Anda di halaman 1dari 13

PEMERIKSAAN KESEHATAN GIGI DAN

MULUT ANAK SEKOLAH


DI MASA PANDEMI COVID-19

PENULIS:
drg. Meri Sukma

DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA


BERENCANA
UPTD PUSKESMAS
LUBUK MANDARSAH
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya lah
telah memberikan kekuatan, kesehatan, ketekunan serta kesabaran kepada kita semua
sehingga terselesaikannya makalah ini. Penulis dapat menyelesaikan dengan baik
makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti lomba nakes
teladan dengan makalah yang berjudul “ PEMERIKSAAN KESEHATAN GIGI
DAN MULUT ANAK SEKOLAH DIMASA PANDEMI COVID-19 ”.
Makalah ini masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan untuk menambah pengetahuan dimasa yang
akan datang. Semoga makalah ini memberikan manfaat untuk kita semua khususnya
pembaca.

Lubuk Mandarsah, Maret 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masa remaja merupakan tahapan kritis kehidupan, sehingga periode itu
dikategorikan rawan dan mempunyai risiko kesehatan tinggi. Salah satu masalah gizi
utama yang juga banyak dialami oleh remaja adalah Anemia. Anemia adalah keadaan
dimana jumlah sel darah merah atau kadar hemoglobin dalam sel darah merah berada
di bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang mengangkut
oksigen dari paru-paru dan mengantar ke seluruh tubuh. Remaja adalah salah satu
kelompok rentan anemia karena mengalami pertumbuhan sangat pesat disertai
kegiatan-kegiatan jasmani dan olahraga juga pada kondisi puncaknya.
Anemia pada remaja masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena
prevalensinya lebih dari 20%. Beberapa hasil studi menemukan prevalensi anemia
tinggi pada remaja, diantaranya Permaesih & Herman, Briawan, Isati, Kemenkes RI
berturut-turut adalah 25,5%, 35%, 75% dan 26,4%. Pemenuhan gizi dalam makanan
sehari-hari adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan remaja. Anemia gizi besi mengakibatkan menurunnya kesehatan
reproduksi remaja, menghambat perkembangan motorik, mental dan kecerdasan,
prestasi belajar dan tingkat kebugaran yang menurun serta tidak tercapainya tinggi
badan optimal. Anemia defisiensi besi disebabkan karena kehilangan darah secara
kronis, asupan zat besi yang tidak cukup, penyerapan tidak adekuat dan peningkatan
kebutuhan zat besi untuk pembentukan sel darah merah yang lazim berlangsung
diantaranya pada masa pubertas dan karena aktifitas yang meningkat, diet yang salah,
pola makan yang tidak teratur dan mengalami menstruasi dimana besi hilang bersama
darah menstruasi.
Beberapa penelitian mengemukakan bahwa faktor pengetahuan tentang
anemia dan tingkat asupan zat gizi (energi, protein, zat besi) mempengaruhi tingkat
kejadian anemia pada remaja. Penelitian Handayani (2010) menunjukkan ada
hubungan antara pengetahuan, asupan gizi, asupan sumber protein hewani dan
sayuran berwarna hijau, dan diet dengan anemia remaja. Penelitian Rahmawati
(2011) di SMA 2 Kota Bandar Lampung menunjukkan ada hubungan antara umur,
konsumsi energi, protein, vitamin C, zat besi, kebiasaan minum teh, kebiasaan
sarapan, status gizi, dan pendidikan ibu dengan anemia remaja. Pola konsumsi
makanan merupakan faktor langsung terhadap asupan zat gizi, dimana remaja sering
tidak mengetahuinya. Pola konsumsi remaja yang perlu mendapat perhatian salah
satunya adalah kebiasaan sarapan pagi serta konsumsi makanan bergizi yang
membantu penyerapan zat gizi seperti buah, sayur dan lauk-pauk sumber protein.
Sarapan adalah kegiatan makan pada pagi hari yang dilakukan sebelum beraktivitas
yang mencakup zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Untuk remaja yang
masih bersekolah, sarapan merupakan sumber energi untuk kegiatan aktivitas dan
belajar di sekolah.
Sarapan pagi merupakan kegiatan yang paling penting dalam memenuhi
kebutuhan energi dan zat gizi dalam sehari, namun masih banyak remaja yang
melewatkan kebiasaan ini, sehingga berdampak pada berkurangnya zat besi dalam
darah yang mengakibatkan anemia. Anemia mempunyai dampak terhadap masalah
kesehatan dan kualitas hidup remaja. Kurangnya pengetahuan tentang anemia, pola
makan yang mempengaruhi asupan gizi besi, sosial ekonomi yang rendah
diperkirakan berkonstribusi besar terhadap masalah anemia. Makalah ini bertujuan
untuk mengetahui prevalensi anemia pada remaja putri di SMP Desa Lubuk
Mandarsah.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah,
maka yang menjadi rumusan dalam makalah ini adalah “Bagaimanakah prevalensi
anemia remaja putri SMP di Desa Lubuk Mandarsah dengan dilakukannya
pemeriksaan Hemoglobin”

C. TUJUAN PENULISAN
Untuk mengetahui kejadian anemia pada remaja putri berdasarkan
pemeriksaan Hemoglobin di UPTD Puskesmas Lubuk Mandarsah.

D. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi Penulis
Hasil makalah ini dapat sebagai bahan bacaan untuk pembelajaran yang
terkait dengan kejadian anemia pada remaja putri berdasarkan dari pemeriksaan
Hemoglobin di UPTD Puskesmas Lubuk Mandarsah.
2. Bagi Puskesmas Lubuk Mandarsah
Makalah ini dapat digunakan sebagai informasi mengenai status gizi dan
pentingnya pemeriksaan Hb pada remaja yang mengalami anemia sehingga program
yang sudah ada dapat dilanjutkan dan ditingkatkan kembali.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anemia
1. Pengertian
Anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah/hemoglobin (Hb) dalam
darah yang kurang dari normal, yaitu pada wanita/ usia remaja (<12gr/
dL).Kekurangan Fe atau zat besi dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari
mengakibatkan anemia defisiensi besi. Zat besi dibutuhkan untuk membentuk sel
darah merah (Hemoglobin). Anemia terjadi karena dampak dari kurangnya zat gizi
makro (karbohidrat, protein, lemak) dan zat mikro (vitamin dan mineral) yang kurang
dalam tubuh.

2. Tanda-tanda Anemia
Pada remaja putri yang mengalami anemia akan timbul tanda tanda anemia sebagai
berikut:
a. Lesu, lemah, letih, lelah, dan lunglai (5L)
b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
c. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan
telapak tangan menjadi pucat

3. Penyebab Anemia
a. Faktor yang mendukung terjadinya anemia:
1) Makanan yang mengandung zat besi rendah Kebutuhan zat besi yang
meningkat akibat kehilangan darah, misalnya sebagai akibat cidera, perdarahan
ulkus peptikum atau hemorhoid, atau sebagai akibat epistaksis atau menstruasi
yang berlebihan.
2) Gangguan penyerapan zat besi.
Gangguan penyerapan zat besi seperti terjadi pada kelainan traktus
alimentarius tertentu. Penghambat penyerapan zat besi yang lainnya yaitu kafein,
tanin, fitat, zink, kalsium, fosfat dan lain-lain.
b. Faktor pendorong anemia pada remaja putri.
1) Setiap bulan remaja putri mengalami menstruasi.
Siklus menstruasi pada wanita rata-rata sekitar 28 hari selama kurang lebih 7
hari, lama perdarahannya sekitar 3-5 hari dengan jumlah darah yang dikeluarkan
sekitar 30-40 cc. Puncak perdarahannya hari ke 2-3 yaitu jumlah pemakaian
pembalut sekitar 2-3 buah Banyaknya darah yang keluar mengakibatkan anemia,
karena wanita tidak mempunyai persediaan Fe yang cukup dan absorpsi Fe ke
dalam tubuh tidak
dapat menggantikan hilangnya Fe saat menstruasi.
2) Remaja putri sering kali menjaga penampilan, ingin kurus sehingga berdiet dan
mengurangi makan. Diet yang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh akan
menyebabkan tubuh kekurangan zat penting seperti zat besi. Diet remaja
mengandung 6 mg/ 1000 kkal, sehingga pada gadis umumnya membutuhkan
kalori yang lebih rendah akan kesulitan untuk mencukupi kebutuhan zat besi atau
anemia zat besi.
c. Penyebab utama anemia pada wanita adalah kurang memadainya asupan makanan
sumber Fe, sedangkan kebutuhan Fe meningkat karena kehilangan darah saat
menstruasi. Penyebabnya dapat bermacam-macam, seperti perdarahan hebat,
kurangnya kadar zat besi dalam tubuh, kekurangan asam folat, kekurangan vitamin
B12, cacingan leukimia (kanker darah putih), penyakit kronis dan sebagainya.
d. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kadar Hb turun pada remaja yaitu :
1) Penyakit yang kronis, misalnya TBC, Hepatitis, dsb.
2) Pola hidup remaja putri berubah dari yang semula serba teratur menjadi kurang
teratur, misalnya sering terlambat makan atau kurang tidur.
e. Ketidakseimbangan antara asupan gizi dan aktifitas yang dilakukan.
f. Rendahnya konsentrasi Hemoglobin (Hb) atau hematokrit nilai ambang batas
(referensi) yang disebabkan oleh rendahnya produksi sel darah merah (eritrosit) dan
Hb, meningkatnya kerusakan eritrosit (hemolisis), atau kehilangan darah yang
banyak.(21)

4. Hemoglobin
Hemoglobin merupakan protein utama tubuh manusia yang berfungsi
mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan perifer dan mengangkut CO2 dari
jaringan perifer ke paru-paru. Sintesis hemoglobin merupakan proses biokimia yang
melibatkan beberapa zat gizi atau senyawa-antara. Proses sintesis ini terkait dengan
sintesis heme dan protein globin.
Sel-sel darah merah mampu mengkonsentrasikan hemoglobin dalam cairan
sel sampai sekitar 34 g/dL sel. Konsentrasi ini tidak pernah meningkat lebih dari nilai
batas metabolik dari mekanisme pembentukan hemoglobin sel. Selanjutnya pada
orang normal, presentase hemoglobin hampir selalu mendekati maksimum dalam
setiap sel. Namun dalam pembentukan hemoglobin dalam sumsum tulang berkurang,
maka presentase hemoglobin dalam darah merah juga menurun karena hemoglobin
untuk mengisi sel kurang. Bila hematokrit (presentase sel dalam darah normalnya 40-
45%) dan jumlah hemoglobin dalam masing-masing sel nilainya normal.
Menurut Soetjiningsih (2007), Penyebab rendahnya kadar hemoglobin dalam
darah salah satunya adalah asupan yang tidak mencukupi. Asupan zat gizi sehari-hari
sangat dipengaruhi oleh kebiasaan makan. Pengetahuan yang kurang menyebabkan
remaja memilih makan diluar atau hanya mengkonsumsi kudapan. Penyebab lain
adalah kurangnya kecukupan makan dan kurangnya mengkonsumsi sumber makanan
yang mengandung zat besi, selain itu konsumsi makan cukup tetapi makanan yang
dikonsumsi memiliki bioavaibilitas zat besi yang rendah sehingga jumlah zat besi
yang diserap oleh tubuh kurang (Ikhmawati dkk, 2013).
BAB III
PEMBAHASAN

A. PEMBAHASAN
Subyek makalah ini adalah siswi SMP Desa Lubuk Mandarsah dengan rentang
usia 14-19 tahun, rata-rata berumur 15,21 tahun. Hasil pengukuran kadar Hb
mendapati rata-rata kadar Hb 12,1 gr/dl dengan rentang 7,7 – 16,5 gr/dl. Sedangkan
frekuensi makan rata-rata 2,68 dengan median 3 kali/hari, rentang minimal-maksimal
antara 1-6 kali sehari (Tabel 1).
No Variabel Min-Maks Mean

1 Umur 14-19 15,21

2 Kadar Hb 9-16 12,1

3 Frekuensi Makan 1-6 2,68

Proporsi anemia gizi besi pada remaja putri SMP Desa Lubuk Mandarsah
sebesar 53%. Tingkat pengetahuan tentang anemia remaja kebanyakan masih rendah
mencapai 90%. Remaja mempunyai kebiasaan tidak sarapan lebih besar (60%)
dibandingkan mereka yang sarapan, frekuensi makan 65% remaja >= 3 kali/hari,
mempunyai kebiasaan tidak mengkonsumsi makanan penghambat penyerapan zat
besi sebesar 72% lebih besar dari yang mengkonsumsinya, mempunyai kebiasaan
konsumsi sumber makanan peningkat serapan zat besi sebesar 70% lebih besar dari
yang tidak konsumsi, mempunyai kebiasaan konsumsi makanan sumber protein baik
hewani atau nabati sebesar 72%, tidak punya pantangan makanan tertentu sebesar
73% dan tidak melakukan diet tertentu sebesar 90%.
Anemia terjadi dimana jumlah eritrosit (sel darah merah) atau kadar Hb
dalam darah kurang dari normal. Penyebabnya dapat bermacam-macam seperti
perdarahan hebat, kurangnya kadar zat besi dalam tubuh, kekurangan asam folat,
kekurangan Vitamin B12, kecacingan, Leukemia, penyakit kronis dan sebagainya.
Beberapa penelitian menemukan prevalensi anemia tinggi pada remaja antara lain
Isati (2013), Permaesih dan Herman (2005) dan Leginem (2002) yaitu masing-
masing mendapatkan 41%, 25,5% dan 88%.
Hasil penelitian ini menemukan 53% remaja putri menderita anemia, jauh
lebih rendah dengan yang ditemukan Isati (2013) pada siswi SMPN 22 Kota Jambi
yaitu 78,7%. Hasil studi ini juga jauh lebih rendah dibandingkan penelitian Royani
(2011) di SMU Negeri 3 Payakumbuh yang menemukan kejadian anemia 72,6%.
Namun bila dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2013, prevalensi anemia pada studi
ini relatif lebih tinggi. Perbedaan hasil ini dapat dikarenakan perbedaan metode dan
alat yang digunakan.
Rata-rata kadar hemoglobin pada siswi SMP Desa Lubuk Mandarsah adalah
12,1 gr/dl. Rata-rata kadar Hb ini sama dengan nilai normal untuk kelompok orang
menurut umur dan jenis kelamin dimana kadar Hb normal >= 12 gr%. Rata-rata
kadar Hb dari hasil penelitian ini lebih rendah dari hasil Riskesdas 2007 dimana rata-
rata nilai kadar hemoglobin anak-anak umur <= 14 tahun di Provinsi Jambi adalah
12,75 gr/dl; rata-rata pada perempuan dewasa adalah 13,33 gr/dl.
Temuan utama adalah ada perbedaan yang signifikan kejadian anemia
menurut kebiasaan sarapan pagi remaja. Remaja yang tidak memiliki kebiasaan
sarapan mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk terkena anemia dibandingkan
yang melakukan sarapan pagi. Hal ini juga senada dengan penelitian Wijiastuti di
Tsanawiyah Cipondoh, yang menemukan hubungan yang bermakna antara sarapan
pagi dengan kejadian anemia pada remaja putri. Hal ini didukung oleh pernyataan
Roizen, dimana remaja jangan melewatkan sarapan karena sarapan mempercepat
metabolisme dan mempersiapkan remaja menjalani hari dengan baik.
Sarapan sangat penting karena berfungsi untuk menjaga kondisi tubuh dan
meningkatkan konsentrasi belajar. Sarapan juga berfungsi sebagai sumber tenaga
untuk melakukan kegiatan1. Sehingga sarapan pagi sangat dianjurkan dilakukan oleh
remaja sebelum berangkat ke sekolah karena akan mengurangi konsumsi makanan
jajanan yang kandungan zat gizinya rendah. Juga sarapan pagi sebelum beraktivitas
dapat memberikan tenaga yang cukup pada remaja dalam melakukan aktivitasnya
yang padat dan membutuhkan energi yang tinggi.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Dari 100 orang remaja putri yang diperiksa kadar Hb nya ditemukan rata-rata
kadar Hb nya adalah 12,1 %
2. Dari 100 orang yang diperiksa didapat sebanyak 53% menderita anemia.
3. Remaja putri yang memiliki kebiasaan sarapan pagi mempunyai resiko dua
kali lebih kecil kejadian anemia daripada yang tidak sarapan pagi.

B. SARAN
Pentingnya memprioritaskan penanganan masalah kesehatan pada remaja,
salah satunya adalah anemia defisiensi besi pada remaja dengan pemberian
komunikasi, informasi dan edukasi kesehatan dan gizi khususnya tentang pola makan
gizi seimbang dan pentingnya sarapan serta suplementasi tablet tambah darah.
Penjaringan (skrining) anemia pada remaja melalui kegiatan kesehatan remaja oleh
petugas kesehatan di tingkat Puskesmas serta revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS) perlu dilakukan secara berkala sebagai upaya penurunan prevalensi anemia
pada remaja akan mendapati kadar Hb yang rendah walaupun sebenarnya
mempunyai kebiasaan pola konsumsi makanan yang
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unimus.ac.id/1102/3/BAB%20II.pdf
http://eprints.ums.ac.id/38154/7/BAB%20I.pdf
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1338/3/3.%20Chapter%201.doc.pdf
http://repository.um-surabaya.ac.id/2040/1/PENDAHULUAN.pdf
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 2
C. TUJUAN PENULISAN 2
D. MANFAAT PENULISAN 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. PENGERTIAN ANEMIA 3
2. TANDA-TANDA ANEMIA 3
3. PENYEBAB ANEMIA 3
4. HEMOGLOBIN 4
BAB III PEMBAHASAN
A. PEMBAHASAN 6
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESMIPULAN 8
B. SARAN 8
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai