Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan norma dasar dan norma
tertinggi didalam negara Republik Indonesia. Pancasila sering mengalami berbagai
deviasi dalam aktualisasi nilai-nilainya, baik berupa penambahan, pengurangan
atau penyimpangan makna dari yang semestinya.
Aktualisasi pancasila dalam kehidupan modern lebih mendasarkan diri pada
pendekatan empirik daripada menggunakan pendekatan hukum atau formal belaka.
Karena politik melihat dan menganalisis sesuatu tidak semata-mata didasarkan atas
penglihatan mata telanjang, tetapi mengkajinya dengan bathin.
Makalah ini dimaksudkan untuk mengajak pada khalayak dari berbagai latar
belakang untuk merenung dan memikirkan kembali serta berintrospeksi diri akan
kenyataan-kenyataan sosial politik nasional yang sekarang berkembang harus
diakui bahwa pancasila memang di gali dari bangsa Indonesia sendiri.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apakah Aktualisasi Pancasila itu ?
2 Bagaimana penjabaran nilai-nilai moral yang terkandung dalam setiap sila?
3 Apa saja ke-khasan dan ke-universalitasan Pancasila dalam konteks ideologi
politik internasional ?
4 Apa saja dasar-dasar Axiologi Pancasila mengenai Aktualisasi pancasila dalam
kehidupan modern?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Untuk Mengetahui Apa itu Aktualisasi Pancasila.
2. Untuk Mengetahui Bagaimana penjabaran nilai-nilai yang terkandung dalam
setiap sila.
3. Untuk Mengetahui Apa saja ke-khasan Pancasila dalam konteks ideologi
politik nasional dan Apa saja dasar-dasar mengenai Aktualisasi Pancasila
dalam kehidupan modern.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN AKTUALISASI


Aktualisasi merupakan suatu bentuk kegiatan melakukan realisasi antara
pemahaman akan nilai dan norma dengan tindakan dan perbuatan yang dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan aktualisasi pancasila, berarti penjabaran
nilai-nilai pancasila dalam bentuk norma-norma, serta merealisasikannya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam aktualisasi Pancasila ini, penjabaran
nilai-nilai Pancasila dalam bentuk norma-norma, dijumpai dalam bentuk norma
hukum, kenegaraan, dan norma-norma moral. Sedangkan realisasinya dikaitkan
dengan tingkah laku semua warga negara dalam masyarakat, berbangsa dan
bernegara, serta seluruh aspek penyelenggaraan negara.

Aktualisasi pancasila dibagi dua, yakni:


1. Aktualisasi Obyektif adalah penjabaran nilai-nilai Pancasila ke bentuk norma
aspek penyelenggaraan negara, baik Lembaga Eksekutif, Legislatif, Yudikatif
maupun semua bidang kenegaraan lainnya.
2. Aktualisasi Subyektif adalah penjabaran nilai-nilai pancasila dalam bentuk
norma dalam diri individu dan berkaitan dengan norma-norma moral.

2.2 PENJABARAN NILAI-NILAI MORAL YANG TERKANDUNG


DALAM PANCASILA
Penjabaran nilai-nilai moral (aktualisasi subyektif) yang terkandung pada setiap sila
dalam Pancasila:

1. Sikap dan perilaku menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan


a. Melaksanakan kewajiban pada Tuhan YME, sesuai kepercayaan masing-
masing.
b. Membina kerjasama dan tolong menolong dengan pemeluk agama lain
sesuai sikon dilingkungan masing-masing.

2
c. Mengembangkan toleransi antar-umat beragama menuju kehidupan yang
serasi, selaras, dan seimbang.
d. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan YME
kepada orang lain.

2. Sikap Menjunjung Tinggi nilai-nilai kemanusiaan


a. Memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabat sebagai ciptaan
Tuhan.
b. Mengakui persamaan derajat, hak dan kewajiban tanpa membedakan suku,
keturunan, agama, gender, status sosial dll.
c. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, tenggang rasa dan
tidak semena-mena terhadap orang lain.
d. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

3. Sikap dan perilaku menjunjung tinggi nilai-nilai Persatuan Indonesia


a. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara jika suatu
saat diperlukan.
b. Mencintai tanah air dan bangga terhadap bangsa dan negara Indonesia.
c. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhineka Tunggal Ika.
d. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

4. Sikap dan perilaku menjunjung tinggi nilai-nilai permusyawaratan atau


perwakilan
a. Mengutamakan musyawarah mufakat dalam pengambilan keputusan
bersama.
b. Tidak boleh memaksakan kehendak, intimidasi (memaksa pihak lain
berbuat sesuatu),berbuat anarkis (merusak) pada orang lain jika kita tidak
sependapat.
c. Mengakui bahwa setiap warga negara Indonesia memiliki kedudukan, hak
dan kewajiban yang sama.

3
d. Memberikan kepercayaan kepada wakil rakyat yang terpilih untuk
melaksanakan musyawarah dan melaksanakan tugasnya dengan sebaik-
baiknya.

5. Sikap Menjunjung Tinggi nilai-nilai Keadilan Sosial


a. Mengembangkan sikap gotong-royong dan kekeluargaan dengan
lingkungan masyarakat sekitar.
b. Tidak melakukan perbuatan yang dapat merugikan kepentingan oranglain
atau umum. Seperti mencoret-coret tembok atau pagar sekolah atau sarana
umum lainnya.
c. Suka bekerja keras dalam memecahkan atau mencari solusi atas suatu
masalah, baik pribadi, masyarakat, bangsa maupun negara.
d. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang
merata dan berkeadikan sosial melalui karya nyata, seperti melatih tenaga
produktif untuk terampil dalam sablon, perbengkelan, teknologi tepat guna,
membuat pupuk kompos dan sebagainya.

Memahami latar belakang historis dan konseptual Pancasila dan UUD 1945
merupakan suatu bentuk kewajiban bagi setiap warga negara sebelum
melaksanakan nilai-nilainya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, Kewajiban tersebut merupakan konsekuensi formal dan logis dalam
kedudukan kita sebagai warga negara, Karena kedudukan Pancasila sebagai dasar
negara.
Pancasila dalam kedudukannya sebagai ideologi negara diharapkan menjadi
filter untuk menyerap pengaruh perubahan zaman di era globalisasi ini.
Keterbukaan ideologi Pancasila terutama ditujukan dalam penerapannya yang
berbentuk pola pikir yang dinamis dan konseptual. Ideologi negara merupakan hasil
refleksi manusia atas kemampuannya mengadakan distansi (menjaga jarak) dengan
dunia kehidupannya. Antara ideologi dan kenyataan hidup masyarakat terdapat
hubungan dialektis, sehingga terjadi pengaruh timbal balik yang terwujud dalam
interaksi yang disatu pihak memacu ideologi agar makin realistis dan dilain pihak
mendorong masyarakat agar makin mendekati bentuk yang ideal. Ideologi

4
mencerminkan cara berpikir masyarakat dan juga membentuk masyarakat menuju
cita-cita.
Aspek pelaksanaan Pancasila sebagai ideologi internasional adalah sesuai
dengan kondisi dan lingkungan negara-negara yang bersangkutan. Artinya adalah
bahwa kekhasan nilau-nilai Pancasila yang bersifat universal mampu dilaksanakan
dengan baik dengan menyesuaikan kenyataan politik, kondisi politik dan
lingkungan politik yang ada pada negara yang bersangkutan. Jadi variasi
pelaksanaannya boleh berbeda-beda tetapi aspek muaranya tetap sama yaitu berakar
pada Pancasila sebagai landasan utama. Analisis ini bukan tanpa dasar yang kuat.

2.3 KE-KHASAN DAN KE-UNIVERSALITASAN PANCASILA DALAM


KONTEKS IDEOLOGI POLITIK INTERNASIONAL
Kekhasan dan ke-universalitasan yang pertama adalah Ketuhanan Yang Maha
Esa. Manusia membutuhkan berhubungan dengan penciptanya dalam rangka
kehidupan yang selanjutnya. Manusia juga membutuhkan hubungan dengan Tuhan
sebagai perwujuan ibadah kepada sang Khalik. Hal ini jelas bersifat universal dan
tidak terbantahkan.
Kekhasan dan ke-universalitasan yang kedua bahwa aspek kemanusiaan yang
adil dan beradab sangat dibutuhkan oleh setiap umat manusia. Manusia
membutuhkan keadilan, penghargaa, kesejahteraan, kemanusiaan yang
mengandung unsur solidaritas sosial yang tinggi tidak terbantah pula. Tidak ada
satu negarapun yang ingin menyia-nyiakan hidup dan menelantarkan warga
negaranya.
Kekhasan dan ke-universalitasan yang ketiga adalah aspek persatuan. Aspek
persatuan merupakan aspek yang terpenting dalam kehidupan manusia. Dengan
persatuan ini, maka sebuah negara dapat beraktivitas dengan baik untuk mencapai
tujuan yang di inginkan. Tidak ada satu negara pun yang menginginkan perpecahan
sehingga setiap saat timbul masalah. Aspek persatuan ini dengan demikian tidak
terbantah dibutuhkan oleh setiap manusia manapun didunia ini.
Kekhasan dan ke-universalitasan yang keempat adalah aspek kerakyatan
dengan perwakilan dan musyawarah. Aspek ini juga dibutuhkan oleh setiap negara.
Aspek perwakilan sebagai wujud demokrasi merupakan suatu hal yang urgen

5
dilaksanakan. Dalam kaitan ini aspek musyawarah lebih ditekankan dengan
bijaksana dan tinggalkan sedapat mungkin aspek political enforcement. Disinilah
nampak sekali kedewasaan pikir dan kedewasaan politik yang terkandung dalam
pancasila. Aspek inilah yang memberiaan tempat yang luas bagi berkembangnya
demokrasi dan juga tidak terbantah dibutuhkan oleh setiap warga dan negara.
Kekhasan dan ke-universalitasan yang kelima adalah aspek keadilan. Aspek ini
menunjuk pada upaya untuk menentukan segala sesuatu yang memang layak untuk
diterima oleh segenap warga negara, disinilah nampak adanya kesamaan dalam
berbagai hal seperti : persamaan dan sebagainya. Aspek keadilan merupakan hal
yang sangat prinsip dalam kehidupan manusia sebab tanpa aspek ini maka akan
terjadi law of the jungle yang nyata-nyata bertentangan dengan nurani ataupun
keadilan manusia.
Nilai-nilai dasar di dalam sosio-budaya Indonesia hidup dan berkembang sejak
awal peradabannya, terutama meliputi:
1. Kesadaran Ketuhanan dan kesadaran keagamaan secara sederhana dan
potensial.
2. Kesadaran kekeluargaan yang berwujud cinta keluarga sebagai dasar dan
kodrat terbentuknya masyarakat dan berkesinambungannya generasi.
3. Kesadaran musyawarah-mufakat dalam menetapkan kehendak bersama
ataupun memecahkan masalah-masalah bersama di dalam keluarga atau
dalam masyarakat sederhana mereka.
4. Kesadaran gotong-royong, tolong-menolong, semangat bekerja sama
sesama tetangga, kampung dan desa konsekuensinya wajar adanya
kegotong-royongan.
5. Kesadaran tenggang-rasa atau tepa-selira, sebagai semangat didalam
kekeluargaan dan kebersamaan, hormat menghormati dan memelihara
kesatuan saling pengertian demi keutuhan kerukunan dan kekeluargaan
dalam kebersamaan..

Nilai-nilai dasar ini tumbuh dan berkembang di dalam praktek tata masyarakat
sosio-budaya kita dan berkembang bahkan teruji sepanjang sejarah bangsa. Karena
itu nilai dasar tersebut teruji dalam kehidupan sehingga meyakinkan bangsa kita

6
bahwa nilai-nilai dasar ini menjamin kekeluargaan, kesatuan, kebersamaan,
kerukunan, kedamaian, dan kesejahteraan yang pada gilirannya merupakan
kebahagiaan hidup. Karena itulah nilai daar ini dianggap sebagai pandangan hidup.
Nilai-nilai dasar yang potensial ini telah mencapai bentuk, sifat dan kualitasnya
yang formal dalam rangka sistem kenegaraan Indonesia, sebagai terjelma didalam
Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 45.
Konsekuensi formal dan imperatif dari kedudukan Pancasila sebagai dasar
negara atau sistem kenegaraan ialah bahwa semua sub-sistem dalam kehidupan
kenegaraan dan kemasyarakatan wajib mencerminkan identitas Pancasila pula.
Sub-sistem atau bidang-bidang kehidupan antara lain:
1. Bidang ideologi politik
2. Bidang hukum
3. Bidang ekonomi
4. Bidang sosial-budaya
5. Bidang kehidupan keagamaan/kepercayaan
6. Bidang Hankamnas.

2.4 AXIOLOGI PANCASILA MENGENAI AKTUALISASI PANCASILA


DALAM KEHIDUPAN MODERN
Axiologi dijelaskan oleh Runes, antara lain: Axiologi ( Gr. Axios, of value,
worthy, and logos, accaunt, reason, theory ). Bidang Axiologi ialah bidang yang
menyelidiki pengertian, jenis, tingkat, sumber dan hakekat secara kesemestaan.
Bagi makhluk hidup khususnya manusia maka yang bernilai itu sesungguhnya
terutama yang merupakan sarana bagi kehidupan. Alam dan isinya seperi tanah
(subur), air (bersih), udara (bersih), bahkan panas matahari merupakan sumber
kehidupan, karenanya merupakan nilai. Sesuatu bernilai bukan hanya secara phisik
atau jasmaniyah (nilai benda,nilai ekonomi) bahkan lebih-lebih nilai rokhaniyah
spiritual juga. Realitas kehidupan manusia adalah perpaduan jasmaniyah
rokhaniyah yang seimbang dan serasi. Bahkan dalam kesemastaan ” tersebar” nilai
yang tiada terbatas , yang dapat dimanfaatkan dengan sadar ia atas nilai-nilai yang
terkandung didalam alam semesta.

7
Inilah nilai-nilai potensial yang dapat menjadi nilai aktual bila manusia
mendayagunakan dengan penuh kesadaran. Berdasarkan analisis yang
komprehensif, maka dapat dikemukakan dasar-dasar axiologi bagi pancasila
sebagai berikut:

1. Bahwa Tuhan Yang Maha Esa adalah maha sumber nilai semesta yang
menciptakan nilai dalam makna dan wujud:
a. Nilai hukum alam, yang mengikat dan mengatur alam semesta dan isinya
secara obyektif dan mutlak, tanpa terikat ruang dan waktu, bersifat obyektif
universal.
b. Nilai hukum moral yang mengikat manusia secara psikologis spiritual,
obyektif dan mutlak menurut ruang dan waktu , namun tetap universal.
Hukum alam dan hukum moral merupakan pengendalian semesta dan kehidupan
manusia yang menjamin keharmonisan dan kelestarian. Nilai alamiah dan hukum-
hukum merupakan sumber bagi nilai dan penyelidikan ilmu pengetahuan alam
khususnya. Sedangkan hukum moral dan manusia menjadi sumber bagi nilai dan
penyelidikan ilmu pengetahuan sosial, filsafat, agama.

2. Subyek manusia dapat membedakan secara hakiki maha sumber dari sumber
nilai dalam perwujudan :
a. Tuhan Yang Maha Esa dan agamaNya sebagai maha sumber nilai
kesemestaan. Tuhan Maha Pencipta Alam dan hukum alam, makhluk-
makhluk dan hukum moral. Tuhan dan agama sebagai sumber kebahagiaan
dan sumber kebajikan.
b. Alam semesta dengan hukum alamnya sebagai sumber nilai dalam makna
sumber kehidupan, sumber keindahan bagi makhluk-makhluk hidup
termasuk manusia.
c. Bangsa dan sosio-budaya , dengan potensi sumber daya manusia dan
budayanya adalah sumber nilai yang unik bagi tiap bangsa.
d. Negara dan sistem kenegaraan (filsafat atau ideologi, undang-undang dasar,
doktrin nasional, dan sebagainya) adalah sumber cita dan cipta bagi
masyarakat bangsa itu, warga negara.

8
e. Kebudayaan, terutama ilmu pengetahuan dan filsafat sebagai sumber nilai
dalam kehidupan intlektual manusia, sekaligus wahana pengabdian melalui
cipta dan karya.

3. Nilai dalam kesadaran manusia dan dalam realitas alam semesta meliputi :
a. Tuhan Yang Maha Esa dengan perwujudan nilai agama yang
diwahyukannya,
b. Alam semesta dengan perwujudan, hukum alam dan unsur yang menjamin
kehidupan makhluk didalam alam seperti: tanah, air, udara, panas, antar
hubunagn harmonis yang secara langsung bernilai bagi kehidupan di bumi
kita.
c. Nilai filsafat dan ilmu pengetahuan, yang merupakan sosio-budaya dan
kebudayaan untuk manusia secara keseluruhan telah membentuk sistem
nilai dalam peradaban manusia menurut tempat dan zamannya.

4. Manusia dan potensi martabatnya menduduki fungsi ganda dalam hubungan


dan nilai, yakni:
a. Manusia sebagai subyek nilai, yakni manusia penghayat dan pengamal nilai
atau “konsumen” nilai dalam makna manusia yang mendayagunakan nilai
pada dirinya dan kehidupan. Dalam kedudukan ini manusia dikenai
tanggung jawab atas pendayagunaan nilai, tanggung jawab bagaimana
manusia mengelola dan melaksanakan nilai apakah sesuai dengan norma
yang berlaku.
b. Manusia sebagai pencipta nilai atau”produsen” nilai dengan karya dan
prestasi manusia baik individual maupun kelompok dan nasional, Manusia
secara keseluruhan adalah subyek budaya, yang mencipta dan memelihara
budaya. Melalui potensi dan karya manusia secara terbatas “mencipta”
unsur budaya.

5. Martabat kepribadian manusia yang secara potensialitas integritas dari hakekat


manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk susila (moral)
adalah subyek nilai. Martabat subyek ini lebih ditentukan oleh pengamalan nilai

9
(aktualitas) daripada potensialitas. Artinya martabat manusia qua potensialitas
sama yakni integritas ketiga sifat esensial tersebut. Berdasarkan asas aktualitas
ini manusia wajib menyadari bahwa nilai hidupnya ialah pengabdiannya kepada
sesama makhluk hidup dan kepada Tuhannya yang perwujudannya berupa sikap
hikmat kebijaksanaan, ketulusan dan kerendahan hati, cinta keadilan dan
kebenaran, karya dan dharma-bakti. Seluruh pengabdian manusia ini adalah
nilai pengabdian atau amal kebajikan.

6. Mengingat maha sumber nilai adalah Tuhan Yang Maha Esa dan subyek
manusia dengan potensi martabatnya yang luhur yakni budi nurani, manusia
secara potensial mampu menghayati dalam makna percaya/beriaman kepada
Tuhan Yang Maha Esa menurut agama dan kepercayaannya masing-masing.
Tuhan dan nilai agama secara filosofis adalah metafisis. Jadi bersifat
supernatural dan supra-rasional, potensi martabat luhur manusia demikian
bersifat apriori, artinya memang diciptakan Tuhan demikian diciptakan Tuhan
demikian sebagai identitas martabatnya yang unik. Keunikan potensi martabat
manusia ialah tampak dalam kecenderungannya untuk secara sadar cinta
keadilan dan kebenaran, kebaikan dan kebajikan. Dengan perkataan lain
hendaknya disadari oleh manusia bahwa keadilan, kebaikan, kebajikan adalah
produk manusia, berupa sikap dan karya, tindakan dan perbuatan pribadi.
Sumber kebajikan dan sebagainya itu adalah cinta kasih yang merupakan
identitas utama budi nurani manusia. Karena itulah cinta kasih menjadi potensi
dan enersi kemanusiaan. Cinta kasih inilah yang menjadi sumber motivasi dan
enersi semua usaha kebajikan manusia.

7. Manusia sebagai subyek nilai memikul kewajiban dan tanggung jawab atas
bagaimana mendayagunakan nilai, mewariskan dan melestarikan nilai dalam
kehidupan kebudayaan dan kemanusiaan. Manusia mengemban citra
kemanusiaan (dengan martabat luhurnya) bahkan berkewajiban menyadari
bahwa citra Ketuhanan Yang Maha Esa terutama Maha Pengasih dan
Penyayang(= Cinta Kasih) yang wajib dijunjung manusia supaya alam, bumi
dan peradaban tetap lestari. Kebencian sebagai nilai antithesa daripada cinta

10
kasih, adalah sumber kerusakan dan kehancuran, sumber atau sebab
kemusnahan.

Berdasarkan analisis diatas, dapat disimpulkan:


a. Bahwa hakekat kebenaran ialah cinta kasih, yang perwujudannya ialah
kebenaran, keadilan dan kebajikan.
b. Bahwa hakekat ketidakbenaran ialah kebencian, yang perwujudannya
dendam, permusuhan, perang dan sebagainya,

Manusia dalam pribadinya yang mandiri menghayati kepribadiannya dan nilai-


nilai dalam suatu proses subyektif yang teologis. Artinya manusia sadar bahwa
hidupnya dalam proses berkembang dan meyakini nilai-nilai dan mengamalkannya,
mewariskan dan melestarikan nilai-nilai. Bahkan manusia menyadari sepenuhnya
bahwa kualitas dan martabat kepribadiannya ialah dalam kesungguhan meyakini
dan mengamalkan nilai-nilai itu. Subyek manusia menikmati hubungan fungsional
pribadinya dengan nilai-nilai terutama dengan hakekat nilai yakni cinta kasih,
memberikan cinta kasih, akan menikmati pula cinta kasih itu.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan norma dasar dan norma
tertinggi didalam negara Republik Indonesia. Perwujudan nilai-nilai Pancasila
sebagai dasar negara dalam bentuk peraturan perundang-undangan bersifat
imperatif (mengikat). Aktualisasi Pancasila berarti penjabaran nilai-nilai pancasila
dalam bentuk norma-norma, serta merealisasikannya dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Dalam aktualisasi Pancasila ini, penjabaran nilai-nilai Pancasila
dalam bentuk norma-norma, dijumpai dalam bentuk norma hukum, kenegaraan,
dan norma-norma moral. Sedangkan realisasinya dikaitkan dengan tingkah laku
semua warga negara dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara, serta seluruh
aspek penyelenggaraan negara.
Aktualisasi pancasila dibagi dua, yaitu aktualisasi Obyektif dan aktualisasi
Subyektif. Aktualisasi Obyektif merupakan penjabaran nilai-nilai Pancasila ke
bentuk norma aspek penyelenggaraan negara. Sedangkan Aktualisasi Subyektif
merupakan penjabaran nilai-nilai Pancasila dalam bentuk norma-norma moral pada
setiap diri individu. Penjabaran nilai-nilai moral tersebut telah dijelaskan pada
makna setiap sila dalam Pancasila.

3.2 SARAN

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan
kekhilafan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik maupun saran dari
para pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://galaxyprop.blogspot.com/2018/02/
https://www.academia.edu/28658810/
Dinamika Politik Nasional. Semarang: PT Pustaka Rizki Putra.
Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pancasila. Surabaya:
Usaha Nasional.

13
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas nikmat dan
karuniaNya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Aktualisasi Pancasila “ ini dengan baik dan tepat waktu. Kami juga turut berterima
kasih kepada ibu dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila yang telah memberikan
tugas mengenai makalah ini sehingga pengetahuan kami dalam penulisan makalah
ini semakin bertambah. Tidak ada manusia yang sempurna, oleh karena itu kami
menyadari masih terdapat banyak kesalahan yang tanpa sengaja dibuat, baik kata
maupun tata bahasa di dalam makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.

Medan, 14 Januari 2020

Kelompok 7

14
ii
DAFTAR ISI

Daftar isi…………………………………………………………………………...ii
Kata pengantar……………………………………………………………………iii

BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………..….1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………..1
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………..…………..1

BAB II: PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Aktualisasi…………………..…………………………....………..2
2.2 Penjabaran Nilai-Nilai Moral Yang Terkandung Dalam Pancasila…….……..2
2.3 Ke-Khasan Dan Ke-Universalitasan Pancasila Dalam Konteks Ideologi Politik
Internasional…………………………………………………….……………..5
2.4 Axiologi Pancasila Mengenai Aktualisasi Pancasila Dalam Kehidupan
Modern……………………………………………………………...…………7

BAB III : PENUTUP


3.1 Kesimpulan……………………………………………………………..……12
3.2 Saran…………………………………………………………………………12

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………...……………….13

15
iii
MAKALAH
AKTUALISASI PANCASILA

Mata Kuliah :Pendidikan Pancasila


Dosen Pengampu :Netty Kesuma, MH

Makalah ini disusun oleh :


KARONGIA HARJA PURBA ( 1932000012 )
SAMUEL PASARIBU ( 1932000024 )
RIBBY TAZUID ( 1932000038 )

KELAS A PAGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS POTENSI UTAMA MEDAN
2020

16

Anda mungkin juga menyukai