OLEH :
DWI SETIAWATI
071201020
A. Definisi
2
(291pasien) dari total pasien yang berkunjung ke poliklinik reumatologi pada
tahun 2010.
C. Penyebab/factor predisposisi
- Factor genetic
- Factor Humoral
- Factor lingkungan
- Infeksi virus/bakteri
- Penghentian lehamilan
- Trauma psikis
3
5. Obat
Obat tertentu dalam presentase kecil sekali pada pasien tertentu dan
diminum dalam jangka waktu tertentu dapat mencetuskan lupus obat
(Drug Induced Lupus Erythematosus atau DILE).
Jenis obat yang dapat menyebabkan Lupus Obat adalah :
a) Obat yang pasti menyebabkan Lupus obat : Kloropromazin, metildopa,
hidralasin, prokainamid, dan isoniazid
b) Obat yang mungkin menyebabkan Lupus obat : dilantin, penisilamin, dan
kuinidin
c) Hubungannya belum jelas : garam emas, beberapa jenis antibiotic dan
griseofurvin
6. Infeksi
Pasien SLE cenderung mudah mendapat infeksi dan kadang-kadang
penyakit ini kambuh setelah infeksi
7. Stres
Stres berat dapat mencetuskan SLE pada pasien yang sudah memiliki
kecendrungan akan penyakit ini.
D. Manifestasi Klinis
1) Otot dan kerangka tubuh
Hampir semua penderita lupus mengalami nyeri persendian dan kebanyakan
menderita artritis. Persendian yang sering terkena adalah persendian pada
jari tangan, tangan, pergelangan tangan dan lutut. Kematian jaringan pada
tulang panggul dan bahu sering merupakan penyebab dari nyeri di daerah
tersebut.
2) Kulit
Pada 50% penderita ditemukan ruam kupu-kupu pada tulang pipi dan pangkal
hidung. Ruam ini biasanya akan semakin memburuk jika terkena sinar matahari.
Ruam yang lebih tersebar bisa timbul di bagian tubuh lain yang terpapar oleh sinar
matahari.
3) Ginjal
Sebagian besar penderita menunjukkan adanya penimbunan protein di dalam sel-
sel ginjal, tetapi hanya 50% yang menderita nefritis lupus (peradangan ginjal yang
4
menetap). Pada akhirnya bisa terjadi gagal ginjal sehingga penderita perlu
menjalani dialisa atau pencangkokkan ginjal.
4) Sistem saraf
Kelainan saraf ditemukan pada 25% penderita lupus. Yang paling sering
ditemukan adalah disfungsi mental yang sifatnya ringan, tetapi kelainan
bisa terjadi pada bagian manapun dari otak, korda spinalis maupun sistem
saraf. Kejang, psikosa, sindroma otak organik dan sakit kepala
merupakan beberapa kelainan sistem saraf yang bisa terjadi.
5) Darah
Kelainan darah bisa ditemukan pada 85% penderita lupus. Bisa terbentuk bekuan
darah di dalam vena maupun arteri, yang bisa menyebabkan stroke dan emboli
paru. Jumlah trombosit berkurang dan tubuh membentuk antibodi yang melawan
faktor pembekuan darah, yang bisa menyebabkan perdarahan yang berarti.
Seringkali terjadi anemia akibat penyakit menahun.
6) Jantung
Peradangan berbagai bagian jantung bisa terjadi, seperti perikarditis, endokarditis
maupun miokarditis. Nyeri dada dan aritmia bisa terjadi sebagai akibat dari
keadaan tersebut.
7) Paru-paru
Pada lupus bisa terjadi pleuritis (peradangan selaput paru) dan efusi pleura
(penimbunan cairan antara paru dan pembungkusnya). Akibat dari keadaan
tersebut sering timbul nyeri dada dan sesak nafas.
E. Patogenesis
5
menunjukkan autoimunitas yang berkembang, setidaknya dalam beberapa
kasus, sebagai konsekuensi dari kematian sel yang tidak normal atau
disregulasi termasuk kematian sel terprogram (apoptosis). Dalam mendukung
Konsep ini telah menjadi pengakuan bahwa model hewan lupus di MLR / lpr
mencit karena mutasi genetik FAS. Aktivasi FAS menyebabkan apoptosis,
kelainan FAS mencegah apoptosis yang normal menyebabkan proliferasi
limfositik tidak terkendali dan produksi autoantibodi. Sebuah homolog
manusia model hewan adalah sindrom limfoproliferatif autoimun (ALPS),
karena mutasi dari FAS, anak-anak mengembangkan limfadenopati besar dan
splenomegali dengan produksi autoantibody(Malleson, Pete; Tekano, Jenny.
2007).
Faktor Eksogen
Bahkan sedikit yang diketahui tentang pemicu yang bertanggung jawab untuk
sebagian besar bentuk lupus. Obat seperti antikonvulsan dan antibiotik
(khususnya minocycline) dapat menyebabkan lupus. Sinar matahari dapat
memicu kedua manifestasi kulit dan sistemik lupus (dan neonatal lupus).
Menelan jumlah yang sangat besar kecambah alfalfa juga dapat menyebabkan
lupus, pemicu aktif muncul menjadi L-canvanine. Peran, jika ada, dari virus
dan bakteri dalam memicu lupus tetap jelas meskipun perlu penelitian yang
cukup besar. Tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa infeksi tertentu adalah
penting dalam menyebabkan lupus. Menariknya, ada peningkatan penyakit
rematik pada orang dengan infeksi HIV, dan penyakit autoimun termasuk
lupus tampaknya menjadi lebih umum ketika ada restorasi kompetensi
kekebalan dengan penggunaan obat anti retro virus yang sangat aktif
(Malleson, Pete; Tekano, Jenny. 2007).
6
(King, Jennifer K; Hahn, Bevra H. 2007)
F. Klasifikasi
7
yang umum terdapat adalah ruam yang timbul, bersisik dan merah, tetapi
tidak gatal.
2. Discoid Lupus
Tipe lupus ini sangat jarang menyerang ginjal atau sistem syaraf. Obat
yang umumnya dapat menyebabkan druginduced lupus adalah jenis
hidralazin (untuk penanganan tekanan darah tinggi) dan pro-kainamid
(untuk penanganan detak jantung yang tidak teratur/tidak normal). Tidak
semua orang yang memakan obat ini akan terkena drug-induced lupus.
Hanya 4 persen dari orang yang mengkonsumsi obat itu yang bakal
membentuk antibodi penyebab lupus. Dari 4 persen itu, sedikit sekali
yang kemudian menderita lupus. Bila pengobatan dihentikan, maka gejala
lupus ini biasanya akan hilang dengan sendirinya
Dari ketiganya, Discoid Lupus paling sering menyerang. Namun,
Systemic Lupus selalu lebih berat dibandingkan dengan Discoid Lupus,
dan dapat menyerang organ atau sistem tubuh. Pada beberapa orang,
cuma kulit dan persendian yang diserang. Meski begitu, pada orang lain
bisa merusak persendian, paru-paru, ginjal, darah, organ atau jaringan
lain.
Terdapat perbedaan antara klasifikasi dan diagnosis SLE.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan kombinasi gambaran klinis dan temuan
laboratorium dan mungkin tidak memenuhi kriteria klasifikasi American
College of Rheumatology (ACR) (Tabel 1), yang didefinisikan dan
divalidasi untuk keperluan uji klinis. Penggunaan tabel ini ketat daripada
yang dibutuhkan untuk mendiagnosa lupus. Hal ini penting karena
kadang-kadang pengobatan akan tidak tepat akan tertunda menunggu
8
kriteria klasifikasi yang harus dipenuhi (Malleson, Pete; Tekano, Jenny.
2007).
Diagnosa medis definitif didasarkan pada adanya empat atau lebih
gejala tersebut. Laboratorium tes ini termasuk jumlah sel darah lengkap
dengan diferensial, Panel kimia metabolisme, urinalisis, antinuclear
antibodi, anti-DNA antibodi, komplemen 3 (C3), komplemen 4 (C4),
imunoglobulin kuantitatif, plasma reagen cepat (RPR), lupus
anticoagulant, dan antiphospholipid antibodi (Lehman, 2002 dalam
(Ward, Susan L and Hisley, Shelton M. 2009).
G. Patofisiologi
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang
menyebabkan peningkatan autoantibodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini
ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal ( sebagaimana
terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan
lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti
hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan
di samping makanan seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE-
akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
Pada SLE, peningkatan produksi autoantibodi diperkirakan terjadi akibat
fungsi sel T-supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun
dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya
merangsang antibodi tambahan dan siklus tersebut berulang kembali.
9
H. Pemeriksaan Fisik
I. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan lab:
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya antibodi antinuklear,
yang terdapat pada hampir semua penderita lupus. Tetapi antibodi ini juga
bisa ditemukan pada penyakit lain. Karena itu jika menemukan antibodi
antinuklear, harus dilakukan juga pemeriksaan untuk antibodi terhadap
DNA rantai ganda. Kadar yang tinggi dari kedua antibodi ini hampir
spesifik untuk lupus, tapi tidak semua penderita lupus memiliki antibodi
ini. Pemeriksaan darah untuk mengukur kadar komplemen (protein yang
berperan dalam sistem kekebalan) dan untuk menemukan antibodi lainnya,
mungkin perlu dilakukan untuk memperkirakan aktivitas dan lamanya
penyakit.
b. Analisa air kemih menunjukkan adanya darah atau protein.
Radiology :
Pemeriksaan Autoantibodi
10
Antibody Prevalensi Antigen yang Clinical Utility
% Dikenali
Antinuclear 98 Multiple nuclear Pemeriksaan skrining terbaik; hasil
antibodies negative berulang menyingkirkan
(ANA) SLE
Anti-dsDNA 70 DNA (double- Jumlah yang tinggi spesifik untuk
stranded) SLE dan pada beberapa pasien
berhubungan dengan aktivitas
penyakit, nephritis, dan vasculitis.
Anti-Sm 25 Kompleks protein Spesifik untuk SLE; tidak ada
pada 6 jenis U1 korelasi klinis; kebanyakan pasien
RNA juga memiliki RNP; umum pada
African Aerican dan Asia dibanding
Kaukasi
Anti-RNP 40 Kompleks protein Tidak spesifik untuk SLE; jumlah
pada U1 RNAγ besar berkaitan dengan gejala yang
overlap dengan gejala rematik
termasuk SLE.
Anti-Ro (SS-A) 30 Kompleks Protein Tidak spesifik SLE; berkaitan
pada hY RNA, dengan sindrom Sicca,
terutama 60 kDa subcutaneous lupus subakut, dan
dan 52 kDa lupus neonatus disertai blok jantung
congenital; berkaitan dengan
penurunan resiko nephritis.
Anti-La (SS-B) 10 47-kDa protein Biasanya terkait dengan anti-Ro;
pada hY RNA berkaitan dengan menurunnya
resiko nephritis
Antihistone 70 Histones terkait Lebih sering pada lupus akibat obat
dengan DNA (pada daripada SLE.
nucleosome,
chromatin)
Antiphospholipid 50 Phospholipids,β2 Tiga tes tersedia –ELISA untuk
glycoprotein 1 cardiolipin dan β2G1, sensitive
cofactor, prothrombin time (DRVVT);
prothrombin merupakan predisposisi
pembekuan, kematian janin, dan
11
trombositopenia.
12
SLE; identifikasi dari aviditas tinggi untuk anti-dsDNA pada emeriksaan Farr
tidak sensitive namun terhubung lebih baik dengan nephritis
J. Diagnosis/kriteria diagnosis
13
Gangguan neurologi a. Kejang yang bukan disebabkan oleh obat-obatan atau
gangguan metabolik (misalnya uremia, ketoasidosis,
atau ketidakseimbangan elektrolit)
b. Psikosis yang bukan disebabkan oleh obat-obatan atau
gangguan metabolik (misalnya uremia, ketoasidosis,
atau ketidakseimbangan elektrolit)
Gangguan hematologik a. Anemia hemolitik dengan retikulus
14
K. Therapy/tindakan penanganan
Pasien dan keluarga penderita SLE memerlukan informasi yang benar dan
dukungan dari seluruh keluarga dan lingkungannya. Pasien memerlukan
informasi tentang aktivitas fisik, mengurangi atau mencegah kekambuhan
misalnya dengan cara melindungi kulit dari sinar matahari dengan
menggunakan tabir surya atau pakaian yang melindungi kulit, serta
melakukan latihan secara teratur. Pasien juga memerlukan informasi
tentang pengaturan diet agar tidak mengalami kelebihan berat badan,
osteoporosis, atau dislipidemia. Informasi yang bisa diperlukan kepada
pasein adalah:
- Penjelasan tentang penyakit lupus dan penyebabnya
- Tipe dari penyakit SLE dan karakteristik dari tipe-tipe penyalit SLE
15
immobilitas selama lebih dari 2 minggu dapat mengakibatkan penurunan
massa otot hingga 30%. Tujuan, indikasi, dan teknis pelaksanaan program
rehabilirasi melibatkan beberapa hal, yaitu:
- Istirahat
- Terapi fisik
c. Pengobatan medikamentosa
- OAINS
- Kortikosteroid
- Klorokuin
- Azatioprin
- Siklofosfamid
- Metotreksat
- Siklosporin A
- Mikofenolat mofetil
16
dasarnya. Obat yang sering digunakan sebagai sparing agen
kortokosteroid adalah azatioprin, mikofenolat mofenil, siklofosfamid,
danmetotrexate.
L. Penatalaksanaan Keperawatan
Manajemen Keperawatan
17
informasi tentang aksi obat sebagai serta efek samping dengan orangtua
sebelum pemberian obat ini
Selain obat-obatan , asuhan keperawatan juga berfokus pada perawatan
paliatif dan memberikan dukungan psikososial . Sekarang penting bahwa
mempertahankan gizi anak yang baik , istirahat dan berolahraga ,
menghindari matahari , dan mendorong ekspresi perasaan tentang kondisi
tersebut. Meskipun tidak ada yang spesifik, Diet untuk SLE adalah diet
rendah garam.
Istirahat dan latihan termasuk periode di mana anak aktif selama remisi dan
beristirahat selama eksaserbasi . Penghindaran dari paparan sinar matahari
ditekankan karena fotosensitif ruam yang terjadi dengan SLE . Penggunaan
tabir surya kegiatan di luar ruangan yang penting , dan perencanaan di bawah
naungan atau tinggal di dalam rumah mungkin diperlukan . Karena kondisi
ini mungkin terjadi kesulitan bagi anak dan keluarga untuk mengatasi dan
mengerti, mendorong ekspresi perasaan atau bergabung dengan kelompok
pendukung didorong . orangtua harus memberitahu guru, pelatih , dan orang
lain tentang anak mereka kondisi sehingga mereka dapat membantu
memantau anak dan memperoleh pengobatan yang diperlukan jika diperlukan
Merupakan perawat tanggung jawab untuk membantu anak dan keluarga
mengidentifikasi kemungkinan pemicu , seperti sinar matahari dan stres
emosional, dan membantu keluarga untuk menemukan cara untuk
menghindarinya. (Ward, Susan
L and Hisley, Shelton M. 2009)
18
Diit dan Latihan
Kelelahan adalah salah satu gejala yang paling umum. Hal ini biasanya akan
membaik sebagaimana perbaikan penyakit. Beberapa orang tua merasa sulit
selama ini untuk memungkinkan anak-anak mereka untuk berpartisipasi
dalam kegiatan. Terapis okupasi dan fisik dapat sangat membantu dalam
membantu untuk mengembangkan kegiatan yang lebih baik dan perilaku
tidur. Beberapa pola tidur anak-anak bisa berubah pada awal SLE. Hal ini
biasanya berhubungan dengan kortikosteroid. Beberapa anak menjadi
hiperaktif dan murung, dan mengalami kesulitan tidur. Hal ini dapat
ditingkatkan dengan mengambil dosis kortikosteroid sore hari lebih awal.
Beberapa anak pada kortikosteroid dosis tinggi perlu buang air kecil beberapa
kali di malam hari dan bisa sulit untuk jatuh kembali untuk tidur. Keterkaitan
dosis dan kortikosteroid sekali memunculkan sedikit masalah (Malleson,
Pete; Tekano, Jenny.
2007).
19
efek samping pengobatan yang sering diperlukan(Malleson, Pete;
Tekano, Jenny. 2007).
Remaja sering memberikan tantangan yang unik karena mereka dapat
menggunakan penyangkalan sebagai mekanisme koping. Hal ini tidak selalu
mekanisme buruk, tetapi bisa membuat frustasi bagi anggota keluarga.
Sbagian besar anak mampu bersekolah penuh waktu. Banyak yang memilih
untuk tidak memberitahu temanteman atau guru tentang penyakit mereka.
Seringkali remaja akan melanjutkan semua kegiatan mereka sebelumnya
karena mereka tidak ingin berbeda dari yang lain(Malleson, Pete; Tekano,
Jenny. 2007).
Seringkali kronisitas SLE tidak sepenuhnya dipahami oleh keluarga atau anak
hingga memasuki tahun kedua atau ketiga setelah diagnosis. Saat ini,
meskipun penyakit ini mungkin terkontrol baik dengan obat dan hanya
sedikit obat yang diperlukan, dukungan dan pendidikan yang lebih lanjut
diperlukan. Ketidakpastian SLE, di mana seorang anak dapat berjalan dengan
baik selama beberapa tahun dan kemudian memiliki flare dari penyakit
mereka, sangat menegangkan. Hal ini kembali memperkuat kronisitas SLE
dan keluarga mungkin memiliki waktu yang lebih sulit menghadapi flare
penyakit daripada di diagnosis asli. Sebuah hubungan saling percaya dengan
tim perawatan medis sangat penting dengan komunikasi terbuka dan jujur
dengan baik anak dan orang tua(Malleson, Pete; Tekano, Jenny. 2007). Anak-
anak dengan SLE dan keluarga mereka memerlukan tim kesehatan
profesional untuk membantu mereka melalui sampai dewasa. Sebagai anak-
anak bertambah tua adalah penting bahwa tim kesehatan mendorong keluarga
untuk memberikan peningkatan kontrol manajemen penyakit pada anak. Ini
transisi dari manajemen penyakit dari orang tua kepada anak dapat dibantu
dengan memiliki transisi yang klinik remaja spesifik dijalankan bersama oleh
anak dewasa dan dokter. Ketidakpastian lupus dengan flare dan remisi berarti
bahwa pemantauan ketat akan selalu dibutuhkan, tetapi banyak anak
beradaptasi dengan tantangan ini dan tidak membiarkan Penyakit mereka
mengganggu berlebihan dengan kehidupan mereka. Hal ini dapat sangat
diperlukan penghargaan untuk mmembantu tumbuh menjadi orangorang
dewasa yang sehat sukses (Malleson, Pete; Tekano, Jenny. 2007).
20
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian :
b. kulit, ruam eritematous, plak eritematous pada kulit kepala, muka atau leher.
c. kardiovaskuler
friction rub perikardium yang menyertai miokarditis dan efusi pleura. Lesi
eritematous papuler dan purpura yang menjadi nekrosis menunjukkan gangguan
vaskuler terjadi di ujung jari tangan, siku, jari kaki dan permukaan ekstensor lengan
bawah atau sisi lateral tangan.
d. Sistem muskuloskeletal
Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada
pagi hari
e.Sistem integumen
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang
pangkal hidung serta pipi. Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum
durum
f. Sistem pernafasan
Pleuritis atau efusi pleura
g. Sistem vaskuler
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan
purpura di ujung kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah atau
sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
h. Sistem renal
Edema dan hematuria
i. Sistem saraf
Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan kejang-kejang
Data subyektif :
21
- Pasien mengeluh terdapat ruam-ruam merah pada wajah yang
menyerupai bentuk kupu-kupu.
- Pasien mengeluh rambut rontok.
2. Diagnosa Keperawatan
1) nyeri akut
22
N SDKI SLKI SIKI
O
1 D.0077 Nyeri akut Setelah dilakukan I.08238 Manajemen
Definisi: pengalaman tindakan keperawatan nyeri
sensorik atau 3x24 jam, diharapkan Tindakan
emosional yang L.08066 tingkat nyeri Observasi:
berkaitan dengan Ekspektasi : menurun - Identifikasi lokasi,
kerusakan jaringan Kriteria hasil: karakteristik, durasi,
aktual atau fungsional, - Keluhan nyeri, frekuensi, kualitas,
dengan onset diturunkan dari intensitas nyeri
mendadak atau lambat skala 3 ke - Identifikasi skala
dan berintensitas skala 4 nyeri
ringan hingga berat - Meringis, - Identifikasi respon
yang berlangsung diturunkan dari nyeri non verbal
kurang dari 3 bulan. skala 3 ke - Identifikasi faktor
Penyebab: skala 4 yang memperberat
- Agen - Sikap dan memperingan
pencedera protektif, nyeri
fisiologis diturunkan dari Terapeutik:
- Agen skala 3 ke - Berikan teknik
pencedera skala 4 nonfarmakalogis
kimiawi - Gelisah, untuk mengurangi
- Agen diturunkan dari rasa nyeri
pencedera fisik skala 3 ke - Kontrol lingkungan
Gejala dan tanda skala 4 yang memperberat
mayor rasa nyeri
Subjektif: Edukasi:
- Mengeluh - Jelaskan penyebab,
nyeri periode, dan pemicu
Objektif: nyeri
- Tampak - Jelaskan strategi
meringis meredakan nyeri
- Gelisah - Anjurkan memonitor
- Bersikap
23
protektif nyeri secara mandiri
Gejala dan tanda Kolaborasi:
minor - Kolaborasi pemberian
Objektif: analgetik, jika perlu
- Berfokus pada
diri sendiri
Kondisi klinis terkait
- Infeksi
2 D.0083 Gangguan Setelah dilakukan I.09305 Promosi
citra tubuh tindakan keperawatan citra tubuh
Definisi: perubahan selama 3x24 jam, Tindakan
persepsi tentang diharapkan Observasi:
penampilan, struktur L.09067 Citra tubuh - Identifikasi harapan
dan fungsi fisik Ekspektasi: citra tubuh
individu. meningkat berdasarkan tahap
Penyebab: Kriteria hasil: perkembangan
- Perubahan - Melihat bagian - Identifikasi perubahan
struktur/bentu tubuh citra tubuh yang
k tubuh - Menyentuh mengakibatkan isolali
- Perubahan bagian tubuh sosial
fungsi tubuh - Verbalisasi Terapeutik:
Gejala dan tanda perasaan - Diskusikan perubahan
mayor negatif tentang tubuh dan fungsinya
Subjektif: perubahan - Diskusikan kondisi
- Mengungkapk tubuh stres yang
an - Verbalisasi mempengaruhi citra
kecacatan/kehi kekhawatiran tubuh
langan bagian pada Edukasi:
tubuh penolakan/reak - Jelaskan kepada
Objektif: si orang lain keluarga tentang
- Fungsi/struktu - Menyembunyi perawatan perubahan
r tubuh kan bagian citra tubuh
berubah tubuh - Anjurkan
Gejala dan tanda berlebihan
24
minor mengungkapkan
Subjektif: gambaran diri
- Mengungkapk terhadap citra tubuh
an
kekhawatiran
pada
penolakan/rea
ksi orang lain
Objektif:
- Menghindari
melihat
dan/atau
menyentuh
bagian tubuh
- Respon
nonverbal
pada
perubahan dan
persepsi tubuh
Kondisi klinis terkait:
- Mastektomi
- Parut atau luka
bakar yang
terlihat
DAFTAR PUSTAKA
25
Kasjmir, Yoga dkk. (2011). Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia Untuk
Diagnosis dan Pengelolaan Lupus Eritematosus Sistemik.
Perhimpunan Reumatologi Indonesia
King, Jennifer K; Hahn, Bevra H. (2007). Systemic lupus erythematosus: modern
strategies for management – a moving target. Best Practice & Research
Clinical Rheumatology Vol. 21, No. 6, pp. 971–987, 2007
doi:10.1016/j.berh.2007.09.002 available online at
http://www.sciencedirect.com
Malleson, Pete; Tekano, Jenny. (2007). Diagnosis And Management Of Systemic
Lupus Erythematosus In Children. Paediatrics And Child Health 18:2.
Published By Elsevier Ltd. Symposium: Bone & Connective Tissue.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, ML., Swansosn, E. (2008). Nursing Outcomes
Classification (NOC) Fourth edition. St. Louis: Mosby Elseiver.
Sutarna, Agus, dkk. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong (Wong’s Essentials of
Pediatric Nursing). ED.6. Jakarta: EGC
Ward, Susan L and Hisley, Shelton M. (2009). Maternal-child nursing care:
optimizing outcomes for mothers, children, and Families. United States of
America : F.A. Davis Company
26