu
kebanggan saya.
Saya juga menyampaikan terima kasih yang sangat tulus kepada Ibu Dra.
Rytha Tambunan, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi saya yang telah banyak
memberikan waktu, tenanga, perhatian dan bimbingan serta kesabaran mulai dari
iii
Universitas Sumatera Utara
awal saya bimbingan. Saya juga berterima kasih kepada Bapak Drs. Lister Berutu,
terima kasih kepada Bapak Dr. Fikarwin Zuska selaku Ketua Departemen
Departemen atas dukungan, bimbingan, arahan dan motivasi yang selama ini
diberikan kepada saya. Kepada seluruh Dosen Antropologi Sosial, Kepada Buk
Nita Safitri, Buk Sabaria bangun, Buk Tjut, Buk Aida Safitri, Pak Zulkarnain, Pak
Ermansyah, Pak Yance, Pak Wan, Pak Nurman, Pak Hamdani, Pak Farid dan
yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu per satu saya mengucapkan banyak
terima kasih atas ilmu, pengalaman dan pembelajaran yang telah di sampaikan
dan di berikan kepada saya dalam proses belajar mengajar, saya dapat
menyelesaikan studi ini karena adanya jasa dan campur tangan dari Bapak/Ibu
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada informan dan seluruh
penelitian dan juga memberikan segala informasi yang saya butuhkan selama
kasih karena telah menjadi teman dan sahabat saya baik kampus maupun diluar
kepada saya. Kepada seluruh Kerabat Antropologi Sosial 2014 yang selalu
kepada Rovha Fadila Angkat teman dan sahabat paling gila yang selalu setia
iv
Universitas Sumatera Utara
kepada saya disaat suka maupun duka dan juga kepada Grace Yustia teman saya
yang tetap setia memberikan semangat, dukungan, motivasi dalam setiap suka
maupun duka selama perkuliahan dan membantu saya dalam pengerjaan skripsi
ini, saya mengucapkan terima kasih banyak. Kepada seluruh pihak yang tidak bisa
saya sebutkan satu persatu namun membatu saya dalam proses perkuliahan hingga
penyelesaian skripsi ini, saya mengucapkan terima kasih banyak kiranya Tuhan
menulis skripsi, saya ucapkan terimakasih karena telah selalu mengingatkan untuk
semangat dalam mengerjakan skripsi. Terutama kepada Sahabat dekat saya Eka
Yunita dan Rizka Amelia terima kasih yang selalu memberi semangat, motivasi
untuk itu saya berharap akan masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak untuk
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
Eunike V P Nanulaitta
v
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
tahun 2008, berlanjut menyelesaikan SMP di SMP Negeri 1 Stabat tahun 2011
dan menyelesaikan SMA di SMA Negeri 1 Stabat tahun 2014. Kemudian penulis
Utara pada jurusan Antropologi Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Penulis juga merupakan salah satu mahasiswa aktif mengikuti berbagai kegiatan
selama perkuliahan. Berikut adalah beberapa daftar riwayat penulis semasa kuliah
vi
Universitas Sumatera Utara
3. Tahun 2014, mengikuti kegiatan Survei Alat Transportasi Air oleh Dinas
Samosir.
angkatan 2015
Antropologi ke-35
Indonesia”
angkatan 2016
Aceh
Kota Pematangsiantar
vii
Universitas Sumatera Utara
14. Tahun 2017, mengikuti kegiatan Survei Nasional tentang Kajian Sistem
Dairi
Email : Eunike.nanulaitta@gmail.com
viii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Universitas Sumatera Utara. Skripsi dengan judul “Saniri Negeri sebagai Forum
memperoleh gelar sarjana sosial dalam bidang Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu
Maluku. Saniri Negeri adalah Lembaga atau badan yang merupakan perwujudan
Pemerintahan Negeri dalam memimmpin negeri, sesuai tugas dan wewenang yang
di milikinya. Saniri Negeri hanya dapat dijumpai di desa adat/negeri yang ada di
pemerintahannya, aturan ini didapatkan dari tradisi atau kebiasaan yang telah
hukum formal dalam UU selagi tidak lari dari jalan atau pedoman NKRI.
diberlakukan.
ix
Universitas Sumatera Utara
Beberapa aturan yang dibentuk oleh Saniri merupakan suatu bukti adanya suatu
konstruksi hukum tingkat lokal. Salah satu contoh terjadinya konstruksi hukum
tingkat lokal ini akan penulis bahas dalam skripsi ini tentang bagaimana proses
pengesahan fam dapat terjadi di Negeri Hutumuri. Fam atau marga dalam istilah
suku lain yang merupakan tanda pengenal atau yang berasal dari genealogis atau
berdasarkan keturunan dari pihak ayah, maupun ibu nya. Ini dapat kita lihat
bagaimana suku Batak memiliki garis keturunan berasal dari ayah, sedangkan
bagi suku Minagkabau, garis keturunan berasal dari pihak ibu. Aturan ini tidak
bisa di langgar, walaupun tidak ada ketetapan atau peraturan hukum yang
memastikan hal tersebut, akan tetapi suku Batak dan Minangkabau menjalankan
menyatakan bahwa fam diturun kan dari pihak ayah, dalam arti garis keturunan
berasal dari ayah, akan tetapi kenyataannya tidak sedikit masyarakat Ambon
mengambil fam berdasarkan dari garis ketruna Ibu, dan ada pula yang mengambil
dari kedua belah pihak. Sehingga tidak jarang ditemukan kakak beradik berbeda
formal, akan tetapi dengan adanya budaya dan tradisi yang menjalankan kebiasaan
individu dapat diatur secara kekeluargaan bahkan fam tersebut dapat diganti, atau
dihapuskan, sehingga beberapa dari kasus tersebut dapat menimbulkan fam baru.
Proses pengesahan fam ini tidak semata-mata mengubah nama gelar atau
fam tersebut, akan tetapi proses ini melibatkan campur tangan dari Saniri Negeri
x
Universitas Sumatera Utara
selaku lembaga adat dan pemerintah negeri. Hal ini menyebabkan terjadinya
konstruksi hukum tingkat lokal, adanya suatu susunan aturan yang dibentuk dalam
suatu masyarakat. konstruksi hukum tingkat lokal ini dapat diterjemahkan sebagai
suatu hukum adat. Soepomo (1977) mengatakan bahwa hukum adat adalah
hukum yang hidup karena ia menjelmakan hukum yang nyata dari rakyat ; ia terus
menerus dalam keadaan tumbuh dan berkembang seperti hidup itu sendiri, dan
hukum adat beurat akar pada kebudayaan tradisional sama halnya dengan Saniri
Negeri ini. Saniri Negeri ini merupakan hukum adat yang dijalankan oleh
masyarakat negeri atau desa adat. Aturan-aturan tingkal laku dalam masyarakat
ini, untuk itu saya sebagai penulis berharap adanya kritik dan saran untuk
menyempurnakan skripsi ini. penulis juga berharap agar nantinya skripsi ini
Eunike V P Nanulaitta
xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN ORIGINALITAS ................................................................... i
ABSTRAK ........................................................................................................... ii
UCAPAN TERIMAKASIH................................................................................ iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. v
KATA PENGATAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv
DAFTAR FOTO ................................................................................................. xvi
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Tinjauan Pustaka .......................................................................... 13
1.3 Perumusan Masalah ............................................................................... 22
1.4 Lokasi Penelitian ................................................................................ 23
1.5 Tujuan dan Manfaat ........................................................................... 25
1.6 Metode Penelitian ......................................................................... 25
1.7 Analisa Data ................................................................................. 28
1.8 Pengalaman Penelitian .................................................................. 28
xii
Universitas Sumatera Utara
2.6.1 Sistem Hukum Adat Negeri Hutumuri ............................... 60
2.6.2. Nilai-nilai Satra Lisan dalam Upacara Adat ....................... 61
2.6.3. Nilai-nilai Seni ..................................................................... 62
2.6.4 Budaya Pakaian ................................................................... 65
2.6.5 Sastra Gaib ........................................................................... 66
2.7. Sarana Umum Negeri Hutumuri .................................................... 67
2.7.1. Sarana Pemerintah ............................................................... 67
2.7.2. Sarana Kesehatan ................................................................. 68
2.7.3. Sarana Ibadah ...................................................................... 69
2.7.4. Sarana Umum ....................................................................... 70
2.7.5. Sarana Pendidikan ............................................................... 71
2.7.6. Lembaga-lembaga Pemerintah ............................................ 72
2.7.7. Kelembagaan atau Organisasi Kemasyarakatan .................. 73
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 124
5.2 Saran ............................................................................................. 127
LAMPIRAN
Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor - 3 Tahun 2008 Tentang Negeri Di
Kota Ambon
Daftar nama fam di Maluku
Foto
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
xv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR FOTO
xvi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR BAGAN
xvii
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
Di dalam era modern yang sangat terpusat seperti saat ini, hukum formal
perilaku masyarakat ternyata selain hukum formal1 juga masih digunakan oleh
masyarakat itu sendiri seperti hukum agama dan hukum adat. Pokok yang
kontrol manusia yang terkendali dan bahwa alat yang digunakan untuk mencapai
kontrol ini adalah hukum. Pernyataan ini ternyata sudah terjadi sejak dulu yang
Selatan mengenai Hukum Asli dan Hukum Kebiasaan yang dimaksud dengan
hukum asli disini adalah hukum yang ideal atau hukum formal yang berlaku
dinegara tersebut. Akan tetapi bukan hanya hukum asli saja yang terlihat
digunakan oleh masyarakat Afrika Selatan. Holleman (dalam Ihromi T.O :1993)
melihat bahwa hukum kebiasaan juga digunakan oleh masyarakat Shona Rhodesia
hukum adat atau hukum primitif, dimana adanya aturan-aturan atau norman-
norma dan nilai-nilai yang mengikat dalam suatu masyarkat dengan tujuan untuk
1
Hukum formal berasal dari negara sedangkan hukum agama dan hukum adat berasal dari dalam
masyarakat itu sendiri
tenaga ahli menemukan hal yang belum pernah mereka temukan atau yang tidak
ingin mereka temukan dalam sejarah mereka sendiri, yaitu asal usul “masyarakat-
masyarakat awal” yang ditempatkan pada skala evolusioner, jauh lebih dini
daripada hukum-hukum lama yang pada waktu itu dikenal orang-orang Eropa,
seperti hukum Roma dan hukum orang Yunani, atau yang lebih tua lagi, seperti
hukum yang dikenal dari teks-teks injil. Hukum dianggap sebagai aturan-aturan
telah disepakati sebelumnya. Sanksi tersebut diberikan guna untuk menjaga aturan
itu sendiri agar ditaati oleh masyarakat. Hukum ini juga dipertegas oleh Pospisil
dalam karnya kapauku Papuas and Their Law, bahwa ia menemukan ada
hukumnya dalam 120 aturan. Artinya bahwa tiap-tiap aturan yang dilanggar oleh
masyarakat akan mendapat sanksi (Ihromi T.O, 1993:67). Tiap-tiap aturan diikuti
2
T.O Ihromi, Antropologi Hukum Sebuah Bunga Rampai,(Jakarta : Yayasan Obor Indonesia,
1993), hlm 4
menganggap bahwa hukum asli merupakan aturan yang abstrak atau aturan yang
kepada hukum yang berhubungan dengan hutang. Hukum ini bukanlah hukum
formal yang secara resmi dituliskan dan disahkan oleh negara sehingga jika
dilanggar akan dikenakan hukuman pidana. Walaupun hukum ini sebagaian ada
hukum ini sebagai suatu adat atau hukum kebiasaan. hukum ini selalu ditaati oleh
masyarakat Batak dimanapun ia berada dan menjadi sebuah kearifan lokal dan
tradisi bagi masyarakat Batak dalam menyelesaikan berbagai masalah. Dalam hal
ini dapat katakan bahwa masyarakat Batak mengganggap hukum ini lebih relevan
digunakan karena sudah adanya nilai nilai yang tertanam dalam diri mereka.
Sudah begitu jelas bahwa tidak semua masyarakat berpatok pada hukum asli atau
hukum formal. Walaupun sebenarnya hukum aslilah yang wajib dipatuhi oleh
Hukum3 dibutuhkan oleh manusia karena hukum memiliki arti dan fungsi
yang penting bagi kehidupan manusia itu sendiri. Arti pentingnya hukum bagi
manusia dan masyarakat setidaknya dapat dilihat dari dua aspek. Pertama dengan
diselenggarakan dan dipatuhi oleh seluruh anggota atau warga masyarakat. Untuk
kumpulan orang yang diserahi tugas khusus4. Hukum yang berlaku pun tidak
luas yang mana setiap penguasa lokal itu mengontrol tertib wilyah masing-masing
untuk tunduk pada aturannya sekaligus juga berada dalam suatu tujuan sosial yang
lebih luas yang dapat mempengaruhi dan menguasainya. Maka kejadian ini dapat
3
Hukum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah peraturan atau adat yang secara resmi
dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah, suatu sistem yang dibuat
manusia untuk membatasi tingkah laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol ,
hukum merupakan aspek terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan,
Hukum mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Oleh
karena itu setiap masyarakat berhak untuk mendapat pembelaan didepan hukum sehingga dapat di
artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-ketentuan tertulis maupun tidak tertulis
yang mengatur kehidupan masyarakat dan menyediakan sangsi bagi pelanggarnya.
4
Fajar, “Pengertian Hukum dan Tujuan Hukum”, http://pengertian.website/pengertian-hukum-
dan-tujuan-hukum-yang-lengkap/
susunan hukum atau susunan aturan yang berlaku didaerah tersebut, dimana dalam
kehidupan komunitas lokal, tradisi yang telah diterima dan dipatuhi masyarakat
sebagai bagian dari the living law. Hukum yang hidup dalam masyarakat tidak
akan terputus dan akan selalu diakui oleh masyarakat sebagai pedoman normatif
undang-undang yang positif itu sebenarnya hanyalah suatu pernyataan yang hanya
akan diterima dalam maknanya yang relatif. Hukum akan berubah sejalan dengan
perubahan jaman dari hukum yang positif ini pula lahirnya kajian „hukum dalam
adat-kebiasaan serta simbol-simbol yang berasal dari dalam, tapi di lain pihak
lain yang berasal dari dunia luar yang mengelilinginya6 seperti lembaga-lembaga
peradilan atau lembaga adat yang berkembang dalam masyarakat. Misalnya salah
satu lembaga adat yang ada dalam masyarakat Batak yang dikenal dengan nama
5
Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum dalam Masyarakat,(Yogyakarta, Graha Ilmu, 2013), hlm 7
6
T.O Ihromi, Antropologi Hukum Sebuah Bunga Rampai,(Jakarta : Yayasan Obor Indonesia,
1993), hlm 149
yang mengatur, mengendalikan dan memberi arah kepada tata laku (perilaku) dan
perbuatan (sikap atau pola tindak) orang Batak.8 Tidak hanya sampai disitu
Dalihan Na Tolu juga dianggap sebagai kearifan lokal yang juga digunakan untuk
mengatur sitem pemerintahan. Salah satu nilai budaya yang menjadi kebanggaan
orang Batak Toba yaitu sistem hubungan sosial Dalihan Na Tolu yang terwujud
Batak tidak hanya dalam konteks ikatan adat saja, tetapi juga dalam bidang
perilaku dan perbuatannya. Dalihan Na Tolu ini bukan hanya menjadi pengendali
sosial saja, akan tetapi lembaga ini ini juga dijadikan sebagai forum komunikasi
pribadi ataupun masyarakat itu sendiri. Bukan hanya pada masyarakat Batak saja
masalah dalam suatu tatanan masyarakat, akan tetapi pada Masyarakat Ambon
7
Dalihan Na Tolu atau sering juga diterjemahkan dengan istilah tungku nan tiga–pengertian
tungku nan tiga dalam budaya Batak ini tentu akan sama pengertian dan maknanya dengan nilai
budaya lain yang ada di Sumatera, seperti tungku tiga sejarangan, benang tiga sepilin, payung tiga
sekaki, dan lain sebagainya, akan tetapi memilki tujuan sama.
8
Armaidy Arnawi, ”Kearifan Lokal Batak Toba Dalihan Na Tolu dan Good Governance dalam
Birokrasi Publik”, https://media.neliti.com/media/publications/78784-ID-kearifan-lokal-batak-
toba-dalihan-na-tol.pdf, hlm. 163
termasuk kedalam lembaga peradilan. Saniri Negeri adalah lembaga adat yang
berperan mengayomi adat istiadat dan hukum adat. Saniri9 berperan membantu
Raja dalam menyelesaikan setiap perselisihan di lingkup negeri atau dusun atau
desa. Bahkan saniri berhak untuk melepaskan jabatan seorang walikota atau
diberhentikan10. Pelaksaan atas jalannya upacara adat dan pemerintahan adat seta
peradilan adat dilakukan oleh suatu Dewan Desa yang disebut “Saniri” atau
terus eksis dan berperan secara optimal hingga mampu menciptakan keserasian
9
Saniri adalah istilah bahasa Seram untuk dewan yang dahulu memerintah daerah Tiga Sungai;
sedangkan negeri adalah bentuk melayu dari kata bahasa sansekerta nagara, yang bearti daerah,
kota atau kerajaan (suatu wilayah pemerintahan)
10
Frank L Cooley, mimbar dan takhta, (Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1987), hlm.221
11
H. hilman Hadikusuma, Antropologi Hukum Indonesia,(Bandung:P.T. ALUMI,2006), hlm.240
Hukum Adat Dalam Wilayah Provinsi Maluku. Sebagai suatu forum komunikasi
secara kelompok maupun individu. Saat ini Saniri ada pada posisi cukup kuat oleh
hukum formal. Seperti yang pendapat dikemukakan oleh Hoebel (dalam Ihromi
T.O:1993) yang mengatakan bahwa hukum substantif dan hukum yang hidup
(living law) saling berkaitan. Saniri ini sendiri memiliki kedudukan yang sama
Keanggotaan Saniri terdiri dari Raja yang turun temurun atau juga dipilih
beberapa kepala soa, tua tua adat, tuan tanah, kapitan12, juga ikut serta dalam
kerapatan Saniri yaitu kepala kewang (polisi hutan) dan marinyo13 dengan
demikian Badan Saniri Negeri itu mempunyai kedudukan dan tugas administratif
yang dijalan oleh raja dan kepala soa yang disebut Saniri Raja Patih14, tugas
12
Kapitan merupakan pemimpin atas negerinya dan mempunyai kewajiban mengurus segala
sesuatu dengan masalah pertahanan dan keamanan (militer)
13
Marinyo atau penguhubung desa yang bertugas menyiarkan/memberitakan segala perintah raja
kepada masyarakat
14
Saniri Raja Patih yang terdiri atas raja dan kepala soa dan pelaksana administrasi dari
pemerintah pusat
musyawarah paripurna yang dihadiri lengkap oleh warga pria yang telah berumur
18 tahun yang diadakan Saniri Negeri lengkap dan disebut Saniri Negeri Besar.
Fungsi Saniri sebagai pemerintahan desa adalah untuk mengawasi dan menjamin
setiap peraturan adat agar ditaati warganya16. Adapun beberapa faktor yang
Faktor Sosial dan Budaya; Faktor Hukum; Faktor Poolitik dan; Faktor
Lingkungan
Indetitas orang Maluku dapat di kenali dengan istilah fam17. Orang Maluku
merujuk kepada nama fam yang dipakai di belakang nama depan masyarakat
Ambon/Maluku. Fam memimiliki arti yang hampir sama dengan istilah marga
pada masyarakat Batak. Artinya adanya hubungan kekerabatan yang sangat kental
menurut garis keturunan bapak (garis laki-laki), sedangkan garis keturunan ibu
orang, yang merupakan keturunan dari seorang kakek bersama, dan garis
15
Saniri Negeri Lengkap yang terdiri atas Raja, Kepala Soa, dan pejabat pejabat lainnya untuk
membuat aturan aturan adat
16
H. hilman Hadikusuma, Antropologi Hukum Indonesia,(Bandung:P.T. ALUMI,2006), hlm.241
17
fam berasal dari kata familienam yang berarti "nama keluarga"
18
https://id.wikipedia.org/wiki/Fam_Maluku
satu marga memakai satu identitas yang dibubuhkan sesuah nama kecilnya, dan
nama marga itu merupakan pertanda bahwa orang orang yang menggunakannya
generasi yang lalu, namun ada suatu kenyakinan bahwa orang orang yang
menggunakan nama marga yang sama terjalin oleh ikatan darah, dan salah satu
laki laki mempunyai nama marga yang sama19. Berikut contoh yang termasuk
Tidak hanya menarik garis keturunan dari pihak ayah, ternyata menarik
garis keturunan dari Ibu juga ada, yang disebut dengan istilah Matrilinial.
berdasarkan garis keturunan ibu (garis wanita), sedangkan garis keturunan bapak
19
Vergouwen,JC. Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba,(Yogyakarta : Lkis, 2004), hlm 19
10
Ternyata sistem kekerabatan tidak hanya menarik keturunan dari salah satu
matrilinial. Akan tetapi menarik garis keturunan dari kedua belah pihak juga ada,
yang dikenal dengan istilah bilateral, parental atau ambilineal. Masyarakat yang
bilateral atau parental adalah yang susunan masyarakatnya ditarik menurut garis
keturunan orang tua, yaitu bapak dan ibu bersama-sama. Jadi hubungan
kekerabatan antara pihak bapak dan pihak ibu berjalan seimbang atau sejajar20,
masing-masing anggota masuk dalam klen bapak dan klen ibu. Misalnya terdapat
Melayu, Jawa, kalimantan, dan lain sebagainya. Hanya saja kebanyakan sifatnya
kelompok keturunan ibu atau ayah22. Masyarakat ambon juga memiliki hubungan
yaitu kelompok orang yang berhubungan erat dengan orang yang masih hidup
20
http://www.ssbelajar.net/2012/03/prinsip-kelompok-sosial.html
21
William A. Haviland, Edisi Keempat Antropologi Jilid 2, (Jakarta: Erlangga,1993), hlm. 111
22
I William A. Haviland, Edisi Keempat Antropologi Jilid 2, (Jakarta: Erlangga,1993), hlm. 113
11
ditunjukkan kepada ego terrtentu, sehingga apabila ego dalam keadaan krisis
kebutuhan pendidikan anak anak dan kadang kadang pula sampai kepersoalan
ekonomi politik, maka semua anggota kerabat datang berkumpul pada ego untuk
meringankan dan mengatasi beban krisis yang sedang dihadapinya 24. Nama anak
dari sebuah keluarga akan ditambahkan nama fam sang ayah di belakang nama
Dalam pemilihan topik ini ada hal yang membuat peneliti tertarik yaitu
bahwa kedudukan Saniri berhak untuk menghapuskan fam lama dan menambah
fam yang baru. Dampak yang di hasilkan dari kejadian ini adalah, bahwa
sini peneliti melihat bahwa di era Modern saat ini hukum adat masih berlaku dan
satunya pedoman dan menjadi suatu patokan dalam mengontrol dan mengedalikan
masyarakat. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
mendalam.
23
Ibid.,hlm. 119
24
H. Hilman Hadikusuma, Antropologi Hukum Indonesia,(Bandung:P.T. ALUMNI,2006),
hlm.242
12
lebih dari itu hukum berfungsi sebagai sarana untuk menciptakan cara-cara baru
menghendakinya. Hukum yang hidup dalam masyarakat tidak akan terputus dan
akan selalu diakui oleh masyarakat sebagai pedoman normatif yang menuntun
perilaku yang dipandang baik dalam masyarakat. Adapun kepastian hukum yang
positif itu sebenarnya hanyalah suatu pernyataan yang hanya akan diterima dalam
maknanya yang relatif. Hukum akan berubah sejalan dengan perubahan jaman
dari hukum yang positif ini pula lahirnya kajian „hukum dalam masyarakat‟ yang
berfokus pada text in context, Maka hal ini dapat dikatakan bahwa terjadinya
konstruksi hukum tingkat lokal, dimana dalam kehidupan komunitas lokal, tradisi
yang telah diterima dan dipatuhi masyarakat sebagai bagian dari the living law25.
Manusia sebagai pelaku dan objek hukum tidak lagi memiliki identitas
alami yang lama, melainkan berubah menjadi (hasil) konstruksi. artinya hasil
konstruksi tersebut adalah seperti subjek hukum, hak hukum, asas hukum, proses
hukum, hubungan hukum dan akibat hukum. Dengan demikian, masyarakat tidak
25
the living law adalah hukum kebiasaan
13
diciptakan oleh negara (state law), tetapi juga hukum dalam wujudnya sebagai
sosial (legal order)26, oleh karena itu, para antropolog mempunyai pengertian
tersendiri tentang apa yang mereka pandang sebagai hukum, menurut R. Radcliffe
Brown Hukum merupakan suatu sistem pengendalian sosial yang hanya ada
negara (state-less society) tidak mengenal hukum, yang ada adalah automatic
spontaneous submission to tradition atau sikap taat terhadap adat yang berjalan
secara otomatis dimana masyarakat tersebut diatur dan dijaga oleh tradisi-tradisi
yang ditaati oleh warga masyarakat. peneliti tidak menyetui hal ini karena berbeda
dengan apa yang peneliti temui pada masyrakat Hutumuri. Hutumuri merupakan
negeri yang ada dalam suatu negera, akan tetapi Negeri Hutumuri memiliki
hukum formal negera akan tetapi juga menjalani hukum adat yang menjadi tradisi
mereka. justru tradisi-tradisi adat itu menjadi hal utama yang tidak bisa untuk
26
Nyoman Nurjaya, “Perkembangan Pemikiran Konsep Pluralisme Hukum” http://huma.or.id/
document/I.03. Analisa Hukum/Perkembangan Pemikiran Konsep Pluralisme Hukum_I Nyoman
Nurjaya.pdf, diakses pada tanggal 7 November 2017
14
kehidupan masyarakat bukan ditaati karena adanya tradisi ketaatan yang bersifat
1 pihak dan kewajiban bagi pihak lain (tukar menukar dalam hubungan ekonomi-
jasa dan kekerabatan). (2). Principle of publicity : hadirnya pihak ketiga. Ketika
Malinowski dan Radcliffe Brown berpendapat sama, penulis juga setuju dengan
pernyataan tersebut Memang benar Saniri Negeri merupakan pihak ketiga dalam
lembaga adat ini menjadi salah satu pranata dalam pengendalian sosial. Kemudian
juga menyetui pendapat dari Malinowski yang mengatakan bahwa Hukum dalam
kehidupan masyarakat bukan ditaati karena adanya tradisi ketaatan yang bersifat
otomatis spontan, akan tetapi karena adanya prinsip timbal balik. Seperti yang
dan tidak melanggarnya karena adanya anggap bahwa nenek moyang akan
27
I. Gede A. B Wiranata, “ Antropologi Budaya”, (Bandung:PT Citra Aditya Bakti, 2002), hlm
107
15
berasal dari kaedah-kaedah nonhukum lain yang sudah ada sebelumnya. Tidak ada
kaedah hukum yang langsung lahir sebagai kaedah hukum. artinya hukum tidak
kewajiban-kewajiban yang mengikat yang dianggap sebagai hak oleh suatu pihak
dan diakui sebagai kewajiban oleh pihak lain, yang telah dilembagakan kembali
hukum berbeda dengan pranata sosial yang lain. Ada 4 atribut hukum yaitu:
16
masa depan.
Dalam hal ini semua pihak harus masih dalam keadaan hidup.
atau kelompok yang diakui masyarakat mempunyai hak istimewa. Maksud dari
kedudukan raja dalam Saniri Negeri berhak menghukum mereka yang melakukan
pelanggaran, dari pernyataan yang telah diungkapkan oleh para ahli antropolog,
dapat dilihat adanya pluralisme hukum dan di Indonesia sendiri menganut paham
17
hukum adatlah yang harus menjadi landasan hukum nasional. Dijelaskan bahwa
hukum adat yang dimaksud bukan yang terlahir dari keputusan-keputusan para
petugas hukum, bukan pula yang telah menjelma dalam tingkah laku nyata, yang
biasa disebut dengan kebiasaan, melainkan bagian dari hukum adat yang
merupakan tempat segala ketentuan konkret dari hukum adat memperoleh dasar
Parson. Ia berpendapat bahwa hukum adat adalah hukum yang hidup (living law),
satu tatanan hukum dalam suatu arena sosial, oleh sebab itu setiap kehidupan
sesuai dengan kedudukannya masing-masing. Tidak hanya itu juga Griffith dan
masyarakat terdapat dua atau lebih sistem hukum untuk dapat dijadikan pegangan
28
Pengertian Pluralisme Hukum (legal pluralism) kerap diartikan sebagai keragaman hukum, yaitu
hadirnya lebih dari satu aturan hukum dalam sebuah lingkungan sosial.
29
H.R. Otje Salman Soemadiningrat, “Rekonseptualisasi Hukum Adat Kontemporer”. (Bandung:
PT. ALUMNI, 2002), Hlm 21
18
dengan Semi Otonomous Social Field. Artinya dalam suatu lapangan tidak ada
hukum yang dominan. Suatu aturan hukum akan terpengaruh oleh hukum-hukum
lain yang ada disekitarnya30. Dalam kejadian ini peneliti mengemukakan pendapat
dari Pospisil yang mengatakan “ketaatan terhadap nilai nilai dasar atau ketertiban
merupakan hasil atau konsekuensi agar organisme tersebut tetap dapat bertahan
30
Ihromi, T.O. “Antropologi Hukum Sebuah Bunga Rampai”. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
1993 dan Griffit, Jhon, “What Is Legal Pluralism” Journal of Legal Pluralism, 1986, p. 1
31
H. Hilman Hadikusuma, Pengantar Antropologi Hukum, (Bandung: PT Citra Adtya Bakti,
2004), Hlm. 71
19
seluruh "badan" secara wajar. Dalam arti paling mendasar, istilah ini menekankan
"upaya untuk menghubungkan, sebisa mungkin, dengan setiap adat, atau praktik,
dipandang sebagai salah satu organ. Bilamana salah satu organ mengalami
dan hukum yang hidup (living law), hubungan ini memperkuat sistem Saniri itu
sendiri agar sistem tersebut tetap stabil. Kedudukan Saniri juga di atur dalam
hukum adat yang harus diakui oleh Negara Republik Indonesia, oleh karena
32
Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial”, (Jakarta:PT RAJAGRAFINDO PERSADA,
2012), hlm 35
33
Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial”, (Jakarta:PT RAJAGRAFINDO PERSADA,
2012), hlm 47
20
sebagaimana tercantum dalam penjelasan atas pasal 202 ayat (1) telah membuka
Undang-undang tersebut, yang kemudian jabarkan lagi lebih detail dalam perda
sepihak oleh masyarakat saja karena belum adanya peraturan negeri yang
sebagai lembaga adat yang berkompeten dalam suatu masyarakat adat manakala
ada suatu persoalan yang diselesaikan oleh saniri sehingga pada akhirnya Saniri
diwujudkan menjadi suatu tatanan hukum yang diakui oleh negara juga secara
sebagaimana yang diinginkan oleh Pemerintah oleh Saniri Negeri disebut juga
“Saniri Lengkap”.
Saniri Negeri beranggotakan terdiri dari pejabat pejabat yang duduk dalam
Saniri Rajapatti dan wakil wakil dari soa soa tetapi bukan kepala soa, kepala
34
Ronal Afredo, “Lembaga Adat “Saniri” sebagai forum komunikasi dalam penyelesaian masalah
public di Ambo”,http://journal.unhas.ac.id/index.php/kareba/article/viewFile/314/pdf, Hlm. 338
21
tukang, para cendikiawan, kewang darat dan kewang laut dan petugas petugas
dibidang kerohanian. Jumlah yang lazim antara 12-15 orang. Saat ini apapun yang
menjadi hal hal yang penting sebelum dilaksanakan, maka pemerentah lebih
dahulu harus meminta persetujuan Saniri Negeri ini. Termasuk raja, kepala bidang
eksekutif maupun Ketua Dewan Legislatif. Saniri Negeri ini dahulu disebut
dengan negorijraad35. Dalam Saniri terdapat suatu aturan yang berbeda dengan
daerah lainnya yaitu Saniri berhak menghapuskan fam lama dan menambahkan
fam yang baru pada negeri tersebut. Jumlah fam di Maluku diperkirakan ada
ribuan. Kejadian ini disebabkan akibat adanya perkawinan antar suku bangsa.
Banyak masyarakat ambon menikah dengan suku bangsa Portugis, spanyol, Arab,
Belanda dan Cina pada zaman penjajahan dulu. Hingga saat ini belum pernah ada
yang mengetahui berapa jumlah fam yang masih aktif dan berapa jumlah fam yang
sudah punah. Pengakuan fam tersebut sangatlah penting untuk menjelaskan dan
35
Ziwar Efendi, Hukum Adat Ambon Lease, (Jakarta: PT Pradnya Paramita, 1987), Hlm. 42
22
dengan judul peneliti. Adapun yang menjadi pertanyaan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Selatan, Kota Ambon, Maluku selama kurang lebih 2 bulan. Pemilihan lokasi ini
karena memang tempat ini adalah desa tertua dan terbesar di Kota Ambon.
23
Sumber: https://erwinmul.wordpress.com/2005/09/17/pesona-
pulau-ambon-dan-keindahan-pantainya/
Lokasi penelitian tidak jauh dari pusat Kota Ambon. Lokasi tersebut dapat
peneliti jangkau dengan mudah baik melalui angkutan umum dari tempat Opa
peneliti yang tinggal di Negeri Hutumuri, akan tetapi sangat jauh dari tempat
study peneliti saat ini yaitu Kota Medan. Perjalanan peneliti dari tempat study
ditempuh melalui perjalanan udara, tidak ada penerbangan langsung dari Medan
kota kota seperti Jakarta dan Makasara, akan tetapi untuk Maskapai Batik Air dan
Garuda Indonesia hanya melakukan transit di Jakarta saja. Jarak dari Bandara
Kuala Namu Medan (KNO) menuju Bandara Pattimura Ambon (AMQ) sekitar
3.351 Km dan memelukan waktu perjalanan kurang lebih 8 Jam. Kemudian jarak
dengan menggunakan mobil selama kurang lebih 1 jam. Kota Medan berada di
zona waktu GMT +7 sedangkan Ambon berada di zona GMT +9. Medan dan
24
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian yang akan dilakukan ini
disekitarnya.
Manfaat dari penelitian ini tidak lain adalah sebagai tambahan bahan
dan lain sebagainya. Terkhusus pula pada ilmu yang menjadi latar belakang dari
penelitian ini, yaitu ilmu Antropologi yang memiliki fokus kajian pada
Antropologi Hukum dan bagi peneliti sendiri, penelitian ini diharapkan dapat
terkait objek penelitian dan ilmu yang berkaitan kemudian dapat menjadi bekal
profesionalitas dalam bidang pekerjaan yang sesuai . Selain itu diharapkan dapat
menjadi sebuah sarana diri untuk lebih paham akan ruang lingkup Ilmu
Antropologi dan tentunya dapat menjadi acuan dalam pengajuan judul dan
25
deskriptif, yaitu data akan menjelaskan dan menggambarkan makna serta proses-
proses suatu fenomena atau gejala social suatu masyarakat yang diteliti
(koentjananingrat, 1981 : 30) dengan tujuan akhir dari pada penelitian ini adalah
diperoleh bercerita bagaimana fungsi dari suatu struktur lembaga atau organisasi
peneliti akan menggunakan 3 alur pengkajian yang menjadi metode studi kasus
berlaku.
36
Antropologi Hukum adalah ilmu yang membahas tentang Manusia dalam kaitannya dengan
Kaidah-kaidah sosial yg bersifat Hukum
26
fokus topik penelitian, maka akan dilakukan beberapa langkah sesuai dengan
ketiga alur pengkajian dalam metode studi kasus Antropologi Hukum 37(Ihromi
Penelitian.
berguna bagi peneliti, oleh sebab itu peneliti akan mengunjungi kedinasan
terpercaya.
37
Antropologi hukum adalah ilmu yang mempelajari manusia yang berkaitan dengan kaidah-
kaidah sosial yang bersifat hukum
38
Live in adalah tinggal bersama masyarakat
39
Etnosentris ialah mengangkat realita keadaan suatu masyarakat dengan apa adanya
27
Adat, Kepada Suku dan Tetua-tetua Adat yang ada di Negeri Hutumuri.
yang telah dikumpulkan oleh peneliti tidak akan ada gunanya apabila tidak
buku, koran, majalah dan sumber-sumber elektronik seperti televisi dan internet.
Sebelum judul penelitian disetujui untuk di teliti dan ditulis menjadi skripsi,
peneliti sudah mendapatkan informasi terkait judul ini bukan bearti hal itu
28
bertemu dengan para pejabat negeri untuk bercerita banyak tentang Saniri Negeri.
melakukan wawancara langsung kepada pejabat negeri yang ada dalam Saniri
Negeri. Saat peneliti datang kesana, Negeri Hutumuri tidak memiliki Raja
data dan informasi yang peneliti butuhkann dibantu oleh para pejabat negeri.
moment yang sangat penting dimana dalam upacara adat ini sepenuhnya di
pegang oleh Saniri Negeri karena ini adalah tugas dari Saniri Negeri. Upacara
adat yang dilakukan saat itu adalah upacara Pengambilan Auneng dan Tutup
Baleu. Dalam upacara ini, peneliti dalam melihat bagaimana peran dan proses
upacara adat yang dilakukan oleh Saniri Negeri. Upacara ini dilakukan selama
tiga hari, dan penulis ikut serta dalam upacara ini. Pada saat itu juga, peneliti
29
Hutumuri. Bukan hanya Pengambilan Auneng dan Tutup Baleu saja yang peneliti
ikuti, akan tetapi penili juga mengikuti setaip kegiatan-kegiatan besar maupun
kegiatan kecil di negeri tersebut seperti acara ucapan syukur, pesta rakyat,
maupun gotong royong dan ibadah-ibadah unit. Sehingga hal ini memudahkan
peneliti menemukan informan terkait dengan kasus yang peneliti angkat dalam
Kailuhu dan Antua (dirahasiakan). Bapak Dominggus Kailuhu ini mengubah fam
Bapak X mengubah garis keturunan yang semulanya Fam Manupputty (dari Ibu)
menjadi Fam Thenu (dari Ayah). Kedua informan ini adalah Informan kunci
mendapatkannya dari hasil wawancara dan perbincangan dari para pejabat negeri
melihat bahwa fam ini sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat yang ada di
yang baik. Mulai dari tempat penelitian sampai kepada antusias masyarakat yang
membatu peneliti dalam penelitian. Semua berjalan dengan baik, hal ini mungkin
disebabkan karena masyarakat yang sangat terbuka terhadap orang lain. Saat
melakukan wawancara baik kepada pejabat dan informan kunci, peneliti tidak
30
pejabat negeri berbincang dengan peneliti dengan cara santai seperti berbiacara
31
Kota Ambon atau Amboina atau Ambonese (kadang dieja sebagai Ambong
atau Ambuni) adalah sebuah kota dan sekaligus ibu kota dari Provinsi Maluku,
Indonesia. Kota ini dikenal juga dengan nama Ambon Manise yang berarti kota
Maluku dan menjadi sentral bagi wilayah Kepulauan Maluku. Saat ini kota
Kepulauan Maluku. Secara astronomis, Kota Ambon terletak di 3-4° LS dan 128-
129° BT, sedangkan secara geografis, Kota Ambon terletak di sebelah selatan dari
Tengah).
32
teleponnya, Kota Ambon mencakup wilayah kode telepon +62 911, sedangkan
Kota Ambon mencakup wilayah kode pos 97129-97237. Kota Ambon memiliki
luas daratan 359,45 km2. Karena letaknya di pulau busur vulkanis, 73% wilayah
hingga sangat terjal (>45°) dan hanya sekitar 17% dari wilayah daratannya yang
dapat dikelompokkan datar atau landai dengan kemiringan kurang dari 30°.
Gambar 2.1
Peta Kota Ambon
Sumber:https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/maluku/ker
ajaan-hutumuri/#jp-carousel-30151
33
Nama Status
Benteng
Kudamati
Mangga Dua
Nusaniwe
Silale Kelurahan
Urimessing
Waihaong
Wainitu
Amahusu
Latuhalat
Nusaniwe Negeri/ Desa Adat
Seilale
Urimessing
Sumber : Badan Pusat Statistik 2017
Tabel 2.2
Kecamatan Sirimau
Nama Status
Galala Desa
Ahusen
Amantelu
Batu Gajah
Batu Meja
Honipopu Kelurahan
Karang Panjang
Pandan Kasturi
Rijali
Uritetu
Waihoka
Batu Merah
Hative Keci Negeri / Desa Adat
Soya
Sumber : Badan Pusat Statistik 2017
34
Nama Status
Hunuth
Poka Desa
Wayame
Tihu Kelurahan
Hative Besar
Laha
Rumah tiga Negeri / Desa Adat
Tawiri
Sumber : Badan Pusat Statistik 2017
Tabel 2.4
Kecamatan Teluk Banguala
Nama Status
Latta
Nania Desa
Negeri Lama
Waiheru Kelurahan
Leteri
Halong Negeri / Desa Adat
Passo
Sumber : Badan Pusat Statistik 2017
35
Dilihat dari aspek demografis dan etnisitas, kota Ambon ini merupakan
potret kota yang plural. Dimana dikota ini berdiam etnis-etnis Alifuru (asli
Maluku), Jawa, Bali, Buton, Bugis, Makassar, Papua, Melayu, Minahasa, Minang,
Flobamora (suku Flores, Sumba, Alor dan Timor) dan orang-orang keturunan
Suku mayoritas di kota adalah suku Ambon, suku yang mendiami Pulau Ambon
dan pulau sekitarnya yang merupakan keturunan suku Alifuru. Kota ini pun
memiliki penduduk dari berbagai macam suku bangsa karena kota ini telah
Indonesia. Selain itu, keberagaman suku bangsa kota disebabkan oleh Maluku
yang menjadi daerah tujuan transmigrasi untuk menjaga kebhinekaan suku bangsa
yang mendiami kota agar tetap harmonis dan menegaskan bahwa Kota Ambon ini
Suku dan etnis lainnya adalah Arab, Buton, dan Tionghoa yang pada mulanya
36
2.1.2 Transportasi
Jalan Raya
Jalan di Kota Ambon, terdiri dari yaitu: ruas jalan Ambon-Laha sepanjang
jalan terdiri dari jalan aspal 242,555 Km (95,38%) dan sisanya jalan
kerikil dan tanah, dengan kondisi 28,26% tergolong baik 68,66 tergolong
rusak ringan dan 3,08% rusak berat, sedangkan jangkauan pelayanan telah
terdapat jembatan merah putih yang memperpendek jarak dari kota Ambon
Transportasi Laut
37
Transportasi Darat
transit di kawasan Passo di atas lahan sekitar 5 Ha. Terminal ini nantinya
Jezirah Leihitu dan Jezirah Salahutu, Maluku Tengah serta dari luar kota .
51.00 Kilometer persegi dengan topografi tanah pegunungan dan perbukitan yang
sebagian besar ditanami cengkeh, pala, kenari, durian dan tanaman keras
sejenisnya. Adapun batas wilayah dari Kecamatan Leitimur Selatan antara lain :
38
etnis Alifuru yang merupakan etnis asli Maluku tidak ada etnis pendatang seperti
Jawa, Melayu, Minang, Buton, Papua dan sebagainya yang tinggal disini. Hal ini
juga dipengaruhi kerena seluruh desa yang ada di Kecamtan Leitimur Selatan
merupakan Desa Adat yang tidak bisa diduduki oleh masyarakat lain. Berikut
adalah nama Negeri /Desa Adat yang di Kecamatan Leitimur Selatan, Kota
Ambon, Maluku :
Negeri Hatalai
Negeri Hukurila
Negeri Hutumuri
Negeri Kilang
Negeri Leahari
Negeri Naku
Negeri Rutong
komposisi 5.568 penduduk laki-laki dan 5.654 penduduk perempuan. Pada tahun
2014 ini Negeri Hutumuri masih tetap sebagai negeri terpadat penduduknya yaitu
39
dan Kecamatan Teluk Ambon tercatat seluas 50,50 Km2. Desa Hutumuri, dengan
luas 15,00 Km2 merupakan desa terluas di kecamatan ini, sementara Desa Ema
adalah desa yang paling kecil wilayahnya, yaitu seluas 3,00 Km2. Ibukota
merupakan desa yang terjauh letaknya dari Ibukota Kecamatan, yaitu sejauh 11,10
Km. Sedangkan Desa Hutumuri dan Desa Rutong adalah desa-desa yang terdekat
tersedia.
2.2.2 Topografi
40
5,660 seluas 3,50 Km2 atau 9,91 persen dan areal ketinggian 50-250 M
2.2.3 Pendidikan
Kecamatan Leitimur Selatan sebanyak tiga buah dengan jumlah murid sebanyak
130 orang dan guru sebanyak 4 orang, Sekolah Dasar (SD) sebanyak 12 buah
dengan jumlah murid sebanyak 1.233 orang dan guru sebanyak 133 orang,
Sekolah Menengah Pertama (SMP) empat buah dengan jumlah murid sebanyak
649 orang dan guru sebanyak 73 orang. Selanjutnya Sekolah Menengah Atas
(SMA) dua buah dengan jumlah murid sebanyak 260 orang dan guru sebanyak 38
orang.
2.2.4 Agama
Leitimur Selatan pada tahun 2014. Sementara itu, jumlah sarana peribadatan
41
tradisi yang masih kental. Di Ambon sendiri membagi Desa atas dua macam yaitu
Desa dan Desa Adat. Desa ini memiliki karaketeristik pada umumnya diseluruh
diakui dan diperjuangkan oleh pemimpin dan masyarakat Desa Adat agar dapat
Foto 2.1
Negeri Hutumuri
Siwa/Alifuru yang terletak disemanjung selatan jazirah Leitimur. Desa adat ini
tercatat sudah ada sejak tahun 1569 tepatnya lebih kurang 449 tahun yang lalu.
Negeri ini merupakan Negeri yang tertua dan terbesar di Maluku. Adapun batas
42
Beberapa gunung ini berpotensi untuk menarik perhatian pendaki gunung untuk
melakukan kegiatan pendakian. Kemudian Negeri ini berada tepat di bibir Pantai
prespektif pariwisata, hal ini menjadi hal penting untuk menarik wisatawan ke
wilayah ini dalam kaitan ekowisata. Negeri Hutumuri dan sekitarnya memiliki
area dengan ketinggian 0-50 m dengan kemiringan 6,160 seluas 4,25 km2. Negeri
Hutumuri memiliki tanah yang bertekstue hitam campur pasir sebagain besar di
dominasi oleh tanah asam merah, kuning dan sebaginya yang merupakan tanah
penduduk 317 jiwa/Km2. Pada tahun 2016 ini Desa Hutumuri adalah desa yang
terdiri atas 2.514 laki-laki dan 2.580 perempuan. Posisi Negeri Hutumuri 300 dari
utara.
penghuni pada awalnya, namun akhirnya menjadi ramai oleh aktifitas interaksi
social penduduk yang berstatus pribumi dan „non‟ pribumi. Pulau dengan kondisi
43
seragam (walau ada beberapa negeri yang berbeda, oleh pengaruh asing) pun
dengan tatanan adat istiadat yang menampakkan ciri khas daerah tersebut. Di
keyakinan yang dilestarikan bahwa antara satu negeri dengan negeri yang lain
pela, baik itu di antara sesama negeri di pulau Ambon maupun antara salah satu
negeri di pulau Ambon dengan negeri lainnya di Lease maupun di Nusa Ina.
Hutumuri di pulau Ambon dengan negeri Tamilouw di pulau Seram dan dengan
oleh kisah 5 (lima) orang saudara laki-laki dan perempuan yang awalnya
anak tersebut antara lain 3 (tiga) anak laki-laki yakni Temanolle, Simanolle dan si
bungsu Silaloy, dan 2 (dua) anak perempuan masing-masing Nyai Intan dan Nyai
melakukan ekspansi wilayah di Maluku dan sekitarnya (awal abad ke-XVI). Pada
kala itu terjadi peperangan di Hote Banggoi (daerah di pulau Seram bagian
Timur), yang dilakukan oleh Portugis untuk menguasai wilayah dimaksud. Perang
yang kemudian didengar oleh ketiga orang saudara beserta Ayah mereka tersebut
44
perang dan bersekutu dengan para Amalessy lainnya yang sudah lebih dulu
berperang dengan Portugis kala itu. Alhasil dengan strategi perang dan taktik
berlayar menyusuri pantai bagian selatan Pulau Seram dan akhirnya berlabuh di
sebuah tempat bernama pelabuhan Sinau, lalu mereka pun pergi ke negeri
Hatumari, dan akhirnya Temanolle sebagai kakak yang sulung memutuskan untuk
menetap disana, namun Simanolle dan Silaloy tidak ingin menetap bersama kakak
situ. Dan sebelum mereka berpisah, ada ritual yang dilakukan oleh tiga orang
kakak beradik tersebut, yakni mengikat ketiga jari kelingking tangan kiri mereka
dengan seutas „tulang daun‟ dan melukai jari-jari tersebut hingga berdarah, dan
darahnya dibiarkan menetes ke dalam mangkuk yang dibuat dari batok kelapa
kering, kemudian darah ketiga orang adik kakak yang telah bercampur tersebut
keturunan dari ketiga saudara ini harus saling menyayangi antara satu dengan
yang lain, tidak boleh saling mengawini antara satu dengan yang lain, karena
apabila melanggar perjanjian ini maka akan dikutuk oleh sang pencipta hingga
orang adik tersebut meninggalkan sang kakak yang akhirnya menetap di situ.
Dalam perjalanan Simanolle dan Silaloy, mereka dihadang oleh badai dan
taufan yang disertai hujan lebat sehingga menghalangi jarak pandang kedua
45
tengah laut, akhirnya mereka berdua pun karam di daerah Hatuila atau Labuhan
sehingga ia pun mohon izin dari kakaknya Simanolle untuk tinggal di situ,
kemudian kakaknya Simanolle pun dengan berat hati harus meninggalkan adik
bungsu, Simanolle yang telah menggantikan nama menjadi Inu Willa akhirnya
pantai pulau Haruku (melewati pantai Negeri Aboru, Wasuu, Oma) dan singgah di
batu kapal. Setibanya di batu kapal Inu Willa bertemu dengan 2 kapitan yang
setelah menjelaskan asal usul dan maksud pelayaran yang dilakukan akhirnya Inu
Willa pun diterima sebagai sekutu yang mengikat persekutuan di antara ketiga
orang itu dengan cara makan sirih pinang secara bersama. Setelah pamitan dari
pantai sebelah timur pulau Ambon (sekitar perairan negeri Tial, Suli) sebelum
akhirnya tiba di Waiyori. Ketika berada di Waiyori, Inu Willa (Simanolle) melihat
bahwa di sekitar lereng gunung telah tampak kepulan asap yang menandakan
bahwa telah ada pemukiman di sekitar wilayah tersebut. Kemudian Inu Willa
beserta anaknya yang sedang mencari udang, Inu Willa kemudian ditahan dan
46
kedatangannya adalah baik dan kepada pemimpin mereka (upu latu) saat itu
datangnya bangsa kulit putih (orang Portugis). Akhirnya Inu Willa (Simanolle)
tempat bermukimnya, di sekitar daerah tersebut juga terdapat 4 (empat) soa lain
yang hidup secara terpisah antara yang satu dengan yang lain. Hal ini membuat
ditetapkan untuk dibangun di atas Gunung Maot (tidak jauh dari negeri Hutumuri
pertahanan yang kokoh. Dan oleh prakarsa Inu Willa bersama Upu Latu Yama
kala itu) akhirnya melaksanakan pertemuan khusus dengan para Upu Latu, Ina
Latu, Malesi dan Kapitano dari kelima soa tersebut untuk membicarakan perihal
dimaksud, dan melalui rapat tersebut Inu Willa menceritakan tentang kekacauan
47
didesak oleh berbagai pihak, akhirnya melunak dan memilih menetap bersama
secara berdampingan untuk sama sama membangun dengan keempat soa lainnya
Setelah itu, perkampungan tersebut juga dipagari dengan pagar batu dan
dilengkapi dengan 5 (lima) pintu yang terdiri dari 4 (empat) pintu masuk dan 1
(satu) pintu rahasia untuk keluar apabila rakyat berada dalam kondisi terdesak.
Dan melalui rapat saniri besar yang dilakukan untuk menetapkan nama negeri
yang diberikan oleh Aman Telu Aman Talang (Inu Willa/Simanolle) sesuai nama
untuk mengatur pertahanan dan keamanan negeri tersebut, untuk itulah ditetapkan
48
3. Upu Latu Aman Telu Aman Talang mengatur pertahanan dan keamanan
Lounusa terlibat peperangan dengan orang-orang Portugis yang kala itu sangat
berhasrat untuk menguasai Lounusa. Sebelum peperangan terjadi semua orang tua
dan perempuan maupun anak-anak telah diungsikan ke daerah yang lebih aman.
pertahanan dan kedudukan negeri yang sangat strategis di atas gunung dengan
medan yang menyulitkan bagi siapapun untuk dapat menaklukan daerah itu.
Souhuwat yang bernama Tahina Matutan ke pantai dengan anjingnya, dan tidak
diprediksi sebelumnya oleh perempuan itu bahwa kapal Portugis beserta bala
perempuan itu menjadi takut, akhirnya dia memilih untuk bersembunyi di celah
batu karang, namun naas baginya, tempat persembunyiannya diketahui oleh orang
Portugis, dan dengan segala cara Portugis mencoba mencari tahu dimanakah jalan
menuju ke Lounusa yang terkenal sangat sulit untuk ditaklukan. Perempuan itu
kemudian dipukul dan kepalanya dicelupkan ke dalam air sungai di sekitar situ
49
masuk ke Lounusa, namun segala upaya tersebut tidak dan perempuan itu
akhirnya dilepas oleh Portugis dengan dibekali satu karung beras yang oleh akal
bulus Portugis, karung beras tersebut telah dilubangi dengan tujuan butiran beras
yang jatuh dari karung tersebut akan menjadi penunjuk arah menuju Lounusa
yang sebelumnya sangat sulit untuk ditembusi dan dikalahkan karena strategi
perang rakyatnya yang menutup-nutupi jalan masuk utama ke arah negeri itu.
Alhasil, melalui petunjuk dari butiran beras tadi mengakibatkan Portugis dengan
sigap menemukan pintu masuk utama dan kembali menggempur Lounusa dengan
hanguskan.
Rakyat Lounusa yang saat itu terpecah dua akhirnya tercerai berai, dengan
sekarang (yang disebut Hutumuri kecil) sedangkan sekitar 130 KK lebih bersama
luar pulau Ambon (perang tanding melawan orang Gorong/Gorom dari Seram
Timur) maupun ancaman dari negeri yang ada di Pulau Ambon (upaya
penyerang mati oleh karena jebakan yang telah disiapkan khusus oleh kaum laki-
50
untuk rakyat Lounusa yang oleh karena harus turun gunung dari belakang (karena
Lounusa adalah negeri terakhir di Leitimor yang ingin dikuasai Portugis) sehingga
belakang).
Negeri ini terdiri dari 5 Soa, masing-masing soa terdiri dari beberapa fam
yang di pimpin oleh salah satu fam. Lima Soa di negeri Lounusa /Hutumuri
51
Soa Pattihutung40 : menduduki gunung Ama Putut : jarak dari negeri Hutumuri
Pimpinannya :
40
Pattihutung artinya Banyak orang dari Bangsa Raja
52
Sumber : https://arenahewan.com/ciri-ciri-burung-merpati-mau-bertelur
Negeri Hutumuri.
diganti dengan Upu Tenu atau Upu Soi : Fam Lewaherilla dan Fam Thenu.
41
Tutupasar artinya buku tutup semua acara adat atau keramaian
53
Gambar 2.3
Upu Kebesaran Soa Tutupasar : Soa-soa;
arti Setia dalam berbagai panggilan.
Sumber : https://steemit.com/indonesia/@nadjard/kadal-hijau-
bronchocela-cristatella-indonesia-photo-challenge-1-reptile
Soa Puasel memiliki 4 Teung mata rumah yang ada dan 14 mata rumah
pendatang:
42
Puasel artinya Tempat yang berair
54
Fam Pendatang :
1. Hursepuny
2. Laturake/Sopalatu
3. Mole
4. Manuputy
5. Muyu
6. Patianakota
7. Patinasarany
8. Siahaya
9. Titawael
10. Tan
11. Keppy
12. Koten
13. Karley
14. Latuheru
55
Hutumuri.
43
Mokihutung artinya bertambah banyak
56
Gambar 2.4
Upu Kebesaran Soa Mokihutung : Burung mainggole;
melambangkan fisik lidah, suka humor.
Sumber : https://trendburung.blogspot.co.id/2012/05/berencet-
gunung-napothera-crassa_24.html
Gong/Waiyori
44
Lapaut artinya bungkus
57
Foto 2.3
Upu kebesaran Soa Lapaut : Ular;
artinya cerdik, lingkar dan bungkus
58
Foto 2.4
Tugu Mangkuk
untuk menampung percikan darah yang keluar dari jari kelingking mereka.
Tamilou, Hutumuri dan Sirisori merupakan 3 saudara kandung atau biasa di kenal
bersaudara, tugu ini hanya ada di Negeri Hutumuri yang mana Negeri Hutumuri
Hutumuri disebut Simanole- dan Sirisori disebut Silaloi dan mereka meminumnya
sebagai tanda pengesahan atas sumpah janji mereka di atas batu Hatumuri.
Tamilou dan Sirisori merupakan negeri dari provinsi Maluku Tengah. Seluruh
59
beragama Islam dan Kristen. Ketiga negeri ini di larang saling kawin mengawini
Negeri Hutumuri adalah salah satu desa adat yang ada di Kecamatan
Leitimur Selatan. Maka tidak heran jika desa ini sangat banyak tradisi-tradisi yang
harus dijaga dan di teruskan kepada anak cucu penerus dari desa adat ini.
Berbagai tradisi dilaksanakan dalam bentuk upacara adat yang dianggap sakral
oleh mereka. Berikut inilah adalah Upacra adat yang ada di Negeri Hutumuri :
60
dengan keturunannya,
leluhur.
61
soa dua orang yang menjadi persatuan Negeri dipimpin oleh dua orang
ujung ujung kapseti, dihiasi denga bulu ayam bahagian ekor (yang
bangsa Alifuru yang tidak boleh ditahan atau diubah dalam keadaan
manapun tidak bisa menahan dia dan perintah ini setelah sampai pada
muka atasannya baru dia sembah. sikap dan gaya tarinya, parang dan
62
tarian ini adalah khas Alifuru. Tarian ini dipimpin oleh dua orang
salawaku. Tarian ini hanya terdiri dari Soa Lapaut saja. Pada betis
Ina/Ibu Lonusa Usalou. Ibu dari Timaloe, Simanole dan Solaloi yang
andalan, yaitu burung kaswari. Didalam tari ini juga terdapat ibu dan
acara pesta.
63
Tari lengso atau tari adat ini pada mulanya merupakan tari
penjemputan perang. tari ini memakai alunan tifa dan totobuang. Bila
roman buka para penari ini dengan muka yang senyum dan berseri-
kemenangan. Bila penari itu dengan muka yang sedih dan air mata
tari ini memakai Torban yang dipasang oleh penari berbentuk kopia.
pada kedua ujung topi itu, dipasang bulu cendrawasih. Bulu burung
Simanole dan Silaloi yang berasal dari Irian. Bapa Lukuna atau
Nusa Ina (Seram) maka dia lalu menikah dengan Lounusa Usalou,
anak dari seorang kapitan besar bangsa Alifuru, dan dia mendapat
Bunyi Tahuri adalah sebagai satu kode atau perintah. Bagi yang
meniup Tahuri, dia sudah harus tahu aba-aba dalam perintahnya. Tiup
64
Alunan tifa dan gong Alifuru berbeda dengan alunan tifa dan gong
Pakaian yang digunakan pada pelaksanaa Upacara Adat pun telah tentukan
yaitu berwana Hitam. Berikut adalah pakaian yang digunakan masyarakat Negeri
Baju hitam
Berang Merah
Berang Merah adalah sebutan lain dari kain merah yang biasanya di
peperangan.
65
Baju cele adalah baju berwarna merah terang dengan motif garis-
garis emas atau perak yang geometris. Kainnya tebal tapi tetap nyaman
sarung tenun atau kebaya dengan warna yang sama. Sementara bagi
pria, baju cele dibentuk menyerupai jas dan dikenakan bersama kemeja
sebagai dalaman dan celana panjang formal berwarna hitam atau putih
utama.
Kebaya dansa
ada pesta rakyat. Pakaian adat Maluku yang satu ini adalah kemeja
adat di Negeri Hutumuri. Ilmu gaib ini di pakai atau di pegang oleh orang-
66
4. Batu pamali
Baleu.
maupun masyarakat dan sebuah rumah adat yang disebut dengan Baleu
67
Foto 2.6
Rumah Baleu
68
sehingga jika masyarakat ingin mendapat obat maka mereka harus berobat
ke puskesmas agar medapatkan obat, atau jika tidak ingin berobat maka
mereka harus pergi ke Negeri Passo yang berjarak lebih kurang 5km dari
Negeri Hutumuri.
nilai budaya dan agama, kerap menjadi sulit dibedakan jika hadir
hanyalah satu yaitu Gereja Baitlehem. Seluruh gereja protestan yang ada di
masing.
69
angkutan umum dan sebuah sarana MCK (mandi, cuci, kakus) yang
terdapat di dalam negeri. Fasilitas ini dapat digunakan secara gratis tanpa
sehingga MCK jarang digunakan saat ini. . Hal ini di karena air bersih
70
mencuci baju dan MCK. Hingga saat ini mencuci pakian dan mencuci
pada pagi hari. Biasanya pada sore hari juga dapat kita temui anak-anak
maupun orang dewasa bermain dan mandi di sungai termasuk saya saat
memadai. Fasilitas pendidikan itu sendiri terdiri dari SMA, SMP, SD dan
TK (PAUD). Fasilitas untuk sekolah SMK tidak ada, Sekolah SMK hanya
di Kota Ambon saja. Untuk lebih jelasnya dapat melihat tabel berikut :
Tabel 2.6
Fasilitas Pendidikan Berdasarkan Jenis Pendidikan dan Jumlah Unit di
Negeri Hutumuri
71
a. Pemerentah
di bidang eksekutif.
b. Saniri Lengkap
c. Saniri Besar
d. Pemerintah Negeri
yang terdiri atas pemerentah dan para kepala soa yang menjalani
72
RAJA
BADAN SANIRI
BADAN SANIRI RAJA
NEGERI
Kepala Soa
Kepala Soa Kepala Soa Kasisi Akte
Aktte Adat Gereja/Mesjid
Juru Tulis
Tulis
Marinyo
Saniri Besar
Masyarakat
73
Negeri Hutumuri. Usia Muhabet hingga saat ini sudah lebih dari
2. Dorkas
3. Sinar Pengasihan
4. Pucuk Hijau
5. Muhabet Peniel
74
Maluku. Saniri Negeri adalah Lembaga atau badan yang merupakan perwujudan
memimmpin negeri, sesuai tugas dan wewenang yang di milikinya 45. Akan tetapi
tidak semua masyarakat Maluku mengetahui istilah dari Saniri Negeri, hal ini
hingga sampai sekarang seperti suatu kelompok sosial. Sejak Indonesia mengenal
sistem pemerintahan, maka kedudukan, fungsi dan tugas dari Saniri semakin
bertambah pula bukan hanya sebagai suatu kelompok sosial atau suatu lembaga
saja tetapi digunakan sebagai suatu sistem pemerintahan. Saniri dapat dikatakan
sama seperti paguyuban yang dikenal di masyarakat Jawa pada umumnya karena
memiliki sifat yang sama. Dalam sejarah Bangsa Indonesia telah kita ketahui
45
http://fisip.unjani.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/KEDUDUKAN-DAN-FUNGSI-BADAN-
SANIRI-NEGERI-BADAN-PERMUSYAWARATAN-DESA-DI-KECAMATAN-SALAHUTU-
KABUPATEN-MALUKU-TENGAH-Farah-Dessy-Tuasamu.pdf
75
lamanya, sebelum penjajahan di mulai lembaga adat telah ada dan memainkan
Asal mulanya terbentuk Saniri Negeri ini tidak diketahui secara pasti, akan
tetapi lembaga ini telah dijalankan beratus-ratus tahun lamanya. Seperti yang di
ketahui saat ini, Saniri Negeri sebenarnya merupakan sistem pemerintahan yang
di pakai oleh negeri-negeri yang ada di Maluku, akan tetapi Saniri juga
mendapatkan Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya catatan menganai Raja yang
telah memerintah Negeri Hutumuri saat itu. Akan tetapi karena kondisi dan ilmu
pengetahuan akan pentingnya sejarah, maka tidak semua raja yang pernah
menjabat di Negeri Hutumuri di ketahui secara pasti siapa dan sampai kapan masa
jabatan tersebut.
76
NO NAMA PERIODE
1 Pattigandalia
2 Patti Useng
3 Don Pedro
4 Pattitunawa
5 Jan Yohanis Thupeiory 1801-1855
6 Frans Waas 1855-1870
7 Wellem Thupeory 1871-1880
8 P. Maspaitella 1876-1880
9 David Waas 1882-1902
10 C. Leimena 1902-1905
11 Karel Tehupeory 1905-1930
12 Silas Thenu 1930-1933
13 Geisber Van Enst 1933-1938
14 Izaak Matuanotta 1938-1939
15 Dominggus Waas 1939-1941
16 Wellem Tehupeory 1941-1946
17 B. Rehatalanit 1946-1949
18 Wellem Tehupeory 1949-1962
19 Yohanes Sohuwat 1962-1968
20 Leonart Tehupeory 1968-1969
21 Kailuhu 1969-1973
22 Markus Horhoruw 1973-1975
23 Yan Lewaherilla 1975-1979
24 Oktovianus Waas 1979-1985
25 Yohanes Lewaherilla 1985-1992
26 Silas Souhuwat 1992-1996
27 Yakob Lilipory 1996-2003
28 A.W Tehupeiory 2003-2005
29 Ferdinan Waas 2005-2007
30 Dominggus Kailuhu 2007-2009
31 Andarias W Tehupeory 2009-2014
32 Colombus Souhuwat 2015-2-16
33 Dirk Waas 2016-2017
Sumber : Wawancara Peneliti
menunjukkan bahwa Saniri Negeri telah ada sejak dulu kala. Saniri Negeri
merupakan satuan dari sistem pemerintahan negeri atau desa adat yang ada di
77
hidup karena ia menjelmakan hukum yang nyata dari rakyat ; ia terus menerus
dalam keadaan tumbuh dan berkembang seperti hidup itu sendiri, dan hukum adat
beurat akar pada kebudayaan tradisional sama halnya dengan Saniri Negeri ini.
Saniri Negeri ini merupakan hukum adat yang dijalankan oleh masyarakat negeri
atau desa adat. Aturan-aturan tingkal laku dalam masyarakat inilah dimaksudkan
dengan Saniri Negeri. Adat yang dianut oleh suatu masyarakat negeri diwariskan
oleh nenek moyang yang telah membentuk masyarakat negeri tersebut untuk
menjadi tempat atau tameng dalam setiap permasalahh yang terjadi Negeri
Hutumuri.
pemeritahan yang sangat lama digunakan oleh masyarkat negeri di Maluku. Akan
tetapi semakin majunya sistem perintahan, terutama pada masa Orde Baru, Saniri
kembali tatanan adat beserta kelembagaan adat yang pernah ada dalam kehidupan
78
masyarakat Maluku sebagai suatu persekutuan masyarakat hukum adat yang harus
no. 6 tahun 2014) dan peraturan pemerintah republik indonesia nomor 43 tahun
79
saat ini menjadi. UUD 1945 mengakui keberadaan kesatuan masyarakat hukum
adat dipertegas melalui ketentuan dalam Pasal 18B ayat (2) yang berbunyi:
penjelasan atas pasal 202 ayat (1) telah membuka ruang untuk bangkitnya kembali
80
tersebut ditindak lanjuti hingga pada tingkat desa atau yang disebut dalam Perda
Kota Ambon Nomor 3 Tahun 2008 dengan sebutan “Peraturan Negeri”, dimana
sepihak oleh masyarakatnya saja sehingga pada akhirnya juga dapat diwujudkan
menjadi suatu tatanan hukum yang diakui oleh negara juga secara formal.
lazimnya disebut “Negeri”. Negeri di Kota Ambon adalah sebuah realitas sosial
yang hidup, dihormati dan tetap dipatuhi oleh masyarakat karenamemiliki simbol-
simbol, kharisma dan aturan-aturan yang bijak dari unsur aslimasyarakat. Setelah
3 Tahun 2008 Tentang Negeri di Kota Ambon (selanjutnya disebut Perda No. 3
saniri menunjukkan bahwa saat ini Saniri Negeri menjadi lembaga adat yang
formal yang menjadi suatu sistem perintahan yang menjadi paremeter kehidupan
81
permasalah yang ada di dalam negeri akan di selesai juga oleh saniri, akan tetapi
lebih tinggi atau membahayakan da tidak dapat di selesaikan oleh Saniri seperti
Pemerintahan Negeri terdiri atas Saniri Rajapatti dan Saniri Negeri Lengkap.
Negeri (Badan Eksekutif). Saniri Negeri Lengkap adalah badan legislatif negeri
badan eksekutif. Tugas badan eksekutif, menurut tafsiran tradisional asas trias
badaneksekutif dewasa ini jauh lebih luas daripada hanya melaksanakan Undang-
undang saja.
Desa) memiliki banyak kewenangan yang berkaitan erat dengan Saniri Negeri
82
Negeri.
jelas melarang Raja (Kepala Desa) merangkap jabatan. Hal ini dapatdilihat dalam
menempatkan raja sebagai Kepala Pemerintahan dan juga raja sebagai ketua dari
Saniri Negeri Lengkap. Diperjelas dalam Pasal 11 Perda Kota Ambon Nomor 3
Saniri Rajapatti;
Raja;
83
Perangkat Negeri;
akan tetapi mengenai hal hal yang penting sebelum dilaksanakan, maka
46
Ziwar Efendi, Hukum Adat Ambon Lease, (Jakarta: PT Pradnya Paramita, 1987), Hlm. 42
84
tugas dari kelurahan yang kemudian menjadi tugas bagi saniri itu sendiri
dan kebersihan;
85
pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Camat sesuai dengan tugas dan
fungsinya
seorang pemimpin pada Kesatuan Masyarakat Hukum Adat yang berasal dari
menyandang gelar dan kharisma pemimpin tersebut dan tidak dapat dialihkan
kepada pihak lain, kecuali dalam hal-hal khusus yang ditetapkan berdasarkan hasil
1. Raja, merupakan warisan yang turun temurun atau juga dipilih dari
3. Tua Tua Adat, merupakan orang yang paham sekali mengenai adat di
86
sumberdaya negeri.
5. Tuan Tanah, adalah pemilik tanah atau lahan pertanian yang biasanya
dipakai para buruh tani atau petani. Tuan tanah dibekali dengan bahasa
tanah atau bahasa negeri yang digunakan pada masa nenek moyang
dengan bahasa tersebut. Tugas dari tuan tanah ini adalah sebagai orang
87
10. Tukang, yang dimaksud disini seperti tukang kayu, tukang besi, tukang
menurut warisan atau garis keturunan dari datuk-datuk pemula pemangku jabatan
Negeri itu mempunyai kedudukan dan tugas administratif yang dijalan oleh Raja
dan Kepala Soa yang disebut Saniri Raja Patih, tugas dalam membuat peraturan
88
lengkap oleh warga pria yang telah berumur 18 tahun yang diadakan Saniri Negeri
lengkap dan disebut sebagai Saniri Negeri Besar. Fungsi Saniri sebagai
pemerintahan desa adalah untuk mengawasi dan menjamin setiap peraturan adat
masyarakat adat suatu negeri, oleh karena saniri negeri memiliki keterkaitan yang
utuh dari seluruh masyarakat negeri. Saniri Negeri merupakan inspirasi yang
Negeri bukan hanya merupakan suatu lembaga adat saja, akan tetapi Saniri Negeri
juga dipakai sebagai suatu sistem pemerintahan negeri secara adminitratif sama
47
Saniri Negeri Lengkap sebutan lain dari saniri negeri
89
tersebut juga tidak dapat dilupakan begitu saja karena banyak peristiwa-peristiwa
antar warga dimana orang-orang dari keturunan adat tertentu yang memiliki posisi
penting dalam perangkat adat dimasa lalu hingga sekarang seperti kapitan secara
konflik. Salah satu ritual adat yang kembali muncul dalam konflik sosial pada saat
90
melindungi negeri tersebut dari serangan musuh, dimana dalam ritual tersebut.
Kapitan adalah sebutan bagi kepala perang di Negeri adat manakala terjadi
yang telah ditentukan oleh adat lah yang boleh terlibat dalam ritual tersebut.
lembaga adat yang tadinya ikut mengobarkan peperangan ternyata tidak hanya
kekuatan yang pada akhirnya mengambil perannya sebagai sarana pengikat dalam
mewujudkan perdamaian.
orang yang tidak tahu adat atau “biadab”, dan yang terbesar dan yang dianggap
satu dengan negeri yang lain diawali oleh adanya peperangan lalu kemudian atas
prakarsa para tokoh tokoh adat kedua belah pihak saling mengangkat sumpah
atas peran raja hanya sebagai eksekutor atau dapat dikatakan sebagai ikon dari
91
masyarakat yang lebih kecil di bawah negeri, yakni kepala-kepala soa, kepala-
kepala marga, yang kesemuanya itu terkumpul dalam suatu persekutuan saniri.
Ambon memliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. Eratnya hubungan antara
benda-benda adat dengan lembaga adat serta masyarakat yang ada dalam negeri
tidak dapat dipisahkan dari sejarah pembentukan masyarakat Maluku di masa lalu.
b. Faktor Hukum
penanganan konflik sosial pada tahun 1999 dianggap gagal oleh masyarakat
Ambon maupun Maluku pada umumnya, bahkan aparat keamanan pun kehilangan
dianggap lebih memihak pada kekuasaan dan uang, maka fenomena kembalinya
Harapan ini tentunya tidak hanya berlandaskan pada impian masyarakat semata,
kebutuhan yang dirasa sangat urgent mengingat perannya sebagai lapis pertama
92
masalah perdata lainnya seperti sengketa tanah, dan lain-lain. Disamping itu saniri
dapat dirasakan oleh masyarakat negeri di Ambon yang rata-rata aktivitas sehari-
sering kali dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang memiliki ketersediaan dana besar
untuk dapat memenangkan suatu perkara manakala pihak lawannya berasal dari
c. Faktor Politik
semata yakni mencukupi perolehan jumlah suara untuk bisa duduk di kursi
legislatif, baik di tingkat lokal maupun sampai pada tingkat nasional yakni kursi
legislatif di DPR RI. Untuk itu dengan adanya lembaga adat seperti saniri yang
93
memimpin negeri adat, raja tidak bisa bertindak dengan semena-mena, karena
fungsi eksekutif dalam negeri adat dipegang oleh raja dan kepala-kepala soa,
dimana dalam adat Ambon disebut dengan Saniri Rajapatti. Disamping itu
tuntutan keberadaan raja yang harus memenuhi kriteria yakni menurut garis
keturunan matarumah parentah, menjadikan sering kali raja tidak beradadi tempat,
tugas jaga dimana tiap kepala soa mendapat giliran untuk menggantikan
kedudukan raja manakala raja tidak berada di tempat. Kepala soa yang mendapat
gilirannya dalam tugas jaga disebut dengan sebutan “kepala Soa Jaga” atau
“kepala Soa Bulan” karena kepala-kepala soa itu secara bergiliran bertugas
mewakili raja selama satu bulan dalam melaksanakan tugas-tugas negeri atas
nama raja yang bersangkutan agar segala sesuatu di negeri tersebut bisa berjalan
dengan baik. Kemudian setiap akhir tahun kinerja pemerintah negeri harus
94
tersebut.
d. Faktor Lingkungan
lembaga ini pun diatur oleh adat untuk menjaga kelestarian lingkungannya, baik
itu pada wilayah yang ditinggali oleh masyarakat negeri itu maupun pada wilayah-
wilayah petuanan yang dihuni oleh penduduk yang merupakan pendatang. Raja
lapisan kedua yang disebut dengan Saniri Lengkap, dimana di dalam saniri ini
termasuk juga didalamnya Saniri rajapati dan dilengkapi dengan kewang yang
tugasnya menurut adat adalah menjaga dan memelihara perbatasan negeri, hutan-
hutan dan kebun-kebun agar dirawatdan ditanami secara teratur serta panennya
dilakukan sampai pada waktu atau musim yang paling menguntungkan dan kalau
perlu dilakukan apa yang dikenal oleh masyarakat di Ambon dengan “Sasi”. Di
negeri adat biasanya terdapat kewang darat dan kewang laut. Kewang darat
yang digunakan sebagai sumber air untuk kebutuhan masyarakat, dan lain-lain.
Kewang laut memelihara kondisi pantai dan laut yang terdapat dalam wilayah
negeri itu sendiri. Dahulu ada Saniri Kewang yang berewenang mengadili
95
yang dibuat oleh saniri negeri lengkap dimana kewang juga termasuk di
dalamnya48.
Foto 3.2
Acara Adat tutup baleu merupakan bagian dari tugas Saniri
Akan tetapi Badan Saniri Negeri pada saat ini tidak berfungsi optimal
Negeri, salah satu penyebabnya adalah kesibukan dan kepentingan pribadi, para
anggota Badan Saniri Negeri juga memerluka biaya untuk hidup mereka dan
keluarga mereka yang sama sekali tidak terlalu banyak mengharapkan dan
menggantungkan diri dari uang kehormatan sebagai anggota Badan Saniri Negeri.
48
Ronal Afredo, “Lembaga Adat “Saniri” sebagai forum komunikasi dalam penyelesaian masalah
public di Ambo”,http://journal.unhas.ac.id/index.php/kareba/article/viewFile/314/pdf, Hlm. 339
96
Langsung
Melalui Surat
tindaklanjuti
97
Hutumuri
belakang nama masyarakat Ambon. Nama marga Ambon ini tidak mencakup
seluruh marga Maluku Tenggara dan Maluku Utara. Di Indonesia bagian Timur,
nama marga biasanya dikenal dengan istilah “fam”. Istilah fam tersebut muncul,
karena adanya pengaruh dari bahasa Belanda. Kata “fam” berasal dari kata
“familienaam” yang artinya adalah nama keluarga.49 Fam dari Suku Ambon,
umumnya diambil dari nama keluarga yang berasal dari pihak ayah. Nama sang
anak nantinya akan ditambahkan dengan nama keluarga ayah yang diletakkan di
belakangnya. Hal ini terus dilanjutkan secara turun temurun sehingga fam Ambon
ini terus dilestarikan. Fam-fam Ambon (Maluku) bukan hanya berasal dari marga-
marga lokal. Fam Ambon juga dipengaruhi dari Spanyol, Arab, Portugis, Belanda,
dan lain-lain.
Sejak jaman dahulu, banyak diantara mereka yang sudah memiliki darah
campuran dengan suku lain, perkawinan dengan suku Minahasa, Sumatra, Jawa,
Portugal) kemudian bangsa Arab, India sudah sangat lazim mengingat daerah ini
98
percampuran kebudayaan dan ras dengan orang Eropa inilah maka Maluku
Mestizo. Mestizo (bahasa Portugis, Mestiço; bahasa Prancis, Métis: dari bahasa
Latin Belakangan mixticius, dari bahasa Latin mixtus, bentuk lampau sempurna
dari miscere, "mencampur") adalah istilah yang berasal dari bahasa Spanyol yang
dan non-Eropa. Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah orang Indo yang biasanya
diberikan untuk mereka yang berdarah campuran Eropa (umumnya Belanda) dan
pribumi. Bahkan hingga sekarang banyak fam di Maluku yang berasal bangsa
asing seperti Belanda (Van Afflen, Van Room, De Wanna, De Kock, Kniesmeijer,
Gaspersz, Ramschie, Payer, Ziljstra, Van der Weden dan lain-lain) serta Portugal
Alaydrus, Assegaff dan lain-lain). Cara penulisan marga asli Maluku pun masih
dan Akyuwen (baca: Akiwen)50. Hal ini menunjukkan bahwa wilayah Ambon
50
https://www.wikizero.com/id/Maluku
99
wilayah lain yang juga memiliki nama marga, seperti Medan, Sulawesi, dan
wilayah lainnya. Pembeda antara fam Ambon dan marga-marga lain terletak pada
istilah yang dipakai dalam marga tersebut. Nama fam akan diberikan kepada sang
anak berdasarkan fam ayahnya. Hal ini sudah menjadi kesepakatan dari zaman
dahulu. Bahkan hal ini sudah menjadi warisan turun temurun dari nenek moyang
pasangan dan keluarga sudah menyetujui sejak awal pernikahan mengenai marga
yang akan dipakai untuk anaknya kelak. Pemberian fam di Ambon ini merupakan
salah satu adat istiadat yang tidak bisa ditinggalkan dan sudah menjadi suatu
tradisi. Selain menjadi suatu tradisi yang tidak bisa ditinggalkan, pemberian fam
dari pihak ayah, melainkan ada juga dari pihak ibu. Akan tetapi, di daerah
Maluku, sebagian besar mengambil nama fam dari pihak sang ayah. Walau pun
sebagian kecil lainnya juga ada yang mengambil nama fam dari pihak sang ibu.
Hal yang paling penting dalam pemberian nama fam ini ialah harus ada
kesepakatan khusus antara beberapa pihak, seperti keluarga, baik suami maupun
istri. Jika dalam Suku Batak Marga sangat mempengaruhi sistem kekerabat
sehingga mereka tidak dapat saling mengawini dengan orang yang semarga
maupun marga yang sejajar denganya itu. Masyarakat Ambon tidak mengenal fam
yang sejajar dengan fam lain yang biasa yang disebut orang Batak Pomparan ni si
100
menikah satu dengan yang lainnya51. Suku Ambon bebas untuk saling mengawini
fam lain asalkan tidak memiliki hubungan darah walaupun berbeda fam, memiliki
wilayah yang terikat Pela Gandong dan memiliki fam yang sama dengan asalnya.
Contohnya :
3. Kakak beradik dapat menikah dengan pasangan yang miliki fam yang
sama, seperti kakak menikah dengan Fam Waas dan adik juga dapat
darah, oleh sebab itu, kesamaan fam yang dipakai oleh orang Ambon tidak selalu
mencerminkan adanya hubungan darah. Dalam satu keluarga inti pun dapat
berbeda fam jika kedua pihak orang tua mengambil garis keturan dari kedua orang
tuanya.
51
https://rapolo.wordpress.com/2007/11/20/parna-pomparan-ni-si-raja-naiambaton/
101
NANULAITTA NARA
kelompok keturunan ibu atau ayah53, hal ini dapat dikataka bahwa pemberian fam
kepada anak adalah kebebasan dalam arti persetujuan dari kedua belah pihak.
Sehingga fam dapat diambil dari kelompok ibu ataupun ayah bahkan anak berhak
52
William A. Haviland, Edisi Keempat Antropologi Jilid 2, (Jakarta: Erlangga,1993), hlm. 111
53
I William A. Haviland, Edisi Keempat Antropologi Jilid 2, (Jakarta: Erlangga,1993), hlm. 113
102
tidak berhak menurunkan fam nya kepada anaknya. Bagi orang Ambon,
atau kerabat.
keluarga :
fam
103
akan diturunkan melalui fam, bukan dari hubungan darah. Oleh sebab itu,
tua memutuskan kepada siapa natinya yang akan menjadi ahli waris. Di
desa adat seperti Negeri Hutumuri, mereka memiliki dusun adat yang
diberikan oleh tiap-tiap fam yang ada di negeri, sehingga secara otomatis
keturunan garis fam itulah yang akan menjadi ahli waris dusun, tidak dapat
4. Ketahanan desa
bab II mengenai soa-soa yang ada di Negeri Hutumuri, disitu dapat kita
pimpina, tuan tanah, dan kapitan. Kedudukan dan jabatan itu diberikan
104
masing-masing fam memiliki peran dalam setiap upacara adat yang ada di
Lokal)
masyarakat Ambon semakin erat. Nama fam ini bisa dikatakan sebagai tanda
pengenal bagi orang Ambon. Setiap nama fam mempunyai makna masing-masing.
Bahkan dengan fam tersebut, dapat menentukan daerah atau agama yang dianut
oleh orang tersebut. Hal ini lah yang membuat unik fam Ambon dibandingkan
dengan fam lainnya. Seperti di Negeri Hutumuri, masyarakat yang ingin menetap
di negeri tersebut harus memiliki fam yang telah di akui oleh masyarakat. Saniri
sebagai Lembaga Adat, karena Saniri bukan hanya menjalan tugas dari
pemerintah tetapi juga menjalankan apa yang menjadi tradisi mereka sehingga
105
mereka, baik dari tradisi sebelumnya ataupun kesepakatan dari masyarakat negeri
Hutumuri itu sendiri. Aturan hukum bukan hanya didapatkan dari hukum formal
yang terdapat di kitab undang-undang, akan tetapi bisa di dapatkan dari dalam
masyarakat, hal ini di kenal dengan istilah terjadinya Kontruksi hukum tingkat
lokal. Konstruksi diartikan sebagai susunan (model, tata letak) suatu bangunan
(jembatan, rumah dsb). Ternyata Konstruksi bukan untuk suatu bangunan saja
tetapi di Hukum, yang dimaksud disni adalah adanya susunan dan tata letak aturan
yang dijalani dan di taati, meskipun aturan tersebut tidak tertera dalam kitab
hukum adat dan hukum agama. Sebagian system yang dianut, baik perdata
maupun pidana, berbasis pada hukum Eropa, khususnya dari Belanda karena
Indonesia menganut Islam, maka dominasi hukum atau Syari‟at lebih banyak,
106
Peraturan Desa Adat tersebut disesuaikan dengan hukum adat dan norma adat
istiadat yang berlaku di Desa Adat sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan
berlaku bagi desa adat saja. Pengaturan dan penyelenggaraan Pemerintahan Desa
Adat dilaksanakan sesuai dengan hak asal usul dan hukum adat yang berlaku di
Desa Adat yang masih hidup serta sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
dengan susunan asli desa adat atau dibentuk baru sesuai dengan prakarsa
masyarakat Desa Adat. Mekanisme pembentukan peraturan desa adat tidak diatur
rinci dalam UU Desa. Hanya saja ketentuan tentang desa berlaku juga untuk desa
sepihak, dalam hal ini UU telah mengatur bagaimana peraturan desa dimaksud.
Sesuai dengan yang disebut dalam Pasal 30 Peraturan Menteri Dalam Negeri
54
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt58c7574347f23/mekanisme-hukum-adat-yang-
dibentuk-menjadi-peraturan-desa
107
Hukum adat dan norma adat istiadat di daerah mengenai upacara adat
seperti upacara kematian dan sebagainya bisa dibentuk menjadi Peraturan Desa
undangan. Sebagai suatu produk hukum, Peraturan Desa Adat itu diakui dan
dihormati keberadaannya oleh negara dan tata cara pembentukannya sama dengan
Salah satu konstruksi hukum yang dibuat oleh Saniri dan disepakati oleh
masyarkat adalah tentang proses pengesahan fam di Negeri Hutumuri. Banyak hal
Hutumuri merupakan Desa Adat dengan segala tradisi dan aturannya. Fam-fam
tertentu dan yang diakui yang tinggal di negeri tersebut menutup kemungkinan
fam lain untuk tinggal di negeri tersebut karena takut adanya pengasingan
terutama yang beragama islam, karena negeri ini seluruhnya menganut agama
Hukum formal, tidak ada yang mengatur masyarakat untuk bertempat tinggal,
akan tetapi dalam hukum masyarakat ada aturan yang mengatur siapa saja yang
108
menjalankan dan menganggap bahwa itu adalah sebuah aturan yang harus dijalani.
Pemerentah :
mengubah fam.
Pengelolaan Pengaduan :
tindaklanjuti
109
55
http://dasardasarilmuhukum.blogspot.co.id/2016/09/konstruksi-hukum-1.html
56
https://wonkdermayu.wordpress.com/kuliah-hukum/penemuan-hukum-atau-rechtsvinding/
110
111
desa adat disesuaikan dengan hukum adat dan norma adat istiadat yang
kesatuan Negara.
kedua pasangan dan keluarga sudah menyetujui sejak awal pernikahan mengenai
marga yang akan dipakai untuk anaknya kelak. Pemberian fam di Ambon ini
merupakan salah satu adat istiadat yang tidak bisa ditinggalkan dan sudah menjadi
suatu tradisi. Selain menjadi suatu tradisi yang tidak bisa ditinggalkan, pemberian
marga ini juga memberikan dampak positif bagi masyarakat. Saat ini ada sekitar
4.050 fam yang masih aktif di Maluku, tidak termasuk Maluku Utara dan Maluku
Tenggara57. Jumlah yang banyak ini didapatkan karena masyarakat Maluku dapat
mengambil fam dari garis keturunan Ayah dan Ibu, bukan hanya itu saja, seperti
tambahkan atau dihapuskan. Permasalahan fam ini dapat di atur oleh Saniri
Negeri di setiap negeri atau desa adat yang ada di Maluku. jadi, dapat dikatakan
57
R.Deffi Kurniawati dan Sri Mulyani,Daftar nama Marga/Fam, Gelar Adat dan Gelar
Bangsawan di Indonesia ,(Jakarta; Perpustakaan Nasional RI, 2012), hlm 89
112
disebabkan oleh adanya tradisi-tradisi adat yang ada di desa adat. Penambahan
masyarakat yang diakui keberadaannya di suatu desa adat tersebut. Oleh sebab itu,
fam yang telah dihapuskan, atau di ubah di Negeri tersebut bukan bearti fam yang
1. Kesengajaan
satu faktornya. Alasan yang menjadikan ia harus mengubah fam yang di milikinya
pun beragam. Di Maluku, anak yang terlahir menganut fam dari ayah nya
kemudian bisa berubah menjadi fam ibu nya setelah ia besar, biasanya ini
dilakukan karena adanya desakan akibat adaya pembagian harta atau suatu dusun
dan tentunya telah disepakati oleh kebijakan bersama. Dusun merupakan sebuah
hutan atau lahan yang di wariskan atau di ibahkan dari kepada fam tertentu dan
pengubahan fam yang dilakukan secara sengaja melalui informan yang sudah di
113
fam nya dari Keiluhu menjadi Kailuhu. Melalui wawancara yang peneliti lakukan
114
mengganti fam nya. Bapak Dominggus Kailuhu ini menggati fam yang di
milikinya dari Keiluhu menjadi Kailuhu karena alasan tidak ingin dikatakan
sebagai orang Kei. Keiluhu dan orang Kei adalah hal yang sangat berbeda,
Keiluhu adalah nama fam sedangkan orang Kei sebutana bagi orang yang dulu
nya adalah Orang Bali yang tinggal bagian Tenggara Kepulauan Maluku. Mata
anggapan tersebut, Bapak Dominggus dan orang tuanya pun kemudian mengganti
fam yang dimilikinya . Walaupun sudah mengganti fam nya dari Keiluhu menjadi
Kailuhu, bukan bearti fam Keiluhu di negeri tersebut atau diseluruh Kepualuan
Maluku hilang atau benar-benar diubah. Secara otomatis disini dapat dikita lihat
bahwa penambahan fam dapat terjadi akibat adanya perorangan yang mengubah
dimilikinya. Jika Bapak Dominggus mengganti fam nya karena tidak ingin di
katakan orang Kei. Hal yang dianggap sepele dapat mengubah seseorang untuk
bertindak dan memutuskan agar fam yang dimilikinya untuk diganti. Bagi
masyarakat Ambon, fam merupakan tanda pengenal atau identitas diri. Sedangkan
sebelumnya dalam bab II. Bapak Dominggus tidak ingin jika fam yang menjadi
115
kesempatan ini untuk mengubah fam yang di milikinya agar orang lain tidak salah
Informan peneliti yang ke dua ini menggantikan fam nya karena keadaan
mendesak yang mengharuskan salah satu keluarganya harus mengganti fam nya.
58
Informan yang tidak ingin disebutkan namanya
116
mengubah fam karena masalah dadakan yang harus benar-benar dilakukan. Jika
Antua tidak menggantikan fam nya kembali, mungkin dusun tersebut akan di
alihkan kepada keluarga lainnya yang memiliki Fam Thenu atau hasil dusun
tersebut tidak dapat diambil sampai kedua adiknya menikah dan membawa
Penggantian fam dapat terjadi kapan saja dengan berbagai alasan dan
tujuan tertentu, maka Saniri negeri harus melayani setiap persoalan yang dialami
oleh masyarakat. Hal ini dalam metode penelitian peneliti sifat deskriptif, yaitu
fam merupakan tanda pengenal dan jati dirinya sesungguhnya tidak diperkuat
dengan kasus yang di alami Antua. Peneliti melihat bahwa nyatanya Antua
mengubah fam nya dari fam ayahnya ke fam ibu nya demi mendapatkan dusun
117
dimaksud disini bukan menjadikan fam yang tidak ada menjadi ada. Akan tetapi
fam yang tidak di akui di Negeri Hutumuri menjadi di akui keberadaanya. Jadi,
fam ini memang sudah ada di Maluku akan tetapi keberadaan fam ini tidak ada di
Negeri Hutumuri. Penambahan fam ini terjadi akibat adanya pernikahan yang
mengambil anak perempuan dan bertekad atau berniat membawa laki-laki tersebut
untuk tinggal menetap di negeri tersebut. Pengakuan atau keberadaan fam ini akan
Hutumuri atau anak laki-laki hutumuri yang menikahi perempuan luar dan
memiliki anak dan memberi fam dari garis keturunan ibunya. Dengan begitu fam
beberapa pejabat negeri terkait bagaimana fam-fam masuk kedalam Soa Puasel
Fam-fam ini masuk dan diakui di Hutumuri pada Tahun 1801. Penambahan
fam ini dilakukan dengan serentak dengan jumlah 14 fam sekaligus. Dulunya
mereka adalah para pedagang yang datang di Hutumuri dan ada juga yang
Hutumuri. Sampai saat ini merekalah yang terakui di negeri hutumuri sebagai fam
118
kejadian penambahan fam akibat adanya perkawinan atau para pedagang yang
masuk ke Negeri Hutumuri .Sejak saat ini tidak ada lagi penambahan kelopompok
fam , dan beberapa orang yang tidak di akui fam nya tinggal menetap Negeri
Hutumuri. Hal ini disebabkan karena mulai lemahnya tradisi yang diakibatkan
Hutumuri
berkurangnya jumlah penduduk. Sehingga beberapa fam jarang kita jumpai karena
tidak adanya lapangan pekerjaan membuat mereka berpindah ke luar kota bahkan
provinsi untuk mendapatkan pekerjaan. Akan tetapi fam tersebut tidak bisa
dihapuskan karena fam tersebut belum dinyatakan punah, dalam arti walaupun
119
tersebut.
2. Ketidaksengajaan
Hutumuri adalah hal yang sangat jarang sekali ditemui di suatu negeri akan tetapi
kejadian ini pernah terjadi di Negeri Hutumuri. Hal ini dikarena sebuah kelompok
fam tersebut sudah lenyap, lenyap disini diartikan tidak ada keturunannya yang
wilayah. Di Negeri Hutumuri ada 2 kelompok fam yang pernah menjadi kasus
dalam pergantian fam, yang pertama adalah Fam Tamilueng dan yang kedua Fam
Salhuteru. Pengubahan fam ini bukan seolah-olah di sengaja atau memang diatur
adanya. Berubahnya fam ini dikarenakan hal yang tidak diinginkan terjadi. Perlu
diketahui bahwa seluruh fam yang ada di Hutumuri memiliki kedudukan dan
pergantian fam yang akan peneliti jelaskan ini, merupakan pergantian fam dalam
mengubah kedudukan jabatan dan hak waris atas dusun yang merupakan warisan
120
sebagai Tuan Tanah yang menjaga daerah perbatasan negeri. Akan tetapi
Kecil tersebut menjadi negeri baru dan diberi nama Negeri Passo. Negeri
Leitimur Selatan, akan tetapi sekarang ini Hutumuri Kecil yang menjadi
Tamilueng sebagai tuan tanah dan menjadi Raja atau pimpinan di Negeri
Passo, lalu Tuan Tanah di Negeri Hutumuri di ganti dengan Fam Thenu
menggunakan Upacara Adat. Dengan demikian, maka tidak ada ada lagi
telah pindah ke Negeri Passo. Sehingga Fam Tamilueng tidak di akui lagi
121
fam mana yang cocok dan pantas untuk menggantikan Fam Salhuteru.
miliki sedikit atau memang tidak memiliki dusun di Negerinya sendiri, dan
fam yang telah diberikan tidak bisa dengan semena-mena terhadap dusun
sampai keluar Negeri, dan Marinyo negeri lain menyebarkan berita ini
dan masuk kedalam Soa Mokihutung dan menjadi Latu Pati Peory.
122
tetap mengakat kasus fam ini untuk melihat pemindahan kedudukan fam untuk
yang merupakan sengketa, bagaimana motif dari orang yang berperilaku, dan
mereka harus memutuskan melalui rapat Saniri besar dengan raja bersama
tersebut.
123
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
dan tugas dari Saniri semakin bertambah pula bukan hanya sebagai suatu
kelompok sosial atau suatu lembaga saja tetapi digunakan sebagai suatu sistem
memiliki beberapa tata cara yaitu secara langsung dan melalui surat. Saniri Negeri
tindakan kriminal yang sudah masuk dalam jeratan hukum. Maka Saniri akan
sistem masyarakat adat di Ambon adalah faktor sosial dan budaya, faktor hukum,
Saniri negeri juga dapat dikatakan sebagai Lembaga Adat, karena Saniri bukan
hanya menjalan tugas dari pemerintah tetapi juga menjalankan apa yang menjadi
tradisi mereka sehingga Saniri juga memiliki berbagai aturan hukum yang di
dapatkan atau di buat oleh mereka, baik dari tradisi sebelumnya ataupun
kesepakatan dari masyarakat negeri Hutumuri itu sendiri. Aturan hukum bukan
124
tetapi bisa di dapatkan dari dalam masyarakat, hal ini di kenal dengan istilah
(model, tata letak) suatu bangunan (jembatan, rumah dsb). Ternyata Konstruksi
bukan untuk suatu bangunan saja tetapi di Hukum, yang dimaksud disni adalah
adanya susunan dan tata letak aturan hukum. Masyarakat yang mengenal adat,
mereka juga memiliki aturan-aturan yang dijalani dan di taati, meskipun aturan
tersebut tidak tertera dalam kitab mereka seperti undang-undang tetapi mereka
memiliki sanksi bagi setiap masyarakat yang melanggar peraturan tersebut. Salah
satu aturan yang dibuat oleh Saniri dan disepakati oleh masyarkat adalah tentang
bagaimana fam tersebut dapat diakui oleh masyarakat Hutumuri. Seperti yang
belakang nama masyarakat Ambon. Nama marga Ambon ini tidak mencakup
seluruh marga Maluku Tenggara dan Maluku Utara. Di Indonesia bagian Timur,
nama marga biasanya dikenal dengan istilah “fam”. Istilah fam tersebut muncul,
karena adanya pengaruh dari bahasa Belanda. Kata “fam” berasal dari kata
“familienaam” yang artinya adalah nama keluarga. Berikut ini adalah proses
Saniri Negeri dalam mengesahkan fam, seperti menghapuskan fam lama dan
125
mengubah fam.
Pengelolaan Pengaduan :
tindaklanjuti
cara yaitu secara sengaja seperti Fam Keiluhu menjadi Fam Kailuhu, Fam
126
pendatang serta yang tidak sengaja seperti Fam Tamilueng berpindah dan
digantikan dengan Fam Thenu dan Fam Lewaherilla dan Fam Sahuteru (telah
5.2 Saran
Saran yang dibuat oleh peneliti ini ditujukan sebagai bahan pertimbangan
1. Demi menjaga tradisi dan permadaian dalam negeri, Saniri Negeri sebagai
dapat diseleksi lebih lagi agar fam-fam tersebut tidak disalah artikan.
3. Kepada masyarakat sekiranya apa yang menjadi tradisi dan apa dijalani
4. Kepada Saniri Negeri dan orang tua sekira memberikan bimbingan kepada
127
Arnawi, Armaidy ”Kearifan Lokal Batak Toba Dalihan Na Tolu dan Good
https://media.neliti.com/media/publications/78784-ID-kearifan-
lokal-batak-toba-dalihan-na-tol.pdf, hlm.163
hlm 221
Nasional RI
Paramita, hlm.42
http://pengertian.website/pengertian-hukum-dan-tujuan-hukum-
http://fisip.unjani.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/Kedudukan-Dan-
Fungsi-Badan-Saniri-Negeri-Badan-Permusyawaratan-Desa-Di-
Kecamatan-Salahutu-Kabupaten-Maluku-Tengah-Farah-Dessy-
Tuasamu.pdf
128
Pluralism.
Erlangga, hlm.111;113;119
129
http://journal.unhas.ac.id/index.php/kareba/article/viewFile/314/pdf,
130
https://www.scribd.com/doc/298399631/Sejarah-Negeri-Hutumuri-090111-2
http://jikti.bakti.or.id/updates/peran-saniri-sebagai-suatu-forum-komunikasi-
dalam-penyelesaian-ma
https://id.wikipedia.org/wiki/Fam_Maluku
https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/maluku/kerajaan-
hutumuri/#jp-carousel-30151
https://arenahewan.com/ciri-ciri-burung-merpati-mau-bertelur
https://steemit.com/indonesia/@nadjard/kadal-hijau-bronchocela-cristatella-
indonesia-photo-challenge-1-reptile
https://trendburung.blogspot.co.id/2012/05/berencet-gunung-napothera-
crassa_24.html
http://www.academia.edu/33918741/KEDUDUKAN_RAJA_SEBAGAI_KE
TUA_SANIRI_NEGERI_LENGKAP_DALAM_SISTEM_PEMERI
NTAHAN_NEGERI_DI_KOTA_AMBON_Studi_Terhadap_Pasal_
11_ayat_3_butir_a_Peraturan_Daerah_Kota_Ambon_Nomor_3_Tah
un_2008_Tentang_Negeri_di_Kota_Ambon_
https://edysameaputy.wordpress.com/2015/07/14/mewarisi-kutukan-leluhur-
antara-mitos-dan-fakta/
http://www.jdih.setjen.kemendagri.go.id/files/KOTA_AMBON_3_2008.pdf
131