Anda di halaman 1dari 2

Renungan Harian 02 Juni 2021

Golongan Saduki merupakan pemimpin-pemimpin Yahudi yang menolak kebangkitan orang


mati dan menolak adanya para malaikat. Golongan Saduki ini bukan orang biasa dan sederhana
tetapi kaum elit, kaya raya kendati harta kekayaan yang mereka peroleh tidak semua dengan cara
yang wajar. Bagi kelompok Saduki, mereka menganggap bahwa kehidupan hanya berakhir di
dunia sekarang atau berakhir di kubur. Pikiran seperti itulah yang menyebabkan mereka tidak
pernah berpikir akan kehidupan mereka sesudah yang sekarang atau tentang kehidupan kekal.
Mereka cuma berpikir tentang hidup mereka saat ini dan berusaha menikmati segala harta
kekayaan yang mereka miliki selama hidup.

Kadang-kadang seperti golongan Saduki kita hidup seolah-olah tidak pernah berpikir tentang
kehidupan kita sesudah yang sekarang ini yakni kehidupan kekal bersama Allah dalam
KerajaanNya. Hal ini dapat kita lihat dalam praktek hidup harian kita, kita bekerja dan
menghabiskan waktu dan tenaga hanya dengan maksud untuk mengumpulkan hal-hal yang
sifatnya materi belaka supaya hidup nyaman, enak dan nikmat selama di dunia ini. Cara atau
gaya hidup seperti ini tidak akan pernah mendatangkan membahagiakan yang sesungguhnya.
Memiliki banyak hal yang sifatnya materi belaka tetapi tanpa sadar kita kehilangan nilai-nilai
yang jauh lebih mulia untuk hidup kita yang akan datang.

Doa: Ya Tuhan, terkadang dalam hidup ini, pikiran dan hati kami hanya terfokus untuk
mengejar kenikmatan dan kekayaan duniawi tanpa berpikir akan hidup kami sesudah yang
sekarang ini. Melalui SabdaMu pada hari ini semoga kami tidak tenggelam dalam urusan
duniawi dan melupakan akan hidup kami yang akan datang yakni kehidupan kekal bersamaMu
dalam Kerajaan surga. Amin

Renungan harian 03 Juni 2021


Dalam Injil hari ini Yesus berbicara tentang hukum cinta kasih yakni kasih kepada Tuhan dan
kasih kepada sesama. Tentang hukum pertama Tuhan Yesus berkata: Kasihilah Tuhan Allahmu
dengan segenap hati, jiwa, akal budimu dan kekuatanmu (Mrk. 12:30). Bagaimana kita mengerti
dan melakukan hukum pertama ini? Kalau kita memandang Tuhan seperti orang yang kita kasihi
(misalnya suami, istri, anak2, sahabat, dll), maka kita utamakan mereka dan selalu rindu kepada
mereka. Demikianpun dengan Tuhan, kita selalu merasa rindu kepada-Nya. Kita ingin selalu ada
didekat-Nya. Sesibuk apapun kita, kita berusaha untuk selalu berusaha bertemu dan berbicara
dengan dengan Dia melalui doa, ibadat dan ekaristi.

Sedangakan hukum kedua Yesus berkata: kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri
(Mrk. 12: 31). Mencintai sesama seperti diri sendiri berarti berikap baik, adil dan jujur kepada
sesama kita. Dengan kata lain memperlakukan sesama kita atas dasar cinta kasih, bukan atas
dasar suka atau tidak suka, senang atau tidak senang atau tanpa pamri-pamri terselubung.
Mencinta sesama juga berarti tidak mengadili sesama lewat kata-kata kita, sikap dan perbuatan
kita yang kurang bersahabat.

Mencintai Allah dan sesama adalah sebuah pilihan hidup dan prinsip hidup kekristenan kita.
Hidup di dalam cinta kasih Kristus ditandai bukan lagi oleh suku, status, kuasa tetapi oleh
penerimaan tulus cintakasih satu dengan yang lain. Siapa saja’ yang mengasihi lahir dari Allah.
Barang siapa mencari Allah dengan sepenuh hati hidup dalam cinta satu dengan yang lain.

Doa: Ya Tuhan, Engkau telah mengajarkan kami betapa pentingnya mengasihi Dikau dan
sesama kami seperti kami mengasihi diri kami sendiri. Terkadang dalam hidup harian kami
lebih mengutamakan kepentingan diri kami sendiri daripada mencinta Dikau dan sesama.
Tambahkanlah cinta kasih dalam diri kami agar kami sungguh-sungguh menjadi muridMu yang
setia dan tulus mengasihi tanpa pamri. Amin

Anda mungkin juga menyukai