Anda di halaman 1dari 15

LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID

LAPORAN EVALUASI SEDIAAN


TABLET DAN SERBUK

OLEH :

NAMA : AGUNG BATARA SURYA


NIM : NH0519003
KELAS : FARMASI A(2019)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti telah diketahui dari sediaan obat yang beredar dan digunakan,
tablet merupakan sediaan obat yang lebih disukai oleh para dokter maupun
pasien, dibandingkan dengan bentuk sediaan lain. Hal ini disebabkan karena
disamping mudah cara pembuatan dan penggunaannya, dosisnya lebih
terjamin, relatif stabil dalam penyimpanan karena tidak mudah teroksidasi
oleh udara, transportasi dan distribusinya tidak sulit sehingga mudah sampai
kepada pemakai. Secara ekonomis, sediaan ini relatif lebih murah harganya,
memberikan dosis yang tepat dari segi kimianya, bentuknya kompak dan
mudah transportasinya, memberikan kestabilan pada unsur-unsur aktifnya.
Tablet merupakan sediaan padat yang biasanya dibuat secara kempa
cetak, berbentuk rata dan atau cembung rangkap, umumnya bulat,
mengandung satu jenis bahan obat atau lebih dengan penambahan bahan
tambahan farmasetika yang sesuai (Ansel, 1994 ; Depkes RI 1995).
Tablet harus melepaskan zat berkhasiat kedalam tubuh dalam jumlah
yang tepat dan menimbulkan efek yang diinginkan (Lachman, 1986). Tablet
hanya memberikan efek yang diinginkan jika memiliki mutu yang baik.
Untuk menghasilkan tablet dengan mutu yang baik dan memenuhi
persyaratan, pemilihan dan kombinasi bahan pembantu memegang peranan
yang sangat penting dalam proses pembuatannya.

B. Maksud Praktikum
Maksud pada praktikum ini yaitu menjelaskan tata cara pelaksanaan
praktikum teknologi sediaan solid dalam bentuk tablet menggunakan
granulasi basah.
C. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu mampu melakukan evaluasi serbuk,
granul, tablet dan menganalisa penyimpangan yang terjadi selama pembuatan
tablet.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tablet
Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung substansi obat
dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya, dapat
diklasifikasikan sebagai tablet atau tablet kompresi. (USP 26, Hal 2406).
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, tablet adalah sediaan padat
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet berbentuk
kapsul umumnya disebut kaplet. Bolus adalah tablet besar yang digunakan
untuk obat hewan besar. (Ilmu Resep, Hal 165).
Bentuk tablet umumnya berbentuk cakram pipih / gepeng, bundar,
segitiga, lonjong dan sebagainya. Bentuk khusus ini dimaksudkan untuk
menghindari / mencegah / menyulitkan pemalsuan dan agar mudah dikenal
orang. Warna tablet umumnya putih. Tablet yang berwarna kemungkinan
karena zat aktifnya berwarna, tetapi ada tablet yang sengaja diberikan warna
dengan maksud agar tablet lebih menarik, mencegah pemalsuan,
membedakan tablet yang satu dengan tablet yang lain.
Etiket pada tablet harus mencantumkan nama tablet / zat aktif yang
terkandung, jumlah zat aktif ( zat berkhasiat ) tiap tablet.

B. Komponen Tablet
Komponen / formulasi tablet kempa terdiri dari zat aktif, bahan
pengisi, bahan pengikat, desintegran, dan lubrikan, dapat juga mengandung
bahan pewarna yang diizinkan, bahan pengaroma dan bahan pemanis.
1. Zat aktif harus memenuhi syarat yang ditentukan Farmakope
Indonesia.
2. Bahan excipient / bahan tambahan
a. Bahan pengisi (diluent) berfungsi untuk memperbesar volume
massa agar mudah dicetak atau dibuat. Bahan pengisi ditambahkan
jika zat aktifnya sedikit atau sulit dikempa. Misalnya laktosa, pati,
kalsium fosfat dibase, dan selulosa mikrokristal
b. Bahan pengikat (binder) berfungsi memberikan daya adhesi pada
massa serbuk sewaktu granulasi serta menambah daya kohesi pada
bahan pengisi misalnya gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon,
metilselulosa, CMC, pasta pati terhidrolisa, selulosa mikrokristal.
c. Bahan penghancur/pengembang (desintegran) berfungsi membantu
hancurnya tablet setelah ditelan. Misalnya pati, pati dan selulosa
yang termodifikasi secara kimia, asam alginat, selulosa
mikrokristal dan povidon sambung-silang.
d. Bahan pelicin (lubrikan/lubricant) berfungsi mengurangi gesekan
selama proses pengempaan tablet dan juga berguna untuk
mencegah massa tablet melekat pada cetakan. Misalnya senyawa
asam stearat dengan logam, asam stearat, minyak nabati
terhidrogenasi dan talk. Umumnya lubrikan bersifat hidrofobik,
sehingga dapat menurunkan kecepatan desintegrasi dan disolusi
tablet. Oleh karena itu kadar lubrikan yang berlebih harus
dihindari. PEG dan garam Lauril sulfat dapat digunakan tetapi
kurang memberikan daya lubrikasi yang optimal dan perlu kadar
yang lebih tinggi.
e. Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan
mengalirnya serbuk, umumnya digunakan dalam kempa langsung
tanpa proses granulasi. Misalnya Silika pirogenik koloidal.
f. Bahan penyalut (coating agent)
3. Ajuvans
a. Bahan pewarna (colour) berfungsi meningkatkan nilai estetika atau
untuk identitas produk. Misalnya zat pewarna dari tumbuhan.
b. Bahan pengharum (flavour) berfungsi menutupi rasa dan bau zat
khasiat yang tidak enak (tablet isap Penisillin), biasanya digunakan
untuk tablet yang penggunaannya lama di mulut. Misalnya
macammacam minyak atsiri.

C. Metode Pembuatan Tablet


Bahan obat dan zat-zat tambahan umumnya berupa serbuk, tidak
dapat langsung dicampur dan kemudian dicetak menjadi tablet, karena akan
ambyar dan memudahkan pecahnya tablet. Campuran serbuk itu harus diubah
menjadi granul-granul, yaitu kumpulan serbuk dengan volume lebih besar
yang melekat satu dengan lain. Cara mengubah serbuk menjadi granul ini
disebut granulasi . Tujuan granulasi adalah sebagai berikut :
1. Supaya sifat alirnya baik (free-flowing) : granul dengan volume tertentu
dapat mengalir teratur dalam jumlah yang sama ke dalam mesin pencetak
tablet.
2. Ruang udara dalam bentuk granul jumlahnya lebih kecil jika dibanding
bentuk serbuk jika diukur dalam volume yang sama. Makin banyak
udaranya, tablet makin mudah pecah.
3. Pada saat dicetak, tidak mudah melekat pada stempel (punch) dan mudah
lepas dari matris (die).
Granul-granul yang dibentuk masih diperbolehkan mengandung
butiran-butiran serbuk lembut/halus (fines) antara 10% – 20% yang
bermanfaat untuk memperbaiki sifat alirnya (free-flowing).
Cara pembuatan tablet dibagi menjadi 3 cara yaitu granulasi basah,
granulasi kering (mesin rol atau mesin slag) dan kempa langsung. Tujuan
granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran
dan atau kemampuan kempa.
a. Granulasi Basah
Granulasi Basah, yaitu memproses campuran partikel zat
aktif dan eksipient menjadi partikel yang lebih besar dengan
menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga
terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya
digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas.
Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat
aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode
granulasi basah adalah membasahi massa tablet dengan larutan
pengikat tertentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula,
kemudian massa basah tersebut digranulasi.
Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat
serbuk dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan, teknik
ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang mengandung
pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat
juga bahan tersebut dimasukan kering ke dalam campuran serbuk
dan cairan dimasukan terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki
peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk di
antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah
cairan yang ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan
tekanan kapiler paling penting pada awal pembentukan granul, bila
cairan sudah ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampai tercapai
dispersi yang merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja, jika
sudah diperoleh massa basah atau lembab maka massa dilewatkan
pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling atau
oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas
permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat.
Setelah pengeringan granul diayak kembali, ukuran ayakan
tergantung pada alat penghancur yang digunakan dan ukuran tablet
yang akan dibuat.
Cara granulasi basah menghasilkan tablet yang lebih baik
dan dapat disimpan lama dibanding cara granulasi kering.
b. Granulasi Kering
Granulasi Kering disebut juga slugging, yaitu memproses
partikel zat aktif dan eksipient dengan mengempa campuran bahan
kering menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk
menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk
semula (granul). Prinsip dari metode ini adalah membuat granul
secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya
didapat melalui gaya. Teknik ini yang cukup baik, digunakan untuk
zat aktif yang memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi untuk
dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap pemanasan
dan kelembaban.
Pada proses ini, komponen–komponen tablet dikempakan
dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikempakan
dengan punch sehingga diperoleh massa yang disebut slug,
prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian
diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang daya
mengalirnya lebih baik dari campuran awal. Bila slug yang didapat
belum memuaskan maka proses diatas dapat diulang.
Dalam jumlah besar granulasi kering dapat juga dilakukan
pada mesin khusus yang disebut roller compactor yang memiliki
kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor
memakai dua penggiling yang putarannya saling berlawanan satu
dengan yang lainnya, dan dengan bantuan teknik hidrolik pada salah
satu penggiling mesin ini mampu menghasilkan tekanan tertentu
pada bahan serbuk yang mengalir diantara penggiling.
Metode ini digunakan jika kandungan zat aktif dalam tablet
tinggi, zat aktif susah mengalir dan zat aktif sensitif terhadap panas
dan lembab. Keuntungan, tidak diperlukan panas dan kelembaban
dalam proses granulasi kering ini serta penggunaan alatnya lebih
sederhana sedangkan kerugiannya menghasilkan tablet yang kurang
tahan lama dibanding dengan cara granulasi basah.
c. Metode Kempa Langsung
Metode Kempa Langsung, yaitu pembuatan tablet dengan
mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipient kering tanpa
melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini merupakan
metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun
hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya,
serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Ada
beberapa zat berbentuk kristal seperti NaCl, NaBr dan KCl yang
mungkin langsung dikempa, tetapi sebagian besar zat aktif tidak
mudah untuk langsung dikempa, selain itu zat aktif tunggal yang
langsung dikempa untuk dijadikan tablet kebanyakan sulit untuk
pecah jika terkena air (cairan tubuh). secara umum sifat zat aktif
yang cocok untuk metode kempa langsung adalah; alirannya baik,
kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal, dan mampu menciptakan
adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet

D. Pemeriksaan Sifat Fisik Serbuk dan Granul


Beberapa uji yang biasa digunakan untuk mengetahui sifat fisik serbuk
dan granul, yaitu :
1. Pengujian Ukuran Partikel
Uji Ukuran Partikel ditentukan dengan menggunakan alat sieving
analyzer dengan cara :
a. Susun saringan kawat (pengayak) pada alat Shaker Mekanik dengan
wadah terletak paling bawah.
b. Susunan dimulai dari bawah ke atas, dimana ayakan dengan jumlah
lubang yang paling banyak terletak pada susunan paling bawah,
semakin ke atas jumlah lubangnya semakin sedikit.
c. Setelah ayakan tersusun sebanyak 5 buah, masukkan bahan
padat/serbuk ke dalam ayakan paling atas.
d. Tutup ayakan paling atas dengan penutup dan pastikan alat tertutup
dengan erat dan pengayak tersusun kuat satu sama lainnya.
e. Pastikan susunan ayakan terkunci pada Shaker Mekanik, sehingga
tidak terlepas pada saat shaker bekerja.
f. Atur waktunya, lalu nyalakan mesinnya.
g. Keluarkan hasil ayakan pada masing-masing pengayak, lalu timbang.
h. Catat hasilnya dan buat grafik ukuran partikel di kertas grafik.
2. Pengujian kadar air
Uji kadar air ditentukan dengan menimbang granul dalam keadaan
basah dan setelah kering. Kadar air dinyatakan sebagai %susut
pengeringan dan %kadar uap. Kadarnya sekitar 2% - 3%.
Alat yang digunakan untuk pengujian kadar air yaitu timbangan analitik,
botol timbang dan oven.
3. Uji sifat alir/sudut diam (Angle of Repose)
Untuk menentukan sifat aliran dilakukan dengan menggunakan
flowrate tester. Uji sudut kemiringan yang ditunjukan jika suatu zat
berupa serbuk mengalir bebas dari corong keatas suatu dasar membentuk
kerucut yang sudut kemiringannya diukur, semakin datar kerucut, artinya
sudut kemiringan semakin kecil, maka sifat aliran serbuk semakin baik
untuk sebagian besar produk farmasi memiliki kemiringan dengan range
25o – 30o.
4. Pengujian komperbilitas
Merupakan penurunan volume sejumlah granul atau serbuk akibat
hentakan (tapped) dan getaran (vibration). Semakin kecil indeks
pengetapan (dalam %), semakin baik sifat alirnya. Granul dengan indeks
pengetapan kurang dari 20%, maka akan mempunyai sifat alir yang makin
baik pula (Fessihi dan Kanfer, 1986). Pengujian ini dilakukan dengan
menggunakan gelas ukur

E. Cara Pengujian Tablet


1. Sifat dan Kualitas
Bentuk dan garis tengah ditentukan oleh punch dan die yang
digunakan mengkompressi (menekan) tablet. Bila punchnya kurang
cembung maka tablet yang dihasilkan lebih datar, sebaliknya semakin
cekung punch semakin cembung tablet yang dihasilkan. Dibagi dua atau
empat bagian sehingga mudah dipotong potong secara tepat untuk klien.
Ketebalan tablet dipengaruhi oleh ketebalan obat yang dapat diisikan
dalam cetakan dalam jumlah tekanan waktu dilakukan kompressi.
Termasuk dalam hal ini, diameter tablet, tebal tablet, kekerasan tablet,
waktu hancur tablet, keseragaman dan isi/kandungan dan untuk beberapa
tablet dan kelarutan tablet. Faktor faktor ini harus diperiksa dan
diproduksi satu batch tablet seperti juga dilakukan dari suatu batch
produksi kebatch produksi berikutnya untuk menjamin keseragaman
bukan hanya penampilan saja tapi efek terapinya.
2. Keseragaman Bobot
Jumlah bahan yang diisikan kedalam cetakan dengan jalan ditekan
akan menentukan berat tablet yang dihasilkan. Volume bahan yang
diisikan (granul/serbuk) yang mungkin masuk dalam cetakan harus
disesuaikan dengan bobot tablet yang diharapkan.
Sebenarnya bobot tablet yang diproduksi tidak hanya tergantung
volume dan berat bahan yang diisikan tapi juga tergantung pada garis
tengah cetakan dan tekanan pada bahan yang diisikan waktu ditekan
(kompressi).
3. Keseragaman Ukuran
Untuk mendapatkan tablet yang seragam tebal dan diameternya
selama produksi dan diantara produksi untuk formula yang sama, harus
dilakukan pengawasan supaya volume bahan yang diisikan dan tekanan
yang diberikan. Tablet diukur dengan jangka sorong selama proses
produksi, agar yakin ketebalannya sudah seragam. Maka berbedanya
ketebalan tablet lebih dipengaruhi oleh ukuran cetakan dan bahan yang
dapat dimasukan dari pada tekanan yang diberikan.
4. Kekerasan Tablet
Pengukuran kekerasan tablet digunakan untuk mengetahui
kekerasannya, agar tablet tidak terlalu rapuh atau terlalu keras.
Kekerasan tablet ini erat hubungannya dengan ketebalan tablet,
bobot tablet dan waktu hancur tablet. Umumnya semakin besar tekanan
semakin keras tablet yang dihasilkan, walaupun sifat dari granul
menentukan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet harus cukup keras
untuk tahan pecah waktu dikemas, dikirim dan waktu ditangani secara
normal, tapi juga tablet ini akan cukup lunak untuk melarut atau hancur
dengan sempurna begitu digunakan atau dapat dipatahkan diantara jarijari
bila memang tablet ini perlu dibagi untuk pemakaiannya.
Dalam bidang industri kekuatan tekanan minimum yang sesuai
untuk tablet adalah 4 kg/cm2. Penentuan kekerasan tablet ditetapkan
waktu produksi supaya penyesuaian tekanan yang dibutuhkan dapat diatur
pada peralatannya. Alat lain untuk menentukan kekerasan tablet ini
dengan memakai sebuah Hardnees Tester. Ketahanan terhadap kehilangan
berat, menunjukan tablet tersebut untuk bertahan terhadap goresan
ringan/kerusakan dan penanganan, pengemasan dan penglepasan.
5. Waktu Hancur Tablet
Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu
hancur yang tertera dalam masing-masing monografi, kecuali pada etiket
dinyatakan bahwa tablet atau kapsul digunakan sebagai tablet isap atau
dikunyah atau dirancang untuk pelepasan kandungan obat secara bertahap
dalam jangka waktu tertentu atau melepaskan obat dalam dua periode
berbeda atau lebih dengan jarak waktu yang jelas di antara periode
pelepasan tersebut. Tetapkan jenis sediaan yang akan diuji dari etiket serta
dari pengamatan dan gunakan prosedur yang tepat untuk 6 unit sediaan
atau lebih. Alat yang digunakan yaitu Desintegrator Tester.
Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan
aktifnya terlarut sempurna. Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila sisa
sediaan yang tertinggal pada tabung alat uji merupakan masa lunak yang
tidak mempunyai inti yang jelas, kecuali bagian dari penyalut atau
cangkang kapsul yang tidak larut.
6. Keregasan Tablet
Pengujian digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet
terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman.
Keregasan tablet diukur dengan friabilator. Prinsipnya adalah
menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam
friabilator selama waktu tertentu. Pada proses pengukuran friabilitas, alat
diputar dengan kecepatan 50 putaran per menit dan waktu yang digunakan
adalah 4 menit, Jadi total ada 200 putaran. Umumnya tablet yang
bobotnya lebih dari 650 mg per tablet dibutuhkan sekitar 10 tablet untuk
pengujian keregasan. Kehilangan berat atau bobot tablet maksimum yang
memenuhi syarat tidak lebih atau sama dengan 1%. (Lieberman, 1990).
7. Uji Keseragaman Kandungan
Penetapan kadar zat aktif bertujuan untuk mengetahui apakah
kadar zat aktif yang terkandung di dalam suatu sediaan sesuai dengan
yang tertera pada etiket dan memenuhi syarat seperti yang tertera pada
masing-masing monografi. Bila zat aktif obat tidak memenuhi syarat
maka obat tersebut tidak akan memberikan efek terapi dan juga tidak
layak untuk dikonsumsi.
8. Disolusi Tablet
Dalam USP cara pengujian disolusi tablet dan kapsul dinyatakan
dalam masing masing monografi obat. Pengujian merupakan alat yang
objektif dalam menentukan sifat disolusi suatu obat yang berada dalam
sediaan padat. Karena absorpsi dan kemampuan obat berada dalam tubuh
dan tergantung pada adanya obat dalam keadaan melarut, karakteristik
disolusi biasa merupakan sifat yang penting dari produk obat yang
memuaskan.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penulisan laporan ini yaitu tablet adalah
sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Cara
pembuatan tablet dibagi menjadi 3 cara yaitu granulasi basah, granulasi
kering (mesin rol atau mesin slag) dan kempa langsung. Tujuan granulasi
basah dan kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan atau
kemampuan kempa. Beberapa uji yang biasa digunakan untuk mengetahui
sifat fisik serbuk dan granul, yaitu : Pengujian Ukuran Partikel, Pengujian
kadar air, Uji sifat alir/sudut diam (Angle of Repose), Pengujian
komperbilitas, Cara Pengujian Tablet dapat dilihat dari sifat dan kualitas,
keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kekerasan tablet, waktu hancur
tablet, keregasan tablet, uji keseragaman kandungan, dan disolusi tablet.

B. Saran
Saran yang dapat disampaikan adalah agar praktikan lebih lebih
memahami prosedur kerja pada praktikum gravimetric agar praktikum
berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Mohammad. 1990. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada


University Press.

Ansel, Howard.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV. Jakarta :


Universitas Indonesia (UI) press.

Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Jakarta :


Universitas Indonesia (UI) press.

Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 1998. ISO Indonesia. Volume 32. Jakarta : PT.
Anem Kosong Anem.

Jumain & Stevani H., 2011. Penuntun Praktikum Teknologi Farmasi. Jurusan
Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar : Makassar

Kasim, Fauzi. 2011. Penuntun Praktikum Sediaan Solid. Fakultas MIPA Jurusan
Farmasi Institut Sains Teknologi Nasional : Jakarta

Reynold, James E F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia. Twenty Eight


edition. London : The Pharmaseutical Press.

Tjay, Tan Hoan,dkk. 2003. Obat-Obat Penting. Jakarta : Gramedia. Waide,


Ainley, and Waller, Paul J. 1994. Handbook of Pharmaseutical Exipients.
Second edition.

Washington : American Pharmaseutical Association

Anda mungkin juga menyukai