Di
s
u
s
u
n
Oleh :
Tingkat 2A
Kelompok 2
Anggota:
1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalahini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan.
Harapan kami semoga makalahini membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca,sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................4
A. Latar Belakang..........................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................3
C. Tujuan Penelitian......................................................................4
BAB IV PENUTUP...........................................................................100
A. Keterbatasan Kasus..............................................................100
B. Keterbatasan Kasus..............................................................100
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................101
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
2
2
Berdasarkan data di atas, penulis tertarik untuk melakukan
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1.Apa definisi Fraktur?
2 Bagaimana epidemiologi Fraktur?
3. Apa saja klasifikasi dari Fraktur?
4. Apa saja etiologi dari diabetes insipidus?
5. Apa saja faktor resiko dari Fraktur?
6. Bagaimana patofisiologi dari Fraktur?
7. Apa saja manifestasi klinis dari Fraktur?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Fraktur?
9. Apa saja penatalaksanaan medis dari Fraktur?
10.Bagaimana prognosis Fraktur?
11.Apa saja komplikasi dari Fraktur?
C. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah
pengetahuan mengenai penyakit Fraktur dan untuk mengetahui asuhan
keperawatan dari Fraktur.
D. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari Fraktur
2. Untuk mengetahui epidemiologi Fraktur
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari Fraktur
4. Untuk mengetahui etiologi dari Fraktur
5. Untuk mengetahui faktor resiko dari Fraktur
6. Untuk mengetahui patofisiologi dari Fraktur
7. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Fraktur
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Fraktur
12
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari Fraktur
10.Untuk mengetahui prognosis Fraktur
11.Untuk mengetahui komplikasi dari Fraktur
12.Untuk mengetahui asuhan keperawatan Fraktur
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian Fraktur
tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.
(Rasjad, 2012)
jenis dan luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar
dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang
dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat
2. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
14
fascia palmaris ini bersifat tipis, tetapi bagian tengahnya bersifat tebal
lempeng jaringan ikat berserabut, dan pada jari – jari tangan dengan
fascia tangan dalam yang kuat dan berbatas jelas, menutupi jaringan
lunak dan tendo otot – otot fleksor panjang. Bagian proksimal aponeurosis
membentuk empat pita digital yang memanjang dan melekat pada basis
Sebuah sekat jaringan ikat medial yang menyusup ke dalam tepi medial
hypothenar. Sesuai dengan ini, sebuah sekat jaringan ikat lateral meluas
saraf digital. Bidang otot terdalam pada telapak tangan dibentuk oleh
15
QGambar 1. Anatomi Pergelangan Tangan (Moore, 2010)
2. Fisiologi
dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel : osteoblast, osteosit, dan
kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang. Sebagian dari fosfatase alkali
alkali di dalam darah dapat menjadi indikator yang baik tentang tingkat
16
osifikasi. Sebagai sel,osteoblas dapat memproduksi substansi organic
tulang dengan sifat dan fungsi resopsi serta mengeluarkan tulang yang
pertumbuhan tulang berakhir. Setelah fase ini tulang lebih banyak terjadi
Substansi organic :
35% Substansi
20%
asam sulfur. Substansi inorganic terutama terdiri atas kalsium dan fosfor
17
Enzim tulang adalah alkali fosfataseyang diproduksi oleh osteoblas yang
penting untuk fungsi normal tulang dan membuat tulang dapat berespon
tulang.
dan posfor).
18
sum-sum tulang).
19
Pertumbuhan dan metabolisme tulang dipengaruhi oleh mineral dan
hormone:
baru.
20
dapat menimbulkan pembentukan batu ginjal.
3. Etiologi Fraktur
a. Cedera traumatik
b. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan
sebagai berikut:
1. Nyeri
fragmen tulang.
2. Deformitas
karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur.
Fragmen sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5
22
cm (1 sampai 2 inci).
3. Krepitasi
akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa
5. Fals Moment
5. Patofisiologi Fraktur
setelah patah tulang. Sel darah putih dan sel mast terakumulasi sehingga
akan segera terstimulasi dan terbentuk tulang baru imatur, disebut kalus.
Bekuan fibrin segera direabsorpsi dan sel tulang baru secara perlahan
23
mengalami remodeling untukmembentuk tulang sejati. Tulang sejati
sebelum tulang sejati terbentuk, atau apabila sel tulang baru rusak selama
24
6. Pathway Fraktur
25
7. Klasifikasi Fraktur
beberapa yaitu :
tengah tulang.
26
8. Komplikasi
Fraktur
1) Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
b. Kompartement Syndrom
terjadi lebih sering pada fraktur tulang kering (tibia) dan tulang
ptechie.
d. Infeksi
e. Avaskuler Nekrosis
dapat terjadi saat suplai darah ke tulang kurang baik. Hal ini paling
leher), saat kepala femur berputar atau keluar dari sendi dan
rumah sakit. Oleh karena itu, edukasi pada pasien merupakan hal
nyeri yang bersifat intermiten atau nyeri yang menetap pada saat
28
menahan beban.
f. Shock
g. Osteomyelitis
29
jaringan lunak, pemisahan lebar dari fragmen contohnya patella
c. Malunion
9. Penatalaksanaan Fraktur
1) Reduksi
bisa diberikan dengan plester felt melekat diatas kulit atau dengan
30
Jika dilakukan reposisi namun tidak dapat dievaluasi
patellar fracture.
2) Imobilisasi.
yang tidak tepat bisa menimbulkan tekanan kuIit, vascular, atau saraf.
3) Rehabilitasi
dilepaskan. Dianjurkan terapi fisik untuk mgerakan aktif dan pasif serta
penguatan otot.
31
10. Pemeriksaan Penunjang
Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian proximal dan distal.
Darah rutin,
Urinalisa,
kliren ginjal).
32
B. Kosep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Subjektif
1) Anamnesa
a) Identitas Klien
b) Keluhan Utama
kesemutan.
33
d) Riwayat Penyakit Dahulu
sebelumnya
34
dari nutrisi yang tidak adekuat terutama kalsium atau protein dan
35
faktor predisposisi masalah muskuloskeletal terutama pada
mobilitas klien.
c) Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi
serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola
jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.
sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien.
e) Pola Aktivitas
36
akan kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa
bagian distal fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbul
keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu
perkawinannya
b. Data obyektif
37
2) Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi
maupun bentuk.
3) pemeriksaan fisik :
a) Sistem Integumen
b) Kepala
c) Leher
d) Muka
e) Mata
terjadi perdarahan)
f) Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada
g) Hidung
38
h) Mulut dan Faring
i) Thoraks
j) Paru
I. Inspeksi
II. Palpasi
III. Perkusi
Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
IV. Auskultasi
k) Jantung
I. Inspeksi
II. Palpasi
III. Auskultasi
39
l) Abdomen
I. Inspeksi
II. Palpasi
III. Perkusi
IV. Auskultasi
m) Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan
BAB.
2. Diagnosa Keperawatan
40
c) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan,
jaringan nekrotik.
41
42
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada
berhubungan dengan berkurang atau pada klien dan membuat klien dan
pengetahuanklien tentang
nyeri.
42
5. Melakukankolaborasi 5. Merupakan tindakan dependent
43
pasien memenuhi sampai kekuatan pasien
Koordinasi otot,
tulang dan
anggota gerak
lainya baik.
Kerusakan integritas Setelah dilakukan 1. Kaji kulit dan 1. Mengetahui sejauh mana
Kriteria Hasil :
44
tidak ada tanda bau, serta jumlah dan tipe keparahan luka akan
debridement. lainnya.
45
6. Setelah debridement, 6. Balutan dapat diganti satu
terjadi infeksi.
7. Kolaborasi pemberian 7. Antibiotik berguna untuk
antibiotik sesuai mematikan
indikasi. mikroorganisme
yang
melakukan ketidakmampuan
tidak adekuatnya Tujuan : infeksi tidak luka dengan teknik terutama bila suhu tubuh
47
tidak ada tanda- seperti infus, 3. Untuk mengurangi risiko
patogen.
Kurang Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Mengetahui seberapa jauh
terpaparnya kondisi, efek prosedur klien tentang penyakitnya 2. Dengan mengetahui penyakit
dan
informasi tentang
penyakit
48
dan proses dan kondisinya sekarang. kondisinya sekarang, klien
diperlukan dan
regimen
perawatan.
49
4. Implementasi
tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini
5. Evaluasi
C. Dokumentasi Keperawatan
50
BAB III
A. Kasus
Sumber data : Pasien, keluarga pasien dan status rekam medis pasien
1. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
4) Agama : Islam
5) Pendidikan : SD
6) Pekerjaan : Petani
8) Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
51
46
1) Nama : Bp. A
2) Umur : 46 tahun
3) Pendidikan : SD
2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Pasien
kanannya.
mengeluhkan pusing
terbuka di jari
46
manis tangan kanannya, kukunya terlepas dan terdapat
1) Genogram ( Gambar 3 )
Keterangan
: Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: sudah meninggal
47
: tinggal dalam satu rumah
: garis keturunan
: garis perkawinan
: pasien
hipertensi.
3. Kesehatan Fungsional
a. Aspek Fisik-Biologis
1) Nutrisi
a) Sebelum sakit
putih.
b) Selama sakit
48
2) Pola Eliminasi
a) Sebelum sakit
b) Selama sakit
3) Pola Aktivitas
a) Sebelum sakit
sapi.
49
(3) Keadaan kardiovaskuler
b) Selama sakit
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
melakukan aktivitas
50
(4) Skala Ketergantungan
Nilai
No Fung Sko Uraia skor
si r n Hari Hari Hari
1 2 3
1 Mengendali 0 Tak terkendali / tak teratur
kan (perlu
pencahar)
rangsanga 1 Kadang – kadang tak
n defekasi terkendali
(BAB) 2 Mandiri 2 2 2
2 Mengendali 0 Tak terkendali / pakai
kateter
kan 1 Kadang – kadang tak
rangsanga terkendali (
n berkemih 1 x 24 jam)
2 Mandiri 2 2 2
3 Membersihk 0 Butuh pertolongan orang 0 0
lain
an diri (cuci 1 Mandiri 1
muka, sisir
rambut, sikat
gigi)
4 Penggunaa 0 Tergantung pertolongan
n jamban, orang
lain
masuk dan 1 1 1 1
Perlu pertolongan pada
keluar
beberapa kegiatan tetapi
(melapaska dapat mengerjakan
n, memakai sendiri kegiatan yang lain
celana, 2 Mandiri
membersihk
an,
menyiram)
5 Makan 0 Tidak mampu
1 Perlu ditolong memotong 1 1
makanan
2 Mandiri 2
6 Berubah 0 Tidak mampu
sikap dari 1 Perlu banyak bantuan
berbaring untuk
51upr duduk (>2orang)
keduduk 2 Bantuan (2 orang)
3 Mandiri 3 3 3
7 Berpind 0 Tidak mampu
ah / 1 Bisa (pindah) dengan
berjalan kursi roda
2 Berjalan dengan bantuan
1 orang
3 Mandiri 3 3 3
8 Memakai baju 0 Tidak mampu
51
1 Sebagian dibantu (missal
mengancingkan baju)
2 Mandiri 2 2 2
9 Naik turun 0 Tidak mampu
tangga
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri 2 2 2
10 Mandi 0 Tergantung orang lain
1 Mandiri 1 1 1
Total Skor 17 19 19
Tingkat ketergantungan Ketergantungan
Ringan
Para & Nama Perawat
Keterangan
20 : Mandiri
12 – 19 : Ketergantungan ringan
9 – 11 : Ketrgantungan sedang
0 -4 : Ketergantungan total
Keterangan :
Tangal PENILAIAN 4 3 2 1
Kondisi fisik Baik Sedang Buruk Sangat
2/7/18 buruk
Status mental Sadar√ Apatis Bingung Stupor
Jalan√ Jalan dengan Ditempat
Aktifitas Kursi roda
sendiri√ bantuan tidur
Bebas Tidak
Mobilitas Agak Sangat
bergerak mampu
terbatas√ terbatas brgerak
Kadang Selalu
Inkontinensi
Inkontensia Kontinen√ - inkontinensi
a urin &
kadang a
Alvi
intkontinensia urin
Sko 16 3
r
Total Skor 19 (Risiko rendah terjadi decubitus)
Paraf & Nama Perawat .......
Kondisi fisik Baik Sedang Buruk Sangat
buruk
3/7/18 Status mental Sadar√ Apatis Bingung Stupor
Jalan√ Jalan dengan Di tempat
Aktifitas Kursi roda
sendiri√ bantuan tidur
Bebas Tidak
Mobilitas Agak Sangat
bergerak mampu
terbatas√ terbatas brgerak
Kadang- Selalu
Inkontinensi
Inkontensia Kontinen√ kadang inkontinensia
a urin &
intkontinensi urine
Alvi
a
Sko 16 3
r
Total Skor 19 (Risiko rendah terjadi decubitus)
Paraf & Nama Perawat
53
Kondisi fisik Baik Sedang Buruk Sangat
4/7/18 buruk
Status mental Sadar√ Apatis Bingung Stupor
Jalan√ Jalan dengan Di tempat
Aktifitas Kursi roda
sendiri√ bantuan tidur
Bebas Tidak
Mobilitas Agak terbatas Sangat
bergerak√ mampu
terbatas bergerak
Kadang Selalu
Inkontinensi
Inkontinensia Kontinen√ - inkontinensi
a urin &
kadang a
Alvi
intkontinensia urine
Sko 20
r
Total Skor 19 (Risiko rendah terjadi decubitus)
Paraf & Nama Perawat
(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)
KETERANGAN:
16-20 : risiko rendah terjadi
dekubitus 12-15 : risiko sedang
terjadi dekubitus
<12 : risiko tinggi terjadi dekubitus
4) Kebutuhan Istirahat-tidur
a) Sebelum sakit
b) Selama sakit
b. Aspek Psiko-Sosial-Spiritual
2) Pola hubungan
54
3) Koping atau toleransi stres
penuh)
dengan lancar
yang dideritanya.
5) Konsep diri
a) Gambaran diri
b) Harga diri
terhadap hidupnya
55
c) Peran diri
d) Ideal diri
e) Identitas diri
6) Seksual
7) Nilai
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : Composmentis
2) Status Gizi :
TB = 155cm
BB = 60 kg
56
3) Tanda Vital
1) Kulit
2) Kepala
baik
mulut
3) Leher
57
4) Tengkuk
5) Thorax
6) Kardivaskuler
7) Punggung
8) Abdomen
58
c) Perkusi : Terdengar hasil ketukan “tympani” di
abnormal
9) Panggul
11)Genetalia
a) Pada Laki-laki
12)Ekstremitas
60
edema,kekuatan otot 5. Kuku pada jari kaki
terlihat bersih
5. Pemeriksaan Penunjang
b. Pemeriksaan radiologi
c. Terapi pengobatan
61
6. Laporan Pembedahan
2. ANALISA DATA
62
2 DS : Nyeri akut Agen injury fisik
Ketidakefektifan
Pasien mengatakan pusing,
perfusi Hipertensi
nyeri tengkuk
jaringan
Pasien mengeluhkan kaku kuduk
serebral
dan
63
tengkuk terasa berat
DO :
TD 210/100 mmHg
Nadi 90 kali per
menit 3 DS : -
DO :
Pasien mulai terpasang infus RL
20 tpm di tangan kiri pasien Risiko infeksi Procedure invasif
Terdapat luka terbuka di jari
manis tangan kanan pasien
Kuku jari manis tangan kanan
pasien terlepas
4 DS :
Pasien mengatakan tidak
tahu tentang penyakit yang
dideritanya
Pendidikan terakhir SD
Usia 83 tahun
Pasien mengatakan kurang Kurang Kurang
bias mencari informasi pengetahuan paparan
tentang penyakitnya tentang penyakit sumber
informasi
DO :
Pasien tidak mampu
menjawab tentang penyakit
yang dideritanya
64
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
dengan : DS :
P : luka terbuka pada jari manis tangan kanan karena terlilit tali
pengencang sapi
Q : tertusuk-tusuk
S : 6
kanannya DO :
tangan kanannya
fisik DS :
Q : tertusuk-tusuk
S : 6
65
DO :
tangan kanannya
ditandai dengan :
DS :
terasa berat DO :
TD 210/100 mmHg
DS :
Pendidikan terakhir SD
Usia 83 tahun
penyakitnya DO :
66
d. Risiko infeksi dengan faktor procedure invasif, ditandai dengan :
DS :
- DO
:
67
68
4. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Tabel 11
1. Senin, 2 Juli 2018 Senin, 2 Juli 2018 diagnosa Senin, 2 Juli 2018
14.00 WIB 14.00 WIB keperawatan 14.00 WIB
Nyeri Akut Setelah dilakukan a. Kaji tingkat nyeri secara
berhubungan asuhan keperawatan komprehensif dan kaji tanda-
dengan Agen Cidera fisik selama 3 tanda vital
x b. Ajarkan teknik non
24 jam, nyeri farmakologis
berkurang dengan (relaksasi, distraksi dll) untuk
kriteria : mengetasi nyeri.
a. Pasien c. Kontrol faktor lingkungan
mengatakan nyeri yang mempengaruhi nyeri
berkurang seperti suhu ruangan,
b. Skala nyeri 2 pencahayaan, kebisingan.
c. Wajah pasien d. Kelola dexketoprofen 25
tampak relaks mg/8jam untuk mengurangi
d. (TD: 110-120/60- nyeri.
80 mmHg, N:
2. Ketidakefektifan 60-100 Peripheral sensation
perfusi jaringan x/mnt, RR: management
cerebral 16-
berhubungan 20x/mnt, S Observasi keluhan kaku
:36- leher pasien
dengan hipertensi 36,5°C).
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam
diharapkan pasien
dengan
68
69
Senin, 2 Juli 2018 tanpa obat seperti Kaku leher adalah salah
14.00 WIB nafas dalam. d. Dexketoprofen satu manifestasi
a. Memudahkan perawat sebagai Analgetik hipertensi
menentukan intervensi c. Memberikan membantu mengurangi
selanjutnya. kenyamanan pada nyeri secara farmakaologi Tekanan darah dan nadi salah
b. Teknik non farmakologis pasien. satu
membantu mengurangi nyeri
69
Ketidakefektifan indikator untuk
perfusi Ukur tekanan darah dan mengetahui
jaringan nadi pasien hipertensi pasien
cerebral
berhubungan
Diet rendah garam sesuai
Ajarkan pasien dan
dengan hipertensi dapat untuk pasien dengan
keluarga tentang
teratasi dengan kriteria hipertensi
pentingnya diet rendah
hasil : garam
Tissue Perfussion : Obat anti hipertensi berfungsi
Cerebral untuk menstabilkan tekanan
Tekanan Kolaborasi dengan dokter darah pasien
darah normal pemberian obat anti
(120/80 hipertensi
mmHg).
Tidak ada kaku
leher
Tidak ada pusing
Tidak ada tanda
tanda
peningkatan
tekannan intra
kranial
3. Senin, 2 Juli 2018 Senin, 2 Juli 2018 dengan kriteria: Senin, 2 Juli 2018
14.00 WIB 14.00 WIB a. Tidak ada tanda-tanda 14.00 WIB
Risiko Infeksi berhubungan Setelah dilakukan infeksi (dolor, kalor, rubor, a. Pantau tanda-tanda vital.
dengan Pertahanan asuhan keperawatan tumor, fungtio laesa)
Sekunder Inadekuat selama 3 x 24 jam b. Luka bersih, tidak
infeksi tidak terjadi b. Lakukan perawatan luka
70
dengan teknik aseptic Senin, 2 Juli 2018 terutama bila suhu tubuh c. Untuk mengurangi risiko
c. Lakukan perawatan terhadap 14.00 WIB meningkat. infeksi nosokomial.
prosedur invasif seperti infus, a. Mengidentifikasi b. Mengendalikan
kateter, drainase luka tanda-tanda penyebaran d. Penurunan Hb dan
d. Jika ditemukan tanda infeksi peradangan mikroorganisme patogen.
71
lembab dan tidak kolaborasi untuk peningkatan jumlah leukosit
kotor. pemeriksaan dari normal bisa terjadi
c. Balutan infus bersih, darah, seperti Hb dan akibat terjadinya proses
tidak, lembab, dan leukosit infeksi
tidak kotor e. Antibiotik
d. Tanda-tanda vital e. Kelola untuk pemberian
dalam batas normal. antibiotik ceftriaxone 1 gr/24 mencegah perkembangan
(TD: 110-120/60-80 jam mikroorganisme patogen.
mmHg, N: 60-100
x/mnt, RR: 16-
20x/mnt, S :36-
36,5°C).
4 Kurang pengetahuan Senin, 2 Juli 2018 Senin, 2 Juli 2018 Senin, 2 Juli 2018
tentang 14.00 WIB 14.00 WIB 14.00 WIB
penyakit berhubungan Setelah dilakukan a. Kaji pengetahuan pasien a. Mempermudah dalam
dengan kurang terpapar asuhan keperawatan tentang penyakitnya memberikan penjelasan
sumber informasi selama 1 x 24 jam b. Jelaskan tentang proses tentang pengobatan pada
kurang pengetahuan penyakit (tanda dan pasien
tentang penyakit tidak gejala)identifikasi b. Meningkatkan pengetahuan
terjadi dengan kriteria: kemungkinan penyebab, dan mengurangi cemas
a. Menjelaskan jelaskan kondisi tentang c. Mempermudah intervensi
kembali tentang pasien d. Mencegah keparahan penyakit
penyakit c. Jelaskan tentang proses e. Memberikan gambar
b. Mengenal pengobatan dan alternative tentang pilihan tentang
kebutuhan pengobatan terapi yang bisa digunakan
perawatan d. Diskusikan perubahan gaya
dan hidup yang mungkin
pengobatan digunakan untuk mencegah
komplikasi
tanpa cemas e. Diskusikan tentang terapi
yang
72
dipilih
73
f. Eksplorasi kemungkinan sumber
yang bias digunakan / mendukung
g. Instruksi kapan harus kembali
ke pelayanan kesehatan
h. Tanyakan kembali tentang
pengetahuan penyakit,
prosedur perawatan dan
pengobatan
74
5. CATATAN PERKEMBANGAN
75
O:
TD 170/90 mmHg
Nadi 80 kali per menit
Suhu 36,5 oC
Respirasi 24 kali per
menit Jam 14.00
S:
P : saat BAK
Q : terasa penuh
R : di perut bagian
bawah S : Skala 5
T : hilang timbul, saat
BAK O :
Pasien meringis menahan nyeri di abdomen kanan bawah
TD 170/90 mmHg
Nadi 80 kali per menit
Suhu 36,5 oC
Respirasi 24 kali per menit
Pasien tampak lebih rileks setalah melakukan teknik napas
dalam A : Nyeri akut teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Lakukan pengkajian nyeri
Ukur tanda-tanda vital
Kolaborasi dengan dokter pemberian obat
analgetik dexketoprofen 25 mg/12jam
76
(Eko Sudarmanto)
77
P : Lanjutkan intervensi
Lakukan pengkajian nyeri
Ukur tanda-tanda vital
Kolaborasi dengan dokter pemberian obat
analgetik dexketoprofen 25mg/12jam
(Eko Sudarmanto)
Selasa, 3 Jam Jam
Juli 05.00 05.10
201 Mengukur tanda-tanda S : Pasien mengatakan masih terasa nyeri pada jari
8 vital manis tangan kanannya
O:
TD 140/90 mmHg
Nadi 84 kali per menit
Suhu 36,5 oC
Respirasi 24 kali per
menit Jam 06.10
Jam 06.00 S:
Melakukan pengkajian P : luka bekas operasi pemasangan
nyeri wayer Q : tertusuk-tusuk
R : jari manis tangan
kanan S : 4
T : saat menggerakan jari manis tangan
kanannya O :
Pasien meringis menahan nyeri saat menggerakan jari
manis tangan kanannya
Terdapat luka post operasi pemasangan wayer pada jari manis
78
tangan kanan pasien
Jam
07.00 S :
P : luka bekas operasi pemasangan
wayer Q : tertusuk-tusuk
R : jari manis tangan
kanan S : 4
T : saat menggerakan jari manis tangan
kanannya O :
Pasien meringis menahan nyeri saat menggerakan jari
manis tangan kanannya
Terdapat luka post operasi pemasangan wayer pada jari
manis tangan kanan pasien
TD 140/90 mmHg
Nadi 84 kali per menit
Suhu 36,5 oC
Respirasi 24 kali per
menit A : Nyeri akut teratasi
sebagian P : Lanjutkan
intervensi
Lakukan pengkajian nyeri
Ukur tanda-tanda vital
Kolaborasi dengan dokter pemberian obat
analgetik dexketoprofen 30 mg/12jam
(Eko Sudarmanto)
79
Jam 09.00 Jam 09.10
Melakukan kolaborasi dengan dokter S : Pasien mengatakan terasa sakit saat obat disuntikkan
pemberian injeksi dexketoprofen O : Dexketoprofen 25mg berhasil diberikan kepada pasien
25mg/12jam per IV melalui IV kateter infus tangan kiri
80
(Eko Sudarmanto)
Jam 20.00 Jam 20.10
Mengukur tanda-tanda S : Pasien mengatakan sedikit
vital pusing O :
TD 120/80 mmHg
Nadi 84 kali per menit
Suhu 36,7 oC
Respirasi 24 kali per
menit Jam 21.00
Jam 20.50
Melakukan kolaborasi dengan dokter S : Pasien mengatakan terasa sakit saat obat disuntikkan
pemberian injeksi dexketoprofen O : Dexketoprofen 25mg berhasil diberikan kepada pasien
25mg/12jam per IV melalui IV kateter infus tangan kiri
Jam
21.00 S :
Pasien mengatakan sedikit pusing
Pasien mengatakan terasa sakit saat obat
disuntikkan O :
Dexketoprofen 25mg berhasil diberikan kepada pasien
melalui IV kateter infus tangan kiri
TD 120/80 mmHg
Nadi 84 kali per menit
Suhu 36,7 oC
Respirasi 24 kali per
menit A : Nyeri akut teratasi
sebagian P : Lanjutkan
intervensi
81
Lakukan pengkajian nyeri
Ukur tanda-tanda vital
Kolaborasi dengan dokter pemberian obat
analgetik dexketoprofen 25 mg/12jam
(Eko Sudarmanto)
Rabu, 4 Jam 05.00 Jam 05.10
Juli Mengukur tanda-tanda S : Pasien mengatakan sudah
2018 vital enakan O :
TD 120/80 mmHg
Nadi 84 kali per menit
Suhu 36,5 oC
Respirasi 20 kali per
menit Jam 06.10
Jam 06.00 S:
Melakukan pengkajian P : luka bekas operasi pemasangan
nyeri wayer Q : tertusuk-tusuk
R : jari manis tangan
kanan S : 2
T : saat menggerakan jari manis tangan
kanannya O :
Pasien meringis menahan nyeri saat menggerakan jari
manis tangan kanannya
Terdapat luka post operasi pemasangan wayer h2 pada
jari manis tangan kanan pasien
82
Jam 07.00
S:
P : luka bekas operasi pemasangan
wayer Q : tertusuk-tusuk
R : jari manis tangan
kanan S : 2
T : saat menggerakan jari manis tangan
kanannya O :
Pasien meringis menahan nyeri saat menggerakan jari
manis tangan kanannya
Terdapat luka post operasi pemasangan wayer h2 pada
jari manis tangan kanan pasien
TD 120/80 mmHg
Nadi 84 kali per menit
Suhu 36,5 oC
Respirasi 20 kali per
menit A : Nyeri akut teratasi
sebagian P : Lanjutkan
intervensi
Kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgetik
dexketoprofen 25 mg/12jam/IV
(Eko Sudarmanto)
Jam Jam
09.00 09.10
Melakukan kolaborasi dengan S : Pasien mengatakan terasa sakit saat obat disuntikkan
dokter pemberian injeksi O : Dexketoprofen 25mg berhasil diberikan kepada pasien
dexketoprofen 25mg/12jam per melalui IV kateter infus tangan kiri
IV
83
Jam 11.00 Jam 11.10
Mengukur tanda-tanda S : Pasien mengatakan nyeri
vital berkurang O :
TD 120/80 mmHg
Nadi 80 kali per menit
Suhu 36,5 oC
Respirasi 20 kali per menit
Jam 14.00
S : Pasien mengatakan nyeri
berkurang O :
TD 120/80 mmHg
Nadi 80 kali per menit
Suhu 36,5 oC
Respirasi 20 kali per menit
Dexketoprofen 25mg berhasil diberikan kepada pasien
melalui IV kateter infus tangan kiri
A : Nyeri akut teratasi
P : Hentikan intervensi, pasien BLPL
(Eko Sudarmanto)
84
Nama pasien :Tn. S
Nomor CM 170393
Ruang :Cempaka
Diagnosa keperawatan : Risiko infeksi dengan factor risiko prosedure invasif
(Eko Sudarmanto)
Jam Jam
20.50 21.00
Melakukan kolaborasi dengan dokter pemberian S : Pasien mengatakan tidak sakit saat obat disuntikkan
85
86
antibiotic cefoperazone 1 gram/12jam/ IV O : Injeksi cefoperazone 1 gram berhasil disuntikkan melalui
kateter infus pasien ditangan
kiri Jam 21.00
S : Pasien mengatakan tidak sakit saat obat disuntikkan
O : Injeksi cefoperazone 1 gram berhasil disuntikkan
melalui kateter infus pasien ditangan kiri
A : Risiko infeksi teratasi
sebagian P : Lanjutkan
intervensi
(Eko Sudarmanto)
Selasa, 3 Jam Jam
Juli 08.00 08.10
201
Melakukan dressing S : Pasien mengatakan infusnya tidak terasa gatal
8
infus
O : Tidak nampak tanda-tanda infeksi pada
pemasangan infus ditangan kiri pasien
88
antibiotic cefoperazone 1 gram/12jam/ IV O : Injeksi cefoperazone 1 gram berhasil disuntikkan melalui
kateter infus pasien ditangan
kiri Jam 14.00
S : Pasien mengatakan infusnya tidak terasa gatal
O : Tidak Nampak tanda-tanda infeksi pada
pemasangan infus ditangan kiri pasien, Injeksi
cefoperazone 1 gram berhasil disuntikkan melalui
kateter infus pasien ditangan kiri
A : Risiko infeksi teratasi
sebagian P : Lanjutkan
intervensi
(Eko Sudarmanto)
Rabu, 4 Jam Jam
Juli 09.00 09.10
201
Melakukan kolaborasi dengan dokter S : Pasien mengatakan tidak sakit saat obat disuntikkan
8
pemberian antibiotic cefoperazone 1 O : Injeksi cefoperazone 1 gram berhasil disuntikkan
gram/12jam/ IV melalui kateter infus pasien ditangan kiri
Jam.13.20
Jam 1300
S : Pasien mengatakan terasa lega setelah infus dilepas
Melakukan aff infus
89
90
O : infus RL 20 tpm berhasil diaff
Jam 14.00
S : Pasien mengatakan tidak sakit saat obat
disuntikkan, Pasien mengatakan terasa lega
setelah infus dan kateter dilepas
O : Injeksi cefoperazone 1 gram berhasil disuntikkan
melalui kateter infus pasien ditangan kiri, Kateter infus
berhasil diaff A : Risiko infeksi teratasi
P : Hentikan intervensi, pasien BLPL
(Eko Sudarmanto)
91
Nama pasien :Tn. S
Nomor CM 170393
Ruang :Cempaka
Diagnosa keperawatan : Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan hipertensi
92
(Eko Sudarmanto)
Jam 20.00 Jam 20.10
Mengukur tekanan darah dan S : Pasien mengatakan pusing
nadi berkurang O :
TD 130/90 mmHg
Nadi 84
kali/menit Jam
Jam 20.50 21.00
Melakukan kolaborasi dengan dokter S : Pasien mengatakan obat sudah diminum
memberikan obat tablet amlodipine 10 O : Tablet amlodipine 10 mg berhasil diminum
mg/24jam pasien Jam 21.00
S:
Pasien mengatakan pusing berkurang
Pasien mengatakan obat sudah
diminum O :
TD 130/90 mmHg
Nadi 84 kali/menit
Tablet amlodipine 10 mg berhasil diminum
pasien A : Ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Ajarkan pasien dan keluarga tentang
pentingnya diet rendah garam
(Eko Sudarmanto)
Selasa, 3 Jam Jam
Juli 05.00 05.10
201 Mengukur tekanan darah dan S : Pasien mengatakan pusing berkurang
8 nadi
93
O:
TD 140/90 mmHg
Nadi 84
Jam 06.00 kali/menit Jam
Melakukan kolaborasi dengan dokter 06.10
pemberian obat tablet irbesartan S : Pasien mengatakan obatnya sudah diminum
300mg/24jam sesudah makan
O : Tablet irbesartan 300 mg berhasil diminum
pasien Jam 07.00
S:
Pasien mengatakan pusing berkurang
Pasien mengatakan obatnya sudah diminum
sesudah makan
O:
TD 140/90 mmHg
Nadi 84 kali/menit
A : Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
(Eko
Jam Jam Sudarmanto)
10.00 10.00
Mengajarkan pasien dan keluarga S : Pasien mengatakan akan mematuhi untuk tidak
tentang pentingnya diit rendah garam makan asin-asin
O : Pasien nampak kooperatif saat dilakukan
pendidikan kesehatan tentang pentingnya diit rendah
garam pada pasien hipertensi
Jam 11.00 Jam 11.10
94
Mengukur tekanan darah dan nadi S : Pasien mengatakan sudah lebih enakan, kaku leher sudah
berkuran
gO:
TD 130/80
mmHg Nadi 80
kali/menit
Jam
14.00 S :
Pasien mengatakan sudah lebih enakan, kaku
leher sudah berkurang
Pasien mengatakan akan mematuhi untuk tidak
makan asin-asin
O:
TD 130/80 mmHg
Nadi 80 kali/menit
Pasien nampak kooperatif saat dilakukan
pendidikan kesehatan tentang pentingnya diit
rendah garam pada pasien hipertensi
A : Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Ukur TTV
Kolaborasi dengan dokter pemberian obat anti hipertensi
Jam 20.00 Jam 20.10
Mengukur tekanan darah dan S : Pasien mengatakan pusing
nadi berkurang O :
TD 120/80 mmHg
Nadi 84 kali/menit
Jam 20.50 Jam 21.00
95
Melakukan kolaborasi dengan dokter S : Pasien mengatakan obat sudah diminum
memberikan O : Tablet amlodipine 10 mg berhasil diminum
obat tablet amlodipine 10 mg/24jam pasien Jam 21.00
S:
Pasien mengatakan pusing berkurang
Pasien mengatakan obat sudah
diminum O :
TD 120/80 mmHg
Nadi 84 kali/menit
Tablet amlodipine 10 mg berhasil diminum
pasien A : Ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Ajarkan pasien dan keluarga tentang
pentingnya diet rendah garam
(Eko Sudarmanto)
Rabu, 3 Jam Jam
Juli 05.00 05.10
201 Mengukur tekanan darah dan S : Pasien mengatakan pusing
8 nadi berkurang O :
TD 120/80 mmHg
Nadi 84 kali/menit
96
O : Tablet irbesartan 300 mg berhasil diminum pasien
Jam
07.00 S :
Pasien mengatakan pusing berkurang
Pasien mengatakan obatnya sudah diminum
sesudah makan
O:
TD 120/80 mmHg
Nadi 84 kali/menit
A : Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
(Eko
Jam Jam Sudarmanto)
11.00 11.10
Mengukur tekanan darah dan S : Pasien mengatakan sudah enakan, tidak ada
nadi kaku leher O :
TD 120/80
mmHg Nadi 80
kali/menit
Jam
07.00 S :
Pasien mengatakan sudah enakan, tidak ada kaku
leher O :
TD 120/80 mmHg
Nadi 84 kali/menit
A : Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
teratasi P : Hentikan intervensi
(Eko Sudarmanto)
97
Nama pasien :Tn. S
Nomor CM 170393
Ruang :Cempaka
Diagnosa keperawatan : Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang terpapar sumber informasi
Hari/Tanggal Pelaksana Evaluas
an i
Senin, 2 Jam 10.00 Jam 10.10
Juli
2018 Mengkaji pengetahuan pasien tentang S : Pasien tidak mengetahui tentang penyakit yang
Penyakitnya dideritanya
O : Tingkat pendidikan pasien SD
Jam 10.10 Jam 10.20
Menjelaskan tentang proses penyakit, proses S : Pasien mengatakan paham tentang penyakitnya dan
harus
pengobatan dan diskusikan perubahan gaya minum obat rutin
hidup
kepada pasien dengan metode leaflet O : Pasien dan keluarga nampak aktif dan kooperatif
saat
dilakukan pendidikan kesehatan, pasien bisa mengulang
kembali tentang pengertian, tanda gejala dan
pengobatan dari
penyakit dan gaya hidup yang harus dirubah
Jam 14.00
Jam 10.20
S : Pasien mengatakan paham tentang penyakitnya dan
harus
minum obat rutin
O : Pasien dan keluarga nampak aktif dan kooperatif
saat
dilakukan pendidikan kesehatan, pasien bisa mengulang
kembali tentang pengertian, tanda gejala dan
pengobatan dari
penyakit dan gaya hidup yang harus dirubah
98
A : Kurang pengetahuan tentang penyakit teratasi
P : Hentikan intervensi
(Eko Sudarmanto)
99
100
7. Keterbatasan Kasus
kooperatif dan terbuka saat pengkajian dan kerjasama tim kesehatan yang
perencanaan tindakan.
kerjasama yang baik antara perawat dengan tim kesehatan lain terhadap
100
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut World Health Organization (WHO), kasus fraktur terjadi di
dunia kurang lebih 13 juta orang pada tahun 2008, dengan angka prevalensi
(Mardiono, 2010).
B. Saran
101
dan lebih spesifik dengan melihat respon pasien dan keluarga
pasien.
2. Bagi institusi
bersifat rutinitas
b. Institusi pendidikan
dapat tercapai.
proses belajar.
tugas.
c. Bagi penulis
102
DAFTAR PUSTAKA
Edition. Wheaton:
quest books.
Wedneday,October 29
2008, (www.qittun.com ,diaksespadatanggal 20 November 2014).
Moore K.L., Dalley A.F., Agur A.M.R. 2010. Clinically oriented anatomy.
6th edition. Lippincott William and Wilkins. Amerika. 246-53. Jakarta:
Erlangga
103