Anda di halaman 1dari 10

TUGAS RINGKASAN MATERI KULIAH TEORI AKUNTANSI LANJUTAN:

KEBERMANFAATAN INFORMASI AKUTANSI

Oleh:
DIANA KARTIKA
NPM: 20105350585
MAGISTER SAINS AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA (STIESIA)
SURABAYA
2021
KEBERMANFAATAN INFORMASI AKUTANSI

Kegunaan Informasi Akuntansi

Terdapat dua metoda pendekatan pengukuran kegunaan informasi akuntansi yang


masing-masing bersesuaian dengan perspektif informasi dan perspektif pengukuran
(Beaver,1998; Wolk et al., 2001; Scott, 2009), yaitu :
1. Pendekatan pengukuran reaksi pasar (event studies).
Pendekatan pengukuran reaksi pasar pada saat publikasi informasi akuntansi
(pendekatan event study) didasari oleh perspektif informasi. Scott (2009)
menyatakan bahwa untuk menguji apakah informasi akuntansi mempunyai
kandungan informasi, peneliti dapat mendasarkan pada teorema Bayes dalam
teori keputusan. Informasi akuntansi dinilai berguna jika informasi tersebut
menyebabkan investor mengubah keyakinan (beliefs) dan tindakan (actions)
mereka
2. Pendekatan pengukuran relevansi-nilai.

. Pendekatan pengukuran kegunaan informasi akuntansi dengan metoda relevansi-


nilai didasari oleh perspektif pengukuran (Beaver, 1998; Scott, 2009).
Pendekatan ini didasari oleh teori clean surplus dari Ohlson (1995). Teori clean
surplus Ohlson menunjukkan bahwa nilai pasar perusahaan dapat dinyatakan
dalam variabel-variabel laba rugi dan variabel-variabel neraca. Teori ini
menunjukkan bahwa nilai perusahaan tergantung pada (dipengaruhi oleh)
variabel-variabel akuntansi fundamental. Hal ini konsisten dengan perspektif
pengukuran.

1.1 Kegunaan Keputusan (Decision Usefulness)


Orang pertama yang menggunakan paradigma kegunaan keputusan (decision
usefulness) adalah Chambers. Ia mengatakan sebagai berikut :
Oleh karenanya, akibat yang wajar dari asumsi manajemen rasional adalah bahwa
seharusnya ada sistem yang menyajikan suatu informasi; seperti sistem yang
diperlukan baik untuk dasar pembuatan keputusan atau dasar untuk memperoleh
kembali konsekuensi keputusan. Sistem yang menyajikan informasi secara formal
akan menyesuaikan dengan dua dalil umum. Pertama adalah kondisi dari setiap
wacana ilmiah, sistem seharusnya secara logika konsisten; tidak ada aturan atau
proses yang dapat bertentangan dengan setiap aturan atau proses lainnya. Kedua
muncul dari pemakai laporan akuntansi sebagai dasar pembuatan keputusan dari
konsekuensi praktik. Informasi yang dihasilkan oleh setiap sistem seharusnya
relevan dengan berbagai bentuk pembuatan keputusan yang diharapkan dapat
digunakan (Belkoui, 2011:14).

Sebaliknya, Scott (2003:52) mengatakan bahwa pendekatan kegunaan


keputusan merupakan suatu pendekatan terhadap laporan keuangan yang berdasarkan
biaya historis agar lebih berguna. Dalam mengadopsi pendekatan kegunaan keputusan
ada dua pertanyaan penting, yaitu pertama siapa pengguna laporan keuangan dan
kedua apa masalah keputusan pengguna laporan keuangan. Untuk menjawab
pertanyaan tersebut kita harus memahami teori kegunaan orang pribadi (single-person
of decision theory) dan teori investasi (theory of investment).
1. Teori kegunaan orang pribadi (single-person of decision theory)
merupakan cara pandang investor yang harus mengambil tindakan di
bawah kondisi yang tidak menentu, berarti teori ini tidak digunakan jika
kondisi sudah ideal. Kondisi ideal adalah kondisi di mana karakter
ekonomi sudah sempurna dan pasar sudah komplet atau sepadan dari
kekurangan informasi asimetri dan rintangan lain menjadi wajar dan
operasi pasar efisien (Scott, 2003:53). Teori ini masih relevan pada
akuntansi karena laporan keuangan menyediakan tambahan informasi yang
berguna untuk banyak keputusan. Jadi, simpulannya teori ini merupakan
pilihan yang bagus untuk mulai memahami bagaimana individu membuat
keputusan rasional di bawah ketidakpastian.
2. Teori investasi (theory of investment) merupakan teori yang mempelajari
tentang komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang
dilakukan pada saat ini dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah
keuntungan pada masa yang akan datang (Tandelilin, 2001:3). Misalnya
seorang investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan
memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah
dividen pada masa yang akan datang. Sebakliknya tujuan investasi tersebut
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor.

1.2 Pendekatan Decision Usefulness atas Informasi Akuntansi

Akuntan telah memutuskan bahwa investor merupakan konstituen utama, serta


menggunakan teori investasi dan teori pengambilan keputusan dalam memahami tipe
informasi akuntansi yang dibutuhkan investor. Hal ini sesuai dengan tujuan laporan
keuangan yang ada dalam pernyataan SFAC No.1 tentang the objective of financial
reporting for business enterprise (FASB, 1978) (paragraf 5) sebagai berikut:

(1) “Financial reporting should provide information that is useful to present and
potential investors and creditors and other users in making rational investment,
credit, and similar decisions.” (laporan keuangan seharusnya menyediakan
informasi yang berguna bagi investor atau kreditor yang ada sekarang maupun
calon investor/ kreditor dan para pengguna lain dalam melakukan investasi,
kredit, dan keputusan-keputusan serupa yang rasional).

(2) “Financial reporting should provide information to help present and potential
investors and creditors and other users in assessing the amounts, timing, and
uncertainty of prospective cash receipts from dividends or interest and the
proceeds from the sale, redemption, or maturity of securities or loans.”
(laporan keuangan seharusnya menyediakan informasi untuk membantu
investor atau kreditor yang ada sekarang maupun calon investor/ kreditor dan
para pengguna lain dalam menaksir (memprediksi) jumlah, penentuan waktu,
dan ketidakpastian dari penerimaan kas yang prospektif dari deviden atau
bunga dan hasil-hasil yang diperoleh dari penjualan, penebusan, atau jatuh
temponya suatu sekuritas atau pinjaman).

Kedua pernyataan tersebut mengimplikasikan bahwa meskipun laporan


keuangan memiliki sasaran yang luas, orientasinya terletak pada investor dan kreditor
dengan berasumsi bahwa terpenuhinya kebutuhan mereka berarti terpenuhi pula
hampir semua kebutuhan para pengguna lainnya. Investor, dalam Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan tentang Pengguna dan Kebutuhan
Informasi, didefinisikan sebagai penanam modal berisiko yang berkepentingan dengan
risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan
(Standar Akuntansi Keuangan, 2009:2).

Pernyataan dalam SFAC No.1 jelas memberikan mandat pada profesi


akuntansi untuk menyajikan laporan keuangan yang berguna (useful) bagi para
pengguna dalam rangka membuat keputusan bisnis. Lebih lanjut, SFAC No.1
menyajikan suatu adaptasi penting dari teori keputusan bagi penyusunan laporan
keuangan, bahwa teori keputusan ini berorientasi kepada pembuatan keputusan
investasi bagi individu yang rasional (Machfoedz, 1999; Scott, 2009:76). Oleh
karenanya, pengujian atas manfaat informasi akuntansi penting dilakukan. Pendekatan
decision usefulness atas informasi akuntansi merupakan suatu pendekatan terhadap
laporan keuangan yang berbasis biaya historis agar menjadi lebih berguna.

Pendekatan ini menitikberatkan pada para pengguna laporan keuangan,


keputusan mereka, informasi yang mereka butuhkan, serta kemampuan mereka
memproses informasi akuntansi (Wignjohartojo, 1995:41). Terdapat dua pertanyaan
penting dalam mengadopsi pendekatan decision usefulness atas informasi akuntansi,
yaitu:

1. Siapa saja para pengguna laporan keuangan. Terdapat banyak konstituen


(kelompok-kelompok pengguna), seperti: investor, manajer, serikat buruh,
standard setters, dan pemerintah. Terdapat banyak pihak yang
berkepentingan atas laporan keuangan, oleh karenanya dengan
mengidentifikasi pengguna (pihak yang berkepentingan) diharapkan akan
dapat ditentukan bagaimana bentuk laporan keuangan atau informasi
akuntansi apa saja yang harus disajikan dalam laporan keuangan.
2. Apa saja masalah keputusan bagi para pengguna laporan keuangan.
Akuntan akan lebih memahami berbagai kebutuhan informasi yang
diperlukan oleh para pengguna laporan keuangan dengan mengetahui
masalah-masalah keputusan yang dihadapi oleh para pengguna laporan
keuangan.

Penyusunan laporan keuangan seharusnya mempertimbangkan informasi


akuntansi yang dibutuhkan para pengguna laporan keuangan tersebut. Dengan kata
lain, akuntan seharusnya menyesuaikan informasi akuntansi yang disajikan dalam
laporan keuangan dengan kebutuhan-kebutuhan para pengguna laporan keuangan
sehingga dapat menghasilkan pengambilan keputusan yang lebih baik. Dengan cara
ini, informasi akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan akan menjadi lebih
berguna (Scott, 2009:59). Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang berguna bagi para pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang
mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara
umum menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian di masa lalu. Oleh
karenanya, untuk dapat membuat keputusan ekonomi, para pengguna laporan
keuangan memerlukan evaluasi atau analisis berdasarkan informasi akuntansi yang
terkandung dalam laporan keuangan (Moon & Keasey, 1992; Banker et al., 1993;
Eccles & Holt, 2005; Alattar & Al-Khater, 2007; Standar Akuntansi Keuangan,
2009:3).

Kemampuan laporan keuangan untuk memberikan informasi akuntansi yang


berguna bagi investor tidak terlepas dari permasalahan karakteristik kualitatif dari
laporan keuangan itu sendiri. Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang
membuat informasi akuntansi dalam laporan keuangan menjadi berguna bagi para
penggunanya. Standar Akuntansi Keuangan (2009:5) menyebutkan bahwa terdapat
empat karakteristik kualitatif pokok, yaitu:

1. Dapat dipahami,
2. Relevan,
3. Keandalan,
4. Dapat diperbandingkan.

Karakteristik kualitatif informasi kualitas utama yang diperlukan agar


penyajian laporan keuangan menjadi berguna bagi pengambilan keputusan investasi
dengan mengoperasionalkan pendekatan decision usefulness, yaitu:

1. Relevance
Relevan (relevance) adalah informasi yang tepat waktu (timeliness), yaitu
informasi yang tersedia bagi decision maker dan memiliki kapasitas yang
dapat mempengaruhi decision makers dalam membuat keputusan dengan
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa akan datang,
menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi pada masa lalu. Selain itu,
informasi akuntansi dapat dikatakan relevan jika mempunyai nilai prediktif
(predictive value) dan nilai umpan balik (feedback value). Jadi, informasi
yang relevan adalah informasi yang mempunyai kapasitas untuk
mempengaruhi keyakinan investor mengenai tingkat return yang
diharapkan diterima di masa akan datang (future returns), dan seharusnya
di-release secara tepat waktu.
2. Reliability
Merupakan Informasi yang Selanjutnya, informasi akuntansi dapat
dikatakan reliabel (reliability) apabila suatu informasi akuntansi itu bebas
dari bias atau bebas dari pengertian yang menyesatkan, bebas dari
kesalahan material, dan dapat diandalkan para penggunanya sebagai
penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan (verifiability,
neutrality, representational faithfulness). Jadi, informasi yang reliabel
adalah informasi yang mewakili apa yang dinyatakan dan diukur oleh
informasi tersebut. Bahwa, suatu informasi haruslah menyajikan kebenaran
secara tepat dan bebas dari bias (FASB, 1980; Eccles & Holt, 2005; Maines
& Wahlen, 2006; Standar Akuntansi Keuangan, 2009:5-9; Scott, 2009:76).

Penyajian laporan keuangan tidak mungkin menyajikan laporan keuangan


dengan tingkat relevansi dan reliabilitas secara penuh karena konsekuensinya akan
terjadi trade-off antara relevansi dan reliabilitas sebagai bagian dari kualitas informasi
yang diinginkan. Adanya permasalahan bahwa laporan keuangan seharusnya
menyajikan informasi yang berguna bagi investor dan pemakai lain, maka laporan
keuangan harus mempertimbangkan tingkat relevansi dan reliabilitas atas penyajian
informasi yang terkandung didalamnya. Kedua kriteria tersebut akan mengalami trade-
off jika digunakan secara bersamaan. Selama ini penyajian laporan keuangan dengan
berbasis biaya historis (historical cost) masih dinilai relatif reliabel, sebab biaya (cost)
pada aktiva atau kewajiban perusahan masih obyektif untuk estimasi. Akan tetapi,
kelemahan penyajian laporan keuangan berbasis biaya historis dinilai tidak memiliki
kemampuan prediktif (tidak relevan) terhadap kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan peluang dan bereaksi dalam situasi yang merugikan (Scott,
2009:41&58).

Pembahasan yang mengarah pada suatu konsep penting dalam ilmu akuntansi,
yaitu konsep decision usefulness, konsep tentang kebermanfaatan (kegunaan) dalam
pengambilan keputusan. Pendekatan decision usefulness dapat digunakan untuk
membuat informasi akuntansi yang terkandung dalam laporan keuangan yang berbasis
biaya historis menjadi lebih berguna (useful). Akuntan sebagai penyaji informasi
akuntansi tidak akan dapat menjadikan laporan keuangan menjadi lebih berguna
sampai mengetahui apa sebenarnya makna manfaat (kegunaan) dari informasi yang
disajikan bagi para penggunanya. Kualitas penting informasi yang terkandung dalam
laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh para
pengguna (Scott, 2009:59).

Teori kegunaan keputusan (decision usefulness theory) dikemukakan pertama


kali pada tahun 1954 dalam disertasi dengan judul An Accounting Concept of Revenue
di University of Chicago Amerika Serikat oleh George J. Staubus. Pada tahap awal,
teori ini dikenal dengan nama A Theory of Accounting to Investors (Staubus, 2000).
Teori ini didasarkan pada permasalahan yang timbul berkenaan dengan konsep
akuntansi yang berdasarkan biaya historis, bahwa konsep biaya historis tidak
relevan dengan penilaian akuntansi dengan harga pasar atau pendekatan nilai
sekarang terhadap harga wajar.

Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) yang berlaku di Amerika


Serikat (Staubus, 2000). Kegunaan keputusan informasi akuntansi mengandung
komponen-komponen yang perlu dipertimbangkan oleh para penyaji informasi
akuntansi agar cakupan yang ada dapat memenuhi kebutuhan para pengambil
keputusan yang akan menggunakannya. Tingkat kebutuhan para pengguna laporan
keuangan perlu dipertimbangkan dalam penyajian informasi akuntansi.

Pihak yang pertama kali menerima tujuan dari kegunaan keputusan tersebut
dalam rangka pengembangan standar akuntansi adalah ASOBAT (American
Accounting Association’s A Statement of Basic Accounting Theory) pada tahun 1966.
Teori kegunaan-keputusan selanjutnya menjadi dasar penyusunan APB Statement 4
tentang Basic Concept and Accounting Principles Underlying Financial Statement of
Business Enterprises yang dikeluarkan pada tahun 1970 dan kerangka konseptual
Financial Accounting Standard Boards (FASB), yaitu Statement of Financial
Accounting Concepts (SFAC) yang berlaku di Amerika Serikat sejak tahun 1980
(Staubus, 2000).

APB Statement 4 tentang Basic Concept and Accounting Principles Underlying


Financial Statement of Business Enterprises (1970) memperkenalkan gagasan
tentang kandungan dari kualitas yang membuat informasi finansial berguna, yaitu
relevan, dapat dipahami, dapat diperiksa, netral, tepat waktu, dapat
diperbandingkan dan lengkap. Hal tersebut sesuai dengan fitur teori kegunaan-
keputusan yang dikemukakan oleh Staubus tahun 1954 dan tidak bertentangan
dengan kerangka dasar FASB yang disusun kemudian pada tahun 1980.

Pendekatan kriteria-kriteria yang digunakan dalam rangka pengambilan


keputusan akuntansi tidak tersusun secara lengkap hingga tahun 1970, sampai
dengan APB mengeluarkan pernyataan tentang basis kerangka konseptual untuk
pertama kalinya. Manfaat dari kerangka dasar adalah membuat standar akuntansi
menjadi lebih konsisten dan logis, dan meningkatkan kompatibilitas internasional
dari standar akuntansi. Dengan adanya kerangka dasar pengakuan dan penyajian
pelaporan keuangan, penyusun kebijakan seharusnya menjadi lebih bertanggung-
jawab terhadap keputusannya.tercermin dalam bentuk kaidah-kaidah yang harus
dipenuhi oleh komponen-komponen pelaporan keuangan agar dapat bermanfaat
dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi.

SFAC No. 2 tentang Qualitative Characteristics of Accounting Information


menggambarkan hirarki dari kualitas informasi akuntansi dalam bentuk kualitas
primer, kandungannya dan kualitas sekunder. Kualitas primer dari informasi yang
berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi adalah nilai relevan (relevance)
dan reliabilitas (reliability).

FASB menyatakan bahwa nilai relevan dan reliabilitas adalah dua kualitas
utama yang membuat informasi akuntansi berguna dalam pengambilan keputusan.
Nilai relevan diklasifikasikan sebagai kapasitas informasi untuk membuat suatu
perbedaan dalam pengambilan keputusan oleh pemakai. Reliabilitas didefinisikan
sebagai kualitas pemberian jaminan bahwa informasi itu secara rasional bebas dari
kesalahan dan bias, dan mewakili apa yang akan digambarkan.

Agar relevan, informasi harus bersifat logis jika dihubungkan dengan suatu
keputusan. FASB menyatakan bahwa agar menjadi relevan bagi investor, kreditur,
dan yang lain dalam rangka investasi, kredit dan keputusan sejenis maka informasi
akuntansi harus memiliki kapabilitas untuk membuat suatu perbedaan pada suatu
keputusan. Hal tersebut ditempuh dengan cara membantu pemakai dalam
membentuk prediksi tentang hasil dari kejadian masa lalu, sekarang dan yang akan
datang atau untuk mengkonfirmasi atau membenarkan harapannya.

Studi mengenai kandungan informasi akuntansi menyimpulkan bahwa


pendekatan kegunaan keputusan dipakai untuk menguji apakah pengumuman atas
beberapa kejadian dalam pasar modal itu menghasilkan suatu perubahan sifat
distribusi dari kembalian saham (Belkaoui, 1992). Temuan tersebut diperoleh
untuk pertama kalinya berdasarkan hasil studi Ball dan Brown (1968) yang
menyatakan bahwa perubahan laba yang tidak diharapkan berkorelasi dengan
kembalian.

Menurut SFAC No. 1 tentang Objectives of Financial Statements, sasaran


utama pelaporan keuangan adalah informasi tentang kinerja perusahaan yang
disajikan melalui pengukuran laba dan komponennya. Tujuan lebih khusus
pelaporan keuangan adalah pengukur efisiensi manajemen, meramalkan keadaan
usaha dan distribusi modal dari periode ke periode dan pengukur keberhasilan.
Secara konvensional, kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dari rasio
keuangan, seperti rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan aktivitas. Dalam
publikasi resmi pasar modal, rasio-rasio keuangan utama disertakan sebagai
bagian dari pelaporan keuangan perusahaan go-publi.

Simpulan dari diskusi Reserve Recognition Accounting (RRA) menyatakan


bahwa tidak mungkin menyiapkan laporan keuangan dengan tingkat reliabilitas dan
relevansi secara penuh karena konsekuensinya akan terjadi trade-offs antara
reliabilitas dengan revelansi (Scott, 2003:35; FASB, 1980b). Selama ini penyajian
laporan keuangan dengan menggunakan biaya historis (historical cost) masih
relatif reliabel karena biaya (cost) pada aktiva atau kewajiban perusahaan masih
objektif untuk estimasi. Akan tetapi, kelemahan penyajian laporan keuangan
dengan biaya historis (historical cost) adalah tidak mampu melakukan prediksi
terhadap kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan peluang dan bereaksi
dalam situasi yang merugikan.

Dengan adanya permasalahan bahwa laporan keuangan memiliki fungsi


pertanggung jawaban kepada pemilik dan memberikan informasi yang berguna
bagi investor, maka laporan keuangan harus memperhatikan tingkat reliabilitas
dan relevansi. Kedua kriteria tersebut akan mengalami trade-off jika digunakan
secara bersamaan. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut
digunakanlah pendekatan kegunaan keputusan (decision usefulness) untuk membuat
laporan keuangan yang berdasarkan biaya historis (historical cost) lebih berguna.
Salah satu diantaranya adalah dengan adanya pengungkapan penuh (full
disclosure)

Anda mungkin juga menyukai