Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PENENTUAN BOBOT JENIS

A. TUJUAN
Menentukan bobot jenis suatu zat cair dengan piknometer rapatan diperoleh
dengan membagi massa suatu obyek.
B. DASAR TEORI
Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang
volumenya sama pada suhuyang sama dan dinyatakan dalam desimal. Penting untuk
membedakan antara kerapatan dan bobot jenis. Kerapatan adalah massa per satuan
volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Misalnya,satu mililiter raksa berbobot
13,6 g, dengan demikian kerapatannya adalah13,6 g/mL. Jikakerapatan dinyatakan
sebagai satuan bobot dan volume, maka bobot jenis merupakan bilanganabstrak.
Bobot jenis menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat terhadap sebagian
besarperhitungan dalam farmasi dan dinyatakan memiliki bobot jenis 1,00. Sebagai
perbandingan, bobot jenis gliserin adalah 1,25 , artinya bobot gliserin 1,25 kali bobot
volume air yang setara, dan bobot jenis alkohol adalah 0,81 , artinya bobot jenis
alkohol 0,81 kali bobot volume air yang setara. (Ansel,2006)
Zat yang memiliki bobot jenis lebih kecil dari 1,00 lebih ringan daripada
air.Zat yang memiliki bobot jenis lebih besar dari 1,00 lebih berat daripada air.Bobot
jenis dinyatakan dalam desimal dengan beberapa angka di belakang koma sebanyak
akurasiyang diperlukan pada penentuannya. Pada umumnya, dua angka di belakang
koma sudahmencukupi. Bobot jenis dapat dihitung, atau untuk senyawa khusus dapat
ditemukan dalam UnitedStates Pharmacopeia (USP) atau buku acuan lain. (Ansel,
2006)
Bobot jenis suatu zat dapatdihitung dengan mengetahui bobot dan volumenya,
melalui persamaan berikut (Ansel, 2006)
Dalam persamaan ini, penting untuk menggunakan satuan bobot yang sama
untuk pembilang danpenyebut, umumnya gram, sehingga satuan akan hilang dan
hasilnya akan berupa bilangan abstrak. Selain itu, penting disadari bahwa karena 1 mL air
dianggap berbobot 1 g, maka “bobot sejumlah volume air yang setara” pada penyebut adalah angka
numerik yang sama dalam mililiter dan gram. Dengan demikian , jika 25 ml suatu zat berbobot 30
g, maka “volume air yang setara” (25 mL) berbobot 25 g dan bobot jenis zat ini dapat
dihitung sebagai (Ansel, 2006) Dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, bobot
volumenya atau volume bobotnya dapat ditentukandengan menggunakan persamaan
diatas. Misalnya, jika suatu zat mempunyai bobot jenis 0,80 ,maka bobot dari 200
mL dapat dihitung sebagai (Ansel, 2006) Jika suatu zat memiliki bobot jenis 1,20 ,
volume 100 g dapat dihitung sebagai: (Ansel, 2006)120
Karena air merupakan zat baku dalam perhitungan boboott jenis dan 1 mL air
dianggap berbobot 1g, persamaan berikut ini dapat digunakan untuk menghitung
volume dan bobot (Ansel, 2006) :
  Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur tertentu.
Sifat ini merupakansalah satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus
merupakan salah satu sifat fisika yangpaling definitive, dengan demikian dapat
digunakan untuk menentukan kemurnian suatu zat (Martin,1993).
Hubungan antara massa dan volume tidak hanya menunjukan ukuran dan
bobot molekul suatukomponen, tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat
karakteristik “pemadatan” (“Packing Characteristic”). Dalam sistem matriks kerapatan diukur
dengan gram/milimeter (untuk cairan) atau gram/cm2 (Martin, 1993).
Kerapatan dan berat jenis Ahli farmasi sering kali mempergunakan besaran
pengukuran ini apabilamengadakan perubahan antara massa dan volume. Kerapatan
adalah turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya
adalah massa per satuan volume padatemperatur dan tekanan tertentu, dan dinyatakan
dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik(gram/cm3) (Martin, 1993).
Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi,
yang dapat diubahmenjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Berat
jenis didefinisikan sebagaiperbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan
air, harga kedua zat itu ditentukan padatemperatur yang sama, jika tidak dengan cara
lain yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat daridefinisinya, sangat lemah, akan lebih
cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif (Martin,1993).
Berat jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai
perbandingan massa darisuatu zat terhadap massa sejumlah volume air yang sama
pada suhu 4oC atau temperatur lain yangtertentu. Notasi berikut sering ditemukan
dalam pembacaan berat jenis: 25oC/25oC, 25oC/4oC, dan4oC/4oC.
Angka yang pertama menunjukkan temperatur udara di mana zat ditimbang;
angka dibawah garis miring menunjukkan temperatur air yang dipakai. Buku-buku
farmasi resmimenggunakan patokan 25oC /25oC untuk menyatakan berat jenis
(Martin, 1993).
Berat jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai tipe piknometer,
neraca Mohr-Westphal, hidrometer dan alat-alat lain. Pengukuran dan perhitungan
didiskusikan di buku kimiadasar, fisika dan farmasi (Martin, 1993).Rapatan diperoleh
dengan membagi massa suatu obyek dengan volumenya. (Martin, 1993)
Suatu sifat yang besarnya tergantung pada jumlah bahan yang sedang
diselidiki disebut sifatekstensif. Baik massa maupun volume adalah sifat-sifat
ekstensif. Suatu sifat tergantung pada jumlah bahan adalah sifat intensif. Rapatan
yang merupakan perbandingan antara massa danvolume, adalah sifat intensif. Sifat-
sifat intensif umumnya dipilih oleh para ilmuwan untuk pekerjaan ilmiah karena
tidak tergantung pada jumlah bahan yang sedang diteliti. (Petrucci, 1985)
Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam bobot jenis yaitu
(Lachman, 1994) :
1. Bobot jenis sejati
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang terbuka
dan tertutup.
2. Bobot jenis nyata
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk pori/lubang terbuka,
tetapi termasuk pori yang tertutup.
3.Bobot jenis efektif
Massa parikel dibagi volume partikel termausk pori yang tebuka dan tertutup.
Seperti titik lebur, titikdidih atau indeks bias (bilangan bias). Kerapatan relatif
merupakan besaran spesifik zat. Besaran inidapat digunakan untuk
pemeriksan konsentrasi dan kemurniaan senyawa aktif, senyawa bantu
dansediaan farmasi. (Lachman, 1994)
Metode penentuan untuk zat cairan (Ansel ; 466) :
a.  Metode Piknometer.
Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan
ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk
menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode piknometer
akan bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu dengan
bertambahnya volume piknometer. Keoptimuman ini terletak pada sekitar
isi ruang 30 ml.
b. Metode Neraca Hidrostatik.
Metode ini berdasarkan hukum Archimedes yaitu suatu benda yang
dicelupkan ke dalam cairan akan kehilangan massa sebesar berat volume
cairan yang terdesak.
c. Metode Neraca Mohr-Westphal.
Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada balok timbangan yang
ditoreh menjadi 10 bagian sama dan disitimbangkan dengan bobot lawan.
Keuntungan penentuan kerapatan dengan neraca Mohr-Westphal adalah
penggunan waktu yang singkat dan mudah dlaksanakan.
d. Metode areometer.
Penentuan kerapatan dengan areometer berskala (timbangan benam,
sumbu) didasarkan pada pembacaan seberapa dalamnya tabung gelas
tercelup yang sepihak diberati dan pada kedua ujung ditutup dengan
pelelehan.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Neraca analitik
2. Piknometer 10 ml , 25 ml
3. Termometer ruang
4. Gelas beaker
5. Pipet tetes
Bahan :
1. Zat cair yang akan ditentukan sekitar 25 ml
2. Air
3. Etil asetat
4. Es
5. Aseton
D. CARA KERJA
Prinsip kerja atau cara menggunakan piknometer

Cara menggunakan piknometer untuk menentukan massa jenis suatu zat:


A. Menentukan volume piknometer pada suhu percobaan

Menimbang dengan teliti piknometer kosong dalam keadaan bersih dan kosong

Piknometer yang telah diisi dengan aquadest sehingga penuh lalu direndam dalam
air es sehingga suhunya mencapai kira-kira 2º di bawah suhu percobaan

Piknometer ditutup

Membiarkan suhu aquadest dalam piknometer sampai mencapai suhu kamar setelah
itu usap air yang menempel dengan menggunakan tissue lalu menimbang
piknometer dengan teliti

Melihat tabel untuk mengetahui berapa kerapatan aquadest pada suhu percobaan

Menghitung :

Bobot piknometer + aquadest : A..gram

Bobot piknometer kosong : B..gram

Bobot aquadest : C..gram

Kerapatan aquadest pada suhu percobaan (lihat tabel) : ρ aquadest

C ( gram )
Mencari volume piknometer =
ρ aquadest ( gram / ml -1 )

= VP ml
B. Menentukan kerapatan dan bobot jenis zat cair ( etanol, aseton dan kloroform )

Bersihkan piknometer sampai kering lalu diisi penuh dengan sampel


misalnya diisi dengan etanol, kalau sudah penuh tutup sampai airnya
tumpah keluar,cairan yang menempel tersebut diusap dengan tissue
sampai kering, lalu timbang dengan teliti meggunakan neraca elektrik,
misal bobot etanol yang ditimbang adalah : D gram

Bobot piknometer kosong yang sudah diketahui dimisalkan : B gram

Volume piknometer yang sudah diketahui dimisalkan : Vp ml

Melihat tabel untuk mengetahui berapa kerapatan aquadest tersebut setelah


diketahui suhu percobaanya

Setelah kerapatan aquadest diketahui kemudian menghitung kerapatan


dari sample tersebut, misalnya etanol, dihitung dengan cara :

D – B ( gram)
ρ =

Vp ( ml )
= ……… gram. ml-1

C. Setelah kerapatan etanol sudah dicari kemudian kita dapat menghitung


berat jenis etanol tersebut dengan cara :
ρ alkohol 70%
d =

ρ aquadest

Dengan cara yang sama seperti diatas kita dapat menentukan kerapatan dan
berat jenis sampel-sampel yang lain misalnya aseton dan kloroform.
E. HASIL PENGAMATAN
Berat piknometer Berat piknometer +
No Sampel kosong ( gram ) sampel ( gram )
1 Aquadest 10,5809 20,5778
2 Etanol 10,5650 19,5742
3 Aseton 10,5068 18,5370
4 Kloroform 10,5184 25,2465

F. PERHITUNGAN
G. PEMBAHASAN
Berat jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat dibanding dengan 
volume zat pada suhu tertentu (biasanya pada suhu 25ºC), sedangkan rapat jenis
(specific gravity) adalah perbandingan antara bobot zat pada suhu tertentu ( dalam
bidang farmasi biasanya digunakan 25º/25º).  Berat jenis didefenisikan sebagai
perbandingan kerapatan suatu zat terhadap kerapatan air. Harga kedua zat itu
ditentukan pada temperatur yang sama, jika dengan tidak cara lain yang khusus. Oleh
karena itu, dilihat dari defenisinya, istilah berat jenis sangat lemah. Akan lebih cocok
apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif. Berat jenis adalah perbandingan relatif
antara massa jenis sebuah zat dengan massa jenis air murni. Air murni bermassa jenis
1 g/cm³ atau 1000 kg/m³. Berat jenis merupakan bilangan murni tanpa dimensi (Berat
jenis tidak memiliki satuan), dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan
rumus yang cocok.
Dalam bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan
digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan
senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat
terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan/daya larut
suatu zat.
Kerapatan merupakan perbandingan mass per volume suatu zat pada suhu
yang dikehendaki. Kerapatan dilambangkan dengan  dengan satuan g/ml. Adapula
guna menghitung nilai kerapatan yaitu untuk menghitung kemurnian suatu zat.
Berbeda halnya dengan berat jenis, berat jenis merupakan perbandingan kerapatan
suatu zat dengan kerapatan air tanpa menghasilkan suatu satuan. Pada praktikum ini
praktikan diharapkan mengetahui kerapatan dan bobot jenis zat cair dari etanol,
aseton dan kloroform.
Pada dasarnya kerapatan dipengaruhi oleh volume dan massa. Semakin besar 
massa benda maka semakin besar pula kerapatan yang dimiliki, sedangkan semakin
besar nilai volumenya maka semakin kecil kerapatan yang dimiliki. Bobot jenis
dipengaruhi oleh besar atau kecilnya nilai kerapatan, semakin besar kerapatan maka
berat jenis juga semakin besar.
Pada percobaan ini, penentuan kerapatan dan bobot jenis dilakukan dengan
menggunakan piknometer. Sampel yang digunakan adalah aquades, etanol, aseton,
dan kloroform.
Pengukuran dengan menggunakan piknometer, sebelum digunakan harus
dibersihkan dan dikeringkan hingga tidak ada sedikitpun titik air di dalamnya. Hal ini
bertujuan untuk memperoleh bobot kosong dari alat. Jika masih terdapat titik air di
dalamnya, dapat mempengaruhi hasil yang diperoleh. Pada pengisiannya dengan
sampel, harus diperhatikan baik-baik agar di dalam alat tidak terdapat gelembung
udara, sebab akan mengurangi bobot sampel yang akan diperoleh.
Keuntungan dari penentuan bobot jenis dengan menggunakan piknometer
adalah mudah dalam pengerjaan. Sedangkan kerugiannya yaitu berkaitan dengan
ketelitian dalam penimbangan. Jika proses penimbangan tidak teliti maka hasil yang
diperoleh tidak sesuai dengan hasil yang ditetapkan literatur. Disamping itu
penentuan bobot jenis dengan menggunakan piknometer memerlukan waktu yang
lama.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bobot jenis suatu zat adalah :
1. Suhu ,pada suhu yang tinggi bahan yang diukur berat jenisnya dapat menguap
seperti halnya pada etanol 70%, sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya
dan kerapatan meningkat. Oleh karena itu, digunakan suhu dimana biasanya
senyawa stabil pda suhu 25°C (suhu kamar).
2. Volume, jika volume besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh pada massa
zat itu sendiri. Dimana ukuran partikel dari zat,bobot molekulnya serta
kekntalan dari suatu zat dapat mempengaruhi bobot jenisnya.
3. Tekanan, jika tekanan tinggi maka volume yang ditumpahkan pada zat
didinding luar piknometer meningkat dan volume yang ada didalamnya
menjadi lebih sedikit.
4. Konsentrasi, dalam suhu zat tinggi dalam kerapatannya pun meningkat dan
menghasilkan bobot jenis yang lebih meningkat.
5. Kekentalan/viskositas sutau zat dapat juga mempengaruhi berat jenisnya.

Hal yang pertama dilakukan adalah penimbangan piknometer. Piknometer


yang digunakan adalah piknomiter dengan kapasitas 10 ml. Pada penimbangan
pikonemeter ini harus dilakukan secara teliti sebab apabila kurang teliti maka akan
mempengaruhi kesalahan dalam perhitungan kerapatan maupun bobot jenis suatu zat.
Kesalahan akibat penimbangan bisa disebabkan karena timbangan yang digunakan
berganti-ganti. Sehingga hasil penimbangan antara timbangan yang satu dengan yang
lain belum tentu sama.
Kemudian langkah selanjutnya adalah mengisi piknometer dengan air lalu
menutupnya dengan pelan. Cara penutupan piknometer yang terlalu cepat juga dapat
menyebabkan air yang tumpah terlalu banyak sehingga tentu mempengaruhi berat
pada penimbangan. Pada saat memegang piknometer sebaiknya menggunakan tissue
atau kain, jangan menggunakan tangan secara langsung, karena dikhawatirkan lemak
yang terdapat pada tangan akan menempel di piknometer sehingga akan menambah
berat piknometer.
Piknometer dimasukkan kedalam air es agar volume air yang berada dalam
piknometer bertambah sehingga lebih akurat dalam menimbang massa air. Pengaruh
perubahan suhu yang terlalu cepat dapat menyebabkan cairan di dalam piknometer
memuai/menyusut dengan tidak semestinya, sehingga pada waktu ditimbang zat
tersebut memberikan hasil yang berbeda dengan yang telah ditentukan. Pada saat
pengukuran suhu diharapkan penurunan/kenaikan suhu diperhatikan dengan seksama,
karena jika suhu turun/naik melebihi dari yang telah ditentukan, tentu saja hasil yang
diberikan akan menyimpang. Piknometer yang belum kering dan bersih, piknometer
yang demikian belum bisa digunakan untuk penentuan kerapatan dan bobot jenis,
karena masih ada cairan/kontaminan yang tertinggal di dalamnya sehingga tentu saja
akan mempengaruhi hasil akhir.  Volume air yang dimasukan ke dalam piknometer
harus tepat dengan yang telah ditentukan, karena jika terlalu banyak atau terlalu
sedikit maka akan mempengaruhi hasil akhir.
Pada penentuan kerapatan bobot jenis zat cair, zat cair yang digunakan adalah
etanol, aseton dan kloroform. Sampel zat cair tersebut diuji kerapatan dan bobot
jenisnya menggunakn piknometer. Sebelumnya dilakukan penentuan volume
piknometer pada suhu percobaan, dimana dihasilkan Vp sebesar 10,037 ml. Volume
piknometer tersebut nantinya digunakan untuk menentukan kerapatan suatu zat cair.
Pada pengukuran kerapatan dan bobot jenis etanol diperoleh hasil secara
berturut-turut yaitu 0,897 g/ml dan0,900. Nilai bobot jenis etanol pada literature
adalah 0,8119. Sehingga dilakukan perhitungan penyimpangan dari hasil sesuai
literature. . Adapun hasil penyimpangannya sebesar 0,108 %. Artinya nilai tersebut
masih sedikit diberi toleransi karena hasilnya tidak jauh berbeda dengan nilai yang
ada pada literature. Sedangkan pada pengukuran kerapatan dan bobot jenis aseton
diperoleh hasil secara berturut-turut yaitu 0,800 g/ml dan 0,803. Nilai bobot jenis
aseton pada literature adalah 0,790. Sama dengan etanol, dilakukan perhitungan
penyimpangan dari hasil asli pada literature. Adapun hasil penyimpangannya sebesar
0.016 %. Nilai tersebut masih sedikit diberi toleransi karena hasilnya tidak jauh
berbeda dengan nilai yang ada pada literature.
pada pengukuran kerapatan dan bobot jenis kloroform diperoleh hasil secara
berturut-turut yaitu 1,467 g/ml dan 1,472. Nilai bobot jenis kloroform pada literature
adalah 1,474. Sama dengan etanol, dilakukan perhitungan penyimpangan dari hasil
asli pada literature. Adapun hasil penyimpangannya sebesar – 0,001%. Nilai tersebut
masih sedikit diberi toleransi karena hasilnya tidak jauh berbeda dengan nilai yang
ada pada literature.
Pada saat praktikum penentuan kerapatan dan bobot jenis zat-zat tersebut
sering terjadi penyimpangan sehingga memberikan hasil yang berbeda dengan yang
seharusnya (sesuai ketentuan di Farmakope Indonesia).
Penyimpangan-penyimpangan ini antara lain disebabkan oleh karena berbagai
kesalahan pada saat melakukan praktikum. Kesalahan penimbangan, cara penutupan
piknometer yang salah, pengaruh perubahan suhu yang terlalu cepat, piknometer
belum benar-benar kering dan bersih, volume air yang di masukkan ke dalam
piknometer tidak tepat, kebersihan, sampel yang terkontaminasi, dan juga karena
pengenceran etanol yang kurang tepat.
1. Penimbangan
Kesalahan akibat penimbangan ini bisa disebabkan karena timbangan yang
digunakan berganti-ganti. Sehingga hasil penimbangan antara timbangan yang
satu dengan yang lain belum tentu sama.
2. Cara penutupan piknometer yang salah
Cara penutupan piknometer yang terlalu cepat dapat menyebabkan air yang
tumpah terlalu banyak sehingga tentu mempengaruhi berat pada penimbangan.
3. Pengaruh perubahan suhu
Perubahan suhu yang terlalu cepat dapat menyebabkan cairan di dalam
piknometer memuai/menyusut dengan tidak semestinya, sehingga pada waktu
ditimbang zat tersebut memberikan hasil yang berbeda dengan yang telah
ditentukan.
4. Piknometer yang belum kering dan bersih
Piknometer yang demikian belum bisa digunakan untuk penentuan kerapatan dan
bobot jenis, karena masih ada cairan/kontaminan yang tertinggal di dalamnya
sehingga tentu saja akan mempengaruhi hasil akhir.
5. Volume air yang tidak tepat
Volume air yang dimasukan ke dalam piknometer harus tepat dengan yang telah
ditentukan, karena jika terlalu banyak atau terlalu sedikit maka akan
mempengaruhi hasil akhir.
6. Sampel yang terkontaminasi
Sampel yang terkontaminasi tentu saja akan memberikan hasil yang menyimpang,
karena kemurnian zat tersebut sudah berbeda dengan zat yang masih murni.
H. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang di lakukan maka dapat di tarik kesimpulan berat
jenis semua bahan dan kerapatan yang diperoleh dengan metode piknometer adalah
sebagai berikut :
1. Kerapatan merupakan perbandingan mass per volume suatu zat pada suhu
yang dikehendaki. Berbeda halnya dengan berat jenis, berat jenis merupakan
perbandingan kerapatan suatu zat dengan kerapatan air.
2. Kerapatan dipengaruhi oleh volume dan massa. Semakin besar  massa benda
maka semakin besar pula kerapatan yang dimiliki, sedangkan semakin besar
nilai volumenya maka semakin kecil kerapatan yang dimiliki.
3. Bobot jenis dipengaruhi oleh besar atau kecilnya nilai kerapatan, semakin
besar kerapatan maka berat jenis juga semakin besar.
4. Penyimpangan dapat terjadi karena beberapa faktor di antaranya, kesalahan
penimbangan, cara penutupan piknometer yang salah, pengaruh perubahan
suhu yang terlalu cepat, piknometer belum benar-benar kering dan bersih,
volume air yang di masukkan ke dalam piknometer tidak tepat, kebersihan,
dan sampel yang terkontaminasi.
DAFTAR PUSTAKA
 Ansel, Howart C . 1989 . Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi . Jakarta :
Universitas Indonesia.
 Lachman, Leon. 1994.Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jilid III.Edisi III.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
 Ditjen POM . 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI,.
 Anief, M . 2003 . Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik . Yogyakarta : UGM-
Press.
 R. Voight . 1994 . Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi Kelima .
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
 Roth, Hermann, J . 1988 . Analisis Farmasi . Yogyakarta : UGM-Press
 Parrot, Eugene L. 1968.Pharmaceutical Technology . Penerbit Burgess
Publishing Company Iowa.
 Ansel C. Howard.1989 . Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta :
Universitas Indonesia Press.

Anda mungkin juga menyukai