Anda di halaman 1dari 15

Identifikasi Debit Banjir, Desain Teknis dan Kontrol Stabilitas Bendung Pengelak Banjir 1

Identifikasi Debit Banjir, Desain Teknis dan


Kontrol Stabilitas Bendung Pengelak Banjir
Adi Prawito

ABSTRAK

Di Tuban terdapat Kali Jambon yang penampangnya kecil sehingga tidak mampu
mengalihkah debit banjir. Untuk mengatasi banjir tersebut direncanakan dengan jalan
menahan debit banjir dengan membangun waduk pengendali banjir yaitu Waduk Jadi
II. Agar dalam pelaksanaan pembangunan pada musim hujan maupun musim kemarau
dapat berlangsung terus maka diperlukan bangunan pengelak banjir yang terdiri dari
bendung pengelak dari urugan tanah dan terowongan pengelak. Berdasarkan hasil
redesain dengan debit banjir maksimum (inflow) dengan periode ulang 5 tahun adalah
327.80 (m3/detik), sedangkan (outflow) yang melalui saluran pengelak dengan lebar 6
m dan ketinggian 3 m sebesar 312,43 (m3/detik), sehingga dapat diketahui tinggi
bendung pengelak 8 m dengan perencanaan kemiringan lereng 1:1. Stabilitas lereng
dalam keadaan normal 7,71 ≥ 1,5 (aman) dan dalam keadaan gempa 7,35 ≥ 1,1
(aman).
Kata kunci: debit bajir, bendung pengelak, stabilitas lereng

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kawasan disekitar Kali Jambon setiap tahun rutin mengalami luapan banjir. Untuk
mengatasi banjir tersebut direncanakan dengan jalan menahan debit banjir dibagian hulu
dengan membangun waduk pengendali banjir yaitu waduk Jadi, salah satunya yaitu
Waduk Jadi II.
Keuntungan dibangunnya waduk Jadi II selain untuk mengendalikan banjir adalah
1. Sebagai cadangan air bersih untuk masyarakat disekitar waduk dan di hilir
waduk
2. Peningkatan cadangan air tanah disekitar waduk
3. Air waduk dapat dimanfaatkan mensuplai kebutuhan air irigasi pada musim
kemarau, pada Daerah Irigasi Boto dan daerah irigasi lainnya yang lokasinya di
hilir waduk Jadi II
Pembangunan bendungan memerlukan waktu yang sangat lama ±3 tahun. Agar dalam
pelaksanaan pembangunan bendungan pada musim hujan maupun pada musim kemarau
dapat berlangsung terus maka diperlukan bangunan pengelak banjir, yang terdiri dari
bendung pengelak dari urugan tanah dan terowongan pengelak yang berfungsi untuk
mengalirkan air. Lokasi proyek adalah Waduk Jadi II yang berada sekitar 11 km arah
barat/selatan dari kota Tuban tepatnya di Kecamatan Semanding Desa Jadi Dusun
Gembul Kabupaten Tuban.
Rumusan Masalah
1. Berapa besar debit banjir untuk periode 5 tahun yang mengalir di Waduk Jadi II?
2. Berapa tinggi bendung pengelak berdasarkan debit banjir 5 tahun?
3. Bagaimana stabilitas bendung pengelak banjir?
2 NEUTRON, VOL.10, NO.1, PEBRUARI 2010: 1- 15

TINJAUAN PUSTAKA
Bendung Pengelak
Bendungan merupakan kontruksi bangunan air yang dibangun di sungai yang
berfungsi untuk membendung aliran sungai sehingga terbentuk suatu waduk.
Pembangunan bendungan memerlukan adanya bangunan pengelak banjir, yaitu
bangunan yang berfungsi untuk memindahkan aliran sungai selama proses
pembangunan tubuh bendungan utama dan berbagai bangunan pelengkapnya. Bangunan
pengelak berupa bendung urugan tanah yang dilengkapi dengan saluran pengelak
banjir, dapat berupa saluran terbuka maupun terowongan.
Debit Masuk Waduk (Inflow)
Debit banjir rencana yang akan masuk kedalam waduk adalah debit banjir
rencana dengan periode ulang dua puluh tahun (Q5). Debit banjir rencana ini merupakan
debit inflow yang masuk waduk pengelak dan akan digunakan dalam perhitungan
penelusuran banjir melalui saluran pengelak banjir. Untuk mengetahui debit banjir
rencana bendung pengelak dihitung dengan menggunakan hidrograf satuan sintetik
Nakayasu.
Debit Keluar Waduk (Outflow)
Debit keluar (outflow) dialirkan melalui saluran pengelak berupa terowongan.
Pada saat seluruh panjang terowongan belum terisi penuh oleh air, sehingga masih
berupa aliran terbuka hal ini digunakan rumus.
Pengertian Penelusuran Banjir
Penelusuran banjir adalah merupakan peramalan hidrograf disuatu titik pada
suatu aliran atau bagian sungai yang didasarkan atas pengamatan hidrograf yang
ditelusuri lewat waduk dan saluran pengelak banjir. Perhitungan penelusuran banjir
melalui terowongan perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui daya tampung
atau kemampuan Waduk untuk menurunkan debit banjir rencana (puncak debit banjir).
Analisis Stabilitas Bendung Pengelak
Menggunakan perumusan yang bersumber dari Soemarto (1985). Dimana
memperhitungkan: (1) faktor keamanan terhadap kelongsoran, (2) Beban komponen
vertikal yang timbul dari berat sendiri, (3) Beban komponen tangensial yang timbul dari
berat sendiri dari setiap irisan bendung luncur, (4) Komponen vertikal beban seismik
yang berkerja pada setiap bidang luncur, (5) Sudut geser dalam bahan yang membentuk
dasar setiap bidang luncur, (6) Angka kohesi bahan yang membentuk dasar setiap
bidang luncur, dan (7) Intensitas seismik horisontal
Identifikasi Debit Banjir, Desain Teknis dan Kontrol Stabilitas Bendung Pengelak Banjir 3

METODE PENELITIAN

Gambar 1: Kerangka Penelitian


Data Curah Hujan
Data hujan harian maksimum diambil mulai tahun 1981 hingga tahun 2003. R max
terendah terjadi pada tahun 1981 sbesar 43 mm dan R max tertinggi terjadi pada tahun
2000 sebesar 176 mm.
Data Tanah
Berdasarkan pengamatan secara visual di lapangan dan hasil kegiatan survey dengan
bor diketahui bahwa lapisan tanah Bendungan Jadi II Tuban terdiri dari batu karang,
lanau dan pasir. Hasil dari proctor test terdapat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1: Hasil Proctor Test
unit I II III IV V VI
Berat Volume γ 1,275 1,535 1,750 1,736 1,685 1,672
tanah
Kadar air % 22,60 27,19 31,20 34,87 38,22 40,50
Berat Volume
γd 1,040 1,207 1,334 1,287 1,219 1,019
Kering
Sumber: Data Konsultan (2006)
Specifik Gravity (Gs) = 2,514 t/m3 ; Kadar Air Optimum (w) = 31,20 %
Berat Volume Kering Maksimum (γdmax) = 1,334 gr/cm3
ANALISIS HIDROLOGI
Hujan Rencana
Perhitungan tinggi hujan rencana dimaksudkan untuk dipakai menghitung debit banjir
rencana pada bendung pengelak. Periode ulang yang dipakai dalam menghitung tinggi
hujan rencana ini adalah 5 tahun. Untuk perhitungan hujan rencana, data yang tersedia
adalah data hujan selama 23 tahun dimulai tahun 1981 sampai tahun 2003, perhitungan
tinggi hujan rencana menggunakan persamaan Gumbel.
Rt = R  k  Sx
Yt  Yn
k=
Sn
4 NEUTRON, VOL.10, NO.1, PEBRUARI 2010: 1- 15

Sx =

 RR 2

n 1
R total = 1702 mm
R rata-rata ( R ) = 74 mm
 ( R  R )2 = 15876 mm
Tabel 2: Reduced Variate
Reduced
Tr (tahun)
Variate
2 0,36651
5 1,9940
10 2,25037
20 2,97019
50 3,90194
100 4,60015
200 5,29561
Sumber: Soemarto (1985)
Perhitungan hujan rencana
k = 1,9940  0,5283
1,0811
= 1,3557
15876
Sx =
23  1
= 26,86 mm
Rt = 74  1,3557  26,86
= 110,4  110 mm
Jadi hujan rencana untuk periode 5 tahun adalah (R5) = 110 mm
Metode Nakayasu
Nakayasu menurunkan rumus hidrograf satuan sintetik berdasarkan hasil
pengamatan dan penelitian pada beberapa sungai di Jepang. Untuk mengetahui debit
rencana banjir maka ordinat hidrogaf satuan dikalikan hujan rencana sehingga dapat
dihasilkan debit banjir rencana untuk periode 5 tahun yang terdapat pada tabel dibawah
ini.
Identifikasi Debit Banjir, Desain Teknis dan Kontrol Stabilitas Bendung Pengelak Banjir 5

Tabel 3: Debit Banjir Rencana untuk Periode Ulang 5 tahun


Waktu (jam) Hidrograf Satuan Debit Q5 (m3/detik) Keterangan
0.0 0,000 0,000
0.5 0,107 11.77
1.0 0,565 62,15
1.5 1,494 164,34
2.0 2,980 327,8 Puncak
2.5 2,288 251,68
3.0 1,757 193,27
3.5 1,350 148,5
4.0 1,036 113,96
4.5 0,827 90,97
5.0 0.694 76,34
5.5 0,582 64,02
6.0 0,488 53,68
6.5 0,409 44,99
7.0 0,343 37,73
7.5 0,288 31,68
8.0 0,248 27,28
8.5 0,217 23,87
9.0 0,190 20,9
9.5 0,167 18,37
10.0 0,146 16,06
10.5 0,128 14,08
11.0 0,112 12,32
Dari hasil perhitungan debit banjir rencana dapat diperoleh suatu grafik. Grafik debit
banjir rencana untuk periode ulang 5 tahun adalah sbb.

350
300
debit (m3/jam)

250
200
150
100
50
0
0 5 10 15 20
waktu (jam)

Gambar 2: Grafik Debit Banjir Rencana Periode Ulang 5 Tahun


6 NEUTRON, VOL.10, NO.1, PEBRUARI 2010: 1- 15

Debit Outflow
Debit outflow merupakan debit yang keluar dari bendung pengelak, kalau fasilitas
pengeluarannya berupa terowongan, maka harus diperhitungkan terhadap dua macam
keadaan. Perhitungan besarnya outflow melalui terowongan pada bendung pengelak Jadi
II dapat disajikan dalam bentuk grafik rating curve. Rating curve yaitu curva yang
menunjukkan hubungan antara tinggi muka air pada penampang tersebut dengan debit
yang lewat.
114.00
112.00
110.00
Elevasi

108.00
106.00
104.00
102.00
100.00
0 100 200 300 400
Debit (m3/detik)

Gambar 3: Hubungan Elevasi dan Debit Outflow Bendung Pengelak


Volume Tampungan Waduk Jadi II
Volume tampungan waduk Jadi II diukur dari dasar sungai dengan elevasi +
98,30 sampai dengan + 138,00, dengan potensi tampungan maksimum mencapai
2.063.235 m3. Lengkung kapasitas Bendung Jadi II yaitu hubungan antara Elevasi
kontur muka tanah di daerah genangan bendung pengelak dengan luas genangan dan
volume tampungan bendung pengelak. Lengkung kapasitas bendung pengelak ini
diperlukan untuk menghitung penulusuran banjir (floodrouting).
Perhitungan Penulusuran Banjir Lewat Waduk
Penelusuran banjir melalui waduk dimaksudkan untuk menentukan tinggi muka
air banjir melalui terowongan bendung pengelak dengan memperhitungkan debit masuk
(inflow) debit keluar melalui terowongan (outflow) dan tampungan air di waduk
(storage).

Gambar 4: Hubungan Antara Volume dan Luas Genangan


dengan Elevasi Kontur Muka Tanah
Identifikasi Debit Banjir, Desain Teknis dan Kontrol Stabilitas Bendung Pengelak Banjir 7

Hasil perhitungan penulusuran banjir melalui terowongan bendung pengelak


pada Waduk Jadi II diperoleh debit outflow maksimum melalui terowongan sebesar
312.43 m3/detik dan ketinggian bendung pengelak sebesar 7,50 m ≈ 8,00 m. Debit
puncak tanpa adanya bendung pengelak (Qp = 327,80 m3/detik), sedangkan debit
puncak dengan adanya bendung pengelak menjadi 312,43 m3/detik dari banjir rencana.
Jadi besarnya debit puncak dapat diturunkan/direduksi oleh bendung pengelak sebesar
15,37 m3/detik. Grafik dari penulusuran banjir dapat dilihat pada gambar 4 di bawah
ini:
400
350
300
debit(m3/detik)

250
200
150
100
50
0
0.0 5.0 10.0 15.0 20.0
waktu(jam)

Gambar 5: Hidrograf Penelusuran Banjir


BENDUNG PENGELAK
Material Bendung Pengelak
Data-data material timbunan sebagai berikut :
 Sudut geser dalam θ = 28o
 Specific Gravity Gs = 2,514 t/m3
 water content w = 31,20 %
 kohesi c = 20 t/m
 permiabilitas k = 5 x 105 cm/detik
 koefisien gempa e = 0,12
Tinggi Bendung Pengelak
Perhitungan tinggi bendung pengelak dapat dirumuskan :
H = hd + hf
Dimana :
H = Tinggi bendung pengelak
hd = Tinggi air (8 m)
hf = Tinggi jagaan (1 m)
Kemiringan Bendung Pengelak
Kemiringan bendung pengelak dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
 Kemiringan up stream : 1:1
 Kemiringan down stream : 1:1
Stabilitas Tubuh Bendung Pengelak
Kondisi tubuh Bendung pengelak :
 Tinggi bendung pengelak =8m
 Elevasi river bed = + 101,00 m
 Elevasi muka air maksimum = + 109,00 m
8 NEUTRON, VOL.10, NO.1, PEBRUARI 2010: 1- 15

 Lebar puncak bendung = 2,4 m


 Lebar dasar bendungan = 22,4 m

2.4
3 mm

1 :
1
:1
8 m10 m 1 9
11mm

8 mm
L1 = 10
12,4
L2 = 15 m m
0,3 L1 = 2,4
3 mm
14,8
D = 18 m m

L20,4
= 25mm

Gambar 6: Dimensi Bendung Pengelak


Dalam menganalisa bendung pengelak harus diperhatikan beberapa hal berikut ini :
Menentukan Garis Rembesan dan Jaring Aliran
h air maksimum = elevasi muka air maksimum – elevasi river bed
= 109,00 – 101,00
=8m
panjang L1 = 1 x 8,00
=8m
panjang L2 = 20,4 – 8
= 12,4 m
garis depresi = 0,3 x L1
= 0,3 x 8 = 2,4 m
D = Garis depresi + L2
= 14,8 m
Untuk menentukan garis rembesan dan flow net digunakan metode Cassagrande
Diketahui koefisien permiabilitas horizontal
Kh = 5 x 105 cm/detik
Koefisien permiabilitas vertical diambil 1/5 Kh
Kv = 1/5 x 5 x 105
Kv 1
=
Kh 5
Koefisien penyusutan (λ)
Kv 1
λ= = = 0,4472
Kh 5
Identifikasi Debit Banjir, Desain Teknis dan Kontrol Stabilitas Bendung Pengelak Banjir 9

Maka didapat
L x λ = 25 x 0,4472 = 9,12 m
L1 x λ = 10 x 0,4472 = 3,6 m
L2 x λ = 15 x 0,4472 = 5,5 m
D x λ = 18 x 0,4472 = 6,62 m
Dengan metode Casagranda
yo = h2  d 2 - d

= 8 2  6.62 2 - 6.62
= 3.8 m
Persamaan basic parabola
y= 2. yo.x  yo 2

y= 2.3,8.x  3,8 2

y= 7,6.x  14,44
Dari persamaan diatas dapat dicari harga x dan y sebagai berikut ini:
Tabel 4: Garis Rembesan
x (m) y (m) x (m) y (m)
-1,9 0 4 6,7
0 3,8 5 7,2
1 4,7 6 7,7
2 5,4 7 8,2
3 6,1 8 8,7
Menghitung Besarnya Kapasitas Rembesan
Perhitungan selanjutnya berdasarkan pada flownet. Debit rembesan lebar
bendung pengelak dapat dihitung dengan rumus:
Nf
q=K.h.
Nd
Dimana :
q = debit rembesan persatuan lebar (m3/detik)
Nf = jumlah angka pembagi dari garis aliran
Nd = jumlah angka pembagi dari garis ekipotensial
K = koefisien permeabilitas
K = Kh.Kv
Kv = 1/5 Kh  Kh = 5 x 10-5 cm/detik
Kh = 5 x 10-7 m/detik
Kv = 1/5 . 5 x 10-7
= 10 x 10-8 m/detik
K = 5x10  10 x10 
7 8

= 2,236 x 10-7 m/detik


10 NEUTRON, VOL.10, NO.1, PEBRUARI 2010: 1- 15

Nf
q =K.h.
Nd
4
q = 2,236 x 10-7 . 10 .
7
q = 1,02 x 10-6 m3/detik/m

32,4m
cm

8 cm 9m

20,4
cm
Gambar 7: Garis Rembesan dan Jaring Aliran
Analisis Stabilitas Piping Bendung Pengelak
Dalam menentukan stabilitas piping bendung pengelak akan digunakan data-data
yang telah ada. Dimana kita hanya merubah beberapa kemiringan lereng bagian hilir
tanggul (m). Dalam analisa ini stabilitas piping bendung pengelak harus memenuhi
faktor keamanan yang telah ditentukan (Fs > 1.5). Kemiringan lereng yang akan ditinjau
adalah:
1. Kemiringan up stream 1 : 1 (m = 1)
2. Kemiringan down stream 1 : 1 ( m = 1)
Data-data yang digunakan dalam menentukan stabilitas piping bendung
pengelak adalah:
 Fs = Faktor keamanan (> 1.5)
 Gs = Specifik Gravity (2,514)
 h = Tinggi muka air (8 m)
 L = Lebar bendung pengelak (20,4 m)
Fs = Gs  1 L > 1,5

1 e H
Berat volume kering (γd)
Gs  w
γd =
1 e
2,514  1
1,334 =
1 e
1,334 + 1,334e = 2,514
1,334e = 1,18
e = 0,88
Identifikasi Debit Banjir, Desain Teknis dan Kontrol Stabilitas Bendung Pengelak Banjir 11

2,514  1 20,4
Fs =  >1,5
1  0,88 8
= 2,05 > 1,5 (ok)
Dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa bendung
pengelak ini aman terhadap bahaya piping.
Analisis Stabilitas Bendung Pengelak
Dalam analisis stabilitas bendungan ini ditinjau 2 keadaan yang dianggap berbahaya.
1. Keadaan air waduk penuh
2. Penurunan air secara tiba-tiba
Dalam menggambar lingkaran yang membentuk bidang yang memberikan Fs paling
rendah disebut sebagai lingkaran kritis dimana titik pusatnya dapat dicari dengan
menggunakan cara Felleniu (lihat Gambar 8).
Harga α1 dan α2 didapatkan berdasarkan kemiringan lereng bendung pengelak atau β
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 5: Nilai α1, α2 dan β
Kemiringan Βo αo 1 αo 2
1 : 0,58 60 29 40
1:1 45 28 37
1 : 1,25 33,8 26 35
1:2 26,56 25 35
1:3 18,4 25 35
1:5 11,3 15 37

α2

4.5 H
Gambar 8: Menentukan Titik Pusat Lingkaran Kritis
12 NEUTRON, VOL.10, NO.1, PEBRUARI 2010: 1- 15

w  Gs  1  w w  Gs  e 
γwet = γsat =
1 e 1 e
1  2,514  0,88 1  2,514  1  0,312
= =
1  0,88 1  0,88
= 1,754 t/m3 = 1,805 t/m3
Faktor keamanan
1. Keadaan normal :
C  L  N  U  tan  
Fs =  1,50
T
2. Keadaan gempa
C  L   N  U  Ne  tan  
Fs =  1,10
T  Te 

Gambar 9: Pembagian Segmen Tubuh Bendung Pengelak


Stabilitas lereng udik kemiringan (1 : 1) pada saat air penuh
1. Keadaan normal
C  L  N  U  tan  
Fs =  1,5
T

Fs = 271,6466,17  66,68 tan 28  1,5
0

35,18

Fs = 7,71  1,5 (aman)


2. Keadaan gempa
C  L   N  U  Ne  tan  
Fs =  1,1
(T  Te)

Fs = 271,6466,17  66,68  2,41 tan 28  1,5
0

35,18

Fs = 7,35  1,1 (aman)


Identifikasi Debit Banjir, Desain Teknis dan Kontrol Stabilitas Bendung Pengelak Banjir 13

Stabilitas lereng hilir kemiringan (1 : 1) pada saat air penuh


1. Keadaan normal
C  L  N  U  tan  
Fs =  1,5
T
Fs =

271,6432,16  25,43 tan 28 0 
 1,5
20,10
Fs = 13,68  1,5 (aman)
2. Keadaan gempa
C  L   N  U  Ne  tan  
Fs =  1,1
(T  Te)

Fs = 271,6432,16  25,43  2,41 tan 28  1,5
0

20,10  3,86

Fs = 11,42  1,1 (aman)


Tabel 6: Hasil Perhitungan Stabilitas Lereng
Bagian Kemiringan Kondisi Keadaan Fs Status
Udik 1:1 air penuh normal 7,71 ≥ 1,5 aman
1:1 gempa 7,35 ≥ 1,1 aman
1:1 air kosong normal 13,75 ≥ 1,5 aman
1:1 gempa 11,43 ≥ 1,1 aman
Hilir 1:1 selalu kosong normal 13,75 ≥ 1,5 aman
1:1 gempa 11,43 ≥ 1,1 aman
Stabilitas Geser Terhadap Lereng
Stabilitas terhadap geser ditinjau pada saat waduk dalam keadaan penuh.
Tabel 7: Momen Penahan
Indek Gaya (ton) Lengan (m) Momen
W1 1,67 11,7 19,54
W2 71,43 13,6 971,45
W3 11,77 10,2 120,05
W4 26,86 10,2 273,97
W5 10,74 8 85,92
W6 18,86 8 150,88
W7 18,33 6,1 111,81
W8 23,36 4,2 97,69
W9 32 13,6 435,2
Total 214,92 2266,51
14 NEUTRON, VOL.10, NO.1, PEBRUARI 2010: 1- 15

Stabilitas Terhadap Momen Guling


Tabel 8: Momen Guling
Indek Gaya (ton) Lengan (m) Momen
G1 0,60 8 4,80
G2 25,72 2,3 59,15
G3 4,24 7,2 30,55
G4 9,67 2,8 27,07
G5 3,87 6,3 24,37
G6 6,79 1,2 8,15
G7 8,37 3,8 31,82
G8 6,60 1,3 8,58
G9 11,52 5,9 67,97
Total 77,38 262,45
Kontrol terhadap geser
V
Sf =  1,5
G
214,92
Sf =  1,5
77,38
Sf = 2,78  1,5 ( Ok )
Kontrol terhadap guling
MV
Sf =  1,5
MG
2266,51
Sf =  1,5
262,45
Sf = 8,6  1,5 ( Ok )

Gambar 10: Skema Tubuh Bendung Pengelak Banjir


Identifikasi Debit Banjir, Desain Teknis dan Kontrol Stabilitas Bendung Pengelak Banjir 15

KESIMPULAN
1. Berdasarkan perhitungan Nakayasu maka diketahui bahwa debit puncak banjir
(Q 5 tahun) adalah Qp = 327,80 m3/detik.
2. Dan hasil dari flood routing diketahui tinggi bendungan adalah 8 m
3. Hasil perhitungan stabilitas lereng air penuh, air kosong di udik maupun di hilir
adalah aman.
Sedangkan perhitungan awal pada bendung pengelak banjir pada Waduk Jadi II dengan
menggunakan debit banjir periode ulang 20 tahun, yaitu berdasarkan perhitungan
Nakayasu maka diketahui bahwa debit puncak banjir (Q 20 tahun) adalah Qp = 402
m3/detik. Dan hasil dari flood routing diketahui tinggi bendungan adalah 10 m. Hasil
perhitungan stabilitas lereng air penuh, air kosong di udik maupun di hilir adalah aman.
Daftar Pustaka
DPU Dirjen Pengairan (1986), Standart Perencanaan Irigasi Kp 01 Bagian
Perencanaan Jaringan Irigasi, Bandung: Galang Persada
Kumara, W.C., (2006) Study Enginering Desain Rencana Pembuatan Waduk
Pengendali Banjir Di Desa Jadi Kecamatan Semanding
Mawardi, Erman, (2002), Desain Hidraulik Bendung Tetap, Surabaya: Alfabeta
Soemarto, C.D. (2005) Hidrologi Teknik, Surabaya: Usaha Nasional
Sosrodarsono, Suyono (2003), Bendungan Type Urugan, Jakarta: Pradnya Paramita

Anda mungkin juga menyukai