Disusun Oleh :
WAHYU SEPTIAN
191FF05045
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Indsutri
Farmasi PT. Sanbe Farma periode November – Desember 2019.
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk mengikuti
Ujian Profesi Apoteker pada pendidikan Profesi Apoteker di Universitas Bhakti
Kencana.
Selama proses Praktek Kerja Profesi Apoteker dan penyusunan laporan
ini, penulis banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
Karena itu, dalam kesemepatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Entris Sutrisno, M.H.Kes., Apt selaku Rektor Universitas
Bhakti Kencana.
2. Ibu Dr. Patonah, M.Si., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Bhakti Kencana.
3. Ibu Herni Kusriani, M.Si., Apt selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Universitas Bhakti Kencana.
4. Bapak Dadih Supriadi, M.Si., Apt selaku Pembimbing Praktek Kerja
Profesi Apoteker Universitas Bhakti Kencana.
5. Bapak Fajar Sidik Wibowo, S.Si., selaku Manager Produksi dan
Pembimbing di PT. Sanbe Farma, yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker.
6. Seluruh staf dan karyawan di PT. Sanbe Farma yang telah berkenan
berbagi ilmu dengan penyusun selama penyusun melaksanakan Praktek
Kerja Profesi Apoteker
7. Rekan-rekan PKPA Program Studi Profesi Apoteker Angkatan XXII
Fakultas Farmasi Universitas Bhakti Kencana, serta pihak lain yang tidak
dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung.
ii
8. Kedua orang tua dan seluruh keluarga yang tidak henti-hentinya
memberikan dukungan baik material maupun moril.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
Karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi
perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata penyusun berharap semmoga
pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama PKPA ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi semua pihak yang
membutuhkannya.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR .....................................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................................
iv
2.4.7.Pengawasan Mutu.......................................................................
2.4.8.Inspeksi Diri...............................................................................
2.4.9.Keluhan dan Penarikan Produk..................................................
2.4.10.Dokumentasi.............................................................................
2.4.11.Kegiatan Alih Daya..................................................................
2.4.12.Kualifikasi dan Validasi...........................................................
BAB III TINJAUAN KHUSUS INDUSTRI PT. SANBE FARMA
3.1. Lokasi .................................................................................................
3.2. Sejarah.................................................................................................
3.3. Visi dan Misi ......................................................................................
3.4. Personalia ...........................................................................................
3.5. Bangunan dan Fasilitas........................................................................
3.5.1.Sistem HVAC.............................................................................
3.5.2.Sistem Pengolahan Air...............................................................
3.6. Sanitasi dan Higienitas........................................................................
3.7. Produksi...............................................................................................
3.8. Pengawasan Mutu................................................................................
3.9. Penanganan Limbah............................................................................
BAB IV TUGAS KHUSUS............................................................................
4.1 Tujuan..................................................................................................
4.2 Hasil dan Pembahasan..........................................................................
4.3 Kesimpulan..........................................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................
5.1. Kesimpulan .........................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN
SUMPAH APOTEKER
vi
SAYA AKAN MERAHASIAKAN SEGALA SESUATU YANG SAYA
KETAHUI KARENA PEKERJAAN SAYA DAN KEILMUAN SAYA
SEBAGAI APOTEKER.
vii
mengamalkan keahliannya selalu berpegang teguh kepada sumpah/janji Apoteker.
Menyadari akan hal tersebut Apoteker di dalam pengabdian profesinya
berpedoman pada satu ikatan moral yaitu :
viii
Pasal 5
Di dalam menjalankan tugasnya Seorang Apoteker harus menjauhkan diri dari
usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan
tradisi luhur jabatan kefarmasian.
Pasal 6
Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang
lain.
Pasal 7
Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.
Pasal 8
Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-
undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada
khususnya.
BAB II
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PASIEN
Pasal 9
Seorang Apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan
kepentingan masyarakat. Menghormati hak azasi pasien dan melindungi makhluk
hidup insani.
BAB III
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT
Pasal 10
Seorang Apoteker harus memperlakukan teman Sejawatnya sebagaimana ia
sendiri ingin diperlakukan.
Pasal 11
Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk
mematuhi ketentuan-ketentuan Kode Etik.
Pasal 12
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan
kerjasama yang baik sesama Apoteker di dalam memelihara keluhuran martabat
ix
jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam
menunaikan tugasnya.
BAB IV
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP
SEJAWAT PETUGAS KESEHATAN LAIN
Pasal 13
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun
dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan
menghormati sejawat petugas kesehatan lain.
Pasal 14
Seorang Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang
dapat mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya kepercayaan masyarakat
kepada sejawat petugas kesehatan lain.
BAB V
PENUTUP
Pasal 15
Seorang Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan kode etik
Apoteker Indonesia dalam menjalakan tugas kefarmasiannya sehari-hari. Jika
seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun tak sengaja melanggar atau tidak
mematuhi kode etik Apoteker Indonesia, maka dia wajib mengakui dan menerima
sanksi dari pemerintah, ikatan/organisasi profesi farmasi yang menanganinya
(IAI) dan mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 08 Desember 2009
x
PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
Apoteker merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang dianugerahi bekal
ilmu pengetahuan dan teknologi serta keahlian di bidang kefarmasian, yang dapat
dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemanusiaan, peningkatan kesejahteraan
rakyat dan pengembagan pribadi warga Negara Republik Indonesia, untuk
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, berazaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
Disiplin apoteker merupakan tampilan kesanggupan Apoteker untuk menaati
kewajiban dan menghindari larangan sesuai dengan yang ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan praktik yang apabila tidak
ditaati atau dilanggar dapat dijatuhi hukuman disiplin.
Pelanggaran disiplin adalah pelanggaran terhadap aturan-aturan dan/atau
ketentuan menerapkan keilmuan, yang pada hakikatnya dapat dikelompokkan
dalam tiga hal, yaitu :
1. Melaksanakan praktik Apoteker dengan tidak kompeten.
2. Tugas dan tanggungjawab professional pada pasien tidak dilaksanakan
dengan baik.
3. Berperilaku tercela yang merusak martabat dan kehormatan Apoteker.
Pelanggaran disiplin berupa setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan Apoteker yang
tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin
Apoteker.
BAB II
KETENTUAN UMUM
1. Disiplin Apoteker adalah kesanggupan Apoteker untuk menaati kewajiban
dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan dan/atau peraturan praktik yang apabila tidak ditaati atau dilanggar
dijatuhi hukuman disiplin.
2. Penegakan Disiplin adalah penegakan aturan-aturan dan/atau ketentuan
xi
penerapan keilmuan dalam pelaksanaan pelayanan yag harus diikiuti oleh
Apoteker.
3. Majelis Etik Disiplin Apoteker Indonesia yang disingkat MEDAI, adalah
organ organisasi profesi Ikatan Apoteker Indonesia yang bertugas membina,
mengawasi dan menilai pelaksanaan Kode Etik Apoteker Indonesia oleh
Anggota maupun oleh Pengurus, dan menjaga, meningkatkan dan
menegakkan disiplin Apoteker Indonesia.
4. Apoteker adalah sajrana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
5. Praktik kefarmasian yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional, harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Tenaga Kefarmasian adalah tenaga kesehatan yang melakukan pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.
7. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga kesehatan yang membantu
Apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, terdiri atas Sarjana
Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga Menengah
Farmasi/Asisten Apoteker.
8. Standar Pendidikan Apoteker Indonesia, yang selanjutnya disingkat SPAI
adalah pendidikan akademik dan pendidikan professional yang diarahkan
guna mencapai kriteria minimal sistem pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat, di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
9. Kode Etik adalah Kode Etik Apoteker Indonesia yang menjadi landasan etik
Apoteker Indonesia.
10. Kompetensi adalah seperangkat kemampuan professional yang meliputi
penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai (knowledge, skill
dan attitude), dalam melaksanakan tugas profesionalnya.
11. Standar Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas dan
xii
bertanggungjawab yang dimiliki oleh seorang Apoteker sebagai syarat untuk
dinyatakan mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan profesinya.
12. Sertifikat kompetensi profesi adalah surat tanda pengakuan terhadap
kompetensi seorang Apoteker untuk dapat menjalankan pekerjaan/praktik
profesinya di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi.
13. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kefarmasian yang telah
memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu serta
diakui secara hukum untuk menjalankan pekerjaan/praktik profesinya.
14. Surat Tanda Registrasi Apoteker, yang selanjutnya disingkat STRA adalah
bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah
diregistrasi.
15. Praktik Apoteker adalah upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan
kesehatan.
16. Standar Praktik Apoteker adalah pedoman bagi Apoteker dalam menjalankan
praktiknya yang berisi prosedur-prosedur yang dilaksanakan apoteker dalam
upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan.
17. Surat Izin Praktik Apoteker, yang selanjutnya disingkat SIPA adalah surat
izin yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan praktik
kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian.
18. Standar Prosedur Operasional, yang selanjutnya disingkat SPO adalah
serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses
penyelenggaraan aktivitas organisasi, bagaimana dan kapan harus dilakukan,
dimana danoleh siapan dilakukan.
19. Surat Izin Kerja Apoteker, yang selanjutya disebut SIKA adalah surat izin
praktik yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan pekerjaan
kefarmasisan pada fasilitas produksi atau fasilitas distribusi atau penyaluran.
20. Organisasi profesi adalah organisasi tempat berhimpun para Apoteker di
Indonesia.
xiii
BAB III
LANDASAN FORMAL
BAB IV
BENTUK PELANGGARAN DISIPLIN APOTEKER
1. Melakukan praktik kefarmasian dengan tidak kompeten.
Penjelasan : melakukan praktik kefaramsian tidak dengan standar praktik
Profesi/standar kompetensi yang benar, sehingga berpotensi menimbulkan/
mengakibatkan kerusakan, kerugian pasien atau masyarakat.
2. Membiarkan berlangsungnya praktik kefarmasian yang menjadi tanggung
jawabnya, tanpa kehadirannya, ataupun tanpa Apoteker pengganti dan/ atau
Apoteker pendamping yang sah.
3. Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu dan/ atau tenaga-
tenaga lainnya yang tidak memiliki kompetensi untuk melaksanakan
pekerjaan tersebut.
4. Membuat keputusan professional yang tidak berpihak kepada kepentingan
xiv
pasien/ masyarakat.
5. Tidak memberikan informasi yang sesuai, relevan dan “up to date” dengan
cara yang mudah dimengerti oleh pasien/masyarakat, sehingga berpotensi
menimbulkan kerusakan da / atau kerugian pasien.
6. Tidak membuat dan/atau tidak melaksanakan Standar Prosedur Operasional
sebagai Pedoman Kerja bagi seluruh personil di sarana pekerjaan/pelayanan
kefarmasian, sesuai dengan kewenangannya.
7. Memberikan sediaan farmasi yang tidak terjamin ‘mutu’, ‘keamanan’, dan
‘khasiat/manfaat’ kepada pasien.
8. Melakukan pengadaan (termasuk produksi dan distribusi) obat dan/atau bahan
baku obat, tanpa prosedur yang berlaku, sehingga berpotensi menimbulkan
tidak terjaminnya mutu, khasiat obat.
9. Tidak menghitung dengan benar dosis obat, sehingga dapat menimbulkan
kerusakan atau kerugian kepada pasien.
10. Melakukan penataan, penyimpanan obat tidak sesuai standar, sehingga
berpotensi menimbulkan penurunan kualitas obat.
11. Menjalankan praktik kefarmasian dalam kondisi tingkat kesehatan fisik
ataupun mental yang sedang terganggu sehingga merugikan kualitas
pelayanan profesi.
12. Dalam penatalaksanaan praktik kefarmasian, melakukan yang seharusnya
tidak dilakukan atau tidak melakukan yang seharusnya dilakukan, sesuai
dengan tanggung jawab profesionalnya, tanpa alasan pembenar yang sah,
sehingga dapat membahayakan pasien.
13. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan dalam pelaksanaan praktik swa-
medikasi (self medication) yang tidak sesuai dengan kaidah pelayanan
kefarmasian.
14. Memberikan penjelasan yang tidak jujur, dan/atau tidak etis, dan/atau tidak
objektif kepada yang membutuhkan.
15. Menolak atau menghentikan pelayanan kefarmasian terhadap pasien tanpa
alasan yang layak dan sah.
16. Membuka rahasia kefarmasian kepada yang tidak berhak.
17. Menyalahgunakan kompetensi Apotekernya.
xv
18. Membuat catatan dan/atau pelaporan sediaan farmasi yang tidak baik dan
tidak benar.
19. Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)
atau Surat Izin Praktik Apoteker/Surat Izin Kerja Apoteker (SIPA/SIKA)
dan/atau sertifikasi kompetensi yang tidak sah.
20. Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya yang
diperlukan MEDAI untuk pemeriksaan atas pengaduan dugaan pelanggaran
disiplin
21. Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan kemampuan/pelayanan
yang dimiliki, baik lisan maupun tulisan, yang tidak benar atau menyesatkan.
22. Membuat keterangan faramsi yang tidak didasarkan kepada hasil pekerjaan
yang diketahuinya secara benar dan patut.
BAB V
SANKSI DISIPLIN
Sanksi disiplin yang dapat dikenakan oleh MEDAI berdasarkan Peraturan per-
Undang-Undangan yang berlaku adalah :
1. Pemberian peringatan tertulis.
2. Rekomendasi pembekuan dan/atau pencabutan Surat Tanda Registrasi
Apoteker, atau Surat Izin Praktek Apoteker, atau Surat Izin Kerja Apoteker,
3. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan
apoteker.
Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik yang
dimaksudkan dapat berupa :
1. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik
sementara selama-lamanya 1 (satu) tahun, atau
2. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik tetap
atau selamanya;
Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan apoteker
yang dimaksud dapat berupa :
a. Pendidikan formal; atau
b. Pelatihan dalam pengetahuan dan atau keterampilan, magang di institusi
pendidikan atau sarana pelayanan kesehatan jejaringnya atau sarana
xvi
pelayanan kesehatan yang ditunjuk, sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan dan
paling lama 1 (satu) tahun.
BAB VI
PENUTUP
PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER INDONESIA ini disusun untuk menjadi
pedoman bagi Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia (MEDAI) dalam
menetapkan ada/atau tidak adanya pelanggaran disiplin oleh para praktisi dibidang
farmasi, seta menjadi rambu-rambu yang tidak boleh dilanggar oleh para praktisi
tersebut agar dapat menjalankan praktik kefaramsian secara professional.
Dengan ditegakkannya disiplin kefarmasian diharapkan pasien akan terlindungi
dari pelayanan kefarmasian yang kurang bermutu; dan meningkatnya mutu
pelayanan apoteker; serta terpeliharanya martabat dan kehormatan profesi
kefarmasian.
xvii
STANDAR KOMPETENSI APOTEKER INDONESIA
TUJUAN
1. Memastikan bahwa seorang Apoteker memiliki seluruh kompetrnsi yang
relevan untuk menjalankan perannya dan mampu memberikan pelayanan
kefarmasian sesuai ketentuan tentang praktik kefarmasian.
2. Memberikan arah dalam pengembangan pendidikan farmasi (a.l. identifikasi
dan penetapan capaian pembelajaran, pengembangan kurikulum, dan evaluasi
hasil belajar) dan pelatihan ditempat kerja.
3. Memberikan arah bagi Apoteker dalam pengembangan kompetensi diri secara
berkelanjutan.
STRUKTUR
Standar Kompetensi Apoteker Indonesia terdiri dari 10 (sepuluh) standar
kompetensi.
Kompetensi dalam sepuluh standar tersebut merupakan persyaratan untuk
memasuki dunia kerja dan menjalani praktik profesi.
Standar Kompetensi Apoteker Indonesia (SKAI) adalah :
1. Praktik kefarmasian secara professional dan etik
2. Optimalisasi penggunaan sediaan farmasi.
3. Dispensing sediaan farmasi dan alat kesehatan.
4. Pemberian informasi sediaan farmasi dan alat kesehatan.
5. Formulasi dan produksi sediaan farmasi.
6. Upaya preventif dan promotif kesehatan masyarakat.
7. Pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan.
8. Komunikasi efektif.
9. Ketrampilan organisasi dan hubungan interpersonal.
10. Peningkatan kompetensi diri.
xviii
dilengkapi dengan elemen kompetensi yaitu kemampuan yang diharapkan dimiliki
oleh apoteker pada saat lulus dan masuk ke tempat praktik/kerja.
xix
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
3
4
Indonesia di masa mendatang, maka nilai peredaran obat di Indonesia akan besar.
Keadaan ini tentu akan mempunyai korelasi postif dengan pertumbuhan industri
farmasi Indonesia di masa mendatang.
a. Membuat laporan jumlah dan nilai produksi sekali dalam enam bulan,
sedangkan untuk laporan lengkap wajib disampaikan sekali dalam setahun.
b. Menyalurkan produknya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
c. Melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian serta mencegah
pencemaran lingkungan.
d. Melaksanakan keamanan dan keselamatan alat, bahan baku, proses, hasil
produksi, pengangkutan dan keselamatan kerja. e. Melakukan Analisa
Dampak Lingkungan (AMDAL) berupa Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL).
syarat wakil tersebut memiliki tingkat kualifikasi yang memadai. Personil kunci
yang harus ada di suatu industri farmasi mencakup Kepala Bagian Produksi,
Kepala Bagian Pengawasan Mutu dan Kepala Bagian Pemastian Mutu.
2.4.2 Personalia
Pembuatan obat yang benar mengandalkan sumber daya manusia. Oleh
sebab itu industri farmasi harus bertanggung jawab untuk menyediakan personel
yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua
tugas. Tanggung jawab individual secara jelas dipahami oleh masing-masing dan
didokumentasikan. Seluruh personel hendaklah memahami prinsip CPOB yang
menyangkut tugasnya serta memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan,
termasuk instruksi higiene yang berkaitan dengan pekerjaannya.
Industri farmasi hendaklah memiliki personel dalam jumlah yang memadai
yang terkualifikasi dan berpengalaman praktis. Manajemen puncak hendaklah
menetapkan dan menyediakan sumber daya yang memadai dan tepat (manusia,
finansial, bahan, fasilitas dan peralatan) untuk menerapkan dan mengawasi Sistem
Mutu Industri Farmasi dan meningkatkan efektivitas secara terus-menerus. Tiap
personel tidak boleh dibebani tanggung jawab yang berlebihan sehingga
menimbulkan risiko terhadap kualitas.
Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi di mana hubungan
antara Kepala Produksi, Kepala Pengawasan Mutu dan Kepala Pemastian Mutu
sebagaimana dimaksud pada butir 2.5 ditunjukkan dengan jelas di tingkat
manajerial.
Tugas spesifik dan kewenangan dari personel pada posisi penanggung
jawab hendaklah dicantumkan dalam uraian tugas tertulis. Tugas mereka boleh
didelegasikan kepada wakil yang ditunjuk namun memiliki tingkat kualifikasi
10
yang memadai. Hendaklah aspek penerapan CPOB tidak ada gap ataupun
tumpang tindih tanggung jawab yang tercantum pada uraian tugas.
Personel Kunci harus memenuhi persyaratan kualifikasi yang ditetapkan
dalam regulasi nasional, dan hendaklah selalu hadir untuk melaksanakan tanggung
jawabnya sesuai dengan Izin Industri Farmasi.
Manajemen puncak memiliki tanggung jawab tertinggi untuk memastikan
efektivitas penerapan Sistem Mutu Industri Farmasi untuk mencapai sasaran
mutu, dan, peran, tanggung jawab, dan wewenang tersebut ditetapkan,
dikomunikasikan serta diterapkan di seluruh organisasi. Manajemen puncak
hendaklah menetapkan kebijakan mutu yang menguraikan keseluruhan maksud
dan tujuan perusahaan terkait mutu dan hendaklah memastikan kesesuaian dan
efektivitas Sistem Mutu Industri Farmasi dan pemenuhan CPOB melalui
keikutsertaan dalam tinjauan manajemen.
j) memastikan bahwa setiap bets produk jadi telah diproduksi dan diperiksa
sesuai dengan peraturan yang berlaku di negara tersebut dan sesuai dengan
persyaratan Izin Edar; dan
k) tanggung jawab Kepala Pemastian Mutu dapat didelegasikan, tetapi hanya
kepada personel yang berwenang.
Kepala Produksi
Kepala Produksi memiliki tanggung jawab sebagai berikut:
a) memastikan bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai prosedur agar
memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan;
b) memberikan persetujuan terhadap prosedur yang terkait dengan kegiatan
produksi dan memastikan bahwa prosedur diterapkan secara ketat;
c) memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan ditandatangani oleh
personel yang berwenang;
d) memastikan pelaksanaan kualifikasi dan pemeliharaan bangunanfasilitas serta
peralatan di bagian produksi;
e) memastikan bahwa validasi yang tepat telah dilaksanakan; dan
f) memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personel di
departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan.
Area Produksi
Pada area produksi terdapat tata letak ruang produksi yang sebaiknya
dirancang sedemikian rupa untuk:
15
2.4.4 Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets-ke-bets dan
untuk memudahkan pembersihan serta pemeliharaan agar dapat mencegah
18
kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya
berdampak buruk pada mutu produk.
Peralatan tidak boleh merusak produk akibat katup bocor, tetesan pelumas
dan hal sejenis atau karena perbaikan, pemeliharaan, modifikasi dan adaptasi yang
tidak tepat.
Peralatan satu sama lain hendaklah ditempatkan pada jarak yang cukup
untuk menghindarkan kesesakan serta memastikan tidak terjadi kekeliruan dan
kecampurbauran produk.
Air, uap dan udara bertekanan atau vakum serta saluran lain hendaklah
dipasang sedemikian rupa agar mudah diakses pada tiap tahap proses. Pipa
hendaklah diberi penandaan yang jelas untuk menunjukkan isi dan arah aliran.
Tiap peralatan utama hendaklah diberi tanda dengan nomor identitas yang
jelas. Nomor ini dicantumkan di dalam semua perintah dan catatan bets untuk
menunjukkan unit atau peralatan yang digunakan pada pembuatan bets tersebut
kecuali bila peralatan tersebut hanya digunakan untuk satu jenis produk saja.
19
Metode pembersihan dengan cara vakum atau cara basah lebih dianjurkan.
Udara bertekanan dan sikat hendaklah digunakan dengan hati-hati dan bila
mungkin dihindarkan karena menambah risiko kontaminasi produk.
untuk peralatan yang digunakan khusus untuk satu produk saja dapat ditulis dalam
catatan bets.
2.4.5 Produksi
Kegiatan produksi hendaklah dilaksanakan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan
izin pembuatan dan izin edar.
Pembelian bahan awal adalah suatu aktivitas penting dan oleh karena itu
hendaklah melibatkan staf yang mempunyai pengetahuan khusus dan menyeluruh
perihal pemasok. Pembelian bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah
disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan, dan bila memungkinkan,
langsung dari produsen. Dianjurkan agar spesifikasi yang dibuat oleh pabrik
21
awal yang sudah diluluskan oleh bagian Pengawasan Mutu dan masih dalam
masa simpan yang boleh digunakan. Bahan awal, terutama yang dapat rusak
karena terpapar panas, hendaklah disimpan di dalam ruangan yang suhu udaranya
dikendalikan dengan ketat; bahan yang peka terhadap kelembaban dan/atau
cahaya hendaklah disimpan di bawah kondisi yang dikendalikan dengan tepat.
Penyerahan bahan awal hendaklah dilakukan hanya oleh personil yang berwenang
sesuai dengan prosedur yang telah disetujui. Catatan persediaan bahan hendaklah
disimpan dengan baik agar rekonsiliasi persediaan dapat dilakukan. Penimbangan
bahan awal hendaklah dilakukan oleh personil yang berwenang sesuai prosedur
tertulis untuk memastikan bahan yang benar yang ditimbang atau diukur dengan
akurat ke dalam wadah yang bersih dan diberi label dengan benar. Setiap bahan
yang ditimbang atau diukur hendaklah diperiksa secara independen dan hasil
pemeriksaan dicatat.
Pencemaran bahan awal atau produk oleh bahan atau produk lain harus
dihindarkan. Risiko pencemaran silang ini dapat timbul akibat tidak terkendalinya
debu, gas, uap, percikan atau organisme dari bahan atau produk yang sedang
diproses, dari sisa yang tertinggal pada alat dan pakaian kerja operator Tingkat
risiko pencemaran ini tergantung dari jenis pencemar dan produk yang tercemar.
Di antara pencemar yang paling berbahaya adalah bahan yang dapat menimbulkan
sensitisasi kuat, preparat biologis yang mengandung mikroba hidup, hormon
tertentu, bahan sitotoksik, dan bahan lain berpotensi tinggi. Produk yang paling
terpengaruh oleh pencemaran adalah sediaan parenteral, sediaan yang diberikan
dalam dosis besar dan/atau sediaan yang diberikan dalam jangka waktu yang
panjang. Tiap tahap proses, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap
pencemaran mikroba dan pencemaran lain. Pencemaran silang hendaklah
23
Semua bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan
yang dikembalikan ke gudang penyimpanan hendaklah didokumentasikan dengan
benar dan direkonsiliasi. Bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk
ruahan hendaklah tidak dikembalikan ke gudang penyimpanan kecuali memenuhi
spesifikasi yang telah ditetapkan.
Obat hendaklah ditangani dan disimpan dengan cara yang sesuai untuk
mencegah kontaminasi, kecampurbauran dan kontaminasi silang. Area
penyimpanan hendaklah diberikan pencahayaan yang memadai sehingga semua
kegiatan dapat dilakukan secara akurat dan aman.
Hendaklah dilakukan rekonsiliasi stok secara berkala dengan
membandingkan jumlah persediaan (stok) sebenarnya dengan yang tercatat.
Semua perbedaan stok yang signifikan hendaklah diinvestigasi untuk memastikan
bahwa tidak ada kecampur-bauran karena kelalaian, kesalahan pengeluaran
dan/atau penyalahgunaan obat.
Semua perbedaan stok yang signifikan hendaklah diinvestigasi untuk
memastikan bahwa tidak ada kecampur-bauran karena kelalaian, kesalahan
pengeluaran dan/atau penyalahgunaan obat.
Industri farmasi hendaklah menginformasikan semua kondisi
penyimpanan dan pengangkutan yang sesuai kepada pihak yang bertanggung
jawab atas transportasi obat. Perusahaan yang mengangkut harus menjamin
kepatuhan terhadap ketentuan ini.
Obat hendaklah disimpan dan diangkut dengan memenuhi prosedur
sedemikian hingga kondisi suhu dan kelembaban relatif yang tepat dipertahankan,
misal menggunakan cold chain untuk produk yang tidak tahan panas.
Penyimpanan dan pengangkutan produk yang tidak tahan panas dapat mengacu
pada dokumen WHO Model Guidance for the Storage and Transport of Time and
Temperature–Sensitive Pharmaceutical Products atau pedoman internasional lain
yang setara.
Hendaklah tersedia prosedur tertulis untuk melakukan investigasi dan
penanganan terhadap penyimpangan persyaratan penyimpanan, misal
penyimpangan suhu.
Kendaraan dan perlengkapan yang digunakan untuk mengangkut,
menyimpan atau menangani obat hendaklah sesuai dengan penggunaannya dan
diperlengkapi dengan tepat untuk mencegah pemaparan produk terhadap kondisi
yang dapat memengaruhi stabilitas produk dan keutuhan kemasan, serta mencegah
semua jenis kontaminasi.
28
Bahan awal
Identitas suatu bets bahan awal biasanya hanya dapat dipastikan apabila
sampel diambil dari tiap wadah dan dilakukan uji identitas terhadap tiap sampel.
Pengambilan sampel boleh dilakukan terhadap sebagian dari jumlah keseluruhan
wadah bila telah tersedia prosedur tervalidasi yang menjamin bahwa tidak satu
pun wadah bahan awal yang keliru diidentifikasi pada labelnya.
Validasi tersebut hendaklah mencakup minimal aspek – aspek berikut:
a) sifat dan status industri pembuat dan pemasok serta pemahaman mereka
tentang ketentuan CPOB pada industri farmasi;
b) sistem Pemastian Mutu industri pembuat bahan awal;
c) kondisi pembuatan pada saat bahan awal tersebut diproduksi dan diperiksa;
dan d) sifat bahan awal dan produk jadi yang akan menggunakan bahan awal
tersebut.
Dengan pengaturan seperti pada kondisi di atas, dimungkinkan suatu
prosedur tervalidasi yang mengecualikan keharusan pengujian identitas bagi tiap
wadah bahan awal dapat diterima untuk: a) bahan awal yang berasal dari industri
yang hanya membuat satu bahan; dan b) bahan awal diterima langsung dari
industri pembuat atau dalam wadah tertutup asli dari industri pembuat yang telah
dibuktikan keandalannya dan telah diaudit secara berkala oleh Sistem Pemastian
Mutu dari industri farmasi atau suatu badan terakreditasi.
Adalah tidak mungkin suatu prosedur dapat divalidasi secara memuaskan
dalam hal: a) bahan awal yang dipasok oleh perantara misal broker, di mana
pabrik pembuat tidak dikenal atau tidak diaudit; dan b) bahan awal digunakan
untuk produk parenteral.
Bahan Pengemas
Pola pengambilan sampel bahan pengemas hendaklah setidaknya
memerhatikan hal berikut: jumlah yang diterima, mutu yang dipersyaratkan, sifat
bahan (misalnya bahan pengemas primer, dan/atau bahan pengemas cetak),
31
Pengujian
Metode analisis hendaklah divalidasi. Laboratorium yang menggunakan
metode analisis tanpa melakukan validasi awal, hendaklah melakukan verifikasi
kesesuaian metode analisis tersebut. Semua kegiatan pengujian yang diuraikan
dalam Izin Edar obat hendaklah dilaksanakan menurut metode disetujui.
Perhatian khusus hendaklah diberikan pada mutu pereaksi, larutan, alat gelas,
baku pembanding dan media perbenihan. Hal tersebut hendaklah disiapkan dan
dikendalikan sesuai dengan prosedur tertulis. Tingkat pengendalian hendaklah
sepadan dengan penggunaannya dan data stabilitas yang ada.
Hal ini berlaku bagi obat dalam kemasan yang dijual, namun hendaklah
dipertimbangkan pencakupan dalam program bagi produk ruahan. Misal, apabila
produk ruahan disimpan dalam jangka waktu yang lama sebelum dikemas
dan/atau dikirim dari tempat produksi ke tempat pengemasan, dampak terhadap
stabilitas produk yang dikemas dalam kondisi lingkungan sekeliling hendaklah
dievaluasi dan dikaji. Di samping itu, hendaklah dipertimbangkan produk antara
yang disimpan dan digunakan setelah jangka waktu yang diperpanjang. Studi
stabilitas produk hasil rekonstitusi dilakukan saat pengembangan produk dan tidak
memerlukan pemantauan yang berbasis pascapemasaran. Namun, apabila relevan,
stabilitas produk hasil rekonstitusi dapat juga dipantau.
jumlah bets per kekuatan dan per ukuran bets yang berbeda, di mana perlu;
metode pengujian fisis, kimiawi, mikrobiologis dan biologis yang relevan;
kriteria keberterimaan;
rujukan metode pengujian;
uraian sistem tutup wadah;
interval pengujian (titik waktu);
kondisi penyimpanan untuk pengujian jangka panjang konsisten dengan
penandaan produk; dan
parameter lain yang berlaku spesifik bagi obat.
HULS atau tren atipikal yang signifikan hendaklah diselidiki. Semua hasil
HULS yang dikonfirmasi, atau tren negatif yang signifikan, bets produk yang
terpengaruh di pasaran hendaklah dilaporkan kepada Badan POM.
personel;
bangunan-fasilitas termasuk fasilitas untuk personel;
pemeliharaan bangunan dan peralatan;
penyimpanan bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi;
peralatan;
produksi dan pengawasan selama-proses;
pengawasan Mutu;
dokumentasi;
sanitasi dan higiene;
35
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara indipenden dan rinci oleh personel (-
personel) perusahaan yang kompeten. Manajemen hendaklah membentuk tim
inspeksi diri yang berpengalaman dalam bidangnya masing-masing dan
memahami CPOB. Audit independen oleh pihak ketiga juga dapat bermanfaat.
Audit Mutu
keluhan termasuk potensi cacat mutu dan, jika perlu, segera melakukan penarikan
obat termasuk obat uji klinik dari jalur distribusi secara efektif.
Jika ditemukan atau dicurigai cacat mutu pada suatu bets, maka hendaklah
dipertimbangkan untuk memeriksa bets atau mungkin produk lain untuk
memastikan apakah bets lain atau produk lain tersebut juga terkena dampak.
38
2.4.10 Dokumentasi
Ada dua jenis dokumentasi utama yang digunakan untuk mengelola dan
mencatat pemenuhan CPOB: prosedur/instruksi (petunjuk, persyaratan) dan
39
Jenis Catatan/Laporan:
Pencatatan yang ditulis tangan hendaklah jelas, terbaca dan tidak mudah
terhapus. Semua perubahan yang dilakukan terhadap pencatatan pada dokumen
hendaklah ditandatangani dan diberi tanggal; perubahan hendaklah
memungkinkan pembacaan informasi semula. Di mana perlu, alasan perubahan
hendaklah dicatat.
Catatan hendaklah dibuat atau dilengkapi pada saat kegiatan dilakukan dan
sedemikian rupa sehingga semua aktivitas yang signifikan mengenai pembuatan
obat dapat ditelusuri .
a) nama produk dengan kode referen produk yang merujuk pada spesifikasinya;
b) deskripsi bentuk sediaan, kekuatan produk dan ukuran bets;
41
Catatan Pengolahan Bets hendaklah tersedia untuk tiap bets yang diolah.
Dokumen ini hendaklah dibuat berdasarkan bagian relevan dari formula
pembuatan dan prosedur pengolahan induk yang berlaku. Metode pembuatan
catatan ini hendaklah didesain untuk menghindarkan kesalahan transkripsi:
Catatan Pengemasan Bets hendaklah tersedia untuk tiap bets atau bagian
bets yang diproses. Dokumen ini hendaklah dibuat berdasarkan bagian relevan
dari Prosedur Pengemasan Induk. Catatan pengemasan bets hendaklah berisi
informasi berikut:
Penerimaan
Hendaklah tersedia prosedur tertulis dan catatan penerimaan untuk tiap
pengiriman tiap bahan awal, (termasuk produk ruahan, produk antara atau
produk jadi), bahan pengemas primer, sekunder dan bahan pengemas cetak.
Pengambilan Sampel
Hendaklah tersedia prosedur tertulis untuk pengambilan sampel yang
mencakup, metode dan alat yang digunakan, jumlah yang diambil dan tindakan
pengamanan yang diperhatikan untuk menghindarkan kontaminasi terhadap
bahan atau penurunan mutu.
Pengujian
43
Hendaklah tersedia prosedur tertulis untuk pengujian bahan dan produk yang
diperoleh dari tiap tahap produksi yang menguraikan metode dan alat yang
harus digunakan. Pengujian yang dilaksanakan hendaklah dicatat.
Prosedur Pembersihan dan Sanitasi
Prosedur tertulis hendaklah ditetapkan untuk pembersihan alat dan persetujuan
untuk penggunaan bagi produksi obat, termasuk produk antara. Prosedur
pembersihan hendaklah rinci supaya operator dapat melakukan pembersihan
tiap jenis alat secara konsisten dan efektif.
Lain-lain
Hendaklah tersedia secara tertulis kebijakan, prosedur, protokol, laporan dan
catatan yang berkaitan mengenai tindakan yang harus diambil atau kesimpulan
yang dicapai, di mana berlaku, untuk:
a) validasi dan kualifikasi proses, peralatan dan sistem;
b) rakitan peralatan dan kalibrasi;
c) transfer teknologi;
d) pemeliharaan, pembersihan dan sanitasi;
e) hal yang berkaitan dengan personel termasuk daftar tanda tangan,
pelatihan CPOB dan masalah teknis, pakaian dan higiene dan verifikasi
efektivitas pelatihan;
f) pemantauan lingkungan;
g) pengendalian hama;
h) keluhan;
i) penarikan obat;
j) produk kembalian;
k) pengendalian perubahan;
l) investigasi penyimpangan dan ketidaksesuaian;
m) inspeksi diri terkait kualitas/ pemenuhan CPOB;
n) ringkasan catatan di mana berlaku (misal pengkajian mutu produk); dan
o) audit pemasok.
Pemberi Kontrak
Penerima Kontrak
Kontrak
45
telah dijustifikasi dan ada jaminan yang memadai bahwa pengendalian telah
dilakukan saat mengambil alih data tersebut.
Validasi Proses
Validasi proses produk baru hendaklah mencakup semua kekuatan produk
yang akan dipasarkan dan lokasi pembuatan. Bracketing dapat dijustifikasi untuk
produk baru berdasarkan pengetahuan proses yang ekstensif dari tahap
pengembangan bersamaan dengan program verifikasi on-going yang sesuai.
Untuk validasi proses produk yang ditransfer dari satu lokasi ke lokasi
lain atau pindah fasilitas dalam lokasi yang sama, pendekatan bracketing dapat
mengurangi jumlah bets validasi. Namun, pengetahuan produk yang sudah
diproduksi, termasuk isi dari validasi sebelumnya hendaklah tersedia. Kekuatan,
ukuran bets dan ukuran kemasan/jenis wadah yang berbeda juga dapat
menggunakan pendekatan bracketing jika telah dijustifikasi.
Verifikasi Transportasi
Obat jadi, obat untuk uji klinik, produk ruahan, dan sampel hendaklah
diangkut dari lokasi pabrik sesuai kondisi yang ditentukan dalam Izin Edar, label
yang disetujui, spesifikasi produk, atau yang dapat dijustifikasi oleh Industri
Farmasi.
Penilaian risiko hendaklah dilakukan untuk mempertimbangkan dampak
variabel dalam proses transportasi selain kondisi yang terus dikendalikan atau
dipantau, misal penundaan transportasi, kegagalan perangkat pemantau,
penambahan nitrogen cair (yang hilang), kerentanan produk dan faktor lain yang
relevan.
3.1 Sejarah
PT. Sanbe Farma didirikan pada tahun 1975 di Bandung oleh Drs. Jahja
Santosa., Apt. Bapak Jahja Santoso merupakan seorang apoteker lulusan Institut
Teknologi Bandung (ITB). Pabrik pertama PT. Sanbe Farma berada di Jl.
Kejaksaan No.35 Bandung dan mulai melakukan produksi sebagai industri
rumahan (home industry) dengan produk pertama yang diproduksi adalah Kapsul
Colsancetine®. Nama Sanbe berasal dari singkatan nama Santoso Bersaudara.
Unit I merupakan pabrik dari PT. Sanbe Farma yang pertama kali
didirikan. Unit ini berlokasi di Jalan Industri I No. 8 Leuwigajah, Cimahi,
Bandung. Unit I ini pada awalnya memproduksi sediaan farmasi baik steril
maupun non steril. Tahun 1985, Sanbe mulai mengembangkan usahanya dengan
memproduksi antibiotika golongan β-Lactam dan sefalosporin. PT. Sanbe Farma
juga mulai memproduksi obat-obatan Over The Counter (OTC), seperti Sanaflu®
pada tahun 1992. Sanaflu® merupakan produk yang memenangkan grand prize
“The Most Popular Brand” pada tahun 1997 dan 1999. Tahun 2000, Sanbe Farma
memproduksi Poldan Mig® yang merupakan obat migrain tanpa resep pertama di
Indonesia.
Bangunan Unit III mulai difungsikan pada tahun 2005. Unit ini berlokasi
di Jl. Industri Cimareme No.8 Padalarang, Kab. Bandung Barat. Unit III
digunakan untuk memproduksi sediaan steril. Penanganan limbah
31
cair PT Sanbe dari semua unit dilakukan pada Waste Water Treatment Plant
(WWTP) yang bertempatkan di Cimareme.
3.2 Lokasi
PT. Sanbe Farma mempunyai beberapa tempat untuk melakukan aktivitas
produksi yaitu:
32
1. PT. Sanbe Farma unit 1 di Jl. Industri 1 no.9 Cimahi memproduksi produk non
beta laktam, non sefalosporin, dan obat hewan (veterinary).
2. PT. Sanbe Farma unit 2 di Jl. Leuwigajah no.162 Cimahi memproduksi produk
betalaktam (lantai 2) dan sefalosporin (lantai 4).
3. PT. Sanbe Farma unit 3 Jl. Industri Cimareme no.8 Padalarang memproduksi
SVP (Small Volume Parenteral = injeksi volume kecil), LVP (Large Volume
Parenteral atau injeksi volume besar), tetes mata, sediaan steril semisolid,
sediaan serbuk injeksi steril.
4. PT. Sanbe Farma unit 4 di Jl. Industri Cimareme no.8 Padalarang memproduksi
produk-produk anti kanker (oncology).
5. PT. Sanbe Farma unit 5 di Jl. Industri Cimareme no.8 Padalarang memproduksi
produk-produk biologi (biological).
1.3 Visi dan Misi
Visi
Menjadi supplier formulasi generik dan OTC yang terkenal di dunia.
Misi
a. Integritas: prinsip etika tertinggi dalam proses menyediakan produk dan
pelayanan yang berkualitas.
b. Highest regard for people: sumber daya manusia adalah dasar kesuksesan
sanbe, dan kami akan memperkerjakan, memotivasikan, dan
mempertahankan orang yang tepat dengan kemampuan dan kompetensi
yang tepat.
c. Kepuasan pelanggan: kami akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan kami dengan tepat waktu dan dengan kemampuan terbaik yang
kami miliki.
d. Komunitas: kami akan menyediakan produk berkualitas untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat.
e. Inovasi: kami akan selalu melakukan hal-hal yang berbeda dan melakukan
hal-hal yang sama dengan cara yang berbeda.
f. Kerja sama tim: kami akan bekerja sama dalam satu kesatuan, saling
mempercayai tanpa memandang batasan geografis dan organisasi.
g. Kinerja: kami akan menetapkan standar kinerja tertinggi dan memperoleh
33
pencapaian yang lebih baik dari hari ke hari untuk memenuhi dan melebihi
standar tersebut, dengan hasrat yang tidak terpadamkan.
h. Kepemimpinan: kami akan menjadi pemimpin dalam apapun yang kami
lakukan dengan cara kami (pt. Sanbe farma, 2017).
3.4 Personalia
3.4.1 Struktur Oganisasi
Berdasarkan struktur organisasi, pimpinan tertinggi PT. Sanbe Farma adalah
president commisioner yang membawahi director. Director membawahi supply
chain management director, technical operation director, dan RnD corporate
manager. Technical operation director membawahi head of quality, Plant
manager, dan IT corporate senior manager. Head of quality membawahi QC
manager, QA manager, document control manager, validation manager, dan
laboratory complience manager. Plant manager membawahi PPIC manager,
Production manager, human capital manager, serta engineering manager
(Lampiran 3.4.1).
34
Area produksi telah menggunakan ventilasi dengan sistem pengendali udara
termasuk filter udara dengan tingkat efisiensi yang dapat mencegah cemaran dan
pencemaran silang yaitu dengan menggunakan HEPA filter, adanya pengendali
suhu, pengendali kelembapan udara sesuai dengan kegiatan yang dilakukan dalam
ruang produksi tersebut. Ruangan produksi yang telah dilengkapi dengan sistem
HVAC sesuai dengan CPOB, yang mana ruang produksi merupakan ruangan
dengan berbagai grade area dengan temperatur, kelembaban dan tekanan yang
disyaratkan.
Permukaan dinding luar bangunan diberi cat yang tahan terhadap pengaruh cuaca
dan air. Permukaan bagian dalam (dinding lantai dan langit-langit) licin dan bebas
dari retak dan sambungan terbuka dan mudah dibersihkan serta didesinfeksi.
Lantai dan dinding kedap air. Sudut-sudut antara dinding, langit-langit dan lantai
berbentuk lengkungan sehingga tidak menahan kotoran. sehingga memperkecil
resiko cross contamination dan supaya mudah dibersihkan, sanitasi dan perawatan
yang efektif pada penumpukan debu atau kotoran, dampak lain yang dapat
menurunkan mutu obat.
Sebagai Industri farmasi PT. Sanbe Farma Unit 4 selalu memberikan kondisi
terbaik bagi produk yang dihasilkannya dengan pengadaan fasilitas penunjang
yang meliputi heating, ventilation dan air conditioning, water system, boiler,
compressed air dan light load (generator listrik). Fasilitas penunjang seperti
pengolahan air, udara, limbah, listrik, laboratorium kimia dan mikrobiologi, serta
gudang baik bahan baku maupun obat jadi semuanya diatur sesuai prinsip CPOB.
35
PT. Sanbe Farma membentuk suatu departemen yang bertanggung jawab dalam
menjaga lingkungan, kesehatan, dan keselamatan kerja para karyawan, kontraktor,
pelanggan serta masyarakat dengan cara yang aman serta ramah lingkungan.
Departemen tersebut yaitu Environment Health Safety (EHS). Dalam upaya
meningkatkan dan mendukung keselamatan, EHS menerbitkan bulletin setiap 3
bulan sekali yang berisi keselamatan kerja, kesehatan dan lingkungan. Selain itu
EHS juga menerapkan program “LUCK” atau Langkah Upaya Cegah Kecelakaan,
dimana setiap personil atau karyawaan mengisi form “LUCK” yang tersedia, jika
mengalami kecelakaan kemudian melaporkan pada bagian EHS. Selain itu EHS
juga menerapkan form near miss, form ini diisi oleh setiap personil atau
karyaawaan yang mengalami keadaan hampir celaka.
3.6.1 Sanitasi Perorangan
Secara umum prosedur higienitas perorangan di PT. Sanbe Farma mencakup
kesehatan personel kebersihan personil, higienic behavior, dan kebersihan
pakaian. Dari segi kesehatan, semua karyawan PT. Setiap personil yang memasuki
sarana produksi media harus memenuhi persyaratan yaitu pemantauan kesehatan
karyawan dan telah melakukan gowning qualification.
a. Pemantauan kesehatan
36
dan personil) untuk mempertahankan sterilitas, sehingga kontaminasi mikroba dan
partikel dapat dicegah dalam tingkat yang dapat diterima. Personil terkait yang
memasuki area aseptik dan yang terkait dengan pekerjaan pendukung di area
aseptik bertanggung jawab untuk melaksanakan kualifikasi cara berpakaian.
Kualifikasi cara berpakaian harus berlaku untuk semua personil yang bekerja di
di area produksi PT Sanbe Farma Unit IV (Unit Onkologi). Personil baru yang
bekerja di formulasi, filling dan area proses aseptik lain harus dikualifikasi
berdasarkan tiga test berturut-berturut.
PT. Sanbe Farma Unit 4 telah memfasilitasi ruang ganti untuk para personil
produksi dan adanya fasilitas kebersihan seperti tempat mencuci tangan beserta
pengeringnya dan toilet yang dilengkapi dengan sabun antiseptik.
3.6.2 Sanitasi Ruangan
Untuk ruang produksi pelaksanaan pembersihan ruangan dilakukan sebelum dan
setelah proses produksi berlangsung. Karena pembuatan produk di onkologi
menggunakan teknik aseptik sehingga sterilitas harus dijaga dari awal proses
produksi hingga akhir proses produksi untuk menghindari dan meminimalisir
kontaminasi yang dapat mempengaruhi mutu produk. Sanitasi ruangan dilakukan
dengan cara vogging.
3.7 Produksi
37
Departemen Produksi merupakan departemen yang bertugas untuk membuat dan
menjalankan proses dalam pembuatan obat di suatu industri farmasi. Terdapat tiga
fokus produksi di PT. Sanbe Farma Unit Onkologi, yaitu Risk Personil, Risk
Lingkungan, dan Risk Produk. Untuk memenuhi fokus tersebut, proses produksi
di PT. Sanbe Farma Unit Onkologi dilakukan di kelas-kelas khusus. Proses
produksi dilakukan di kelas A bertekanan negatif (menggunakan isolator) dengan
latar belakang ruangan kelas C. Produksi di PT. Sanbe Farma Unit Onkologi
terbagi ke dalam dua tahapan, yaitu produksi bagian proses dan produksi bagian
pengemasan.
1. Weighing (Penimbangan)
Proses penimbangan dilakukan di dua tempat, yaitu di dalam isolator dan LAF.
Isolator digunakan untuk penimbangan zat aktif serta zat tambahan dengan
kapasitas kecil (bentuk serbuk) sedangkan LAF (Laminar Air Flow) digunakan
untuk penimbangan zat tambahan dengan kapasitas besar (bentuk cairan) misalnya
seperti pelarut etanol dll, serta bahan kemas (Rubber). Isolator penimbangan
sendiri memiliki differential pressure sebesar -10 Pa, sehingga partikel-partikel
yang terdapat di dalam isolator tidak akan keluar dan tidak akan berbahaya bagi
personil. Hal itu juga menjadi tujuan utama mengapa digunakan isolator, salah
satunya untuk meningkatkan keamanan personil. Pada dasarnya sebelum
melakukan proses penimbangan, dilakukan pengujian kebocoran terlebih dahulu
(Leak Test) dengan tekanan minimal 30 Pa. Pada dasarnya isolator diberi tekanan
maksimal 70 Paskal. Kemudian didiamkan selama 97 detik. Jika penurunan cepat
diatas 30 Pa maka isolator tidak bocor, namun jika penurunan cepat dan dibawah
30 Pa maka isolator dinyatakan bocor. Setelah dipastikan bahwa isolator tidak
bocor, dilakukan proses sterilitasi dan sanitasi terlebih dahulu.
38
1. Proses Sterilisasi
Sterilisasi menggunakan VHP (Vaporized Hydrogen Peroxide) yang mengandung
hidrogen peroksida. Pada tahapan ini, sebelum melakukan penimbangan harus
dipastikan terlebih dahulu bahwa tidak ada H2O2 yang tertinggal (dalam artian
H2O2 0%) dengan cara ditunggu selama 2,5 jam.
2. Proses Sanitasi
Sanitasi dilakukan untuk menghitung jumlah partikel menggunakan Particle
Count selama 1 jam. Persyaratan partikel di kelas A adalah < 3520/m 3 untuk
ukuran partikel 0,5µ dan < 20/m3 untuk ukuran partikel 5µ.
b. Proses penimbangan
Dalam pembuatan sediaan, terdapat zat aktif dan zat tambahan. Proses
penimbangan dilakukan dengan menimbang bahan tambahan terlebih dahulu lalu
dilanjutkan dengan penimbangan bahan baku. Proses penimbangan dilakukan
terpisah dan setiap akan menimbang zat yang berbeda harus dibersihkan terlebih
dahulu, cleaning ini dilakukan terhadap bahan dan dokumen sebelumnya, dan
dipastikan bahwa sudah tidak ada lagi bahan dan dokumen yang tertinggal. Hal ini
dilakukan untuk menghindari terkontaminasinya bahan-bahan yang akan
digunakan. Yang menjadi poin penting adalah jangan sampai terjadi mix up
bahan baku dengan bahan tambahan, karena bahan tambahan dapat digunakan
untuk beberapa batch yang memungkinkan berbeda produk, sehingga tidak boleh
terjadi pencampuran antara bahan tambahan dengan bahan baku pada saat
penimbangan.
39
Proses memasukkan bahan baku atau bahan bahan tambahan ke dalam isolator
yaitu menggunakan RTP (Rapid Transfer Port), hal ini dilakukan agar bahan baku
atau bahan tambahan tidak mengkontaminasi udara luar. Port pada RTP hanya
akan terbuka jika port α pada isolator menempel dengan port β yang berisi bahan
yang akan dimasukkan. Setelah bahan selesai ditimbang, bahan yang digunakan
disimpan di tempat hasil timbang untuk kemudian digunakan di proses
pencampuran dan sisa yang tidak digunakan disimpan di stagging out untuk
diberikan kembali ke PPIC.
2. Mixing (Pencampuran)
Proses pencampuran dilakukan di isolator dengan tekanan negatif yaitu sebesar
-10 Pa. Bahan yang sebelumnya sudah ditimbang diserahkan ke bagian
pencampuran melalui pass through untuk selanjutnya dilakukan proses
pencampuran. Terdapat dua macam mixing tank dengan kapasitas yang berbeda
yaitu kapasitas 15 L dan small facility dengan kapasitas 5 L. penggunaan mixing
tank disesuai kan dengan batch size produk yang akan dibuat.
1. Small facility (5 L)
1) Sanitasi isolator
2) Autoclave mixing tank
Proses ini dilakukan pada suhu 121oC selama 30 menit.
3) CIP (Cleaning in Place) jalur produk
Proses CIP dilakukan dengan cari mengalirkan WFI (Water for Injection)
dari pressure tank 5 L hingga ke drainase dengan suhu 80oC selama 20
menit/cycle.
4) Autoclave mixing tank selesai.
5) VHP (Vaporized Hydrogen Peroxide) isolator mixing.
VHP dilakukan dengan menggunakan hidrogen peroksida selama 1,5 jam.
40
1. SIP (Sterilization in Place) jalur produk
SIP dilakukan dengan cara mengalirkan pure steam dari pressure tank 5 L
hingga ke drainase dengan suhu 121oC selama 15 menit/cycle.
2. Integritiy filter
Integrity filter dilakukan untuk melihat kelayakan filter yang digunakan
dalam isolator mixing. Terdapat dua filter yang digunakan pada isolator
mixing, yaitu filter pertama dengan ukuran 0,22 µm dan filter kedua dengan
ukuran 0,45 µm + 0,22 µm (double layer). Integrity filter dilakukan
menggunakan alat Palltronic Flowstar. Mekanisme yang terjadi saat proses
integrity filter adalah alat memberikan tekanan sebesar 2500 mbar
(tergantung produk) yang dimasukkan melalui port pada isolator mixing
dan terhubung pada filter yang digunakan. Paramater bahwa filter masih
layak digunakan adalah grafik yang terbaca pada alat menunjukkan bahwa
filter dalam keadaan stabil. Hal ini dapat dilihat dari nilai max flow yang
terbaca harus di bawah 0,1 (tergantung filter yang digunakan) dalam waktu
kurang dari 600 detik. Jika grafik menunjukkan ketidakstabilan atau waktu
yang dibutuhkan lebih dari 600 detik, maka perlu dicurigai bahwa terjadi
kebocoran pada filter.
c. Pencampuran
Proses pencampuran terjadi di mixing tank dan ditransfer ke filling tank
melalui jalur yang sebelumnya sudah disiapkan. Bahan yang sudah
dicampurkan didorong menggunakan peristaltic pump kemudian difiltrasi
menggunakan filter yang sudah diuji kelayakannya kemudian masuk ke filling
tank. Ketika seluruh bahan yang sudah dicampurkan sudah berada di filling
tank maka dilakukan sampling terhadap bahan untuk melihat homogenitas dan
terdapat parameter yang harus dipenuhi, yaitu pH (7), konduktivitas (1,3) dan
Total Organic Carbon (0). Jika sudah memenuhi parameter tersebut,
selanjutnya dapat dilakukan proses filling.
d. Sanitasi isolator mixing setelah selesai
Setelah proses mixing selesai, maka perlu dilakukan sanitasi kembali. Sanitasi
akhir setelah proses mixing dilakukan dengan cara melakukan CIP dengan
WFI 80oC selama 2 jam.
41
2. Mixing Tank (25 L)
1. Sanitasi isolator
2. CIP (Cleaning in Place) press to holding tank
Proses CIP press to hilding tank dilakukan dengan cari mengalirkan WFI
(Water for Injection) dari pressure tank 5 L hingga ke drainase pada
holding tank dengan suhu 80oC selama 20 menit/cycle.
42
dengan ukuran 0,45 µm + 0,22 µm (double layer). Integrity filter
dilakukan sama seperti pada small facility 5 L.
c. Pencampuran
Proses pencampuran terjadi di mixing tank dan ditransfer ke filling tank
melalui jalur yang sebelumnya sudah disiapkan. Bahan yang sudah
dicampurkan ditransfer dari mixing tank ke pressure tank menggunakan
peristaltic pump kemudian difiltrasi menggunakan filter yang sudah diuji
kelayakannya kemudian masuk ke filling tank. Pada proses pencampuran
kapasitas besar (15 L), bahan yang sudah dicampurkan tidak seluruhnya
masuk ke dalam filling tank karena kapasitas filling tank hanya 5 L. Sehingga
bahan yang sudah dicampurkan ditampung terlebih dahulu di holding tank
untuk selanjutnya dialirkan ke filling tank dengan cara bertahap, yaitu mesin
akan secara otomatis mengehentikan proses pemindahan dari holding tank ke
filling tank ketika volume filling tank sudah mencapai 60% dari volume total
dan mesin akan secara otomatis memulai kembali proses pemindahan ketika
volume filling tank mencapai 40% dari total volume filling tank. Ketika proses
pemindahan dilakukan sampling terhadap bahan yang sudah dicampurkan
untuk melihat homogenitas dan terdapat parameter yang harus dipenuhi, yaitu
pH (7), konduktivitas (1,3) dan Total Organic Carbon (0). Jika sudah
memenuhi parameter tersebut, selanjutnya dapat dilakukan proses filling.
d. Sanitasi isolator mixing setelah selesai
Sanitasi akhir setelah proses mixing dilakukan dengan cara melakukan CIP
dengan dengan WFI 80oC selama 2 jam.
3. Washing & Depyrogenation (Pencucian & Depyrogenation Vial)
Untuk proses pencucian vial menggunakan alat Washing Vial and
Depyrogenation Machine Steriline Model RA-V4/STC25. Vial yang akan
digunakan harus dicuci terlebih dahulu sebelum vial kontak langsung dengan
produk. Pencucian ini bertujuan untuk memperoleh vial yang steril dan bebas
endotoksin.
43
a. Washing
Vial dicuci menggunakan PW, WFI, dan CA yang secara otomatis
disemprotkan ke dalam vial. Urutan pencucian adalah dengan menggunkan
PW terlebih dahulu sebayak dua kali lalu di akhir dibersihkan menggunakan
WFI. Penggunaan WFI ini dikarenakan vial merupakan kemasan primer
sehingga harus dibilas menggunakan pelarut yang digunakan pada produk
yaitu WFI. Setelah itu, untuk mengeringkan PW dan WFI (air) yang masih
terdapat dalam vial dengan menyemprotkan CA (gas). Washing speed yang
digunakan saat pencucian vial adalah sebagai berikut:
44
dibuat. Jalur manual digunakan jika batch size produksi < 5 L, jalur manual yang
dimaksud adalah proses transfer dari mixing tank ke filling tank dilakukan di
isolator mixing lalu dipindahkan ke isolator filling melalui RTP. Sedangkan jalur
OLSA digunakan jika batch size > 5 L, yaitu hasil pencampuran ditransfer secara
bertahap dari holding tank pada proses mixing dengan ketentuan call level 40%
dan stop level 60%. Artinya, filling tank (kapasitas 5 L) akan secara otomatis terisi
produk pada holding tank ketika sudah mencapai 40% dari total volume dan
berhenti terisi ketika sudah mencapai 60%.
45
Vial diberikan pregas (N2) untuk menghilangkan gas O2 dalam vial.
Vial diisi produk menggunakan pompa yang terhubung dengan filling tank dan
selang untuk pengisian vial.
Vial berisi produk disemprotkan postgas (N2) untuk menghilangkan gas O2.
Vial ditutup oleh rubber.
Vial selanjutnya diarahkan menuju tempat capping untuk selanjutnya
dilakukan proses capping & EDMC.
5. Lyophilization
Liofilisasi merupakan sebuah proses yang dilakukan untuk merubah produk
sediaan cair menjadi sediaan padatan (serbuk). Proses ini hanya digunakan untuk
produk tertentu, contohnya adalah Gemcitabine dan Getanosan. Proses liofilisasi
yang dilakukan di PT. Sanbe Farma Unit Onkologi menggunakan metode freeze
drying, yaitu metode pengeringan beku. Perbedaan dengan produk liquid ada pada
penutupan rubbernya. Agar terbentuk serbuk atau padatan, rubber harus ditutup
setengahnya jangan sampai tertutup rapat. Proses liofilisasi menggunakan alat
bernama TERRUZZI. Terdapat beberapa komponen yang digunakan dalam
melakukan proses liofilisasi, yaitu:
1) Menentukan waktu, tekanan, dan suhu yang digunakan pada setiap step
(mengacu pada hasil validasi proses).
2) Menentukan jadwal personil, hal ini dilakukan karena:
Terdapat pencatatan proses setiap 30 menit selama proses berlangsung (48
jam)
Terdapat titik kritis ketika terjadi perubahan tekanan (harus dipantau oleh
personil yang bertugas).
3) Vial berisi cairan produk dimasukkan ke dalam frame.
46
4) Frame dimasukkan ke dalam plot atau rak chamber.
5) Proses liofilisasi dijalankan dengan tahapan proses sebagai berikut:
Produk cairan dibekukan dengan cara menurunkan suhu secara bertahap
hingga -40oC.
Uap hasil pembekuan disedot oleh vacuum dengan tekanan 0,7 mbar untuk
menghilangkan kadar air dan suhu dinaikkan hingga 0oC.
Suhu dinaikkan hingga 10oC dan divakum dengan tekanan 0,2 mbar
hingga suhu terus meningkat sampai 25oC untuk menghilangkan air hingga
batas <5% .
Produk menjadi sediaan padat (serbuk).
Rubber yang pada awalnya hanya tertutup setengah kemudian ditutup
sepenuhnya.
6) Setelah proses berjalan selama 48 jam, frame berisi vial diambil (proses
unloading)
7) Produk dilanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu proses Capping & EDMC
6. Capping (Penyegelan) dan EDMC (External Decontaminating Machine
Compact)
Proses capping dilakukan secara otomatis setelah proses filling dan proses
liofilisasi (produk lyophilized). Proses capping dilakukan untuk menyegel vial
yang telah berisi produk agar tertutup rapat setelah ditutup oleh rubber. Setelah
vial tertutup rapat dan disegel, bagian luar vial dibersihkan melalui proses EDMC.
Proses EDMC terdiri dari proses pencucian dan proses pengeringan. Vial yang
masuk ke dalam mesin disemprot dengan PW (Purified Water) kemudian
dikeringkan dengan cara disemprot dengan CA (Clean Air). Fungsi EDMC adalah
untuk membersihkan bagian luar vial agar terbebas dari sisa produk sitotoksik
yang mungkin terkena produk ketika proses filling.
47
(gesekan, benturan, getaran). Pada dasarnya sebelum melakukan tahapan
pengemasan dilakukan sanitasi dan verifikasi terhadap ruangan dan peralatan
setiap harinya. Sebelum pemeriksaan visual dilakukan pastikan bahwa meja yang
akan digunakan sudah berlabel “CLEAN”. Pastikan sudah dilakukan jalur
pembersihan (line clearance) yang bertujuan untuk membersihkan semua jalur
yang ada dibagian pengemasan dari seluruh hal yang tidak ada kaitannya dengan
proses pengemasan yang sedang berlangsung, dimana line clearance ini
meminimalisir terjadinya mix up antara produk yang akan dikerjakan dengan
produk yang sebelumnya telah dikerjakan. Produk yang akan diamati harus
dipastikan telah ditandai dengan label berstatus quarantine after capping.
48
Operator visual maksimal melakukan pengamatan selama 4 jam, dengan
waktu istirahat 10 menit tiap 1 jamnya. Terdapat contoh spesimen reject
sebagai acuan dalam pengamatan visual untuk memudahkan operator
dalam melakukan pengamatan.
2. Persyaratan Inspektor
Persyaratan awal inspektor yang akan melakukan pengamatan visual antara lain :
49
3. Kategori kritikal adalah kecacatan yang dapat menyebabkan reaksi serius
atau kematian jika digunakan oleh pasien, misalnya vial retak, pecah,
bagian bawah terkelupas, tidak ada flip off, flip tidak menutup sempurna,
serta produk mengandung pecahan kaca atau beling.
Mayor
4. Kategori mayor adalah kecacatan yang dapat menyebabkan gangguan
kesehatan sementara atau berulang pada pasien, misalnya produk yang
mengandung partikel, serat, volume kurang, volume lebih, dan
mengandung plastik.
Minor
5. Kategori minor adalah kecacatan yang tidak memengaruhi efikasi dan
keamanan produk, hanya berpengaruh terhadap penampilan produk,
misalnya alucap penyok, alucap berlubang, alucap sobek, tergores atau
buram, dan terdapat benjolan di luar. Deviasi yang diijinkan dalam
pengamatan challenge set adalah sebesar 0% untuk kategori kritikal, ±10%
untuk mayor, dan ±20% untuk minor.
6. Prosedur pemeriksaan visual :
Peralatan disiapkan (lampu, meja) diverifikasi,
Ruang terpisah jangan ada kebisingan,
Wajib ada spill kit (apd dll),
Kebersihan ruangan, kesiapan alat, kesiapan inspektor,
Dicek keseluruhan vial syarat mengecek vial 5 detik,
Setelah visual kemudian di sampling oleh ipc 1 box berisi 20 vial disampling,
Kemudian setelah itu dilakukan retest (uji kebocoran)
7. Produk yang telah lolos uji visual dimasukkan ke dalam boxy sesuai
dengan batch nya untuk dilakukan pengujian selanjutnya. Produk yang
reject dipisahkan dan disimpan di dalam lemari produk reject maksimal 3
bulan untuk selanjutnya dimusnahkan. Kategori produk yang diperiksa,
antara lain clear, amber, liofilisasi, dan media fill dimana kategori
penerimaan sebesar 10-15% standar yield setiap produk.
50
b. Uji kebocoran vial
8. Uji kebocoran sediaan liquid menggunakan leak test, dilakukan dengan
menggunakan vacuum chamber yang dilengkapi dengan pompa vacum,
yang sebelumnya dipastikan terlebih dahulu jumlah sampel yang akan
diuji kebocoran berdasarkan tabel ansi. Uji kebocoran pada produk liquid
dilakukan dengan mengisikan air ke dalam chamber, kemudian
meletakkan vial di dalam chamber dengan posisi terbalik di atas selembar
tisu. Vakum dijalankan hingga tekanan di dalam chamber mencapai –(60-
70) cmhg selama 5 menit. Ada atau tidaknya kebocoran diamati dari basah
atau tidaknya alas tisu. Uji kebocoran pada produk liofilisasi dilakukan
dengan merendam vial di dalam chamber berisi larutan yang diberi
indikator warna ponchou (merah). Vakum dijalankan hingga tekanan di
dalam chamber mencapai –(60-70) cmhg selama 5 menit. Kebocoran vial
ditandai dengan adanya larutan warna yang masuk ke dalam vial dan
membasahi serbuk.
9. Produk yang lolos uji kebocoran dimasukkan kembali kedalam box setelah
diberi label quarantine after visual dan leak test . Produk yang telah
dinyatakan lulus dari pengujian maka produk akan diberi label passed
after visual dan leak test oleh ipc untuk selanjutnya dilakukan serah terima
produk ruahan dari visual ke bagian packing, kemudian disimpan didalam
lemari wip (work in process) terkunci untuk selanjutnya dilakukan
packing yang sudah dijadwalkan ppic.
3. Coding labelling dan packing
10. Proses coding dan labelling dilakukan terhadap bahan kemas sekunder
meliputi folding box, master box, dan etiket. Bahan kemas yang akan
dilakukan proses coding harus dinyatakan released terlebih dahulu oleh
qc. Serah terima bahan kemas dari ppic ke bagian pengemas dilakukan
dengan menyamakan spesifikasi, data, jumlah, kode vers, dan nomor bpb
dari bahan kemas yang diterima sesuai dengan batch record. Kemudian
bahan kemas disimpan pada lemari bahan kemas dan diberi tanda agar
tidak terjadi mix up dengan bahan kemas lainnya. Setelah sesuai,
dilakukan line clearance dan proses coding bahan kemas. Proses coding
51
pada bahan kemas folding box mencantumkan nomor batch, tanggal
manufaktur, tanggal kadaluarsa, dan het. Sedangkan coding untuk bahan
kemas master box mencantumkan nama sesuai nie (nomor izin edar),
nomor batch, expire date, dnan jumlah folding box. Bahan kemas yang
sudah dilakukan proses coding diverifikasi dan dibawa menuju proses
packing.
11. Jika proses packing selesai, produk dimasukkan kedalam master box untuk
selanjutnya dibawa ke gudang obat jadi (goj) dan diberi label quarantine
finish product untuk dilakukan pengecekan kembali oleh ipc. Produk yang
telah lulus uji kemudian diberi label released finish product oleh qa.
Produk yang sudah rilis selanjutnya disimpan dalam goj sebelum pada
akhirnya didistribusikan ke konsumen oleh pt. Bina san prima.
4. Serah terima produk ke GOJ (Gudang Obat Jadi)
Membuat surat Production Finished Good Delivery dan syarat release oleh QA,
QC, dan dokumen- dokumen yang ada dan harus dilakukan pelaporan setiap
bulannya. Produk harus diluluskan oleh IPC terlebih dahulu misalnya jumlah
barang dan lain lain. Semua kegiatan serah terima dicantumkan di dalam logbook.
5. Jenis Pengemasan
a. Packing (normal)
Pengemasan produk yang dilakukan sedemikian rupa tanpa adanya perubahan
pada proses pengemasan.
52
d. Redressing
Produk yang akan diredressing adalah penggantian bahan kemas sekunder
dari ethical ke generik atau sebaliknya.
3.8.1 QA System
QA System memiliki tugas yaitu :
53
- Hasil pengujian dan pengawasan selama proses meliputi peninjauan data
analisis dengan pemenuhannya terhadap persyaratan dan spesifikasi yang telah
ditetapkan.
- Pengkajian terhadap ada atau tidaknya penyimpangan dari prosedur yang
ditetapkan.
Di PT. Sanbe Farma, status terhadap produk jadi dapat diberikan apabila sudah
dilakukan review terhadap beberapa dokumen, mencakup Batch Record (BR),
hasil pemeriksaan departemen QC berupa finished product worksheet (FPW) dan
bulk product worksheet (BPW) serta dokumen IPC (In Process Control) Record.
Review terhadap dokumen-dokumen tersebut dilakukan oleh Batch Record
Reviewer dan akan di-review kembali oleh QA Manager sebelum mendapatkan
disposisi atau status releas atau reject produk tersebut.
2. Penanganan terhadap Penyimpangan atau Deviation Report (DVR)
Penanganan penyimpangan adalah upaya yang dilakukan untuk meminimalkan
kesalahan dengan cara tindakan perbaikan dan pencegahan. Penyimpangan dapat
terjadi pada produk atau segala yang berkaitan dengan proses produksi. Ketika
terjadi suatu penyimpangan, departemen terkait membuat Quality Information
yang menjelaskan terkait penyimpangan yang terjadi untuk dilaporkan ke
departemen QA. QA Manager akan memberikan disposisi dan klasifikasi dari
penyimpangan tersebut.
Dalam laporan DVR berisi deskripsi penyimpangan yang terjadi, remedial action
yang telah dilakukan, root cause analysis, investigation report, proposed
corrective and preventive action serta disposisi dari Head of Quality. Untuk
penetuan root cause, metode yang digunakan adalah fish bone diagram dan 5
WHY. Laporan CAPA dibuat setelah Head of Quality menyetujui Corrective dan
54
Preventive Action diajukan. CAPA selanjutnya diimplementasikan dan hasil
implementasi direview oleh QA
Untuk penyimpangan yang tidak berkaitan dengan batch produksi seperti air,
edotoksin, maka monitoring dilakukan selama 3 (tiga) bulan setelah closing
55
CAPA. Sedangkan untuk penyimpangan yang berkaitan dengan batch produksi
seperti bahan baku, proses produksi dan lain-lain, maka monitoring dilakukan
untuk 3 (tiga) batch produk yang diproduksi berikutnya. Jika CAPA dinyatakan
tidak efektif, maka dilakukan investigasi ulang dan membuat CAPA ulang.
56
Quality. Setelah itu QA Manager membuat surat kepada Product Manager yang
akan dikirimkan ke customer.
Produk kembalian adalah produk jadi yang telah beredar, yang kemudian
dikembalikan ke Industri farmasi karena keluhan. Terdapat beberapa hal yang
dapat menyebabkan dikembalikannya produk baik dari internal (gudang produk
jadi), atau eksternal (distributor), diantaranya adalah administrasi atau pengiriman,
produk kadaluarsa, perintah penarikan BPOM dan ada keluhan produk yang
berefek serius. Mengenai kerusakan, kadaluwarsa, atau alasan lain misalnya
kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan keraguan akan identitas,
mutu, jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan.
57
Sedang kan untuk Recall, Penarikan kembali produk dapat berupa penarikan satu
bets tertentu atau seluruh bets dari rantai distribusi yang sudah dipasarkan karena
alasan khusus industri itu sendiri atau permintaan BPOM. Adanya penarikan
kembali produk yang telah dipasarkan kemungkinan dapat terjadi karena :
a. Self Inspection
Self inspection atau inspeksi diri dilakukan setiap bulan oleh manager dan
supervisor dari masing-masing departemen untuk departemen itu sendiri. Hasil
inspeksi dilaporkan kepada departemen QA.
b. Internal Audit
Internal audit merupakan audit yang dilaksanakan oleh departemen QA. Auditor
berasal dari departemen lain dalam perusahaan tersebut atau unit lain yang ada di
bawah naungan PT. Sanbe Farma. Pelaksanaan audit internal dilakukan setiap 6
(enam) bulan sekali. Tim Auditor harus memahami GMP (Good Manufacturing
Practice) atau CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dan berpengalaman
terhadap prosedur dan sistem operasional departemen tersebut.
c. External Audit
External audit merupakan audit yang dilakukan oleh regulator nasional (BPOM)
maupun regulator luar negeri atau perusahaan lain baik dalam negeri maupun luar
negeri yang akan bekerja sama dengan PT. Sanbe Farma.
9. Training
Training diberikan kepada seluruh karyawan yang ada pada Plant tersebut.
Seluruh karyawan memiliki jadwal training selama setahun (TNA) sesuai dengan
job desc masing-masing karyawan. Training GMP dilakukan oleh Training
58
Organizer setiap setahun sekali. Untuk karyawan lama refreshment training
dilakukan setiap satu tahun sekali. Sedangkan untuk karyawan baru dilakukan
training sebelum masuk ke jobdesk nya yang akan dilakukan dilapangan nanti.
Terdapat tiga tipe dokumen yang digunakan di PT. Sanbe Farma, yaitu:
59
menunjukkan hasil tertulis dari pelaksanaan kegiatan. Dokumen pada level ini
bersifat sangat rahasia karena merupakan kegiatan nyata yang dilakukan oleh
perusahaan.
a. Controlled Document
Dokumen terkontrol adalah salinan dari dokumen asli yang selalu diperbaharui
dan didistribusikan kepada pihak tertentu yang diperlukan untuk efektivitas
penerapan sistem manajemen mutu. Contoh dokumen terkontrol adalah : protap,
batch record, protokol, dan laporan.
b. Uncontrolled Document
Dokumen tidak terkontrol adalah salinan dari dokumen yang dapat diberikan
kepada pihak yang memerlukan tanpa ada pembaharuan, serta dapat segera
dimusnahkan apabila sudah tidak digunakan lagi. Dokumen diberikan pada orang
yang tidak termasuk dalam distribution sheet. Selain itu document officer
diperbolehkan tidak mengajukan kenaikan revisi atau penarikan dokumen. Contoh
dokumen tidak terkontrol adalah : dokumen–dokumen untuk keperluan registrasi,
audit, dll.
60
Sistem uncontrolled digunakan untuk dokumen-dokumen yang didistribusi ke luar
Plant atau company. Cara pendataan yang digunakan adalah dengan menggunakan
document transmittal yaitu untuk mengetahui dokumen-dokumen yang telah
dikeluarkan disebarkan ke mana saja. Contoh: dokumen registrasi yang telah
diberikan ke BPOM.
Document Control
Preparation of Document
Document Numbering System
Record Control
Drawing Numbering System
Good Documentation Practice
Setiap departemen yang memiliki SOP, baik untuk SOP internal departemen
ataupun SOP yang berhubungan dengan departemen lain. Setiap SOP memiliki
waktu efektif atau masa expired selama tiga tahun, dan satu bulan sebelum waktu
efektif habis harus segera diperpanjang atau direvisi apabila terdapat perubahan,
sehingga SOP tersebut harus ditinjau kembali. Setelah departemen terkait
memberikan revisi SOP kepada DCC, maka SOP lama akan ditarik dan diberi
tanda “OBSOLETE”. Jika SOP tidak ada pembaharuan, maka setiap departemen
dapat mengisi Reviewed of Document untuk kemudian SOP diberikan cap
“REVIEW DATE” sehingga waktu efektif SOP secara otomatis diperpanjang tiga
tahun. Namun untuk pemberian cap, maksimal pemberian cap oleh DCC sebanyak
2 kali. Jika sudah 2 kali terdapat cap “REVIEW DATE” maka departemen terkait
harus melakukan pembaharuan terhadap SOP tersebut sehingga umur dokumen
maksimal 9 tahun. Bagi departemen yang melakukan pembaharuan terhadap SOP,
maka harus melampirkan dokumen-dokumen sebagai berikut:
1. Change Control
Change control merupakan daftar perubahan-perubahan yang ditetapkan oleh
departemen terkait terhadap SOP yang diperbaharui dan menyertakan alasan
terhadap perubahan pada SOP tersebut sesuai literatur yang digunakan.
61
Tracking & tracing merupakan daftar perbandingan antara SOP yang baru dan
SOP yang lama (perubahannya apa saja). Dokumen ini dilampirkan untuk
mempermudah dalam melihat perubahan yang diterapkan pada SOP tersebut.
3. Recall of Document
Recall of Document merupakan dokumen revisi sebelumnya yang harus ditarik di
lapangan, karena akan diganti dengan revisi dokumen yang terbaru.
62
Terdapat Back up electronic untuk setiap dokumen yang disimpan oleh DCC
dan hanya departemen DCC yang memiliki akses. Password diganti selama 6
bulan sekali.
3.9 Validasi dan Kualifikasi
Validasi merupakan kegiatan dengan cara dokumentasi apakah bahan, proses,
mesin, prosedur, kegiatan, sistem dan mekanisme yang digunakan dalam produksi
dan pengawasan akan mencapai hasil yang diinginkan dan konsisten. Sistem
validasi di Oncology Plant PT. Sanbe Farma dilakukan secara corporate dengan
menggunakan Rencana Induk Validasi (RIV) yaitu Validation Master Plan (VMP)
yang bertujuan mengatur segala macam dokumentasi. Pembuktian tersebut
dilakukan sebanyak tiga kali dengan maksud menentukan kisaran parameter yang
akan divalidasi, jika ada perubahan apakah masih memenuhi spesifikasi, dan yang
terakhir untk memastikan apakah pengujian yang dilakukan sudah valid atau
belum.
b. Menekan biaya
Tahapan sebelum melakukan validasi proses adalah memastikan bahwa alat atau
mesin yang akan divalidasi sudah terkualifikasi, sebelum dilakukan kualifikasi
semua instrumen pengukuran harus dikalibrasi terlebih dahulu. Kualifikasi yang
dilakukan yaitu DQ, IQ, OQ, dan PQ. Kualifikasi dilakukan setelah industri
memiliki user requirement spesification (URS), yaitu spesifikasi yang diinginkan
dan sesuai dengan regulasi yang ditetapkan pemerintah dan menentukan
vendor/supplier mana yang memenuhi persyaratan. Tahapan selanjutnya antara
lain:
63
FAT dan SAT sebelum diinstalasi untuk mempermudah tahapan selanjutya. FAT
(factory acceptance test) merupakan verifikasi oleh user kepada vendor terhadap
peralatan sebelum dikirim ke pelanggan/user. Vendor melakukan tes terhadap
peralatan atau sistem tersebut sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan user
dengan tujuan sistem atau peralatan tersebut akan sesuai saat dipasang atau
diinstalasi ditempat user atau industri. SAT (site acceptance test) dilakukan
ditempat user bersama dengan vendor, namun pemasangan alat dilakukan sendiri
oleh user. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa sistem /peralatan telah
dipasang dan bekerja sesuai dengan tujuannya di tempat user.
64
a. Kualifikasi Utility
Kualifikasi utility terdiri dari water system, sistem udara, dan ruangan. Sistem
yang dikualifikasi di plant oncology antara lain PW dan WFI dengan parameter
uji yaitu pH, konduktiviti, dan TOC (Total Organic Carbon). Sistem udara yang
perlu dikualifikasi adalah HVAC, steam, dan compressed air dengan parameter
uji antara lain suhu, kelembapan, jumlah partikel (menggunakan particle counter),
microbiology test, differential pressure, air change, air flow pattern, dan particle
removal test. Kualifikasi dilakukan di user (ruangan) dan dicocokan sesuai dengan
spesifikasi ruangan yang telah ditetapkan sebelumnya.
b. Kualifikasi Equipment
Kualifikasi equipment terdiri kualifikasi alat atau mesin yang digunakan dalam
proses produksi, quality control, warehouse, serta equipment yang digunakan
dalam performance qualification (PQ) dilihat pada fungsi alat yang digunakan.
c. Kualifikasi Computerized
Kualifikasi computerized bertujuan untuk memastikan bahwa sistem
komputerisasi yang digunakan untuk pengaturan masing-masing sistem atau
tahapan proses berjalan sesuai spesifikasi. Sistem komputer (computerized)
dilakukan terhadap SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition), MRP
yaitu monitoring terhadap produk released dan quarantine, dan panel sistem
mesin.
a. Validasi Proses
Validasi proses dilakukan untuk memastika keseluruhan fasilitas, sistem,
peralatan, dan proses berjalan sesuai parameter yang ditetapkan sehingga bekerja
dengan efektif dan memberi hasil yang dapat terulang untuk menghasilkan produk
jadi yang memenuhi spesifikasi dan atribut mutu yang ditetapkan sebelumnya.
Validasi proses dimulai dari proses penimbangan bahan awal sampai pengemasan
produk jadi dan dilakukan pada proses produksi. Parameter kritikal alat/peralatan
(kecepatan mixing, waktu pengisian, volume pengisian, spesifikasi pengisian,
65
sterilisasi, suhu, waktu sterilisasi). Konsep dan strategi validasi; Critical Proses
Parameter (CPP) dan Critical Quality Atribut (CQA). Contoh CPP , batch size,
pH, temperature, sterilitas, berat per mL, bioburden, dan endotoksin. Contoh
CQA, pengujian kadar logam, deskripsi larutan.
1) Validasi Prospektif
2) Validasi Konkuren
Validasi konkuren dilakukan terhadap proses produksi yang sedang berjalan dan
belum dilakukan validasi prospektif (dalam kondisi khusus, harus terdapat
justifikasi) atau karena terdapat perubahan pada parameter kritis yang dapat
mempengaruhi mutu dan spesifikasi produk. Validasi ini dilakukan untuk produk
yang telah dipasarkan, dilakukan bersamaan dengan produk rutin. Proses validasi
dilakukan minimal 3 batch produksi dan hasilnya harus konsisten dan sesuai
standar.
3) Validasi Retrospektif
66
misalnya perubahan peralatan, bahan awal, formula, proses, dan metode. Proses
validasi retrospektif tidak dilakukan di PT. Sanbe Farma.
c. Validasi Pembersihan
67
Validasi pembersihan (cleaning validasi) dilakukan pada mesin-mesin produksi
yang bertujuan untuk memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur
pembersihan yang berlaku dan digunakan sudah tepat dan dapat dilakukan
berulang-ulang (reliable dan reproducible). Tahapan awal proses ini adalah
bracketing yakni menentukan produk sebagai marker dalam melihat sifat
toksisitas dan kelarutan. Produk yang dipilih yang paling toksik dan sangat sukar
larut. Toksisitas dapat dilihat dari data Permitted Daily Exposure (PDE) untuk
produk tersebut, LD50, ADE, dan lain-lain.
Metode yang digunakan, yakni swab untuk area mesin yang mudah dijangkau dan
rinse untuk yang sulit seperti pipa sekitar housing filter. Luas area swab yang
harus dijangkau sebesar 5 x 5 cm2. Hasil pengujian disampling dan dianalisis
pada titik kritis, yaitu TOC, pH, konduktivitas, TVC, endotoksin, dan sisa residu
zat aktif berupa kadar.
68
a. Pengujian kualitas air
Sebagian besar produk di oncology plant menggunakan air sebagai bahan baku
utama untuk proses produksi. Kualitas air diuji tiap seminggu sekali dengan
melakukan sampling pada titik-titik tertentu. Air yang diuji meliputi DRW
(Drinking Water), PW (Purified Water) 12 titik sampel, dan WFI (Water for
Injection) 16 titik sampel . Parameter yang diuji untuk menilai kualitas air adalah
total organic carbon (TOC), konduktivitas, dan pH.
Bahan yang sudah diberi label karantina, kemudian dilakukan sampling oleh QC
terhadap bahan tersebut dan menempelkan label sampling berwarna ungu. Label
sampling minimal berisi nama bahan, jumlah yang diambil sebagai sample dan
tanggal sampling. Pemeriksaan bahan kemas dilakukan terhadap bahan kemas
primer, sekunder, dan tersier. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan
fisik (dimensi, bobot, kecacatan) dan juga kimia. Pemeriksaan bahan kemas
sekunder meliputi pemeriksaan dimensi, bobot, penampilan dan redaksi.
69
Pengujian ini dilakukan untuk memastikan mutu produk tetap terjaga, setelah
semua pengujian telah sesuai maka dapat dilanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu
filling (pengisian). Sedangkan pengujian terhadap produk jadi dilakukan dengan
pengamatan visual, uji pH, kadar, berat jenis, osmolaritas, serta ada tidaknya
produk hasil degradasi atau pengotor.
d. Uji stabilitas
Tujuan dilakukannya uji stabilitas yaitu untuk menjamin kualitas produk yang
telah released dan dipasarkan. Uji stabilitas dilakukan untuk mengetahui pengaruh
lingkungan seperti suhu dan kelembaban terhadap parameter stabilitas produk
seperti kadar zat aktif, pH, penampakan fisik, dan pengotor atau produk degradasi
sehingga
Uji stabilitas yang dilakukan pada produk baru atau jika terdapat perubahan,
misalnya perubahan alat, metode, formula, bahan baku dan bahan kemas primer.
Post marketing stability test merupakan test yang dilakukan pada produk yang
telah tervalidasi tetapi tidak mengalami perubahan, test ini dilakukan setiap satu
tahun sekali dan penyimpanannya dilakukan hingga waktu kadaluarsa (expired
date) yang disimpan di climatic chamber sesuai dengan masa simpannya.
70
b. GC (Gas Chromatography) digunakan untuk menganalisis senyawa-senyawa
volatile dan menguji sisa pelarut (residu solvent) yang terdapat pada raw
material.
c. TOC analyzer digunakan untuk mengukur total karbon organik yang terdapat
dalam PW (purified water) dan WFI (water for injection) yang digunakan
dalam produksi dan WFI hasil CIP (clean in procces). Syarat TOC yaitu ≤500
pb.
j. Liquid particle counter untuk mengukur jumlah partikel dalam sediaan cair
produk jadi dengan syarat > 60µm ≤ 6000 partikel per wadah dan > 25µm ≤
600 partikel per wadah.
l. Lemari asam
71
m.Timbangan
QC
72
1. Production Planning & Control (PPC)
PPC bertugas untuk menerjemahkan forecast dari departemen Marketing terkait
permintaan pasar terhadap produk kepada departemen terkait yaitu departemen
Produksi (produksi obat jadi), Validasi (batch validasi dan jadwal media fill), QC
(pengujian produk), dan Engineering (jadwal maintenance alat), sehingga produk
dapat mulai diproduksi.
a. Membuat rencana produksi yaitu rencana produksi tiga bulanan, bulanan, dan
mingguan dalam bentuk draft yang telah disetujui oleh Manajer PPIC dan Plant
Manager.
d. Memantau obat yang akan direlease agar tidak telat waktu releasenya (biasanya
obat/produk baru bias release setelah 16-17 hari).
73
2. Inventory Control (IC)
• Kebutuhan perbulan
• Lead time
• Minimum order
c. Warehousing (Gudang)
Terdapat 2 (dua) fungsi utama warehousing yaitu sebagai tempat untuk
menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan produk jadi serta memantau suhu dan
kelembaban Gudang untuk penyimpanan bahan, serta melindungi dari pengaruh
luar dan kerusakan. Selain itu bagian warehousing melakukan pemeriksaan
persediaan barang yang datang (sudah dipesan) bersama dengan bagian IC dan
bagian warehousing akan melakukan stock opname setiap 1 (satu) bulan sekali.
74
dengan lead time bahan baku selama 5-6 bulan dan lead time bahan kemas primer
selama 4-5 bulan sedangkan bahan kemas sekunder selama 1,5-2,5 bulan.
a. Limbah Cair
Secara garis besar limbah cair diolah di WWTP (Waste Water Treatment Plant)
lalu diolah dengan cara di deaktivasi dengan penambahan sodium hipoklorit 5%
sehingga limbah berubah warna menjadi pudar. Setelah memenuhi persyaratan
baku mutu baru boleh dibuang ke lingkungan (sungai). WWTP digunakan untuk
pengolahan limbah cair dari sisa produksi, proses pencucian mesin dan peralatan
laboratorium, limbah domestik, dan limbah cair dari proses USP water.
b. Limbah Padat
Limbah padat dibawa ke TPS B3 dan disimpan maksimal 90 hari kemudian
dimusnahkan oleh pihak ke 3 yang telah memiliki izin dari pemerintah.
c. Limbah B3
Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) adalah sisa suatu usaha dan atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat
dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakkan lingkungan hidup, dan atau
dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia
serta mahluk hidup lain.
75
Untuk limbah yang tergolong B3 seperti produk kembalian atau produk reject anti
kanker yang diperiksan oleh oncology plant, limbah campuran asam, basa, pelarut
organik, raw material reject yang tergolong bahan berbahaya atau beracun (B3),
produk ruahan dalam jumlah besar, limbah berbahaya lainnya seperti pacahan
termometer, material mengandung asbes, pereaksi padat dari laboratorium, solar
atau pelumas bekas. Semua limbah padat B3 dimusnahkan oleh pihak ketiga yang
telah memiliki izin dari pemerintah.
d. Gas Emisi
Pemantauan emisi gas buang dari sumber emisi tidak bergerak (genset dan boiler)
yang dilakukan setiap 6 bulan sekali, pemantauan gas buang dari bus jemputan
karyawan, pemantauan kualitas udara ambient area produksi yang dilakukan
setiap 6 bulan sekali.
76
BAB IV
TUGAS KHUSUS
4.1 TUJUAN
Membandingkan rata-rata MO perbulan dengan forecast produk 1 bulan.
Membandingkan forecast material bahan kemas 1 bulan dengan stock
aktual digudang.
Menghitung kapasitas gudang bahan kemas
4.2 HASIL dan PEMBAHASAN
Nama Produk Prioritas Forecast Rata – rata Rata-rata MO /
Product MO Forecast
(Pcs/Bulan) (Pcs/Bulan) Product (Dalam
%)
DOCETAXEL 40 mg/mL
Concentrate for Solution for 1 1800 790 43,89
Infusion 0,59 mL
DOCETAXEL 40 mg/mL
Concentrate for Solution for 1 900 351 39,00
Infusion 2,34 mL
DOXETASAN Concentrate
for Solution for Infusion 0,59 1 80 32 40,00
mL
DOXETASAN Concentrate
for Solution for Infusion 2,34 1 50 28 56,00
mL
77
mg/mL Injection 5 ml
DOXORUBICIN HCl 2
mg/mL Injection 25 ml
1 1000 573 57,30
EPIRUBICIN HCl 2 mg/mL
Injection 5 ml
1 1000 326 32,60
EPIRUBICIN HCl 2 mg/mL
Injection 25 ml
1 1000 332 33,20
GEMCITABINE 200 mg
Sterile Lyophilized Powder 2 200 153 76,50
for Injection
GEMCITABINE 1000 mg
Sterile Lyophilized Powder 2 500 54 10,80
for Injection
GETANOSAN 1000 mg
Sterile Lyophilized Powder 2 25 17 68,00
for Injection
IRINOTECAN HCl 20
mg/mL Concentrate for 2 700 266 38,00
Infusion 2 mL
IRINOTECAN HCl 20
mg/mL Concentrate for 2 550 281 51,09
Infusion 5 mL
METHOTREXATE 25
mg/mL Injection 2 mL
1 4500 1804 40,09
OXALIPLATIN 5 mg/mL
Concentrate for Infusion 10 1 1100 516 46,91
mL
PACLITAXEL 6 mg/mL
Injection 5 mL
1 2400 1440 60,00
PACLITAXEL 6 mg/mL
Injection 16,7 mL
1 1300 738 56,77
RASTEO Injection 1 mL 3 10 0,91 9,10
RASTEO Injection 2 mL 3 10 1 10,00
ROMISAN Concentrate for
Infusion 2 mL
3 25 10 40,00
ROMISAN Concentrate for
Infusion 5 mL
3 10 12 120,00
RUBISANDIN Injection 5
mL
3 10 2 20,00
78
RUBISANDIN Injection 25
mL
3 40 28 70,00
SANDOBICIN Injection 5
mL
3 75 59 78,67
SANDOBICIN Injection 25
mL
3 30 24 80,00
SANOTREXAT Injection 2
ml
3 120 80 66,67
SANROXA Concentrate for
Infusion 10 mL
3 10 29 290,00
SANTOTAXEL Injection 5
mL
2 200 96 48,00
SANTOTAXEL Injection
16,7 mL
2 10 49 490,00
VINCRISTINE SULFATE
1mg/ mL Injection 1 mL
1 700 446 63,71
VINCRISTINE SULFATE
1mg/ mL Injection 2 mL
1 1000 366 36,60
79
Solution for Infusion 0,5 mL
Folding box Docetaxel 40mg/mL Concentrate for 2.053 12463 6,07
Solution for Infusion 0,5 mL
Brosur Docetaxel 40mg/mL Concentrate for 3173 20257 6,38
Solution for Infusion
2145 11883 5,54
Blister (ukuran 6,5 x 6,5 cm)
400 1331 3,33
mL Master Box Tanpa Sekat MB 032-1
168 126 0,75
Master Box Tanpa Sekat MB 033-1
4529 11373 2,51
Segel passed by final print "SANBE"
38 100 2,63
Security Seal Tape "SANBE"
32 37 1,16
Plakban Kertas 2"
6165 72789 11,81
10 mL Clear Vial Non-Printing (Polos)
Rubber Stopper Grey Teflon Coated Diameter 20 26155 3214 0,12
mm
16620 31664 1,91
Alucaps diameter 20 mm Flip Off Putih
Etiket Docetaxel 40mg/mL Concentrate for 1.120 3473 3,10
Solution for Infusion 2 mL
DOCETAXEL 40 Folding box Docetaxel 40mg/mL Concentrate for 1.120 2603 2,32
mg/mL Solution for Infusion 2 mL
Concentrate for Brosur Docetaxel 40mg/mL Concentrate for 3173 20257 6,38
Solution for Solution for Infusion
Infusion 2,34 1182 10651 9,01
Blister (ukuran 6,5 x 7,5 cm)
mL 400 1331 3,33
Master Box Tanpa Sekat MB 032-1
168 126 0,75
Master Box Tanpa Sekat MB 033-1
4529 11373 2,51
Segel passed by final print "SANBE"
38 100 2,63
Security Seal Tape "SANBE"
32 37 1,16
Plakban Kertas 2"
DOXETASAN 5448 21944 4,03
5 mL Clear Vial Non-Printing (Polos)
Concentrate for
Rubber Stopper Grey Teflon Coated Diameter 20 26155 3214 0,12
Solution for mm
Infusion 0,59 16620 31664 1,91
mL Alucaps diameter 20 mm Flip Off Putih
Etiket Doxetasan 40mg/mL Concentrate for 91 1102 12,08
Solution for Infusion 0,5 mL
Folding box Doxetasen 40mg/mL Concentrate for 91 1476 16,17
Solution for Infusion 0,5 mL
Brosur Doxetasan 40mg/mL Concentrate for 153 1554 10,16
Solution for Infusion
2145 11883 5,54
Blister (ukuran 6,5 x 6,5 cm)
Master Box Tanpa Sekat MB 032-1 400 1331 3,33
80
168 126 0,75
Master Box Tanpa Sekat MB 033-1
4529 11373 2,51
Segel passed by final print "SANBE"
38 100 2,63
Security Seal Tape "SANBE"
32 37 1,16
Plakban Kertas 2"
6165 72789 11,81
10 mL Clear Vial Non-Printing (Polos)
Rubber Stopper Grey Teflon Coated Diameter 20 26155 3214 0,12
mm
16620 31664 1,91
Alucaps diameter 20 mm Flip Off Putih
Etiket Doxetasan 40mg/mL Concentrate for 62 903 14,52
Solution for Infusion 2 mL
DOXETASAN Folding box Doxetasan 40mg/mL Concentrate for 62 1555 25,00
Solution for Infusion 2 mL
Concentrate for
Brosur Doxetasan 40mg/mL Concentrate for 153 1554 10,16
Solution for Solution for Infusion
Infusion 2,34 1182 10651 9,01
mL Blister (ukuran 6,5 x 7,5 cm)
400 1331 3,33
Master Box Tanpa Sekat MB 032-1
168 126 0,75
Master Box Tanpa Sekat MB 033-1
4529 11373 2,51
Segel passed by final print "SANBE"
38 100 2,63
Security Seal Tape "SANBE"
32 37 1,16
Plakban Kertas 2"
10566 23696 2,24
5 mL Amber Vial Non-Printing (Polos)
Rubber Stopper Grey Teflon Coated Diameter 20 26155 3214 0,12
mm
16620 31664 1,91
Alucaps diameter 20 mm Flip Off Putih
2.526 14880 5,89
Etiket Doxorubicin HCl 2mg/mL Injection 5 mL
Folding box Doxorubicin HCl 2mg/mL Injection 5 2.526 11051 4,38
DOXORUBICIN mL
HCl 2 mg/mL 3784 22033 5,82
Injection 5 ml Brosur Doxorubicin HCl 2mg/mL Injection
837 199 0,24
Master Box Tanpa Sekat MB 025-2
168 126 0,75
Master Box Tanpa Sekat MB 033-1
4529 11373 2,51
Segel passed by final print "SANBE"
38 100 2,63
Security Seal Tape "SANBE"
32 37 1,16
Plakban Kertas 2"
DOXORUBICIN 1296 15244 11,76
50 mL Amber Vial Non-Printing (Polos)
81
Rubber Stopper Grey Teflon Coated Diameter 20 26155 3214 0,12
mm
16620 31664 1,91
Alucaps diameter 20 mm Flip Off Putih
1.258 31177 24,77
Etiket Doxorubicin HCl 2mg/mL Injection 25 mL
Folding box Doxorubicin HCl 2mg/mL Injection 1.258 14427 11,46
HCl 2 mg/mL 25 mL
Injection 25 ml 3784 22033 5,82
Brosur Doxorubicin HCl 2mg/mL Injection
175 475 2,71
Master Box Tanpa Sekat MB 018-1
4529 11373 2,51
Segel passed by final print "SANBE"
38 100 2,63
Security Seal Tape "SANBE"
32 37 1,16
Plakban Kertas 2"
5448 21944 4,03
5 mL Clear Vial Non-Printing (Polos)
Rubber Stopper Grey Teflon Coated Diameter 20 26155 3214 0,12
mm
16620 31664 1,91
Alucaps diameter 20 mm Flip Off Putih
1141 9795 8,58
Etiket Epirubicin HCl 2mg/mL Injection 5 mL
Folding box Epirubicin HCl 2mg/mL Injection 5 1141 10085 8,84
EPIRUBICIN HCl mL
2 mg/mL 2321 9890 4,26
Injection 5 ml Brosur Epirubicin HCl 2mg/mL Injection
837 199 0,24
Master Box Tanpa Sekat MB 025-2
168 126 0,75
Master Box Tanpa Sekat MB 033-1
4529 11373 2,51
Segel passed by final print "SANBE"
38 100 2,63
Security Seal Tape "SANBE"
32 37 1,16
Plakban Kertas 2"
EPIRUBICIN HCl 1280 4678 3,65
50 mL Clear Vial Non-Printing (Polos)
2 mg/mL
Rubber Stopper Grey Teflon Coated Diameter 20 26155 3214 0,12
Injection 25 ml mm
16620 31664 1,91
Alucaps diameter 20 mm Flip Off Putih
1179 5130 4,35
Etiket Epirubicin HCl 2mg/mL Injection 25 mL
Folding box Epirubicin HCl 2mg/mL Injection 25 1179 6200 5,26
mL
2321 9890 4,26
Brosur Epirubicin HCl 2mg/mL Injection
175 475 2,71
Master Box Tanpa Sekat MB 018-1
4529 11373 2,51
Segel passed by final print "SANBE"
Security Seal Tape "SANBE" 38 100 2,63
82
32 37 1,16
Plakban Kertas 2"
276 5432 19,68
10 mL Clear Lyo-Vial Non-Printing (Polos)
Rubber Stopper Kaki 2 Diameter 20 mm Grey, 2573 8458 3,29
SIL A
16620 31664 1,91
Alucaps diameter 20 mm Flip Off Putih
Etiket Gemcitabine 200 mg Sterile Lyophilized 240 7730 32,21
Powder for Injection
GEMCITABINE
Folding box Gemcitabine 200 mg Sterile 240 11295 47,06
200 mg Sterile Lyophilized Powder for Injection
Lyophilized Brosur Gemcitabine Sterile Lyophilized Powder 2428 5082 2,09
Powder for for Injection
Injection 837 199 0,24
Master Box Tanpa Sekat MB 025-2
168 126 0,75
Master Box Tanpa Sekat MB 033-1
4529 11373 2,51
Segel passed by final print "SANBE"
38 100 2,63
Security Seal Tape "SANBE"
32 37 1,16
Plakban Kertas 2"
2496 5905 2,37
50 mL Clear Lyo-Vial Non-Printing (Polos)
Rubber Stopper Kaki 2 Diameter 20 mm Grey, 2573 8458 3,29
SIL A
16620 31664 1,91
Alucaps diameter 20 mm Flip Off Putih
Etiket Gemcitabine 1000 mg Sterile Lyophilized 2188 2304 1,05
GEMCITABINE Powder Injection
1000 mg Sterile Folding box Gemcitabine 1000 mg Sterile 2188 4368 2,00
Lyophilized Lyophilized Powder Injection
Powder for Brosur Gemcitabine Sterile Lyophilized Powder 2428 5082 2,09
Injection Injection
175 475 2,71
Master Box Tanpa Sekat MB 018-1
4529 11373 2,51
Segel passed by final print "SANBE"
38 100 2,63
Security Seal Tape "SANBE"
32 37 1,16
Plakban Kertas 2"
GETANOSAN 276 5432 19,68
10 mL Clear Lyo-Vial Non-Printing (Polos)
200 mg Sterile
Rubber Stopper Kaki 2 Diameter 20 mm Grey, 2573 8458 3,29
Lyophilized SIL A
Powder for 16620 31664 1,91
Injection Alucaps diameter 20 mm Flip Off Putih
Etiket Gentanosan 200 mg Sterile Lyophilized 36 626 17,39
Powder for Injection
Folding box Gentanosan 200 mg Sterile 36 0 0,00
Lyophilized Powder for Injection
Brosur Gentanosan Sterile Lyophilized Powder for 40 469 11,73
Injection
83
837 199 0,24
Master Box Tanpa Sekat MB 025-2
168 126 0,75
Master Box Tanpa Sekat MB 033-1
4529 11373 2,51
Segel passed by final print "SANBE"
38 100 2,63
Security Seal Tape "SANBE"
32 37 1,16
Plakban Kertas 2"
2496 5905 2,37
50 mL Clear Lyo-Vial Non-Printing (Polos)
Rubber Stopper Kaki 2 Diameter 20 mm Grey, 2573 8458 3,29
SIL A
16620 31664 1,91
Alucaps diameter 20 mm Flip Off Putih
Etiket Gentanosan 1000 mg Sterile Lyophilized 109 502 4,61
GETANOSAN Powder Injection
1000 mg Sterile Folding box Gentanosan 1000 mg Sterile 109 304 2,79
Lyophilized Lyophilized Powder Injection
Powder for Brosur Gentanosan Sterile Lyophilized Powder 40 469 11,73
Injection Injection
175 475 2,71
Master Box Tanpa Sekat MB 018-1
4529 11373 2,51
Segel passed by final print "SANBE"
38 100 2,63
Security Seal Tape "SANBE"
32 37 1,16
Plakban Kertas 2"
10566 23696 2,24
5 mL Amber Vial Non-Printing (Polos)
Rubber Stopper Grey Teflon Coated Diameter 20 26155 3214 0,12
mm
875 7245 8,28
Alucaps diameter 20 mm Flip Off Merah
Etiket Irinotecan HCl 20 mg/mL Concentrate for 845 2670 3,16
Infusion 2 mL
IRINOTECAN HCl Folding box Irinotecan HCl 20 mg/mL 845 1797 2,13
20 mg/mL Concentrate for Infusion 2 mL
Concentrate for Brosur Irinotecan HCl 20 mg/mL Concentrate for 1565 12289 7,85
Infusion
Infusion 2 mL
837 199 0,24
Master Box Tanpa Sekat MB 025-2
168 126 0,75
Master Box Tanpa Sekat MB 033-1
4529 11373 2,51
Segel passed by final print "SANBE"
38 100 2,63
Security Seal Tape "SANBE"
32 37 1,16
Plakban Kertas 2"
IRINOTECAN HCl 10566 23696 2,24
5 mL Amber Vial Non-Printing (Polos)
20 mg/mL
Rubber Stopper Grey Teflon Coated Diameter 20 26155 3214 0,12
Concentrate for mm
Infusion 5 mL Alucaps diameter 20 mm Flip Off Biru 733 8252 11,26
84
Etiket Irinotecan HCl 20 mg/mL Concentrate for 720 3360 4,67
Infusion 5 mL
Folding box Irinotecan HCl 20 mg/mL 720 6012 8,35
Concentrate for Infusion 5 mL
Etiket Irinotecan HCl 20 mg/mL Concentrate for 1565 12289 7,85
Infusion
837 199 0,24
Master Box Tanpa Sekat MB 025-2
168 126 0,75
Master Box Tanpa Sekat MB 033-1
4529 11373 2,51
Segel passed by final print "SANBE"
38 100 2,63
Security Seal Tape "SANBE"
32 37 1,16
Plakban Kertas 2"
10566 23696 2,24
5 mL Amber Vial Non-Printing (Polos)
Rubber Stopper Grey Teflon Coated Diameter 20 26155 3214 0,12
mm
5070 113520 22,39
Alucaps diameter 20 mm Flip Off Orange
4932 229031 46,44
Etiket Methotrexate 25 mg/mL Injection 2 mL
Folding box Methotrexate 25 mg/mL Injection 2 4932 236288 47,91
METHOTREXAT mL
E 25 mg/mL 4932 84244 17,08
Injection 2 mL Brosur Methotrexate 25 mg/mL Injection
837 199 0,24
Master Box Tanpa Sekat MB 025-2
168 126 0,75
Master Box Tanpa Sekat MB 033-1
4529 11373 2,51
Segel passed by final print "SANBE"
38 100 2,63
Security Seal Tape "SANBE"
32 37 1,16
Plakban Kertas 2"
OXALIPLATIN 5 6165 72789 11,81
10 mL Clear Vial Non-Printing (Polos)
mg/mL
Rubber Stopper Grey Teflon Coated Diameter 20 26155 3214 0,12
Concentrate for mm
Infusion 10 mL 5430 32869 6,05
Alucaps diameter 20 mm Flip Off Hijau
Etiket Oxaliplatin 5mg/mL Concentrate for 1272 0 0,00
Infusion 10 mL
Folding box Oxaliplatin 5mg/mL Concentrate for 1272 0 0,00
Infusion 10 mL
Brosur Oxaliplatin 5mg/mL Concentrate for 1272 0 0,00
Infusion
837 199 0,24
Master Box Tanpa Sekat MB 025-2
168 126 0,75
Master Box Tanpa Sekat MB 033-1
Segel passed by final print "SANBE" 4529 11373 2,51
Security Seal Tape "SANBE" 38 100 2,63
85
32 37 1,16
Plakban Kertas 2"
6165 72789 11,81
10 mL Clear Vial Non-Printing (Polos)
Rubber Stopper Grey Teflon Coated Diameter 20 26155 3214 0,12
mm
16620 31664 1,91
Alucaps diameter 20 mm Flip Off Putih
2593 7944 3,06
Etiket Paclitaxel Injection 5 mL
2593 9285 3,58
PACLITAXEL 6 Folding box Paclitaxel Injection 5 mL
mg/mL Injection 4099 35692 8,71
5 mL Brosur Paclitaxel Injection
837 199 0,24
Master Box Tanpa Sekat MB 025-2
168 126 0,75
Master Box Tanpa Sekat MB 033-1
4529 11373 2,51
Segel passed by final print "SANBE"
38 100 2,63
Security Seal Tape "SANBE"
32 37 1,16
Plakban Kertas 2"
1518 3057 2,01
20 ml Clear Vial Non-Printing (Polos)
Rubber Stopper Grey Teflon Coated Diameter 20 26155 3214 0,12
mm
16620 31664 1,91
Alucaps diameter 20 mm Flip Off Putih
1506 3595 2,39
Etiket Paclitaxel 6mg/mL Injection 16,7 mL
1506 3430 2,28
PACLITAXEL 6 Folding box Paclitaxel 6mg/mL Injection 16,7 mL
mg/mL Injection 4099 35692 8,71
16,7 mL Brosur Paclitaxel 6mg/mL Injection
400 1331 3,33
Master Box Tanpa Sekat MB 032-1
168 126 0,75
Master Box Tanpa Sekat MB 033-1
4529 11373 2,51
Segel passed by final print "SANBE"
38 100 2,63
Security Seal Tape "SANBE"
32 37 1,16
Plakban Kertas 2"
RASTEO 885 19103 21,59
2 mL Amber Vial Non-Printing (Polos)
Injection 1 mL
Rubber Stopper diameter 13 mm, Grey Teflon 885 92884 104,95
Coated
885 5922 6,69
Alucaps 13 mm Flip off Biru
12 243 20,25
Etiket Rasteo Injection 1 mL
12 1838 153,17
Folding box Rasteo Injection 1 mL
Brosur Rasteo Injection 84 4310 51,31
Master Box Tanpa Sekat MB 025-2 837 199 0,24
86
168 126 0,75
Master Box Tanpa Sekat MB 033-1
4529 11373 2,51
Segel passed by final print "SANBE"
38 100 2,63
Security Seal Tape "SANBE"
32 37 1,16
Plakban Kertas 2"
10566 23696 2,24
5 mL Amber Vial Non-Printing (Polos)
Rubber Stopper Grey Teflon Coated Diameter 20 26155 3214 0,12
mm
5430 32869 6,05
Alucaps diameter 20 mm Flip Off Hijau
72 251 3,49
Etiket Rasteo Injection 2 mL
72 1838 25,53
RASTEO Folding box Rasteo Injection 2 mL
Injection 2 mL 84 4310 51,31
Brosur Rasteo Injection
837 199 0,24
Master Box Tanpa Sekat MB 025-2
168 126 0,75
Master Box Tanpa Sekat MB 033-1
4529 11373 2,51
Segel passed by final print "SANBE"
38 100 2,63
Security Seal Tape "SANBE"
32 37 1,16
Plakban Kertas 2"
10566 23696 2,24
5 mL Amber Vial Non-Printing (Polos)
Rubber Stopper Grey Teflon Coated Diameter 20 26155 3214 0,12
mm
875 7245 8,28
Alucaps diameter 20 mm Flip Off Merah
31 1705 55,00
Etiket Romisan Concentrate for Indusion 2 mL
Folding box Romisan Concentrate for Indusion 2 31 1838 59,29
ROMISAN mL
Concentrate for 44 10980 249,55
Infusion 2 mL Brosur Romisan Concentrate for Infusion
837 199 0,24
Master Box Tanpa Sekat MB 025-2
168 126 0,75
Master Box Tanpa Sekat MB 033-1
4529 11373 2,51
Segel passed by final print "SANBE"
38 100 2,63
Security Seal Tape "SANBE"
32 37 1,16
Plakban Kertas 2"
ROMISAN 10566 23696 2,24
5 mL Amber Vial Non-Printing (Polos)
Concentrate for
Rubber Stopper Grey Teflon Coated Diameter 20 26155 3214 0,12
Infusion 5 mL mm
Alucaps diameter 20 mm Flip Off Biru 733 8252 11,26
87
13 147 11,31
Etiket Romisan Concentrate for Indusion 5 mL
Folding box Romisan Concentrate for Indusion 5 13 1838 141,38
mL
44 10980 249,55
Brosur Romisan Concentrate for Indusion
837 199 0,24
Master Box Tanpa Sekat MB 025-2
168 126 0,75
Master Box Tanpa Sekat MB 033-1
4529 11373 2,51
Segel passed by final print "SANBE"
38 100 2,63
Security Seal Tape "SANBE"
32 37 1,16
Plakban Kertas 2"
5448 21944 4,03
5 mL Clear Vial Non-Printing (Polos)
Rubber Stopper Grey Teflon Coated Diameter 20 26155 3214 0,12
mm
16620 31664 1,91
Alucaps diameter 20 mm Flip Off Putih
23 1741 75,70
Etiket Rubisandin Injection 5 mL
23 80 3,48
RUBISANDIN Folding box Rubisandin Injection 5 mL
Injection 5 mL 70 1486 21,23
Brosur Rubisandin Injection
837 199 0,24
Master Box Tanpa Sekat MB 025-2
168 126 0,75
Master Box Tanpa Sekat MB 033-1
4529 11373 2,51
Segel passed by final print "SANBE"
38 100 2,63
Security Seal Tape "SANBE"
32 37 1,16
Plakban Kertas 2"
1280 4678 3,65
50 mL Clear Vial Non-Printing (Polos)
Rubber Stopper Grey Teflon Coated Diameter 20 26155 3214 0,12
mm
16620 31664 1,91
Alucaps diameter 20 mm Flip Off Putih
47 -5 -0,11
Etiket Rubisandin Injection 25 mL
RUBISANDIN 47 250 5,32
Folding box Rubisandin Injection 25 mL
Injection 25 mL
70 1486 21,23
Brosur Rubisandin Injection
175 475 2,71
Master Box Tanpa Sekat MB 018-1
4529 11373 2,51
Segel passed by final print "SANBE"
38 100 2,63
Security Seal Tape "SANBE"
32 37 1,16
Plakban Kertas 2"
SANDOBICIN 5 mL Amber Vial Non-Printing (Polos) 10566 23696 2,24
88
Rubber Stopper Grey Teflon Coated Diameter 20 26155 3214 0,12
mm
16620 31664 1,91
Alucaps diameter 20 mm Flip Off Putih
86 137 1,59
Etiket Sandobicin Injection 5 mL
86 80 0,93
Folding box Sandobicin Injection 5 mL
124 2283 18,41
Injection 5 mL Brosur Sandobicin Injection
837 199 0,24
Master Box Tanpa Sekat MB 025-2
168 126 0,75
Master Box Tanpa Sekat MB 033-1
4529 11373 2,51
Segel passed by final print "SANBE"
38 100 2,63
Security Seal Tape "SANBE"
32 37 1,16
Plakban Kertas 2"
1296 15244 11,76
50 mL Amber Vial Non-Printing (Polos)
Rubber Stopper Grey Teflon Coated Diameter 20 26155 3214 0,12
mm
16620 31664 1,91
Alucaps diameter 20 mm Flip Off Putih
38 558 14,68
Etiket Sandobicin Injection 25 mL
SANDOBICIN 38 1836 48,32
Folding box Sandobicin Injection 25 mL
Injection 25 mL
124 2283 18,41
Brosur Sandobicin Injection
175 475 2,71
Master Box Tanpa Sekat MB 018-1
4529 11373 2,51
Segel passed by final print "SANBE"
38 100 2,63
Security Seal Tape "SANBE"
32 37 1,16
Plakban Kertas 2"
SANOTREXAT 10566 23696 2,24
5 mL Amber Vial Non-Printing (Polos)
Injection 2 ml
Rubber Stopper Grey Teflon Coated Diameter 20 26155 3214 0,12
mm
5070 113520 22,39
Alucaps diameter 20 mm Flip Off Orange
138 1060 7,68
Etiket Sanotrexat Injection 2 mL
138 727 5,27
Folding box Sanotrexat Injection 2 mL
138 2001 14,50
Brosur Sanotrexat Injection
837 199 0,24
Master Box Tanpa Sekat MB 025-2
168 126 0,75
Master Box Tanpa Sekat MB 033-1
4529 11373 2,51
Segel passed by final print "SANBE"
Security Seal Tape "SANBE" 38 100 2,63
89
32 37 1,16
Plakban Kertas 2"
6165 72789 11,81
10 mL Clear Vial Non-Printing (Polos)
Rubber Stopper Grey Teflon Coated Diameter 20 26155 3214 0,12
mm
5430 32869 6,05
Alucaps diameter 20 mm Flip Off Hijau
12 0 0,00
Etiket Sanroxa Concentrate for Infusion 10 mL
Folding box Sanroxa Concentrate for Infusion 10 12 0 0,00
SANROXA mL
Concentrate for 12 0 0,00
Infusion 10 mL Brosur Sanroxa Concentrate for Infusion
837 199 0,24
Master Box Tanpa Sekat MB 025-2
168 126 0,75
Master Box Tanpa Sekat MB 033-1
4529 11373 2,51
Segel passed by final print "SANBE"
38 100 2,63
Security Seal Tape "SANBE"
32 37 1,16
Plakban Kertas 2"
6165 72789 11,81
10 mL Clear Vial Non-Printing (Polos)
Rubber Stopper Grey Teflon Coated Diameter 20 26155 3214 0,12
mm
16620 31664 1,91
Alucaps diameter 20 mm Flip Off Putih
234 4405 18,82
Etiket Santotaxel Injection 5 mL
234 6848 29,26
SANTOTAXEL Folding box Santotaxel Injection 5 mL
Injection 5 mL 246 7740 31,46
Brosur Santotaxel Injection
837 199 0,24
Master Box Tanpa Sekat MB 025-2
168 126 0,75
Master Box Tanpa Sekat MB 033-1
4529 11373 2,51
Segel passed by final print "SANBE"
38 100 2,63
Security Seal Tape "SANBE"
32 37 1,16
Plakban Kertas 2"
SANTOTAXEL 1518 3057 2,01
20 ml Clear Vial Non-Printing (Polos)
Injection 16,7
Rubber Stopper Grey Teflon Coated Diameter 20 26155 3214 0,12
mL mm
16620 31664 1,91
Alucaps diameter 20 mm Flip Off Putih
12 -5 -0,42
Etiket Santotaxel Injection 16,7 mL
12 1854 154,50
Folding box Santotaxel Injection 16,7 mL
246 7740 31,46
Brosur Santotaxel Injection
Master Box Tanpa Sekat MB 032-1 400 1331 3,33
90
168 126 0,75
Master Box Tanpa Sekat MB 033-1
4529 11373 2,51
Segel passed by final print "SANBE"
38 100 2,63
Security Seal Tape "SANBE"
32 37 1,16
Plakban Kertas 2"
885 19103 21,59
2 mL Amber Vial Non-Printing (Polos)
Rubber Stopper diameter 13 mm, Grey Teflon 885 92884 104,95
Coated
885 5922 6,69
Alucaps 13 mm Flip off Biru
872 11583 13,28
Etiket Vincristine Sulfate 1mg/mL Injection 1 mL
VINCRISTINE Folding box Vincristine Sulfate 1mg/mL Injection 872 13653 15,66
SULFATE 1mg/ 1 mL
mL Injection 1 2050 15653 7,64
Brosur Vincristine Sulfate 1mg/mL Injection
mL 837 199 0,24
Master Box Tanpa Sekat MB 025-2
168 126 0,75
Master Box Tanpa Sekat MB 033-1
4529 11373 2,51
Segel passed by final print "SANBE"
38 100 2,63
Security Seal Tape "SANBE"
32 37 1,16
Plakban Kertas 2"
10566 23696 2,24
5 mL Amber Vial Non-Printing (Polos)
Rubber Stopper Grey Teflon Coated Diameter 20 26155 3214 0,12
mm
5430 32869 6,05
Alucaps diameter 20 mm Flip Off Hijau
1178 15457 13,12
Etiket Vincristine Sulfate 1mg/mL Injection 2 mL
VINCRISTINE Folding box Vincristine Sulfate 1mg/mL Injection 1178 13930 11,83
SULFATE 1mg/ 2 mL
mL Injection 2 2050 15653 7,64
Brosur Vincristine Sulfate 1mg/mL Injection
mL 837 199 0,24
Master Box Tanpa Sekat MB 025-2
168 126 0,75
Master Box Tanpa Sekat MB 033-1
4529 11373 2,51
Segel passed by final print "SANBE"
38 100 2,63
Security Seal Tape "SANBE"
32 37 1,16
Plakban Kertas 2"
Tabel 2. Tabel Perbandingan Forecast Material per bulan dengan Stock Aktual
91
Pada tabel diatas terdapat keterangan bahan kemas yang digunakan untuk masing-masing
produk, terdapat juga data jumlah kebutuhan bahan kemas tersebut dalam 1 bulan (forecast
material) dan stock aktual yang tersedia per tanggal 18 November 2019. Untuk bahan kemas
seperti vial, rubber, flip off, masterbox dan bahan kemas lain yang digunakan bersama oleh
beberapa produk jumlah tersebut sudah mencakup untuk kebutuhan seluruh produk yang
menggunakan bahan kemas tersebut dalam 1 bulan, sedangkan untuk bahan kemas seperti etiket,
brosur, dan folding box jumlah tersebut khusus untuk produk tersebut dalam 1 bulan. Setelah
forecast material untuk 1 bulan dibandingkan dengan stock aktual bahan kemas didapatkan data
stock aktual bahan kemas tersebut dapat memenuhi kebutuhan untuk berapa bulan (stock MOI).
Dari tabel diatas dapat dilihat beberapa data diarsir dengan warna kuning hal itu menunjukkan
bahwa stock aktual bahan kemas yang tersedia tidak mampu memenuhi kebutuhan untuk 1 bulan.
Untuk bahan kemas yang digunakan bersama oleh beberapa produk stock bahan kemas rubber 20
mm master box 25-2 dan 33-1 tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk 1 bulan dan untuk bahan
kemas yang digunakan khusus untuk tiap produk stock bahan kemas tidak dapat memenuhi
kebutuhan untuk produk Getanosan 200 mg, Oxaliplatin 5mg/mL@10 mL, Rubisandin @25 mL,
Sandobicin @5mL, Sanroxa @10mL dan Santotaxel @16,7 mL, sedangkan untuk bahan kemas
produk lain terjadi kelebihan stok yang sangat banyak bahkan ada yang lebih dari 100 bulan. Hal
tersebut dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor, salah satunya tidak memperhatikan lead time
pada pemesanan sehingga bahan kemas masih dalam proses pengiriman yang menyebabkan tidak
terpenuhinya kebutuhan bahan kemas untuk beberapa produk dalam bulan tersebut dan
perencanaan yang kurang tepat sehingga terjadi over stock pada bahan kemas beberapa produk.
92
Dus @4000 Pcs 6 Dus (Rak)/3 Dus
Blister Lemari)
Dari penjelasan diatas dapat dihitung gudang bahan kemas dapat menampung 19800 pcs
vial 2 mL/ 8640 pcs vial 5 mL/ 5952 pcs vial 10 mL/ 3276 pcs vial 20 mL/ 1876 pcs vial 50 mL
per level dalam sebuah rak. Untuk flip off dan rubber 1 level rak dapat menampung 36000 flip off
atau 32000 rubber. Untuk master box 1 level rak dapat menampung 100 master box 33-1, 225
master box 18-1, 600 master box 25-2, atau 400 master box 32-1. Pada rak general supply tiap lvl
dapat menampung @30000 pcs Segel pass/@600 Roll security Seal/ plakban @180 pcs tiap lvl .
Untuk etiket, tiap level locker dapat menampung 6000 pcs etiket. Sedangkan untuk folding box,
brosur, dan blister tiap level lemari dapat menampung 4500 folding box/ 16000 pcs brosur/ 16000
pcs blister
Locker
6 lvl
(Reject)
4 lvl
4 lvl
boar boa p
3 lvl d rd o
4 lvl
4 lvl
3 lvl 3
lvl
Cup Cup Cl
o
boar boa
3
d rd
3 lvl 3 lvl 3 lvl
4 lvl
4 lvl
3 lvl
Lo Lo Cu
Etiket ck ck pb
er er oa
rd
1 15
4 lvl
4 lvl
5 lvl 3
lvl lv
Rual
Quarantine Rak 4 ng
Cup Cu
2 lvl
4 lvl
4 lvl
2
boar bo
d d
3 lvl 3l
Rak 3
93 Cup
boar
Cup
oar
d 3 lv
Quarantine Folding box, brosur
3 lvl dll
Rak 1 Rak 2
Rua
1
3
Cup Cup
boa oar
l rd 3 lv
v 3 lvl
l
r
a
k
94
Master Box Tanpa Sekat 600 pcs (6 lvl) 168 Pcs
MB 033-1 3,57
Segel passed by final 60000 pcs (2 lvl) 4529 Pcs
print "SANBE" 13,25
Security Seal Tape 1200 roll (2 lvl) 38 Roll
"SANBE" 31,58
Plakban Kertas 2" 360 pcs (2 lvl) 32 Pcs 11,25
Tabel 4. Kapasitas gudang bahan kemas jika dibagi rata penyimpanan bahan kemas
59400 pcs (3 lvl) vial 2 mL, 25920 pcs (3 lvl) vial 5 mL, 23808 pcs (4 lvl) vial 10 mL,
9828 pcs (3 lvl) vial 20 mL dan 5628 pcs (3 lvl) vial 50 mL. Untuk penyimpanan flip off dan
rubber gudang tersebut memiliki kapasitas penyimpanan 216000 pcs (6 lvl) untuk menampung flip
off dan 192000 pcs (6 lvl) rubber. Untuk penyimpanan master box gudang tersebut dapat
menampung 900 pcs (4 lvl) master box 18-1, 2400 pcs (4 lvl) master box 25-2, 1600 pcs (4 lvl)
master box 32-1dan 600 pcs (6 lvl) master box 33-1. Kemudian untuk etiket gudang bahan kemas
dapat menampung 90000 pcs (30 lvl) etiket sedangkan untuk folding box, blister dan brosur
gudang bahan kemas dapat menampung folding box 94500 pcs (21 lvl/7 lemari) folding box,
48000 pcs (3 lvl) blister dan 336000 pcs (21 lvl/7 lemari) brosur. Untuk penyimpanan plakban dan
segel pass gudang bahan kemas dapat 60000 pcs (2 lvl) segel pass, 1200 roll (2 lvl) security seal
menampung 360 pcs (2 lvl) plakban. Gudang bahan kemas dapat menampung kebutuhan untuk
produksi 1,11 bulan, akan tetapi jika diatur lagi penyimpanannya gudang bahan kemas dapat
menampung kebutuhan lebih dari 1,11 bulan produksi
4.3 KESIMPULAN
Hasil perbandingan rata-rata MO dan forecast produk 1 bulan terdapat 3 produk yang
memiliki persentase >100% yaitu Romisan 5 mL, Sanroxa 10 mL, dan Santotaxel 16,7
mL.
Hasil perbandingan stock aktual dengan forecast material terdapat beberapa produk yang
stock bahan kemasnya kurang dari 1 bulan yaitu Getanosan 200 mg, Oxaliplatin
5mg/mL@10 mL, Rubisandin @25 mL, Sandobicin @5mL, Sanroxa @10mL dan
Santotaxel @16,7 mL dan produk-produk yang menggunakan rubber diameter 20 mm
Gudang bahan kemas dapat menampung kebutuhan untuk produksi 1,11 bulan jika tidak
diatur penyimpanannya
95
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Seorang apoteker dalam industri farmasi memiliki peran penting di
bagian perencanaan produksi dan pengendalian penyimpanan (bahan
awal, produk jadi, serta bahan kemas), bagian penelitian dan
pengembangan, bagian produksi, bagian pengawasan mutu, dan bagian
pemastian mutu. Selain itu, seorang apoteker memiliki tanggung jawab
yang penting dalam hal terselenggaranya pembuatan obat agar
memenuhi persyaratan kualitas yang telah ditetapkan dimulai dari
tahap awal hingga menjadi produk akhir yang siap dipasarkan
2. PT. Sanbe farma merupakan industri farmasi yang memproduksi
sediaan farmasi dengan menerapkan aspek CPOB dengan baik dan
menyeluruh pada setiap aspek dan rangkaian proses produksinya.
5.2 Saran
1. Penerapan prinsip CPOB di Sanbe Farma hendaknya senantiasa
dipertahankan untuk menjamin mutu produk yang dihasilkan.
96
DAFTAR PUSTAKA
BPOM. 2018. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Tahun 2018 tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan.
97
LAMPIRAN
Lampiran 1
Director
Quality
Management
System
Plant Manager
Computer Training
Organizer & IC Maintenance
Validation Product
Engineer Supervisor Supervisor
Complaint
DVR
Handling &
Batch Record
Reviewer
Registration
Officer
98