Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

FITOKIMIA II
PENETAPAN KADAR TERPENOID DAN STEROID

Dosen pengampu : 1. Dra. Ike Yulia W, M.Farm., Apt


2. Yulianita, M.Farm., Apt
3. Novi Fajar Utami, M.Farm., Apt
4. Siti Mahyuni, M. Sc
5. Marybet Tri R.H, M.Farm
6. Asri Wulandari, M. Farm., Apt

Asisten dosen : 1. Riffa Kurnia M


2. Rani Meiliana W
3. Dede Nuraliansyah
4. Fitria Agnes D
5. Triyola Nofriza
6. Yoanita Dwi K

Disusun Oleh :

Nurgita Zamzamah
066118171 / E

LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum


 Dapat menetapkan kadar terpenoid menggunakan metode Spektrofotometri
FTIR, Spektrofotometri UV-VIS, dan KCKT.
 Dapat menetapkan kadar steroid menggunakan metode Densitometri,
Kromatografi kolom, dan KCKT.
1.2. Dasar Teori
Terpenoid adalah senyawa yang hanya mengandung atom karbon(C) dan
hydrogen (H), atau karbon, hidrogen,dan oksigen yang bersifat aromatis. Sebagian
terpenoid mengandung atom karbon yang jumlahnya merupakan kelipatan lima,
penyelidikan kimia selanjutnya menunjukkan pula bahwa sebagian terpenoid
mempunyai kerangka karbon yang dibangun oleh dua atom atau lebih unit C5 yang
disebut isopren, unit isopren biasanya saling berkaitan dengan teratur, dimana
“kepala” dari unit satu berkaitan dengan “ekor” unit yang lain, kepala merupakan
ujung terdekat kecabang metil dan ekor merupakan ujung yang lain. Hubungan
kepala ke ekor ini disebut kaidah isopran. Kaidah ini merupakan ciri khas dari
sebagian terpenoid sehingga dapat dijadikan dasar penetapan terpenoid. Sehingga
dapat digunakan sebagai dasar penetapan struktur terpenoid (Achmad,1986).

Terpenoid umumnya larut dalam lemak dan terdapat dalam sitoplasma sel
tumbuhan. Kebanyakan terpenoid alam mempunyai struktur siklik dan mempunyai
satu gugus fungsi atau lebih. Salah satu senyawa terpenoid adalah taksodon dan
vernomenin yang mempunyai jenis terpenoid yang mempunyai efek fisiologis
terhadap manusia yaitu dapat menahan pembelahan sel sehingga menghalangi
pertumbuhan tumor. Senyawa terpenpid dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah
unit isoprene yang menyusunnya seperti monoterpen, seskuiterpen, diterpenoid,
triterpenoid, tetraterpen (Harborn, 1987).

Nama Rumus Sumber


Monoterpen C10H16 Minyak atsiri
Seskuiterpen C15H24 Minyak atsiri
Diterpenoid C20H32 Resin pinus
Triterpenoid C30H48 Saponin, Damar
Tetraterpenoid C40H64 Pigmen, Karoten
Politerpenoid (C5H8)n n > 8 Karet alam

Terpenoid didefinisikan sebagai produk alami yang strukturnya


dibagimenjadi beberapa unit isoprene, karena itu senyawa ini disebut juga
isoprenoid(C5H8). Unit isoprene disusun atas asetat melalui jalur asam mevalonat
dandihubungkan dengan rantai karbon yang mengandung 2 ikatan tak jenuh.

Steroid adalah suatu golongan senyawa triterpenoid yang mengandung inti


siklopentana perhidrofenantren yaitu dari tiga cincin sikloheksana dan sebuahc
incin siklopentana. Dahulu sering digunakan sebagai hormon kelamin, asam
empedu, dll. Tetapi pada tahun-tahun terakhir ini makin banyak senyawa steroid
yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan. Tiga senyawa yang biasa disebut
fitosterol terdapat pada hampir setiap tumbuhan tinggi yaitu: sitosterol,
stigmasterol, dan kompesterol (Robinson,1995).

Kandungan terpenoid/steroid dalam tumbuhan diuji dengan menggunakan


metode penambahan pereaksi klorofom, asam asetat anhidrat,dan asam
sulfat pekat yang akan memberikan cincin warna kecoklatan atau violet yangmenun
jukkan adanya triterpenoid dan terbentuk cincin biru kehijauan untuk steroid. Uji
ini didasarkan pada kemampuan senyawa triterpenoid dan steroid membentuk
warna oleh H2SO4 pekat pada pelarut asetat glasial yang membentuk warna jingga
( lenny,2006).
BAB II

METODE KERJA

2.1. Alat dan Bahan

2.1.1 Alat

 Alat-alat Gelas
 Alat-alat Metode Destilasi
 Alat-alat Metode Spektrofotometri UV-VIS dan FTIR
 Alat-alat Metode Kromatografi Kolom
 Alat-alat Metode Densitometri
 Alat-alat Metode KCKT
2.2.2 Bahan
 Aquadest
 Bahan-bahan Metode Destilasi
 Bahan-bahan Metode Spektrofotometri UV-VIS dan FTIR
 Bahan-bahan Metode Kromatografi Kolom
 Bahan-bahan Metode Densitometri
 Bahan-bahan Metode KCKT
 Simplisia Extract
2.2. Cara Kerja
Pengujian Metode Cara Kerja
Terpenoid Spektrofotometri UV-Vis Sampel yang berupa ekstrak
dilarutkan di dalam methanol,
kemudian dimasukkan kedalam
kuvet, kemudian di analisis
dengan alat Spektrofotometri UV-
VIS dengan panjang gelombang
sebesar 200-800 nm.
Spektrofotometri FTIR Sampel yang sudah berupa ekstrak
dioleskan pada NaCl window,
kedua NaCl window ditekan
sehingga tidak ada gelombang,
kemudian analisis dengan
menggunakan Spektrofotometri
FTIR dengan rentang bilangan
gelombang 4000-400 cm-1.
Destilasi Simplisia yang mengandung
minyak atsiri dikeringkan,
kemudia ditimbang ±50gr lalu
dilakukkan destilasi minyak atsiri
dengan menggunakan alat destilasi
selama 6 jam. Kemudian dihitung
kadar minyak atsiri dengan
menggunakan rumus Kadar
Minyak Atsiri Total (%v/b).
Steroid KCKT Ekstrak dari hasil kromatografi
kolom ditimbang, kemudian
dilarutkan dalam kloroform
sebanyak 5 ml, lalu disaring
dengan menggunakan saringan
membrane porositas 0,5 µm.
kemudian dimasukkan kedalam
vial untuk dilakukkan sonikasi
selama 15 menit, lalu di injek
sebanyak 20 µl ke dalam alat
KCKT. Dengan fase geraknya
adalah methanol-kloroform, laju
alir : 1 ml/menit, detector : UV
254 nm, tekanan alat : 70-71
kg/cm2, dan system yang
digunakan adalah system
isokratik.
Densitometri Disetiap lempeng silica ditotolkan
larutan pembanding kolesterol
sebanyak 4 titik dan larutan
sampel sebanyak 6 titik. Lalu
dielusi dengan menggunakan
eluen heksan : etil asetat (7:3),
kemudian dikeringkan pada suhu
kamar dan disemprot dengan
penampak pada noda HCL Pekat :
methanol (1:1), lalu dikeringkan di
dalam lemari pengering, dan
diamati luas area dari masing-
masing kromatogram pada
panjang gelombang maksimal 395
nm.
Kromatografi Kolom Dicuci bersih kolom sebelum
digunakan lalu dibilas dengan
methanol dan dikeringkan,
kemudian diberi kapas pada dasar
kolom. Lalu silica gel sebanyak ±
50gr dibuat slury dengan n-
heksana, dengan hati-hati
dimasukkan kedalam kolom dan
diikuti dengan sampel sebanyak
±5 g, kemudian di elusi secara
SGP (Step Gradient Polarity)
dengan eluen n-heksana : etil
asetat (10:0, 9:1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5,
4:6, 3:7, 2:8, 1:9, 0:10). Eluat
ditampung dengan vial-vial kecil
yang telah diberi nomor. Masing-
masing vial dimonitor dengan
KLT, eluat yang memiliki Rf sama
digabung dalam satu vial
kemudian dibiarkan menguap
pelarutnya
sampai terbentuk zat padat amorf.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Data Pengamatan

Senyawa Metode Hasil % Kadar


Spektrofotometer UV-VIS 6,367%
Terpenoid Spektrofotometer FTIR -
Destilasi 0,5999964%
Kromatografi kolom 0,027%
Steroid KCKT 34,31% (b/b)
Densitometer 2,7526 mg/g

3.2. Perhitungan

 Metode Destilasi
Diketahui :
 Volume minyak atsiri : 0,3 ml
 Berat simplisia : 50,0008 gram

v volume minyak atsiri


Kadar minyak atsiri total (% ) = × 100%
b berat simplisia

0,3
= × 100%
50,0008

= 0,5999905%
3.3. Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan analisis kuantitatif senyawa metabolit


terpenoid dan steroid. Penetuan kadar senyawa terpenoid ditentukan dengan metode
Spektrofotometri UV-VIS, Spektrofotometer FTIR, dan destilasi. Penentuan kadar
senyawa kadar steroid ditentukan dengan metode kromatografi kolom, KCKT, dan
densitometer.

Simplisia yang digunakan pada pengujian kadar terpenoid dengan metode


spektrofotometri UV-VIS adalah ekstrak biji kelor. Pada penetapan kadar terpenoid
dengan menggunakan Spektrofotometri UV-Vis yang merupakan suatu analisis
berdasarkan atas pengukuran serapan suatu larutan yang dilalui radiasi
monokromatis. Penyerapan cahaya oleh molekul dalam daerah spektrum ultraviolet
bergantung pada struktur elektronik dari molekul. Spektrum ultravioletdari
senyawa-senyawa organik berkaitan erat dengan transisi-transisi diantara tingkatan-
tingkatan tenaga elektronik. Dalam molekul yang memiliki ikatan rangkap tak
terkonjugasi, mengakibatkan penyerapan sinar UV-Vis terjadi pada panjang
gelombang yang lebih pendek dari pada yang dialami sistem terkonjugasi. Makin
banyak ikatan rangkap tak terkonjugasi, maka makin besar energi yang diperlukan
untuk mengalami transisi, sehingga absorbsi akan semakin bergeser ke panjang
gelombang yang lebih kecil. Pada kurva standar saponin, diperoleh persamaan
regresi y= 0,0423x + 0,0033 dan koefisien korelasi (r2 ) yaitu 0,995. Kadar saponin
total ekstrak etanol biji kelor berdasarkan kurva regeresi dengan parameter uji total
saponin dari Quillaja bark kuantitatif, yaitu 6,367% (Wahyu, dkk. 2020). Saponin
memiliki aktivitas farmakologi antara lain dapat menurunkan kolestrol, mempunyai
sifat sebagai antioksidan, antivirus dan anti karsinogenik.

Kelebihan pada metode spektrofotometri UV-Vis adalah panjang gelombang


dari sinar putih dapat lebih terseleksi, caranya sederhana, dan dapat menganalisa
larutan dengan konsentrasi yang sangat kecil. Kekurangan dari metode ini adalah
absorbsi dipengaruhi oleh pH larutan, suhu dan adanya zat pengganggu. dan
kebersihan dari kuvet, hanya dapat dipakai pada daerah ultra violet yang panjang
gelombang pemakaian hanya pada gugus fungsional yang mengandung elektron
valensi dengan energi eksitasi yang rendah, serta sinar yang dipakai harus
monokromatis.

Penetapan kadar minyak atsiri dengan metode destilasi atsiri daun cendana ini
menggunakan cara II dengan metode destilasi stahl yaitu menggunakan
penambahan xylen. Cara ini dilakukan karena bobot jenis minyak atsiri lebih besar
daripada air. Dilakukan destilasi Stahl 3 kali replikasi dengan menggunakan 50
gram daun cendana. Dan didapatkan hasil sebesar 0,5999904 % v/b (Alfonsa,2018).
Untuk waktu pengerjaan destilasi stahl yang harusnya di lakukan selama 6 jam,
namun dalam penelitian ini dalam waktu ± 2 jam minyak yang telah tercempur
xylen sudah memenuhu buret destilasi stahl. Oleh karena itu dilakukan penetapan
kadar laih dengan cara menghitung rendemen hasil minyak atsiri daun cendana.
Rendemen dilakukan dengan mengambil minyak atsiri daun cendana dengan
metode destilasi uap dan air selama 6 jam.

Prinsip dasar dari destilasi dengan menggunakan alat Stahl adalah perbedaan
titik didih dari zat-zat cair dalam campuran zat cair tersebut sehingga zat (senyawa)
yang memiliki titik didih terendah akan menguap lebih dahulu, kemudian apabila
didinginkan akan mengembun dan menetes sebagai zat murni (destilat). Kelebihan
dari destilasi uap Stahl ini adalah dapat menetapkan kadar minyak atsiri yang
diperoleh secara langsung dengan mengukur volume minyak atsiri yang terukur
pada alat. Destilasi uap Stahl merupakan metode yang sederhana dan menggunakan
pelarut air karena air mempunyai titik didih lebih besar dari minyak atsiri sehingga
pemisahan dengan destilasi dapat dilakukan. Adapun kekurangan Destilasi adalah
hanya dapat memisahkan zat yang memiliki perbedaan titik didih yang besar. Dan
biaya penggunaan alat ini relatif mahal.

Spektroskopi FTIR (fourier transform infrared) merupakan salah satu teknik


analitik yang sangat baik dalam proses identifikasi struktur molekul suatu senyawa.
Komponen utama spektroskopi FTIR adalah interferometer Michelson yang
mempunyai fungsi menguraikan (mendispersi) radiasi inframerah menjadi
komponen-komponen frekuensi. Penggunaan interferometer Michelson tersebut
memberikan keunggulan metode FTIR dibandingkan metode spektroskopi
inframerah konvensional maupun metode spektroskopi yang lain. Diantaranya
adalah informasi struktur molekul dapat diperoleh secara tepat dan akurat
(memiliki resolusi yang tinggi). Keuntungan yang lain dari metode ini adalah dapat
digunakan untuk mengidentifikasi sampel dalam berbagai fase ( gas, padat atau cair
). Kesulitan-kesulitan yang ditemukan dalam identifikasi dengan spektroskopi
FTIR dapat ditunjang dengan data yang diperoleh dengan menggunakan metode
spektroskopi yang lain. Teknik pengoperasian FTIR berbeda dengan
spektrofotometer infra merah. Pada FTIR digunakan suatu interferometer
Michelson sebagai pengganti monokromator yang terletak di depan monokromator.
Interferometer ini akan memberikan sinyal ke detektor sesuai dengan intensitas
frekuensi vibrasi molekul yang berupa interferogram.

Pengujian kadar steroid dengan metode kromatografi kolom adalah


menggunakan simplisia daun mengkudu. Dari hasil kromatografi kolom 5,00 gram
steroid kasar fraksi n-heksana diperoleh steroid murni berbentuk Kristal jarum ber
warna putih dengan jarak titik leleh 137,6 C-139,4 C dengan range titik leleh 1,8 C.
Dari isolasi 4500 gram daun mengkudu (Morinda citrifolia. L) diperoleh steroid
murni sebanyak 1,2306 gram (0,027%).

Prinsip kerja dari kromatografi kolom yaitu memisahkan komponen


campuran berdasarkan perbedaan interaksinya dalam fasa diam dan fasa gerak. Jika
suatu campuran terdiri dari beberapa komponen, maka setiap komponen tersebut
memiliki struktur masing masing dengan sifat yang khas untuk setiap senyawanya.
Salah satu sifat yang berpengaruh dalam kromatografi kolom adalah kepolaran
senyawa serta berat dan ukuran molekul. Kelebihan dari kromatografi kolom
diantaranya adalah proses kromatografi kolom termasuk proses yang sederhana,
tidak membutuhkan alat-alat yang kompleks dalam melakukan metode
kromatografi kolom serta biaya yang dikeluarkan untuk metode kromatografi
kolom cukup murah jika dibandingkan dengan metode kromatografi lainnya.
Adapun kekurangan dari kromatografi kolom adalah membutuhkan waktu yang
lama untuk menyelesaikan prosesnya dan perlu dilakukan elusi secara bertahap agar
semua fasa gerak yang digunakan akan habis dan di tampung pada wadah yang
berbeda.

Pada pengujian steroid dengan metode densitometry digunakan bahan daun


tanaman Solanum wrightii Benth. Didapatkan kadar sterol total tertinggi pada daun
Solanum wrightii Benth adalah 2,7526 mg/g pada sampel dengan pengambilan
pukul 21.00 WIB (Imron, 1991). Densitometri adalah metode analisi instrumental
yang berdasarkan interaksi radiasi elektromagnetik dengan analit yang merupakan
bercak atau noda pada lempeng KLT. Interaksi radiasi elektromagnetik dengan
noda pada lempeng KLT yang ditentukan adalah adsorpsi, transmisi, pantulan
(refleksi) pendar fluor atau pemadaman pendar fluor dari radiasi semula.
Keunggulannya adalah dititik beratkan untuk analisis analit-analit dengan kadar
sangat kecil yang perlu dilakukan pemisahan terlebih dahulu dengan KLT. Prinsip
penentuan dengan metode desintometri hampir sama dengan metode
spektrofotometri. Penetuan kadar analit yang dikorelasikan dengan area / luas noda
pada KLT akan lebih terjamin kesahihannya dibanding dengan metode KCKT atau
KGC, sebab area noda kromatogram diukur pada posisi diam atau " zig-
zag" menyeluruh.

Pada pengujian steroid dengan metode KCKT digunakan sampel tanaman


Kedawung. Hasil analisis kuantitatif yang dilakukan terhadap sampel bagian
tanaman Kedawung, P. roxburgii (Mimosaceae) dengan menggunakan
kromatografi cair kinerja tinggi dapat diketahui bahwa tangkai daun (34,31% (b/b)
menunjukkan kandungan beta-sitosterol tertinggi.
Prinsip kerja HPLC sama dengan kromatografi lapis tipis dan kromatografi
kolom, yang membedakan adalah fasa diam yang digunakan pada HPLC memiliki
ukuran yang lebih kecil sehingga luas permukaan besar sehingga keseimbangan
antar fasa menjadi lebih baik dan efisien. Pada HPLC tekanan yang tinggi
menyebabkan fasa gerak dapat bergerak lebih cepat sehingga difusi menjadi
sekecil-kecilnya. Ukuran butir kecil pada fasa diam dan tekanan yang tinggi pada
fasa gerak pada kromatografi kolom cair secara teori akan menghasilkan pemisahan
yang sebaik-baiknya. Injeksi sample seluruhnya dilakukan secara otomatis sehingga
tidak bisa mengetahui yang terjadi pada keadaan tingkat dasar. Karena proses ini
meliputi tekanan, tidak sama halnya dengan kromatografi gas. Waktu yang
dibutuhkan oleh senyawa untuk bergerak melalui kolom menuju detektor disebut
sebagai waktu retensi.Waktu retensi diukur berdasarkan waktu dimana sampel
diinjeksikan sampai sampel menunjukkan ketinggian puncak yang maksimum dari
senyawa itu. Senyawa-senyawa yang berbeda memiliki waktu retensi yang berbeda
pula.
Kelebihan dari alat HPLC antara lain:
- Mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran dengan daya
memisah yang tinggi.
- Dapat dihindari terjadinya dekomposisi kerusakan bahan analisis.
- Dapat digunakan bermacan-macam detektor dengan kepekaan yang tinggi.
- Kolom dapat digunakan kembali.
- Waktu analisa cukup singkat.
- HPLC dapat digunakan untuk isolasi zat yang tidak mudah menguap dan zat
yang tidak stabil.
- Dapat menganalisis sampel yang kecil kuantitasnya.
- Teknik HPLC dapat dilakukan pada suhu kamar.
Kelemahan dari alat HPLC antara lain:
- Harga sebuah alat HPLC cukup mahal.
- Sering ada larutan standar yang tertinggal diinjektor.
BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa :

1. Penentuan kadar terpenoid dapat ditentukan dengan metode Spektrofotometri


UV-Vis, Destilasi, dan Spektrofotometiri FTIR. Sedangkan penentuan kada
steroid dapat ditentukan dengan metode Kromatografi kolom, KCKT, dan
Densitometri.
2. Kadar terpenoid dengan metode Spektrofotometer UV-Vis adalah sebesar
6,367%.
3. Kadar terpenoid minyak atsiri pada daun Cendana dengan metode Destilasi
adalah sebesar 0,5999904 % v/b.
4. Kadar steroid dalam daun mengkudu dengan metode Kromatografi kolom
adalah sebesar 0,027%
5. Kadar steroid dengan metode KCKT adalah sebesar 34,31 % b/b.
6. Kadar terpenoid pada tangkai kedawung dengan metode Densitometer adalah
sebesar 2,7526 mg/g.
DAFTAR PUSTAKA

Alfonsa, 2018. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Minyak Atsiri Daun Cendana
(Santalum album L). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.7
No.2 (2018)

Achmad, S.A.1986. Kimia Organik Bahan Alam. Materi 4: Ilmu Kimia Flavonoid.
Karunika universitas terbuka. Jakarta. Hlm 39.

Benti, Sri; &Suryelita. 2014. Isolasi Steroid Dari Daun Mengkudu (Morinda citrifolia
L.). EKSAKTA Vol. 1 Tahun XV Februari 2014.

Harborn,J.B.1987. Metode Fitikimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.


Penerbit ITB. Bandung.

Hanani, E. (2014). Analisis Fitokimia. Buku Kedokteran ECG, Jakarta

Imron, M. 1991. Penetapan Kadar Steroid Pada Daun Tanama Solanum wrightii Benth
Dalam Berbagai Interval Waktu. SKRIPSI. Fakultas Farmasi Universitas
Airlangga, Surabaya.

Khopkar, S.M. (2008). Konsep Dasar Kimia Analitik (I). Jakarta: Universitas Indonesia.

Lenny, S. 2006. Senyawa Flavonoida,Fenilpropanoida dan Alkaloida. Karya ilmiah


Dapertemen Kimia Fakultas MIPA Universitas Sumatra Utara.

Robinson,T.1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Edisi VI . Hal 191-216.


Diterjemahkan oleh Kokasih Padmawinata, ITB. Bandung.

Tisnadjaja, Djadjat; dkk. 2006. Pengkajian Kandungan Fitosterol pada Tanaman


Kedawung (Parkia roxburgii G. Don.). Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong-Bogor 16911. B I O D I V E R S
I T A S ISSN: 1412-033X Volume 7, Nomor 1 Halaman: 21-24

Wahyu Tien; Yusuf Yulistien; & Tandi Joni. 2020. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif
Metabolit Sekunder Ekstrak Biji Kelor (Moringa oleifera Lam.) dengan
Metode Spektrofotometri UV-Vis. KOVALEN: Jurnal Riset Kimia, 6(3), 2020:
230-238
LAMPIRAN

BUKTI KEHADIRAN PRAKTIKUM :

Anda mungkin juga menyukai