Anda di halaman 1dari 1

PENGERTIAN HADIS SEBAGAI SUMBER ISLAM KE 2

Hadis dalam hukum Islam dianggap sebagai mashdarun tsanin (sumber kedua) setelah Al-
Quran. Ia berfungsi sebagai penjelas dan penyempurna ajaran-ajaran Islam yang disebutkan
secara global dalam Al-Quran. Bisa dikatakan bahwa kebutuhan Al-Quran terhadap hadis
sebenarnya jauh lebih besar ketimbang kebutuhan hadiis terhadap Al-Quran.
Dengan demikian, seorang Muslim tidak dibenarkan untuk mengambil salah satu dan
membuang yang lainnya karena keduanya ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa
dipisahkan.
Untuk mengeluarkan hukum islam, pertama kali para Ulama harus Menelitinya di dalam Al-
quran. kemudian setelah itu, baru mencari bandingan dan penjelasannya di dalam hadis-hadis
Nabi karena pada dasarnya tidak satupun ayat yang ada dalam Al-quran kecuali dijelaskan oleh
hadis-hadis Nabi.
Seorang Ulama bisa memutuskan hukum-hukum agama sesuai dengan persoalan yang
dihadapi, tentunya dengan dukungan ilmu dan perangkat pengetahuan yang mumpuni terhadap
kedua sumber tersebut.
Menurut Abdul Wahab Khallaf, seorang ahli hukum Islam berkebangsaan Mesir, hadis
mempunyai paling tidak tiga fungsi utama dalam kaitannya dengan Al-Quran :

Pertama, hadis berfungsi sebagai penegas dan penguat segala hukum yang ada dalam Al-
Quran seperti perintah shalat, puasa, zakat dan haji. Abdul Wahab Khallaf mengatakan,

‫إما أن تكون سنة مقررة ومؤكدة حكما جاء في القرآن‬


“Adakalanya hadis berfungsi sebagai penegas dan penguat terhadap hukum yang ada dalam
Al-Quran.”

Kedua, hadis juga berfungsi sebagai penjelas dan penafsir segala hukum yang bersifat global
dalam Al-Quran, seperti menjelaskan tatacara shalat, puasa, zakat dan haji.

‫إما أن تكون سنة مفصلِّة ومفسِّرة لما جاء في القرآن‬


“Adakalanya hadis berfungsi sebagai penjelas dan penafsir terhadap hukum global/umum yang
disebutkan dalam Al-Quran.”

Hadis, disebut juga sunnah, adalah perkataan, perbuatan, ketetapan dan persetujuan dari Nabi
Muhammad yang dijadikan landasan syariat Islam.

Anda mungkin juga menyukai