Anda di halaman 1dari 10

Tujuan Komunikasi Islam

Oleh Kelompok 7

Ardy Syahputra (0101182073)


Dimas Amarullah (0101182047)
Fitrah A. Nasution (0101182080)

Abstract
Islam is a religion that is very concerned with upholding
Amar ma'ruf obligation is a very important thing that can not
be negotiable for anyone who has the strength and ability to do
so. Because inviting goodness is the main characteristic of
those who believe that every time the Koran and as-Sunnah
describe verses that contain the qualities of a true believer and
explain his treatise in this life. In relation to the purpose of
Islamic communication is that Islamic communication is
telling. The purpose of this information is to inform someone
about the teachings contained in the Koran and As-Sunnah
relating to sharia and moral aqeedah. In addition, the purpose
of Islamic communication is to give instructions. Islamic
communication by giving instructions is a propaganda
communication that is used to invite or encourage people to do
things in the form of goodness in life. In delivering or giving
instructions we should pay attention to several points. First, do
it the right way. Second, self-introspection first. Third, Ikhlas.
Fourth, according to the Qur'an and Sunnah
Keywords : Call, Goodness , purpose, Islamic communication

1
Latar Belakang Masalah
Agama Islam adalah agama yang sangat memperhatikan
penegakan Amar Ma‟ruf dan Nahi Munkar. Amar Ma‟ruf Nahi
Munkar merupakan pilar dasar dari pilar-pilar akhlak yang
mulia lagi agung. Kewajiban menegakkan kedua hal itu adalah
merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa ditawar bagi
siapa saja yang mempunyai kekuatan dan kemampuan
melakukannya. Sesungguhnya diantara peran-peran terpenting
dan sebaik-baiknya amalan yang mendekatkan diri kepada
Allah Ta‟ala, adalah saling menasehati, mengarahkan kepada
kebaikan, nasehat-menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.
At-Tahdzir (memberikan peringatan) terhadap yang
bertentangan dengan hal tersebut, dan segala yang dapat
menimbulkan kemurkaan Allah Azza wa Jalla, serta yang
menjauhkan dari rahmat-Nya. Perkara al-amru bil ma‟ruf wan
nahyu „anil munkar (menyuruh berbuat yang ma‟ruf dan
melarang kemungkaran) menempati kedudukan yang agung.
Mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran
merupakan ciri utama orang-orang yang beriman setiap kali Al
Qur'an dan As-Sunnah memaparkan ayat yang berisi sifat-sifat
orang-orang beriman yang benar, dan menjelaskan risalahnya
dalam kehidupan ini, kecuali ada perintah yang jelas, atau
anjuran dan dorongan bagi orang-orang beriman untuk
mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, maka
tidak heran jika seorang muslim menjadi seseorang yang
mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran;
karena kebaikan negara dan rakyat tidak sempurna kecuali
dengannya.
Tetapi yang menjadi masalah di sini adalah masih banyak
di kalangan umat muslim enggan untuk menyeru kepada
kebaikan atau mengingatkan kepada kebaikan. Hal ini terjadi
dikarenakan masih banyak di kalangan umat Islam yang belum
mengetahui manfaat dari menyeru kepada kebaikan ini dan
2
mereka berpikir bahwa hanya orang-orang baik saja yang boleh
mengajak orang pada hal yang baik.Pola-pola pikir seperti
inilah yang mengakibatkan Masih banyak orang yang enggan
untuk menyuruh kepada kebaikan, tentu pola pola pikir seperti
inilah yang harus kita ubah sebagai seorang muslim.
Karena tidak perlu untuk menjadi orang baik terlebih
dahulu baru kita menyampaikan satu kebaikan. bila kita
menunggu untuk menjadi baik terlebih dahulu kita tidak akan
pernah bisa untuk menyampaikan suatu kebaikan. Dengan kita
menyampaikan suatu kebaikan secara tidak langsung kita akan
merubah perilaku yang ada dalam diri kita. dan secara tidak
langsung pula berarti kita menasehati diri kita sendiri untuk
berbuat kepada kebaikan.

Objek Kajian
Hadist Nabi Muhammad Shallallahu „alaihi wa sallam :
Dari Abu Mas‟ud Radhiyallahu anhu berkata, “Rasulullah
Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, „Barangsiapa
menunjukkan suatu kebaikan, maka ia mendapatkan pahala
seperti pahala orang yang melakukannya.” [HR. Muslim]
Hadits ini diriwayatkan Imam Muslim dalam kitab al-
imarah bab fadhlu I‟anat al-ghazi fi sabilillah (bab keutamaan
membantu orang yang berperang di jalan Allah), no. 1893 dari
jalur Abu Mu‟awiyah dari A‟masy dari Abu Amr asy-Syaibani
dari Abu Mas‟ud al-Anshari Radhiyallahu anhu ; ia berkata,
“Seorang lelaki datang kepada Nabi Shallallahu „alaihi wa
sallam seraya berkata, „Sungguh, tungganganku telah binasa.
Karena itu tolong berilah aku tumpangan (tunggangan).” Nabi
menjawab, “Aku tidak punya.” Lalu ada seorang lelaki yang
berkata, “Wahai Rasûlullâh! Aku bisa menunjukkan padanya
orang yang bisa memberinya tumpangan (tunggangan).” Lalu

3
Rasûlullâh Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda seperti yang
tertera dalam hadits di atas.
Syarah Lafazh
Syarah Lafazh dari Sabda Rasulullah Shallallahu „alaihi
wa sallam :

Siapa yang menunjukkan pada suatu kebaikan. Kata khair


pada potongan hadits di atas adalah bentuk nakirah dalam
redaksi kalimat bersyarat (kalimat majmuk bertingkat). Dalam
tata bahasa arab, kata khair dalam kalimat seperti di atas
bermakna umum, sehingga mencakup semua bentuk kebaikan,
baik kebaikan duniawi maupun religi (terkait agama). Sehingga
masuk dalam cakupan kata khair di atas yaitu ketika seseorang
menunjukkan orang lain suatu perbuatan baik, termasuk pula
memberi nasihat, wejangan, peringatan, menyusun buku
tentang ilmu-ilmu yang bermanfaat. Sabda Rasulullah
Shallallahu „alaihi wa sallam :

Maka ia mendapatkan pahala sebagaimana pahala orang yang


melakukannya Artinya orang yang menunjukkan kebaikan
akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang
mengerjakan kebaikan itu sendiri. Semakin banyak orang yang
melakukannya, maka semakin banyak pahala yang
didapatkannya.
Hadits ini berisi kandungan yang agung dan termasuk
jawami‟ al-kalim. Jawami‟ al-kalim sendiri adalah istilah untuk
ungkapan yang disampaikan dengan bahasa yang singkat,
namun bermakna luas, padat dan berisi. Hadits ini menjelaskan
bahwa orang yang menunjukkan kepada orang lain suatu
kebaikan atau suatu jalan hidayah, ia akan mendapatkan pahala
seperti pahala orang yang melakukannya. Pengertian ini ada
4
juga pada hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi
Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa mencontohkan dalam Islam suatu contoh
yang baik, maka ia akan mendapatkan pahalanya, dan pahala
orang yang melakukannya setelahnya; tanpa berkurang
sesuatu apapun dari pahala mereka. Dan barangsiapa yang
mencontohkan dalam Islam suatu contoh yang buruk, maka ia
menanggung dosanya dan dosa orang yang mengerjakannya
setelah dia, tanpa berkurang sesuatu pun dari dosa-dosa
mereka”.[HR. Muslim, no. 1017]
Ini juga mencakup dakwah dengan perkataan, seperti
mengajar, memberikan wejangan, berfatwa dan mencakup pula
dakwah dengan perbuatan, seperti dengan memberikan
tauladan yang baik. Sebab orang yang menjadi panutan dan
tauladan, bila mengerjakan atau meninggalkan sesuatu, akan
diikuti orang banyak. Seolah-olah dengan perbuatannya ini, ia
telah menyeru dan mendakwahi manusia untuk mengerjakan
atau meninggalkan perbuatan tersebut.
Para Ulama Salaf mengambil kesimpulan dari ayat ini
bahwa predikat terbaik bisa diraih oleh umat ini, karena mereka
adalah orang yang paling bermanfaat untuk orang lain. Ini
terwujud dengan menunjukkan manusia pada perbuatan baik
dan memperingatkan mereka dari perbuatan buruk.

Kaitannya Dengan Tujuan Komunikasi Islam


Dalam kaitannya dengan tujuan komunikasi Islam adalah
bahwasanya komunikasi Islam itu memberi tahu. Maksud
dalam memberi tahu ini memaklumkan kepada seseorang
tentang ajaran-ajaran yang terkandung dalam Alquran dan As-
Sunnah yang berkaitan dengan aqidah syariah dan akhlak.
Selain daripada itu komunikasi Islam ini juga untuk

5
memberitahu kepada umat manusia tentang pentingnya
menegakkan Amar ma'ruf yaitu segala kebaikan dan segala
perbuatan yang dipandang baik oleh syara' atau agama.
Hal ini tak lain dan tak bukan memiliki manfaat apabila
kita dapat menegakkannya, kita dapat menjadi bagian dari
orang-orang Mukmin, kita akan menjadi orang-orang yang
soleh, Allah akan memberikan rahmat nya kepada kita dan
terakhir segala kebaikan yg kita lakukan Allah akan
mengembalikannya kepada siapa saja yang melakukan aksi
Amar ma'ruf nahi mungkar ini.
Hal ini tentu sesuai dengan sabda rasulullah shallallahu
alaihi wasallam yang terdapat dalam hadis di atas:

maka ia mendapatkan pahala sebagaimana pahala orang yang


melakukannya yang artinya Siapa saja orang yang
menunjukkan kepada kebaikan kepada orang lain akan
mendapat pahala seperti pahala orang yang mengerjakan
kebaikan tersebut dari semakin banyak orang yang melakukan
kebaikan dari apa yang kita beri tahu kepada orang tersebut
maka semakin banyak pahala yang akan kita dapatkan.
Dalam menyeru kepada kebaikan tujuan dari proses
komunikasi Islam tersebut yaitu memberi petunjuk.
Komunikasi Islam merupakan komunikasi dakwah yg
digunakan untuk mengajak atau menghimbau manusia untuk
melakukan perkara-perkara yang berbentuk kebaikan di dalam
kehidupan.
Maka dari itu dalam proses menyuruh kepada kebaikan
penting bagi seseorang. untuk mengetahui bagaimana cara-cara
yang diperlukan oleh umat Islam dalam melaksanakan ajaran
Alquran dan as-sunnah. Memberi petunjuk di sini bermakna
memberi panduan atau mengarahkan seseorang ke Jalan
6
kehidupan yang benar dan diridhoi oleh Allah Subhanahu Wa
Ta'ala.
Dalam menyampaikan atau memberi petunjuk hendaknya
kita memperhatikan beberapa poin yang insya Allah bisa
berguna bila kita terapkan.
Pertama, hendaknya dalam memberi petunjuk dilakukan
dengan cara yang ihsan agar tidak berubah menjadi
penelanjangan aib dan dan menyinggung perasaan orang lain.
Ingatlah ketika Allah berfirman kepada Musa dan Harun agar
berbicara dengan lembut kepada Firaun dalam Quran Surah At
Thaha ayat 44.
Kedua, Islam adalah agama yang berdimensi individual
dan sosial, maka sebelum memperbaiki orang lain seorang
muslim dituntut berintropeksi diri dan berbenah diri sebab cara
amar ma'ruf yang baik adalah yang diiringi dengan
keteladanan.
Ketiga, menyampaikan amar ma'ruf disandarkan kepada
keikhlasan karena mengharap ridha Allah Swt, bukan mencari
popularitas dan dukungan politik. Yang terakhir amar ma'ruf
dilakukan menurut Alquran dan as-sunnah dan
diimplementasikan di dalam kehidupan masyarakat secara
berkesinambungan.
Oleh karena itu dalam menyampaikan dakwah amar ma'ruf
kita dituntut memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi baik itu
kepada Allah maupun kepada mad`u. Bertanggung jawab
kepada Allah dalam arti bahwa dakwah yang kita lakukan
harus benar-benar ikhlas dan sejalan dengan apa yang
digariskan oleh Alquran dan Sunnah. Dan bertanggung jawab
kepada Mad`u mengandung arti bahwa Dakwah Islamiyah
memberikan kontribusi positif bagi kehidupan sosial umat yang
bersangkutan.

7
Metode Penelitian
1. Takhrij Sanad
Pertama, metode penelitian ini dilakukan dengan cara
yaitu, takhrij sanad. Takhrij sanad adalah penelusuran atau
pencarian sanad hadis dari berbagai kitab hadis, sebagai
sumber asli dari hadis yang bersangkutan yang di dalam itu
ditentukan secara lengkap sanad hadis yang bersangkutan.
Tujuan men-takhrij sanad hadis adalah untuk mengetahui
sumber asal dari sanad hadis yang di-takhrij serta keadaan
hadis tersebut dari segi diterima dan ditolak.
2. Takhriz Matan
Kedua, metode penelitian ini dilakukan dengan cara yaitu,
Takhrij Matan. Takhriz Matan Adalah penelusuran atau
pencarian penjelasan dari isi hadist dari berbagai kitab hadist.
Jadi kajian atas matan ini dilakukan bukan untuk mengkritisi
muatan dan kandungan matan tersebut, atau mengkritisi ajaran
yang disampaikan oleh Rasulullah, tetapi untuk memperjelas
matan dan untuk memastikan maksud dari ajaran yang
terkandung di dalamnya
3. Kaitan Dengan Ilmu Komunikasi Islam
Ketiga, metode penelitian ini dilakukan dengan cara
mengkaitkan tujuan komunikasi islam dengan ilmu komunikasi
islam. Dimana tentu ada beberapa hal dari tujuan komunikasi
islam ini yang berpengaruh terhadap komunikasi islam itu
sendiri. Yang tentunya akan berdampak di kehidupan sehari-
hari.

Kesimpulan
Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan
menegakkan Amar ma'ruf kewajiban merupakan hal yang
8
sangat penting yang tidak bisa ditawar lagi bagi siapa saja yang
mempunyai kekuatan dan kemampuan untuk melakukannya.
Karena mengajak kepada kebaikan merupakan ciri utama
orang-orang yang beriman yang setiap kali Alquran dan as-
sunnah memaparkan Ayat yang berisi sifat-sifat orang yang
beriman yang benar dan menjelaskan risalahnya dalam
kehidupan ini. Tetapi apabila kita terus berlomba-lomba dalam
menyeru kepada kebaikan tentu itu akan berdampak pada diri
kita sendiri.
Hal ini tertuang dalam hadis Nabi Muhammad shallallahu
alaihi wasallam yang berbunyi: “ dari Ibnu Mas'ud radhiallahu
Anhu berkata Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
bersabda, “ barangsiapa menunjukkan suatu kebaikan Maka Ia
mendapat pahala seperti pahala orang yang melakukannya”.
Hadits ini menjelaskan bahwa orang yang menunjukkan
kepada orang lain suatu kebaikan atas suatu jalan hidayah ia
akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang
melakukannya. Kebaikan di sini mencakup dakwah dengan
perkataan seperti mengajar memberikan wejangan berfatwa
dan mencakup pula dakwah dengan perbuatan seperti dengan
memberikan teladan yang baik. sebab orang yang menjadi
panutan dan teladan, bila meninggalkan atau mengerjakan
sesuatu hal, akan diikuti oleh orang banyak
Dalam kaitannya dengan tujuan komunikasi Islam adalah
bahwasanya komunikasi Islam itu memberi tahu. Maksud
dalam memberi tahu ini memaklumkan kepada seseorang
tentang ajaran-ajaran yang terkandung dalam Alquran dan As-
Sunnah yang berkaitan dengan aqidah syariah dan akhlak.

NOVELTY
Penemuan utama

9
Dalam kaitannya dengan tujuan komunikasi Islam adalah
bahwasanya komunikasi Islam itu memberi tahu. Maksud
dalam memberi tahu ini memaklumkan kepada seseorang
tentang ajaran-ajaran yang terkandung dalam Alquran dan As-
Sunnah yang berkaitan dengan aqidah syariah dan akhlak.
Selain daripada itu komunikasi Islam ini juga untuk
memberitahu kepada umat manusia tentang pentingnya
menegakkan Amar ma'ruf yaitu segala kebaikan dan segala
perbuatan yang dipandang baik oleh syara' atau agama.
Dalam menyeru kepada kebaikan tujuan dari proses
komunikasi Islam tersebut yaitu memberi petunjuk.
Komunikasi Islam merupakan komunikasi dakwah yg
digunakan untuk mengajak atau menghimbau manusia untuk
melakukan perkara-perkara yang berbentuk kebaikan di dalam
kehidupan. Maka dari itu dalam proses menyuruh kepada
kebaikan penting bagi seseorang. untuk mengetahui bagaimana
cara-cara yang diperlukan oleh umat Islam dalam
melaksanakan ajaran Alquran dan as-sunnah. Memberi
petunjuk di sini bermakna memberi panduan atau mengarahkan
seseorang ke Jalan kehidupan yang benar dan diridhoi oleh
Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Daftar Rujukan
Budiman, Jamaluddin. (2001). Komunikasi Islam. Jakarta.
Academia Press.
https://almanhaj.or.id/9758-keutamaan-menunjukkan-kebaikan.
Html

10

Anda mungkin juga menyukai