Anda di halaman 1dari 6

PENGANTAR KNOWLEDGE CREATION

PURNAMA ALAMSYAH
purnama.alamsyah@gmail.com

Saat ini, pengetahuan dan kemampuan untuk menciptakan dan memanfaatkan


knowledge dipertimbangkan sebagai sumber paling penting dari keunggulan kompetitif
perusahaan (Nonaka, 1990, 1991, 1994; Nonaka & Takeuchi, 1995). Knowledge adalah “proses
manusia yang dinamis dimana ada pembenaran kepercayaan pribadi terhadap kebenaran”.
(Nonaka, 1994; Nonaka & Takeuchi, 1995). Knowledge juga relatif terhadap situasi tertentu.
“Tanpa sebuah konteks, hanya berupa informasi saja, itu bukan knowledge” (Nonaka et. al.,
2001). Dalam rangka menciptakan konteks, individu melakuakn interaksi sosial, untuk
menciptakan pengetahuan (Nonaka et. al. 2001). Dalam organisasi, knowledge diperoleh dari
individu-individu atau kelompok orang-orang yang mempunyai pengetahuan atau kadang kala
dalam rutinitas organisasi. Knowledge ini diperoleh dari media dengan data dan informasi yang
terstruktur seperti buku dan dokumen, hubungan orang ke orang yang berkisar dari
pembicaraan ringan hingga ilmiah.
Menurut Nonaka (1991) ada dua jenis knowledge yang terdapat dalam setiap organisasi,
yaitu tacit dan explicit knowledge. Tacit knowledge meliputi model mental, kepercayaan
(beliefs), dan persuasi dari setiap pekerja. tacit knowledge ini ada di dalam individu dan sulit
diekspresikan dengan kata-kata. Dalam kebanyakan organisasi tacit knowledge ini jarang
disaling bagikan (shared) atau dikomunikasikan. Oleh karena itu knowledge ini akan hilang
manakala individu yang memilikinya meninggalkan organisasi. Tacit knowledge juga dapat
dipandang sebagai knowledge yang terdapat didalam budaya organisasi, misalnya motivasi dan
kemampuan adaptasi yang ditunjukkan oleh pekerja yang bekerja pada suatu budaya
perusahaan tertentu, termasuk gagasan, persepsi, cara berpikir, wawasan, keahlian/kemahiran,
dan sebagainya.
Explicit Knowledge adalah knowledge yang dapat dikodifikasi, dapat dibagikan dan
dikomunikasikan kepada orang lain. knowledge eksplisit dapat diungkapkan dengan kata-kata
dan angka, disebarkan dalam bentuk data, spesifikasi, dan buku petunjuk. Sebagian besar
organisasi telah melakukan proses pengelolaan knowledge melalui pengambilan (capturing),
penyimpanan (storing), diolah dalam suatu sistem, atau teknologi operasi tertentu sehingga
tersedia dan dapat digunakan oleh semua anggota organisasi. Contoh dari knowledge eksplisit
ini adalah manual, buku, laporan, dokumen, surat dan sebagainya. Lebih jauh Nonaka (1991)
menyatakan bahwa organisasi belajar bermula dari proses interaktif, internalisasi dan
eksternalisasi knowledge. Organisasi belajar tersebut terjadi pada bagian interseksi dari tacit
dan explicit knowledge selama berlangsungnya interaksi antar pekerja, departemen, atau tim di
dalam organisasi.

Model SECI
Salah satu teori yang paling terkenal dari pembentukan pengetahuan organisasi adalah
Spiral Pengetahuan Nonaka (Nonaka's Spiral of Knowledge). Sejak artikel dasar pertamanya
pada tahun 1991, Nonaka telah mengembangkan teori ini lebih lanjut bekerja sama dengan
beberapa penulis lain. Tujuan utama dalam mengembangkan model ini adalah untuk
memberikan pemahaman tentang bagaimana membuat pengetahuan organisasi sehingga
organisasi dapat mengerti bagaimana mereka dapat memaksimalkan manajemen, aplikasi, dan
transfer pengetahuan ini.
Pengetahuan diciptakan melalui interaksi antara manusia dan struktur lembaga sosial.
Tindakan kita dan interaksi dengan lingkungan membentuk dan membangun pengetahuan
melalui proses konversi pengetahuan tacit dan explicit (Nonaka, 1990, 1991, 1994; Nonaka &
Takeuchi, 1995). Argumen dasar adalah bahwa penciptaan pengetahuan merupakan proses
sintesis melalui organisasi yang berinteraksi dengan individu dan lingkungan untuk mengatasi
kontradiksi wajah organisasi yang muncul. Hal ini merupakan interkoneksi antara agen dan
struktur yang membuat proses pengetahuan terjadi sebagai interaksi dinamis antar-link dari
tingkat individu-ke-masyarakat (Nonaka & Toyama, 2003).
Berikut ini keempat proses knowledge creation (Nonaka, 1991; Nonaka, 1994; Nonaka
et. al., 1996; Nonaka et. al., 2001; Nonaka & Toyama, 2002; Nonaka & Toyama, 2003)
1. Proses Socialisasi (Socialization) merupakan proses yang paling dasar dalam melakukan
penyebarluasan suatu pengetahuan. Pada proses socialisasi terjadi interaksi social antar
individu sehngga terjadi interaksi antara pengetahuan tacit, umumnya bentuk proses
sosialisasi adalah diskusi, cerita, ataupun sharing (berbagi) pengalaman
2. Proses Eksternalisasi (externalization) merupakan proses pengubahan/penerjemahan
pengetahuan dalam bentuk tacit menjadi pengetahuan yang explicit (nyata), umumnya
dalam bentuk tulisan ataupun gambar. Proses externalisasi tersebut dapat membantu
pengubahan tacit seseorang ke dalam bentuk pengetahuan explicit yang dapat dipahami
dengan mudah oleh orang lain.
3. Proses Kombinasi (combination) terjadi penyebarluasan dan/atau pengembangan dari
pengetahuan-pengetahuan eksplisit yang telah ada. Pengetahuan yang telah
terdokumentasikan dapat disebarluaskan melalui suatu pertemuan dalam bentuk dokumen
ataupun melalui suatu proses pendidikan atau pelatihan. Pengetahun dapat dikembangkan
lebih lanjut dengan menggabungkan dan/atau mengolah berbagai pengetahuan – dapat juga
mencakup data dan/atau informasi - yang telah ada sehingga didapatkan ataupun dihasilkan
suatu pengetahuan baru.
4. Proses Internalisasi (internalization), terjadi perubahan pengetahuan explicit menjadi
pengetahuan tacit, umum dilakukan melalui proses belajar dan/atau penelitian yang
dilakukan ataupun pengalaman yang dilalui oleh setiap individu
Gambar 1. Model SECI

Ba atau Knowledge Context


Konsep penting lain dalam spiral knowledge creation adalah ba, yang kita dapat pahami
sebagai “konteks yang dirasakan di mana knowledge diciptakan dan dimanfaatkan” (Nonaka et.
al., 2001, p.22). Knowledge membutuhkan konteks untuk diciptakan sebagai spesifik konteks.
Konteks mendefinisikan peserta atau sifat partisipan. Ba adalah sebuah tempat yang
menawarkan konteks yang dirasakan bersama. Konteks ini juga merupakan sosial, budaya dan
juga sejarah, yang memberikan dasar terhadap satu penafsiran informasi, hingga penciptaan
makna, juga hingga terjadinya knowledge. Ba tidak hanya sebuah tempat fisik atau lokasi
geografis – seperti sebuah ruangan atau sebuah rumah atau kota – tetapi waktu – ruang
sebanyak ruang mental yang dirasakan bersama. Ba merupakan ruang interaksi yang
memasukkan bahasa dan komunikasi. Knowledge diciptakan melalui interaksi di antara individu
atau antara individu dengan lingkungannya. Ba adalah konteks yang dirasakan dalam
berinteraksi satu sama lain, dan melalui beberapa interaksi, dan yang berpartispasi dalam ba
dan konteks itu sendiri terlibat melalui kepentingannya sendiri dalam penciptaan knowledge.
(Nonaka et. al., 2001, p.22; Nonaka & Toyama, 2003; Branback, 2004)
Ba adalah cara mengorganisir yang berdasarkan pada makna penciptaanya,
dibandingkan dengan bentuk organisasi seperti hierarki atau jaringan. Sebuah perusahaan
dapat dilihat sebagai konfigurasi organik berbagai ba, dimana orang-orang berinteraksi dengan
yang lainnya dan lingkungan berdasarkan pada knowledge yang mereka punya dan makna yang
mereka ciptakan. Ketika kita melihat sebuah perusahaan sebagai konfigurasi organik ba
dibandingkan struktur organisasi, kita dapat melihat macam knowledge yang harus dan dapat
diciptakan, oleh orang yang tepat dengan knowledge yang menempel dan macam interaksi
yang dibutuhkan di antara mereka untuk menciptakan knowledge tanpa halangan dari struktur
organisasi (Nonaka et. al., 2001, p.22; Nonaka & Toyama, 2003)
Nonaka et al. (2000) memperkenalkan empat tipe ba, yaitu (i) Originating ba, (ii)
Dialoguing ba, (iii) Systemizing ba dan (iv) Exercising ba. Dimana keempat dimensi tersebut
dimasukkan dalam dimensi interaktif dan dua media. Yang pertama adalah pada tingkat
individu dan tingkat kolektif pada berikutnya adalah media yang digunakan dalam interaksi,
yang dapat berupa tatap muka atau secara virtual. Originating ba adalah dalam bentuk tatap
muka atau secara individual, sebuah konteks untuk socialization, yang berarti bentuk-bentuk
dasar konversi knowledge di antara individu. Dialoguing ba dalam bentuk kolektif dan tatap
muka, dimana knowledge dirasakan bersama (dibagikan) dan dikonversikan ke dalam konsep
dan terminologi umum. Keuntungan dialoguing ba dari partisipasi individual dengan kombinasi
yang benar dari kapabilitas dan knowledge yang spesifik dikoordinasikan dalam cara tertentu.
Systemizing ba sifatnya kolektif dan virtual. Sekali lagi, teknologi informasi dan komunikasi
efektif dalam mentranmisikan knowledge, sebagai contoh mailing list, new groups, atau net
meetings. Dan terakhir, exercising ba adalah individual dan virtual, mengizinkan untuk
internalization knowledge baru melalui manual, direktori dan jurnal professional.

Referensi
Brannback, Malin.(2003. R&D Collaboration: Role of Ba in Knowledge-Creating Networks.
Knowledge Management Research & Practice 1, 28-38 ,

Nonaka, I. (1991). The knowledge-creating company. Harvard Business Review,Nov/Dec, 96-


104.
Nonaka, I. (1994) A dynamic theory of organizational knowledge creation. Organization
Science, 5(1), 14-37.

Nonaka, I., & Takeuchi, H. (1995). The knowledge-creating company. New York: Oxford
University Press.

Nonaka, I., Takeuchi, H., & Umemoto, K. (1996). A theory of organizational knowledge creation.
International Journal of Technology Management, Special Issue on Unlearning and Learning for
Technological Innovation, 11(7/8), 833-845.

Nonaka I, Toyama R & Konno N (2000) SECI, ba and leadership: A unified model of dynamic
knowledge creation. Long Range Planning 33(1), 5–34.

Nonaka, I., & Toyama, R. (2002.). A firm as a dialectical being: Towards a dynamic theory of a
firm. Industrial and Corporate change, 11(5), 995-1009.

Nonaka, I., & Toyama, R. (2003). The knowledge-creating theory revisited: Knowledge creation
as a synthesizing process. Knowledge Management Research & Practice, 1, 2-10.

Nonaka, I., & Toyama, R., & Konno, N. (2001). SECI, ba and leadership: A unified model of
dynamic knowledge creation. In I. Nonaka & D. J. Teece (Eds.), Managing industrial knowledge:
Creation, transfer and utilization (pp. 13-39). London: Sage.

Anda mungkin juga menyukai