Anda di halaman 1dari 16

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil Asetat ....

(Nanik Sulistyani, dkk) 1

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETIL


ASETAT DAUN BINAHONG (Anredera scandens (L.)
Moq.) TERHADAP Shigella flexneri BESERTA PROFIL
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

ANTIBACTERIAL ACTIVITY TEST OF ETHYL


ACETATE EXTRACT OF BINAHONG LEAF (Anredera
scandens (L.) Moq.) AGAINST Shigella flexneri WITH
THE PROFILE OF THIN LAYER
CHROMATOGRAPHY

Lilies Kusuma Wardhani, Nanik Sulistyani


Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Abstrak

Antibakteri adalah senyawa yang dapat digunakan untuk pengobatan infeksi


yang disebabkan oleh bakteri. Secara tradisional tanaman Binahong (Anredera
scandens (L.) Moq.) dikenal oleh masyarakat untuk mengobati berbagai macam
penyakit, di antaranya adalah penyakit infeksi. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat daun Binahong dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) terhadap Shigella flexneri, serta untuk mengetahui kandungan kimia
yang terdapat dalam ekstrak etil asetat daun Binahong (Anredera scandens(L.) Moq.).
Serbuk daun Binahong diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etil
asetat. Uji antibakteri dilakukan dengan metode dilusi cair dengan berbagai
konsentrasi ekstrak (8,5%, 8%, 7,5%, 7%, 6,5%, 6%, 5,5%, dan 5% b/v) untuk
menentukan KBM. Uji kromatografi lapis tipis dilakukan untuk mengetahui golongan
senyawa yang terdapat dalam ekstrak etil asetat daun Binahong. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa KBM ekstrak etil asetat daun Binahong terhadap Shigella flexneri
adalah 8 % b/v. Hasil uji skrining fitokimia dengan uji tabung dan kromatografi lapis
tipis menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat daun Binahong mengandung polifenol,
dan saponin.

Kunci : Ekstrak etil asetat daun Binahong (Anredera scandens(L.) Moq.).


2 Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 2, No. 1, 2012 : 1-16

Abstract

Antibacterial compounds that can be used for the treatment of infections caused
by bacteria. Traditionally, Anredera scandens is one of plant used as traditional
medicine. The aims of this research are to find out the antibacterial activity of ethyl
acetate extract of Anredera scandens leaf and Minimum Bactericidal Concentration
(MBC) against Shigella flexneri and to identify the chemical subtances of the ethyl
acetate extract found in Anredera scandens. The Anredera scandens leaf was extracted
by use of maseration method using ethyl acetate as solvent. The antibacterial assay was
done using liquid dilution method with varied concentration of Anredera scandens
(8,5%, 8%, 7,5%, 7%, 6,5%, 6%, 5,5%, dan 5%w/v) to determine MBC.
Chromatography test was done to identify the chemical substances of Anredera
scandens extract. The result of this research showed that the MBC of Anredera
scandens leaf extract was 8% w/v. The result of the phytochemical screening with tube
test and thin layer chromatogram showed that the extract of Anredera scandens leaf
contained, polyphenols, and saponin.

Key Word : Anredera scandens (L.) Moq. leaf extract, Antibacterial, Shigella
flexneri, Thin Layer Chromatography.

PENDAHULUAN murah. Indonesia merupakan sebuah


negara dengan sumber daya alam yang
Shigellosis adalah penyakit
melimpah. Indonesia memiliki keaneka-
infeksi yang disebabkan oleh berbagai
ragaman tanaman yang berkhasiat
spesies Shigella. Orang yang terinfeksi
sebagai obat, salah satunya adalah
Shigella akan mengalami peradangan
binahong (Anredera scandens (L.)
usus, diare, demam dan bahkan kram
Moq.). Seluruh bagian tanaman menjalar
perut. Diare yang muncul sering ber-
ini berkhasiat mulai dari akar, batang dan
campur darah. Banyak Shigella meng-
daunnya. Secara empiris, tanaman
alami resisten terhadap antibiotik antara
binahong memiliki beberapa khasiat di
lain disebabkan oleh penggunaan
antaranya, mempercepat pemulihan ke-
antibiotik yang tidak tepat (Todarr,
sehatan setelah operasi, melahirkan,
2009). Oleh karena itu perlu di-
khitan, segala luka-luka dalam, dan
kembangkan senyawa anti bakteri yang
radang usus (Jaerony, 2008).
poten terhadap Shigella.
Tanaman Binahong diketahui me-
Salah satu alternatif sumber
ngandung saponin triterpenoid,
pengembangan obat adalah tanaman
flavonoid dan minyak atsiri
obat. Penggunaan tanaman obat sebagai
(Rachmawati, 2008). Ekstrak etil asetat
obat tradisional dipercaya cukup efektif
dari batang binahong mengandung
dan aman karena jarang menimbulkan
polifenol, flavonoid, dan saponin
efek samping dan harganya relatif lebih
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil Asetat .... (Nanik Sulistyani, dkk) 3

(Yuliastuti, 2011). Adapun ekstrak oven, cawan porselen. Alat uji daya
etanol 70% daun binahong diketahui antibakteri meliputi ose steril,
mengandung polifenol, flavonoid, tanin, mikroppipet, propipet, tabung reaksi,
saponin, dan alkaloid (Andreani, 2011), rak, pipet ukur, cawan petri, yellow tip,
sedangkan ekstrak etanol 70% batang blue tip, inkubator, autoclave, lampu
binahong mengandung polifenol, spiritus. Alat kromatografi meliputi
flavonoid, dan saponin (Kumalasari, lempeng Silika Gel 60 F254, seperangkat
2011). Golongan senyawa-senyawa alat gelas, bejana pengembang, pipa
tersebut merupakan senyawa bioaktif kapiler, lampu UV, seperangkat alat
dalam tanaman, sehingga diduga juga penyemprot dan timbangan analitik.
berpotensi sebagai antibakteri. Oleh
karena itu penelitian ini dilakukan untuk Jalannya Penelitian
mengetahui aktivitas ekstrak etil asetat
daun Binahong terhadap Shigella Pembuatan Ekstrak Etil Asetat Daun
flexneri sebagai upaya pencarian Binahong
alternatif baru anti Shigellosis. Herba kering daun Binahong
diblender sehingga menjadi serbuk
METODE PENELITIAN kemudian dilakukan pengujian kadar air
serbuk daun binahong hingga diperoleh
Bahan kadar air di bawah 5%. Serbuk yang
Bahan utama yang digunakan didapat ditimbang sebanyak 500 gram,
adalah daun Binahong (Anredera lalu ditambah 2,5 L etil asetat dimixer
scandens (L.)Moq.) yang diperoleh dari selama 3 jam dengan kecepatan 400 rpm
Merapi Farma, Jalan Kaliurang Km 21,5 kemudian dimaserasi (direndam) selama
Hargobinangun, Pakem, Sleman. Serbuk 24 jam pada suhu kamar. Penyarian
kering daun binahong dimaserasi dengan dilakukan sampai zat aktif yang ter-
penyari etil asetat. Bahan uji aktivitas kandung dalam daun binahong tersari,
antibakteri adalah Shigella flexneri, penyarian dilakukan lagi sebanyak 1x
media BHI (Brain Heart Infusion), media dengan pelarut 1,5 L. Maserat yang
BHI DS (Brain Heart Infusion Double didapat disaring dengan menggunakan
Strength), media Mc Conkey, Standard corong Buchner hingga diperoleh
Mc Farland 108 CFU/ml. Bahan uji maserat I-II, kemudian filtrat digabung
kromatografi adalah Silika Gel 60F254, menjadi satu lalu diuapkan di udara
kloroform : metanol (9 : 1), Sinar UV 254 terbuka sehingga diperoleh ekstrak
kental.
nm, UV 366 nm, dan visibel, Pereaksi
semprot uap amonia, Pereaksi semprot
Skrining Fitokimia Dengan Uji Tabung
FeCl3.
Skrining fitokimia dilakukan
Alat untuk mengetahui senyawa-senyawa
yang terdapat dalam ekstrak etil asetat
Alat ekstraksi meliputi alat-alat daun binahong. Uji ini dilakukan dengan
gelas, timbangan analitik, corong metode tabung yang meliputi :
Buchner dan labu hisap, kertas saring,
4 Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 2, No. 1, 2012 : 1-16

a. Uji Pendahuluan d. Uji Tanin


Uji ini dilakukan untuk me- Uji keberadaan tanin dilakukan
ngetahui gambaran umum tentang dengan cara larutan uji dipanaskan
kandungan kimia yang terdapat dalam selama 30 menit lalu disaring, 5 ml filtrat
daun binahong, yaitu untuk mengetahui ditambah 1 ml larutan NaCl 2%, bila
ada tidaknya gugus kromofor pada terjadi endapan disaring dengan kertas
senyawa yang terdapat dalam ekstrak. saring, kemudian ditambah 5 ml larutan
Ekstrak etil asetat daun binahong gelatin 1%, timbulnya endapan me-
dilarutkan dalam tween 2,5% selama 30 nunjukkan adanya tanin atau zat samak.
menit di atas penangas air mendidih,
larutan yang terjadi disaring dengan e. Uji Saponin
kapas. Apabila larutan yang dihasilkan Ekstrak etil asetat daun binahong
berwarna kuning sampai merah me- dalam tabung reaksi ditambahkan
nunjukkan adanya senyawa yang aquadest, dikocok kuat selama 30 detik,
mengandung kromofor (flavonoid, kemudian dibiarkan dalam posisi tegak
antrakinon dan sebagainya) dengan selama 30 menit. Apabila timbul buih
gugus hidrofilik (gula, asam fenolat dan yang konstan di permukaan yang tidak
sebagainya). Bila larutan ditambah hilang setelah ditetesi HCl encer,
larutan KOH 1 N (3 tetes), warna larutan menunjukkan adanya saponin.
akan menjadi intensif.
f. Uji Alkaloid
b. Uji Polifenol
Ekstrak etil asetat daun binahong
Ekstrak etil asetat daun binahong dipanaskan dalam tabung reaksi dengan
dipanaskan dengan tween 2,5% selama 1 HCl 1% (10 ml) selama 10 menit di atas
menit dalam penangas air mendidih, penangas air mendidih. Kemudian
kemudian saring panas-panas setelah suspensi disaring dengan kapas dan
dingin ditambah FeCl3 sebanyak 3 tetes, dimasukkan dalam tabung reaksi I dan
jika timbul warna hijau, merah ungu, tabung reaksi II sama banyak. Larutan
biru, atau hitam yang kuat menunjukkan dibagi dua sama banyak, lalu ke dalam
adanya polifenolat (Harborne, 1987). larutan I ditambah 3 tetes pereaksi
Dragendorf dan larutan II ditambah 3
c. Uji Flavonoid tetes pereaksi Mayer. Bila kedua
Ekstrak etil asetat daun binahong pereaksi tersebut terbentuk endapan,
dilarutkan dalam tween 2,5%. Kemudian menunjukkan adanya alkaloid.
larutan diteteskan di atas kertas saring.
Selanjutnya kertas diuapi dengan g. Uji Antrakinon
ammonia (Harborne, 1987). Apabila Uji keberadaan antrakinon dilaku-
timbul warna kuning intensif menunjuk- kan dengan cara 1 gram ekstrak
kan positif flavonoid. dididihkan selama 2 menit dengan 10 ml
KOH 0,5 N dan 1ml larutan hidrogen
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil Asetat .... (Nanik Sulistyani, dkk) 5

peroksida. Setelah dingin, suspensi sulfat atau anisaldehid-asam sulfat akan


disaring dengan kapas, kemudian memberikan warna biru sampai biru
diambil 5 ml filtrat ditambah dengan 10 violet terkadang berupa bercak warna
tetes asam asetat glacial sampai pH 5, merah, kuning, biru tua, ungu, hijau, atau
lalu ditambahkan 10 ml toluene, dan berupa kuning coklat pada sinar tampak.
akan terbentuk 2 lapisan, lapisan atas Glikosida saponin tanpa perlakuan kimia
sebanyak 5 ml dipisahkan dengan dipipet (pereaksi semprot) di bawah sinar UV254
dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, nm tidak terjadi pemadaman bercak dan di
kemudian ditambah KOH 0,5 N. Warna bawah sinar UV365nm bercak tidak
merah yang terjadi pada lapisan air berfluorosensi (Wagner dkk, 1984).
(basa) menunjukkan adanya senyawa
antrakinon. Uji Aktivitas Antibakteri dengan Metode
Dilusi Cair
Skrining Fitokimia dengan Metode
Kromatografi Lapis Tipis a. Kelarutan Ekstrak Etil Asetat Daun
Binahong (Anredera scandens (L.)
Kromatografi Lapis Tipis dilaku-
Moq.)
kan dengan fase gerak adalah kloroform :
metanol (9:1) v/v, sedangkan fase diam Uji dilakukan dengan melarutkan
yang digunakan adalah Silica Gel 60 F254 ekstrak yang akan diuji dengan meng-
dengan jarak elusi 8 cm. Cuplikan dibuat gunakan pelarut yang sesuai. Hal ini
dengan konsentrasi 1% b/v dan ditotolkan penting untuk mengetahui pelarut yang
sebanyak 5 totolan dengan mengguna- dapat mengencerkan ekstrak etil asetat
kan pipa kapiler. Setiap penotolan daun binahong, namun tidak memiliki
dilakukan setelah totolan sebelumnya kemampuan untuk membunuh bakteri.
kering (Gritter dkk, 1991).
b. Pembuatan Suspensi Bakteri
a. Pemeriksaan Polifenol Satu ose bakteri dari stok bakteri
Pada pemeriksaan polifenol disuspensikan ke dalam 1 ml media cair
deteksi dilakukan dengan menggunakan BHI, diinkubasi selama 18-24 jam pada
pereaksi semprot FeCl3. Pereaksi suhu 37°C. Setelah itu diambil 100 ml,
semprot FeCl3 digunakan secara luas dimasukkan dalam 1 ml BHIdan di-
untuk mengidentifikasi senyawa fenol, inkubasi salama 4-8 jam pada suhu 37°C.
tetapi tidak dapat digunakan untuk Selanjutnya diencerkan dengan NaCl
membedakan macam-macam golongan- 0,9% sampai kekeruhannya sama
nya (Robinson, 1995). Adanya senyawa dengan standar Mc Farland (108
fenol dapat ditunjukkan dengan pereaksi CFU/ml). Hasil pengenceran tersebut
FeCl3 yang memberikan bercak warna diencerkan lagi hingga konsentrasi 106
biru kehitaman, hijau atau biru ke- CFU/ml dengan media BHI DS.
hijauan. Suspensi yang terbentuk disebut
suspensi bakteri.
b. Pemeriksaan Saponin
Glikosida saponin jika dideteksi
dengan pereaksi semprot vanillin-asam
6 Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 2, No. 1, 2012 : 1-16

c. Pembuatan Larutan Uji nunjukkan bahwa tanaman yang di-


Uji pendahuluan aktivitas anti- identifikasi adalah daun Binahong
bakteri menghasilkan konsentrasi (Anredera scandens (L.)Moq. )dari
ekstrak etil asetat daun binahong familia Basellaceae.
terhadap Shigella flexneri yaitu 8,5%, Hasil Uji Kadar Air Simplisia Daun
8%, 7,5%, 7%, 6,5%, 6%, 5,5%, dan 5% Binahong (Anredera scandens (L.)
b
/v Moq.)
d. Penentuan Kadar Bunuh Minimum Sebelum simplisia dimaserasi,
(KBM) terlebih dahulu dilakukan pengujian
KBM (Konsentrasi Bunuh kadar air. Tujuan dari pengujian ini
Minimum) ditentukan dengan peng- adalah untuk mengetahui kadar air dalam
amatan ada tidaknya bakteri yang simplisia apakah sudah sesuai dengan
tumbuh pada media Mc Conkey. Larutan persyaratan yang berlaku, sehingga tidak
hasil uji dilusi cair digoreskan pada mempengaruhi proses selanjutnya. Hasil
media agar darah. Amati ada tidaknya pengujian kadar air yaitu sebesar 3,89%
pertumbuhan bakteri dalam goresan pada dengan alat pengukur Halogen
media yang dibandingkan dengan Mouisture Analyzer. Hasil ini sesuai
kontrol, maka dapat ditentukan berapa syarat yang baik dari suatu proses
konsentrasi terendah larutan ekstrak etil pengeringan simplisia yang mengandung
asetat daun binahong yang dapat kadar air kurang dari 10%(Anonim,
membunuh pertumbuhan bakteri (KBM) 1985). Untuk simplisia daun kadar air
konsentrasi terendah yang memper- yang dipersyaratkan adalah kurang dari
lihatkan kematian bakteri ditandai 5% (Anonim, 1985).
dengan tidak adanya bakteri yang Pembuatan Ekstrak Etil Asetat Daun
tumbuh pada media Mc Conkey tersebut Binahong (Anredera scandens (L.)
merupakan KBM. Moq.)
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada pembuatan ekstrak etil asetat
daun binahong cara penyarian yang
Hasil Identifikasi Simplisia Daun dipilih adalah metode maserasi. Metode
Binahong (Anredera scandes(L.) Moq.) ini dipilih karena memiliki beberapa
keuntungan antara lain tidak adanya
Identifikasi simplisia daun
proses pemanasan sehingga senyawa-
binahong dilakukan untuk memastikan
senyawa yang bersifat labil tidak
kebenaran simplisia daun binahong yang
menjadi rusak atau hilang oleh adanya
akan digunakan dalam penelitian ini,
panas, cara pengerjaannya mudah, per-
sehingga dapat dihindari kesalahan
alatannya sederhana dan mudah diusaha-
dalam pemilihan simplisia yang se-
kan (Anonim, 1986).
lanjutnya dapat mengganggu jalannya
penelitian. Identifikasi simplisia ini Serbuk daun binahong seberat 500
dilakukan di Laboratorium Biologi gram, direndam dengan cairan penyari
Farmasi Fakultas Farmasi Universitas yaitu etil asetat. Dipilih pelarut etil asetat
Gadjah Mada Yogyakarta. Hasil me- karena sifatnya semipolar yang volatil
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil Asetat .... (Nanik Sulistyani, dkk) 7

dan dapat melarutkan senyawa semipolar pemanasan. Ekstrak kental yang diper-
pada dinding sel seperti aglikon oleh seberat 41,3221 gram dari 500 gram
flavonoid (Harborne, 1987), tidak serbuk daun binahong dengan 4 liter
beracun dan tidak higroskopis. Di pelarut etil asetat sehingga diperoleh
samping itu, etil asetat digunakan rendemen sebesar 8,26 %.
sebagai pelarut karena etil asetat dapat
menyari senyawa-senyawa yang mem- Hasil Uji Kelarutan Ekstrak Etil Asetat
berikan aktivitas antibakteri, diantaranya Daun Binahong (Anredera scandens (L.)
flavonoid polihidroksi dan fenol lain. Moq.)
Jumlah cairan penyari yang Ekstrak etil asetat hasil penyarian
ditambah disesuaikan dengan jumlah selanjutnya diuji kelarutannya dalam
serbuk yaitu sampai seluruh serbuk aquadest. Apabila ekstrak tersebut tidak
terendam. Maserasi dilakukan dengan dapat larut secara sempurna di dalam
cara perendaman dalam etil asetat dan aquadest, maka harus ditambahkan
pengadukan dengan menggunakan suspending agent untuk membantu
elektrik stirer selama 3 jam. Kemudian kelarutan sehingga dalam pengujian
dilakukan perendaman serbuk selama 24 aktivitas antibakteri ekstrak dapat
jam yang selanjutnya disaring. Tujuan bercampur dengan media.
dilakukan pengadukan berulang adalah Observasi suspending agent di-
untuk meratakan konsentrasi larutan, lakukan dengan menggunakan beberapa
sehingga kondisi jenuh yang terlalu jenis suspending agent. Diantaranya
cepat dapat dihindari dan proses tween 80, span 80, PEG 400, dan
penyarian lebih maksimal. Tujuan propilen glikol masing-masing dibuat
perendaman selama 24 jam adalah untuk konsentrasi 5%. Cuplikan ekstrak di-
mengendapkan senyawa-senyawa yang tambahkan pelarut dan suspending agent
tidak diinginkan yang ikut tersari dalam dalam tabung reaksi kemudian dikocok
pelarut. Pada proses penyarian dilakukan sehingga ekstrak dapat tersuspensi
remaserasi sebanyak dua kali dengan dengan baik. Hasil uji kelarutan ekstrak
harapan senyawa yang tersari lebih etil asetat serbuk daun binahong dapat
banyak. dilihat pada Tabel I.
Maserat yang diperoleh diuapkan Tabel I. Hasil Uji Kelarutan Ekstrak Etil
di dalam almari asam sampai terbentuk Asetat Serbuk Daun Binahong
ekstrak kental tanpa bau etil asetat.
Apabila masih ada pelarut di dalam Suspending agent Kelarutan Ekstrak
ekstrak, maka akan dapat mengganggu (5% b/v)
penelitian karena dimungkinkan pelarut Tween 80 +
itu sendiri yang membunuh bakteri. Span 80 -
Proses penguapan tidak boleh dilakukan PEG 400 -
di atas api ataupun penangas, karena Propilen glikol -
cairan penyari etil asetat merupakan
pelarut yang mudah terbakar dan juga Keterangan:
dikhawatirkan senyawa aktif yang ada (+) : ekstrak larut
dalam ekstrak akan rusak oleh adanya (-) : ekstrak tidak larut
8 Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 2, No. 1, 2012 : 1-16

Hasil Uji Aktivitas Antibakteri pelarut, ekstrak, obat, suspending agent,


Metode yang digunakan dalam dan kontrol suspensi bakteri. Kontrol
pengujian aktivitas antibakteri pada media berisi media uji tanpa suspensi
penelitian ini adalah dilusi cair yang bakteri yaitu menggunakan BHI DS,
didasarkan pada prinsip pengenceran yang berfungsi untuk mengetahui
(Jawetz, 2005). Metode ini dipilih karena sterilitas dari media uji. Pada kontrol
prinsip dari metode ini adalah peng- media ini tidak boleh ditemukan adanya
enceran larutan uji sampai diperoleh seri pertumbuhan bakteri. Kontrol pelarut
kadar dan pada masing-masing larutan berisi cairan pelarut berupa tween 80
uji ditambah suspensi bakteri (Sylvia, ditambah media BHI DS. Fungsi dari
2008). Hal tersebut memungkinkan kontrol pelarut adalah untuk mengetahui
terjadinya interaksi yang homogen sterilitas dari cairan pelarut. Kontrol
antara larutan uji dengan suspensi ekstrak berisi ekstrak etil asetat daun
bakteri sehingga penghambatan terhadap binahong ditambah media BHI DS.
bakteri bisa lebih sensitif. Selain itu, Kontrol ekstrak ini berfungsi untuk me-
pada metode ini penggunaan media dan mastikan bahwa ekstrak yang digunakan
bahan uji lebih hemat dan tidak benar-benar steril tidak terdapat
dipengaruhi oleh tebal tipisnya media. kontaminan yang dapat mengganggu
Parameter yang digunakan adalah Kadar penelitian. Kontrol obat berisi obat
Bunuh Minimum (KBM). Untuk me- antibakteri kotrimoksazol ditambah
ngetahui Kadar Bunuh Minimum (KBM) suspensi bakteri. Kontrol obat ini ber-
dilakukan dengan penggoresan larutan fungsi untuk mengetahui kadar obat
uji di media padat sehingga dapat yang dapat membunuh bakteri sehingga
diketahui aktivitas antibakteri ekstrak dapat digunakan sebagai pembanding.
etil asetat daun binahong. Kontrol suspending agent berisi tween
80 ditambah suspensi bakteri. Kontrol
Media yang digunakan adalah suspending agent merupakan kontrol
media Mc Conkey yang merupakan yang digunakan untuk mengetahui
media yang cocok bagi pertumbuhan apakah suspending agent yang diguna-
Shigella flexneri karena merupakan kan dalam pelarut mempunyai aktivitas
media padat yang khas untuk kuman antibakteri atau tidak. Pada kontrol ini
perut (enterobactericeae). Kuman- harus menunjukkan adanya koloni
kuman perut yang dapat memfermentasi bakteri, karena kalau tidak tumbuh
laktosa akan berwarna merah sedangkan koloni maka suspending agent yang
kuman-kuman perut yang tidak dapat digunakan mampu membunuh bakteri,
memecah laktosa tidak menimbulkan sehingga akan mengganggu hasil
warna pada media. Shigella flexneri penelitian karena kemungkinan
merupakan bakteri yang tidak dapat suspending agent yang digunakan
memfermentasi laktosa sehingga dalam berkhasiat sebagai antibakteri bukan
media Mc Conkey tidak menimbulkan hasil aktivitas antibakteri yang diperoleh
warna (Suwandi, 1999). dari ekstrak. Kontrol suspensi bakteri
Pada penelitian ini digunakan berisi aquadest ditambah suspensi
larutan kontrol terdiri dari kontrol media, bakteri dalam media BHI DS. Kontrol
suspensi bakteri ini berfungsi untuk
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil Asetat .... (Nanik Sulistyani, dkk) 9

memastikan ada tidaknya pertumbuhan Tabel II. Hasil Uji Penentuan KBM Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Etil Asetat Serbuk Daun
bakteri serta untuk melihat apakah
Binahong (Anredera scandens (L.) Moq.)
bakteri yang digunakan hanya bakteri Terhadap Shigella flexneri
yang diuji saja atau ada bakteri lain yang
ikut tumbuh. Cuplikan K/J Koloni
Berdasarkan hasil uji pendahuluan 8,5 %b/v K -
diperoleh data Shigella flexneri 8 %b/v K -
menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat 7,5 %b/v K +
daun binahong dengan kadar kadar yang 7 %b/v K +
lebih kecil yaitu 8,5%, 8%, 7,5%, 7%,
6,5 %b/v K +
6,5%, 6%, 5,5% b/v, dan 5% b/v. Dari
pengujian, diperoleh harga KBM ekstrak 6 %b/v K +
etil asetat daun binahong untuk Shigella 5,5 %b/v K +
flexneri adalah 8% b/v. Hasil untuk 5 %b/v K +
kontrol, pada kontrol media, kontrol K1 J -
pelarut, dan kontrol ekstrak menunjuk- K2 J -
kan tidak adanya pertumbuhan koloni
K3 K -
bakteri, sehingga membuktikan bahwa
K4 J -
media, pelarut, dan ekstrak yang diguna-
kan sudah steril. Pada kontrol obat K5 K +
menunjukkan tidak adanya pertumbuhan K6 K +
bakteri, sehingga menunjukkan bahwa
obat dapat membunuh bakteri. Pada Keterangan :
kontrol suspending agent kontrol J : Jernih K1 : Kontrol media
suspensi bakteri menunjukkan adanya K : Keruh K2 : Kontrol pelarut
pertumbuhan bakteri yang menunjukkan
- : Tidak terdapat koloni
bahwa pelarut yang digunakan tidak
K3 : Kontrol ekstrak
mempunyai aktivitas membunuh bakteri.
Pada kontrol suspensi bakteri menunjuk- + : Terdapat koloni
kan adanya pertumbuhan bakteri dan K4 : Kontrol obat
tidak terdapat kontaminan, sehingga K5 : Kontrol suspending agent
membuktikan bahwa bakteri benar-benar K6 : Kontrol suspensi bakteri
dapat tumbuh tanpa kontaminan. Hasil
uji aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat Data tersebut menunjukkan bahwa
daun binahong terhadap Shigella flexneri ekstrak etil asetat daun binahong mem-
dapat dilihat pada Tabel II. punyai aktivitas terhadap Shigella
flexneri dengan Kadar Bunuh Minimum
8%b/v. Pada penelitian aktivitas anti-
bakteri ekstrak daun binahong dengan
penyari etanol 70% (Andreani, 2011)
terhadap bakteri yang sama diperoleh
KBM sebesar 15% b/v. Pada kedua
penelitian ini dapat dilihat bahwa Kadar
10 Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 2, No. 1, 2012 : 1-16

Bunuh Minimum (KBM) ekstrak etil dimungkinkan karena dalam ekstrak etil
asetat daun binahong terhadap Shigella asetat daun binahong terdapat senyawa
flexneri diperoleh kadar yang lebih kecil golongan polifenol lain selain flavonoid
yaitu 8%b/v dibandingkan dengan ekstrak dan tanin yang belum teridentifikasi dan
etanol 70% dengan bahan dan bakteri tidak ditemukan dalam ekstrak etil asetat
yang sama yaitu 15%b/v. Hal ini di- batang binahong, yang juga memberi
mungkinkan karena golongan senyawa kontribusi dan berpotensi sebagai anti-
yang berpotensi sebagai antibakteri pada bakteri terhadap bakteri gram negatif.
daun binahong lebih banyak tersari Pada penelitian aktivitas antifungi
dalam etil asetat dibandingkan dengan ekstrak etanol batang binahong terhadap
etanol 70%. Dilihat dari sifatnya etil Candida albicans (Kumalasari, 2011)
asetat merupakan pelarut yang volatil diperoleh Kadar Bunuh Minimum 86%.
dan mudah terbakar, sehingga dalam Kadar Bunuh Minimum yang diperoleh
penguapannya tanpa pemanasan, jauh lebih besar dibanding dengan
sedangkan etanol proses penguapannya terhadap bakteri. Perbedaan tersebut
dengan pemanasan. Proses pemanasan dikarenakan dinding sel fungi lebih tebal
inilah yang memungkinkan menjadi daripada dinding sel bakteri, sehingga
salah satu faktor perbedaan jumlah dinding sel bakteri lebih mudah
kandungan golongan senyawa yang ditembus dan Kadar Bunuh Minimum
memiliki aktivitas antibakteri dalam yang diperoleh lebih kecil.
masing-masing ekstrak tersebut, se-
hingga Kadar Bunuh Minimum yang Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etil
diperoleh juga berbeda. Pada penguapan Asetat Serbuk Daun Binahong
ekstrak etanol terdapat proses pemanas- (Anredera scandens (L.) Moq.)
an yang dimungkinkan menyebabkan
rusaknya senyawa-senyawa yang se- Skrining fitokimia dilakukan
benarnya memiliki aktivitas sebagai untuk mengetahui gambaran umum
antibakteri, sedangkan pada penguapan tentang golongan senyawa yang terdapat
ekstrak etil asetat dilakukan tanpa dalam ekstrak etil asetat daun binahong.
pemanasan dan rusaknya senyawa Uji ini dilakukan dengan metode tabung
karena pemanasan dapat dihindari, yang meliputi uji pendahuluan, uji
sehingga Kadar Bunuh Minimum yang polifenol, uji flavonoid, uji tanin, uji
diperoleh lebih kecil dari ekstrak etanol. saponin, uji alkaloid, dan uji antrakinon.

Pada penelitian aktivitas anti- Pada uji pendahuluan diperoleh


bakteri ekstrak etil asetat batang larutan uji berwarna kuning, dan setelah
binahong terhadap Salmonella thypi dilakukan penambahan basa (KOH),
(Definingsih, 2011) diperoleh Kadar warna larutan menjadi lebih intensif.
Bunuh Minimum 25% b/v, berbeda Warna kuning yang dihasilkan ini
dengan Kadar Bunuh Minimum yang dikarenakan adanya penambahan gugus
diperoleh dalam penelitian daun hidroksil pada struktur senyawa. Hal ini
binahong dengan etil asetat terhadap menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat
Shigella flexneri yaitu 8%. Perbedaan daun binahong positif mengandung
Kadar Bunuh Minimum tersebut bisa gugus kromofor. Pada uji keberadaan
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil Asetat .... (Nanik Sulistyani, dkk) 11

polifenol, setelah larutan ekstrak daun menunjukkan adanya saponin. Hasil uji
binahong ditambahakan dengan FeCl3, yang diperoleh terbentuk buih yang
larutan menunjukkan warna yang lebih konstan setelah ditetesi HCl encer, ini
tua yaitu hijau kebiruan. Perubahan menunjukkan bahwa larutan ekstrak etil
warna menjadi lebih tua ini menunju- asetat daun binahong positif me-
kkan bahwa ekstrak etil asetat daun ngandung saponin.
binahong positif mengandung polifenol. Pada uji keberadaan alkaloid,
Pada uji keberadaan flavonoid, terlebih dahulu ekstrak dilarutkan dalam
setelah larutan ekstrak daun binahong HCl. Penambahan HCl ini bertujuan agar
diteteskan di atas kertas saring kemudian terbentuk garam yang mudah larut dari
dilewatkan pada uap amoniak tidak HCl dan alkaloid yang merupakan suatu
menunjukkan perubahan warna menjadi basa, sehingga bisa bereaksi dengan
lebih intensif (kuning flourosens), hal ini pereaksi Dragendorff dan Meyer. Hasil
menunjukkan bahwa larutan ekstrak etil yang diperoleh pada larutan yang
asetat daun binahong tidak mengandung ditambahkan dragendorff dan meyer
flavonoid. tidak terbentuk endapan, hal ini
Pada uji keberadaan tanin, dilaku- menunjukkan bahwa larutan ekstrak etil
kan penambahan larutan NaCl 2% ke asetat daun binahong tidak mengandung
dalam larutan ekstrak daun binahong, alkaloid. Pada uji keberadaan antrakinon
denagan tujuan untuk mengendapkan dilakukan dengan mendidihkan ekstrak
zat-zat lain bukan tanin, endapan yang dalam KOH dan larutan hidrogen
terbentuk disaring kemudian ditambah peroksida. Setelah itu dilakukan pe-
larutan gelatin 1%, timbulnya endapan nambahan asam asetat glasial, toluene,
menunjukkan adanya tanin atau zat dan larutan KOH pada lapisan atas.
samak. Tanin bersifat dapat meng- Warna merah yang terjadi pada lapisan
gumpalkan protein (Harborne, 1987), air (basa) menunjukkan adanya senyawa
endapan yang terbentuk ini berasal dari antrakinon. Hasil uji keberadaan
reaksi antara tanin dengan gelatin yang antrakinon adalah negatif, karena larutan
merupakan protein. Hasil uji yang diper- tidak menunjukkan warna merah. Tabel
oleh tidak timbul endapan pada larutan hasil uji skrining fitokimia dapat dilihat
ekstrak etil asetat daun binahong. Ini pada Tabel III.
menunjukkan bahwa larutan larutan Hasil Uji Kualitatif Secara Kromatografi
ekstrak etil asetat daun binahong tidak
mengandung tanin atau zat samak. Setelah dilakukan skrining
fitokimia dengan uji tabung kemudian
Pada uji keberadaan saponin, dilanjutkan dengan uji kualitatif secara
dilakukan dengan penggojokan kuat kromatografi. Uji ini untuk mempertegas
larutan ekstrak etil asetat daun binahong uji tabung. Pemeriksaan kandungan
dalam aquadest selama 30 detik kimia dilakukan terhadap polifenol, dan
kemudian dibiarkan dalam posisi tegak saponin yang diduga mempunyai
selama 30 menit. Apabila timbul buih aktivitas antibakteri. Kromatografi Lapis
yang konstan di permukaan yang tidak Tipis adalah metode pemisahan yang
hilang setelah ditetesi HCl encer, mempunyai beberapa keuntungan yaitu
12 Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 2, No. 1, 2012 : 1-16

Tabel III. Uji Skrining Fitokimia Dengan Metode Tabung Ekstrak Etil Asetat Daun
Binahong (Anredera scandens (L.) Moq.)

Jenis Uji Penambahan Pereaksi Hasil


Pendahuluan Basa (KOH) + (Kuning kecoklatan)
Polifenol FeCl3 + (Biru hijau)
Flavonoid Uap Amonia -
Tanin NaCl 2%, Gelatin1% -
Saponin HCl encer + (Buih konstan)
Alkaloid Dragendrof -
Meyer -
Antrakinon KOH, Hidrogen peroksida, Asam asetat glasial, Toluena -

peralatan yang digunakan sedikit, murah, setelah disemprot dengan menggunakan


sederhana, waktu analisis cepat, dan FeCl3 menunjukkan warna hijau ke-
daya pisah baik (Sudjadi, 1988). hitaman (Wagner, 1996) akibat
Berdasarkan hasil orientasi maka pembentukan kompleks antara gugus
yang digunakan sebagai fase gerak fenol dengan Fe yang terdapat pada
adalah kloform : metanol (9:1) v/v dengan pereaksi semprot FeCl3. Reaksi tersebut
hasil pemisahan bercak yang cukup baik, dianalogkan dengan reaksi antara gugus
sedangkan fase diam yang digunakan fenol pada flavonoid dengan senyawa
adalah Silica Gel 60 F254 dengan jarak AlCl3 karena Fe juga merupakan logam.
elusi 8 cm. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
ekstrak etil asetat daun binahong me-
Cuplikan dibuat dengan konsen- ngandung polifenol. Hasil identifikasi
trasi 1% b/v dan ditotolkan sebanyak 5 polifenol ekstrak etil asetat daun
totolan dengan menggunakan pipa binahong dengan metode KLT dapat
kapiler. Setiap penotolan dilakukan dilihat pada Tabel IV.
setelah totolan sebelumnya kering.
Jumlah penotolan harus optimum, b. Pemeriksaan Saponin
karena jika penotolan terlalu banyak Glikosida saponin jika dideteksi
maka totolan akan terlalu pekat sehingga dengan pereaksi semprot vanillin-asam
sulit digerakkan oleh fase gerak, sulfat atau anisaldehid-asam sulfat akan
sedangkan jika penotolan terlalu sedikit memberikan warna biru sampai biru
maka bercak yang dihasilkan samar violet terkadang berupa bercak warna
(Gritter dkk, 1991). merah, kuning, biru tua, ungu, hijau, atau
a.Pemeriksaan Polifenol berupa kuning coklat pada sinar tampak.
Glikosida saponin tanpa perlakuan kimia
Dari hasil KLT terdapat satu (pereaksi semprot) di bawah sinar
bercak yang diduga merupakan polifenol UV254nm tidak terjadi pemadaman bercak
pada Rf 0,21. Bercak yang muncul
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil Asetat .... (Nanik Sulistyani, dkk) 13

Tabel IV. Hasil Identifikasi Polifenol Ekstrak Etil Asetat Daun Binahong (Anredera
scandens (L.) Moq.)menggunakan KLT

Warna Hasil Kromatografi Lapis Tipis


Cuplikan Rf Polifenol
UV 254 UV 366 Fecl3
0,21 Pemadaman Flourosensi Hijau +
Biru kehitaman
0,21 Pemadaman Flourosensi Hijau +
Biru kehitaman tipis
0,47 Pemadaman Flourosensi Hijau +
Sampel Biru kehitaman tipis
0,90 Pemadaman Flourosensi - -
Biru
0,97 Pemadaman Flourosensi - -
Biru

dan di bawah sinar UV365nm bercak tidak bawah sinar UV254nm tidak terjadi
berfluorosensi (Wagner dkk, 1984). pemadaman bercak dan di bawah sinar
Dari hasil KLT dapat diketahui UV365nm bercak tidak berfluorosensi
bahwa setelah disemprot dengan karena saponin tidak mempunyai ikatan
anisaldehid-asam sulfat, bercak saponin rangkap terkonjugasi. Hal ini menunjuk-
untuk sampel ekstrak etil asetat daun kan bahwa dalam daun binahong me-
binahong dapat diamati pada Rf 0,16; ngandung saponin. Hasil identifikasi
0,30; 0,45; dan 0,66 yang secara visual saponin ekstrak etil asetat daun binahong
berwarna biru hingga biru keunguan. Di dengan metode KLT dapat dilihat pada
Tabel V.

Tabel V. Hasil Identifikasi Saponin Ekstrak Etil Asetat Daun Binahong (Anredera
scandens (L.) Moq.)menggunakan KLT

Warna Hasil Kromatografi Lapis Tipis


Cuplikan Rf Saponin
Anisaldehid
UV 254 UV 366
H2SO4
0,16 - - Biru +
0,23 Pemadaman Biru - -
0,30 - - Biru +
0,45 - - Biru +
Sampel
0,50 Pemadaman Biru Kuning coklat -
0,66 - - Biru keunguan +
0,95 Pemadaman Biru - -
0,99 Pemadaman Biru - -
14 Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 2, No. 1, 2012 : 1-16

Hubungan Kandungan Kimia Ekstrak senyawa aktif yang terkandung di


Etil Asetat Daun Binahong (Anredera dalamnya seperti flavonoid. Flavonoid
scandens (L.) Moq.) dengan Aktivitas dapat berperan langsung sebagai
Antibakteri antibiotik dengan menggangu fungsi dari
Berdasarkan hasil kromatografi mikroorganisme seperti bakteri dan
ekstrak etil asetat daun binahong virus. Senyawa terpenoid adalah se-
mengandung polifenol dan saponin. nyawa hidrokarbon isometrik membantu
Kemungkinan senyawa kimia yang tubuh dalam proses sintesa organik dan
terkandung dalam ekstrak etil asetat daun pemulihan sel-sel tubuh (Manoi, 2009).
binahong tersebut dapat membunuh Dalam hal ini belum dapat ditentu-
bakteri Shigella flexneri. kan secara pasti satu golongan senyawa
Senyawa polifenol merupakan aktif yang berfungsi sebagai anti-
senyawa mempunyai ciri-ciri yaitu bakteri. Untuk mengetahui dengan pasti
cincin aromatis yang mengandung satu golongan senyawa yang aktif sebagai
atau dua gugus hidroksil (Harborne, antibakteri maka perlu dilakukan pe-
1987). Senyawa fenol juga dapat meriksaan lebih lanjut terhadap masing-
merusak membran sel sehingga terjadi masing golongan senyawa tersebut.
perubahan permeabilitas dinding sel Selain dari golongan senyawa yang
yang akan mengakibatkan terhambatnya teridentifikasi menggunakan kromato-
pertumbuhan sel atau matinya sel grafi lapis tipis (KLT), tidak tertutup
(Pelczar and Chan, 1988). kemungkinan terdapatnya metabolit /
golongan senyawa aktif lain dalam
Saponin merupakan senyawa aktif ekstrak etil asetat daun binahong yang
permukaan yang kuat yang menimbul- belum teridentifikasi dan berpotensi
kan busa jika dikocok dalam air sebagai antibakteri terhadap Shigella
(Hostettmann, 1995). Saponin akan flexneri.
mengubah tegangan muka dan mengikat
lipid pada sel bakteri yang menyebabkan KESIMPULAN
lipid terekskresi dari dinding sel
sehingga permeabilitas membran bakteri Dari hasil penelitian yang telah
terganggu. dilakukan dapat disimpulkan bahwa
ekstrak etil asetat daun binahong
Daun binahong mengandung (Anredera scandens (L.)Moq.) mem-
alkaloid, saponin, dan polifenol (Katno, punyai aktivitas antibakteri terhadap
2006). Hasil penelitian pendahuluan Shigella flexneri secara invitro. Nilai
yang dilakukan di Universitas Gadjah Kadar Bunuh Minimum (KBM) ekstrak
Mada, menyatakan bahwa pada kultur in etil asetat daun binahong (Anredera
vitro daun binahong terkandung se- scandens (L.)Moq.) terhadap Shigella
nyawa aktif flavonoid, alkaloid, ter- flexneri adalah 8% b/v. Pada pemeriksaan
penoid dan saponin. Senyawa-senyawa profil kromatografi menunjukkan
ini dapat berperan sesuai fungsinya ekstrak etil asetat daun binahong
masing-masing. Kemampuan binahong (Anredera scandens (L.) Moq.) me-
untuk menyembuhkan berbagai jenis ngandung senyawa polifenol dan
penyakit ini berkaitan erat dengan saponin.
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil Asetat .... (Nanik Sulistyani, dkk) 15

SARAN Penerbit ITB, Bandung, Hal


47-49, 97, 102-103, 234-235.
Perlu dilakukan penelitian tentang
uji aktivitas antibakteri terhadap Shigella Hostettmann, K., Marston, A., 1995,
flexneri dengan pelarut dan teknik Saponins, University Press,
penyarian yang berbeda, yaitu pelarut Cambridge, Hal 1.
yang lebih polar dan non polar. Perlu Jaerony, 2008, Tanaman Obat
dilakukan penelitian lebih lanjut tentang Binahong,
kandungan zat aktif pada Ekstrak etil http://www.google.com/, diakses
asetat daun binahong (Anredera 20 April 2008.
scandens (L.)Moq.) yang berkhasiat
sebagai antibakteri secara in vitro dengan Jawetz, Melnick, dan Adelberg, 2005,
metode yang lain. Perlu dilakukan lebih Mikrobiologi Kedokteran, Pe-
lanjut mengenai bioautografi untuk nerbit Salemba Medika, Jakarta.
mengetahui bercak warna yang mem- Katno, dkk, 2006, Inventaris Tanaman
punyai daya antibakteri. Obat Indonesia Edisi VI, Jakarta,
Departemen Kesehatan Badan
DAFTAR PUSTAKA Penelitian dan Pengembangan Ke-
Andreani, Rizky D., 2011, Uji Aktivitas sehatan Balai Penelitian Tanaman
Ekstrak Etanol 70% Daun Obat, Hal 16-17.
Binahong (Anredera cordifolia Kumalasari, Eka, 2011, Uji Aktivitas
(Tenore) Steen) Terhadap Bakteri Antifungi Ekstrak Etanol Batang
Shigella flexneri Dan Skrining Binahong (Anredera cordifolia
Fitokimianya. Skripsi, Fakultas (Tenore) Steen) Terhadap
Farmasi Universitas Ahmad Candida albicansSerta Profil
Dahlan, Yogyakarta. Kromatografi Lapis Tipisnya,
Anonim, 1985, Cara Pembuatan Skripsi, Fakultas Farmasi
Simplisia, Departemen Kesehatan Universitas Ahmad Dahlan,
Republik Indonesia, Jakarta, 1, 4, Yogyakarta.
7-9, 15. Manoi, Feri, 2009, Binahong (Anredera
Anonim, 1986, Sediaan Galenik, cordifolia) sebagai Obat, Majalah
Departemen Kesehatan Republik Warta Vol.15, Badan Penelitian
Indonesia, Jakarta, Hal 1-2, 5, dan Pengembangan Pertanian.
10-12, 16-17, 28. Pelczar and Chan, 1988, Dasar-Dasar
Gritter, R.J., J. M. Bobbit, A. E. Mikrobiologi, Universitas Indo-
Schwarting, 1991, Pengantar nesia Press, Jakarta, Hal 7-18.
Kromatografi, diterjemahkan oleh Rachmawati, S., 2008, Study
Kosasih Padmawinata, Penerbit Makroskopi, Mikroskopi dan
ITB, Bandung, Hal 111. Skrining Fitokimia Daun
Harborne, J. B., 1987, Metode Fitokimia, Anredera cordifolia (Ten.)
diterjemahkan oleh Kosasih Steenis, Thesis, Airlangga
Padmawinata dan Iwang Soediro, University, Surabaya.
16 Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 2, No. 1, 2012 : 1-16

Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Yogyakarta, Penerbit Erlangga,


Tumbuhan Tinggi, edisi keenam, Jakarta, Hal 154-161, 190-191.
Departement of Biochemistry Todar,K., 2009, Online Textbook of
University of Maasachussetts, Microbiology, Madison,
diterjemahkan oleh Kosasih, P., Wisconsin.
Penerbit ITB, Bandung, Hal
71-72, 157, 191-192. Wagner, Hidelbert, 1984, Plant rug
Analysis, A Thin layer
Sudjadi, 1988, Metode Pemisahan, Chromatography Atlas Second
Kanisius, Yogyakarta, Hal 77, Edition, Springer-Verlag, Berlin.
167-174.
Yuliastuti, Definingsih, 2011, Uji
Suwandi, Usman, 1999, Peran Media Aktivitas Antibakteri Etil Asetat
Untuk Identifikasi Mikroba Batang Binahong (Anredera
Patogen, Cermin Dunia cordifolia (Tenore) Steen)
Kedokteran, Hal 124. Terhadap Salmonella thypi Dan
Sylvia, T. Pratiwi, S.Si, M.Si, 2008, Skrining Fitokimianya. Skripsi,
Mikrobiologi Farmasi, Fakultas Fakultas Farmasi Universitas
Farmasi Universitas Gadja Mada Ahmad Dahlan, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai