Anda di halaman 1dari 11

Model Perilaku Konsumen dalam Perspektif Teori dan Empiris pada Jasa Pariwisata

Model Perilaku Konsumen dalam Perspektif Teori


dan Empiris pada Jasa Pariwisata
Sudarmiatin
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang

Abstract: The consumer behavior is an act to get and to consume goods and services, included its preview-
ing and following process. Some models of consumer behavior have been suggested by experts to be more
oriented of goods. Buying service behavior is a rather different than consumer behavior to buy goods. If
compared with goods, consumer’s evaluation of service is more subjective, because the characteristic of
services are abstract and there is no grace between produce and consume period. The result of a research
about consumer behavior in visiting tourism object refers that the roles of consumer’s image are very
dominant in impacted their behavior. In other subject, consumer behavior in buying product more domi-
nant impacted by four component of Marketing Mix those are product, price, place and promotion.

Keyword: consumer behavior, tourism service.

Konsumen adalah orang atau organisasi yang membeli konsumsi. Pada saat jasa itu diproduksi maka pada
barang atau jasa untuk dikonsumsi atau dijual kembali saat yang sama jasa tersebut dikonsumsi.
atau diolah menjadi barang lain lebih lanjut. Dengan Beberapa model perilaku konsumen yang dike-
demikian yang disebut konsumen tidak hanya meliputi mukakan oleh para penulis lebih banyak berorientasi
konsumen akhir, tetapi juga konsumen antara dan pada produk barang. Dengan demikian untuk
konsumen industri. Untuk mencapai tujuannya setiap mempelajari perilaku konsumen pada perusahaan jasa
perusahaan baik dagang, jasa maupun industri sudah seyogyanya mempertimbangkan pula hasil penelitian
tentu memerlukan kehadiran konsumen. Bahkan untuk yang sudah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Perusa-
mencapai tujuan tersebut, para pelaku bisnis rela haan dengan segmen konsumen yang berbeda, maka
mengeluarkan biaya besar untuk menarik perhatian berbeda pula strategi pemasaran yang digunakan.
konsumen seperti melakukan promosi dan riset kon- Sebagaimana dikemukakan oleh Kotler (1997) bahwa
sumen dalam rangka menyusun strategi pemasaran segmentasi konsumen dapat dikelompokkan berdasar-
yang tepat. kan demografi, psykhografis, geografis dan perilaku.
Perilaku konsumen dalam membeli jasa (terma- Segmentasi demografi membagi konsumen berdasar-
suk di dalamnya jasa pariwisata) sedikit berbeda kan usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, status
dengan perilaku konsumen dalam membeli produk perkawinan, pendapatan, agama dan kebangsaan.
barang. Bila dibandingkan dengan produk barang, Faktor demografi ini merupakan dasar yang paling
maka penilaian konsumen terhadap jasa cenderung populer dalam mengklasifikasi konsumen. Salah satu
lebih subjektif. Sebab karakteristik jasa bersifat alasannya adalah bahwa kebutuhan dan keinginan
abstrak, tidak bisa dilihat secara kasad mata dan tidak konsumen biasanya berhubungan erat dengan varia-
ada tenggang waktu antara masa produksi dan masa bel-variabel demografi. Segmentasi geografi mem-
bagi konsumen berdasarkan kelas sosial, gaya hidup
dan karakteristik kepribadian. Segmentasi geografis
membagi konsumen berdasarkan pemukiman, kota,
Alamat Korespondensi: kabupaten, propinsi dan negara. Sedangkan segmen-
Sudarmiatin, Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universi- tasi perilaku membagi konsumen berdasarkan
tas Negeri Malang Jl. Surabaya 6 Malang
pengetahuan, sikap dan tanggapan terhadap suatu

ISSN: 0853-7283 1 1
Sudarmiatin

produk. Banyak orang percaya bahwa variabel perila- Selain para pemasar maka lembaga pendidikan,
ku merupakan gagasan awal yang paling baik untuk lembaga sosial dan pemerintah juga perlu mengetahui
membangun segmen pasar. Pengetahuan tentang seg- perilaku konsumen. Yayasan Lembaga Konsumen
mentasi pasar ini sangat membantu pemasar dalam Indonesia (YLKI) adalah salah satu lembaga sosial
menyusun strategi pemasaran yang digunakan. yang kegiatan utamanya mendidik dan melindungi
konsumen dari praktek-praktek bisnis yang merugikan
PENGERTIAN DAN PENTINGNYA PERI- konsumen. YLKI bermaksud untuk membantu konsu-
LAKU KONSUMEN men dalam memilih produk baik berbentuk barang
atau jasa dengan benar, terhindar dari penipuan serta
Agar memperoleh gambaran yang jelas tentang
menjadi konsumen yang bijaksana. YLKI berusaha
perilaku konsumen, berikut akan dikemukakan definisi
mendidik konsumen dengan memberikan informasi
perilaku konsumen menurut beberapa penulis.
yang sebanyak-banyaknya dan sebenar-benarnya
Hawkins (1998) mengemukakan bahwa perilaku
mengenai barang dan jasa. Dengan informasi yang
konsumen (consumer behavior) adalah studi terha-
lengkap maka konsumen dapat melakukan pilihan
dap individu, kelompok atau organisasi dan proses
yang terbaik buat dirinya. Di samping itu YLKI juga
yang mereka gunakan untuk memilih, mengamankan,
berperan sebagai mediator antara konsumen dengan
menggunakan dan menentukan produk, service,
perusahaan atau lembaga pemerintah. Konsumen
pengalaman atau ide untuk memuaskan kebutuhan
yang dirugikan oleh perusahaan sebagai akibat pembe-
dan dampak proses tersebut pada konsumen atau
lian barang atau jasa, sering mengadukan keluhannya
masyarakat. Engel (1995) menyatakan bahwa perila-
kepada YLKI. YLKI menyalurkan keluhan konsu-
ku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat
men tersebut kepada pihak yang terkait, sehingga
untuk mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabis-
permasalahan dapat diselesaikan dengan baik. Pada
kan produk dan jasa, termasuk proses yang mendahu-
era reformasi, peran YLKI semakin terasa sebagai
lui dan mengikuti tindakan ini.Dari berbagai definisi
lembaga yang mewakili kepentingan konsumen.
tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa
Misalnya YLKI sering memberikan masukan ketika
(1) Perilaku konsumen menyoroti perilaku baik indivi-
PDAM atau PLN akan menaikan tarif.
du maupun rumah tangga. (2) Inti dari perilaku konsu-
Di samping, lembaga sosial, maka pemerintah
men adalah proses pengambilan keputusan pembelian
juga berkepentingan dengan konsumen. Konsumen
barang atau jasa (3) Tujuan mempelajari perilaku
Indonesia yang sebagian besar beragama Islam mem-
konsumen adalah untuk menyusun strategi pemasaran
butuhkan makanan dan minuman yang halal. Konsu-
yang berhasil.
men tidak memiliki kemampuan untuk menilai apakah
Para pemasar wajib memahami keragaman
suatu produk makanan atau minuman yang akan
perilaku konsumen agar mampu memasarkan produk-
dibelinya halal atau tidak. Dalam situasi seperti ini
nya dengan baik. Di samping itu, para pemasar juga
maka pemerintah melalui kebijakan publik dan per-
perlu memahami mengapa dan bagaimana konsumen
undangan harus melakukan intervensi untuk melin-
mengambil keputusan membeli, sehingga pemasar
dungi konsumen dari praktik-praktik bisnis yang
dapat merancang strategi pemasaran dengan lebih
merugikan. Pemerintah berwenang untuk memeriksa
baik. Pemasar yang mengerti perilaku konsumen akan
pabrik makanan atau minuman dan memberikan peni-
mampu memperkirakan bagaimana kecenderungan
laian apakah produk yang dihasilkan memenuhi syarat
konsumen untuk bereaksi terhadap informasi yang
sehingga mampu menjamin keamanan pangan.
diterimanya. Dengan demikian pemasar yang mema-
Undang-undang pangan yang telah diberlakukan
hami perilaku konsumen akan mampu mempengaruhi
Pemerintah bukan saja melindungi konsumen secara
konsumen dalam memilih produk dan merk yang akan
fisik tetapi juga psikis. Undang-undang Pangan melin-
dibeli. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
dungi konsumen dari pangan yang tidak aman bagi
pemahaman terhadap perilaku konsumen akan
fisik konsumen, juga memberikan jaminan akan keha-
meningkatkan kemampuan pemasar dalam bersaing
lalan produk bagi konsumen yang beragama Islam.
dengan produk lain yang sejenis.
Konsumen yang merasa puas dengan produk yang

2 JURNAL EKONOMI
Nama Orang
BISNIS | TAHUN 14 | NOMOR 1 | MARET 2009
Model Perilaku Konsumen dalam Perspektif Teori dan Empiris pada Jasa Pariwisata

dikonsumsinya bukan saja menguntungkan konsumen Pada Gambar 1 di atas dijelaskan bahwa terdapat
sendiri, tetapi kepuasan ini juga akan berdampak positip tiga faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen
bagi produsen. Konsumen yang puas akan membeli dalam membeli barang/jasa yaitu (1) Konsumen indi-
dan mengkonsumsi lagi produk yang pernah dibelinya. vidual, (2) lingkungan dan (3) penerapan strategi
Bagi produsen tindakan konsumen tersebut akan pemasaran. Faktor pertama konsumen individual
menaikkan omzet penjualan dan perusahaan akan artinya bahwa pilihan untuk membeli barang/jasa
meningkatkan jumlah produksinya untuk meraih dipengaruhi oleh hal-hal yang ada pada diri konsumen
keuntungan yang lebih besar. seperti kebutuhan, persepsi, sikap, kondisi geografis,
gaya hidup dan karakteristik kepribadian individu.
MODEL PERILAKU KONSUMEN Faktor kedua, yaitu lingkungan artinya bahwa
Banyak faktor yang mempengaruhi konsumen pilihan konsumen terhadap barang/jasa dipengaruhi
dalam membeli barang atau jasa. Faktor-faktor terse- oleh lingkungan yang mengitarinya. Ketika konsumen
but sangat bervariasi tergantung dari sudut mana membeli barang/jasa mereka didasari oleh banyak
pemasar menilai. Teori yang mempelajari tentang pertimbangan misalnya karena meniru temannya,
berbagai faktor yang mempengaruhi konsumen dalam karena tetangganya telah membeli lebih dulu, dan
membeli barang atau jasa inilah yang disebut sebagai sebagainya. Dengan demikian, interaksi sosial yang
model perilaku konsumen. Terdapat banyak model dilakukan oleh seseorang akan turut mempengaruhi
perilaku konsumen, beberapa diantaranya adalah pilihan produk yang akan dibeli.
sebagai berikut: Faktor ketiga, yaitu penerapan strategi pema-
saran ini merupakan stimuli pemasaran yang diken-
dalikan oleh pemasar/pelaku bisnis. Dalam hal ini
Model Perilaku Konsumen dari Assael (1992).
pemasar berusaha mempengaruhi konsumen dengan
Menurut Assael ada tiga faktor yang mempe- menggunakan stimuli pemasaran seperti iklan, dan
ngaruhi konsumen dalam membuat keputusan pembe- sejenisnya agar konsumen bersedia memilih produk
lian yaitu konsumen individu, lingkungan dan pene- yang ditawarkan. Strategi pemasaran yang lazim
rapan strategi pemasaran. Selengkapnya dapat dilihat dikembangkan oleh pemasar biasanya berhubungan
pada gambar berikut ini. dengan produk yang ditawarkan, harga jual produknya,

Konsumen
Individu

Pengaruh Pembuatan
Lingkungan Keputusan Tanggapan
Konsumen Konsumen

Penerapan
Strategi
Pemasaran

Umpan balik bagi pemasar

Gambar 1. Model Perilaku Konsumen menurut Assael


(Sumber: Assael, 1992)

ISSN: 0853-7283 3
Sudarmiatin

strategi pemasaran yang dilakukan dan dan bagaimana pembelian berulang. Bahkan lebih jauh dari itu konsu-
pemasar melakukan distribusi produk kepada konsu- men yang merasa puas akan menyampaikan kepuas-
men. Strategi pemasaran tersebut biasa disebut bauran annya itu kepada orang lain, dan inilah yang disebut
pemasaran (Marketing Mix). Marketing mix adalah sebagai pengaruh dari mulut ke mulut (word of mouth
elemen pengendalian organisasi yang dapat memberi- communication).
kan kepuasan atau sebagai sarana komunikasi dengan Hawkins (1998) mengemukakan bahwa model
konsumen. Marketing Mix tradisional terdiri dari 4P perilaku konsumen dapat digambarkan sebagai berikut:
yaitu product, price, place dan promotion. Bila Dari Gambar 2 tersebut terlihat bahwa faktor-
strategi marketing mix ini diaplikasikan ke bidang jasa, faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsu-
maka perlu mengalami beberapa modifikasi. Oleh men terdiri dari (1) faktor internal dan (2) faktor
karena karakteristik jasa biasanya diproduksi dan eksternal. Faktor internal ini dapat dirinci lagi dalam
dikonsumsi secara simultan (bersama-sama), maka persepsi, belajar, motivasi, sikap, emosi, ingatan, dan
konsumen sering bertanya langsung kepada perusa- personality. Menurut Hawkins (1998) persepsi
haan tentang proses pemberian jasa tersebut. adalah model proses informasi yang berguna yang
Selanjutnya pemasar harus mengevaluasi strategi mempunyai empat langkah yaitu exposure, perhatian,
pemasaran yang dilakukan dengan melihat respon interpretasi, dan ingatan. Belajar adalah waktu yang
konsumen untuk memperbaiki strategi pemasaran di digunakan untuk menjelaskan proses informasi yang
masa depan. Sementara itu konsumen individual akan mana ingatan dan perilaku dirubah sebagai hasil dari
melakukan evaluasi pembelian yang telah dilakukan- proses informasi yang disadari maupun yang tidak
nya. Jika pembelian yang dilakukan mampu memenuhi disadari. Motivasi adalah sebuah pendirian yang
kebutuhan dan keinginannya, atau dengan kata lain mewakili sebuah kekuatan dari dalam yang tak dapat
mampu memuaskan apa yang dibutuhkan dan diingin- dilihat yang merangsang dan mendorong sebuah
kannya, maka di masa yang akan datang akan terjadi respon perilaku dan memberikan arah yang spesifik

EXTERNAL Experiences and Acquisitions


INFLUENCES
Culture SITUATIONS
Subculture
Demographics
Social Status
Problem Recognition
References Groups
Familiy
Marketing Activities
Information Search

SELF-CONCEPT
AND Alternatif Evaluation
LIFESTYLE and Selection

Outlet Selection and


INTERNAL Purchase
INFLUENCES
Perception
Learning Postpurchased processes
Memory
Motives SITUATIONS
Personality
Emotios
Attitudes
Experiences and Acquisitions

Gambar 2. Model Perilaku Konsumen menurut Hawkins


(Sumber: Hawkins, 1998)

4 JURNAL EKONOMI
Nama Orang
BISNIS | TAHUN 14 | NOMOR 1 | MARET 2009
Model Perilaku Konsumen dalam Perspektif Teori dan Empiris pada Jasa Pariwisata

pada respon tersebut. Dengan demikian, motivasi jenjang itu memiliki nilai, minat dan tingkah laku yang
merupakan dorongan kebutuhan dan keinginan sama. Sedangkan Hawkins (1998) menyatakan bah-
individu yang diarahkan pada tujuan untuk memperoleh wa kelas sosial adalah sebuah hierarkhi masyarakat
kepuasan menurut perbedaan yang relatif dan kelompok yang
Selanjutnya sikap adalah suatu proses kognitif, sama dengan menghormati sikap, nilai dan gaya hidup.
emosi, perceptual dan motivasi organisasi yang Subkultur adalah sebuah segmen dari budaya
berlangsung lama dengan menghormati beberapa yang lebih besar di mana pangsa anggota-anggotanya
aspek lingkungan kita. Emosi adalah kekuatan, pera- membedakan pola perilakunya. Kelompok etnis keba-
saan yang relatif tidak dapat dikontrol, yang mempe- nyakan dikelompokkan sebagai subkultur, di samping
ngaruhi perilaku. Selanjutnya, ingatan adalah total itu generasi, agama, dan daerah geografis dapat dijadi-
akumulasi pengalaman pembelajaran sebelumnya, kan dasat dari subkultur.
yang terdiri dari ingtan jangka pendek dan ingatan Anggota keluarga dapat memberikan pengaruh
jangka panjang. Personality yaitu sebuah kecende- yang kuat terhadap perilaku pembelian meskipun
rungan respon karakter individu yang berlaku pada setiap anggota keluarga memiliki selera dan keinginan
situasi yang similar. yang berbeda. Definisi keluarga menurut Hawkins
Faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku (1998) yaitu sebuah unit yang terdiri dari dua atau
pembelian konsumen terdiri dari kebudayaan, demo- lebih orang yang saling berhubungan, satu yang memi-
graphics, kelas sosial, subkultur, keluarga, referensi liki atau menyewa tempat tinggal. Biasanya dalam
kelompok, aktivitas marketing, pelayanan, fasilitas, melakukan pembelian, seringkali terjadi konflik di
dan promosi. Kebudayaan bersifat sangat luas yang dalam keluarga yang diakibatkan oleh adanya perilaku
mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian moral, yang berbeda oleh masing-masing anggota keluarga
hukum, adat istiadat dan lain-lain kemampuan serta dalam melakukan pembelian. Untuk itu seorang
kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai ang- pemasar perlu mengetahui anggota keluarga yang
gota masyarakat. Kebudayaan adalah simbol dan terlibat dalam proses pengambilan keputusan, menge-
fakta yang kompleks, yang diciptakan oleh manusia, tahui motyivasi dan ketertarikan konsumen.
diturunkan dari generasi ke generasi sebagai penentu Faktor yang menyebabkan perilaku pembelian
dan pengatur tingkah laku manusia dalam masyarakat seseorang bisa juga dipengaruhi oleh referensi kelom-
yang ada. Sedangkan Hawkins (1998) menyatakan pok. Referensi kelompok adalah kelompok sosial yang
kebudayaan adalah kompleksitas yang meliputi penge- menjadi ukuran seseorang (bukan anggota kelompok
tahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, kebiasaan tersebut) untuk membentuk kepribadian dan perilaku-
dan kemampuan lain yang diperoleh manusia sebagai nya. Sedangkan aktivitas marketing yaitu berbagai
anggota masyarakat. Dari kedua definisi di atas jelas upaya yang dilakukan oleh pemasar untuk dapat men-
bahwa kebudayaan itu berubah setiap saat sesuai jual barang atau jasa. Upaya tersebut antara lain bisa
dengan perkembangan perilaku masyarakat. Semen- berbentuk enetapan harga yang bersaing, penggunaan
tara itu demographics adalah menggambarkan sebuah media promosi, memberikan pelayanan yang me-
populasi suatu ukuran, distribusi dan struktur. Perilaku muaskan kepada pelanggan dan melengkapi fasilitas.
pembelian seseorang bisa dipengaruhi oleh umur, jenis Kotler (1997) mengemukakan bahwa pelayanan (ser-
pekerjaan, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan- vice) merupakan kegiatan atau manfaat yang dita-
nya. Dengan demikian seorang pemasar dituntut untuk warkan oleh pihak lain yang pada dasarnya tidak ber-
dapat mengkombinasikan keseluruhan variabel demo- wujud serta tidak menghasilkan kepemilikian sesuatu.
grafis untuk menentukan pasar sasaran dan mengem- Proses produksinya mungkin dan tidak mungkin juga
bangkan strategi pemasaran untuk meraih target dikaitkan dengan produk fisik. Sementara itu fasilitas
tertentu. merupakan segala sesuatu yang dapat memudahkan
Kotler (1997) mengemukakan bahwa kelas sosial berlangsungnya kegiatan tertentu dari suatu perusa-
yaitu suatu kelompok yang relatif homogen dan berta- haan. Untuk perhotelan kelengkapan fasilitas dapat
han lama dalam sebuah masyarakat yang tersusun menjadi daya tarik konsumen/pelanggan dalam
dalam sebuah urutan jenjang dan para anggota dalam memilih jasa penginapan. Promosi juga berperan

ISSN: 0853-7283 5
Sudarmiatin

banyak dalam menentukan masa depan perusahaan. Hasil Kajian Empiris


Dikenal banyak jenis promosi seperti periklanan, pen- Beberapa hasil penelitian tentang perilaku konsu-
jualan personal, hubungan masyarakat dan promosi men antara lain dilakukan oleh:
penjualan di mana keempat jenis promosi tersebut Sudarmiatin (2006) yang melakukan penelitian
sering disebut sebagai promotional mix. terhadap 200 wisatawan di Jawa Timur. Secara
Kotler (1997) mengemukakan model perilaku umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
konsumen sebagaimana Gambar 3. faktor-faktor yang mempengaruhi wisatawan berkun-
Dari Gambar 3 tersebut terlihat bahwa perilaku jung ke obyek wisata alam di Jawa Timur. Sedangkan
konsumen dalam membeli barang/jasa dipengaruhi

STIMULI STIMULI KARAK- PROSES KEPUTUSAN


PEMASAR LAIN TERISTIK KEPUTUSAN PEMBELI
AN PEMBELI PEMBELIAN

Produk Ekonomi Budaya Pengenalan Pilihan p roduk


Harga Teknologi Sosial Masalah Pilihan merek
Tempat Politik Pribadi Pilihan toko
Pro mosi Budaya Psikologis Pencarian Pilihan waktu
Informasi Pilihan jumlah

Evaluasi

Keputusan

Perilaku
purnabeli

Gambar 3: Model Perilaku Konsumen menurut Kotler


(Sumber: Philip Kotler, 1997)

oleh stimuli pemasaran, stimuli lain dan karakteristik secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk
konsumen. Dari ketiga stimuli itu kemudian terjadi menguji dan menganalisis (1) pengaruh atribut obyek
proses pembelian yang tahapannya meliputi penge- wisata alam terhadap image konsumen dan pengam-
nalan masalah, pencarian informasi, evaluasi, pengam- bilan keputusan berkunjung; (2) pengaruh promosi
bilan keputusan dan perilaku purnabeli. Sedangkan terhadap image konsumen dan pengambilan keputusan
keputusan membeli terdiri dari pilihan produk, merk, berkunjung; (3) pengaruh karakteristik individu terha-
toko, waktu dan jumlah. dap image konsumen dan pengambilan keputusan
Engel (1995) mengemukakan model perilaku berkunjung; (4) pengaruh image konsumen terhadap
konsumen sebagaimana Gambar 4. pengambilan keputusan berkunjung. Penelitian dilaku-
Pada Gambar 4 terlihat bahwa proses pembelian kan dengan pendekatan kuantitatif, sedangkan analisis
konsumen dimulai dari kesadaran adanya kebutuhan data dilakukan dengan teknik Structural Equation
(need recognition), kemudian pencarian informasi Modelling (SEM). Hasil penelitian menunjukkan
(information search), evaluasi alternatif menjelang bahwa (1) Atribut obyek wisata alam berpengaruh
pembelian (pre-purchase alternatif evaluation), positip dan signifikan terhadap image konsumen dan
pembelian (purchase), konsumsi (consumption), pengambilan keputusan berkunjung; (2) Promosi tidak
hasil yang berupa kepuasan (satisfaction) ataupun berpengaruh baik terhadap image konsumen maupun
ketidakpuasan (dissatisfaction). terhadap pengambilan keputusan berkunjung; (3) Ka-
rakteristik individu berpengaruh positip dan signifikan
terhadap image konsumen dan pengambilan keputusan

6 JURNAL EKONOMI
Nama Orang
BISNIS | TAHUN 14 | NOMOR 1 | MARET 2009
Model Perilaku Konsumen dalam Perspektif Teori dan Empiris pada Jasa Pariwisata

Kesadaran Envirinmental
Kebutuhan Influence :
STIMULI Exposure Internal - Culture
-Marketer search - Social Class
dominated - Personal
Search Influence
-Others Attention
- Family
- Situation
Comprehen Pre-
-sion Memory purchase
alternative
evaluation Individual
Indeference :
Acceptance
- Consumer
Purchase Resources
- Motivation
Retention
and
External Consumption involment
Search - Knowledge
- Attitudes
Outcomes - Personality,
values and
lifestyle

Satisfaction Dissatisfaction

Divesment
Gambar 4. Model Perilaku Konsumen menurut Engel, Blackward dan Miniard
(Sumber: Engel, 1995)

berkunjung;(4) Image konsumen berpengaruh positip terhadap kepuasan mahasiswa. Analisis data dilaku-
dan signifikan terhadap pengambilan keputusan kan dengan SEM dan menggunakan software Amos
berkunjung. Hasil penelitian terakhir ini menunjukkan versi 4.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1)
bahwa sebagai variabel intervening, peranan image ada pengaruh yang positip dan signifikan antara cog-
konsumen dalam hal ini adalah menjadi mediasi antara nitive image terhadap affective image, (2) Ada
variabel atribut, karakteristik konsumen dan promosi. pengaruh positip dan signifikan antara cognitive dan
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa segala affective image terhadap overall image, (3) Ada
upaya untuk mendorong wisatawan berkunjung ke pengaruh yang positip dan signifikan antara cogni-
obyek wisata seyogyanya diarahkan kepada pemben- tive, affective dan overall image terhadap kepuasan
tukan image positip konsumen, karena dapat memo- mahasiswa. Keterbatasan penelitian, sebaiknya obyek
tivasi wisatawan untuk berkunjung ke obyek wisata. penelitian bervariasi bukan hanya perguruan tinggi
Palacio dalam Sudarmiatin (2006) melakukan sehingga hasil penelitian bisa digeneralisasi. Saran
penelitian terhadap 6.775 mahasiswa yang belajar di untuk penelitian lanjutan adalah melibatkan variabel
perguruan tinggi di Spanyol. Secara umum tujuan kondisi sosial ekonomi dan kondisi psychographic
penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor mahasiswa.
yang membentuk image mahasiswa sebagai konsu- Hsu (2004), melakukan penelitian pada 417 orang
men pada perguruan tinggi. Sedangkan tujuan khusus- wisatawan di Amerika Serikat. Tujuan umum dari
nya adalah untuk menganalisis hubungan antara cog- penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi image
nitive image, affective image dan overall image wisatawan terhadap suatu negara berdasarkan

ISSN: 0853-7283 7
Sudarmiatin

perbandingan keunggulan yang diperoleh dari penge- Andreu (2000), melakukan penelitian terhadap
tahuan yang dimiliki wisatawan. Sedang tujuan wisatawan yang berkunjung ke STO (Spanish Tour-
khususnya adalah untuk (1) mendiskripsikan image ism Office) pada 14 April s/d 14 Mei 1997 sebanyak
wisatawan terhadap negara Kansas, (2) mengetahui 120 orang. Tujuan penelitian adalah membandingkan
image wisatawan terhadap negara Kansas dengan projected image dengan perceived image khususnya
pendekatan terstruktur (3) mengetahui perbedaan image konsumen terhadap negara Spanyol. Implikasi
image wisatawan dan bukan wisatawan terhadap hasil penelitian ini digunakan untuk kepentingan pro-
negara Kansas (4) mengetahui perbedaan image mosi. Analisa data dilakukan dengan Chi-Square Test
antara penduduk yang bertempat tinggal dekat dan dan ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
jauh dari Kansas. (5) mengetahui kegunaan atribut (1) Projected image konsumen selalu berkembang
image sebagai prediktor terhadap overall image untuk mengikuti perkembangan promosi yang dilakukan oleh
berbagai kelompok sampel. Responden penelitian negara Spanyol. (2) Perceived image konsumen
adalah wisatawan yang datang ke Amerika Serikat. ditunjukkan dengan penilaian terhadap beberapa
Analisis data dilakukan dengan Regresi dan Anova. atribut seperti kemudahan dijangkau, atribut kehidupan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Image terkuat malam dan hiburan, nilai uang, sumber alam, budaya,
dari negara Kansas adalah berhubungan dengan dan keamanan. (3) Persepsi wisatawan yang berkun-
pertanian, seperti jagung, gandum, dan bunga matahari. jung ke Spanyol mempunyai opini lebih baik tentang
(2) Dari 19 atribut image yang disajikan secara ter- nilai uang dan budaya dibanding dengan yang belum
struktur, 9 diantaranya disetujui oleh para wisatawan pernah berkunjung. Wisatawan yang menggunakan
(3) Ada perbedaan image antara yang wisatawan dan jasa travel paket liburan memiliki opini lebih baik dari-
bukan wisatawan Kansas. (4) Ada perbedaan image pada yang travel individual. (4) Hubungan antara
antara penduduk yang dekat dan jauh dari Kansas projected image dan perceived image ditunjukkan
(5) ”Kansas adalah negara yang indah” sebagai dengan hubungan kritis terhadap kewenangan
prediktor overall impression. Sedangkan prediktor pemasaran objek wisata.
bukan wisatawan dan mereka yang bertempat tinggal Perry dalam Sudarmiatin (2006) dalam penelitian-
jauh dari Kansas adalah ”Kansas adalah negara yang nya terhadap 300 wisatawan di Kanada menunjukkan
penduduknya ramah, tempat yang baik untuk berbe- bahwa Kanada sebagai tujuan wisata masyarakat
lanja, kaya tempat bersejarah”. Israel mengalami perubahan image sebagai hasil dari
Mclutosh dalam Sudarmiatin(2006), melakukan advertensi. Image yang positip dapat dikembangkan
penelitian terhadap wisatawan yang tiba di Bandara melalui advertensi yang unik yang dikembangkan dari
Internasional Christchurch, New Zealand pada bulan berbagai macam daya tarik (atraksi wisata). Misalnya
Mei 2002 sebanyak 24 orang dan wisatawan yang budaya, pertanian, industri, dan sebagainya. Dengan
telah berkunjung ke budaya Maori, New Zealand advertensi, image wisatawan tentang Kanada bisa
sebanyak 46 orang. Tujuan penelitian ini adalah untuk terbentuk. Perubahan informasi pada advertensi
mengetahui persepsi dan pengalaman wisatawan terbukti mampu merubah iamge wisatawan terhadap
sebelum dan setelah berkunjung ke Budaya Maori, Kanada. Dalam hal ini advertensi adalah bagian dari
New Zealand. Jenis penelitian adalah kualitatif. Hasil bauran promosi (promotion mix) yang terdiri dari
penelitian menunjukkan bahwa apresiasi budaya personal selling, advertising, publication dan sales
Maori ditunjukkan dengan motivasi, persepsi dan promotion.
pengalaman wisatawan sebagai berikut : (1) Budaya Keenam hasil penelitian di atas menunjukkan
Maori bukan merupakan motivasi utama wisatawan bahwa peranan variabel image konsumen adalah
datang ke New Zealand; (2) Wisatawan nampak sangat penting dalam mempengaruhi perilaku
memegang teguh terhadap eksistensi budaya Maori; konsumen untuk membeli jasa pariwisata.
(3) Pengalaman wisatawan atas budaya Maori Teori model perilaku konsumen mengemukakan
ditunjukkan dengan 5 dimensi sentral yaitu pandangan, bahwa perilaku konsumen dalam membeli produk
gaya hidup, keaslian, interaksi individu dan pembe- dipengaruhi oleh faktor individu, lingkungan dan
lajaran informal. strategi pemasaran (Ássael,1992), internal dan

8 JURNAL EKONOMI
Nama Orang
BISNIS | TAHUN 14 | NOMOR 1 | MARET 2009
Model Perilaku Konsumen dalam Perspektif Teori dan Empiris pada Jasa Pariwisata

eksternal (Hawkins, 1998); stimuli pemasaran, stimuli dan kulit. Stimuli dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu stimuli
lain dan karakteristtik pembeli (Kotler, 1997); faktor fisik yang datang dari lingkungan sekitar, stimuli yang
lingkungan, sifat individu dan faktor stimuli (Engel, datang dari dalam individu sendiri berbentuk predis-
1995). Dari keempat teori itu menunjukkan bahwa posisi seperti harapan (expectations), motivasi (mo-
variabel-variabel prediktor tersebut mempengaruhi tives) dan pembelajaran (learning) yang didasarkan
perilaku pembelian konsumen secara langsung. pada pengalaman sebelumnya. Bila persepsi melekat
Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam waktu yang lama, maka terbentuklah citra atau
perilaku konsumen dalam berkunjung ke objek wisata image. Objek image bisa bermacam-macam, yaitu
dipengaruhi baik secara langsung maupun tidak lang- bisa diri sendiri, produk, toko ataupun produsen.
sung oleh variabel atribut objek wisata, karakteristik Sasaran penting dari strategi pemasaran adalah
individu dan image konsumen. Bahkan sebagai varia- mempengaruhi persepsi konsumen terhadap merek,
bel intervening, image konsumen mampu memperkuat toko atau perusahaan. Konsumen dengan citra positip
hubungan antara variabel atribut objek wisata dan terhadap suatu merek, lebih memungkinkan untuk
karakteristik individu terhadap proses pengambilan melakukan pembelian. Oleh sebab itu, kegunaan
keputusan berkunjung ke objek wisata (Sudarmiatin, utama dari iklan diantaranya adalah untuk membangun
2006). citra positip terhadap suatu merek. Hal ini didukung
Sedangkan hasil penelitian lainnya menunjukkan oleh hasil penelitian Perry dalam Sudarmiatin (2006)
bahwa image konsumen bisa dibentuk melalui pro- yang menunjukkan bahwa Canada sebagai tujuan
mosi. Pesan yang disampaikan melalui promosi dapat wisata masyarakat Israel mengalami perubahan im-
membangun image positip konsumen terhadap obyek age sebagai hasil dari advertensi, sehingga promosi
wisata (Andreu, 2000). Oleh sebab itu, isi pesan pro- berperan penting dalam membangun image wisata-
mosi hendaknya mencerminkan keadaan yang wan. Tujuan akhir dari pembangunan image konsu-
sebenarnya. Sebab bila tidak, maka wisatawan akan men adalah untuk memodifikasi promosi yang selama
sangat kecewa ketika berkunjung ke objek wisata ini digunakan untuk membangun image. Advertensi
yang kondisinya tidak seseuai dengan keadaan yang adalah salah satu media promosi yang paling penting
sebenarnya. untuk memperbaiki image. Image yang positif dapat
Pada umumnya kajian kontemporer dalam dikembangkan dari advertensi yang unik dengan
bidang pemasaran banyak terfokus pada perilaku berbagai macam daya tarik (atraksi) tujuan wisata.
pembelian, tetapi pada kajian pemasaran yang mod- Manfaat lain dari citra merek yang positip adalah
ern pembahasan banyak terfokus pada pembentukan perusahaan bisa mengembangkan lini produk dengan
image konsumen (Ahmed, 1999). Image adalah total memanfaatkan citra positip yang telah terbentuk
persepsi terhadap suatu objek yang dibentuk dengan terhadap merek produk lama. Kebijakan family
memproses informasi dari berbagai sumber setiap branding dan leverage branding bisa dilakukan jika
waktu. Sementara itu, Kotler (1997) mendefinisikan citra merek produk yang telah ada positip. Masalahnya
image sebagai jumlah gambaran, kesan dan keyakinan bagaimana mempertahankan dan meningkatkan citra
yang dimiliki seseorang terhadap suatu objek. Image merek yang sudah positip. Jika suatu saat perusahaan
adalah persepsi konsumen terhadap produk, institusi, ingin mengubah merek produk yang telah lama ada
merek, perusahaan atau orang yang sesuai atau tidak dan mempunyai citra positif, maka perubahan itu harus
sesuai dengan kenyataan. didahului dengan menilai inferensi konsumen atas
Pengertian image berbeda dengan persepsi perubahan yang akan dilakukan. Jangan sampai ketika
Simamora (2002) menyatakan bahwa persepsi adalah perusahaan merubah merek produknya, maka konsu-
proses seseorang menyeleksi, mengorganisasi dan men beranggapan formula dan kualitasnya juga ikut
menginterprestasi stimuli ke dalam gambaran dunia berubah.
yang berarti dan menyeluruh. Stimuli adalah setiap Selanjutnya Berntein dalam Gronroos (1990)
input yang dapat ditangkap oleh indera seperti produk, menyatakan bahwa image adalah realitas. Oleh sebab
kemasan, merek, iklan, harga, dll. Stimuli tersebut itu, program pengembangan dan perbaikan citra harus
diterima oleh indera seperti mata, hidung, telinga, mulut didasarkan pada realitas. Jika citra negatif, salah satu

ISSN: 0853-7283 9
Sudarmiatin

sebabnya mungkin pengalaman buruk konsumen. Kajian empiris yang lain membedakan image ke
Akhirnya penting untuk disadari bahwa citra itu ada dalam projected image dan perceived image. Pro-
dalam realitas dan bukan apa yang dikomunikasikan. jected image didefinisikan sebagai ’pull factor’
Simamora (2002) menyatakan ada dua pendekatan dalam proses pengambilan keputusan memilih tujuan
untuk mengukur citra atau image konsumen, yaitu wisata, yang dikirim dengan chanel komunikasi
(1) merefleksikan citra di benak konsumen menurut dengan target wisatawan potensial. Pelaku utama dari
mereka sendiri yang disebut pendekatan tidak ter- projected image adalah kantor pariwisata, operator
struktur (unstructured approach). (2) Peneliti menje- tour dan agen travel. Kebalikan dari pull factor adalah
laskan dimensi yang jelas, kemudian responden push factor yang mempertimbangkan variabel socio
merespon dimensi yang ditanyakan itu atau disebut psychological yang mempengaruhi individu dalam
pendekatan terstruktur (structured approach). bepergian dan tidak berwujud. Sedangkan perceived
Memperhatikan pentingnya image bagi wisata- image adalah konsep dinamis yang didasarkan pada
wan, Hunt (1975) menyatakan bahwa image merupa- pengetahuan, pengalaman dan evaluasi wisatawan
kan kepercayaan dan persepsi orang terhadap tujuan terhadap tujuan wisata. Dari penjelasan di atas dapat
wisata yang dipengaruhi oleh pertumbuhan area wisa- dikatakan bahwa projected image dibentuk melalui
ta atau sumber fisik. Hal inilah yang menyebabkan aktivitas promosi yang dilakukan oleh kantor pariwi-
image yang diterima wisatawan (perceived image) sata, operator tour dan informasi dari berbagai sumber.
tidak sama dengan kenyataan yang ada. Ada tiga Sedangkan image yang diterima oleh wisatawan (per-
komponen yang mempengaruhi bentuk image, yaitu ceived image) terbentuk dari informasi mulut ke mulut
(1) tingkat pengetahuan terhadap tujuan wisata, (2) (word of mouth) dan pengalaman wisatawan
kepercayaan dan sikap terhadap produk dan (3) berkunjung ke tujuan wisata.
harapan yang diinginkan dari produk. Ada dua kom- Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa sebuah
ponen yang membentuk image yaitu organic dan model perilaku konsumen tidak bisa diterapkan untuk
inducted. Organic image dibentuk oleh berbagai seluruh segmen konsumen, sebab setiap segmen
sumber yang tidak langsung berhubungan dengan memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda.
tujuan pemasaran objek wisata. Inducted image
dibentuk oleh upaya pemasaran dari tujuan wisata. KESIMPULAN
Pada prinsipnya perbedaan dari keduanya terletak
Konsumen adalah orang atau organisasi yang
pada keberadaan atau ketidakberadaan kontrol dari
membeli barang atau jasa untuk dikonsumsi atau dijual
pengembang.
kembali atau diolah menjadi barang lain lebih lanjut.
Selanjutnya, Echner dan Ritchie’s dalam
Dengan demikian yang disebut konsumen tidak hanya
Sudarmiatin (2006) pada penelitian empirisnya
meliputi konsumen akhir, tetapi juga konsumen antara
menyatakan bahwa komponen image dikembangkan
dan konsumen industri. Dari berbagai definisi perilaku
ke dalam 3 atribut tujuan wisata yang diukur dengan
konsumen dapat disimpulkan bahwa (1) Perilaku
skala, yaitu (1) attribute-holistic (2) functional-
konsumen menyoroti perilaku baik individu maupun
psychological dan (3) common unique. Attribute-
rumah tangga. (2) Inti dari perilaku konsumen adalah
holistic mengusulkan bahwa image terhadap tujuan
proses pengambilan keputusan pembelian barang atau
wisata disusun dari persepsi individu atau atribut dan
jasa (3) Tujuan mempelajari perilaku konsumen adalah
berkesan holistic. Functional-psychological mem-
untuk menyusun strategi pemasaran yang berhasil.
pertimbangkan fungsi image yang dapat diamati
Pemasar perlu memahami perilaku konsumen
secara langsung dan terukur, lawannya adalah psy-
agar dapat menyusun strategi pemasaran yang ber-
chological-attributes yang lebih tidak berwujud atau
hasil. Selain pemasar, maka lembaga pendidikan,
sulit diamati dan diukur. Common unique didasarkan
lembaga sosial dan pemerintah juga perlu mengetahui
pada persepsi bahwa image terhadap tujuan wisata
perilaku konsumen. Yayasan Lembaga Konsumen
adalah sesuatu yang ’biasa’ sampai kepada sesuatu
Indonesia (YLKI) adalah salah satu lembaga sosial
yang ’paling unik ’.
yang kegiatan utamanya mendidik dan melindungi

10 JURNAL EKONOMI
Nama Orang
BISNIS | TAHUN 14 | NOMOR 1 | MARET 2009
Model Perilaku Konsumen dalam Perspektif Teori dan Empiris pada Jasa Pariwisata

konsumen dari praktik-praktik bisnis yang merugikan Ahmed, Z.U. 1999. The Need for The Identification of The
konsumen. YLKI bermaksud untuk membantu konsu- Constituent of a Destinations Tourist Image: A Pro-
men dalam memilih produk baik berbentuk barang motion Segmentaion Perspective. Journal of Profes-
atau jasa dengan benar, terhindar dari penipuan serta sional Service Marketing, Kl. (e):37–60.
Engel, J.F. 1995. Perilaku Konsumen, (Edisi Keenam). Alih
menjadi konsumen yang bijaksana.
Bahasa Budijanto. Jakarta: Binarupa Aksara.
Telah dikenal banyak teori perilaku konsumen Gronroos, C. 1998. Marketing Services: The Case of Miss-
mulai dari Assael (1992), Hawkins (1998), Kotler ing Product. Journal of Business and Industrial
(1997) dan Engel (1995). Semuanya menunjukkan Marketing, 13 (4): 322–338.
bahwa variabel prediktor memiliki pengaruh langsung Hunt, J.D. 1975. Image: A Factor of Tourism Development.
terhadap perilaku pembelian. Namun demikian, hasil Journal of Travel Research, 13 (3):1–7.
penelitian menunjukkan bahwa variabel-variabel Hawkins, D. 1998. Consumer Behavior: Building Market-
prediktor pada model perilaku konsumen tersebut bisa ing Strategy, (7th Edition). New York: McGraw-Hill.
berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung Hsu, C.H.C. 2004. Image Assesment for A Destination with
terhadap perilku pembelian melalui image konsumen. Limited Comparative Advantages. Journal of Tour-
ism Management, 25.
Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa sebuah model
Kotler, P. 1997. Marketing Management: Analysis, Plan-
perilaku konsumen tidak bisa diterapkan untuk seluruh ing, Implementation, and Control, Engteword Cliffs,
segmen konsumen, sebab setiap segmen memiliki N.Y.: Prentice-Hall Inc.
kebutuhan dan keinginan yang berbeda. Sudarmiatin. 2006. Pengaruh Atribut Obyek Wisata,
Promosi dan Karakteristik Individu terhadap Imgae
DAFTAR RUJUKAN Konsumen dan Pengambilan Keputusan Berkunjung
(Studi Empiris pada Obyek Wisata Alam di Propinsi
Assael, H. 1992. Consumer Behavior and Marketing Ac-
Jawa Timur). Jurnal Aplikasi Manajemen, 4 (2).
tion. New York: PWS-KENT Publishing Company.
Simamora, B. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen.
Andreu, L. 2000. Projected and Perceived Image of Spain
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
as Tourist Destination for British Travellers. Journal
of Travel and Tourism Marketing, 9 (4).

ISSN: 0853-7283 11

Anda mungkin juga menyukai