Nelly Baharlianti
102017008
Nelly.2017fk008@civitas.ukrida.ac.id
Abstrak
Anemia adalah keadaan yang ditandai dengan berkurangnya hemoglobin dalam tubuh.
Hemoglobin adalah suatu metaloprotein yaitu protein yang mengandung zat besi di dalam sel
darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.
Anemia defisiensi besi adalah anemia akibat berkurangnya zat besi dalam darah sebagai bahan
utama sintesis hemoglobin. Kadar normal hemoglobin pada dewasa wanita adalah 12 mg/dL – 15
mg/dl dan pada dewasa pria adalah 14 gr/dL – 18 gr/dL. Gejala dari anemia secara umum adalah
lemah, tanda keadaan hiperdinamik (denyut nadi kuat dan cepat, jantung berdebar, dan roaring in
the ears). Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia defisiensi besi yaitu
kebutuhan yang meningkat, asupan zat besi yang kurang, infeksi, dan perdarahan saluran cerna
dan juga terdapat faktor-faktor lainnya. Anemia defisiensi besi dapat di diagnosis dengan cara
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan anemia defisiensi
besi dapat dilakukan dengan pemberian zat besi secara oral, secara intramuskular dan transfusi
darah.
Abstrack
Anemia is a condition where the level of hemoglobin in the body are reduced. Hemoglobin is a
metalloprotein, a protein which contain iron in the red blood cell and in charge to carry oxygen
from the lungs throughout the body. Iron deficiency anemia is anemia which is caused by
reduced of iron in the blood as the main ingredient of hemoglobin synthesis. Normal levels of
hemoglobin in adult women is 12 g/dL - 15 g/dL and the adult male is 14 g/dL - 18 g/dL.
General symptoms of anemia are fatigue, signs of hyperdinamic (quick and strong pulse,
pounding heart, and roaring in the ears. Factors which can lead iron deficiency anemia are
increasing need, lack of iron intake, infections, and gastrointestinal bleeding and others factors.
Iron deficiency anemia is diagnosed by anamnesis, physical examination and investigation. Iron
deficiency anemia can managed by orally iron, intramuscularly iron and blood transfusions.
Pendahuluan
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk
eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang pada akhirnya
mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang. Anemia defisiensi besi ditandai oleh
anemia hipokromik mikrositer dan hasil laboratorium yang menunjukan cadangan besi kosong.
Hal ini disebabkan tubuh manusia mempunyai kemampuan terbatas untuk menyerap besi dan
seringkali tubuh mengalami kehilangan besi yang berlebihan yang diakibatkan perdarahan. Besi
merupakan bagian dari molekul Hemoglobin, dengan berkurangnya besi maka sintesa
hemoglobin akan berkurang dan mengakibatkan kadar hemoglobin akan turun. Hemoglobin
merupakan unsur yang sangat vital bagi tubuh manusia, karena kadar hemoglobin yang rendah
mempengaruhi kemampuan menghantarkan O2 yang sangat dibutuhkan oleh seluruh jaringan
tubuh. Kebutuhan besi yang dibutuhkan setiap harinya untuk menggantikan zat besi yang hilang
dari tubuh dan untuk pertumbuhan ini bervariasi, tergantung dari umur, jenis kelamin.
Kebutuhan meningkat pada bayi, remaja, wanita hamil, menyusui serta wanita menstruasi. Oleh
karena itu kelompok tersebut sangat mungkin menderita defisiensi besi jika terdapat kehilangan
besi yang disebabkan hal lain maupun kurangnya intake besi dalam jangka panjang. Anemia
defisiensi besi merupakan anemia yang paling sering dijumpai, terutama di negara-negara tropik
atau negara dunia ketiga. Anemia ini mengenai lebih dari sepertiga penduduk dunia yang
memberikan dampak kesehatan yang sangat merugikan serta dampak sosial yang cukup serius.
Anamnesis
Riwayat penyakit dapat berguna untuk mengetahui etiologinya, dan mungkin, memperkirakan
lama perjalanan penyakitnya. Anamnesis yang teliti sangat diperlukan untuk menegakkan
diagnosis yang tepat, seperti :
1. Gejala apa yang dirasakan oleh pasien? Lelah, malaise, sesak napas, nyeri dada, atau
tanpa gejala?
2. Apakah gejala tersebut muncul mendadak atau bertahap?
3. Adakah petunjuk mengenai penyebab anemia?
4. Tanyakan kecukupan makanan dan kandungan Fe,Folat dan B12?
5. Adakah gejala yang konsisten dengan malabsorpsi? Adakah tanda-tanda kehilangan
darah dari saluran cerna (tinja gelap, darah per rektal, muntah darah)?
6. Adakah sumber kehilangan darah yang lain?1
Riwayat penyakit dahulu dan penyelidikan fungsional
1. Adakah dugaan penyakit ginjal kronis sebelumnya?
2. Adakah riwayat penyakit kronis (misalnya arthritis rheumatoid atau gejala yang
menunjukan keganasan)?
3. Adakah tanda-tanda kegagalan sumsum tulang (memar, pendarahan, dan infeksi yang
tak lazim atau rekuren)?
4. Adakah tanda-tanda defisiensi vitamin seperti neuropati perifer (pada defisiensi
vitamin B12 subacute combined degeneration of the cord [SACDOC])?
5. Adakah alasan untuk mencurigai adanya hemolisis (misalnya ikterus, katub buatan
yang diketahui bocor)?
6. Adakah riwayat anemia sebelumnya atau pemeriksaan penunjang seperti endoskopi
gastrointestinal?
7. Adakah disfagia (akibat lesi esophagus yang menyebabkan anemia atau selaput pada
esophagus akibat anemia defisiensi Fe)?1
Riwayat keluarga
Adakah riwayat anemia dalam keluarga? Khususnya pertimbangan penyakit sel sabit,
thalassemia, dan anemia hemolitik yang diturunkan.1
Bepergian
Tanyakan riwayat bepergian dan pertimbangkan kemungkinan infeksi parasit (misalnya
cacing tambang dan malaria).1
Obat-obatan
Obat-obatan tertentu behubungan dengan kehilangan darah (misalnya OAINS menyebabkan
erosi lambung atau supresi sumsum tulang akibat obat sitotoksik).2
Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital
Menilai tanda vital untuk mengetahui perubahan hemodinamik. Tanda vital penting untuk
menegakkan diagnosis sesuatu penyakit. Pemeriksaan vital yang umumnya dilakukan adalah:
Pemeriksaan tekanan darah, Pemeriksaan nadi (disertai frekuensi denyut jantung (pulsus
defisit))Perhatikan tekanan nadi pada pasien.Adakah dia mengalami takikardia atau tidak.
Pemeriksaan suhu tubuh, Pemeriksaan kadar nafas (Frekuensi/ laju pernapasan, Tipe/ pola,
Kedalaman, irama/ keteraturan2
Pemeriksaan fisik lainnya
1. Apakah pasien sakit ringan atau berat? Apakah pasien sesak napas atau syok akibat
kehilangan darah akut?
2. Adakah tanda-tanda anemia? Lihat apakah konjungtiva anemis dan telapak
tangan pucat. (anemia yang signifikan mungkin timbul tanpa tanda klinis yang
jelas).
3. Adakah koilonikia (kuku ‘seperti sendok’) atau keilitis angularis seperti yang
ditemukan pada defisiensi Fe yang sudah berlangsung lama?
4. Adakah tanda-tanda ikterus (akibat anemia hemolitik)?
5. Adakah tanda-tanda kerusakan trombosit (misalnya memar, petekie)?
6. Adakah tanda-tanda leukosit abnormal atau tanda-tanda infeksi?
7. Adakah tanda-tanda keganasan? Adakah penurunan berat badan baru-baru ini,
massa, jari tabuh, atau limfodenopati?
8. Adakah hepatomegali, splenomegali, atau massa abdomen?
9. Apakah hasil pemeriksaan rektal normal? Adakah darah samar pada feses
(faecal occult blood [FOB])?
10. Adakah tanda-tanda neuropati perifer? (ini menunjukan defisiensi vitamin B12
atau folat)1,2
Pemeriksaan penunjang
diagnosis atau dapat juga membantu untuk menentukan pemeriksaan selanjutnya yang akan di
lakukan untuk menegakkan diagnosis
Pemeriksaan laboratorium yang dapat ditemukan pada anemia defisiensi besi adalah :3
Gambar 6. Pemeriksaan sediaan hapusan darah tepi pada anemia defisiensi besi
b. Serum besi dan TIBC (total binding iron capacity)
Pada anemia defisiensi besi didapatkan hasil berupa konsenterasi besi serum yang
menurun (<50 g/dl) dan TIBC yang meningkat (>350 g/dl). TIBC menunjukan tingkat
kejenuhan apotransferin terhadap besi.
diagnosis atau dapat juga membantu untuk menentukan pemeriksaan selanjutnya yang akan di
lakukan untuk menegakkan diagnosis
Diferential diagnosis
Anemia sideroblastik
Anemia sideroblastik adalah jenis anemia yang disebabkan karena adanya gangguaan
penggunaan besi pada saat pembentukan rantai heme pada hemoglobin. Anemia
sideroblastik ditandai dengan adanya gambaran cincin sideroblas pada sumsum tulang.
Cincin sideroblas adalah perkusor eritroid yang mengandung deposit besi non heme pada
bagian mitokondrianya, sehingga membentuk gambaran cincin di sekeliling nukelus.
Bentuk cincin besi tersebut menutupi setidaknya 1/3 dari bagian tepi nukleus. Anemia
siderobasltik dapat terjadi karena adanya kegagalan dalam pembentukan portoporfirin.
Untuk membuat rantai heme pada hemoglobin dibutuhkan adanya besi dan portoporfirin.
Pada anemia sideroblastik protoporfirin tidak terbentuk dengan sempurna menyebabkan
besi mengalami akumulasi pada eritrosit.
Gejala klinis yang dapat dialami pada pasien dengan anemia sideroblastik adalah
konjungtiva dan kulit yang pucat, lemas, hipotensi, takikardi, dan hepatosplenomegaly.
Pemeriksaan laboratorium yang dapat ditemukan pada pasien dengan anemia
sideroblastik adalah kadar hb yang menurun, MCV dan MCHC rendah, serta gambaran
anemia mikorsitik hipokrom. Pemeriksaan yang digunakan sebagai baku emas dalam
mendiagnosis anemia sideroblastik adalah pemeriksaan biopsy sumsum tulang dan
ditemukan adanya gambaran cincin sideroblas pada sumsum tulang dengan pewarnaan
Prussian blue.4
Anemia ec Thalasemia
Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang diakibatkan oleh faktor genetika dan
menyebabkan protein yang ada di dalam sel darah merah (hemoglobin) tidak berfungsi secara
normal.2
Zat besi yang diperoleh tubuh dari makanan digunakan oleh sumsum tulang untuk
menghasilkan hemoglobin. Hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah berfungsi
mengantarkan oksigen dari paru-paru ke seluruh anggota tubuh. Penderita thalasemia memiliki
kadar hemoglobin yang rendah, oleh karena itu tingkat oksigen dalam tubuh penderita thalasemia
juga lebih rendah.
3,4
Terdapat 2 jenis thalasemia yang terjadi, yaitu alfa dan beta, dimana kedua jenis ini
memiliki kaitan gen yang menentukan kadar keparahan dari penyakit yang diturunkan ini.
Thalasemia beta merupakan jenis yang lebih sering terjadi.
3
Anemia Aplastik
Anemia aplastik merupakan keadaan di mana berkurangnya sel darah dalam darah tepi
karena terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum tulang. Anemia jenis ini dapat
disebabkan oleh pemakaian kloramfenikol yang terlampau sering pada bayi (sejak umur 2-3
bulan) yang akan terlihat gejala anemia aplastiknya saat umur lebih dari 6 tahun. Dapat juga
disebabkan oleh faktor kongenital seperti sindrom Fanconi dan faktor didapat seperti bahan
kimia (benzene, insektisida), radiasi, infeksi (tuberculosis milier dan hepatitis), keganasan,
penyakit ginjal, gangguan endokrin dan idiopatik.
Pada gambaran klinisnya, dapat ditemukan anak pucat dengan berbagai gejala anemia
lainnya seperti anoreksia, lemah, palpitasi, dan sesak karena gagal jantung. Tidak ditemukan
ikterus, pembesaran limfa, hepar maupun kelenjar getah bening karena sifatnya aplasia sistem
hematopoetik. Gambaran darah tepi menunjukkan pansitopenia dan limfositosis relative.
Diagnosa pasti dapat ditegakkan dari pemeriksaan sumsum tulang yaitu gambaran sel sangat
kurang, banyak jaringan penyokong dan jaringan lemak; aplasia sistemm eritropoetik,
granulopoetik dan trombopoetik. Limfosit, sel RES (sel plasma, fibrosit, osteoklas, sel endotel)
banyak ditemukan di antara sel sumsum tulang yang sedikit ini.
Working diagnosis
Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi
untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang pada akhirnya
menyebabkan pembentukan hemoglobin yang terganggu atau berkurang. Anemia defisiensi besi
dapat ditandai dengan adanya anemia hipokrom mikrositik dan hasil labolatorium yang
menunjukan cadangan besi kosong. Hal ini disebabkan karena tubuh manusia mempunyai
kemampuan terbatas untuk menyerap besi dan seringkali tubuh mengalami kehilangan zat besi
secara berlebihan.
Besi merupakan bagian dari molekul hemoglobin, dengan berkurangnya besi maka sintesis
dari hemoglobin sendiri akan berkurang dan mengakibatkan kadar hemoglobin akan menurun.
Hemoglobin merupakan unsur yang sangat penting bagi manusia, karena kadar hemoglobin yang
rendah dapat mempengaruhi hantaran O2 ke seluruh jaringan tubuh.
Kebutuhan besi setiap harinya yang dibutuhkan untuk menggantikan zat besi yang hilang dari
tubuh sangat bervariasi, bergantung dari umur dan juga jenis kelamin. Kebutuhan zat besi
meningkat pada bayi, remaja, wanita hamil dan menyusul juga pada wanita menstruasi.
Besi merupakan elemen vital yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk hemoglobin.besi
dalam jaringan tubuh dibagi menjadi :
Senyawa besi fungsional, yaitu besi yang membentuk senyawa yang berfungsi dalam
tubuh
Besi cadangan, senyawa besi yang dipersiapkan jika masukan besi dalam tubuh
berkurang
Besi transport, besi yang berikatan dengan protein tertentu dalam fungsinya untuk
mengangkut besi dari satu kompartemen ke kompartemen lainnya
Pertukaran besi dalam tubuh merupakan lingkaran yang tertutup dan diatur oleh banyaknya
besi yang diserap oleh usus, sedangkan kehilangan besi fisiolgik bersifat tetap. Besi yang diserap
usus setiap harinya berkisar 1-2 mg, eksresi besi terjadi pada jumlah yang sama. Besi dari usus
dalam bentuk transferin akan bergabung bersama besi yang dimobulisasi oleh makrofag dalam
sumsum tulang sebesar 22 mg untuk dapat memenuhi kebutuhan eritropoesis sebanyak 24 mg
per harinya. Eritrosit yang terbentuk akan secara efektif dan akan beredar pada sirkulasi
membutuhkan 17 mg, sedangkan besi 7 mg akan dikembalikan ke makrofag karena terjadinya
eritropoesis yang infektif (hemolisis intramedular). Besi yang terdapat pada eritrosit akan beredar
setelah mengalami proses penuaan juga akan dikembalikan pada makrofag sumsum tulang
sebesar 17 mg, sehingga dengan demikian dapat dilihat satu lingkaran tertutup yang sangat
efisien.
Gambar 1. Siklus besi
dalam tubuh
Karena eritrosit tidak dapat membelah diri untuk mengganti sendiri jumlahnya, sel tua yang
pecah harus diganti oleh sel baru yang diproduksi di pabrik eritrosit yaitu sumsum tulang.
Sumsum tulang dalam keadaan normal menghasilkan sel darah merah baru, suatu proses yang di
namai eritropoiesis.
Sumsum tulang tidak hanya memproduksi sel darah merah tetapi juga memproduksi leukosit dan
trombosit. Di sumsum tulang merah terdapat sel punca pluripotent tak berdiferensiasi, yang
merupakan sumber seluruh sel darah, yang secara terus menerus membelah diri dan
berdiferensiasi untuk menghasilkan semua jenis sel darah.
Eritropoiesis sendiri dikontrol oleh eritropoietin yang terdapat di ginjal. Sehingga jika terjadi
penurunan penyaluran oksigen ke ginjal merangsang ginjal mengeluarkan hormone eritropoietin
ke dalam darah dan hormone ini pada gilirannya merangsang eritropoiesis oleh sumsum merah.
Eritropoietin bekerja pada derivate sel punca tak berdiferensiasi yang akan menjadi sel darah
merah, merangsang proliferasi dan pematangan sel-sel ini menjadi eritrosit matur. Peningkatan
aktivitas eritropoietin ini meningkatkan sejumlah sel darah merah dalam darah sehingga
kapasitas darah mengangkut oksigen meningkat dan penyaluran oksigen ke jaringan kembali ke
normal. Jika penyaluran oksigen ke ginjal kembali normal, maka sekresi eritropoietin dihentikan
hingga dibutuhkan kembali. Dengan cara ini, produksi eritrosit dalam keadaan normal. Pada
keadaan dimana terjadi kerusakan pada ginjal, menyebabkan kurangnya adekuat ginjal
menghasilkan eritropoietin, sehingga menyebabkan berkurangnya produksi sel darah merah. 3
Sehingga jika terjadi kerusakan pada ginjal, maka akan mengangu produksi dari eritropoietin
yang kemudian akan berdampak timbulnya anemia 4
Etiologi
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh karena rendahnya masukan besi, gannguan
absorpsi serta kehilangan besi akibat pendarahan menahun :
- Saluran cerna : akibat dari tukak peptik, pemakaian salisilat atau NSAID, kanker lambung,
kanker colon, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang.
Faktor nutrisi : akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas besi
(bioavailabilitas) besi yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah vitamin C , dan rendah
daging).
Kebutuhan besi meningkat : seperti pada prematuritas anak dalam masa pertumbuhan dan
kehamilan.
Gangguan absorpsi besi : gastrektomi, tropical sprue atau kolitis kronik. Pada orang dewasa
anemia defisiensi besi yang dijumpai di klinik hampir indentik dengan pendarahan menahun.
Faktor nutrisi atau peningkatan kebutuhan besi jarang sebagai penyebab utama. Penyebab
pendarahan paling sering pada laki-laki ialah pendarahan gastrointestinal, di negara tropik paling
sering karena infeksi cacing tambang. Sedangkan pada perempuan dalam masa reproduksi paling
sering karena meno-metrorhgia. Penurunan absorpsi zat besi, hal ini terjadi pada banyak keadaan
klinis. Setelah gastrektomi parsial atau total, asimilasi zat besi dari makanan terganggu, terutama
akibat peningkatan motilitas dan by pass usus halus proximal, yang menjadi tempat utama
absorpsi zat besi. Pasien dengan diare kronik atau malabsorpsi usus halus juga dapat menderita
defisiensi zat besi, terutama jika duodenum dan jejunum 11 proximal ikut terlibat. Kadang-
kadang anemia defisiensi zat besi merupakan pelopor dari radang usus non tropical (celiac
sprue). Yang beresiko mengalami anemia defisiensi zat besi:
Wanita menstruasi
Bayi, anak-anak dan remaja yang merupakan masa pertumbuhan yang cepat
Orang yang kurang makan makanan yang mengandung zat besi, jarang makan daging dan telur
selama bertahun-tahun.
Kanker kolon
Vegetarian karena tidak makan daging, akan tetapi dapat digantikan dengan brokoli dan
bayam.
EPIDEMIOLOGI
Anemia defisiensi besi merupakan jenis anemia yang paling sering dijumpai baik di klinik
maupun di masyarakat. Dari berbagai data yang dikumpulkan sampai saat ini, didapatkan
gambaran prevalensi anemia defisiensi besi seperti pada tabel 1.
Pathogenesis
Jika terjadi kehilangan besi atau kebutuhan besi yang meningkat akan dikompensasi tubuh
sehingga cadangan besi akan semakin menurun. Jika cadangan besi menurun, dalam keadaan ini
disebut sebagai keseimbangan zat besi yang negatif yaitu tahap deplesi besi (iron depleted state).
Keadaan ini ditandai dengan adanya penurunan kadar feritin serum, peningkatan absorbsi besi
dalam usus.
Apabila kekurangan besi terus berlanjut terus maka cadangan besi menjadi kosong,
penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk
eritrosit tetapi anemia secara klinis belum terjadi keadaan ini disebut dengan iron deficient
erytropoesis. Pada fase ini kelainan pertama yang dijumpai adalah adanya peningkatan kadar
pree protophorphyrin atau zinc protophorpyrin dalam eritrosit, saturasi transferin menurun dan
kapasitas ikat besi total (Total Iron Binding Capacity = TIBC) meningkat, serta adanya
peningkatan pada reseptor transferin dalam serum.
Apabila penurunan jumlah besi terus terjadi maka eritropoesis semakin terganggu sehingga
kadar hemoglobin akan mulai menurun, akibatnya akan muncul anemia hipokrom mikrositik,
yang disebut sebagai anemia defisiensi besi. Pada saat ini juga terjadi kekurangan besi pada
epitel serta pada beberapa enzim yang dapat meninmbulkan gejala pada kuku, epitel mulut dan
berbagai gejala lainnya.2
Manifestasi Klinis
Gejala umum pada anemia diantaranya :
Apabila kadar Hb < 7-8 g/dl dapat dijumpai :
Gejala yang khas pada anemia defisiensi besi dan tidak dijumpai pada anemia lainnya
diantaranya :
a. Koilonychia, yaitu kuku sendok (spoon nail) kuku menjadi rapuh, bergaris-garis
vertikal dan menjadi cekung sehingga mirip sendok.
Gambar 3. Koilonychia
b. Atrofi pada lidah, yaitu permukaan lidah yang menjadi licin dan mengkolap
karena hilangnya papil lidah.
Gambar 4. Atrofi papil lidah
c. Stomatitis angularis (cheilosis), yaitu adanya radang pada sudut mulut sehingga akan
tampak percak berwarna pucat keputihan
d. Disfagia yaitu rasa nyeri menelan karena adanya kerusakan pada epitel hipofaring
e. Sindrom Plummer Vinson yaitu kumpulan dari gejala yang terdiri dari anemia
hipokrom mikrositer, atrofi papil lidah dan disfagia2
Kriteria diagnosis
Untuk menegakan diagnosis anemia defisiensi besi harus dilakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Terdapat 3 tahapan untuk mendiagnosis anemia
defisiensi besi :
Tatalaksana
Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan agar dapat menghindari terjadinya anemia defisiensi besi,
berupa :
a. Pendidikan kesehatan
- Kesehatan lingkungan : seperti penggunaan jamban dan penggunaan alas kaki yang
dapat menghindari terjadinya infeksi cacing tambang
- Penyuluhan gizi untuk mendorong konsumsi makanan yang membantu penyerapan
besi
b. Suplementasi besi sebagai profilaksis pada segmen penduduk yang rentan, seperti ibu
hamil dan balita.
c. Fortifikasi makanan dengan besi, yaitu mencampurkan makanan dengan besi.
Makanan yang banyak mengandung zat besi seperti daging, kacang, sayur-sayuran
yang berwarna hijau dan lain-lain. zat besi juga sangat penting untuk wanita yang sedang
menstruasi, wanita hamil.
konsumsi makanan yang banyak mengandung Asam folat seperti pisang, sayuran hijau gelap,
jenis kacang-kacangan.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita anemia defisiensi besi adalah adanya
peningkatan resiko terjadinya infeksi, kelainan jantung, pertumbuhan dan perkembangan yang
terlambat pada anak.4
Prognosis
Apabila pasien dengan anemia defisiensi besi dilakukan tatalaksana yang tepat maka
prognosis yang dihasilkan akan menjadi baik. Prognosis anemia defisiensi besi akan menjadi
buruk bisa diikuti dengan adanya neoplasia atau penyakit komorbid lainnya. Anemia defisiensi
besi kronis dapat menyebabkan hipoksia yang menyebabkan terjadinya gangguan pada bagian
paru dan jantung.4
Kesimpulan
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk
eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang pada akhirnya
mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang. Prinsip pengobatan anemia defisiensi besi
adalah memperbaiki etiologi yang menjadi dasar terjadinya anemia (mengembalikan substrat
yang dibutuhkan dalam produksi eritrosit) dan meningkatkan Hemoglobin hingga angka 12 gr/dl.
Apabila terjadi anemia defisiensi besi maka segera obati dengan menggunakan preparat besi dan
dicari kausanya serta pengobatan terhadap kausa ini harus juga dilakukan. Dengan pengobatan
yang tepat dan adekuat maka anemia defisiensi besi ini dapat disembuhkan.
Daftar pustaka