Anda di halaman 1dari 6

PENYAKI JANTUNG KORONER

1Rifay Erdan Sanggamele, 2Prycilia Pingkan Mamuaja, 3Deviana Pratiwi Munthe


1,2,3
Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Manado, Manado, Indonesia
Email: 1rifayerdansanggamele@gmail.com
NIM: 18704042 Kelas : B

Abstrak
Penyakit jantung koroner di Indonesia sendiri sudah tidak asing lagi bagi
masyarakat. Penyakit ini merupakan penyakit pembunuh nomor satu di dunia,
khususnya di Indonesia. Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang sangat
berbahaya bagi manusia, namun banyak masyarakat yang belum mengetahui factor
apa saja yang menyebabkan penyakit ini terjadi. Gejala awal pada remaja yang
menderita penyakit jantung sama dengan orang dewasa, antara lain nyeri pada dada,
mengeluarkan keringat terutama telapang tangan, merasa lelah berlebihan, nafas berat,
jantung berdebar-debar, sakit kepala, dan perut kembung. Banyak masyarakat yang
tidak menyadari bahwa penyakit jantung koroner muncul dari hal-hal sederhana,
seperti kebiasaan kita dalam memakan makanan yang tidak sehat, pola hidup yang
tidak sehat, kepercayaan kita, dan budaya atau adat-istiadat yang turun temurun yang
masih di lakukan oleh masyarakat. Kita dapat mencegah penyakit jantung koroner
dengan memperhatikan asupan makanan yang kita makan, aktivitas fisik yang kita
lakukan dan tidak merokok.

Kata Kunci: Jantung koroner, pencegahan penyakit jantung koroner, promosi


kesehatan

Pendahuluan
Etika adalah cabang filsafat yang menyoroti tentang tingkahlaku manusia. Etika
akan membahas tentang apa yang benar dan apa yang salah secara moral dan menjadi
ukuran baik buruknya tingkahlaku yang diperbuat oleh manusia secara sengaja
(Beaucham & Childress, 1989; Burger et al., 1993). Etika adalah norma-norma untuk
memimpin, yang dapat membedakan tingkah laku yang dapat diterima dan yang
ditolak atau tidak sesuai. Etika juga dapat berarti suatu metoda, prosedur atau
pandangan untuk memutuskan bagaimana tingkahlaku dan untuk menganalisis
masalah-masalah serta isu-isu yang kompleks, seperti isu pemanasan global yang dapat
ditinjau dari segi ekonomi, ekologi, dan politik, ataupun pandangan etika tentang
masalah tersebut. Sebagai peneliti dan akademisi, penelitian adalah suatu kewajiban
dari tridarma perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat. Penelitian merupakan bagian terpenting. Penyakit jantung ada beberapa
macam, antara lain penyakit jantung coroner, juga disebut penyakit arteri koroner
(CAD), penyakit jantung iskemik (IHD), atau penyakit jantung aterosklerotik, dan
gangguan otot jantung karena hasil akhir dari akumulasi plak ateromatosa dalam
dinding-dinding arteri yang memasok darah ke miokardium (otot jantung) (Manitoba
Centre for Health Policy, 2013).
Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruang yang terletak di
rongga dada, di bawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum.
Jantung terdapat disebuah kantung longgar berisi cairan disebut perikardium.
Keempat ruang jantung tersebut adalah atrium kiri dan kanan serta ventrikel kiri dan
kanan. Atrium terletak di atas ventrikel dan saling berdampingan. Atrium dan
ventrikel dipisahkan satu dari yang lain oleh katup satu arah. Sisi kiri dan kanan
jantung dipisahkan oleh sebuah dinding jaringan yang disebut septum. Dalam keadaan
normal tidak terjadi pencampuran darah antara kedua atrium kecuali pada masa janin,
dan tidak pernah terjadi pencampuran darah antara kedua ventrikel pada jantung
yang sehat. Semua ruang tersebut dikelilingi oleh jaringan ikat. Perilaku hidup yang
sesuai dengan kesehatan jantung itu mencakup usaha untuk memperkecil faktor resiko

Pembahasan

Penelitan bersubjek pada manusia ialah penelitian yang dilakukan pada manusia
untuk mengetahui sebab ataupun gejala dari suatu penyakit, yang bertujuan untuk
memperoleh informasi yang akurat tentang perkembangan suatu penyakit. Manfaatnya
bagi umat manusia adalah untuk mengatasi, mencegah dan mengobati penyakit yang
dialami oleh manusia.
Syarat-syarat penelitian pada sjbjek manusia yaitu: Memenuhi prinsip ilmiah
yang telah diakui,dilandasi studi kepustakaan yang memadai, baik atas dasar penelitian
pada subek manusia atau hewan sebelumnya. Mempunyai usulan penelitian yang jelas
tentang tujuan sampel, dosis obat, efek samping, risiko, lama penelitian, metode,
kriteria pengehentian penelitian, serta kriteria Drop Out. Rencana dan pelaksanaan
setiap prosedur percobaan dirumuskan secara jelas dalam suatu protocol penelitian
yang diajukan. Dilakukan oleh peneliti dengan kualitas dan pengalaman yang tinggi di
bidang profesinya, atau yang secara ilmiah memenuhi syarat dan dibawah pengawasan
tenga medis yang mempunyai kompetensi klinis. Memiliki persetujuan atas dasar
kesadaran (Informed Concent) dari MSDP dan memiliki rekomendasi Ethical Clearance
dari komite etik penelitian. Bila secara hokum tidak mampu memberikan I C, I C
diperoleh dari wali yang sah secara hokum. Dilakukan atas dasar HAM dan Sukarela,
MSDP ikut dala penelitian tanpa ada tekanan, dan setiap saat berhak menyatakan
keluar dari penelitian tersebut. Dilaksanakan atas dasar RISK-Benefit (Benefit Untuk
MSDP>RISK. Dilengapi dengan fasilitas yang memadai untuk mengatasi resiko selama
dan sesudah penelitian. Dilakukan secara bertanggung jawab. Protocol riset harus
selalu mencantumkan surat pernyataan tentang pertimbangan etik yang berhubungan
dengan riset dan menyatakan bahwa prinsip yang tertera pada Deklarasi Helsinki telah
dipenuhi. Dalam publikas hasil riset, peneliti harus melaporkan hasil yang akurat,
laporan yang tidak sesuai dengan persyaratan dan Deklarasi Helsinki tidak dapat di
publikasikan.

Kelalaian maupun kesengajaan peneliti terhadap aspek-aspek dalam prinsip


originalitas dapat berujung pada tindak plagiarisme. Dalam “A Guide to Research
Ethics” (2003:11)[2], plagiarisme dimaknai sebagai tindakan penggunaan seseorang atas
gagasan, teori, dan kata-kata orang lain dan kemudian melakukan klaim atas dirinya
sendiri. Plagiarisme sendiri dapat dimaknai ke dalam berbagai bentuk, baik itu
mengutip secara langsung hasil penelitian orang lain maupun melakukan parafrasa
tanpa menyertakan sitasi dari sumber aslinya. Selain plagiarisme, contoh pelanggaran
etik penelitian adalah pengubahan (manipulasi) data atau informasi, penyalahgunaan
data atau informasi, pengakuan dan penggunaan data atau informasi tanpa ijin,
publikasi hasil penelitian penugasan tanpa ijin, tidak merahasiakan sumber data yangg
semestinya dirahasiakan, tidak menghormati responden, dan tidak menyusun laporan
hasil penelitian
Penyakit jantung koroner adalah penyakit pada pembuluh darah arteri koroner
yang terdapat di jantung, yaitu terjadinya penyempitan dan penyumbatan pada
pembuluh darah tersebut. Hal itu terjadi karena adanya atheroma atau atherosclerosis
(pengerasan pembuluh darah), sehingga suplai darah ke otot jantung menjadi
berkurang (Maulana,2008). Penyakit jantung koroner adalah kelainan di arteri koroner
sehingga tidak cukup suplai darah yang berarti juga kurangnya suplai oksigen dan
nutrisi untuk menggerakkan jantung secara normal (Soeharto,2004). Penyakit janutng
koroner adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh penyempitan atau penghambatan
pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung (Soeharto, 2001).

Gejala Penyakit Jantung Koroner, Penyakit jantug koroner terbentuk secara


perlahan-lahan dan dalam waktu yang lama, kebanyakan orang tidak tahu bahwa
mereka sudah memiliki penyakit yang parah ini. Biasanya gejala yang paling awal
adalah nyeri dada atau angina serta sesak napas. Tidak semua nyeri dada disebabkan
oleh penyakit jantung koroner. Angina atau nyeri dada karena penyakit jantung
koroner timbul setelah melakukan aktifitas dan hilang ketika beristirahat. Rasa nyeri
timbul karena otot jantung tidak mendapat oksigen cukup. Angina biasanya
berlangsung selama 2-3 menit dan tidak lebih dari 10 menit. Tiga cara mengenali nyeri
dada karena penyakit jantung koroner adalah:
a. Rasa nyeri yang tidak bertambah parah saat menarik napas
b. Biasanya terasa di tengah dada, bisa menyebar kesisi kiri, kedua lengan, atau ke leher
dan rahang
c. Dada terasa seperti sesak, terbakar, tertusuk-tusuk, atau tertekan
(Maulana,2008).Gejala lain: Nafas pendek, Berkeringat dingin, Terasa kelemahan yang
menyeluruh atau kelelahan (Soeharto, 2004).

Faktor resiko adalah keadaan-keadaan yang berkaitan dengan meningkatnya


kemungkinan terkena penyakit (Laker, 2006); Keturunan Latar belakang keluarga
yang mempunyai penyakit jantung dan tekanan darah tinggi dapat meningkatkan
terjadinya risiko penyakit jantung koroner (Soeharto, 2004); Jenis Kelamin dan Usia
Penyakit jantung koroner banyak dijumpai pada laki-laki daripada perempuan. Proses
atherosclerosis terjadi dalam waktu yang lama sejak usia umur 15 tahun. Pada laki-laki
pertengahan tahun manula yaitu usia 40 tahun ke atas kenaikan kadar kolesterol dalam
darah mempunyai risiko yang tinggi khususnya LDL untuk pembentukan penyakit
jantung koroner. Perempuan mempunyai pelindungan alami dari penyakit jantung
koroner, yakni hormon estrogen yang bisa sangat membantu dalam mengendalikan
kolesterol. Namun jika perempuan sudah mencapai usia menopouse, pelindung alami
tersebut sudah tidak berproduksi kembali, dan itu yang kemudian akan menjadikan
perempuan juga rentan terkena penyakit jantung koroner apabila tidak berpola hidup
yang sehat (Maulana, 2008).

Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk meminimalisir penyakit
jantung koroner, yaitu dengan cara mempromosikan kesehatan jantung, melaksanakan
kegiatan senam jantung sehat dan lain sebagainya(Mappaompo, 2010). Namun dalam
mempromosikan kesehatan harus memperhatikan kondisi dan situasi yang ada di
sekitar masyarakat, sehingga kita dapat menyampaikan pesan kesehatan tepat
sasaran(Putra et al., 2009). Namun, ada hal yang perlu di perhatikan dalam
mempromosikan kesehatan seperti pendekatan yang harus terlebih dahulu kita lakukan
sebelum melakukan promosi kesehatan, karena lewat pendekatan individual pada
masyarakat kita dapat lebih mudah menyampaikan pesan kesehatan kepada
masyarakat(Arovah, 2010).
Ada beberapa media yang dapat kita gunakan dalam mempromosikan
kesehatan, apalagi di zaman yang semakin modern saat ini, kita dapat menggunakan
teknologi yang ada untuk mempromosikan kesehatan(Leonita and Jalinus, 2018). Kita
dapat menggunakan media yang lebih dimengerti oleh masyarakat khususnya dalam
mempromosikan bahayanya penyakit jantung koroner, kita dapat menggunakan media
social untuk membagikan pesan-pesan kesehatan maupun menghimbau atau
mengingatkan pada masyarakat mengenai bahayanya penyakit jantung
koroner(Bahari, 2014). Media apapun yang kita gunakan, kita harus menyesuaikan
dengan pemahaman masyarakat, jika kita menggunakan media yang kurang tepat,
maka pesan yang kita sampaikan kepada masyarakat tidak akan tersampaikan dengan
baik, misalnya kita menyampaikan pesan kesehatan menggunakan media social pada
masyarakat awam yang belum mengenal teknologi, maka pesan kesehatan yang kita
sampaikan tidak akan tepat sasaran, maka dari itu kita harus memperhatikan kondisi
masyarakat atau tingkat pengetahuan masyarakat yang akan kita berikan promosi
kesehatan(Restuastuti et al., 2017).

Tabel 1. Prevalensi Jantung Berdasarkan Diagnosis Dokter Di Indonesia Sebesar 1,5% , dengan
Peringkat Prevalensi Tertinggi (Riskesdas 2018)
No Provinsi Prevalensi/Jumlah
1 Kalimantan Utara 2,2%
2 DIY 2%
3 Gorontalo 2%

Pembahasan
Karena masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak menyadari bahwa lewat
hal hal kecil masyarakat dapat menjadi sakit. Penyakit jantung koroner saling
berkaitan dengan penyakit
hipertensi dan kolestrol, sehingga ada beberapa factor yang harus kita perhatikan
sehingga penyakit jantung koroner tidak menyerang tubuh kita. Seperti: faktor budaya
atau adat-istiadat,agama, merokok, obesitas, kadar kolesterol, tekanan darah tinggi,
kurang aktivitas, diabetes mellitus, stress dan kepercayaan masing-masing individu.
Sehingga berdasarkan data Riskesdas 2018 ketiga provinsi diatas menduduki posis atau
prevalensi tertinggi di berbgai daerah di indonesia, Selain itu, tingginya insidensi
penyakit kardiovaskular dan hambatan untuk mengakses layanan kesehatan
berhubungan dengan berbagai faktor penentu sosial ekonomi kesehatan, termasuk
pendidikan dan kesadaran kesehatan. Beberapa faktor tersebut diantaranya: Polusi
udara bertanggung jawab atas 25% kematian akibat kardiovaskular (WHO) yang
membuat mereka yang tinggal di kota berisiko lebih besar Diet sehat sangat penting
untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular, namun di banyak sekolah, kantor,
rumah sakit, dan rumah yang menyediakan makanan tinggi lemak dan padat energi
dan kurangnya pilihan makanan yang sehat. Di negara-negara di mana larangan
merokok tidak ada, orang sering tidak punya pilihan selain bekerja dan bersosialisasi di
tempat-tempat di mana perokok pasif meningkatkan risiko CVD mereka. Merokok
hanya satu batang per hari dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung
koroner (BMJ) 48% Kurangnya ruang terbuka yang aman atau jalur siklus juga dapat
membatasi kemampuan individu untuk menjadi lebih aktif, meningkatkan risiko CVD,
padahal berolahraga dikaitkan dengan risiko 29% lebih rendah meninggal akibat CVD
(BMJ). Latar belakang genetik dan geografi spesifik juga dapat mempengaruhi populasi
tertentu terhadap peningkatan risiko CVD Berbagai spektrum penyakit kardiovaskular
di antaranya adalah penyakit jantung koroner, penyakit jantung bawaan, gagal
jantung, gangguan irama jantung, dan penyakit katup jantung. Saat ini penyakit
jantung koroner masih berkontribusi sebagai spektrum penyakit jantung terbanyak di
seluruh dunia dan menyebabkan tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi.

Diperkirakan bahwa diseluruh dunia, PJK pada tahun 2020 menjadi pembunuh
pertama tersering yakni sebesar 36% dari seluruh kematian, angka ini dua kali lebih
tinggi dari angka kematian akibat kanker. Di Indonesia dilaporkan PJK (yang
dikelompokkan menjadi penyakit sistem sirkulasi) merupakan penyebab utama dan
pertama dari seluruh kematian, yakni sebesar 26,4%, angka ini empat kali lebih tinggi
dari angka kematian yang disebabkan oleh kanker (6%). Dengan kata lain, lebih
kurang satu diantara empat orang yang meninggal di Indonesia adalah akibat PJK.
Selain PJK, PJB merupakan kelainan bawaan yang paling sering ditemukan. Angka
kejadian PJB di seluruh dunia diperkirakan mencapai 1,2 juta kasus dari 135 juta
kelahiran hidup setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, sekitar 300.000 kasus
dikategorikan PJB berat yang membutuhkan operasi kompleks agar dapat bertahan
hidup. Sementara di Indonesia, angka kejadian PJB diperkirakan mencapai 43.200
kasus dari 4,8 juta kelahiran hidup (9 : 1000 kelahiran hidup) setiap tahunnya.

Kesimpulan
Etika adalah aturan yang dipegang oleh peneliti dalam melakukan riset dan oleh
karenanya para peneliti harus mengetahui dan paham tentang etika ini sebelum
melakukan penelitian. Aspek isu etik dalam penelitian terdiri dari nilai individu peneliti
terkait kejujuran dan integritas personal, serta tanggung jawab terhadap subyek riset
terkait izin, kerahasiaan, keanoniman, dan kesopanan. Subyek penelitian kemudian
dimaknai bukan hanya sebagai hal yang menunjang keberhasilan penelitian, melainkan
juga sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan moral peneliti. Etika riset dilandaskan
dalam prosedur yang terdiri dari penghormatan terhadap harkat dan martabat
manusia, penghormatan terhadap privasi dan kerahasiaan subyek penelitian, keadilan
dan inklusivitas, serta memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan
penelitian. Ketika peneliti melakukan pelanggaran terhadap etika ini, sanksi yang
dikenakan disesuaikan dengan bentuk pelanggaran. Namun pelanggaran yang terjadi
biasanya berupa plagiarisme ataupun penipuan saintifik oleh akademisi yang berakibat
pada pencopotan gelar, penarikan artikel ilmiah, dan bahkan pencabutan hak-hak
akademisi lainnya.
Penyakit jantung koroner merupakan penyakit pembunuh nomor 1 di dunia,
banyak kasus yang telahterjadi yang menyebabkan kematian. Hal ini sampai sekarang
masih menjadi masalah kesehatan masyarakat khususnya di Indonesia, maka dari itu
perlu ada kesadaran masyarakat mengenai penyakit jantung coroner, serta
menerapkan pola hidup sehat.
Daftar Pustaka
Dir RKS-IPB. Etika penelitian: Etika dalam berperilaku dan etika dalam
kepengarangan.
Institut Pertanian Bogor, 2010

International Ethical Guidelines for Health-related Research Involving Humans, Fourth


Edition. Prepared by the Council for International Organizations of Medical Sciences
(CIOMS) in collaboration with the World Health Organization (WHO)
2016.cioms.ch/ethical-guidelines-2016/WEB-CIOMS-EthicalGuidelines.pdf

Nur, Hadi. (2004). Etika Sains dalam Riset dan Pendidikan Tinggi di Indonesia. Dipetik
pada tanggal 2 Oktober 2011, dari: www.hadinur.com/proceedings/etika_versicetak.pdf

Nurhidayat S. 2010. Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskuler pada Remaja di Ponorogo.


http://eprints.umpo.ac.id/1295/1/Jurnal%20Dunia%20 Keperawatan%20.pdf

Restuastuti, T. et al. (2017) ‘Analisis Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan’,


Jurnal Kesehatan Melayu. doi: 10.26891/jkm.v1i1.20.

Risk, D., Of, F. and In, S. (2015) ‘Faktor Risiko Dominan Penderita Stroke di
Indonesia’, Buletin Penelitian Kesehatan. doi: 10.22435/bpk.v44i1.4949.49-58.

Riskesdas 2018, http://kesmas.kemkes.go.id .pdf (diakses tanggal 23 juni 2021)

Sumartono R.W. 1995. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner di Indonesia. Jurnal


Media Litbangkes Vol. 1 No.1

Anda mungkin juga menyukai