FITOKIMIA II
PENETAPAN KADAR TERPENOID DAN STEROID
Disusun Oleh :
Nurgita Zamzamah
066118171 / E
LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Terpenoid umumnya larut dalam lemak dan terdapat dalam sitoplasma sel
tumbuhan. Kebanyakan terpenoid alam mempunyai struktur siklik dan mempunyai
satu gugus fungsi atau lebih. Salah satu senyawa terpenoid adalah taksodon dan
vernomenin yang mempunyai jenis terpenoid yang mempunyai efek fisiologis
terhadap manusia yaitu dapat menahan pembelahan sel sehingga menghalangi
pertumbuhan tumor. Senyawa terpenpid dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah
unit isoprene yang menyusunnya seperti monoterpen, seskuiterpen, diterpenoid,
triterpenoid, tetraterpen (Harborn, 1987).
METODE KERJA
2.1.1 Alat
Alat-alat Gelas
Alat-alat Metode Destilasi
Alat-alat Metode Spektrofotometri UV-VIS dan FTIR
Alat-alat Metode Kromatografi Kolom
Alat-alat Metode Densitometri
Alat-alat Metode KCKT
2.2.2 Bahan
Aquadest
Bahan-bahan Metode Destilasi
Bahan-bahan Metode Spektrofotometri UV-VIS dan FTIR
Bahan-bahan Metode Kromatografi Kolom
Bahan-bahan Metode Densitometri
Bahan-bahan Metode KCKT
Simplisia Extract
2.2. Cara Kerja
Pengujian Metode Cara Kerja
Terpenoid Spektrofotometri UV-Vis Sampel yang berupa ekstrak
dilarutkan di dalam methanol,
kemudian dimasukkan kedalam
kuvet, kemudian di analisis
dengan alat Spektrofotometri UV-
VIS dengan panjang gelombang
sebesar 200-800 nm.
Spektrofotometri FTIR Sampel yang sudah berupa ekstrak
dioleskan pada NaCl window,
kedua NaCl window ditekan
sehingga tidak ada gelombang,
kemudian analisis dengan
menggunakan Spektrofotometri
FTIR dengan rentang bilangan
gelombang 4000-400 cm-1.
Destilasi Simplisia yang mengandung
minyak atsiri dikeringkan,
kemudia ditimbang ±50gr lalu
dilakukkan destilasi minyak atsiri
dengan menggunakan alat destilasi
selama 6 jam. Kemudian dihitung
kadar minyak atsiri dengan
menggunakan rumus Kadar
Minyak Atsiri Total (%v/b).
Steroid KCKT Ekstrak dari hasil kromatografi
kolom ditimbang, kemudian
dilarutkan dalam kloroform
sebanyak 5 ml, lalu disaring
dengan menggunakan saringan
membrane porositas 0,5 µm.
kemudian dimasukkan kedalam
vial untuk dilakukkan sonikasi
selama 15 menit, lalu di injek
sebanyak 20 µl ke dalam alat
KCKT. Dengan fase geraknya
adalah methanol-kloroform, laju
alir : 1 ml/menit, detector : UV
254 nm, tekanan alat : 70-71
kg/cm2, dan system yang
digunakan adalah system
isokratik.
Densitometri Disetiap lempeng silica ditotolkan
larutan pembanding kolesterol
sebanyak 4 titik dan larutan
sampel sebanyak 6 titik. Lalu
dielusi dengan menggunakan
eluen heksan : etil asetat (7:3),
kemudian dikeringkan pada suhu
kamar dan disemprot dengan
penampak pada noda HCL Pekat :
methanol (1:1), lalu dikeringkan di
dalam lemari pengering, dan
diamati luas area dari masing-
masing kromatogram pada
panjang gelombang maksimal 395
nm.
Kromatografi Kolom Dicuci bersih kolom sebelum
digunakan lalu dibilas dengan
methanol dan dikeringkan,
kemudian diberi kapas pada dasar
kolom. Lalu silica gel sebanyak ±
50gr dibuat slury dengan n-
heksana, dengan hati-hati
dimasukkan kedalam kolom dan
diikuti dengan sampel sebanyak
±5 g, kemudian di elusi secara
SGP (Step Gradient Polarity)
dengan eluen n-heksana : etil
asetat (10:0, 9:1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5,
4:6, 3:7, 2:8, 1:9, 0:10). Eluat
ditampung dengan vial-vial kecil
yang telah diberi nomor. Masing-
masing vial dimonitor dengan
KLT, eluat yang memiliki Rf sama
digabung dalam satu vial
kemudian dibiarkan menguap
pelarutnya
sampai terbentuk zat padat amorf.
BAB III
3.2. Perhitungan
Metode Destilasi
Diketahui :
Volume minyak atsiri : 0,3 ml
Berat simplisia : 50,0008 gram
0,3
= × 100%
50,0008
= 0,5999905%
3.3. Pembahasan
Penetapan kadar minyak atsiri dengan metode destilasi atsiri daun cendana ini
menggunakan cara II dengan metode destilasi stahl yaitu menggunakan
penambahan xylen. Cara ini dilakukan karena bobot jenis minyak atsiri lebih besar
daripada air. Dilakukan destilasi Stahl 3 kali replikasi dengan menggunakan 50
gram daun cendana. Dan didapatkan hasil sebesar 0,5999904 % v/b (Alfonsa,2018).
Untuk waktu pengerjaan destilasi stahl yang harusnya di lakukan selama 6 jam,
namun dalam penelitian ini dalam waktu ± 2 jam minyak yang telah tercempur
xylen sudah memenuhu buret destilasi stahl. Oleh karena itu dilakukan penetapan
kadar laih dengan cara menghitung rendemen hasil minyak atsiri daun cendana.
Rendemen dilakukan dengan mengambil minyak atsiri daun cendana dengan
metode destilasi uap dan air selama 6 jam.
Prinsip dasar dari destilasi dengan menggunakan alat Stahl adalah perbedaan
titik didih dari zat-zat cair dalam campuran zat cair tersebut sehingga zat (senyawa)
yang memiliki titik didih terendah akan menguap lebih dahulu, kemudian apabila
didinginkan akan mengembun dan menetes sebagai zat murni (destilat). Kelebihan
dari destilasi uap Stahl ini adalah dapat menetapkan kadar minyak atsiri yang
diperoleh secara langsung dengan mengukur volume minyak atsiri yang terukur
pada alat. Destilasi uap Stahl merupakan metode yang sederhana dan menggunakan
pelarut air karena air mempunyai titik didih lebih besar dari minyak atsiri sehingga
pemisahan dengan destilasi dapat dilakukan. Adapun kekurangan Destilasi adalah
hanya dapat memisahkan zat yang memiliki perbedaan titik didih yang besar. Dan
biaya penggunaan alat ini relatif mahal.
KESIMPULAN
Alfonsa, 2018. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Minyak Atsiri Daun Cendana
(Santalum album L). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.7
No.2 (2018)
Achmad, S.A.1986. Kimia Organik Bahan Alam. Materi 4: Ilmu Kimia Flavonoid.
Karunika universitas terbuka. Jakarta. Hlm 39.
Benti, Sri; &Suryelita. 2014. Isolasi Steroid Dari Daun Mengkudu (Morinda citrifolia
L.). EKSAKTA Vol. 1 Tahun XV Februari 2014.
Imron, M. 1991. Penetapan Kadar Steroid Pada Daun Tanama Solanum wrightii Benth
Dalam Berbagai Interval Waktu. SKRIPSI. Fakultas Farmasi Universitas
Airlangga, Surabaya.
Khopkar, S.M. (2008). Konsep Dasar Kimia Analitik (I). Jakarta: Universitas Indonesia.
Wahyu Tien; Yusuf Yulistien; & Tandi Joni. 2020. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif
Metabolit Sekunder Ekstrak Biji Kelor (Moringa oleifera Lam.) dengan
Metode Spektrofotometri UV-Vis. KOVALEN: Jurnal Riset Kimia, 6(3), 2020:
230-238
LAMPIRAN