Identifikasi Debit Banjir, Desain Teknis Dan Kontrol Stabilitas Bendung Pengelak Banjir
Identifikasi Debit Banjir, Desain Teknis Dan Kontrol Stabilitas Bendung Pengelak Banjir
ABSTRAK
Di Tuban terdapat Kali Jambon yang penampangnya kecil sehingga tidak mampu
mengalihkah debit banjir. Untuk mengatasi banjir tersebut direncanakan dengan jalan
menahan debit banjir dengan membangun waduk pengendali banjir yaitu Waduk Jadi
II. Agar dalam pelaksanaan pembangunan pada musim hujan maupun musim kemarau
dapat berlangsung terus maka diperlukan bangunan pengelak banjir yang terdiri dari
bendung pengelak dari urugan tanah dan terowongan pengelak. Berdasarkan hasil
redesain dengan debit banjir maksimum (inflow) dengan periode ulang 5 tahun adalah
327.80 (m3/detik), sedangkan (outflow) yang melalui saluran pengelak dengan lebar 6
m dan ketinggian 3 m sebesar 312,43 (m3/detik), sehingga dapat diketahui tinggi
bendung pengelak 8 m dengan perencanaan kemiringan lereng 1:1. Stabilitas lereng
dalam keadaan normal 7,71 ≥ 1,5 (aman) dan dalam keadaan gempa 7,35 ≥ 1,1
(aman).
Kata kunci: debit bajir, bendung pengelak, stabilitas lereng
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kawasan disekitar Kali Jambon setiap tahun rutin mengalami luapan banjir. Untuk
mengatasi banjir tersebut direncanakan dengan jalan menahan debit banjir dibagian hulu
dengan membangun waduk pengendali banjir yaitu waduk Jadi, salah satunya yaitu
Waduk Jadi II.
Keuntungan dibangunnya waduk Jadi II selain untuk mengendalikan banjir adalah
1. Sebagai cadangan air bersih untuk masyarakat disekitar waduk dan di hilir
waduk
2. Peningkatan cadangan air tanah disekitar waduk
3. Air waduk dapat dimanfaatkan mensuplai kebutuhan air irigasi pada musim
kemarau, pada Daerah Irigasi Boto dan daerah irigasi lainnya yang lokasinya di
hilir waduk Jadi II
Pembangunan bendungan memerlukan waktu yang sangat lama ±3 tahun. Agar dalam
pelaksanaan pembangunan bendungan pada musim hujan maupun pada musim kemarau
dapat berlangsung terus maka diperlukan bangunan pengelak banjir, yang terdiri dari
bendung pengelak dari urugan tanah dan terowongan pengelak yang berfungsi untuk
mengalirkan air. Lokasi proyek adalah Waduk Jadi II yang berada sekitar 11 km arah
barat/selatan dari kota Tuban tepatnya di Kecamatan Semanding Desa Jadi Dusun
Gembul Kabupaten Tuban.
Rumusan Masalah
1. Berapa besar debit banjir untuk periode 5 tahun yang mengalir di Waduk Jadi II?
2. Berapa tinggi bendung pengelak berdasarkan debit banjir 5 tahun?
3. Bagaimana stabilitas bendung pengelak banjir?
2 NEUTRON, VOL.10, NO.1, PEBRUARI 2010: 1- 15
TINJAUAN PUSTAKA
Bendung Pengelak
Bendungan merupakan kontruksi bangunan air yang dibangun di sungai yang
berfungsi untuk membendung aliran sungai sehingga terbentuk suatu waduk.
Pembangunan bendungan memerlukan adanya bangunan pengelak banjir, yaitu
bangunan yang berfungsi untuk memindahkan aliran sungai selama proses
pembangunan tubuh bendungan utama dan berbagai bangunan pelengkapnya. Bangunan
pengelak berupa bendung urugan tanah yang dilengkapi dengan saluran pengelak
banjir, dapat berupa saluran terbuka maupun terowongan.
Debit Masuk Waduk (Inflow)
Debit banjir rencana yang akan masuk kedalam waduk adalah debit banjir
rencana dengan periode ulang dua puluh tahun (Q5). Debit banjir rencana ini merupakan
debit inflow yang masuk waduk pengelak dan akan digunakan dalam perhitungan
penelusuran banjir melalui saluran pengelak banjir. Untuk mengetahui debit banjir
rencana bendung pengelak dihitung dengan menggunakan hidrograf satuan sintetik
Nakayasu.
Debit Keluar Waduk (Outflow)
Debit keluar (outflow) dialirkan melalui saluran pengelak berupa terowongan.
Pada saat seluruh panjang terowongan belum terisi penuh oleh air, sehingga masih
berupa aliran terbuka hal ini digunakan rumus.
Pengertian Penelusuran Banjir
Penelusuran banjir adalah merupakan peramalan hidrograf disuatu titik pada
suatu aliran atau bagian sungai yang didasarkan atas pengamatan hidrograf yang
ditelusuri lewat waduk dan saluran pengelak banjir. Perhitungan penelusuran banjir
melalui terowongan perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui daya tampung
atau kemampuan Waduk untuk menurunkan debit banjir rencana (puncak debit banjir).
Analisis Stabilitas Bendung Pengelak
Menggunakan perumusan yang bersumber dari Soemarto (1985). Dimana
memperhitungkan: (1) faktor keamanan terhadap kelongsoran, (2) Beban komponen
vertikal yang timbul dari berat sendiri, (3) Beban komponen tangensial yang timbul dari
berat sendiri dari setiap irisan bendung luncur, (4) Komponen vertikal beban seismik
yang berkerja pada setiap bidang luncur, (5) Sudut geser dalam bahan yang membentuk
dasar setiap bidang luncur, (6) Angka kohesi bahan yang membentuk dasar setiap
bidang luncur, dan (7) Intensitas seismik horisontal
Identifikasi Debit Banjir, Desain Teknis dan Kontrol Stabilitas Bendung Pengelak Banjir 3
METODE PENELITIAN
Sx =
RR 2
n 1
R total = 1702 mm
R rata-rata ( R ) = 74 mm
( R R )2 = 15876 mm
Tabel 2: Reduced Variate
Reduced
Tr (tahun)
Variate
2 0,36651
5 1,9940
10 2,25037
20 2,97019
50 3,90194
100 4,60015
200 5,29561
Sumber: Soemarto (1985)
Perhitungan hujan rencana
k = 1,9940 0,5283
1,0811
= 1,3557
15876
Sx =
23 1
= 26,86 mm
Rt = 74 1,3557 26,86
= 110,4 110 mm
Jadi hujan rencana untuk periode 5 tahun adalah (R5) = 110 mm
Metode Nakayasu
Nakayasu menurunkan rumus hidrograf satuan sintetik berdasarkan hasil
pengamatan dan penelitian pada beberapa sungai di Jepang. Untuk mengetahui debit
rencana banjir maka ordinat hidrogaf satuan dikalikan hujan rencana sehingga dapat
dihasilkan debit banjir rencana untuk periode 5 tahun yang terdapat pada tabel dibawah
ini.
Identifikasi Debit Banjir, Desain Teknis dan Kontrol Stabilitas Bendung Pengelak Banjir 5
350
300
debit (m3/jam)
250
200
150
100
50
0
0 5 10 15 20
waktu (jam)
Debit Outflow
Debit outflow merupakan debit yang keluar dari bendung pengelak, kalau fasilitas
pengeluarannya berupa terowongan, maka harus diperhitungkan terhadap dua macam
keadaan. Perhitungan besarnya outflow melalui terowongan pada bendung pengelak Jadi
II dapat disajikan dalam bentuk grafik rating curve. Rating curve yaitu curva yang
menunjukkan hubungan antara tinggi muka air pada penampang tersebut dengan debit
yang lewat.
114.00
112.00
110.00
Elevasi
108.00
106.00
104.00
102.00
100.00
0 100 200 300 400
Debit (m3/detik)
250
200
150
100
50
0
0.0 5.0 10.0 15.0 20.0
waktu(jam)
2.4
3 mm
1 :
1
:1
8 m10 m 1 9
11mm
8 mm
L1 = 10
12,4
L2 = 15 m m
0,3 L1 = 2,4
3 mm
14,8
D = 18 m m
L20,4
= 25mm
Maka didapat
L x λ = 25 x 0,4472 = 9,12 m
L1 x λ = 10 x 0,4472 = 3,6 m
L2 x λ = 15 x 0,4472 = 5,5 m
D x λ = 18 x 0,4472 = 6,62 m
Dengan metode Casagranda
yo = h2 d 2 - d
= 8 2 6.62 2 - 6.62
= 3.8 m
Persamaan basic parabola
y= 2. yo.x yo 2
y= 2.3,8.x 3,8 2
y= 7,6.x 14,44
Dari persamaan diatas dapat dicari harga x dan y sebagai berikut ini:
Tabel 4: Garis Rembesan
x (m) y (m) x (m) y (m)
-1,9 0 4 6,7
0 3,8 5 7,2
1 4,7 6 7,7
2 5,4 7 8,2
3 6,1 8 8,7
Menghitung Besarnya Kapasitas Rembesan
Perhitungan selanjutnya berdasarkan pada flownet. Debit rembesan lebar
bendung pengelak dapat dihitung dengan rumus:
Nf
q=K.h.
Nd
Dimana :
q = debit rembesan persatuan lebar (m3/detik)
Nf = jumlah angka pembagi dari garis aliran
Nd = jumlah angka pembagi dari garis ekipotensial
K = koefisien permeabilitas
K = Kh.Kv
Kv = 1/5 Kh Kh = 5 x 10-5 cm/detik
Kh = 5 x 10-7 m/detik
Kv = 1/5 . 5 x 10-7
= 10 x 10-8 m/detik
K = 5x10 10 x10
7 8
Nf
q =K.h.
Nd
4
q = 2,236 x 10-7 . 10 .
7
q = 1,02 x 10-6 m3/detik/m
32,4m
cm
8 cm 9m
20,4
cm
Gambar 7: Garis Rembesan dan Jaring Aliran
Analisis Stabilitas Piping Bendung Pengelak
Dalam menentukan stabilitas piping bendung pengelak akan digunakan data-data
yang telah ada. Dimana kita hanya merubah beberapa kemiringan lereng bagian hilir
tanggul (m). Dalam analisa ini stabilitas piping bendung pengelak harus memenuhi
faktor keamanan yang telah ditentukan (Fs > 1.5). Kemiringan lereng yang akan ditinjau
adalah:
1. Kemiringan up stream 1 : 1 (m = 1)
2. Kemiringan down stream 1 : 1 ( m = 1)
Data-data yang digunakan dalam menentukan stabilitas piping bendung
pengelak adalah:
Fs = Faktor keamanan (> 1.5)
Gs = Specifik Gravity (2,514)
h = Tinggi muka air (8 m)
L = Lebar bendung pengelak (20,4 m)
Fs = Gs 1 L > 1,5
1 e H
Berat volume kering (γd)
Gs w
γd =
1 e
2,514 1
1,334 =
1 e
1,334 + 1,334e = 2,514
1,334e = 1,18
e = 0,88
Identifikasi Debit Banjir, Desain Teknis dan Kontrol Stabilitas Bendung Pengelak Banjir 11
2,514 1 20,4
Fs = >1,5
1 0,88 8
= 2,05 > 1,5 (ok)
Dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa bendung
pengelak ini aman terhadap bahaya piping.
Analisis Stabilitas Bendung Pengelak
Dalam analisis stabilitas bendungan ini ditinjau 2 keadaan yang dianggap berbahaya.
1. Keadaan air waduk penuh
2. Penurunan air secara tiba-tiba
Dalam menggambar lingkaran yang membentuk bidang yang memberikan Fs paling
rendah disebut sebagai lingkaran kritis dimana titik pusatnya dapat dicari dengan
menggunakan cara Felleniu (lihat Gambar 8).
Harga α1 dan α2 didapatkan berdasarkan kemiringan lereng bendung pengelak atau β
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 5: Nilai α1, α2 dan β
Kemiringan Βo αo 1 αo 2
1 : 0,58 60 29 40
1:1 45 28 37
1 : 1,25 33,8 26 35
1:2 26,56 25 35
1:3 18,4 25 35
1:5 11,3 15 37
α2
4.5 H
Gambar 8: Menentukan Titik Pusat Lingkaran Kritis
12 NEUTRON, VOL.10, NO.1, PEBRUARI 2010: 1- 15
w Gs 1 w w Gs e
γwet = γsat =
1 e 1 e
1 2,514 0,88 1 2,514 1 0,312
= =
1 0,88 1 0,88
= 1,754 t/m3 = 1,805 t/m3
Faktor keamanan
1. Keadaan normal :
C L N U tan
Fs = 1,50
T
2. Keadaan gempa
C L N U Ne tan
Fs = 1,10
T Te
KESIMPULAN
1. Berdasarkan perhitungan Nakayasu maka diketahui bahwa debit puncak banjir
(Q 5 tahun) adalah Qp = 327,80 m3/detik.
2. Dan hasil dari flood routing diketahui tinggi bendungan adalah 8 m
3. Hasil perhitungan stabilitas lereng air penuh, air kosong di udik maupun di hilir
adalah aman.
Sedangkan perhitungan awal pada bendung pengelak banjir pada Waduk Jadi II dengan
menggunakan debit banjir periode ulang 20 tahun, yaitu berdasarkan perhitungan
Nakayasu maka diketahui bahwa debit puncak banjir (Q 20 tahun) adalah Qp = 402
m3/detik. Dan hasil dari flood routing diketahui tinggi bendungan adalah 10 m. Hasil
perhitungan stabilitas lereng air penuh, air kosong di udik maupun di hilir adalah aman.
Daftar Pustaka
DPU Dirjen Pengairan (1986), Standart Perencanaan Irigasi Kp 01 Bagian
Perencanaan Jaringan Irigasi, Bandung: Galang Persada
Kumara, W.C., (2006) Study Enginering Desain Rencana Pembuatan Waduk
Pengendali Banjir Di Desa Jadi Kecamatan Semanding
Mawardi, Erman, (2002), Desain Hidraulik Bendung Tetap, Surabaya: Alfabeta
Soemarto, C.D. (2005) Hidrologi Teknik, Surabaya: Usaha Nasional
Sosrodarsono, Suyono (2003), Bendungan Type Urugan, Jakarta: Pradnya Paramita