Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN SEMENTARA FITOKIMIA

PENENTUAN PELARUT DENGAN METODE

Simplex Lattice Design (SLD)

Kelompok : A1.3
Nama Anggota : Afifah Nida’Amalia : 34190281
Astri Meliasari : 34190283
Fadilah Nuraini : 34190287
Mila Susanti : 34190292
Hari, Tanggal : Selasa, 16 Maret 2021
Instruktur : apt. Yulli Nurullailli
E.,S.Farm.,M.Farm

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL

YOGYAKARTA 2020
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat memahami prinsip penentuan penyari dengan metode
Simplex Lattice Design (SLD) agar didapatkan penyari yang optimum untuk simplisia
tertentu.
II. PENDAHULUAN
Pemilihan pelarut menjadi sangat penting, dipilih pelarut yang memiliki sifat
antara lain pelarut dapat melarutkan solut tetapi sedikit atau tidak melarutkan diluen,
pelarut tidak mudah menguap pada saat ekstraksi, pelarut mudah dipisahkan dari
solut, sehingga dapat dipergunakan kembali dan pelarut tersedia dipasaran dan tidak
mahal.
Proses penyarian untuk memperoleh ekstrak dari bahan alam memerlukan
pelarut yang tepat yang menyari zat aktif atau zat yang diinginkan dalam jumlah yang
optimum, untuk memperoleh proporsi campuran pelarut yang tepat, dalam hal ini
etanol dan air perlu dilakukan uji pendahuluan dengan suatu metode ini, proporsi
masing-masing komponen penyari dalam campuran jika dijumlahkan harus sama
dengan 1 (satu). Pengukuran kadar zat aktif yang tersari dilakukan dengan pelarut
dalam bentuk tunggal dan dalam campuran. Dengan demikian dapat diprediksi
campuran dengan proporsi pelarut yang terbaik.
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian
sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat
terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Ekstraksi bertujuan untuk
melarutkan senyawa-senyawa yang terdapat dalam jaringan tanaman ke dalam pelarut
yang dipakai untuk proses ekstraksi tersebut. Hal-hal yang penting diperhatikan dalam
melakukan ekstrasi yaitu pemilihan pelarut yang sesuai dengan sifat-sifat polaritas
senyawa yang ingin diekstraksi ataupun sesuai dengan sifat kepolaran kandungan
kimia yang diduga dimiliki simplisia tersebut, hal lain yang perlu diperhatikan adalah
ukuran simplisia harus diperkecil dengan cara perajangan untuk memperluas sudut
kontak pelarut dan simplisia, tapi jangan terlalu halus karna dikhawatirkan
menyumbat pori-pori saringan menyebabkan sulit dan lamanya poses ekstraksi.
(Sudjadi,1988)

1
Jenis – Jenis Ekstraksi
1. Ekstraksi secara dingin :
a. Metode maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari
pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.
Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang
mengandung komonen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak
mengandung benzoin, tiraks dan lilin.
Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang
kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel
cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat
digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin,
tiraks dan lilin.
Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai berikut : ·
1) Modifikasi maserasi melingkar
2) Modifikasi maserasi digesti
3) Modifikasi Maserasi Melingkar Bertingkat
4) Modifikasi remaserasi
5) Modifikasi dengan mesin pengaduk
b. Metode Soxhletasi
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan,
cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari
terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun
menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam
labu alas bulat setelah melewati pipa sifon
Keuntungan metode ini adalah :
1) Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan
terhadap pemanasan secara langsung.
2) Digunakan pelarut yang lebih sedikit
3) Pemanasannya dapat diatur

2
Kerugian dari metode ini :
1) Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di
sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan
reaksi peruraian oleh panas.
2) Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui
kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam
wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk
melarutkannya.
3) Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk
menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti
metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah komdensor
perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang
efektif.
4) Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran
azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran
pelarut, misalnya heksan : diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang
diasamkan atau dibasakan, karena uapnya akan mempunyai komposisi
yang berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah.
c. Metode Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui
serbuk simplisia yang telah dibasahi.Keuntungan metode ini adalah tidak
memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari
ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau
terbatas dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin
selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien.
2. Ekstraksi secara panas
a. Metode refluks
Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi
sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan
langsung.. Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar
dan sejumlah manipulasi dari operator.

3
b. Metode destilasi uap
Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-
minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman Metode destilasi uap air
diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung minyak menguap
atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada
tekanan udara normal.
Pemilihan pelarut merupakan salah satu faktor yang penting dalam proses
ekstraksi. Jenis pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi mempengaruhi jenis
komponen aktif bahan yang terekstrak karena masing-masing pelarut mempunyai
selektifitas yang berbeda untuk melarutkan komponen aktif dalam bahan. Menurut
Perry (1984), berbagai syarat pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi, yaitu
sebagai berikut:
a. Memiliki daya larut dan selektivitas terhadap solute yang tinggi. Pelarut harus
dapat melarutkan komponen yang diinginkan sebanyak mungkin dan sesedikit
mungkin melarutkan bahan pengotor.
b. Bersifat inert terhadap bahan baku, sehingga tidak bereaksi dengan komponen
yang akan diekstrak.
c. Reaktivitas. Pelarut tidak menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen
bahan ekstraksi.
d. Tidak menyebabkan terbentuknya emulsi.
e. Tidak korosif.
f. Tidak beracun.
g. Tidak mudah terbakar.
h. Stabil secara kimia dan termal.
i. Tidak berbahaya bagi lingkungan.
j. Memiliki viskositas yang rendah, sehingga mudah untuk dialirkan.
k. Murah dan mudah didapat, serta tersedia dalam jumlah yang besar.
l. Memiliki titik didih yang cukup rendah agar mudah diuapkan.
m. Memiliki tegangan permukaan yang cukup rendah.

4
Pada umumnya ekstraksi pektin dilakukan dengan ekstraksi asam yang menggunakan
beberapa jenis asam seperti asam tartrat, asam malat, asam sitrat, asam laktat, asam asetat,
asam fosfat tetapi terdapat kecenderungan untuk menggunakan asam mineral yang murah
seperti asam sulfat, asam klorida, dan asam nitrat (Kertesz, 1951). Beberapa artikel saat ini,
menyarankan untuk menggunakan asam klorida (Kalapathy dan Proctor, 2001; Hwang, et. al.,
1998; Dinu, 2001) dan asam nitrat (Pagán, et. al., 2001).
III. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Timbangan
b. Gelas beaker
c. Kipas Angin
d. Silika gel GF254
e. Batang Pengaduk
f. Gelas Ukur
g. Corong pisah
2. Bahan
a. Aquades
b. Etanol 50%
c. Etanol 90%
d. Larutan Pembanding
IV. CARA KERJA

Timbang Serbuk Kering Masing – masing sebanyak 1 gram

Rendam serbuk yang sudah di timbang dengan cairan penyari yang


berbeda (akuades, etanil 50%, dan etanol 95%) selama 2 Jam
sambal diaduk – aduk setiap 30 menit

Setelah 2 jam, kemudian


5 diserkai ampas diperas.
Filtrat hasil maserasi dibuat sediaan ekstrak kental dengan
menguapkan penyarinya di atas penangas air dengan
penurunan tekanan menggunakan bantuan kipas angin sambil
diaduk-aduk sampai diperoleh ekstrak dengan konsistensi
kental.

Masing-masing larutan pembanding dan sampel ditotolkan


pada lempeng KLT silika gel GF254 dengan totolan yang
sama banyak dan terukur,

evaluasi dengan fase gerak yang sesuai dan penetapan


kadar senyawa dilakukan dengan metode densitometri.

Hitung kadar senyawa dalam masing-masing


perlakuan cairan penyari, carilah persentasi etanol
yang optimal untuk memperoleh kandungan
senyawa kurkumin tertinggi dengan metode
Simplex Lattice Design dengan rumus :
Y = a(A) + b(B) + ab(A)(B)
Dimana Y= kadar senyawa, A= fraksi air, B= fraksi
etanol, a= koefisien fraksi air,
b= koefisien fraksi etanol, ab= koefisien fraksi
etanol air (50% : 50%).

6
V. Cara Kerja

Anda mungkin juga menyukai