Anda di halaman 1dari 7

PERENCANAAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALITIK TERAPAN

ANALISIS KALSIUM YANG TERKANDUNG DALAM KULIT


TELUR AYAM RAS DAN AYAM KAMPUNG MENGGUNAKAN
METODE TITRASI ASAM BASA

OLEH KELOMPOK 4 :

1. BAIQ NOPITA HANDRA ENI (E1M018016)


2. CHINTYA ANANDITHA (E1M018017)
3. ENDANG SULANDRI (E1M018025)
4. ERNITA SAFITRI (E1M018027)
5. IKE FADIA PUTRI (E1M018036)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2021
ANALISIS KALSIUM YANG TERKANDUNG DALAM KULIT
TELUR AYAM RAS DAN AYAM KAMPUNG MENGGUNAKAN
METODE TITRASI ASAM BASA

A. Tujuan
Untuk menentukan kadar kalsium yang terkandung dalam kulittelur ayam
kampung dan ayam ras dengan menggunakan metode

B. Landasan Teori
Titrasi merupakan suatu metode yang dilakukan untuk menentukan kadar suatu
zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya terlebih dahulu.
Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi
itu, contohnya titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan proses reduksi dan oksidasi,
titrasi kompleksonometri untuk titrasi yang melibatkan proses pembentukan ion-ion
kompleks dan titrasi asam basa jika proses titrasi yang terjadi melibatkan reaksi asam
basa. Pada titrasi terdapat istilah titran (zat yang akan ditentukan kadarnya) dan juga titer
(zat yang telah diketahui kadarnya/ penitrasi). Baik titer maupun titran biasanya
merupakan larutan (Underwood, 1992).
Jika suatu zat dititrasi menggunakan larutan baku basa, maka proses titrasinya
disebut asidimetri. Sedangkan titrasi yang menggunakan larutan standar asam disebut
alkalimetri. Titik akhir titrasi akan ditentukan berdasarkan pada perubahan pH pada titik
ekivalen. Titik ekivalen adalah keadaan dimana mol basa tepat habis bereaksi dengan
jumlah mol asam. Bila suatu titik ekuivale tela tercapai maka akan berlaku persamaan
dimana jumlah mol asam = jumlah mol basa (Khopkar, 2003)
Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam titrasi adalah indikator yang
digunakan. Dalam titrasi, indikator ini berfungsi untuk menentukan titik akhir titrasi.
Titik akhir titrasi ini biasanya akan ditandai dengan terjadinya perubahan warna larutan
yang telah mencapai pH netral, akan tetapi perubahan warna yang terjadi tidak hanya
dipengaruhi oleh indikator saja. Tetapi juga pada pH larutan (Khopkar, 2003).
Indikator asam basa adalah zat yang akan mengalami perubahan warna pada
range pH tertentu. Zat-zat indikator dapat berupa asam atau basa, bersifat stabil, dapat
larut serta menunjukkan perubahan warna yang kuat. Perubahan warna yang terjadi pada
larutan ini disebabkan oleh resonansi isomer elektron. Berbagi indikator mempunyai
tetapan ionisasi yang berbeda beda sehingga akan menunjukkan warna pada range pH
yang berbeda-beda. Biasanya zat – zat indikator merupakan pelarut organik, contohnya
indikator penolphtalein (Indikator PP). Jika indikator PP yang digunakan, maka reaksi
akan terjadi pada daerah dengan pH 8,2 – 10 artinya reaksi berlangsung antara asam kuat
dengan basa kuat (Brady, 1990)

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Buret
b. Corong kaca
c. Erlenmeyer 250 ml
d. Gelas kimia 250 mL
e. Gelas Kimia 600 ml
f. Gelas ukur 25 ml
g. Hot plate
h. Kertas saring
i. Klem
j. Labu takar 250 ml
k. Mortar + penggerus
l. Oven
m. Pipet tetes
n. Pipet volume 10 mL
o. Pipet volume 5 mL
p. Spatula
q. Statif
r. Timbangan analitik
2. Bahan
a. Aquades
b. Padatan NaOH
c. HCl 1 M
d. NaOH 0,1 M
e. HCl 0,1 M
f. Indikator PP
g. Kulit telur ayam ras
h. Kulit telur ayam kampung

D. Langkah Kerja
1. Pembuatan Larutan Standar NaOH 0,1M
2. Pembuatan Larutan HCl 0,1M
3. Standarisasi NaOH
a. Bilas buret terlebih dahulu dengan menggunakan NaOH sambil membuka keran
buret (untuk menghilangkan gelembung-gelembung dari ujung buret).
b. Isi buret dengan NaOH sampai pada tanda batas (catat volume NaOH dalam
buret)
c. NaOH yang ada dalam buret digunakan sebagai penitrasi.
d. Pada erlenmayer 250 ml, dimasukkan larutan HCl 0,1M sebanyak10 ml
e. Ditambahkan dengan 10 ml Aquades dan 2 sampai 3 tetes indikator PP kemudian
dikocok
f. Larutan pada erlenmayer kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1M pada buret
sampai terjadi perubahan warna dari bening menjadi pink/merah muda.
g. Catat volume NaOH yang digunakan untuk menentukan berapa Molaritas NaOH
0,1M.
h. Lakukan percobaan di atas hingga 2 kali pengulangan untuk mendapatkan hasil
yang lebih akurat.
4. Penentuan Kadar CaCO3 dalam kulit telur ayam ras dan telur
ayam kampung
a. Rebus terlebih dahulu telur yang akan di analisis kandungan kalsiumnya, untuk
mempermudah dalam memisahkan lapisan putih yang menempel pada kulit telur.
b. Pada kulit telur yang telah dipisahkan dari lapisan putihnya, kemudian di oven
dengan suhu 110oC selama 15 menit untuk mengurangi kadar air yang
terkandung dalam telur.
c. Kulit telur kemudian didinginkan pada suhu kamar, lalu digerus dengan mortar
hingga halus (berbentuk powder atau bubuk)
d. Bubuk telur kemudian ditimbang sebanyak 0,1 gram lalu dimasukkan ke dalam
erlenmayer 250 ml, kemudian ditambahkan dengan 25 ml HCl 0,1 M.
e. Larutan kemudian dipanaskan selama 15 menit dan didinginkan.
f. Pada larutan yang sudah didinginkan, ditambahkan beberapa tetes indikator PP
lalu dititrasi dengan NaOH 0,1M sampai warna larutan berubah.
g. Catat volume NaOH 0,1M yang digunakan untuk menganalisis kadar CaCO3
dalam sampel.
h. Lakukan percobaan di atas hingga 3 kali pengulangan untuk mendapatkan hasil
yang lebih akurat.

E. Jenis Data yang Dikumpulkan dan Cara Pengamatan Datanya


1. Standarisasi NaOH

Pengulangan Ke 1 2
Volume NaOH (volume titrasi) (ml)

2. Titrasi Telur Ayam Ras

Pengulangan ke 1 2 3
Volume NaOH (volume titrasi) (ml)

3. Titrasi Telur Ayam Kampung

Pengulangan ke 1 2 3
Volume NaOH (volume titrasi) (ml)
F. Cara Analisis Data
massa Ca
% Ca dalam kulit telur = x 100
massa sampel (kulit telur )
DAFTAR PUSTAKA

Brady, E James. 1990. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Khopkar. 2003. Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Erlangga.

Underwood, A.L ., dkk. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai