Anda di halaman 1dari 4

Penyembuhan Luka

Luka Insisi yang bersih melalui epidermis, dermis dan jaringan subkutis akan sembuh

dengan beberapa tahapan selama waktu tertentu (20). Penyembuhan luka merupakan suatu proses

yang kompleks dengan jenis sel khusus secara beruntun akan membersihkan jejas, kemudian

secara progresif membangun dasar (scaffolding) untuk mengisi setiap defek yang terjadi.

Peristiwa tersebut diatur oleh faktor-faktor yang saling memengaruhi yaitu faktor pertumbuhan

terlarut dan ECM serta faktor fisik termasuk tenaga yang dihasilkan oleh perubahan bentuk

sel(21).

Proses penyembuhan luka primer dimulai dengan fase inflamasi yang terjadi setelah

beberapa menit setelah cedera hingga 3 hari. Fase inflamasi ditandai dengan adanya respons

vaskuler dan seluler pada jaringan kulit. Pembuluh darah mengalami vasokonstriksi untuk

memperlambat aliran darah dan memperkecil kehilangan darah 21. Pembuluh darah juga

mengaktifkan trombosit oleh kolagen yang terpajan yaitu protein fibrosa jaringan ikat di bawah

endotel. Setelah teraktifasi, trombosit melekat pada kolagen dan membentuk suatu sumbat

trombosit hemostatik di tempat cedera sehingga terjadi dehidrasi pada permukaan yang

menghasilkan suatu keropeng yang menutupi dan melindungi tempat penyembuhan(20)21.

Periode ini terjadi selama 5-10 menit, dan setelahnya akan terjadi vasodilatasi kapiler oleh

stimulasi saraf sensorik dan substansi vasodilatasi (histamin, serotonin dan sitokin). Histamin

akan menyebabkan vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas vena, sehingga cairan plasma

darah keluar dari pembuluh darah dan masuk ke daerah luka yang berakibat akan terjadi edema

jaringan. Sedangkan sitokin yang teraktivasi meliputi Epidermal Growth Factor (EGF), Insulin-

like Growth Factor (IGF), Plateled-Derived Growth Factor (PDGF) dan Transforming Growth

Factor beta (TGF-β) yang berperan untuk kemotaksis neutrophil, makrofag, sel mast, sel
endothelial dan fibroblast10. Kemotaksis menyebabkan diapedesis leukosit yang mengeluarkan

enzim hidrolitik untuk mencerna bakteri dan kotoran pada luka. Sedangkan neutrophil akan

berada pada tepi insisi dalam waktu 24 jam dan bermigrasi menuju bekuan fibrin. Sel basal pada

tepi irisan epidermis mulai menunjukkan peningkatan aktivitas mitosis. Sedangkan dalam waktu

24-48 jam, sel epitel dari kedua tepi luka telah mulai bermigrasi dan berproliferasi di sepanjang

dermis, dan mendepositkan komponen membran basal. Sel tersebut bertemu di garis tengah di

bawah keropeng permukaan, menghasilkan suatu lapisan epitel tipis yang sulit terputus(20,21).

Pada hari ke-3 sampai hari ke-5, sebagian besar neutrofil digantikan oleh makrofag, dan

jaringan granulasi secara progresif menginvasi ruang perlukaan yang merupakan tahapan

terjadinya fase proliferasi20 (21). Jaringan granulasi merupakan kombinasi dari elemen seluler

termasuk fibroblast dan sel inflamasi, yang bersamaan dengan timbulnya kapiler baru dalam

jaringan longgar ekstraseluler dari matriks kolagen, fibronektin dan asam hialuronik22. Stimulasi

fibroblast dikendalikan oleh faktor pertumbuhan diantaranya, PDGF, basic fibroblast growth

factor (bFGF) dan TGF-β. Fibroblast berperan pada persiapan untuk menghasilkan produk

struktur protein yang akan digunakan selama proses rekonstruksi jaringan. Fibroblast akan

bergerak aktif dan berproliferasi serta mengeluarkan substansi seperti kolagen, elastin dan asam

hialuronidase, fibronektin dan proteoglikan yang berperan dalam rekonstruksi jaringan baru20.

Pada hari ke-5, neovaskularisasi mencapai puncaknya karena jaringan granulasi mengisi ruang

luka. Perkembangan pembuluh darah kapiler baru memiliki beberapa tahapan diantaranya,

degradasi proteolitik pada pembuluh darah induk membrane basalis sehingga memungkinkan

pembentukan tunas kapiler, migrasi sel endotel dari kapiler asal menuju rangsang angiogenik,

proliferasi sel endotel dibelakang ujung terdepan sel yang bermigrasi, maturasi sel endotel21.

Selain itu, serabut kolagen menjadi lebih berlimpah dan mulai menjembatani insisi.
Kemudian akan terjadi fase re-epitelisasi yang merupakan fase terakhir dari proses

penyembuhan luka. Re-epitelisasi terjadi saat fibroblast mengeluarkan KGF (Keratinocyte

Growth Factor) untuk stimulasi mitosis sel epidermal23. Pada fase ini, epidermis

mengembalikan ketebalan normalnya karena diferensiasi sel permukaan menghasilkan arsitektur

epidermis matur yang disertai dengan keratinisasi permukaan(21). Setelah berlangsungnya proses

re-epitelisasi, protein membrane basal kembali muncul dalam pola yang teratur dari tepi luka

bagian dalam membentuk pola seperti risleting. Sel-sel epidermal kembali pada fenotip

normalnya dan membuat ikatan antara membrane basal dan dermis yang berada tepat

dibawahnya25.

Anda mungkin juga menyukai