Anda di halaman 1dari 2

Pelanggaran Hukum

Melaksanakan acara syukuran parpol dengan menggunakan uang dan fasilitas negara diluar
dari tupoksi sebagai Menteri Perindustrian yang diatur dalam ketentuan Pasal 2 dan Pasal 3
Perpres No. 29 Tahun 2015 tentang Kementerian Perindustrian yang pada pokoknya
menangani urusan pemerintahan dibidang perindustrian dan bukan urusan partai politik.

Dengan demikian perbuatan AH sebagai menteri dapat dikategorikan sebagai tindakan atau
perbuatan “penyalagunaan wewenang dan jabatan” (abuse of power) menurut ketentuan
hukum yang berlaku.

Dalam rumusan norma ketentuan Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999 yang telah diubah menjadi
UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tipikor dinyatakan “Setiap orang yang
dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar
rupiah).

Maka katakanlah, dalam acara syukuran tersebut dihadiri sebanyak 150 orang dan dinilai
makan dan minum (konsumsi) rata-rata seharga Rp 150.000, maka potensi kerugian negara
sebesar Rp 22,5 juta belum lagi pengeluaran lain-lainnya. Bayangkan jika setiap acara
parpol dilaksanakan di rumah dinas dan menggunakan anggaran kementerian.

Berapa potensi kerugian negara yang akan terjadi?.

Dalam delik pidana diatas, unsur “setiap orang”, “orang lain”, “menyalagunakan
kewenangan” karena jabatan atau kedudukan dan unsur “merugikan keuangan negara”
dapat dikatakan semua sudah terpenuhi, tinggal aparat penegak hukum apakah mau
menindaklanjuti atau tidak.

Konsep penyalagunaan wewenang dalam hukum administrasi negara, hal demikian dapat
dikatakan sebagai hal yang melampaui batas kekuasaan (detournement de pouvoir) dan
sewenang-wenang (abuse de droit). Jean Rivero dan Jean Waline (1992) mengartikan
penyalagunaan wewenang dalam 3 bentuk, yaitu: (1). Melakukan tindakan yang
bertentangan dengan kepentingan umum untuk kepentingan pribadi, kelompok atau
golongan; (2). Tindakan pejabat tersebut adalah benar tetapi menyimpang dari tujuan dan
kewenangan yang diberikan oleh UU atau peraturan lainnya; dan (3). Menyalagunakan
prosedur yang seharusnya digunakan untuk mencapai tujuan tetapi menggunakan prosedur
lain agar terlaksana.

Sedangkan sewenang-wenang atau melampaui wewenang dapat diartikan sebagai tindakan


diluar wewenang yang telah ditentukan berdasarkan perundang-undangan tertentu.
Kewenangan AH sebagai menteri perindustrian, jelas tidak berwenang menggunakan uang
dan fasilitas negara dalam urusan partai politik yang dipimpinnya termasuk dengan
melaksanakan syukuran di rumah dinas menteri.

Kiranya, hal ini harus dipahami AH sebagai pejabat negara yang bisa dan harus
membedakan, mana urusan kementerian yang dibawahinya, mana urusan partai Golkar
yang dipimpinnya, dimana satu dan lainnya tidak saling terkait dalam wewenang, kedudukan
dan jabatan yang disandangnya sebagai Menteri Perindustrian.

Anda mungkin juga menyukai