Lapkas Pulmo Tarmizi
Lapkas Pulmo Tarmizi
BAB I
PENDAHULUAN
berupaya mengendalikan infeksi ini. Salah satu upaya penting untuk menekan
penularan TB di masyarakat adalah dengan melakukan diagnosis dini yang
definitif. (3)
Saat ini kriteria terpenting untuk menetapkan dugaan diagnosis TB adalah
berdasarkan pewarnaan tahan asam. Walau demikian, metode ini kurang sensitif,
karena baru memberikan hasil positif bila terdapat >10 organisme/ml sputum.
Kultur memiliki peran penting untuk menegakkan diagnosis TB karena
mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik daripada pewarnaan tahan
asam. (5)
Kultur Lowenstein- Jensen merupakan baku emas metode identifikasi
Mycobacterium tuberculosis, dengan sensitivitas dan spesifisitas masing-masing
99% dan 100%, akan tetapi waktu yang diperlukan untuk memperoleh hasil kultur
cukup lama, yaitu sekitar 8 minggu. Hal ini tentu saja akan menyebabkan
keterlambatan yang bermakna untuk menegakkan diagnosis dan memulai terapi.
(5). Penegakkan diagnosis secara cepat agar terapi dapat dimulai sesegera
mungkin merupakan salah satu cara yang efektif agar prevalensi TB paru kasus
baru setiap tahunnya diberbagai negara dapat dikendalikan.(5)
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama:
Sesak napas sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit.
3
4
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak lemah
Keadaan sakit : Sakit sedang
Kesadaran : E4M6V5
Tanda vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Frekuensi nafas : 21 kali/menit
Suhu : 36,8˚C
Kulit : Warna kulit gelap, sianosis (-), turgor kulit normal
Kepala : Bentuk normocephal, simetris, nyeri tekan (-)
Mata : Pupil bulat isokor (+/+), refleks cahaya langsung (+/+), refleks
cahaya tidak langsung (+/+), konjungtiva anemis (-), sklera
ikterik (-)
Hidung : Napas cuping hidung (-), sekret (-), deviasi septum (-)
Mulut : Bibir sianosis (-), lidah kotor (-), selaput putih (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-/-), deviasi trakea (-/-),
bendungan JVP (-)
Toraks : Bentuk dada normal, sela iga tidak melebar
5
Thoraks anterior
Pemeriksaan Fisik Thorax Dekstra Thorax Sinistra
Paru
Inspeksi Statis : Simetris, normochest
Dinamis : Simetris, pernapasan thoracoabdominal,
retraksi interkostal (-/-), jejas (-)
Palpasi
Atas Fremitus taktil/ vocal: Fremitus taktil/ vocal:
normal, nyeri tekan (-) normal, nyeri tekan (-)
Tengah Fremitus taktil/ vocal: Fremitus taktil/ vocal:
normal, nyeri tekan (-) normal, nyeri tekan (-)
Bawah Fremitus taktil/ vocal: Fremitus taktil/ vocal:
normal, nyeri tekan (-) normal, nyeri tekan (-)
Perkusi
Atas Sonor Sonor
Tengah Sonor Sonor
Bawah Sonor Sonor
Auskultasi
Thoraks posterior
Pemeriksaan Fisik Thorax Dekstra Thorax Sinistra
6
Paru
Inspeksi Statis : Simetris, normochest
Dinamis : simetris, pernapasan thoracoabdominal,
retraksi interkostal (-/-), jejas (-)
Palpasi
Atas Fremitus taktil/ vocal: Fremitus taktil/ vocal:
normal, nyeri tekan (-) normal, nyeri tekan (-)
Tengah Fremitus taktil/ vocal: Fremitus taktil/ vocal:
normal, nyeri tekan (-) normal, nyeri tekan (-)
Bawah Fremitus taktil/ vocal: Fremitus taktil/ vocal:
normal, nyeri tekan (-) normal, nyeri tekan (-)
Perkusi
Atas Sonor Sonor
Tengah Sonor Sonor
Bawah Sonor Sonor
Auskultasi
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis terlihat di ICS V
- Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V
- Perkusi
Batas atas : ICS III garis midklavikula sinistra
Batas kanan : ICS V garis parasternalis dekstra
Batas kiri : ICS VI garis midklavikula sinistra
- Auskultasi : Bunyi jantung I > bunyi jantung II, murmur (-), gallop
(-)
7
Abdomen
- Inspeksi : Distensi (-)
- Palpasi : Nyeri tekan (-)
- Perkusi : Timpani pada ke empat kuadran, asites (-)
- Auskultasi : Peristaltik usus normal
Ekstremitas : Akral dingin (-), edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik.
2. Foto Thorax P A
(29 September 2016)
9
1. Tuberkulosis Paru
2. Pneumonia
3. Bronkhitis kronik
2.6 Tatalaksana
Non Medikamentosa :
- Tirah baring
- Terapi nutrisi (tinggi kalori tinggi protein, makanan berserat)
11
Medikamentosa:
- IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/menit
- 4 FDC 1 x 3 Tablet
- Curcuma 3 x 1 Tablet
- Neurodex 2 x 1 Tablet
- Fluimucyl 3 x 1 Tablet
- Sucralfat sirup 3 x 1C
2.7 Planning
- OAT Kategori 1
2.8 Prognosis
A/ A/
- CAP dd/ TB Paru - CAP dd/ TB Paru
- ↑ Enzim Transaminase - ↑ Enzim Transaminase
- Imbalance Elektrolit - Imbalance Elektrolit
- Anemia Ringan - Anemia Ringan
- Sindroma Dispepsia - Sindroma Dispepsia
12
Th/ Th/
- IVFD NaCl 0,9% 20 - IVFD NaCl 0,9% 20
gtt/menit gtt/menit
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam - Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
- Curcuma 3 x 1 tablet - Curcuma 3 x 1 tablet
- KSR 3 x 1 tablet - KSR 3 x 1 tablet
- Fluimucyl 3 x 1 tablet - Fluimucyl 3 x 1 tablet
- Sucralfat 3 x C1 - Sucralfat 3 x C1
P/ P/
- Sputum Mo Gram K/R - Sputum Mo Gram K/R
- Sputum BTA SPS - Sputum BTA SPS
- Ulang darah rutin dan elektrolit 3 hari - Ulang darah rutin dan elektrolit 3 hari
pasca koreksi pasca koreksi
I = simetris I = simetris
P = sf ka = sfki P = sf ka = sfki
P = sonor/sonor P = sonor/sonor
A = ves (+/+), rh (+/+), wh (-/-) A = ves (+/+), rh (+/+), wh (-/-)
A/ A/
- CAP dd/ TB Paru - CAP dd/ TB Paru
- ↑ Enzim Transaminase - ↑ Enzim Transaminase
- Imbalance Elektrolit - Imbalance Elektrolit
- Anemia Ringan - Anemia Ringan
13
Th/ Th/
- IVFD NaCl 0,9% 20 - IVFD NaCl 0,9% 20
gtt/menit gtt/menit
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam - Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
- Curcuma 3 x 1 tablet - Curcuma 3 x 1 tablet
- KSR 3 x 1 tablet - KSR 3 x 1 tablet
- Fluimucyl 3 x 1 tablet - Fluimucyl 3 x 1 tablet
- Sucralfat 3 x C1 - Sucralfat 3 x C1
P/ P/
- Sputum Mo Gram K/R - Sputum Mo Gram K/R
- Sputum BTA SPS - Sputum BTA SPS
- Ulang darah rutin dan elektrolit 3 hari - Ulang darah rutin dan elektrolit 3 hari
pasca koreksi pasca koreksi
I = simetris I = simetris
P = sf ka = sfki P = sf ka = sfki
P = sonor/sonor P = sonor/sonor
A = ves (+/+), rh (+/+), wh (-/-) A = ves (+/+), rh (+/+), wh (-/-)
A/ A/
- CAP dd/ TB Paru - CAP dd/ TB Paru
- ↑ Enzim Transaminase - ↑ Enzim Transaminase
- Anemia Ringan - Anemia Ringan
- Sindroma Dispepsia - Sindroma Dispepsia
14
Th/ Th/
- IVFD NaCl 0,9% 20 - IVFD NaCl 0,9% 20
gtt/menit gtt/menit
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam - Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
- Curcuma 3 x 1 tablet - Curcuma 3 x 1 tablet
- KSR 3 x 1 tablet - KSR 3 x 1 tablet
- Fluimucyl 3 x 1 tablet - Fluimucyl 3 x 1 tablet
- Sucralfat 3 x C1 - Sucralfat 3 x C1
P/ P/
- Sputum Mo Gram K/R - Sputum Mo Gram K/R
- Sputum BTA SPS(+), rencana - Sputum BTA SPS(+), rencana
OAT(05/10/2016) OAT(05/10/2016)
Th/
Th/ - IVFD NaCl 0,9% 20
- IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/menit
gtt/menit - Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam - Curcuma 3 x 1 tablet
- Curcuma 3 x 1 tablet - Fluimucyl 3 x 1 tablet
- Fluimucyl 3 x 1 tablet - Sucralfat 3 x C1
- Sucralfat 3 x C1 P/
P/ - Rencana OAT
- Rencana OAT - Susul hasil BTA
- Susul hasil BTA
- Cek LFT
I = simetris I = simetris
P = sf ka = sfki P = sf ka = sfki
P = sonor/sonor P = sonor/sonor
A = ves (+/+), rh (+/+), wh (-/-) A = ves (+/+), rh (+/+), wh (-/-)
A/ A/
- CAP dd/ TB Paru - CAP dd/ TB Paru
- ↑ Enzim Transaminase - ↑ Enzim Transaminase
- Anemia Ringan - Anemia Ringan
- Sindroma Dispepsia - Sindroma Dispepsia
- Hiponatremi - Hiponatremi
- Hipoalbuminemia - Hipoalbuminemia
16
Th/ Th/
- IVFD NaCl 0,9% 20 - IVFD NaCl 0,9% 20
gtt/menit gtt/menit
- 4 FDC 1 x 3 tablet (H1) - 4 FDC 1 x 3 tablet (H1)
- Curcuma 3 x 1 tablet - Curcuma 3 x 1 tablet
- Fluimucyl 3 x 1 tablet - Fluimucyl 3 x 1 tablet
- Sucralfat 3 x C1 - Sucralfat 3 x C1
- Neurodex 2 x 1 - Neurodex 2 x 1
P/ P/
09 Oktober 2016
S/ Batuk (+)
O/
TD : 100/60 mmHg
N : 84 kali/menit
RR : 21 kali/menit
T : 36,6 ˚C
I = simetris
P = sf ka = sfki
P = sonor/sonor
A = ves (+/+), rh (+/+), wh (-/-)
A/
- TB Paru BTA (+) kasus baru
- ↑ Enzim Transaminase
- Anemia Ringan
- Sindroma Dispepsia
- Hiponatremi
- Hipoalbuminemia
Th/
17
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
3.2 Etiologi
3.3 Klasifikasi
3.4 Patofisiologi
Kompleks paru primer seringkali asimtomatik atau hanya ditandai oleh demam
yang sembuh sendiri.Penyakit klinis disebabkan oleh perkembangan reaksi
hipersensitivitas atau akibat infeksi yang menandai perjalanan progresif. Penyakit
primer progresif dapat timbul selama perjalanan penyakit awal atau setelah interval
laten selama beberapa minggu atau bulan. Tuberkulosis endobrakial dapat
menyebabkan mengi dan batuk. Kolaps dan/atau konsolidasi akibat obstruksi atau
bronkopneumonia tuberkulosis biasanya berkaitan dengan gejala konstitusi, batuk
yang mengeluarkan sputum.(12)
TB millier adalah infeksi berat dan seringkali terlambat didiagnosis. Pasien
biasanya mengalami 2 sampai 3 minggu riwayat demam, keringat malam dan
anoreksia, penurunan berat badan dan batuk kering dan kemungkinan timbul
hepatomegali sekitar 25%. Auskultasi dada mungkin dapat normal namun dengan
23
penyakit tahap lanjut dapat timbul ronki yang membesar. Tuberkel koroid terjadi pada
5% kasus. Rontgen toraks menunjukan tampilan millet-seed yang berukuran 1 -2 mm
di kedua paru.(12)
3.6 Diagnosa
Untuk menagakkan diagnosa penyakit TB seorang dokter harus melakukan
beberapa cara pemeriksaan sebagai berikut :
1. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa harus ditegakkan terlebih dahulu
dengan pemeriksaan bakteriologis. Pemeriksaan bakteriologis yang dimaksud
adalah pemeriksan secara mikroskopis SPS (sewaktu-pagi-sewaktu).(13)
Pemeriksaan ini pada umumnya menggunakan teknik pewarnan Ziehl
Neelseen yang mampu mendeteksi kuman TB dengan menggunakan
mikroskop biasa.(14) Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji
kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai
dengan indikasinya.(13)
2. Apabila pada pemeriksaan bakteriologis hasilnya negatif, maka penegakan
diagnosis TB dapat dilakukan secara klinis dengan menggunakan hasil
pemeriksaan foto toraks yang sesuai dan ditetapkan oleh dokter yang telah
terlatih dalam bidang TB.(13)
3. Pada sarana terbatas penegakkan diagnosis dilakukan setelah pemberian obat
antibioika spektrum luas (Non OAT dan Non Kuinolon) yang tidak
memberikan perbaikan klinis. (13)
4. Foto torak posterior-anterior rontgen dada digunakan untuk mendeteksi
kelainan dada. Lesi dapat muncul di mana saja di paru-paru dan mungkin
berbeda dalam ukuran, bentuk, kepadatan, dan kavitasi. (13)
5. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya dengan berdasarkan pemeriksaan
foto toraks. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada
TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis pada pemeriksaan foto torak.
(13)
6. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya dengan pemeriksaan uji serologis.
(13)
24
3.7 Penatalaksanaan
mengakibatkan warna air kencing menjadi merah, jingga atau merah tua,
dan sekali-sekali mengalirkan cairan tubuh lain seperti air mata. Hal ini
tidak perlu dikhawatirkan, karena hal tersebut menunjukkan bahwa obatnya
telah meresap ke dalam tubuh. Rifampisin dapat mempengaruhi ampuhnya
obat-obatan tertentu, khususnya warfarin, prednison serta pil kontrasepsi.
Apabila sedang menggunakan pil kontrasepsi, efektivitasnya dapat
dikurangi, sehingga perlu menggunakan bentuk atau alat kontrasepsi lain.
(17)
c. Etambutol : Tablet yang disediakan dua dosis, 400 mg yaitu tablet kelabu
yang besar, dan 100 mg yaitu tablet kuning yang kecil. Apabila terjadi
perubahan penglihatan (misalnya penglihatan yang kabur atau perubahan
penglihatan warna) saat minum obat ini, hal ini sangatlah penting untuk
segera dilaporkan. (17) Etambutol dapat menyebabkan gangguan
penglihatan kepada pasien berupa berkurangnya tajam penglihatan, buta
warna untuk warna merah dan hijau, sebaiknya etambutol tidak diberikan
pada anak karena risiko kerusakan okuler sulit untuk dideteteksi. (10)
d. Pirazinamid : Tablet dengan dosis 500 mg yang bewarna putih dan besar
ini sangat paten dalam melawan kuman TB dalam tahap pengobatan fase
awal. Sangatlah penting agar dilaporkan kepada dokter apabila mengalami
gejala seperti ruam kulit, demam, muntah-muntah, kulit atau mata yang
kelihatan kuning, air kencing yang kehitaman, nyeri di persendian,
perdarahan atau memar yang tidak biasa. (17)
e. Streptomisin : Obat ini diberikan dengan cara disuntikkan pada pasien
tetapi sangat jarang digunakan. Harap dilaporkan kepada dokter apabila
mengalami gejala seperti pusing, kehilangan keseimbangan, desing di
telinga, atau hilangnya pendengaran. (17)
2 RHZE / 4R3H3
2. TB Paru (kasus baru), BTA negatif, pada foto toraks: lesi minimal
6 RHE atau
2 RHZE/ 4R3H3
3.8 Komplikasi
3.9 Prognosis
Dengan terapi jangka pendek yang menggunakan empat obat lini pertama,
diharapkan dapat terjadi kesembuhan. Kadang-kadang pasien meninggal akibat infeksi
berat (biasanya penyakit milier, meningitis, atau bronkopneumonia) dan beberapa
pasien mengalami komplikasi lanjut tuberkulosis (misalnya kor pulmonal). Pada
tuberkulosis terkait HIV, mortalitas meningkat, namun terutama disebabkan oleh
infeksi bakteri yang bertumpang tindih (superimposed).(19)
28
BAB IV
ANALISA KASUS
Tn. BA, pasien laki-laki berusia 45 tahun datang ke IGD rumah sakit umum
Zainal Abidin dengan keluhan sesak napas yang memberat sejak 2 minggu sebelum
masuk rumah sakit. Sesak napas yang dirasakan oleh pasien tersebut memberat jika
pasien melakukan aktifitas. Dengan aktifitas yang ringan pun pasien merasa sesak.
Pasien juga mengeluhkan batuk berdahak. Batuk dialami pasien sejak 2 bulan yang
lalu. Pasien juga mengeluhkan penurunan berat badan sebanyak 20 kilogram. Nyeri
dada dirasakan hilang timbul dengan keringat malam(+).
Hasil anamnesis dari pasien Tn. BA cukup jelas mengarahkan gejala khas dari
TB paru. Pemeriksan fisik didapatkan thoraks simetris statis dan dinamis, fremitus
taktil kanan sama dengan kiri, perkusi sonor pada kedua lapangan paru dan asukultasi
vesikuler(+), ronkhi(-), wheezing(-).
Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan pada pasien meliputi foto thorax
PA yang didapatkan Cor bentuk dan ukuran normal, Pulmo: Fibro-infiltrat proses pada
apex kanan dan parahiler kiri, sinus costophrenicus tajam. Pada pemeriksaan sputum
BTA SPS didapatkan hasil ( 3+,3+,3+). Dari hasil pemeriksaan penunjang yang
dilakukan cukup menguatkan pengakan diagnosis Tuberkulosis Paru pada pasien.
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah, Fluimucyl tab 3x1, Curcuma tab
3x1, neurodex tab 2x1, sucralfat sirup, dan Pro TB 4FDC tab 1x3. Fluimucyl tablet
diberikan untuk mengencarkan dahak pada pasien, Curcuma diberikan untuk
memperbaiki nafsu makan, neurodex tablet untuk gejala defisiensi vitamin
neurotropik, anemia, gangguan neurologis, roburansia untuk pemulihan, dan Pro TB
4FDC adalah untuk pengobatan tuberkulosisnya, sesuai dengan kasus ini yaitu TB
paru kasus baru BTA (+).
29
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
14. Susanti D, Kountul C, Buntuan V. Pemeriksaan Basil Tahan Asam (Bta) Pada
Sputum Penderita Batuk ≥ 2 Minggu Di Poliklinik Penyaki Dalam Blu
Rsup.Prof.Dr. R.D Kandou Manado. E-Clicnic. Maret 2013;Vol. 1.
15. Priyanti, Soepandi. Diagnosis Dan Faktor Yang Mempengaruhi Tuberkulosis
Multi Drug Resitant. Departemen Pulmonologi Dan Ilmu Kedokteran Respirasi
FKUI-RS Persahabatan. 2011.
16. National Center For Hiv/Aids Vh, Std, And Tb Prevention. Tb Elimination:
Diagnosis Of Tuberculosis Disease. Cdc. Oktober 2011:1-2.
17. Department of Health. Tuberculosis Medications. Queensland Goverment. April
2013:1-6.
18. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Jakarta : Depkes RI, 2005.
19. Amin Z, Bahar A. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing;
2009.