Anda di halaman 1dari 2

Nama: Alwandi Yanta Krisna

Nim:A1B118128

Tugas: politik bahasa nasional

Semester: 6

Prodi pendidikan bahasa dan sastra indonesia

Permasalahan bahasa bermakna inilah yang menjadi persoalan dalam berbahasa dan persoalan
bilingualisame/multilingualisme.

1. Kontak intensif antara dua bahasa yang digunakan, maksudnya masyarakat menggunakan
dua bahasa dalam satu penutur, sehingga hal ini dapat menimbulkan adanya gejala alih kode,
campur kode, dan inferensi.

2. Kontak yang intensif antara dua bahasa atau lebih di dalam situasi yang bilingual/multilingual
juga akan menimbulkan gejala interferensi (pengacauan); inteferensi adalah perubahan bentuk
bahasa sebagai akibat dari penerapan dua buah sistem bahasa yang berbeda secara serempak
pada diri seorang bilingual/multilingual.

3. Fungsi bahasa-bahasa yang ada di Indonesia ini sudah saling berebut ranah pemakaian.
Keadaan ini disebut sebagai kebocoran atau ketirisan diglosia.

Bahasa Indonesia ~emakin mengambil tempat dalam bahasa lisan penduduk. Pidato para
pejabat, wejangan para rohaniawan, bahasa pengantar dalam rapat organisasi pemuda, semua
itu makin banyak yang mempergunakan kalimat bahasa Indonesia. Bel um lagi bahasa yang
dipergunakan para guru di depan kelas sejak sekolah dasar sampai dengan sekolah tinggi,
bahasa dalam lalu kanak-kanak, Jadi populer dan bahasa · iklan yang mudah dihafal, yang
terdengar lewat media di ajar pers.
Perluasan basis sosial dan bahasa Indonesia pada akhirnya tidak akan berlangsung melalui pers
atau penerbitan lain. Pers sendiri makin lama makin berada dalam posisi untuk dipengaruhi,
dan bukannya mempengaruhi. Peranannya akan lebih bersifat pasif. Tak mengapa. Perlu diingat
bahwa pers memang merupakan tempat yang merekam kenyataan dalam kehidupan bahasa
melalui teknologi percetakan. Yang menjadi persoalan ialah: salah satu kenyataan yang kian
penting dalam kehidupan bahasa Indonesia ialah pertumbuhan bahasa lisan - yang tak
sepenuhnya siap direkam dan disebar-luaskan dengan kondisi bahasa indonesia yang ada.

Pers berperan sebagai perekam.kalangan pers Indonesia hingga kini belum bersepakat dalam
perkara semacam itu. Agaknya ini memperlihatkan juga bagaimana pers Indonesia sekarang
umumnya agak lamban dalam merumuskan sikap terhadap masalah-masalah bahasa yang
setiap hari diha-dapi. Di samping itu, barangkali belurn timbul kesadaran bahwa diskrepansi
yang makin melebar antara bahasa Indonesia lisan dengan bahasa Indonesia tulisan telah
menimbulkan persoalan yang cukup serius. Pers kita nampaknya masih beranggapan, bahwa
persoalan bahasa bagi pers adalah persoalan bahasa.

Diskrepansi yang makin melebar antara bahasa Indonesia lisan dan bahasa Indonesia tulisan.
besarnya peranan pers dalam pertumbuhan bahasa Indonesia perlu ditinjau kembali. Ini
barangkali bisa memberi isyarat juga ke arah politik bahasa nasional yang lebih sadar tentang
faktor-faktor di luar kehidupan bahasa Indonesia tulisan.

Anda mungkin juga menyukai