Langkah proses pembentukan diawali dengan pembentukan kelompok, dalam proses selanjutnya
didasarkan adanya hal-hal berikut :
1) Persepsi
Pembagian kelompok diharapkan mempunyai kemampuan yang berimbang, apabila ada anggota
yang mempunyai tingkat intelegensi rendah, maka anggota yang mempunyai tingkat intelegensi
tinggi mampu menginduksi anggota yang lain, sehingga tidak terjadi ketimpangan yang mencolok.
2) Motivasi
Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi setiap anggota kelompok untuk berkompetisi
secara sehat, dalam mencapai tujuan kelompok.
3) Tujuan
4) Organisasi
5) Independensi
Kebebasan merupakan hal penting dalam dinamika kelompok, yang dimaksud kebebasan disini
adalah kebebasan anggota kelompok dalam menyampaikan ide dan pendapatnya. Kebebasan
disesuaikan dengan aturan yang berlaku dalam kelompok, sehingga tidak mengganggu proses
kelompok.
6) Interaksi
Hubungan timbal balik antar anggota kelompok merupakan syarat yang penting dalam kelompok,
karena dengan adanya interaksi/hubungan timbal balik akan ada proses memberi dan menerima
ilmu pengetahuan dari satu anggota ke anggota yang lain, sehingga transfer ilmu dapat berjalan
(kebutuhan akan informasi terpenuhi).
Pembentukan kelompok diawali dengan adanya perasaan atau persepsi yang sama dalam memenuhi
kebutuhan. Setelah itu timbul motivasi untuk memenuhinya, sehingga ditentukanlah tujuan yang
sama dan akhirnya interaksi yang terjadi akan membentuk sebuah kelompok.
Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai 5 (lima) Tahap Perkembangan Kelompok yang
dimaksud oleh Bruce Tuckman :
Tahap ini merupakan tahap pertama dalam pembentukan kelompok kerja, para anggota mulai
mempelajari tugas yang diberikan dan berkenalan dengan anggota lainnya. Tahap Forming ini
dikarakteristikkan oleh banyaknya ketidakpastian, para anggota kelompok masih tidak terlalu jelas
mengenai Tujuan dan Objective kelompok, merasa kebingungan, masih menyembunyikan perasaan
masing-masing, keterlibatannya masih kurang.
Tahap kedua adalah Tahap timbulnya konflik yang menurut Tuckmen disebut dengan Storming. Para
anggota mulai bekerja tetapi mereka cenderung akan mempertahankan pendapat mereka sendiri,
menolak batasan-batasan yang ditetapkan oleh Kelompok terhadap Individu mereka. Tahap
Storming ini dikarakteristikan oleh konflik Intra Kelompok. Beberapa tanda-tanda bahwa Kelompok
berada di Tahap Storming adalah timbulnya kemarahan, perasaan menyebalkan, ketidaknyamanan,
terjadinya adu pendapat / konfilik dan kegagalan.
Tahap ketiga adalah Tahap Normalisasi (Norming) yaitu Tahap terbentuk hubungan yang dekat antar
anggota kelompok dan menetapkan aturan-aturan serta menemukan cara komunikasi yang tepat
supaya dapat membantu mereka mencapai tujuan yang diinginkan. Tanda-tanda Kelompok berada
di Tahap Norming adalah adanya peninjauan ulang dan penjelasan mengenai Objective/Tujuan
Kelompok, timbulnya persahabatan dan kerjasama antar anggota kelompok, mulai dapat mendengar
pendapat anggota lain serta dapat meng-identifikasi-kan kekuatan dan kelemahan.
Tahap keempat adalah Tahap berkinerja (Performing) dimana semua anggota kelompok telah dapat
bekerja dan berfungsi secara penuh. Pada tahap ini, semua anggota memiliki kebersamaan, Percaya
diri, kreatif, Inisiatif dan semangat yang tinggi serta Sukses.
Tahap ini dikhususkan untuk Kelompok-kelompok kerja yang bersifat sementara. Setelah suatu
proyek selesai ataupun suatu permasalahan berhasil dituntaskan, kelompok kerja tersebut akan
dibubarkan.
Catatan : Untuk kelompok-kelompok kerja yang permanen, Tahap terakhir adalah di Tahap
berkinerja (Performing).