TINJAUAN PUSTAKA
9
10
Berdasarkan pendapat beberapa ahli dan peraturan di atas maka dapat dinyatakan
bahwa yang dimaksud dengan sistem akuntansi keuangan daerah adalah suatu
prosedur yang dimulai dari pengumpulan data sampai dengan pelaporan keuangan
dengan menggunakan sistem dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD.
11
Secara spesifik, hasil dari SAKD tersebut ialah adanya suatu laporan keuangan
daerah. Tujuan laporan keuangan daerah adalah menyediakan informasi yang
berguna. Selain itu juga laporan keuangan digunakan untuk menunjukkan
keakuntabilitasan suatu entitas yang ditujukan kepada sumber daya yang
dipercayakan .
2.1.3 Laporan Keuangan Daerah
a. Definisi Laporan Keuangan Daerah
Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi
keuangan daerah dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas
pelaporan (PP No. 71 Tahun 2010). Menurut Permendagri No.13 Tahun 2006
“laporan keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
13
2. Relevan
Relevan artinya bahwa informasi harus bisa memenuhi kebutuhan proses
pengambilan keputusan. Informasi memakai kualitas relevan kalau dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai.
3. Keandalan
Informasi juga haruslah handal (reliable). Informasi memiliki kualitas
handal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material
dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur
(faithful; representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara
wajar diharapkan dapat disajikan.
4. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan entitas antar
periode untuk mengindentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan
kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan
keuangan antar entitas untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran
dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang
serupa harus dilakukan secara konsisten untuk entitas tersebut, antar
periode entitas yang sama dan untuk entitas yang berbeda.
d. Komponen Laporan Keuangan Daerah
Komponen laporan keuangan daerah yang terdapat dalam satu set laporan
keuangan terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports) dan
laporan finansial. Menurut PP No.71 Tahun 2010 komponen laporan keuangan
ada 7 yaitu :
1. Laporan Realisasi Anggaran;
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih;
3. Neraca;
4. Laporan Operasional;
5. Laporan Arus Kas;
6. Laporan Perubahan Ekuitas;
7. Catatan atas Laporan Keuangan.
15
c. Komponen Pengendalian
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) bahwa komponen pengendalian merupakan
suatu indikator penilaian dalam proses pengendalian . Terdapat lima komponen
pengendalian yang saling terkait yaitu::
a. Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi,
mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan
pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian
intern, menyediakan disiplin dan struktur.
b. Penaksiran resiko adalah identifikasi entitas, dan analisi terhadap resiko
yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk
menentukan bagaimana resiko harus dikelola dengan baik.
c. Kegiatan pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu
menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan untuk mengurangi
resiko yang tekah diidentifikasi.
d. Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, pengungkapan, dan
pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan
orang melaksanakan tanggung jawab.
e. Pemantauan adalah proses yang menetukan kualitas kinerja pengendalian
intern sepanjang waktu.
d. Unsur-Unsur Pengendalian
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP menjelaskan
lima komponen pengendalian intern yang kaitannya dengan audit atas laporan
keuangan. Terdapat beberapa unsur yang ada dalam komponen pengendalian
yaitu:
17
1. Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian adalah kondisi dalam Instansi Pemerintah yang
memengaruhi efektivitas pengendalian intern. Unsur ini menekankan bahwa
Pimpinan Instansi Pemerintah dan seluruh pegawai harus menciptakan dan
memelihara keseluruhan lingkungan organisasi, sehingga dapat menimbulkan
perilaku positif dan mendukung pengendalian intern dan manajemen yang sehat.
Lingkungan pengendalian dapat diwujudkan melalui:
a. Penegakan integritas dan nilai etika;
b. Komitmen terhadap kompetensi;
c. Kepemimpinan yang kondusif;
d. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;
e. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;
f. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan
sumber daya manusia;
g. Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif;
h. Hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait.
2. Penilaian risiko
Penilaian risiko adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang
mengancam pencapaian tujuan dan sasaran Instansi Pemerintah. Unsur ini
memberikan penekanan bahwa pengendalian intern harus memberikan penilaian
atas risiko yang dihadapi unit organisasi baik dari luar maupun dari dalam.
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan penilaian risiko dengan cara
mengidentifikasi dan menganalisis resiko. Identifikasi risiko sekurang-kurangnya
dilaksanakan dengan menggunakan metodologi yang sesuai untuk tujuan Instansi
Pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan secara komprehensif,
menggunakan mekanisme yang memadai untuk mengenali risiko dari faktor
eksternal dan faktor internal serta menilai faktor lain yang dapat meningkatkan
risiko. Sedangkan analisis resiko dilaksanakan untuk menentukan dampak dari
risiko yang telah diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan Instansi Pemerintah
dengan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian.
18
3. Kegiatan pengendalian
Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi
risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan
bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara efektif. Unsur ini
menekankan bahwa Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan
kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan
fungsi Instansi Pemerintah yang bersangkutan.
Penyelenggaraan kegiatan pengendalian diutamakan pada kegiatan pokok
Instansi Pemerintah, seperti:
a. Reviu atas kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan;
b. Pembinaan sumber daya manusia/Pegawai Pemerintahan;
c. Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi;
d. Pengendalian fisik atas aset;
e. Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja;
19
f. Pemisahan fungsi;
g. Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting;
h. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian;
i. Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya;
j. Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; dan
k. Dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi
dan kejadian penting.
Selain itu, kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses penilaian
risiko dan disesuaikan dengan sifat khusus Instansi Pemerintah. Kebijakan dan
prosedur dalam kegiatan pengendalian harus ditetapkan secara tertulis dan
dilaksanakan sesuai dengan yang ditetapkan tersebut, sehingga untuk menjamin
kegiatan pengendalian masih sesuai dan berfungsi seperti yang diharapkan maka
harus dievaluasi secara teratur.
5. Pemantauan
Pemantauan pengendalian intern pada dasarnya adalah untuk memastikan
apakah sistem pengendalian intern pada suatu instansi pemerintah telah berjalan
sebagaimana yang diharapkan dan apakah perbaikan-perbaikan yang perlu
dilakukan telah dilaksanakan sesuai dengan perkembangan. Unsur ini mencakup
penilaian desain dan operasi pengendalian serta pelaksanaan tindakan perbaikan
yang diperlukan. Pimpinan instansi harus menaruh perhatian serius terhadap
kegiatan pemantauan atas pengendalian intern dan perkembangan misi organisasi.
Pengendalian yang tidak dipantau dengan baik cenderung memberikan pengaruh
yang buruk dalam jangka waktu tertentu. Oleh karena itu, agar kegiatan
pemantauan menjadi lebih efektif, seluruh pegawai perlu mengerti misi organisasi,
tujuan, tingkat toleransi risiko dan tanggung jawab rnasing-masing.
Dalam menerapkan unsur SPIP, setiap pimpinan Instansi Pemerintah
bertanggung jawab untuk mengembangkan kebijakan, prosedur dan praktik detail
untuk menyesuaikan dengan kegiatan Instansi Pemerintah dan untuk memastikan
bahwa unsur tersebut telah menyatu dan menjadi bagian integral dari kegiatan
Instansi Pemerintah. Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas
penyelenggaraan SPIP dilakukan pengawasan intern dan pembinaan
penyelenggaraan SPIP. Pengawasan intern merupakan salah satu bagian dari
kegiatan pengendalian intern yang berfungsi melakukan penilaian independen atas
pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah. Lingkup pengaturan
pengawasan intern ini mencakup kelembagaan, lingkup tugas, kompetensi sumber
daya manusia, kode etik, standar audit, pelaporan, dan telaahan sejawat.
Sedangkan Pembinaan penyelenggaraan SPIP meliputi penyusunan pedoman
teknis penyelenggaraan, sosialisasi, pendidikan dan pelatihan, pembimbingan dan
konsultansi SPIP, serta peningkatan kompetensi auditor aparat pengawasan intern
pemerintah (APIP) pada setiap instansi Pemerintahan.
21
Sistem Akuntansi
Keuangan
Keuangan
Daerah
Daerah
(X1)
Kompetensi Aparatur
Pemerintah
Pemerintah
(X3)
Keterangan :
: Pengaruh secara Parsial
---- --- : Pengaruh secara Simultan
2.7 Hipotesis
Berdasarkan uraian hubungan SAKD terhadap Akuntabilitas Keuangan
Daerah, Aktivitas Pengendalian terhadap Akuntabilitas Keuangan Daerah, dan
Kualitas Aparatur Pemerintah terhadap Akuntabilitas Keuangan Daerah maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1 : SAKD berpengaruh terhadap Akuntabilitas Keuangan Pemerintah
Provinsi Sumatera Selatan.
H2 : Aktivitas Pengendalian berpengaruh terhadap Akuntabilitas
Keuangan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan.
32