Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PAPER

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
BAB V
Mengapa Pancasila Merupakan Sistem Filsafat ?

Dosen Pengampu: Ir. Hari Prayitno, M.S.T.Pi.

Disusun oleh:

1. Muhammad Yogi Syafutra (56201112962)


2. Miftachul Rosyid Tanzila (56201112964)
3. Muhammad Ricky Firmansyah (56201112962)
4. Muhammad Daffa Putra Bagaskara (56201112968)
5. Nanang Suratmaja (56201112970)

Jurusan Teknologi Penangkapan Ikan

Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Jakarta

2020
DAFTAR ISI

SAMBUTAN ........................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................................iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................................vi
PENDAHULUAN................................................................................................................ 1

BAB V MENGAPA PANCASILA MERUPAKAN SISTEM FILSAFAT? ......................139


A. Menelusuri Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat……………….140
1. Konsep Pancasila sebagai Sistem Filsafat ..........................................................140
B. Menanya Alasan Diperlukannya Kajian Pancasila sebagai Sistem
Filsafat ...................................................................................................................................
.147
1. Filsafat Pancasila sebagai Genetivus Objectivusdan Genetivus
Subjectivus............................................................................................................147
2. Landasan Ontologis Filsafat Pancasila..................................................................148
3. Landasan Epistemologis Filsafat Pancasila...........................................................152
4. Landasan Aksiologis Pancasila..............................................................................154
C. Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila sebagai Sistem
Filsafat..........................................................................................................................157
1. Sumber Historis Pancasila sebagai Sistem Filsafat................................................157
2. Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Sistem Filsafat............................................159
3. Sumber Politis Pancasila sebagai Sistem Filsafat...................................................161
D. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Sistem
Filsafat...........................................................................................................................168
1. Dinamika Pancasila sebagai Sistem Filsafat...........................................................168
2. Tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat..........................................................169
E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem
Filsafat...........................................................................................................................170
1. Esensi (hakikat) Pancasila sebagai Sistem Filsafat.................................................170
2. Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat..............................................................171
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Ta’ala yang telah memberikan rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan paper kami yang berjudul “Mengapa
Pancasila Merupakan Sistem Filsafat?” ini dengan tepat waktu. Pembuatan paper ini bertujuan
untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang diampu oleh Bapak
Ir. Hari Prayitno, M.S.T.Pi.

Paper ini disusun berdasarkan data-data yang diperoleh dari beberapa referensi yang
berkaitan dengan mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Kami mengucapkan terimakasih
kepada Bapak Ir. Hari Prayitno, M.S.T.Pi. atas bimbingan, arahan dan masukan dalam penulisan
paper ini.

Semoga paper ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa jurusan Teknologi Penangkapan Ikan
Politeknik Ahli Usaha Perikanan khususnya dan bagi para pembaca umumnya, dan kami
menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan paper ini, bahkan barangkali juga masih
menyisakan permasalahan yang berkaitan dengan materi kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Untuk itu, kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan demi perbaikan paper
menjadi lebih baik.
PENDAHULUAN

Paper bab 5 Pendidikan Pancasila ini mengkaji tentang pengertian filsafat, filsafat
Pancasila, hakikat sila-sila Pancasila. Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan bahan
renungan yang menggugah kesadaran para pendiri negara, termasuk Soekarno ketika menggagas
ide philosofische grondslag. Perenungan ini mengalir ke arah upaya untuk menemukan nilai-nilai
filosofis yang menjadi identitas bangsa Indonesia. Perenungan yang berkembang dalam diskusi-
diskusi sejak sidang BPUPKI sampai ke pengesahan Pancasila oleh PPKI, termasuk salah satu
momentum untuk menemukan Pancasila sebagai sistem filsafat.
Sistem filsafat merupakan suatu proses yang berlangsung secara kontinu sehingga
perenungan awal yang dicetuskan para pendiri negara merupakan bahan baku yang dapat dan
akan terus merangsang pemikiran para pemikir berikutnya, seperti: Notonagoro, Soerjanto
Poespowardoyo, dan Sastrapratedja. Mereka termasuk segelintir pemikir yang menaruh perhatian
terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat. Oleh karena itu, kedudukan Pancasila sebagai sistem
filsafat dengan berbagai pemikiran para tokoh yang bertitik tolak dari teori-teori filsafat akan
dibahas pada subbab tersendiri. Mahasiswa perlu memahami Pancasila secara filosofis karena
mata kuliah Pancasila pada tingkat perguruan tinggi menuntut mahasiswa untuk berpikir secara
terbuka, kritis, sistematis, komprehensif, dan mendasar sebagaimana ciri-ciri pemikiran filsafat.
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat menguasai kompetensi:
bersikap inklusif, toleran dan gotong royong dalam keragaman agama dan budaya;
mengembangkan karakter Pancasilais yang teraktualisasi dalam sikap jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, cinta damai, responsif dan proaktif;
bertanggung jawab atas keputusan yang diambil berdasar prinsip musyawarah; memahami dan
menganalisis hakikat sila-sila Pancasila, serta mengaktualisasikan nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya sebagai paradigma berpikir, bersikap, dan berperilaku; mengelola hasil kerja individu
dan kelompok menjadi suatu gagasan tentang Pancasila yang hidup dalam tata kehidupan
Indonesia.
A. Menelusuri Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Filsafat merupakan awal dari ilmu pengetahuan, filsafat disebut juga sebagai “Mother of
Science”.
1. Konsep Pancasila sebagai Sistem Filsafat
A. Apa yang dimaksudkan dengan sistem filsafat?
Beberapa pengertian filsafat berdasarkan watak dan fungsinya sebagaimana yang
dikemukakan Titus, Smith & Nolan sebagai berikut:
1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang
biasanya diterima secara tidak kritis. (arti informal)
2) Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang
sangat dijunjung tinggi. (arti formal)
3) Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. (arti komprehensif).
4) Filsafat adalah analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. (arti
analisis linguistik).
5) Filsafat adalah sekumpulan problematik yang langsung mendapat perhatian manusia dan
dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat. (arti aktual-fundamental)

Mengapa Pancasila dikatakan sebagai sistem filsafat? Ada beberapa alasan yang dapat
ditunjukkan untuk menjawab pertanyaan tersebut
Pertama; dalam sidang BPUPKI, 1 Juni 1945, Soekarno memberi judul pidatonya dengan
nama Philosofische Grondslag daripada Indonesia Merdeka. Adapun pidatonya sebagai berikut:
"Paduka Tuan Ketua yang mulia, saya mengerti apa yang Ketua kehendaki! Paduka Tuan Ketua
minta dasar, minta Philosofische Grondslag, atau jika kita boleh memakai perkataan yang
muluk-muluk, Paduka Tuan Ketua yang mulia minta suatu Weltanschauung, di atas mana kita
mendirikan negara Indonesia itu”. (Soekarno, 1985:7)."
Noor Bakry menjelaskan bahwa Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan hasil perenungan
yang mendalam dari para tokoh kenegaraan Indonesia. Hasil perenungan itu semula
dimaksudkan untuk merumuskan dasar negara yang akan merdeka. Sastrapratedja menegaskan
bahwa fungsi utama Pancasila menjadi dasar negara dan dapat disebut dasar filsafat adalah dasar
filsafat hidup kenegaraan atau ideologi negara.
Kedua; Pancasila sebagai Weltanschauung, artinya nilai-nilai Pancasila itu merupakan
sesuatu yang telah ada dan berkembang di dalam masyarakat Indonesia, yang kemudian
disepakati sebagai dasar filsafat negara (Philosophische Grondslag). Ajaran tentang nilai, makna,
dan tujuan hidup manusia yang terpatri dalam Weltanschauung itu menyebar dalam berbagai
pemikiran dan kebudayaan Bangsa Indonesia.

B. Menanya Alasan Diperlukannya Kajian Pancasila sebagai Sistem Filsafat


1.Filsafat Pancasila sebagai Genetivus Objectivus dan Genetivus SubjectivusPancasila
sebagai genetivus-objektivus, artinya nilai-nilai Pancasila dijadikan sebagai objek yang dicari
landasan filosofisnya berdasarkan sistem-sistem dan cabang-cabang filsafat yang berkembang di
Barat. Misalnya, Notonagoro menganalisis nilai-nilai Pancasila berdasarkan pendekatan
substansialistik.

2.Landasan Ontologis Filsafat Pancasila


Pancasila sebagai Genetivus Subjectivus memerlukan landasan pijak filosofis yang kuat
yang mencakup tiga dimensi, yaitu landasan ontologis, landasan epistemologis, dan landasan
aksiologis. perjuangan untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan termuat dalam alinea II
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi:
“Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia, dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
Kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”.
1. Landasan Epistemologis Filsafat Pancasila
Pernahkah Anda mendengar istilah “epistemologi”? Istilah tersebut terkait dengan
sarana dan sumber pengetahuan (knowledge). Epistemologi adalah cabang filsafat
pengetahuan yang membahas tentang sifat dasar pengetahuan, kemungkinan, lingkup,
dan dasar umum pengetahuan (Bahm, 1995: 5). Epistemologi terkait dengan
pengetahuan yang bersifat sui generis, berhubungan dengan sesuatu yang paling
sederhana dan paling mendasar (Hardono Hadi, 1994: 23).
2. Landasan Aksiologis Pancasila
Pernahkah Anda mendengar istilah “aksiologi”? Kalau belum pernah, maka satu hal
yang perlu Anda ketahui bahwasanya istilah “aksiologis” terkait dengan masalah nilai
(value).Mari perhatikan beberapa contoh pernyataan sebagai berikut:
a. Berapa nilai pertandingan antara Persipura melawan Persib?
b. Berapa nilai sepeda motor Honda yang dipakainya itu?
c. Berapa nilai IPK yang Anda peroleh semester ini?
d. Lukisan Afandi dikatakan bersifat ekspresionis karena di situlah letak nilai
keindahannya.
Landasan aksiologis Pancasila artinya nilai atau kualitas yang terkandung dalam sila-sila
Pancasila. Sila pertama mengandung kualitas monoteis, spiritual, kekudusan, dan sakral. Sila
kemanusiaan mengandung nilai martabat, harga diri, kebebasan, dan tanggung jawab. Sila
persatuan mengandung nilai solidaritas dan kesetiakawanan.Sila keempat mengandung nilai
demokrasi, musyawarah, mufakat, dan berjiwa besar. Sila keadilan mengandung nilai kepedulian
dan gotong royong.

C. Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat
1. Sumber Historis Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Pada 12 Agustus 1928, Soekarno pernah menulis di Suluh Indonesia yang menyebutkan
bahwa nasionalisme adalah nasionalisme yang membuat manusia menjadi perkakasnya Tuhan
dan membuat manusia hidup dalam roh (Yudi Latif, 2011: 68).

a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa Sejak zaman purbakala hingga pintu gerbang
kemerdekaan negara Indonesia, masyarakat Nusantara telah melewati ribuan tahun
pengaruh agama-agama lokal, yaitu sekitar 14 abad pengaruh Hindu dan Buddha, 7 abad
pengaruh Islam, dan 4 abad pengaruh Kristen.
b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab Nilai-nilai kemanusiaan dalam masyarakat
Indonesia dilahirkan dari perpaduan pengalaman bangsa Indonesia dalam menyejarah.
Bangsa Indonesia sejak dahulu dikenal sebagai bangsa maritim telah menjelajah
keberbagai penjuru Nusantara, bahkan dunia.
c. Sila Persatuan Indonesia. Kebangsaan Indonesia merefleksikan suatu kesatuan dalam
keragaman serta kebaruan dan kesilaman. Indonesia adalah bangsa majemuk paripurna
yang menakjubkan karena kemajemukan sosial, kultural, dan teritorial dapat menyatu
dalam suatu komunitas politik kebangsaan Indonesia.
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan. Demokrasi sebagai bentuk pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat memang merupakan fenomena baru di Indonesia, yang muncul
sebagai ikutan formasi negara republik Indonesia merdeka.
e. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia Masyarakat adil dan makmur adalah
impian kebahagian yang telah berkobar ratusan tahun lamanya dalam dada keyakinan
bangsa Indonesia. Impian kebahagian itu terpahat dalam ungkapan “Gemah ripah loh
jinawi, tata tentrem kerta raharja”. Demi impian masyarakat yang adil dan makmur.

1. Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Sistem Filsafat


Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Sistem Filsafat Sumber sosiologis Pancasila sebagai
sistem filsafat dapat diklasifikasikan ke dalam 2 kelompok. Kelompok pertama, masyarakat
awam yang memahami Pancasila sebagai sistem filsafat yang sudah dikenal masyarakat
Indonesia dalam bentuk pandangan hidup, Way of life yang terdapat dalam agama, adat istiadat,
dan budaya berbagai suku bangsa di Indonesia. Pancasila sebagai sistem filsafat, menurut
Notonagoro merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Artinya, sila-sila
Pancasila merupakan suatu kesatuan utuh yang yang saling terkait dan saling berhubungan secara
koheren. bentuk piramida yang bertingkat lima, sila Ketuhanan Yang Maha Esa berada di puncak
piramida dan sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia sebagai alas piramida.
Rumusan hierarkis piramidal itu dapat digambar sebagai berikut:
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjiwai dan meliputi sila Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin 160 oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia.
b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dijiwai dan diliputi oleh sila Ketuhanan
Yang Maha Esa, menjiwai dan meliputi sila Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
c. Sila Persatuan Indonesia dijiwai dan diliputi oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, menjiwai dan meliputi sila Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan dijiwai dan diliputi oleh sila Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, menjiwai dan
meliputi, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dijiwai dan diliputi oleh sila
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan (Kaelan, 2003: 60- 61).

1. Sumber Politis Pancasila sebagai Sistem Filsafat


Pada awalnya, Pancasila merupakan konsensus politik yang kemudian berkembang menjadi
sistem filsafat. Sumber politis Pancasila sebagai sistem filsafat dapat diklasifikasikan ke dalam
dua kelompok. Kelompok pertama, meliputi wacana politis tentang Pancasila sebagai sistem
filsafat pada sidang BPUPKI, sidang PPKI, dan kuliah umum Soekarno antara tahun 1958
dan1959, tentang pembahasan sila-sila Pancasila secara filosofis. Kelompok kedua, mencakup
berbagai argumen politis tentang Pancasila sebagai sistem filsafat yang disuarakan kembali di era
reformasi dalam pidato politik Habibie 1 Juni 2011.Wacana politis tentang Pancasila sebagai
sistem filsafat mengemuka ketika Soekarno melontarkan konsep Philosofische Grondslag, dasar
filsafat negara.Artinya, kedudukan Pancasila diletakkan sebagai dasar kerohanian bagi
penyelenggaran kehidupan bernegara di Indonesia. Soekarno dalam kuliah umum di Istana
Negara pada 22 Mei 1958 menegaskan tentang kedudukan Pancasila sebagai Weltanschauung
dapat mempersatukan bangsa Indonesia dan menyelamatkan negara Indonesia dari disintegrasi
bangsa (Soekarno, 2001: 65). Sumber politis Pancasila sebagai sistem filsafat berlaku juga atas
kesepakatan penggunaan simbol dalam kehidupan bernegara.Garuda Pancasila merupakan salah
satu simbol dalam kehidupan bernegara. Dalam pasal 35 Undang-Undang Dasar 1945 berbunyi
sebagai berikut. ”Bendera Negara Indonesia ialah sang merah putih”. Pasal 36, ”Bahasa Negara
ialah Bahasa Indonesia”. Pasal 36A, ”Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan
Bhineka Tunggal Ika”. Pasal 36B, ”Lagu kebangsaan Indonesia ialah Indonesia Raya”. Bendera
merah putih, Bahasa Indonesia, Garuda Pancasila, dan lagu Indonesia Raya, semuanya
merupakan simbol dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.

D. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Sistem


Filsafat
1. Dinamika Pancasila Sebgai Sistem Filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat mengalami dinamika sebagai berikut. Pada era pemerintahan
Soekarno, Pancasila sebagai sistem filsafat dikenal dengan istilah “Philosofische Grondslag”.
Gagasan tersebut merupakan perenungan filosofis Soekarno atas rencananya berdirinya negara
Indonesia merdeka. Ide tersebut dimaksudkan sebagai dasar kerohanian bagi penyelenggaraan
kehidupan bernegara. Ide tersebut ternyata mendapat sambutan yang positif dari berbagai
kalangan, terutama dalam sidang BPUPKI pertama, persisnya pada 1 Juni 1945. Pada era
Soeharto, kedudukan Pancasila sebagai sistem filsafat berkembang ke arah yang lebih praktis
(dalam hal ini istilah yang lebih tepat adalah weltanschauung). Artinya, filsafat Pancasila tidak
hanya bertujuan mencari kebenaran dan kebijaksanaan, tetapi juga digunakan sebagai pedoman
hidup sehari-hari. Atas dasar inilah, Soeharto mengembangkan sistem filsafat Pancasila menjadi
penataran P-4. Pada era reformasi, Pancasila sebagai sistem filsafat kurang terdengar
resonansinya. Namun, Pancasila sebagai sistem filsafat bergema dalam wacana akademik,
termasuk kritik dan renungan yang dilontarkan oleh Habibie dalam pidato 1 Juni 2011.

2. Tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat


Beberapa bentuk tantangan terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat muncul dalam bentuk-
bentuk sebagai berikut:
Pertama, kapitalisme, yaitu aliran yang meyakini bahwa kebebasan individual pemilik modal
untuk mengembangkan usahanya dalam rangka meraih keuntungan sebesar-besarnya merupakan
upaya untuk menyejahterakan masyarakat. Salah satu bentuk tantangan kapitalisme terhadap
Pancasilasebagai sistem filsafat ialah meletakkan kebebasan individual secara berlebihan
sehingga dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti monopoli, gaya hidup
konsumerisme, dan lain-lain.
Kedua, komunisme adalah sebuah paham yang muncul sebagai reaksi atas perkembangan
kapitalisme sebagai produk masyarakat liberal. Komunisme merupakan aliran yang meyakini
bahwa kepemilikan modal dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat secara merata. Salah
satu bentuk tantangan komunisme terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat ialah dominasi
negara yang berlebihan sehingga dapat menghilangkan peran rakyat dalam kehidupan bernegara.

E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat


1. Esensi (hakikat) Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Hakikat (esensi) Pancasila sebagai sistem filsafat terletak pada hal-hal sebagai berikut:
Pertama; hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa Tuhan
sebagai prinsip utama dalam kehidupan semua makhluk.
Kedua; hakikat sila kemanusiaan adalah manusia monopluralis, yang terdiri atas 3
monodualis, yaitu susunan kodrat (jiwa, raga), sifat kodrat (makhluk individu, sosial),
kedudukan kodrat (makhluk pribadi yang otonom dan makhluk tuhan) (Notonagoro).
Ketiga; hakikat sila persatuan terkait dengan semangat kebangsaan. Rasa kebangsaan
terwujud dalam bentuk cinta tanah air, yang dibedakan ke dalam 3 jenis, yaitu tanah air real,
tanah air formal, dan tanah air mental.
Keempat; hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah. Artinya, keputusan
yang diambil lebih didasarkan atas semangat musyawarah untuk mufakat, bukan membenarkan
begitu saja pendapat mayoritas tanpa peduli pendapat minoritas.
Kelima; hakikat sila keadilan terwujud dalam tiga aspek, yaitu keadilan distributif, legal,
dan komutatif.

2. Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat


Hal-hal penting yang sangat urgen bagi pengembangan Pancasila sebagai sistem filsafat
meliputi hal-hal sebagai berikut:
Pertama, meletakkan Pancasila sebagai sistem filsafat dapat memulihkan harga diri bangsa
Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dalam politik, yuridis, dan juga merdeka dalam
mengemukakan ide-ide pemikirannya untuk kemajuan bangsa, baik secara materiil maupun
spiritual.
Kedua, Pancasila sebagai sistem filsafat membangun alam pemikiran yang berakar dari nilai-
nilai budaya bangsa Indonesia sendiri sehingga mampu dalam menghadapi berbagai ideologi
dunia.
Ketiga, Pancasila sebagai sistem filsafat dapat menjadi dasar pijakan untuk menghadapi
tantangan globalisasi yang dapat melunturkan semangat kebangsaan dan melemahkan sendi-
sendi perekonomian yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat banyak.

Keempat, Pancasila sebagai sistem filsafat dapat menjadi way of life sekaligus way of
thinking bangsa Indonesia untuk menjaga keseimbangan dan konsistensi antara tindakan dan
pemikiran.

Anda mungkin juga menyukai