Anda di halaman 1dari 28

AKUNTANSI PAJAK

INVESTASI JANGKA PANJANG DAN AKTIVA


LAIN – LAIN
HUTANG DAN KEWAJIBAN YANG LAIN
 
A. Investasi Jangka Panjang
Dalam Saham
 PSAK No. 13 investasi dalam bentuk surat
berharga (termasuk saham) harus dinyatakan
sebesar harga beli + biaya yang lain (termasuk
pajak, misal : PPN yang dibayarkan atas jasa
yang tidak dapat dikreditkan).

 Jika tidak dapat dikreditkan namun PPN itu oleh


pengusaha dianggap sebagai Revenue
expenditure (sesuai dengan PP No. 47 tahun
1994). PPN dimaksud tidak dikapitalisasi tetapi
langsung dibebankan ke L / R tahun yang
bersangkutan.
 Investasi saham pada perusahaan dapat
dibukukan dengan menganut metode harga
perolehan (cost) dan ekuitas (equity).
Perbedaan ke 2 metode itu terletak pada saat
pengakuan penghasilan investasi.

 Perbedaan dengan ekuitas yang mengakui


penghasilan secara proposional dengan
keuntungan yang diperoleh, metode harga
perolehan mengakui penghasilan apabila
telah secara resmi ada deklarasi
(pembayaran) deviden.
 Karena salah satu penghasilan investasi saham
adalah deviden dan pajak terhutang (pada
umumnya) pada saat pembagian, dapat
disimpulkan penilaian investasi saham untuk
perpajakan berlaku metode harga perolehan.
Keuntungan secara umum sebagai kelebihan
harga jual diatas harga perolehan (Penjelasan
Pasal 4 ayat (1) huruf (d) UU PPh.

 Apabila terjadi pembelian kembali investasi saham


(stock repurchase / buy back) menurut UU PPh
(angka 7) penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf (f)
jumlah pembayaran tersebut dapat dianggap
sebagai deviden bila :
o Dalam tahun – tahun lampau diperoleh keuntungan.
o Pembayaran tersebut bukan dalam rangka
pengecilan modal dasar.
B. Investasi Jangka Panjang
Dalam Obligasi
 Obligasi merupakan surat peminjaman uang
yang akan dilunasi setelah jangka waktu
tertentu. Umumnya obligasi memberikan
penghasilan bunga dengan jumlah tetap kepada
investor. Adakalanya obligasi juga mempunyai
hak atas pembagian keuntungan.

 Pada saat jatuh temponya obligasi akan dibayar


(kembali) sejumlah nominalnya agio obligasi
merupakan kerugian bagi investor dan
sebaliknya disagio merupakan penghasilan.
Berlaku juga untuk perusahaan penerbit obligasi.
 Akuntansi komersial dengan adanya agio dan
disagio (diskonto) obligasi itu, investor
mendapatkan penghasilan bunga efektif yang
berbeda dengan tingkat bunga nominal
penghasilan. Berlaku juga untuk perusahaan
penerbit obligasi.

 Akuntansi komersial dengan adanya agio dan


disagio (diskonto) obligasi itu, investor
mendapatkan penghasilan bunga efektif yang
berbeda dengan tingkat bunga nominal (yang
tersurat diatas warkat obligasi).

 Penghitungan bunga efektif itu menghendaki


adanya amortisasi agio dan disagio sebagai
koreksi terhadap nilai buku obligasi.
C. Investasi Pada Surat
Berharga Yang Lain
 Selain saham dan obligasi perusahaan dapat
melakukan investasi pada surat berharga yang
lain. Misalnya : warkat komersial (seperti :
promissory notes) pencatatan pada investasi
dalam warkat komersial itu hampir sama
dengan obligasi.

 Perbedaan kecil kemungkinan terjadi dengan


adanya diskonto pada jenis surat berharga itu.
Diskonto dimaksud merupakan penghasilan dari
pemegang warkat komersial yang akan
direalisasi pada saat pelunasan warkat itu.
 
D. Investasi Dalam Dana
 Kelebihan dana perusahaan dapat juga
ditanam melalui perusahaan reksadana yang
umumnya menghimpun dana dari para
pemodal kecil. Bagian laba dari penanaman
modal pada perusahaan reksadana
merupakan penghasilan kena pajak pemodal.
 Apabila investasi tersebut berbentuk unit
penyertaan investasi kolektif bagian laba yang
diterima pemodal dari unit tersebut bukan
merupakan objek pajak (Pasal 4 ayat (3) huruf (i)
UU PPh). Namun keuntungan yang diterima
“kontrak investasi kolektif, sebagai wajib pajak
(seperti : persekutuan) merupakan objek pajak.

 Apabila unit pernyataan tersebut dijual,


keuntungannya merupakan objek pajak. Hal
demikian berlaku juga atas investasi pada
kelompok sekuritas beragun asset (Asset
backed securities) lainnya.
E.  Investasi Dalam Aktiva
Lain – Lain
 Perusahaan dapat melakukan investasi pada
aktiva lain – lain, misalnya tanah dan bangunan
atau properti. Selain karena ada kelebihan dana,
investasi itu dapat dimaksudkan untuk
keperluan ekspansi masa yang akan datang.
 
 Penghasilan dari investasi itu pada umumnya
merupakan penghasilan kena pajak. Begitu juga
dengan keuntungannya apabila investasi itu
dijual.
 
HUTANG DAN
KEWAJIBAN
YANG LAIN
A. Kewajiban Jangka Pendek
 Kewajiban jangka pendek (lancar) merupakan
kewajiban yag diharapkan akan dilunasi dalam
waktu 1 tahun atau 1 siklus operasi normal
perusahaan (PSAK 9).

 Hutang dicatat sebesar nilai nominal yang akan


dibayar pada saat jatuh temponya (secara
teoritis dicatat sejumlah nilai tunainya). Untuk
tujuan perpajakan tidak ada ketentuan khusus
tentang penilaian hutang. Dengan demikian
dapat disimpulkan praktik akuntansi komersial
diikuti oleh ketentuan pajak.
 Berdasarkan derajat kepastian jumlahnya,
hutang (lancar) meliputi :
o Hutang yang jumlahnya dapat ditentukan
secara pasti
o Hutang yang jumlahnya ditaksir
o Hutang yang bersyarat
1. Hutang Dagang
 Hutang berasal dari transaksi pembelian barang
dan jasa yang diperlukan dalam kegiatan usaha
normal perusahaan. Hutang itu akan terjadi
berulang tiap waktu secara berkelanjutan.
Dalam praktik perdagangan terdapat
persyaratan potongan tunai, misal : 2/10, n/30 .

 Hutang dapat dicatat berdasarkan metode


bruto atau netto (setelah potongan tunai).
Metode bruto, hutang (karena pembelian
barang atau jasa) dicatat sejumlah nilai yang
harus dibayar tanpa adanya potongan tunai.
Potongan tunai ini dapat dikurangkan dari harga
pokok penjualan atau harga pokok barang.
 Metode netto, hutang dicatat sejumlah yang
harus dibayar bila terdapat potongan tunai.
Potongan tunai yang tidak diperoleh merupakan
kerugian perusahaan.

 Kelambatan pembayaran hutang dagang pada


umumnya tidak menimbulkan pembayaran
bunga atau denda (penalti).
2. Hutang Wesel

 Hutang wesel (wesel bayar) dapat terjadi


sebagai transformasi hutang dagang atau
yang dikeluarkan untuk mendapatkan
pinjaman (commercial paper). Apabila atas
wesel itu harus dibayar bunga atau dipotong
bunga (diskonto). Bunga (diskonto yang
harus dibayar atas wesel harus dicatat
terpisah).
3. Hutang Deviden
 Pembagian deviden akan didahului dengan
pengumuman deviden. Pengumuman deviden
(tunai) oleh perusahaan menyebabkan
terhutangnya deviden.

 Pasal 23 ayat (1) UU PPh, terhutang deviden itu


menimbulkan kewajiban pemotongan PPh (pasal
23) sebesar 15% apabila deviden itu dibagikan
kepada pesero wajib pajak orang pribadi.
Sebaliknya apabila dibagikan kepada badan
WPDN, tidak terhutang pemotongan PPh,
sedangkan bila dibagikan kepada WPLN akan
terhutang potongan pajak sebesar 20% atau
sesuai dengan ketentuan pada tax treaty yang
berlaku.
4. Deposito Pihak Lain

 Dalam bisnis persewaan barang atau


minuman (botol) maupun kontainer (peti emas)
sering kali pelanggan diminta untuk
menyetorkan uang jaminan yang dapat
dikembalikan (refundable deposito). Deposito
merupakan kewajiban yang harus
dikembalikan bagi perusahaan dan bukan
merupakan suatu penghasilan atau objek
pajak.
5. Biaya Yang Masih Harus
Dibayar
 Basis acrual dalam penyelenggaraan
pembukuan sehubungan dengan pengakuan
biaya menimbulkan adanya hutang biaya.
Walaupun belum dibayar karena masa manfaat
biaya sudah lewat maka harus ada pengakuan
biaya.
6. Pendapatan Diterima
Dimuka
 Penghasilan dari penjualan barang atau
penyerahan jasa yang diterima sebelum terjadi
transaksi penyerahan barang atau jasa
dilaporkan dalam kelompok kewajiban. Hal itu
disebabkan oleh adanya kewajiban penerima
pembayaran untuk menyerahkan barang atau
jasa kepada pihak yang bersangkutan
dikemudian hari sesuai dengan ketentuan Pasal
11 ayat (2) UU PPh maka penerimaan itu
terhutang PPN. Dengan demikian suda diakui
sebagai penyerahan (penjualan) untuk PPN.
7. Hutang Garansi

 Untuk meningkatkan promosi penjualan


sering kali penjual memberikan garansi
dalam bentuk :

a. Perawatan atau reparasi gratis


b. Penggantian komponen
c. Pengembalian uang

 Sesuai dengan konsep penetapan beban dan


pendapatan, biaya garansi yang timbul
dikemudian hari sebagai akibat penjualan
sekarang maka biaya itu harus ditetapkan
sekarang yang tentunya melalui penaksiran
jumlah.
8. Hutang Hadiah
(Kupon atau Undian)

 Pengusaha sering menawarkan hadiah baik


langsung maupun lewat undian untuk
meningkatkan omzet penjualannya. Kupon
berhadiah yang masih beredar harus
dipertemukan dengan penjualan penyebab
pemberian hadiah itu. Harga pokok barang
hadiah itu merupakan biaya pengurangan
penghasilan.
9. Hutang Pajak

 Selain harus menyetor pajak untuk diri sendiri


kebanyakan pengusaha mempunyai kewajiban
untuk memotong pajak penghasilan Pasal 21
(penghasilan gaji upah dan honorarium), pasal
23 (deviden, bunga, sewa dan imbalan atas jasa)
dan Pasal 26 (pembayaran penghasilan kepada
wajib pajak luar negeri).
10. Hutang Bank dan Hutang
Yang Lain

 Hutang kepada bank dapat berupa kredit


investasi. Modal kerja atau pinjaman yang lain.
Hutang yang lain, hutang bank dicantumkan
sebesar nilai nominal sisa hutang yang masih
harus dibayar. Bunga atas hutang yang
belumdibayar dibukukan terpisah pada
perkiraan bunga. Demikian juga dengan bunga
kewajiban memotong pajaknya.
B. Kewajiban Jangka Panjang
 Pada umumnya kewajiban jangka panjang
merupakan hutang yang tidak akan jatuh tempo
dalam waktu lebih dari satu tahun atau yang
pengeluarannya tidak menggunakan sumber aktiva
lancar. Kewajiban itu termasuk : Hutang obligasi,
hutang hipotik, pinjaman gadai, pinjaman jangka
panjang yang lain.

1. Hutang Obigasi
Obligasi merupakan surat pengakuan hutang (dengan
bunga) jangka panjang yang akan dibayar pada
tanggal tertentu.
 
2. Hutang Hipotik
Pinjaman hipotik terutama untuk pembelian tanah dan
bangunan umumnya merupakan pinjaman dengan
beban bunga tetap dan ditutup untuk waktu yang
C. Restrukturisasi Hutang
 Karena adanya kesulitan ekonomi dan bisnis
serta fiannsial, kreditor dapat memberikan
kelonggaran kepada debitor untuk merevisi
persyaratan pinjaman atau restrukturisasi
pinjaman. Restrukturisasi itu dapat mencegah
penyitaan. Restrukturisasi dapat bervariasi
seperti : pertukaran aktiva (asset swap),
pertukaran ekuitas (equity swap) dan
modifikasi persyaratan (total pembayaran pada
struktur baru melebihi atau kurang dari nilai
hutang terbaru. Restrukturisasi persyaratan
pinjaman dapat menyebabkan total
pembayaran melebihi nilai hutang tebaru.
D. Kewajiban Yang Lain
  Jumlah hutang baru diketahui dikemudian hari
setelah terealisasinya suatu transaksi atau
peristiwa (syarat) tertentu. Hutang bersyarat
dapat berupa :

a. Hutang yang besarnya bergantung pada hasil


usaha (misalnya bonus karyawan).
b. Piutang dagang yang digadaikan (misalnya
dalam transaksi piutang)
c. Penjualan piutang wesel
d. Sengketa hukum (perusahaan sebagai tergugat)
e. Kewajiban sesuai dengan kontrak (penyerahan
barang atau jasa)
f. Pembelian aktiva tetap atau pembangunan
aktiva pendekatan estimasi yang diakui dengan
pembebanan sejumlah tertentu sebagai biaya,
kewajiban itu tidak diperkenankan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai