Anda di halaman 1dari 3

Nama:SATIA B,USMAN

Class:A/IV

Npm:03061711036

Pelaksanaan Proses Pembelajaran dalam Kelas

Di muka telah dijelaskan, bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menempatkan siswa
sebagai subjek belajar. Dengan demikian, dalam pelak-sanaan proses pembelajaran di dalam
kelas, guru perlu mengaktipkan siswa secara optimal. Inilah yang kemudian penulis
istilahkan sebagai Pembelajar-an

Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS)

Dalam kegiatan belajar mengajar PBAS diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan seperti
mendengarkan, berdiskusi, memproduksi sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah
dan lain sebagainya. Keaktifan sis-wa itu ada yang secara langsung dapat diamati, seperti
mengerjakan tugas, berdiskusi, mengumpulkan data dan lain sebagainya; akan tetapi juga ada
yang tidak bisa diamati, seperti kegiatan mendengarkan dan menyimak. Ka-dar PBAS tidak
hanya ditentukan oleh aktifitas fisik semata, akan tetapi juga ditentukan oleh aktifitas non-
fisik seperti mental, intelektual dan emosional.

salah satu hal yang dapat kita lakukan untuk menge-tahui Apakah suatu proses pembelajaran
memiliki kadar PBAS yang tinggi, sedang atau lemah, dapat kita lihat dari kriteria penerapan
PBAS dalam pro-ses pembelajaran. Kriteria tersebut menggambarkan sejauhmana
keterlibatan siswa dalam pembelajaran baik dalam perencanaan pembelajaran,

a.  Kadar PBAS Dilihat dari Proses Perencanaan.

1)    Adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan tujuan pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan serta pengalaman dan mo-tivasi yang dimiliki sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan kegiatan pembelajaran.
2)    Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun rancangan pembelajaran.
3)    Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan memilih sumber belajar yang
diperlukan.
4)    Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan mengadakan media pembelajaran
yang akan digunakan.

b.   Kadar PBAS Dilihat dari Proses Pembelajaran

1)    Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental-emosional mau pun intelektual
dalam setiap proses pembelajaran. Hal ini dapat dili-hat dari tingginya perhatian, serta
motivasi siswa untuk menyelesai-kan setiap tu-gas yang diberikan sesuai dengan waktu yang
telah di-tentukan.
2)    Siswa belajar secara langsung (experiential learning). Dalam proses pembelajaran secara
langsung, konsep dan prinsip diberikan melalui pengalaman nyata seperti merasakan, meraba,
mengoperasikan, mela-kukan sendiri dan lain sebagainya. Demikian juga pengalaman itu bi-
sa dilakukan dalam bentuk kerjasama dan interaksi dalam kelompok.
3)    Adanya keinginan siswa untuk menciptaklan iklim belajar yang kondu-sif.
4)    Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan setiap sumber belajar yang tersedia
yang dianggap relevan dengan tujuan pembela-jaran.
5)    Adanya ketertlibatan siswa dalam melakukan prakarsa seperti menja-wab
6)    dan mengajukan pertanyaan, berusaha memecahkan masalah yang di-ajukan atau yang
timbul selama proses pembelajaran berlangsung.

c.   Kadar PBAS Ditinjau dari Kegiatan Evaluasi Pembelajaran

1)    Adanya keterlibatan siswa untuk mengevaluasi sendiri hasil pembela-jaran yang telah
dilakukannya.
2)    Kerterlibatan siswa secara mandiri untuk melaksanakan kegiatan se-macam tes dan
tugas-tugas yang harus dikerjakannya.
Kemauan siswa untuk menyusun laporan baik tertulis maupun secara lisan berkenaan hasil
belajar yang diperolehnya.

Pentingnya Proses Pembelajaran di dalam Kelas

Dalam rapat penasehat akademik (PA) pagi ini, Prof. Dr. H. Arief Rachman mengatakan
bahwa ada 4 hal penting dalam prosespembelajaran yang harus diketahui oleh guru yaitu:

Kehadiran dari siswa

Ketuntasan kerja siswa

Partisipasi siswa

Nilai siswa

Keempat hal penting di atas harus ada dalam setiap proses pembelajaran yang harus diketahui
oleh seorang guru, khususnya bagi mereka yang diberi amanah menjadi wali kelas bagi para
peserta didiknya.

Sebagai seorang guru yang sudah menggeluti dunia pendidikan lebih dari 16 tahun saya
merasakan benar pentingnya keempat hal  tersebut di atas. Di sanalah akan terlihat
bahwa proses jauh lebih penting daripada produk. Sebab produk yang bagus belum tentu
unggul dalam prosesnya. Di situlah perlunya kejelian seorang guru dalam mengevaluasi
kompetensi yang telah dikuasai oleh para peserta didiknya.
1.dalam melihat kehadiran siswa, jelas dibutuhkan kemampuan seorang guru dalam
mengecek kehadiran para peserta didiknya setiap hari. Dari situlah para guru melakukan
pemetaan, kenapa siswa ada yang tidak masuk. Termasuk bagi mereka yang sering datang
terlambat ke sekolah.

Bila didapatinya banyak siswa yang tidak masuk, maka segera dipanggil siswa dan orang tua
siswa yang bersangkutan. Ditanyakan langsung apa yang menjadi penyebabnya. Bila sakit,
mungkin bisa ditolerir tetapi bila dalam keadaan sehat namun sering tidak masuk, ini yang
harus dicarikan solusinya. Bagi mereka yang sering terlambat datang ke sekolah, juga diberi
sanksi dan teguran agar menjadi lebih baik.

Perlu dimotivasi dan diberi kesadaran untuk mampu memanage waktu dengan baik. Alasan
terlambat karena macet, bukanlah alasan yang tepat sebab bagi mereka yang disiplin soal
waktu,. Bila mereka diarahkan dengan baik, maka mereka akan datang ke sekolah lebih pagi
karena pasti akan menghadapi macet. Oleh karenanya, bagi mereka yang tempat tinggalnya
jauh dari sekolah harus memiliki kemampuan memanage waktu agar tidak terlambat datang
ke sekolah.

2.dalam ketuntasan kerja siswa, guru harus bisa melihat dari kinerja mereka mengerjakan
tugas-tugas atau pekerjaan rumah (PR).

Apa guna PR bagi siswa? Guna PR bagi siswa adalah untuk melihat tanggung jawab siswa,
pendalaman materi yang masih belum jelas dapat diulang dikerjakan kembali, serta
mengetahui tuntas atau tidaknya kerja siswa dalam memahami pelajaran yang telah diberikan.

Guru yang baik adalah guru yang mampu memberikan PR untuk mengetahui ketuntasan kerja
siswa, sehingga dapat segera diketahui, mana yang sudah tuntas, dan mana yang belum
tuntas.

Pemberian PR bukanlah membebani siswa dengan berbagai pekerjaan, tetapi pemberian PR


harus mengacu kepada guna PR bagi peserta didik. PR yang diberikan harus sejalan dengan
harapan guru ,dan bukan beban bagi siswa yang pada akhirnya hanya melahirkan manusia
robot.

3.dalam partisipasi siswa perlu dilihat keaktifan siswa dalam setiap mata pelajaran yang
diikutinya. Ketidaksukaan siswa pada mata pelajaran tertentu harus dicari solusinya, kenapa
mereka tak suka pelajaran itu. Bila sudah diketahui, maka segeralah mengambil tindakan
untuk membuat peserta didik terlayani dengan baik, dan mereka pun merasa senang belajar.
Bila mereka senang, maka kemalasan diri dalam belajar sudah bisa dihilangkan. Sebab tidak
ada anak yang bodoh, yang ada hanyalah anak yang malas. Malas memperhatikan pelajaran
dengan baik, dan malas berpartisipasi karena ada problem dalam diri yang harus segera
dicarikan solusinya oleh guru, khususnya guru Bimbingan dan Konseling.

Anda mungkin juga menyukai