LAMPIRAN
PERATURAN BUPATI BONDOWOSO
NOMOR 29 TAHUN 2018
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR
OPERASIONAL PROSEDUR DI
LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN
BONDOWOSO
A. Latar Belakang
Tujuan kebijakan Reformasi Birokrasi di Indonesia adalah
untuk membangun profil dan perilaku aparatur negara yang memiliki
integritas, produktivitas, dan bertanggung jawab serta memiliki
kemampuan memberikan pelayanan yang prima melalui perubahan pola
pikir (mind set) dan budaya kerja (culture set) dalam sistem manajemen
pemerintahan. Reformasi Birokrasi mencakup 8 (delapan) area
perubahan utama pada instansi pemerintah di pusat dan daerah,
meliputi : organisasi, tata laksana, peraturan perundang-undangan,
sumber daya manusia aparatur, pengawasan, akuntabilitas, pelayanan
publik, mind set dan culture set aparatur.
Pada hakekatnya perubahan ketatalaksanaan diarahkan untuk
melakukan penataan tata laksana instansi pemerintah yang efektif dan
efisien. Salah satu upaya penataan tata laksana diwujudkan dalam
bentuk penyusunan dan implementasi Standar Operasional Prosedur
(SOP) dalam pelaksanaan tugas dan fungsi aparatur pemerintah.
Kegiatan penyusunan dan implementasi SOP memerlukan
partisipasi penuh dari seluruh unsur aparatur yang ada di dalam
institusi pemerintah. Tuntutan partisipasi penuh dari seluruh unsur
institusi ini dilandasi dengan alasan bahwa pegawailah yang paling
tahu kondisi yang ada di tempat kerjanya masing-masing dan yang
akan langsung terkena dampak dari perubahan tersebut.
C. Pengertian
1. Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah serangkaian instruksi
tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan
aktivitas organisasi, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana
dan oleh siapa dilakukan;
2. SOP administratif adalah prosedur standar yang bersifat umum
dan tidak rinci dari kegiatan yang dilakukan oleh lebih dari satu orang
aparatur atau pelaksana dengan lebih dari satu peran atau jabatan;
3. SOP teknis adalah prosedur standar yang sangat rinci dari kegiatan
yang dilakukan oleh satu orang aparatur atau pelaksana dengan satu
peran atau jabatan.
D. Manfaat
1. Sebagai standarisasi cara yang dilakukan aparatur dalam
menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugasnya;
2. Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin
dilakukan oleh seorang aparatur atau pelaksana dalam melaksanakan
tugas;
3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab individual aparatur dan organisasi secara
keseluruhan;
4. Membantu aparatur menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung
pada intervensi manajemen, sehingga akan mengurangi keterlibatan
pimpinan dalam pelaksanaan proses sehari-hari;
5. Meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan tugas;
6. Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan
aparatur cara konkrit untuk memperbaiki kinerja serta membantu
mengevaluasi usaha yang telah dilakukan;
-3-
E. Prinsip
1. Prinsip Penyusunan SOP
a. Kemudahan dan kejelasan.
Prosedur-prosedur yang distandarkan harus dapat dengan
mudah dimengerti dan diterapkan oleh semua aparatur bahkan
bagi seseorang yang sama sekali baru dalam pelaksanaan
tugasnya;
b. Efisiensi dan efektivitas.
Prosedur-prosedur yang distandarkan harus merupakan prosedur
yang paling efisien dan efektif dalam proses pelaksanaan tugas;
c. Keselarasan.
Prosedur-prosedur yang distandarkan harus selaras dengan
prosedur-prosedur standar lain yang terkait;
d. Keterukuran.
Output dari prosedur-prosedur yang distandarkan mengandung
standar kualitas atau mutu baku tertentu yang dapat diukur
pencapaian keberhasilannya;
-4-
e. Dinamis.
Prosedur-prosedur yang distandarkan harus dengan cepat dapat
disesuaikan dengan kebutuhan peningkatan kualitas pelayanan
yang berkembang dalam penyelenggaraan administrasi
pemerintahan;
f. Berorientasi pada pengguna atau pihak yang dilayani.
Prosedur- prosedur yang distandarkan harus mempertimbangkan
kebutuhan pengguna (customer’s needs) sehingga dapat
memberikan kepuasan kepada pengguna;
g. Kepatuhan hukum.
Prosedur-prosedur yang distandarkan harus memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan;
h. Kepastian hukum.
Prosedur-prosedur yang distandarkan harus ditetapkan oleh
pimpinan sebagai sebuah produk hukum yang ditaati,
dilaksanakan dan menjadi instrumen untuk melindungi aparatur
atau pelaksana dari kemungkinan tuntutan hukum.
d. Mengikat.
SOP harus mengikat pelaksana dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan prosedur standar yang telah ditetapkan.
-5-
F. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini meliputi jenis, format, dokumen,
penyusunan, penetapan, monitoring dan evaluasi, serta pengembangan
SOP.
-6-
BAB II
JENIS, FORMAT, DOKUMEN, DAN PENETAPAN SOP
A. Jenis
Berdasarkan sifat kegiatan, SOP dapat dikategorikan ke dalam 2 (dua)
jenis, yaitu:
a. SOP Teknis
Prosedur standar yang sangat rinci dari kegiatan yang dilakukan
oleh satu orang aparatur atau pelaksana dengan satu peran atau
jabatan. Setiap prosedur diuraikan dengan sangat teliti sehingga
tidak ada kemungkinan-kemungkinan variasi lain.
SOP teknis ini pada umumnya dicirikan dengan:
1. Pelaksana kegiatan berjumlah satu orang atau satu kesatuan tim
kerja atau satu jabatan meskipun dengan pemangku yang lebih dari
satu;
2. Berisi langkah rinci atau cara melakukan pekerjaan atau langkah
detail pelaksanaan kegiatan.
SOP teknis banyak digunakan pada bidang-bidang yang menyangkut
pelaksana tunggal yang memiliki karakteristik yang relatif sama dan
dengan peran yang sama pula, antara lain: dalam bidang teknik,
seperti: perakitan kendaraan bermotor, pemeliharaan kendaraan,
pengoperasian alat-alat, dan lainnya; dalam bidang kesehatan,
pengoperasian alat-alat medis, penanganan pasien pada unit gawat
darurat, medical check-up, dan lain-lain. Dalam penyelenggaraan
administrasi pemerintahan, SOP teknis diterapkan pada bidang-
bidang yang dilaksanakan oleh pelaksana tunggal atau jabatan
tunggal, antara lain: pemeliharaan sarana dan prasarana,
pemeriksaan keuangan (auditing), kearsipan, korespondensi,
dokumentasi, pelayanan-pelayanan kepada masyarakat, kepegawaian
dan lainnya. Contoh SOP Teknis adalah: SOP Pengujian Sampel di
Laboratorium, SOP Perakitan Kendaraan, SOP Pengagendaan Surat
dan SOP Pemberian Disposisi.
SOP teknis ini merupakan kebutuhan organisasi dalam pelaksanaan
tugas dan fungsi yang dimilikinya disamping SOP yang bersifat
administratif. Untuk itu maka SOP jenis ini harus dibuat guna
memperlancar pelaksanaan tugas dan fungsi sehari-hari satuan
organisasi di lingkungan Pemerintah Daerah guna mendukung
efektivitas dan efisiensi pelaksanaan tugas dan fungsi yang dimilikinya.
-7-
b. SOP Administratif
SOP administratif adalah prosedur standar yang bersifat umum dan
tidak rinci dari kegiatan yang dilakukan oleh lebih dari satu orang
aparatur atau pelaksana dengan lebih dari satu peran atau jabatan.
SOP administratif ini pada umumnya dicirikan dengan:
1. Pelaksana kegiatan berjumlah banyak atau lebih dari satu
aparatur atau lebih dari satu jabatan dan bukan merupakan satu
kesatuan yang tunggal;
2. Berisi tahapan pelaksanaan kegiatan atau langkah-langkah
pelaksanaan kegiatan yang bersifat makro ataupun mikro yang
tidak menggambarkan cara melakukan kegiatan.
SOP administratif mencakup kegiatan lingkup makro dengan ruang
lingkup yang besar dan tidak mencerminkan pelaksana kegiatan
secara detail dan kegiatan lingkup mikro dengan ruang lingkup yang
kecil dan mencerminkan pelaksana yang sesungguhnya dari kegiatan
yang dilakukan. Dalam penyelenggaraan administrasi pemerintahan
lingkup makro, SOP administratif dapat digunakan untuk proses-
proses perencanaan, pengganggaran, dan lainnya, atau secara garis
besar proses-proses dalam siklus penyelenggaraan administrasi
pemerintahan.
SOP administratif dalam lingkup mikro, disusun untuk proses-proses
administratif dalam operasional seluruh instansi pemerintah, dari
mulai tingkatan unit organisasi yang paling kecil sampai pada
tingkatan organisasi yang tertinggi, dalam menjalankan tugas pokok
dan fungsinya.
Contoh SOP Administratif antara lain:
1. SOP Pelayanan Pengujian Sampel di Laboratorium,
2. SOP Pelayanan Perawatan Kendaraan,
3. SOP Penanganan Surat Masuk dan
4. SOP Penyelenggaraan Bimbingan Teknis.
Disamping merupakan kebutuhan organisasi Pemerintah Daerah
dalam pelaksanaan tugas dan fungsi, SOP administratif ini menjadi
persyaratan dalam Kebijakan Reformasi Birokrasi. Untuk itu, maka
SOP jenis ini baik yang bersifat makro dan mikro harus dibuat guna
memperlancar pelaksanaan tugas dan fungsi sehari-hari satuan
organisasi di lingkungan Pemerintah Daerah.
-8-
B. Format
4 (empat) faktor yang dapat dijadikan dasar dalam penentuan format
penyusunan SOP yang akan dipakai oleh suatu organisasi adalah:
1. berapa banyak keputusan yang akan dibuat dalam suatu
prosedur.
2. berapa banyak langkah dan sub langkah yang diperlukan dalam suatu
prosedur.
3. siapa yang dijadikan target sebagai pelaksana SOP dan
4. apa tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan SOP ini
yang lebih pendek yang hanya berisi beberapa langkah. Format ini
juga bisa digunakan jika dalam menggambarkan prosedur
diperlukan adanya suatu foto atau diagram. Format grafik ini
bertujuan untuk memudahkan dalam memahami prosedur yang
ada dan biasanya ditujukan untuk pelaksana eksternal organisasi
(pemohon). Salah satu varian dari SOP format ini adalah SOP
Format Annotated Picture (gambar yang diberi keterangan) yang
biasanya ditujukan untuk pemohon atau pengguna jasa sebuah
pelayanan.
2. Format SOP
Format SOP yang dipergunakan dalam Kebijakan Reformasi Birokrasi
adalah sebagai berikut:
a. Format Diagram Alir Bercabang (Branching Flowcharts)
Format yang dipergunakan dalam SOP adalah format diagram alir
bercabang (branching flowcharts) dan tidak ada format lainnya yang
dipakai. Hal ini diasumsikan bahwa prosedur pelaksanaan tugas dan
fungsi instansi pemerintah termasuk di dalamnya
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah memuat kegiatan
yang banyak (lebih dari sepuluh) dan memerlukan pengambilan
keputusan yang banyak. Oleh sebab itu untuk menyamakan format
maka seluruh prosedur pelaksanaan tugas dan fungsi administrasi
pemerintahan dibuat dalam bentuk diagram alir bercabang
(branching flowcharts) termasuk juga prosedur yang singkat (sedikit,
kurang dari sepuluh) dengan/atau tanpa pengambilan keputusan.
b. Menggunakan hanya Lima Simbol Flowcharts
Simbol yang digunakan dalam SOP hanya terdiri dari 5 (lima) simbol,
yaitu: 4 (empat) simbol dasar flowcharts (Basic Symbol of Flowcharts)
dan 1 (satu) simbol penghubung ganti halaman (Off-Page Conector).
Kelima simbol yang dipergunakan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Simbol Kapsul Terminator ( ) untuk mendeskripsikan
kegiatan mulai dan berakhir;
2. Simbol Kotak/Process ( ) untuk mendeskripsikan proses
atau kegiatan eksekusi;
3. Simbol Belah Ketupat/Decision ( ) untuk mendeskripsikan
kegiatan pengambilan keputusan;
4. Simbol Anak Panah/Arrow ( ) untuk mendeskrpsikan arah
kegiatan (arah proses kegiatan);
5. Simbol segilima/off-page connector ( ) untuk mendeskripsikan
hubungan antar simbol yang berbeda.
Dasar penggunaan 5 (lima) simbol dalam penyusunan SOP
-11-
adalah :
1) SOP mendeskripsikan prosedur administratif, yaitu kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan oleh lebih dari satu pelaksana
(jabatan) dan bersifat makro maupun mikro dan prosedur yang
bersifat teknis yang detail baik yang menyangkut urusan
administrasi maupun urusan teknis;
2) Hanya ada dua alternatif sifat kegiatan administrasi
pemerintahan yaitu kegiatan eksekusi (process) dan pengambilan
keputusan (decision);
3) Simbol lain tidak dipergunakan disebabkan karena prosedur
yang dideskripsikan bersifat umum tidak rinci dan tidak bersifat
teknis disamping itu kegiatan yang dilakukan oleh pelaksana
kegiatan sudah langsung operasional tidak bersifat teknikal
(technical procedures) yang berlaku pada peralatan (mesin);
4) Penulisan kegiatan dalam prosedur bersifat aktif
(menggunakan kata kerja tanpa subyek) dengan demikian
banyak simbol yang tidak dipergunakan, seperti: simbol
pendokumentasian, simbol persiapan, simbol penundaan, dan
simbol lain yang sejenis;
5) Penyusunan SOP ini hanya memberlakukan penulisan flowcharts
secara vertikal, artinya bahwa branching flowcharts dituliskan
secara vertikal sehingga hanya mengenal penyambungan
simbol yang menghubungkan antar halaman (simbol
segilima/off-page connector) dan tidak mengenal simbol
lingkaran kecil penghubung dalam satu halaman.
Gambar.1
Contoh Format SOP
Nomor SOP 01/430.6.1/2018
PEMERINTAH KABUPATEN BONDOWOSO Tanggal Pembuatan 09 Maret 2018
SEKRETARIAT DAERAH Tanggal Revisi -
BAGIAN ORGANISASI Tanggal Efektif 09 Maret 2018
Jalan Letnan Amir Kusman Nomor 2 Kepala Bagian Organisasi
Telp. (0332) 421153 Fax. 423067
e-mail: admin@bondowosokab.go.id Website: http://www.bondowosokab.go.id
Disahkan Oleh
Slamet Yantoko,S.Sos,MM
BONDOWOSO
SOP SPJ
Gambar.2
FLOW CHART
SOP SURAT PERTANGGUNGJAWABAN
BAGIAN ORGANISASI
Mulai
PPTK menyiapkan
SPJ termasuk nomor
SPPD
No
Verifikasi
oleh
Bendahara
yes
Penomoran SPJ
oleh Bendahara
Penggandaan
SPJ/split
Input data,Cetak
SPP dan SPM
Selesai
-15-
Gambar.3
No Aktivitas Ket
Staf Subbag Kabag Persyaratan/ Waktu Output
perlengkapan
C. Dokumen SOP
Secara umum dokumen SOP selalu dikaitkan dengan format SOP.
Format SOP sesuai konsep umum yang berlaku dinyatakan bahwa tidak
ada format SOP yang baku (standar), yang mempengaruhi format SOP
adalah tujuan dibuatnya SOP tersebut. Dengan demikian maka apabila
tujuan penyusunan SOP berbeda maka format SOPnya pun akan berbeda.
Namun demikian pada umumnya dokumen SOP memiliki 2 (dua) unsur
utama sesuai anatominya, yaitu : Unsur SOP dan Unsur Dokumentasi
(Assessories). Unsur SOP merupakan unsur inti dari SOP yang terdiri dari
Identitas SOP dan Prosedur SOP. Identitas SOP berisi data-data yang
menyangkut identitas SOP, sedangkan Prosedur SOP berisi kegiatan,
pelaksana, mutu baku dan keterangan.
Sesuai dengan anatomi Dokumen SOP yang pada hakekatnya
merupakan dokumen yang berisi prosedur-prosedur yang distandarkan
yang secara keseluruhan membentuk satu kesatuan proses, sehingga
informasi yang dimuat dalam dokumen SOP meliputi : Unsur Dokumentasi
dan Unsur Prosedur.
1. Unsur Dokumentasi
Unsur dokumentasi merupakan unsur dari Dokumen SOP yang berisi
hal-hal yang terkait dengan proses pendokumentasian SOP
sebagai sebuah dokumen. Adapun unsur dokumentasi SOP antara
lain mencakup:
a. Halaman Judul (Cover)
Halaman judul merupakan halaman pertama sebagai sampul muka
sebuah dokumen SOP. Halaman judul ini berisi informasi:
1. Judul SOP; Instansi/Satuan Kerja;
2. Tahun Pembuatan;
3. Informasi lain yang diperlukan.
Berikut adalah contoh halaman judul sebuah dokumen SOP,
halaman judul ini dapat disesuaikan dengan kepentingan instansi
yang membuat.
-17-
Gambar.4
Logo Dinas/Badan
Dinas /Badan......
Jalan...... Alamat Instansi
Telepon...........
Kabupaten...............
-18-
2. Unsur Prosedur
Unsur prosedur merupakan bagian inti dari dokumen SOP. Unsur ini
dibagi dalam dua bagian, yaitu Bagian Identitas dan Bagian
Flowchart.
a. Bagian Identitas
Bagian Identitas dari unsur prosedur dalam SOP dapat dijelaskan
sebagai berikut:
-19-
dilakukan oleh lebih dari satu pelaksana, oleh sebab itu maka
kualifikasi yang dimaksud adalah berupa kompetensi (keahlian
dan keterampilan) bersifat umum untuk semua pelaksana dan
bukan bersifat individu, yang diperlukan untuk dapat
melaksanakan SOP ini secara optimal.
12) Peralatan dan Perlengkapan, memberikan penjelasan
mengenai daftar peralatan utama (pokok) dan perlengkapan
yang dibutuhkan yang terkait secara langsung dengan prosedur
yang di-SOP-kan.
13) Pencatatan dan Pendataan, memuat berbagai hal yang
perlu didata dan dicatat oleh pejabat tertentu. Dalam kaitan ini,
perlu dibuat formulir-formulir tertentu yang akan diisi oleh
setiap pelaksana yang terlibat dalam proses. (Misalnya formulir
yang menunjukkan perjalanan sebuah proses pengolahan
dokumen pelayanan perizinan. Berdasarkan formulir dasar ini,
akan diketahui apakah prosedur sudah sesuai dengan mutu
baku yang ditetapkan dalam SOP). Setiap pelaksana yang ikut
berperan dalam proses, diwajibkan untuk mencatat dan
mendata apa yang sudah dilakukannya, dan memberikan
pengesahan bahwa langkah yang ditanganinya dapat
dilanjutkan pada langkah selanjutnya. Pendataan dan
pencatatan akan menjadi dokumen yang memberikan informasi
penting mengenai “apakah prosedur telah dijalankan dengan
benar”.
-21-
Gambar.5
Contoh Bagian Identitas SOP
SOP ..............................
Dasar Hukum : Kualifikasi Pelaksana :
Peraturan Bupati Bondowoso .................. a. Memiliki kemampuan untuk
berkomunikasi
b. Memiliki kesabaran dan kesigapan dalam
..........................
Keterkaitan : Peralatan/Perlengkapan :
OPD atau pihak lain yang berkepentingan a. Meja, Kursi, Telepon
b. Alat tulis kantor
Peringatan : Pencatatan dan Pendataan :
Apabila tidak dilaksanakan............... Buku ...............
b. Bagian Flowchart
Bagian Flowchart merupakan uraian mengenai langkah-langkah
(prosedur) kegiatan beserta mutu baku dan keterangan yang
diperlukan. Bagian Flowchart ini berupa flowcharts yang
menjelaskan langkah-langkah kegiatan secara berurutan dan
sistematis dari prosedur yang distandarkan, yang berisi:
1) Nomor kegiatan;
2) Uraian kegiatan yang berisi langkah-langkah (prosedur);
3 ) Pelaksana yang merupakan pelaku (aktor) kegiatan;
4 ) Mutu Baku yang berisi kelengkapan, waktu, output dan
keterangan.
Agar SOP ini terkait dengan kinerja, maka setiap aktivitas
hendaknya mengidentifikasikan mutu baku tertentu, seperti: waktu
yang diperlukan untuk menyelesaikan persyaratan/kelengkapan
yang diperlukan (standar input) dan outputnya.
Mutu baku ini akan menjadi alat kendali mutu sehingga produk
akhirnya (end product) dari sebuah proses benar-benar memenuhi
-22-
Gambar.6
No Aktivitas Ket
Staf Subbag Kabag Persyaratan/ Waktu Output
perlengkapan
Gambar.7
FLOW CHART
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
.................
Mulai
Menerima
..............................
Menginput
.......................
Memeriksa
surat
ya
Menandatangani surat
Mengirim surat
...................
Mengirimsurat
Mengarsip surat
Selesai
-24-
BAB III
LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN SOP
Gambar.8
Rincian Tahap Penyusunan SOP AP
Gambar.9
Organisasi
2. Kelengkapan Tim
Hal yang perlu diperhatikan dalam membentuk tim:
a. Tim harus dilengkapi dengan kewenangan dan tanggung jawab;
b. Keanggotaan tim sebaiknya dibatasi, agar pengelolaan terhadap
rentang kendali (span of control) dapat dilakukan dengan baik;
c. Tim harus dilengkapi dengan struktur yang jelas, tidak terlalu
banyak hirarki, dan lebih bersifat fungsional sehingga dapat dibagi
-28-
Tabel 2
Identifikasi SOP pada setiap level Satuan Kerja dan Jenis Tugas
Jenis Tugas
Level Satuan Kerja Lini Pendukung
Organisasi
Eselon II
Eselon III
Eselon IV
2) Level pemerintahan
Pada tingkatan level Pemerintahan Daerah, umumnya
melingkupi SOP-SOP yang sejenis, antara lain : SOP
perencanaan, penyusunan rencana kerja pemerintah,
penyusunan rencana kerja atau Perangkat Daerah, perumusan
kebijakan dan lainnya. Untuk membantu melakukan penilaian
kebutuhan dapat digunakan tabel sebagai berikut:
Tabel 3
Penilaian Kebutuhan
Tabel 4
Daftar Kebutuhan Pengembangan SOP
Alasan
Satuan Kerja SOP yang akan dikembangkan
Pengembangan
Bidang Prosedur
1 2 3 4
C. Pengembangan SOP
Gambar .10
Tahapan Pengembangan SOP
d. Teknik Survey
Teknik survey dilakukan jika tim ingin memperoleh informasi dari
sejumlah besar orang yang terkait dengan pelayanan melalui
representasinya yang dipilih secara acak yang kemudian disebut
responden. Teknik ini biasanya dilakukan untuk memperoleh
gambaran mengenai kualitas pelayanan apa yang diinginkan oleh
masyarakat/pelanggan. Informasi mengenai gambaran kualitas
pelayanan sangat penting dalam pengembangan SOP.
e. Teknik Perbandingan Kualitas (benchmark)
Teknik benchmark dilakukan jika tim memandang bahwa
terdapat banyak unit sejenis yang sudah memiliki SOP dapat
dijadikan contoh untuk pengembangan SOP. Dari segi waktu
teknik ini akan mempercepat proses perumusan SOP.
f. Telaahan dokumen (reviu document)
Telaah dokumen dilakukan untuk memperoleh informasi sekunder
dari dokumen-dokumen pemerintah berkaitan dengan peraturan
perundangan-perundang yang terkait dengan prosedur yang akan
distandarkan. Dalam prakteknya berbagai teknik di atas dapat
digunakan secara simultan untuk memperoleh hasil
pengembangan SOP yang baik. Proses pengumpulan informasi
menghasilkan identifikasi prosedur-prosedur yang akan
distandarkan, baik dalam bentuk penyempurnaan prosedur-
prosedur yang sudah ada sebelumnya, pembuatan prosedur-
prosedur yang sudah ada namun belum distandarkan, atau
prosedur- prosedur yang belum ada sama sekali/baru. Pada
langkah selanjutnya tim harus menganalisis dan menentukan
alternatif prosedur yang paling memenuhi kebutuhan organisasi.
Untuk mempermudah melakukan Pengumpulan Informasi dan
Identifikasi Alternatif dapat digunakan tabel sebagai berikut:
-36-
Tabel 5
Identifikasi SOP Satuan kerja
Satuan Kerja :
Bidang Prosedur Aktivitas Prsyrt/Klkp Waktu Output
1 2 3 4 5 6
1. 1.1.
1.2.
2. 2.1.
2.2.
Satuan kerja diisi dengan nama satuan kerja dimana informasi diperoleh
dan SOP akan dikembangkan.
Kolom 1 Klasifikasi/pengelompokan SOP pada bidang tugas/proses
tertentu (misalnya perencanaan, pelaksanaan, monitoring
dan evaluasi, atau kepegawaian, keuangan, pembuatan
kebijakan, dan lainnya)
Kolom 2 Nama prosedur yang di-SOP kan (Misalnya dalam bidang
perencanaan, nama prosedur yang akan di SOP kan adalah SOP
Penyusunan Renstra, dan Penyusunan Rencana Kinerja
Tahunan, dan lainnya)
Kolom 3 Proses sejak dari mulai sampai dihasilkannya sebuah
output untuk setiap SOP (misalnya untuk SOP Penyusunan
Renstra, kegiatan akan menjabarkan proses dimulai sampai
dengan dihasilkan sebuah output yaitu dokumen Renstra);
Kolom 4, 5, 6 Diisi dengan persyaratan/kelengkapan apa yan diperlukan,
waktu yang diperlukan serta output pada setiap kegiatan yang dilakukan.
Tabel 6
Formulir Identifikasi SOP berdasarkan Tugas dan Fungsi
5. Pengesahan SOP
Proses pengesahan merupakan tindakan pengambilan keputusan
oleh pimpinan puncak. Proses pengesahan akan meliputi penelitian
ulang oleh pimpinan puncak terhadap prosedur yang distandarkan.
Namun demikian, pimpinan puncak, yang pada umumnya memiliki
tingkat kesibukan yang padat, kadang kala tidak memiliki banyak waktu
untuk meneliti secara seksama satu persatu prosedur yang telah
dirumuskan oleh tim. Oleh karena itu, jika tim menyusun ringkasan
eksekutif (executive summary), yang isinya secara garis besar telah
diuraikan di atas, akan sangat membantu pimpinan puncak dalam
memahami hasil rumusan sebelum melakukan pengesahan.
D. Penerapan SOP
Proses penerapan harus dapat memastikan bahwa tujuan-tujuan
berikut ini dapat tercapai:
a. Setiap pelaksana mengetahui SOP yang baru/diubah dan
mengetahui alasan perubahannya;
b. Salinan/copy SOP disebarluaskan sesuai kebutuhan dan siap diakses
oleh semua pengguna yang potensial;
c. Setiap pelaksana mengetahui perannya dalam SOP dan dapat
menggunakan semua pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
untuk menerapkan SOP secara aman dan efektif (termasuk
pemahaman akan akibat yang akan terjadi bila gagal dalam
melaksanakan SOP);
d. Terdapat sebuah mekanisme untuk memonitor/memantau kinerja,
mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin muncul, dan
menyediakan dukungan dalam proses penerapan SOP.
Keberhasilan pelaksanaan penerapan bergantung pada keberhasilan proses
simulasi dan pengujian pada tahapan pengembangan SOP. Artinya,
keberhasilan pada tahapan tersebut juga akan menjamin keberhasilan
pada praktek senyatanya.
1. Monitoring
Proses ini harus diarahkan untuk membandingkan dan memastikan
kinerja pelaksana sesuai dengan maksud dan tujuan yang tercantum
dalam SOP yang baru, mengidentifikasi permasalahan yang mungkin
timbul, dan menentukan cara untuk meningkatkan hasil
penerapan atau menyediakan dukungan tambahan untuk semua
pelaksana. Monitoring SOP dilaksanakan secara reguler setiap 6 (enam)
bulan sekali sedangkan pelaksanaan monitoring secara umum melekat
pada saat SOP dilaksanakan oleh pelaksananya. Dengan menggunakan
instrumen-instrumen tersebut selanjutnya dapat ditentukan metode-
metode monitoring, yang antara lain dapat berupa :
a. Observasi Supervisor.
Metode ini menggunakan supervisor di setiap unit kerja sebagai
observer yang memantau jalannya penerapan SOP;
b. Interview dengan pelaksana.
Monitoring dilakukan melalui wawancara dengan para pelaksana;
c. Interview dengan pelanggan/anggota masyarakat.
Pengumpulan informasi dari pihak luar organisasi, terutama para
pelanggan atau masyarakat;
d. Pertemuan dan diskusi kelompok kerja;
e. Pengarahan dalam pelaksanaan.
Monitoring juga dapat dilakukan melalui pengarahan-
pengarahan dalam pelaksanaan, untuk menjamin agar proses
berjalan sesuai dengan prosedur yang telah dibakukan.
Untuk membantu dokumentasi dalam melakukan monitoring, dapat
digunakan tabel sebagai berikut:
Tabel 7
Monitoring Pelaksanaan SOP
Tabel 8
Evaluasi Penerapan SOP
SOP (nomor)
No. Penilaian 1 2 3 4 5 6
(1) (2) (3 (4) (5) (6 (7 (8
.
1. Mampu mendorong peningkatan kinerja
) ) ) )
2. Mudah dipahami .
3. Mudah dilaksanakan
4. Semua orang dapat menjalankan perannya masing-masing
5. Mampu mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan proses
6. Mampu menjawab kebutuhan peningkatan kinerja organisasi
7. Sinergi satu dengan lainnya
SOP setidaknya dilakukan oleh tim yang menyusun SOP tersebut. Tim
ini, karena keterlibatannya sejak awal, dipandang dapat
memperhatikan detail-detail yang termuat dalam SOP tersebut,
sehingga mampu melihat mana detail yang perlu dirubah,
disempurnakan ataupun dibuatkan yang baru. Namun demikian,
keterlibatan orang lain diluar tim yang sudah ada yang dianggap
memiliki kompetensi untuk melakukan evaluasi tersebut akan sangat
membantu tim evaluasi. Pelibatan orang semacam ini akan
memberikan pandangan lain yang mungkin dapat memberikan
pembaruan-pembaruan yang diperlukan dalam evaluasi.
BAB IV
PENUTUP