Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“OBSERVING CHILDREN, PROGRAMS, AND TEACHERS”

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Assesment Perkembangan Anak Usua Dini
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Harun M.Pd.

Disusun oleh:
Ainin Shofiyah 20717251013
Novia Sari Hermawati 20717251014
Sri Marwati 20717251015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Observing Children, Programs, And
Teachers” guna memenuhi tugas mata kuliah Assesment Perkembangan Anak
Usia Dini. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya makalah ini tidak terlepas
dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagi pihak.
Penulis telah berusaha maksimal untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Apabila dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan, hal itu karena
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
dalam menghasilkan makalah pada masa yang akan datang.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri maupun bagi pembaca untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 14 Februari 2021

Penulis

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

C. Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

A. Masalah Observasi ....................................................................................... 3

B. Observasi Pada Anak ................................................................................... 7

C. Observasi Pada Program Pembelajaran ..................................................... 10

D. Observasi Pada Guru ................................................................................. 11

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 18

A. Kesimpulan ................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Observasi adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang terhadap


gejala suatu obyek yang diamati dapat memunculkan suatu pengetahuan.
Pengamatan atau observasi merupakan suatu metode ilmiah dalam bidang
sains. Sains merupakan pengetahuan sistematis yang diperoleh dari suatu
observasi, penelitian, dan uji coba yang mengarah pada penentuan sifat
dasar atau prinsip sesuatu yang sedang diselidiki, dipelajari, dan
sebagainya. Observasi langsung dilaksanakan oleh guru secara langsung
tanpa perantara orang lain. Sehingga observasi merupakan suatu teknik
dalam penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan
menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung yang
menggunakan instrumen berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.
Penilaian pendidikan tidak terlepas dengan kegiatan observasi.
Karena landasan penilaian adalah wawancara dan observasi yang baik.
Tanpa adanya observasi dan dalam penilaian maka kurang refleksif dan
sedikit kedalaman atau makna. Bagaimanapun, penilaian adalah
kesempatan yang terstruktur dan dapat diukur dengan melakukan
observasi. Begitupun juga dalam pendidikan anak usia dini proses
penilaiannnya tidak terlepas dengan kegiatan observasi dan wawancara.
Karena dengan observasi pengamatan pada pendidikan anak usia dini
sangat relavan untuk digunakan pada anak-anak. Hal ini tidak hanya untuk
memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang perilaku anak tetapi
juga mempromosikan keterkaitan penilaian dengan intervensi karena
dengan adanya observasi dalam proses penilaian akan dapat memahami
variabel yang relevan akan lebih lengkap dan memproses pengamatan

1
dalam hal apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan suatu penilaian
dengan observasi pada kemampuan setiap anak.

Empat pendekatan yang paling sering dibahas untuk observasi


termasuk catatan berjalan, pengambilan sampel waktu, pengambilan
sampel peristiwa, dan skala peringkat atau daftar periksa (Alessi & Kaye,
1983; Lidz, 1981). Dalam bab ini, pendekatan skala penilaian akan
diterapkan pada observasi baik program maupun guru, dan kombinasi
pendekatan catatan berjalan dan pengambilan sampel peristiwa akan
diterapkan pada observasi individu. Pengambilan sampel waktu cenderung
diterapkan lebih banyak untuk penelitian daripada untuk tujuan diagnostik.
Pendekatan observasi apa pun paling baik untuk perilaku yang sering
muncul, tetapi data yang berguna dapat diperoleh untuk hampir semua
perilaku yang dapat diamati. Kata kuncinya bisa diamati.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini yakni:
1. Apa pengertian dari masalah observasi?
2. Bagaimana observasi pada anak?
3. Bagaimana observasi pada program?
4. Bagaimana observasi pada guru?

C. Tujuan
Tujuan pada makalah ini yakni:
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari observasi.
2. Mengetahui dan memahami bagimana observasi pada anak.
3. Mengetahui dan memahami bagaimana observasi pada program.
4. Mengetahui dan memahami bagaimana observasi pada guru.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Masalah Observasi
Observasi salah satu sebagai pendekatan dalam penilaian.
Observasi atau pengamatan dapat dilakukan secara sistematis yang dibuat
khusus untuk situasi yang diamati. Observasi merupakan teknik penilaian
yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera,
baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan
instrumen yang berisi sejumlah indikator perilaku yang di amati.
Observasi dilaksanakan oleh guru secara langsung tanpa perantara orang
lain. Sedangkan observasi yang tidak langsung dengan bantuan orang lain,
seperti guru lain, orang tua, peserta didik dan karyawan sekolah. Bentuk
inetrument yang digunakan untuk observasi adalah pedoman observasi
yang berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai
rubrik yang semua itu digubakan untuk mengamati ada tidaknya suatu
sikap atau perilaku peserta didik yang menjadi objek pengamatan.

Pengamatan atau observasi Salah satu cara paling berharga untuk


menyadari karakteristik individu atau anak kecil adalah melalui observasi.
Indikator perkembangan pada anak usia dini lebih cenderung diperhatikan
dari perilaku anak secara alami dari pada penilaian atau instrumen yang
dirancang. Orang dewasa yang mengamati anak-anak saat mereka bermain
dan bekerja dalam kegiatan individu atau kelompok dapat menentukan
kemajuan dalam semua kategori pembangunan (Segal & Webber, 1996).
Anak yang menunjukkan bukti keterampilan prososial yang muncul pada
saat bermain di taman bermain akan menunjukkan pertumbuhan yang
signifikan dalam pembangunan sosial. Anak-anak yang belajar untuk
menyeimbangkan material di kedua sisi terlihat jelas tanda-tandanya pada
pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik dapat dievaluasi dengan

3
mengamati anak menggunakan peralatan bermain. Karena anak-anak kecil
belajar dengan baik keterlibatan aktif dengan lingkungan mereka, evaluasi
pembelajaran dapat dinilai paling tepat dengan mengamati anak selama
periode aktivitas. Pengamatan catatan dapat digunakan untuk
merencanakan instruksi, untuk melaporkan kemajuan di berbagai bidang
pembangunan, dan untuk melacak kemajuan dalam penguasaan tujuan
kurikulum prasekolah.

Permasalahan pada observasi atau pengamatan salah satunya,


meskipun memiliki keuntungan dari perilaku penyadapan dalam konteks
alam, semua pendekatan harus selektif, karena tidak mungkin untuk
melihat atau merekam semua variabel yang terjadi secara bersamaan.
Sistem observasi yang baik menentukan perilaku target yang akan diamati
dengan cara yang tepat dan noninferensial untuk memaksimalkan
objektivitas dan keandalan. Meskipun masalah validitas yang berhubungan
terutama dengan sejauh mana perilaku yang diamati representatif dan
bebas dari efek pengamat ada, masalah utama adalah keandalan (Sattler,
2002). Tantangan untuk reliabilitas mencerminkan masalah baik pengamat
dan individu yang diamati juga pengamat yang berkaitan dengan
kesepakatan antar intra observer, dan pengamat yang berkaitan dengan
stabilitas perilaku dari waktu ke waktu dan situasi.

Permasalahan lain adalah Asesor perlu melatih dirinya sendiri atau


dilatih agar dapat diandalkan, dan mereka harus memeriksa diri mereka
sendiri baik terhadap pengamat lain atau terhadap kriteria ahli dari
pengamatan yang telah ditentukan sebelumnya. Keandalan perilaku dari
waktu ke waktu dan situasi dapat diatasi melalui definisi perilaku yang
menyeimbangkan luasnya dengan kekhususan, yaitu yang tidak terlalu
luas atau terlalu sempit. Ukuran termudah dan mungkin paling sering
digunakan dari kesepakatan antar intraobserver adalah rumus berikut:

4
Sejumlah perjanjian

X 100

Jumlah perjanjian + cacat

Ini menghasilkan persentase kesepakatan tetapi tidak


memperhitungkan kesepakatan kebetulan (Lipinski & Nelson, 1974;
Pelligrini, 1996). Tingkat kesepakatan yang dapat diterima adalah 80%
atau lebih tinggi (Allessi & Kaye, 1983; Boehm & Weinberg, 1997), dan
Alessi dan Kaye bahkan menyarankan 90% atau lebih tinggi untuk
keputusan penempatan. Penentuan persentase kesepakatan paling baik
dihitung dalam kaitannya dengan kesepakatan penilai dengan observasi
kriteria yang diselesaikan oleh seorang ahli, dari pada dengan pengamat
sejawat lainnya, karena keduanya mungkin setuju namun salah (Frick &
Semmel, 1978). Meskipun mungkin terlalu rumit untuk tujuan penilaian
diagnostik informal, ini akan direkomendasikan untuk tujuan penelitian
atau pengembangan sistem formal.

Setiap perilaku memiliki sejumlah parameter yang dapat berguna


untuk diamati dan dicatat, dan penilai perlu membuat keputusan tentang
mana yang paling tepat. Parameter ini meliputi frekuensi, durasi, latensi,
intensitas, dan kecepatan (Bailey & Wolery, 1989, bahkan menyebutkan
ketahanan dan akurasi). Frekuensi adalah berapa kali perilaku terjadi
selama pengamatan. Durasi mengacu pada berapa lama episode perilaku
tertentu berlangsung. Latensi menyangkut waktu antara pemicu dan
terjadinya perilaku target misalakan berapa lama waktu yang dibutuhkan
anak untuk memenuhi permintaan guru untuk melakukan suatu tindakan,
Sedangkan intensitas adalah penilaian dan mungkin dinilai paling baik
pada skala, meskipun dalam beberapa kasus mungkin dijelaskan secara
perilaku.

5
Dalam banyak kasus, frekuensi akan menjadi parameter pilihan,
terutama untuk perilaku yang sering muncul. Namun, untuk perilaku
seperti temper tantrum, yang mungkin terjadi hanya sekali atau dua kali
sehari, parameter seperti durasi dan intensitas mungkin lebih sesuai, dan
penilai perlu mencari cara untuk mengukurnya secara objektif, seperti
durasi. dalam hitungan detik ditambah penilaian berskala untuk intensitas.
Setelah perilaku target dan parameternya ditentukan, penilai dapat
memutuskan cara merekamnya. Metode yang paling sering digunakan
adalah pengambilan sampel peristiwa, di mana setiap kejadian perilaku
target dicatat.

Untuk membuat pendekatan ini lebih informatif, pendekatan ini


sering kali dimasukkan ke dalam apa yang disebut metode ABC, atau
anteseden-perilaku-konsekuensi. Artinya, tidak hanya perilaku target,
tetapi juga apa yang terjadi tepat sebelum perilaku dicatat. Pendekatan
perilaku yang ketat seperti itu mengasumsikan bahwa penyebab atau
kontrolnya terletak pada peristiwa anteseden yang menjadi pemicu dan
akibat yang menjadi penguat ini, yang mungkin tidak terjadi, karena ada
sejumlah faktor mediasi seperti sejarah dan keyakinan individu, nilai, dan
interpretasi sebelumnya yang mempengaruhi hasil perilaku. Namun
demikian, akan berguna untuk mencari pola, yang, jika ditemukan, dapat
menginformasikan intervensi.

Pendekatan observasi salah satunya adalah dengan menanamkan


notasi perilaku target ini dalam catatan yang sedang berjalan, juga
membuat catatan tambahan yang menunjukkan proses sehubungan dengan
pencetus dan peristiwa kontekstual lainnya, serta melakukan curah
pendapat tentang pendekatan intervensi yang mungkin. Observer biasanya
mempertahankan kolom samping ini sebagai cara berbicara kepada diri
diri sendiri saat saya memproses peristiwa pengamatan, yang menemukan
bahwa observer mengandalkan catatan ini ketika membuat rekomendasi
akhir untuk intervensi. Pendekatan ini menggabungkan kompleksitas dan
6
kedalaman konteks interaksional penuh sambil memungkinkan beberapa
kuantifikasi perilaku target; mudah untuk kembali menghitung frekuensi
dan menggunakan notasi mengenai parameter intensitas, durasi, atau
latensi jika memang sesuai untuk direkam.

Format ini muncul di bagian mengamati anak-anak di bagian akhir


bab ini. Lamanya waktu observasi menjadi poin pembahasan di beberapa
literatur. Ini tergantung pada tingkat tertentu pada keadaan pengamatan.
Boehm dan Weinberg (1997) merekomendasikan tiga kunjungan masing-
masing 30 menit sebagai memadai, meskipun salah satu studi yang mereka
ulas menetapkan lima kunjungan sebagai optimal, dan Shapiro dan
Skinner (1990) setuju bahwa tiga kunjungan optimal. Namun, keadaan
kerja sebagian besar psikolog sekolah tidak memungkinkan untuk jumlah
waktu ini, jadi akan sangat penting untuk berkonsultasi dengan guru atau
orang tua setelah observasi untuk mendapatkan gambaran tentang seberapa
khas situasinya (WW Lynch, 1977) . Jika tidak khas, maka observasi harus
dijadwal ulang.

Paparan di atas menegenai permasalahan observasi adalah


Pengamatan atau observasi Salah satu cara paling berharga untuk
menyadari karakteristik individu atau anak kecil adalah melalui observasi.
Indikator perkembangan pada anak usia dini lebih cenderung diperhatikan
dari perilaku anak secara alami dari pada penilaian atau instrumen yang
dirancang. Meskipun permasalahan pada observasi atau pengamatan salah
satunya, meskipun memiliki keuntungan dari perilaku penyadapan dalam
konteks alam, semua pendekatan harus selektif, karena tidak mungkin
untuk melihat atau merekam semua variabel yang terjadi secara
bersamaan.

B. Observasi Pada Anak


Observasi pada anak usia dini merupakan kegiatan yang dilakukan
guru dalam mengamati anak didik guna memperoleh informasi mengenai

7
berbagai aspek perkembangannya dan kemajuan dari pembelajaran yang
telah dilakukan dengan tujuan untuk mengambil keputusan sesuai
kebutuhan masing-masing anak. oleh karena itu penilai harus terlebih
dahulu menentukan tujuan pengamatan mereka. jika tujuannya adalah
untuk mengumpulkan informasi berbasis konteks untuk mempromosikan
pemahaman mendalam tentang fungsi anak, kombinasi catatan berjalan
dan pengambilan sampel peristiwa adalah pendekatan yang paling
berguna.

Jika tujuannya adalah untuk mengembangkan garis dasar dari mana


respons anak terhadap intervensi akan dipantau, maka pendekatan perilaku
yang lebih ketat, dapat diukur, diperlukan. Dalam kasus terakhir, akan
diperlukan untuk mengumpulkan data dasar selama periode setidaknya
empat kunjungan masing-masing 20 menit, dijadwalkan selama waktu
yang sama dan periode kegiatan yang sama setiap kunjungan. Rekaman
parameter tertentu yang relevan seperti frekuensi atau durasi akan dirata-
ratakan dan diplot pada grafik untuk tujuan menentukan efek intervensi.

Pengamatan yang baik sangat bergantung pada pelaksanaan


wawancara guru atau orang tua yang baik (Alessi & Kaye, 1983). Sangat
penting untuk mengumpulkan informasi spesifik tentang perilaku yang
menjadi perhatian, waktu yang paling mungkin terjadi, dan keadaan khas
sehingga kegunaan observasi dapat dimaksimalkan. Wawancara seperti
yang ada di Formulir 2.1, diadaptasi dari informasi yang ditawarkan oleh
Allessi dan Kaye, akan membantu untuk menunjukkan fokus serta jadwal
observasi.

Berdasarkan informasi di Formulir 2.1, penilai harus dapat


menentukan perilaku target dan terminal dengan cara yang sangat sesuai
dengan masalah rujukan. Sehingga penting jika umpan balik dan
rekomendasi untuk intervensi bermanfaat bagi mereka yang bekerja
dengan anak-anak. Selain pertanyaan berbasis perilaku dari formulir ini,

8
penilai harus mengumpulkan informasi dan membuat kesimpulan tentang
keyakinan dan nilai guru atau orang tua tentang proses belajar mengajar
dan perilaku yang menjadi perhatian. Misalnya, apakah ada prioritas untuk
mengubah perilaku? Seberapa penting anak berubah? Apakah orang tua
atau guru mengharapkan pembalikan total atau punahnya perilaku ini, atau
hanya perbaikan? Apa yang paling terpengaruh oleh perubahan tersebut?
Misalnya, apakah masalahnya terutama kepatuhan atau efeknya pada
pembelajaran anak? Apakah ekspektasi perilaku ini secara perkembangan
sesuai untuk usia dan tingkat fungsi anak? Ini adalah masalah penilaian
yang dapat dikumpulkan baik dari pertanyaan langsung atau dari
kesimpulan yang dibuat dari informasi yang diberikan, tetapi masalah ini
penting untuk menginformasikan rekomendasi akhir.

Untuk tujuan diagnostik, bab ini mengikuti format observasi yang


diuraikan dalam Formulir 2.2. Pendekatan ini merupakan adaptasi dari
karya Bersoff dan Ericson (1972), Bersoff dan Grieger (1971), serta Ellett
dan Bersoff (1976), yang disebut penilaian psikosituasional. Saya setuju
dengan rekomendasi Barnett, Bell, dan Carey (1999) untuk menggunakan
perekaman real-time, meskipun mereka menentukan interval waktu dan
membuat notasi perilaku untuk setiap interval (misalnya, setiap 1 atau 2
menit). Menurut saya, membuat notasi waktu sesekali yang menyarankan
aliran dan durasi perilaku kritis sudah cukup untuk menangkap sifat
situasi. Namun, pendekatan Barnett dan Bell tetap menjadi alternatif yang
layak.

9
Format yang disesuaikan memaksimalkan fleksibilitas dan
menggabungkan informasi kualitatif dan kuantitatif, serta mempromosikan
hubungan antara penilaian dan intervensi. Langkah pertama dari
pendekatan ini adalah mengidentifikasi perilaku TG dan TM secara
spesifik dan setepat mungkin, berdasarkan informasi wawancara guru-
orang tua. Perilaku sasaran adalah perilaku yang memicu rujukan dan
mungkin perlu diubah. Perilaku terminal adalah perilaku yang diinginkan
dan biasanya merupakan sisi lain dari target.

C. Observasi Pada Program Pembelajaran

Alat utama untuk mengevaluasi program untuk anak-anak adalah


Skala Penilaian Lingkungan Anak Usia Dini-Edisi Revisi (ECERS;
Harms, Clifford, & Cryer, 1998), dirancang untuk mencerminkan standar
program berkualitas tinggi yang ditetapkan oleh National Association for
the Education of Young Children (NAEYC). Ini adalah instrumen yang
relatif murah, dan tersedia rekaman video pelatihan. ECERS berisi 43
item, masing-masing dinilai pada skala 7 poin mulai dari sangat baik
hingga tidak memadai, yang mencakup tujuh parameter ruang atau
perabotan, rutinitas perawatan pribadi, bahasa / penalaran, aktivitas,
interaksi, struktur program, dan orang tua atau staf.

Bagnato et al. (1997) mencatat bahwa ECERS telah digunakan


terutama dalam kaitannya dengan pengaturan pendidikan reguler tetapi
semakin diterapkan pada program pendidikan khusus, dan revisi
menambahkan item untuk meningkatkan relevansinya untuk pengaturan
prasekolah inklusif. Para penulis ini menyimpulkan bahwa “ECERS
memenuhi kebutuhan mendesak di area intervensi awal yang relatif belum
dipetakan”. Dalam Peisner-Feinberg et al. (2001) studi longitudinal
tentang hubungan antara variabel prasekolah dan perkembangan anak di

10
kelas dua, ada hubungan positif antara skor prasekolah di ECERS dan
keterampilan kognitif kelas dua anak.

D. Observasi Pada Guru

Pentingnya mempertimbangkan pengajaran dan dampaknya


terhadap pembelajaran dan perkembangan anak-anak tampaknya hampir
tidak membutuhkan pembelaan. Namun, ada data untuk
mendokumentasikan hubungan ini (misalnya, Good & Brophy, 1991;
Kontos & Wilcox-Herzog, 1997), meskipun area ini masih belum
dipelajari. Beberapa variabel termasuk keyakinan dan sikap guru, serta
manajemen waktu dan organisasi kelas, sedangkan variabel lain
membahas interaksi yang lebih proksimal dengan siswa. Kontos dan
Wilcox-Herzog (1997), dalam tinjauan studi mereka, mencatat pentingnya
interaksi guru untuk hasil perkembangan anak-misalnya, hubungan positif
antara elaborasi verbal guru dan pertanyaan divergen dalam pengaturan
prasekolah berkualitas tinggi, dibandingkan dengan relatif kurangnya
perilaku ini di antara para guru di lingkungan yang lebih biasa-biasa saja.

Para penulis ini mengutip bukti dari hubungan positif antara


ketanggapan guru dan kualitas objek bermain anak-anak, serta antara
kuantitas interaksi verbal guru dan orientasi tugas dan perkembangan
intelektual anak. Peisner Feinberg dkk. (2001) mendokumentasikan
hubungan positif antara variabel hubungan guru-anak (misalnya, mengenai
sensitivitas dan responsivitas) selama prasekolah dan perkembangan sosial
dan kognitif anak-anak di kelas dua. Parameter untuk observasi pengajaran
biasanya tertanam dalam instrumen yang dirancang untuk tujuan lain atau
sistem pengkodean yang sangat kompleks yang dirancang untuk penelitian
dan membutuhkan pelatihan dan pemantauan yang signifikan bagi
pengamat.

11
Sebagian besar tidak komprehensif dalam cakupan mereka tentang
rangkaian kompleks perilaku pengajaran interaktif yang menjadi ciri
situasi pembelajaran yang khas. Panduan untuk Mengamati Interaksi
Mengajar yang ditunjukkan dalam Formulir 2.3 mencerminkan
komponen konseptualisasi Feuerstein (misalnya, Feuerstein, Rand, &
Hoffman, 1979) dari pengalaman belajar yang dimediasi (MLE), yang
dijelaskan lebih rinci dalam Bab 3 (dan juga dibahas dalam Bab 6).

12
Secara singkat, MLE menjelaskan 12 komponen interaksi orang
dewasa-anak yang mendorong perkembangan fungsi mental yang lebih

13
tinggi pada anak-anak. Anak-anak yang mengalami mediasi optimal
dihipotesiskan untuk mengembangkan pengaturan diri, pemecahan
masalah strategis, dan pemikiran representasional. Komponen tersebut
terdiri dari niat, makna, transendensi, rasa hormat bersama, pengalaman
bersama, pengaturan tugas, pujian atau dorongan, tantangan, perubahan,
diferensiasi, tanggung jawab kontingen, dan keterlibatan afektif.

Definisi khusus untuk masing-masing hal ini muncul di Bab 3 dan


dioperasionalkan oleh item skala. Misalnya, komponen maksud
menjelaskan komunikasi pesan yang jelas untuk melibatkan anak dalam
interaksi, serta interaksi yang menjaga keterlibatan anak. Maksud
dioperasionalkan oleh tiga item pertama dari skala, yang menilai sejauh
mana guru memberikan pesan yang jelas untuk terlibat dalam pelajaran,
berhasil mempertahankan perhatian siswa, dan melakukannya dengan cara
yang mempromosikan diri siswa. regulasi daripada ketergantungan pada
guru.

Upaya pertama saya untuk mengoperasionalkan MLE ke dalam


skala penilaian tercermin dalam skala interaksi orang tua-anak yang
dijelaskan di Bab 3. Karena guru juga mediator utama perkembangan
anak, saya merancang format di Formulir 2.3 untuk menangkap komponen
MLE yang sama di dalam formal, interaksi yang lebih berorientasi
kelompok dalam pengaturan pendidikan. Komponen kedua skala itu
identik. Contoh enam dari yang kurang inferensial, komponen yang lebih
bergantung secara verbal tampak pada Tabel 2.1.

Contoh-contoh pada Tabel 2.1 dibatasi untuk komponen-


komponen ini karena sulit untuk memberikan contoh eksplisit dari yang
lain seperti kehangatan keterlibatan afektif atau tarian nonverbal dari
respon kontingen. Untuk menerapkan pedoman dari Formulir 2.3 ke
situasi pengajaran, penilai harus mengamati seluruh pelajaran mengajar
alami dan menilai kemunculan item yang berlaku untuk seluruh pelajaran

14
itu. Seperti praktik yang baik untuk observasi apa pun, penilai harus
mengamati lebih dari satu contoh untuk membuat generalisasi mengenai
lingkungan pembelajaran.

Tujuan utama dari skala ini adalah untuk menghasilkan deskripsi


tentang guru sebagai mediator untuk setidaknya dua tujuan: untuk
memahami kontribusi situasi pembelajaran terhadap fungsi anak yang
dirujuk, dan berfungsi sebagai dasar untuk membuat rekomendasi untuk
meningkatkan pengajaran. Seperti alat lainnya, penilai tidak boleh dibatasi
oleh item, tetapi harus membuat catatan berkelanjutan untuk menjelaskan
bagaimana masing-masing komponen MLE diwakili (atau tidak) dalam
perilaku individu yang diamati, serta membuat catatan deskriptif
tambahan. untuk meningkatkan pemahaman tentang konteks
pembelajaran.

Penilai harus berhati-hati untuk menghindari penggunaan alat ini


sebagai evaluasi eksplisit guru dan harus menggunakannya hanya untuk
memandu pemrosesan yang berkaitan dengan anak yang dirujuk, serta
untuk menghasilkan rekomendasi. Guru tidak boleh dinilai sebagai "baik"
atau "buruk" sebagai hasil dari pengamatan ini, dan hasil skala ini tidak
boleh dibagikan dengan pengawas guru. Penilai yang dianggap oleh guru
memasuki ruang kelas mereka untuk mengevaluasi mereka akan
kehilangan sambutan dan, pada kenyataannya, dapat dianggap tidak sesuai
dalam fungsi profesional mereka.

Setelah semua item dinilai setelah pelajaran yang diamati, ini


dipindahkan ke Profil Pengalaman Pembelajaran yang Dimediasi Ruang
Kelas dari Formulir 2.3. Pengamatan sepanjang waktu atau konteks dapat
direpresentasikan dengan penggunaan warna berbeda pada profil yang
sama. Saat digunakan untuk menghasilkan rekomendasi, penilai akan
mencatat seberapa baik guru menyadari beberapa komponen sambil juga
memilih satu atau dua yang memerlukan perhatian dan peningkatan. Setiap

15
saran untuk perbaikan harus dinyatakan secara positif dan, jika mungkin,
disusun dalam kerangka kebutuhan siswa daripada dinyatakan sebagai
“seharusnya” untuk guru. Sebagai contoh, jika pengamat menemukan
bahwa guru menawarkan sangat sedikit contoh transendensi (atau
menjembatani; lihat Bab 3 untuk definisi eksplisit istilah-istilah ini) dan,
pada kenyataannya, kehilangan banyak kesempatan untuk ini, penilai
dapat menyatakan bahwa anak mengalami kesulitan memahami terhubung
dan bahwa anak akan mendapat keuntungan dari upaya khusus untuk
membuat hubungan antara apa yang diajarkan dan peristiwa dalam
kehidupan anak itu (dengan contoh yang diberikan dari pelajaran).

Untuk guru yang lemah dalam beberapa hal, lebih baik menetapkan
beberapa prioritas dan memilih satu atau dua untuk disorot daripada
menyebutkan setiap item yang dapat ditingkatkan. Tantangan terbesar bagi
penilai pemula cenderung menjadi spesifikasi perilaku target, serta
pencatatan peristiwa secara objektif. Misalnya, jika seorang guru merujuk
seorang anak untuk perilaku yang mengganggu, ini harus dijelaskan
dengan cara yang cukup tepat untuk mengurangi kesimpulan dan cukup
komprehensif untuk digeneralisasikan di seluruh situasi. Misalnya,
perilaku mengganggu dapat merusak konstruksi anak-anak lain selama
bermain, berlarian di sekitar ruangan selama periode duduk atau kegiatan
meja, atau melempar bahan ke lantai selama waktu penyiapan untuk
aktivitas baru.

Apakah menelepon selama waktu berkumpul mengganggu? Ini


harus dimasukkan atau tidak dalam definisi. Ketika ada sejumlah perilaku
yang harus diamati, hal itu mendorong efisiensi pencatatan untuk
menyusun kode untuk masing-masing. Paling mudah jika kode tersebut
mencerminkan perilaku tertentu, seperti RR untuk berlarian di sekitar
ruangan atau TM untuk melempar material. Namun, saya akan
menggunakan istilah target (TG) dan terminal (TM) sebagai kode, dengan

16
angka untuk menunjukkan perilaku spesifik yang diamati dalam setiap
kategori.

Sangat berguna ketika melakukan observasi untuk merekam contoh


perilaku positif yang merupakan sisi lain dari perilaku negatif yang
berorientasi pada rujukan (Keller, 1980) serta untuk mencatat atau
membuat catatan informal tentang perilaku anak-anak yang tidak
diutamakan. Misalnya, saat anak yang dirujuk terlibat dalam perilaku
target, apa yang dilakukan oleh anak lain? Poin penting lainnya termasuk
kebutuhan untuk menjadwalkan pengamatan pada saat perilaku sasaran
kemungkinan besar akan terjadi; untuk mengamati anak dalam jangka
waktu yang cukup untuk menangkap seluruh situasi, tetapi tidak terlalu
lama untuk menghilangkan kewaspadaan pengamat; dan mengambil lebih
dari satu contoh perilaku (yaitu, mengamati lebih dari satu aktivitas atau
lebih dari satu hari). Pengamat biasanya disarankan untuk bersikap tidak
mengganggu dan netral mungkin, yang merupakan tantangan nyata di
lingkungan prasekolah. Penting untuk menjadi sesedikit mungkin hal baru,

Jadi harus ada upaya untuk membuat anak-anak tidak peka


terhadap kehadiran pengamat dan membiasakan anak-anak dengan
gagasan orang dewasa yang ramah tetapi tidak terlibat. Sebenarnya, saya
biasanya mulai sebagai pengamat yang netral dan tidak terlibat, mencatat
semua catatan yang saya butuhkan selama periode waktu itu, dan
kemudian bergerak untuk berinteraksi dengan anak yang dirujuk dalam
konteks anak lain dan berpartisipasi dalam kegiatan program.Dalam
catatan berjalan, penilai mencatat semua peristiwa yang terjadi secara
alami selama periode pengamatan. Jika ada perilaku target yang terkait
dengan rujukan, penilai dapat membuat catatan khusus tentang ini saat
terjadi dengan menggarisbawahi, melingkari, atau menyorot
kemunculannya (kami akan menggunakan kode).

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Observasi adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang terhadap
gejala gejala suatu obyek yang diamati dapat memunculkan suatu
pengetahuan. Dalam penilaian pendidikan tidak terlepas dengan kegiatan
observasi. Karena landasan penilaian adalah wawancara dan observasi
yang baik. Tanpa adanya observasi dan dalam penilaian maka kurang
refleksif dan sedikit kedalaman atau makna. Bagaimanapun, penilaian
adalah kesempatan yang terstruktur dan dapat diukur dengan melakukan
observasi. Begitupun juga dalam pendidikan anak usia dini proses
penilaiannnya tidak terlepas dengan kegiatan observasi dan wawancara.
Karena dengan observasi pengamatan pada pendidikan anak usia dini
sangat relavan untuk digunakan pada anak-anak.

Pengamatan atau observasi merupakan suatu metode ilmiah dalam


bidang sains. Sains merupakan pengetahuan sistematis yang diperoleh dari
suatu observasi, penelitian, dan uji coba yang mengarah pada penentuan
sifat dasar atau prinsip sesuatu yang sedang diselidiki, dipelajari, dan
sebagainya. Sehingga observasi merupakan suatu teknik dalam
penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan
indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan
instrumen yang berisi sejumlah indikator perilaku yang
diamati. Observasi langsung dilaksanakan oleh guru secara langsung tanpa
perantara orang lain. Sehingga dalam penilaian melibatkan kegiatan
observasi salah satunya permasalahn observasi, observasi yang dilakukan
pada anak, observasi pada program dan juga observasi pada guru.

18
DAFTAR PUSTAKA

Carol S Lids: 2003:155. Early Childhood Assessment : By John Wiley & Sons,
Canada. Inc., Hoboken, New Jersey. All Rights Reserved.

Wortham, Sue C. 2005. Assessment In Early Childhood Education Fourth


Edition. New Jersey: Pearson Education.

19

Anda mungkin juga menyukai