Anda di halaman 1dari 21

BENCANA GEOLOGI

Oleh
Silvi Lorenza
071001900091

Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi


Program Studi Teknik Preminyakan
Jakarta
2019
A. Gempa bumi
Defini Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran atau getar-getar yang terjadi di permukaan bumi akibat
pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa
Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak Bumi (lempeng Bumi). Frekuensi suatu
wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran gempa Bumi yang dialami selama periode waktu.
Gempa Bumi diukur dengan menggunakan alat Seismometer. Moment magnitudo adalah
skala yang paling umum di mana gempa Bumi terjadi untuk seluruh dunia. Skala
Rickter adalah skala yang dilaporkan oleh observatorium seismologi nasional yang diukur
pada skala besarnya lokal 5 magnitude. Kedua skala yang sama selama rentang angka mereka
valid. Gempa 3 magnitude atau lebih sebagian besar hampir tidak terlihat dan jika besarnya 7
lebih berpotensi menyebabkan kerusakan serius di daerah yang luas, tergantung pada
kedalaman gempa. Gempa Bumi terbesar bersejarah besarnya telah lebih dari 9, meskipun
tidak ada batasan besarnya. Gempa Bumi besar terakhir besarnya 9,0 atau lebih besar
adalah 9,0 magnitudo gempa di Jepang pada tahun 2011 (per Maret 2011), dan itu adalah
gempa Jepang terbesar sejak pencatatan dimulai. Intensitas getaran diukur pada
modifikasi Skala Mercalli.

Jenis-jenis Gempa Bumi


Berdasarkan penyebab
 Gempa bumi tektonik
Gempa Bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng-lempeng
tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat
besar. Gempa bumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di Bumi, getaran
gempa Bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian Bumi. Gempa bumi tektonik
disebabkan oleh pelepasan tenaga yang terjadi karena pergeseran lempengan plat
tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba.

 Gempa bumi tumbukan


Gempa Bumi ini diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid yang jatuh ke Bumi, jenis
gempa Bumi ini jarang terjadi

 Gempa bumi runtuhan


Gempa Bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah pertambangan,
gempabumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.

 Gempa bumi buatan


Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari manusia, seperti
peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi.

 Gempa bumi vulkanik (gunung api)


Gempa Bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api
meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang
juga akan menimbulkan terjadinya gempa bumi. Gempa bumi tersebut hanya terasa di sekitar
gunung api tersebut.
Berdasarkan kedalaman
 Gempa bumi dalam
Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada lebih dari 300 km di
bawah permukaan bumi (di dalam kerak bumi). Gempa bumi dalam pada umumnya tidak terlalu
berbahaya.

 Gempa bumi menengah


Gempa bumi menengah adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada antara 60 km sampai
300 km di bawah permukaan bumi.gempa bumi menengah pada umumnya menimbulkan
kerusakan ringan dan getarannya lebih terasa.

 Gempa bumi dangkal


Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada kurang dari 60 km dari
permukaan bumi. Gempa bumi ini biasanya menimbulkan kerusakan yang besar.

Berdasarkan gelombang/getaran gempa


 Gelombang Primer
Gelombang primer (gelombang lungituudinal) adalah gelombang atau getaran yang merambat di
tubuh bumi dengan kecepatan antara 7–14 km/detik. Getaran ini berasal dari hiposentrum.

 Gelombang Sekunder
Gelombang sekunder (gelombang transversal) adalah gelombang atau getaran yang merambat,
seperti gelombang primer dengan kecepatan yang sudah berkurang,yakni 4–7 km/detik.
Gelombang sekunder tidak dapat merambat melalui lapisan cair.

Penyebab Gempa Bumi


Kebanyakan gempa Bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang
disebabkan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan
akhirnya mencapai pada keadaan di mana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh
pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa Bumi akan terjadi.
Pergeseran lempeng bumi dapat mengakibatkan gempa bumi karena dalam peristiwa tersebut
disertai dengan pelepasan sejumlah energi yang besar. Selain pergeseran lempeng bumi, gerak
lempeng bumi yang saling menjauhi satu sama lain juga dapat mengakibatkan gempa bumi. Hal
tersebut dikarenakan saat dua lempeng bumi bergerak saling menjauh, akan terbentuk lempeng
baru di antara keduanya. Lempeng baru yang terbentuk memiliki berat jenis yang jauh lebih kecil
dari berat jenis lempeng yang lama. Lempeng yang baru terbentuk tersebut akan mendapatkan
tekanan yang besar dari dua lempeng lama sehingga akan bergerak ke bawah dan
menimbulkan pelepasan energi yang juga sangat besar. Terakhir adalah gerak lempeng yang
saling mendekat juga dapat mengakibatkan gempa bumi. Pergerakan dua lempeng yang saling
mendekat juga berdampak pada terbentuknya gunung. Seperti yang terjadi pada gunung
Everest yang terus tumbuh tinggi akibat gerak lempeng di bawahnya yang semakin mendekat
dan saling bertumpuk.[1]
Gempa Bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan-lempengan tersebut. Gempa Bumi yang
paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa
Bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam
mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km.
Beberapa gempa Bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung
berapi. Gempa Bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi.
Beberapa gempa Bumi (jarang namun) juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat
besar di balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat
terjadi karena injeksi atau akstraksi cairan dari/ke dalam Bumi (contoh, pada beberapa
pembangkit listrik tenaga panas Bumi dan di Rocky Mountain Arsenal). Terakhir, gempa juga
dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes
rahasia senjata nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa Bumi yang disebabkan oleh manusia
seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi.

Daerah Rawan Gempa bumi


B. Tanah Longsor
Definisi Tanah Longsor
Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena
pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan
atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu
faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang
memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang
menyebabkan bergeraknya material tersebut.
Tanah longsor merupakan suatu perpindahan material pembentuk lereng berupa
batuan, bahan rombakan,tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke
bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor terjadi karena : air yang
meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Bila air tersebut menembus
sampai tanah kedap air yang berfungsi sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi
licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar
lereng.

Jenis-Jenis Tanah Longsor


 Longsoran Translasi, jenis Longsoran ini terjadi karena bergeraknya suatu massa
tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.
 Longsoran Rotasi, Jenis Longsoran yang satu ini muncul akibat dari bergeraknya
massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung.
 Pergerakan Blok, Jenis longsoran satu ini terjadi karena adanya perpindahan batuan
yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran jenis ini disebut juga
dengan longsoran translasi blok batu.
 Runtuhan Batu, Jenis longsoran yang satu ini terjadi saat sejumlah besar batuan atau
material lain bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Biasanya pada longsoran ini
terjadi pada lereng yang terjal sampai menggantung, terutama daerah pantai.
Runtuhan batu-batu besar bisa mengakibatkan kerusakan parah.
 Rayapan Tanah, Jenis lomgsoran yang satu ini bergerak lambat serta jenis tanahnya
berupa butiran kasar dan halus. Longsoran ini hampir tidak bisa dikenali. Seudah
beberapa lama terjadi longsoran jenis rayapan, posisi tiang-tiang, pohon-pohon, dan
rumah akan iring ke bawah.
 Aliran bahan rombakan, Jenis longsoran yang satu ini terjadi ketika massa tanah
bergerak didorong oleh air dan terjadi di sepanjang lembah yang mencapai ratusan
meter jauhnya. pada Kecepatannya bergantung pada kemiringan lereng-volume air,
dan jenis materialnya.

Penyebab Terjadinya Tanah Longsor


Berikut ini beberapa faktor yang bisa mempengaruhi tanah longsor, yakni sebagai berikut :

 Erosi yang dikarenakan oleh sungai-sungai atau gelombangvlaut, yang menciptakan


lereng-lereng curam.
 Akibat terjadinya ujan lebat yang memperlemah kekuatan lereng bebatuan.
 Akibat dari Gempa Bumi yang mengakibatkan tekanan sehingga mengakibatkan
longsornya lereng-lereng yang lemah.
 Akibat dari penebangan pohon secara liar dan penambangan barang tambang secara
berlebihan, sehingga mengakibatkan setidakseimbangan lereng.
 Berat yang berlebihan yang harus ditanggung lereng, misalnya karena banyak
dibangun perumahan atas lereng gunung.

Daerah Rawan Tanah Longsor


C. Gunung Meletus

Definisi Gunung Meletus


Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan
sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang
memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan
bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus. Suatu
gunung berapi merupakan bentukan alam dari pecahan yang terjadi di kerak dari benda langit
bermassa planet, seperti Bumi. Patahan tersebut mengakibatkan lava panas, abu vulkanik dan
gas bisa keluar dari dapur magma yang terdapat di bawah permukaan bumi.
Gunung berapi di Bumi terbentuk dikarenakan keraknya terpecah menjadi 17 lempeng
tektonik utama yang kaku yang mengambang di atas lapisan mantel yang lebih panas dan
lunak. Oleh karena itu, gunung berapi di Bumi sering ditemukan di batas divergen dan
konvergen dari lempeng tektonik. Contohnya, di pegunungan bawah samudra seperti
punggung tengah atlantik terdapat gunung berapi yang terbentuk dari gerak divergen lempeng
tektonik yang saling menjauh, sementara di Cincin Api Pasifik terbentuk gunung berapi dari
gerakan konvergen lempeng tektonik yang saling mendekat. Gunung berapi biasanya tidak
terbentuk di wilayah dua lempeng tektonik bergeser satu sama lain.
Letusan atau erupsi gunung berapi dapat menimbulkan berbagai bencana, tidak hanya di
daerah dekat letusan. Bahaya dari debu vulkanik adalah
terhadap penerbangan khususnya pesawat jet karena debu tersebut dapat
merusak turbin dari mesin jet. Letusan besar dapat mempengaruhi suhu dikarenakan asap dan
butiran asam sulfat yang dimuntahkan letusan dapat menghalangi matahari dan mendinginkan
bagian bawah atmosfer bumi seperti troposfer, tetapi material tersebut juga dapat menyerap
panas yang dipancarkan dari bumi sehingga memanaskan stratosfer. Dari sejarah, musim
dingin vulkanik telah mengakibatkan bencana kelaparan yang parah.
Lebih lanjut, istilah "gunung api" juga dipakai untuk menamai fenomena pembentukan ice
volcano (gunung api es) dan mud volcano (gunung api lumpur). Gunung api es biasa terjadi
di daerah garis lintang tinggi yang mempunyai musim dingin bersalju, sedangkan gunung api
lumpur dapat dicontohkan di daerah Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah yang populer
sebagai Bledug Kuwu.
Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi yang paling dikenali
adalah gunung berapi yang berada di sepanjang busur Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of
Fire). Busur Cincin Api Pasifik merupakan garis bergeseknya antara dua lempengan
tektonik dan lebih, dimana Lempeng Pasifik saling bergesek dengan lempeng-lempeng
tetangganya.
Gunung berapi dapat dijumpai dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung
berapi yang aktif mungkin berubah fase menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya
menjadi tidak aktif atau mati. Namun gunung berapi mampu istirahat dalam waktu yang
sangat lama, lebih dari ribuan tahun sebelum berubah menjadi aktif kembali. Oleh itu, sulit
untuk menentukan keadaan vulkanisme sebenarnya dari suatu gunung berapi itu, apakah
gunung berapi itu berada dalam keadaan istirahat atau telah mati.
Letusan gunung berapi terjadi apabila magma naik melintasi kerak bumi dan muncul di atas
permukaan. Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung di dalam kamar
magmar di bawah gunung berapi meletus keluar sebagai lava, dimana lava ini dapat berubah
menjadi lahar setelah mengalir dan bercampur dengan material-material di permukaan bumi.
Selain dari aliran lava, kehancuran yang disebabkan oleh letusan gunung berapi adalah
seperti berikut:

 Aliran lava
 Aliran lumpur
 Awan panas
 Abu
 Kebakaran hutan
 Gas beracun
 Tsunami
 Gempa bumi
Ilmu yang mempelajari gunung berapi dinamakan Vulkanologi, dimana ilmu ini mempelajari
letusan gunung berapi untuk tujuan memperkirakan kemungkinan letusan yang bisa terjadi
dari suatu gunung berapi, sehingga dampak negatif letusan gunung berapi dapat ditekan.
Wilayah pembentukan
Gunung berapi di Bumi terbentuk dari aktivitas lempeng tektonik di kerak yang saling
bergesekan dan menekan satu sama lain. Oleh karenanya gunung berapi banyak ditemukan
dekat dengan perbatasan lempeng tektonik. Secara geologis, Wilayah dimana gunung berapi
terbentuk dibagi tiga, yaitu:
Batas divergen antar lempeng
Apabila kedua lempeng tektonik bergerak saling menjauhi satu sama lain, maka kerak
samudra yang baru akan terbentuk dari keluarnya magma ke permukaan dasar laut. Wilayah
antara kedua lempeng yang saling menjauh ini dinamakan dengan batas divergen. Aktivitas
ini lalu akan memunculkan Punggung tengah samudra yang terbentuk dari pendinginan
magma yang muncul ke permukaan. Gunung berapi yang terbentuk dari aktivitas ini berada
di bawah laut, yang ditandai dengan fenomena Ventilasi hidrotermal. Apabila punggung
tengah samudra ini mencuat sampai ke permukaan laut, maka kepulauan vulkanik akan
terbentuk, contohnya adalah Islandia.
Batas konvergen antar lempeng
Berbeda dengan batas divergen yang tercipta dari pergerakan kedua lempeng tektonik yang
saling menjauh, Batas konvergen antar lempeng merupakan wilayah dimana dua lempeng
atau lebih bertemu lalu saling menekan dan mengalami subduksi sehingga tepian di satu
lempeng menindih tepian yang lain. Penindihan lempeng ini ditandai dengan
terbentuknya bentang alam berupa palung di dasar laut. Fenomena ini menimbulkan
melelehnya material yang terdapat di mantel bumi, sehingga material tersebut menjadi
magma dan naik ke permukaan kerak yang tipis. Gunung berapi di wilayah ini terbentuk dari
pertemuan antara kedua lempeng kerak samudra atau antara lempeng kerak samudra dan
benua. Pertemuan antara kedua lempeng kerak benua biasanya tidak memicu pembentukan
gunung berapi dikarenakan kerak benua memiliki ketebalan yang tidak dapat ditembus oleh
magma di bawah permukaan. Contoh dari gunung berapi ini adalah jajaran gunung berapi di
Cincin Api Pasifik, atau Gunung Etna di Italia.
Titik panas
Titik panas merupakan suatu wilayah vulkanik dimana magma naik ke permukaan
dikarenakan adanya celah di kerak bumi yang memungkinkan pergerakan tersebut. Titik
panas dapat ditemukan jauh dari batas antar kedua lempeng tektonik. Pergerakan ini
memunculkan gunung berapi yang memiliki ciri letusan efusif yang lemah dimana lava
muncul ke permukaan secara halus. Dikarenakan lempeng tektonik terus bergerak secara
perlahan, wilayah titik panas dapat membentuk gunung berapi yang berbeda-beda sesuai
dengan jalur pergerakan suatu lempeng. Kepulauan Hawaii merupakan kepulauan yang
terbentuk dari aktivitas vulkanik di titik panas di Samudra Pasifik.

Jenis gunung berapi berdasarkan bentuknya


Tersusun dari batuan hasil letusan dengan tipe letusan berubah-ubah sehingga dapat
menghasilkan susunan yang berlapis-lapis dari beberapa jenis batuan, sehingga membentuk
suatu kerucut besar (raksasa), kadang-kadang bentuk kerucutnya tidak beraturan, karena
letusan terjadi sudah beberapa ratus kali. Gunung Merapi merupakan jenis ini.
Perisai
Tersusun dari batuan aliran lava yang pada saat diendapkan masih cair, sehingga tidak
sempat membentuk suatu kerucut yang tinggi (curam), bentuknya akan berlereng landai,
dan susunannya terdiri dari batuan yang bersifat basaltik. Contoh bentuk gunung berapi
ini terdapat di kepulauan Hawai.
Kerucut bara (Cinder cone)
Merupakan gunung berapi yang abu dan pecahan kecil batuan vulkanik menyebar di
sekeliling gunung. Sebagian besar gunung jenis ini membentuk mangkuk di puncaknya.
Jarang yang tingginya di atas 500 meter dari tanah di sekitarnya.
Kaldera
Gunung berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat di masa lalu yang
melempar bagian atas dan tepi gunung sehingga membentuk cekungan. Gunung
Bromo merupakan jenis ini, dimana kaldera Tengger merupakan hasil letusan besar di
masa lalu.
Maar
Dikenal juga dengan istilah gunung api corong, merupakan gunung berapi dengan
ketinggian rendah dan diameter kepundan yang lebar, dimana gunung berapi ini
terbentuk dari letusan freatomagmatik yang disebabkan oleh tercampurnya magma
dengan air di bawah tanah. Saat tidak aktif, maar biasanya terisi oleh air sehingga
tampak seperti sebuah danau biasa.

Klasifikasi gunung berapi berdasarkan frekuensi letusan


di Indonesia
Kalangan vulkanologi Indonesia mengelompokkan gunung berapi ke dalam tiga tipe berdasarkan
catatan sejarah letusan/erupsinya.

Gunung api Tipe A: tercatat pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu kali
sesudah tahun 1600.

Gunung api Tipe B: sesudah tahun 1600 belum tercatat lagi mengadakan erupsi magmatik
namun masih memperlihatkan gejala kegiatan vulkanik seperti kegiatan solfatara.

Gunung api Tipe C: sejarah erupsinya tidak diketahui dalam catatan manusia, tetapi masih
terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola pada tingkah
lemah.
Skema peringatan gunung berapi di Indonesia
Tingkatan status gunung berapi di Indonesia menurut Badan
Geologi Kementerian ESDM
Status Makna Tindakan
 Menandakan gunung  Wilayah yang terancam
berapi yang segera atau bahaya direkomendasikan
sedang meletus atau ada untuk dikosongkan
keadaan kritis yang  Koordinasi dilakukan
menimbulkan bencana secara harian
AWAS  Letusan pembukaan  Piket penuh
dimulai dengan abu dan
asap
 Letusan berpeluang
terjadi dalam waktu 24
jam
 Menandakan gunung  Sosialisasi di wilayah
berapi yang sedang terancam
bergerak ke arah letusan  Penyiapan sarana
atau menimbulkan darurat
bencana  Koordinasi harian
 Peningkatan intensif  Piket penuh
kegiatan seismik
 Semua data
menunjukkan bahwa
SIAGA
aktivitas dapat segera
berlanjut ke letusan atau
menuju pada keadaan
yang dapat menimbulkan
bencana
 Jika tren peningkatan
berlanjut, letusan dapat
terjadi dalam waktu 2
minggu
 Ada aktivitas apa pun  Penyuluhan/sosialisasi
bentuknya  Penilaian bahaya
 Terdapat kenaikan  Pengecekan sarana
aktivitas di atas level  Pelaksanaan piket
normal terbatas
 Peningkatan aktivitas
WASPADA
seismik dan kejadian
vulkanis lainnya
 Sedikit perubahan
aktivitas yang diakibatkan
oleh aktivitas magma,
tektonik dan hidrotermal

 Tidak ada gejala  Pengamatan rutin


NORMAL aktivitas tekanan magma  Survei dan penyelidikan
 Level aktivitas dasar
Penyebab Gunung Meletus
Letusan gunung merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di dalam
perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Peristiwa ini berhubungan
dengan naiknya magma dari dalam perut bumi. Aktifitas magma yang mempunyai suhu yang
sangat tinggi di dalam perut bumi berusaha keluar sehingga dapat terjadi retakan-retakan dan
pergeseran lempeng kulit bumi. Magma yang keluar dari perut gunung berapi adalah gunung
yang sedang meletus atau vulkanisme.
Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat
tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar dari dalam bumi
disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C. Letusan gunung
berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau
lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km. Jenis dan bentuk
gunung api bermacam-macam karena derajat kekentalan dan kedalaman magma terbentuknya
gunung api berbeda-beda.
 Gunung api meletus, terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang
didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Dari letusan-letusan seperti inilah
gunung api terbentuk. Hasil letusan gunung berapi berupa: gas vulkanik, lava dan
aliran pasir serta batu panas, lahar, tanah longsor, gempa bumi, abu letusan, awan
panas. Letusannya yang membawa abu dan batu dapat menyembur dengan keras
hingga sejauh radius 18 km atau lebih, sedang lavanya bisa membanjiri daerah sejauh
radius 90 km. Letusan gunung berapi bisa menimbulkan korban jiwa dan harta benda
yang besar hingga sampai ribuan kilometer jauhnya dan bahkan bisa mempengaruhi
putaran iklim di bumi ini.
Tidak semua gunung berapi sering meletus. Gunung berapi yang sering meletus disebut
gunung berapi aktif.

Ciri-ciri gunung berapi akan meletus


Letusan gunung berapi St. Helens (AS), 22 Juli 1980

Gunung berapi yang akan meletus dapat diketahui melalui beberapa tanda, antara lain

 Suhu di sekitar gunung naik.


 Mata air menjadi kering
 Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa)
 Tumbuhan di sekitar gunung lay el luis es weca
 Binatang di sekitar gunung bermigrasi, kelihatan gelisah
Hasil letusan gunung berapi
Berikut adalah hasil dari letusan gunung berapi, antara lain:
Gas vulkanik
Gas yang dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus. Gas tersebut antara
lain Karbon monoksida (CO), Karbon dioksida (CO2), Hidrogen
Sulfida (H2S), Sulfur dioksida (S02), dan Nitrogen (NO2) yang dapat membahayakan
manusia.
Lava dan aliran pasir serta batu panas
Lava adalah cairan magma dengan suhu tinggi yang mengalir dari dalam Bumi ke
permukaan melalui kawah. Lava encer akan mengalir mengikuti aliran sungai
sedangkan lava kental akan membeku dekat dengan sumbernya. Lava yang membeku
akan membentuk bermacam-macam batuan.
Lahar
Lahar adalah lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan material lainnya.
Lahar sangat berbahaya bagi penduduk di lereng gunung berapi.
Hujan Abu
Yakni material yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan.
Karena sangat halus, abu letusan dapat terbawa angin dan dirasakan sampai ratusan
kilometer jauhnya. Abu letusan ini bisa menganggu pernapasan.
Awan panas
Yakni hasil letusan yang mengalir bergulung seperti awan. Di dalam gulungan ini
terdapat batuan pijar yang panas dan material vulkanik padat dengan suhu lebih besar
dari 600 °C. Awan panas dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang terbuka
seperti kepala, lengan, leher atau kaki dan juga dapat menyebabkan sesak napas.
Dampak Negatif
 Gunung berapi yang meletus tentu akan membawa material yang berbahaya bagi
organisme yang dilaluinya, Karena itu kewaspadaan mutlak diperlukan. Berikut ini
hal negatif yang bisa terjadi saat gunung meletus:
 Tercemarnya udara dengan abu gunung berapi yang mengandung bermacam-macam
gas mulai dari Sulfur Dioksida atau SO2, gas Hidrogen sulfide atau H2S, No2 atau
Nitrogen Dioksida serta beberapa partike debu yang berpotensial meracuni makhluk
hidup di sekitarnya.
 Dengan meletusnya suatu gunung berapi bisa dipastikan semua aktivitas penduduk di
sekitar wilayah tersebut akan lumpuh termasuk kegiatan ekonomi.
 Semua titik yang dilalui oleh material berbahaya seperti lahar dan abu vulkanik panas
akan merusak permukiman warga.
 Lahar yang panas juga akan membuat hutan di sekitar gunung rusak terbakar dan hal
ini berarti ekosistem alamiah hutan terancam.
 Material yang dikeluarkan oleh gunung berapi berpotensi menyebabkan sejumlah
penyakit misalnya saja ISPA.
 Desa yang menjadi titik wisata tentu akan mengalami kemandekan dengan adanya
letusan gunung berapi. Sebut saja Gunung Rinjani dan juga Gunung Merapi, kedua
gunung ini dalam kondisi normal merupakan salah satu destinasi wisata terbaik bagi
mereka wisatawan pecinta alam.

Dampak Positif Letusan Gunung Berapi



Selain dampak negatif, jika ditelaah, letusan gunung berapi juga sebenarnya
membawa berkah meski hanya bagi penduduk yang ada di sekitar. Apa saja? Berikut
uraiannya:
 Tanah yang dilalui oleh hasil vulkanis gunung berapi sangat baik bagi pertanian sebab
tanah tersebut secara alamiah menjadi lebih subur dan bisa menghasilkan tanaman
yang jauh lebih berkualitas. Tentunya bagi penduduk sekitar pegunungan yang
mayoritas petani, hal ini sangat menguntungkan.
 Terdapat mata pencaharian baru bagi rakyat sekitar gunung berapi yang telah meletus,
apa itu? Jawabannya penambang pasir. Material vulkanik berupa pasir tentu memiliki
nilai ekonomis.
 Selain itu, terdapat pula bebatuan yang disemburkan oleh gunung berapi saat meletus.
Bebatuan tersebut bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangungan warga sekitar gunung.
 Meski ekosistem hutan rusak, namun dalam beberapa waktu, akan tumbuh lagi
pepohonan yang membentuk hutan baru dengan ekosistem yang juga baru.
 Setelah gunung meletus, biasanya terdapat geyser atau sumber mata air panas yang
keluar dari dalam bumi dengan berkala atau secara periodik. Geyser ini kabarnya baik
bagi kesehatan kulit.
 Muncul mata air bernama makdani yaitu jenis mata air dengan kandungan mineral
yang sangat melimpah.
 Pada wilayah vulkanik, potensial terjadi hujan orografis. Hujan ini potensial terjadi
sebab gunung adalah penangkan hujan terbaik.
 Pada wilayah yang sering terjadi letusan gunung berapi, sangat baik didirikan
pembangkit listrik.

Daerah Rawan Gunung Meletus

D. Banjir
Definisi Banjir
Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan.
[1]
 Pengarahan banjir Uni Eropa mengartikan banjir sebagai perendaman sementara oleh air pada
daratan yang biasanya tidak terendam air.[2] Dalam arti "air mengalir", kata ini juga dapat berarti
masuknya pasang laut. Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan air
seperti sungai atau danau yang meluap atau melimpah dari bendungan sehingga air keluar dari
sungai itu..[3]
Ukuran danau atau badan air terus berubah-ubah sesuai perubahan curah hujan dan pencairan
salju musiman, namun banjir yang terjadi tidak besar kecuali jika air mencapai daerah yang
dimanfaatkan manusia seperti desa, kota, dan permukiman lain.
Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di
kelokan sungai. Banjir sering mengakibatkan kerusakan rumah dan pertokoan yang dibangun di
dataran banjir sungai alami. Meski kerusakan akibat banjir dapat dihindari dengan pindah
menjauh dari sungai dan badan air yang lain, orang-orang menetap dan bekerja dekat air untuk
mencari nafkah dan memanfaatkan biaya murah serta perjalanan dan perdagangan yang lancar
dekat perairan. Manusia terus menetap di wilayah rawan banjir adalah bukti bahwa nilai menetap
dekat air lebih besar daripada biaya kerusakan akibat banjir periodik.
Mitos banjir besar adalah kisah mitologi banjir besar yang dikirimkan oleh Tuhan untuk
menghancurkan suatu peradaban sebagai pembalasan agung dan sering muncul dalam mitologi
berbagai kebudayaan di dunia.

Jenis dan penyebab utama


Lusinan desa terendam ketika hujan meluapkan sungai di barat laut Bangladesh pada awal
Oktober 2005. Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) di satelit
Terra NASA menangkap citra banjir Sungai Ghaghat dan Atrai pada 12 Oktober 2005.
Sungai biru gelap tersebar di seluruh pedesaan pada citra banjir ini.

Sungai

 Lama: Endapan dari hujan atau pencairan salju cepat melebihi kapasitas saluran
sungai. Diakibatkan hujan deras monsun, hurikan dan depresi tropis, angin luar dan hujan
panas yang mempengaruhi salju. Rintangan drainase tidak terduga seperti tanah
longsor, es, atau puing-puing dapat mengakibatkan banjir perlahan di sebelah hulu
rintangan.
 Cepat: Termasuk banjir bandang akibat curah hujan konvektif (badai petir besar) atau
pelepasan mendadak endapan hulu yang terbentuk di belakang bendungan, tanah longsor,
atau gletser.
Muara

 Biasanya diakibatkan oleh penggabungan pasang laut yang diakibatkan angin


badai. Banjir badai akibat siklon tropis atau siklon ekstratropis masuk dalam kategori ini.
Pantai

 Diakibatkan badai laut besar atau bencana lain seperti tsunami atau hurikan. Banjir


badai akibat siklon tropis atau siklon ekstratropis masuk dalam kategori ini.
Malapetaka

 Diakibatkan oleh peristiwa mendadak seperti jebolnya bendungan atau bencana lain


seperti gempa bumi dan letusan gunung berapi.
Manusia
 Kerusakan tak disengaja oleh pekerja terowongan atau pipa.
 Pengelolaan tata ruang yang salah. Hal ini menyebabkan air tidak mudah terserap atau
lambat mengalirnya, sehingga debit air cepat meningkat atau lebih banyak yang tertahan
daripada yang tersalurkan ataupun yang terserap.
Lumpur

 Banjir lumpur terjadi melalui penumpukan endapan di tanah pertanian. Sedimen


kemudian terpisah dari endapan dan terangkut sebagai materi tetap atau penumpukan
dasar sungai. Endapan lumpur mudah diketahui ketika mulai mencapai daerah
berpenghuni. Banjir lumpur adalah proses lembah bukit, dan tidak sama dengan aliran
lumpur yang diakibatkan pergerakan massal.
Lainnya

 Banjir dapat terjadi ketika air meluap di permukaan kedap air (misalnya akibat hujan)
dan tidak dapat terserap dengan cepat (orientasi lemah atau penguapan rendah).
 Rangkaian badai yang bergerak ke daerah yang sama.
 Berang-berang pembangun bendungan dapat membanjiri wilayah perkotaan dan
pedesaan rendah, umumnya mengakibatkan kerusakan besar.

Dampak
Banjir Mediterania di Alicante (Spanyol), 1997.

Dampak primer

 Kerusakan fisik - Mampu merusak berbagai jenis struktur, termasuk jembatan, mobil,
bangunan, sistem selokan bawah tanah, jalan raya, dan kanal.
Dampak sekunder

 Persediaan air – Kontaminasi air. Air minum bersih mulai langka.


 Penyakit - Kondisi tidak higienis. Penyebaran penyakit bawaan air.
 Pertanian dan persediaan makanan - Kelangkaan hasil tani disebabkan oleh
kegagalan panen.[4] Namun, dataran rendah dekat sungai bergantung kepada endapan
sungai akibat banjir demi menambah mineral tanah setempat.
 Pepohonan' - Spesies yang tidak sanggup akan mati karena tidak bisa bernapas.[5]
 Transportasi - Jalur transportasi hancur, sulit mengirimkan bantuan darurat kepada
orang-orang yang membutuhkan.
Dampak tersier/jangka panjang

 Ekonomi - Kesulitan ekonomi karena penurunan jumlah wisatawan, biaya


pembangunan kembali, kelangkaan makanan yang mendorong kenaikan harga, dll.
Daerah Rawan Banjir

E. Tsunami

Definissi Tsunami
Tsunami (津波, "ombak besar di pelabuhan") adalah gelombang air besar yang diakibatkan oleh
gangguan di dasar laut, seperti gempa bumi. Gangguan ini membentuk gelombang yang
menyebar ke segala arah dengan kecepatan gelombang mencapai 600–900 km/jam. Awalnya
gelombang tersebut memiliki amplitudo kecil (umumnya 30–60 cm) sehingga tidak terasa di laut
lepas, tetapi amplitudonya membesar saat mendekati pantai. Saat mencapai pantai, tsunami
kadang menghantam daratan berupa dinding air raksasa (terutama pada tsunami-tsunami
besar), tetapi bentuk yang lebih umum adalah naiknya permukaan air secara tiba-tiba. Kenaikan
permukaan air dapat mencapai 15–30 meter, menyebabkan banjir dengan kecepatan arus
hingga 90 km/jam, menjangkau beberapa kilometer dari pantai, dan menyebabkan kerusakan
dan korban jiwa yang besar.
Sebab tsunami yang paling umum adalah gempa bumi bawah laut, terutama yang terjadi di zona
penunjaman dengan kekuatan 7,0 skala magnitudo momen atau lebih. Penyebab lainnya
adalah longsor, letusan gunung, dan jatuhnya benda besar seperti meteor ke dalam air. Secara
geografis, hampir seluruh tsunami terjadi di kawasan Lingkaran Api Pasifik dan kawasan Palung
Sumatra di Samudra Hindia. Risiko tsunami dapat dideteksi dengan sistem peringatan dini
tsunami yang mengamati gempa-gempa berkekuatan besar dan melakukan analisis data
perubahan air laut yang terjadi setelahnya. Jika dianggap ada risiko tsunami, pihak berwenang
dapat memberi peringatan atau mengambil tindakan seperti evakuasi. Risiko kerusakan juga
dapat dikurangi dengan rancangan tahan tsunami, seperti membuat bangunan dengan ruang
luas, serta penggunaan bahan beton bertulang, maupun dengan penyuluhan kepada
masyarakat tentang cara menyelamatkan diri dari tsunami, seperti pentingnya mengungsi dan
menyiapkan rencana darurat dari jauh-jauh hari.

Penyebab Tsunami
Tsunami dapat dipicu oleh gangguan pada dasar laut yang menyebabkan perpindahan
sejumlah besar air.[4] Dalam proses kembalinya air yang terganggu ini menuju ekuilibrium
atau keadaan tenang, suatu gelombang dapat terbentuk dan menyebar meninggalkan pusat
gangguan, sehingga menyebabkan tsunami.[5] Peristiwa-peristiwa yang dapat menyebabkan
perpindahan air seperti ini meliputi gempa bumi bawah laut, longsor yang terjadi di dasar
laut, jatuhnya benda ke dalam air seperti letusan gunung, meteor, atau ledakan senjata.[6][7]
Pemicu paling umum adalah gempa bumi yang mengakibatkan sekitar 80%–90% dari seluruh
tsunami.[8] Gempa yang paling berpotensi menimbulkan tsunami adalah gempa yang terjadi
pada zona penunjaman (daerah pertemuan dua lempeng yang membenamkan salah satu
lempeng tersebut) yang dangkal. Namun, tidak semua gempa seperti ini menyebabkan
tsunami. Biasanya, hanya gempa berkekuatan di atas 7,0 skala magnitudo momen yang
memiliki potensi ini. Semakin kuat suatu gempa, semakin besar pula peluang tsunami yang
disebabkan oleh gempa tersebut.[9] Selain paling umum, tsunami seperti ini adalah satu-
satunya yang dapat bertahan jauh (termasuk menyeberangi samudra) sehingga
membahayakan daerah yang lebih luas.[10] Tsunami Samudra Hindia 2004 merupakan contoh
tsunami seperti ini, dipicu oleh gempa bermagnitudo 9,1 dan merupakan tsunami paling
mematikan dalam sejarah.[9]
Longsor, baik yang terjadi di daratan (gambar) maupun di dasar laut, dapat memicu tsunami
dengan "melemparkan" material seperti bebatuan ke lautan.
Penyebab umum lainnya adalah tanah longsor, baik yang terjadi di bawah laut maupun yang
terjadi di daratan tetapi memindahkan material seperti bebatuan ke laut. Karena longsor
bawah laut sering terjadi akibat gempa, longsor dapat memperparah gangguan pada air
setelah gempa. Fenomena ini dapat menyebabkan tsunami bahkan pada gempa dengan
kekuatan yang biasanya tidak menyebabkan tsunami (seperti gempa yang bermagnitudo
sedikit di bawah 7,0), atau menyebabkan tsunami yang lebih besar dari perkiraan berdasarkan
kekuatan gempa. Contohnya, gempa bumi Papua Nugini 1998 hanya bermagnitudo sedikit di
atas 7,0, tetapi menghasilkan tsunami besar dengan tinggi maksimum 15 meter. Contoh
longsor daratan yang menyebabkan tsunami adalah tsunami Alaska 1958.[11]
Penyebab tsunami lainnya adalah aktivitas vulkanik, terutama dari gunung berapi yang
berada di dekat atau di bawah laut. Umumnya, aktivitas vulkanik menyebabkan naik atau
turunnya bibir gunung berapi, memicu tsunami yang mirip dengan tsunami gempa bumi
bawah laut.[12] Namun, dapat juga terjadi letusan besar yang menghancurkan pulau gunung
berapi di tengah laut, menyebabkan air bergerak mengisi wilayah pulau tersebut dan memulai
gelombang besar. Contoh tsunami akibat letusan besar seperti ini adalah tsunami letusan
Krakatau 1883, yang mengakibatkan tsunami setinggi lebih dari 40 m.[13][12]
Selain penyebab-penyebab di atas, ada penyebab tsunami yang lebih langka, di antaranya
benturan benda besar ke dalam air akibat ledakan senjata atau kejatuhan meteor.[7] Benturan
ini memicu gelombang air, dan tsunami yang dihasilkannya memiliki karakteristik fisika
yang mirip dengan tsunami letusan gunung berapi.
Daerah Rawan Tsunami

Anda mungkin juga menyukai