Scandens (L.) Moq.) AGAINST Shigella Flexneri WITH
Scandens (L.) Moq.) AGAINST Shigella Flexneri WITH
Abstrak
Abstract
Antibacterial compounds that can be used for the treatment of infections caused
by bacteria. Traditionally, Anredera scandens is one of plant used as traditional
medicine. The aims of this research are to find out the antibacterial activity of ethyl
acetate extract of Anredera scandens leaf and Minimum Bactericidal Concentration
(MBC) against Shigella flexneri and to identify the chemical subtances of the ethyl
acetate extract found in Anredera scandens. The Anredera scandens leaf was extracted
by use of maseration method using ethyl acetate as solvent. The antibacterial assay was
done using liquid dilution method with varied concentration of Anredera scandens
(8,5%, 8%, 7,5%, 7%, 6,5%, 6%, 5,5%, dan 5%w/v) to determine MBC.
Chromatography test was done to identify the chemical substances of Anredera
scandens extract. The result of this research showed that the MBC of Anredera
scandens leaf extract was 8% w/v. The result of the phytochemical screening with tube
test and thin layer chromatogram showed that the extract of Anredera scandens leaf
contained, polyphenols, and saponin.
Key Word : Anredera scandens (L.) Moq. leaf extract, Antibacterial, Shigella
flexneri, Thin Layer Chromatography.
(Yuliastuti, 2011). Adapun ekstrak oven, cawan porselen. Alat uji daya
etanol 70% daun binahong diketahui antibakteri meliputi ose steril,
mengandung polifenol, flavonoid, tanin, mikroppipet, propipet, tabung reaksi,
saponin, dan alkaloid (Andreani, 2011), rak, pipet ukur, cawan petri, yellow tip,
sedangkan ekstrak etanol 70% batang blue tip, inkubator, autoclave, lampu
binahong mengandung polifenol, spiritus. Alat kromatografi meliputi
flavonoid, dan saponin (Kumalasari, lempeng Silika Gel 60 F254, seperangkat
2011). Golongan senyawa-senyawa alat gelas, bejana pengembang, pipa
tersebut merupakan senyawa bioaktif kapiler, lampu UV, seperangkat alat
dalam tanaman, sehingga diduga juga penyemprot dan timbangan analitik.
berpotensi sebagai antibakteri. Oleh
karena itu penelitian ini dilakukan untuk Jalannya Penelitian
mengetahui aktivitas ekstrak etil asetat
daun Binahong terhadap Shigella Pembuatan Ekstrak Etil Asetat Daun
flexneri sebagai upaya pencarian Binahong
alternatif baru anti Shigellosis. Herba kering daun Binahong
diblender sehingga menjadi serbuk
METODE PENELITIAN kemudian dilakukan pengujian kadar air
serbuk daun binahong hingga diperoleh
Bahan kadar air di bawah 5%. Serbuk yang
Bahan utama yang digunakan didapat ditimbang sebanyak 500 gram,
adalah daun Binahong (Anredera lalu ditambah 2,5 L etil asetat dimixer
scandens (L.)Moq.) yang diperoleh dari selama 3 jam dengan kecepatan 400 rpm
Merapi Farma, Jalan Kaliurang Km 21,5 kemudian dimaserasi (direndam) selama
Hargobinangun, Pakem, Sleman. Serbuk 24 jam pada suhu kamar. Penyarian
kering daun binahong dimaserasi dengan dilakukan sampai zat aktif yang ter-
penyari etil asetat. Bahan uji aktivitas kandung dalam daun binahong tersari,
antibakteri adalah Shigella flexneri, penyarian dilakukan lagi sebanyak 1x
media BHI (Brain Heart Infusion), media dengan pelarut 1,5 L. Maserat yang
BHI DS (Brain Heart Infusion Double didapat disaring dengan menggunakan
Strength), media Mc Conkey, Standard corong Buchner hingga diperoleh
Mc Farland 108 CFU/ml. Bahan uji maserat I-II, kemudian filtrat digabung
kromatografi adalah Silika Gel 60F254, menjadi satu lalu diuapkan di udara
kloroform : metanol (9 : 1), Sinar UV 254 terbuka sehingga diperoleh ekstrak
kental.
nm, UV 366 nm, dan visibel, Pereaksi
semprot uap amonia, Pereaksi semprot
Skrining Fitokimia Dengan Uji Tabung
FeCl3.
Skrining fitokimia dilakukan
Alat untuk mengetahui senyawa-senyawa
yang terdapat dalam ekstrak etil asetat
Alat ekstraksi meliputi alat-alat daun binahong. Uji ini dilakukan dengan
gelas, timbangan analitik, corong metode tabung yang meliputi :
Buchner dan labu hisap, kertas saring,
4 Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 2, No. 1, 2012 : 1-16
dan dapat melarutkan senyawa semipolar pemanasan. Ekstrak kental yang diper-
pada dinding sel seperti aglikon oleh seberat 41,3221 gram dari 500 gram
flavonoid (Harborne, 1987), tidak serbuk daun binahong dengan 4 liter
beracun dan tidak higroskopis. Di pelarut etil asetat sehingga diperoleh
samping itu, etil asetat digunakan rendemen sebesar 8,26 %.
sebagai pelarut karena etil asetat dapat
menyari senyawa-senyawa yang mem- Hasil Uji Kelarutan Ekstrak Etil Asetat
berikan aktivitas antibakteri, diantaranya Daun Binahong (Anredera scandens (L.)
flavonoid polihidroksi dan fenol lain. Moq.)
Jumlah cairan penyari yang Ekstrak etil asetat hasil penyarian
ditambah disesuaikan dengan jumlah selanjutnya diuji kelarutannya dalam
serbuk yaitu sampai seluruh serbuk aquadest. Apabila ekstrak tersebut tidak
terendam. Maserasi dilakukan dengan dapat larut secara sempurna di dalam
cara perendaman dalam etil asetat dan aquadest, maka harus ditambahkan
pengadukan dengan menggunakan suspending agent untuk membantu
elektrik stirer selama 3 jam. Kemudian kelarutan sehingga dalam pengujian
dilakukan perendaman serbuk selama 24 aktivitas antibakteri ekstrak dapat
jam yang selanjutnya disaring. Tujuan bercampur dengan media.
dilakukan pengadukan berulang adalah Observasi suspending agent di-
untuk meratakan konsentrasi larutan, lakukan dengan menggunakan beberapa
sehingga kondisi jenuh yang terlalu jenis suspending agent. Diantaranya
cepat dapat dihindari dan proses tween 80, span 80, PEG 400, dan
penyarian lebih maksimal. Tujuan propilen glikol masing-masing dibuat
perendaman selama 24 jam adalah untuk konsentrasi 5%. Cuplikan ekstrak di-
mengendapkan senyawa-senyawa yang tambahkan pelarut dan suspending agent
tidak diinginkan yang ikut tersari dalam dalam tabung reaksi kemudian dikocok
pelarut. Pada proses penyarian dilakukan sehingga ekstrak dapat tersuspensi
remaserasi sebanyak dua kali dengan dengan baik. Hasil uji kelarutan ekstrak
harapan senyawa yang tersari lebih etil asetat serbuk daun binahong dapat
banyak. dilihat pada Tabel I.
Maserat yang diperoleh diuapkan Tabel I. Hasil Uji Kelarutan Ekstrak Etil
di dalam almari asam sampai terbentuk Asetat Serbuk Daun Binahong
ekstrak kental tanpa bau etil asetat.
Apabila masih ada pelarut di dalam Suspending agent Kelarutan Ekstrak
ekstrak, maka akan dapat mengganggu (5% b/v)
penelitian karena dimungkinkan pelarut Tween 80 +
itu sendiri yang membunuh bakteri. Span 80 -
Proses penguapan tidak boleh dilakukan PEG 400 -
di atas api ataupun penangas, karena Propilen glikol -
cairan penyari etil asetat merupakan
pelarut yang mudah terbakar dan juga Keterangan:
dikhawatirkan senyawa aktif yang ada (+) : ekstrak larut
dalam ekstrak akan rusak oleh adanya (-) : ekstrak tidak larut
8 Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 2, No. 1, 2012 : 1-16
memastikan ada tidaknya pertumbuhan Tabel II. Hasil Uji Penentuan KBM Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Etil Asetat Serbuk Daun
bakteri serta untuk melihat apakah
Binahong (Anredera scandens (L.) Moq.)
bakteri yang digunakan hanya bakteri Terhadap Shigella flexneri
yang diuji saja atau ada bakteri lain yang
ikut tumbuh. Cuplikan K/J Koloni
Berdasarkan hasil uji pendahuluan 8,5 %b/v K -
diperoleh data Shigella flexneri 8 %b/v K -
menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat 7,5 %b/v K +
daun binahong dengan kadar kadar yang 7 %b/v K +
lebih kecil yaitu 8,5%, 8%, 7,5%, 7%,
6,5 %b/v K +
6,5%, 6%, 5,5% b/v, dan 5% b/v. Dari
pengujian, diperoleh harga KBM ekstrak 6 %b/v K +
etil asetat daun binahong untuk Shigella 5,5 %b/v K +
flexneri adalah 8% b/v. Hasil untuk 5 %b/v K +
kontrol, pada kontrol media, kontrol K1 J -
pelarut, dan kontrol ekstrak menunjuk- K2 J -
kan tidak adanya pertumbuhan koloni
K3 K -
bakteri, sehingga membuktikan bahwa
K4 J -
media, pelarut, dan ekstrak yang diguna-
kan sudah steril. Pada kontrol obat K5 K +
menunjukkan tidak adanya pertumbuhan K6 K +
bakteri, sehingga menunjukkan bahwa
obat dapat membunuh bakteri. Pada Keterangan :
kontrol suspending agent kontrol J : Jernih K1 : Kontrol media
suspensi bakteri menunjukkan adanya K : Keruh K2 : Kontrol pelarut
pertumbuhan bakteri yang menunjukkan
- : Tidak terdapat koloni
bahwa pelarut yang digunakan tidak
K3 : Kontrol ekstrak
mempunyai aktivitas membunuh bakteri.
Pada kontrol suspensi bakteri menunjuk- + : Terdapat koloni
kan adanya pertumbuhan bakteri dan K4 : Kontrol obat
tidak terdapat kontaminan, sehingga K5 : Kontrol suspending agent
membuktikan bahwa bakteri benar-benar K6 : Kontrol suspensi bakteri
dapat tumbuh tanpa kontaminan. Hasil
uji aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat Data tersebut menunjukkan bahwa
daun binahong terhadap Shigella flexneri ekstrak etil asetat daun binahong mem-
dapat dilihat pada Tabel II. punyai aktivitas terhadap Shigella
flexneri dengan Kadar Bunuh Minimum
8%b/v. Pada penelitian aktivitas anti-
bakteri ekstrak daun binahong dengan
penyari etanol 70% (Andreani, 2011)
terhadap bakteri yang sama diperoleh
KBM sebesar 15% b/v. Pada kedua
penelitian ini dapat dilihat bahwa Kadar
10 Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 2, No. 1, 2012 : 1-16
Bunuh Minimum (KBM) ekstrak etil dimungkinkan karena dalam ekstrak etil
asetat daun binahong terhadap Shigella asetat daun binahong terdapat senyawa
flexneri diperoleh kadar yang lebih kecil golongan polifenol lain selain flavonoid
yaitu 8%b/v dibandingkan dengan ekstrak dan tanin yang belum teridentifikasi dan
etanol 70% dengan bahan dan bakteri tidak ditemukan dalam ekstrak etil asetat
yang sama yaitu 15%b/v. Hal ini di- batang binahong, yang juga memberi
mungkinkan karena golongan senyawa kontribusi dan berpotensi sebagai anti-
yang berpotensi sebagai antibakteri pada bakteri terhadap bakteri gram negatif.
daun binahong lebih banyak tersari Pada penelitian aktivitas antifungi
dalam etil asetat dibandingkan dengan ekstrak etanol batang binahong terhadap
etanol 70%. Dilihat dari sifatnya etil Candida albicans (Kumalasari, 2011)
asetat merupakan pelarut yang volatil diperoleh Kadar Bunuh Minimum 86%.
dan mudah terbakar, sehingga dalam Kadar Bunuh Minimum yang diperoleh
penguapannya tanpa pemanasan, jauh lebih besar dibanding dengan
sedangkan etanol proses penguapannya terhadap bakteri. Perbedaan tersebut
dengan pemanasan. Proses pemanasan dikarenakan dinding sel fungi lebih tebal
inilah yang memungkinkan menjadi daripada dinding sel bakteri, sehingga
salah satu faktor perbedaan jumlah dinding sel bakteri lebih mudah
kandungan golongan senyawa yang ditembus dan Kadar Bunuh Minimum
memiliki aktivitas antibakteri dalam yang diperoleh lebih kecil.
masing-masing ekstrak tersebut, se-
hingga Kadar Bunuh Minimum yang Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etil
diperoleh juga berbeda. Pada penguapan Asetat Serbuk Daun Binahong
ekstrak etanol terdapat proses pemanas- (Anredera scandens (L.) Moq.)
an yang dimungkinkan menyebabkan
rusaknya senyawa-senyawa yang se- Skrining fitokimia dilakukan
benarnya memiliki aktivitas sebagai untuk mengetahui gambaran umum
antibakteri, sedangkan pada penguapan tentang golongan senyawa yang terdapat
ekstrak etil asetat dilakukan tanpa dalam ekstrak etil asetat daun binahong.
pemanasan dan rusaknya senyawa Uji ini dilakukan dengan metode tabung
karena pemanasan dapat dihindari, yang meliputi uji pendahuluan, uji
sehingga Kadar Bunuh Minimum yang polifenol, uji flavonoid, uji tanin, uji
diperoleh lebih kecil dari ekstrak etanol. saponin, uji alkaloid, dan uji antrakinon.
polifenol, setelah larutan ekstrak daun menunjukkan adanya saponin. Hasil uji
binahong ditambahakan dengan FeCl3, yang diperoleh terbentuk buih yang
larutan menunjukkan warna yang lebih konstan setelah ditetesi HCl encer, ini
tua yaitu hijau kebiruan. Perubahan menunjukkan bahwa larutan ekstrak etil
warna menjadi lebih tua ini menunju- asetat daun binahong positif me-
kkan bahwa ekstrak etil asetat daun ngandung saponin.
binahong positif mengandung polifenol. Pada uji keberadaan alkaloid,
Pada uji keberadaan flavonoid, terlebih dahulu ekstrak dilarutkan dalam
setelah larutan ekstrak daun binahong HCl. Penambahan HCl ini bertujuan agar
diteteskan di atas kertas saring kemudian terbentuk garam yang mudah larut dari
dilewatkan pada uap amoniak tidak HCl dan alkaloid yang merupakan suatu
menunjukkan perubahan warna menjadi basa, sehingga bisa bereaksi dengan
lebih intensif (kuning flourosens), hal ini pereaksi Dragendorff dan Meyer. Hasil
menunjukkan bahwa larutan ekstrak etil yang diperoleh pada larutan yang
asetat daun binahong tidak mengandung ditambahkan dragendorff dan meyer
flavonoid. tidak terbentuk endapan, hal ini
Pada uji keberadaan tanin, dilaku- menunjukkan bahwa larutan ekstrak etil
kan penambahan larutan NaCl 2% ke asetat daun binahong tidak mengandung
dalam larutan ekstrak daun binahong, alkaloid. Pada uji keberadaan antrakinon
denagan tujuan untuk mengendapkan dilakukan dengan mendidihkan ekstrak
zat-zat lain bukan tanin, endapan yang dalam KOH dan larutan hidrogen
terbentuk disaring kemudian ditambah peroksida. Setelah itu dilakukan pe-
larutan gelatin 1%, timbulnya endapan nambahan asam asetat glasial, toluene,
menunjukkan adanya tanin atau zat dan larutan KOH pada lapisan atas.
samak. Tanin bersifat dapat meng- Warna merah yang terjadi pada lapisan
gumpalkan protein (Harborne, 1987), air (basa) menunjukkan adanya senyawa
endapan yang terbentuk ini berasal dari antrakinon. Hasil uji keberadaan
reaksi antara tanin dengan gelatin yang antrakinon adalah negatif, karena larutan
merupakan protein. Hasil uji yang diper- tidak menunjukkan warna merah. Tabel
oleh tidak timbul endapan pada larutan hasil uji skrining fitokimia dapat dilihat
ekstrak etil asetat daun binahong. Ini pada Tabel III.
menunjukkan bahwa larutan larutan Hasil Uji Kualitatif Secara Kromatografi
ekstrak etil asetat daun binahong tidak
mengandung tanin atau zat samak. Setelah dilakukan skrining
fitokimia dengan uji tabung kemudian
Pada uji keberadaan saponin, dilanjutkan dengan uji kualitatif secara
dilakukan dengan penggojokan kuat kromatografi. Uji ini untuk mempertegas
larutan ekstrak etil asetat daun binahong uji tabung. Pemeriksaan kandungan
dalam aquadest selama 30 detik kimia dilakukan terhadap polifenol, dan
kemudian dibiarkan dalam posisi tegak saponin yang diduga mempunyai
selama 30 menit. Apabila timbul buih aktivitas antibakteri. Kromatografi Lapis
yang konstan di permukaan yang tidak Tipis adalah metode pemisahan yang
hilang setelah ditetesi HCl encer, mempunyai beberapa keuntungan yaitu
12 Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 2, No. 1, 2012 : 1-16
Tabel III. Uji Skrining Fitokimia Dengan Metode Tabung Ekstrak Etil Asetat Daun
Binahong (Anredera scandens (L.) Moq.)
Tabel IV. Hasil Identifikasi Polifenol Ekstrak Etil Asetat Daun Binahong (Anredera
scandens (L.) Moq.)menggunakan KLT
dan di bawah sinar UV365nm bercak tidak bawah sinar UV254nm tidak terjadi
berfluorosensi (Wagner dkk, 1984). pemadaman bercak dan di bawah sinar
Dari hasil KLT dapat diketahui UV365nm bercak tidak berfluorosensi
bahwa setelah disemprot dengan karena saponin tidak mempunyai ikatan
anisaldehid-asam sulfat, bercak saponin rangkap terkonjugasi. Hal ini menunjuk-
untuk sampel ekstrak etil asetat daun kan bahwa dalam daun binahong me-
binahong dapat diamati pada Rf 0,16; ngandung saponin. Hasil identifikasi
0,30; 0,45; dan 0,66 yang secara visual saponin ekstrak etil asetat daun binahong
berwarna biru hingga biru keunguan. Di dengan metode KLT dapat dilihat pada
Tabel V.
Tabel V. Hasil Identifikasi Saponin Ekstrak Etil Asetat Daun Binahong (Anredera
scandens (L.) Moq.)menggunakan KLT