Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

M DENGAN ABORTUS POST KURETASE

STASE KEPERAWATAN MATERNITAS

Disusun oleh kelompok 3:

1. Dela Novitasari / 2014901014 6. Eti Rahmawati / 2014901021

2. Diah Ayu Prabandini / 2014901015 7. Fridha Afriadilla / 2014901024

3. Dian Asriari / 2014901016 8. Fitriyah / 2014901023

4. Dina Mardiana / 2014901018 9. Hertati / 2014901026

5. Eka Puji Lastari / 2014901020

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

2020
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Abortus

Abortus(keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat

hidup diluar kandungan yang menurut para ahli ada usia sebelum 16 minggu dan 28

minggu dan memiliki BB 400-100 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah 400

gram itu diangggap keajaiban karna semakin tinggi BB anak waktu lahir Makin besar

kemungkinan untuk dapat hidup terus (Amru Sofian, 2015). Abortus merupakan suatu

keadaan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar dengan usia kurang

dari 20 minggu (Harsismanto, 2019).

B. Etiologi

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.

Biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Kelainan

hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada kehamilan

muda. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :

a. Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X

Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering untuk abortus

dini dan kejadian ini kerap kali disebabkan oleh cacat kromosom. Kelainan yang

sering ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi,poliploidi dan

kemungkinan pula kelainan kromosom seks.

b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.


Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna

sehinga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.Endometrium

belum siap untuk menerima implasi hasil konsepsi. Bisa juga karena gizi ibu

kurang karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.

c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan

alcohol.Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik

hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini

umumnya dinamakan pengaruh teratogen. Zat teratogen yang lain misalnya

tembakau, alkohol, kafein, dan lainnya.

2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena

hipertensimenahun.Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan

oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan

kematian janin. Keadaan ini biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena

hipertensi menahun.Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta

tidak dapat berfungsi.Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabetes

melitus. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta sehingga

menimbulkan keguguran.

3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan

toksoplasmosis.Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat : penyakit

menyangkut infeksi virus akut, panas tinggi dan inokulasi, misalnya pada vaksinasi

terhadap penyakit cacar . nefritis kronis dan gagal jantung dapat mengakibatkan

anoksia janin. Kesalahan pada metabolisme asam folat yang diperlukan untuk
perkembangan janin akan mengakibatkan kematian janin. Obat-obat tertentu,

khususnya preparat sitotoksik akan mengganggu proses normal pembelahan sel yang

cepat. Prostaglandin akan menyebabkan abortus dengan merangsang kontraksi uterus.

Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus abdominalis,

pielonefritis, malaria, dan lainnya.Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat

melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin, kemudian

terjadi abortus.

Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan derajat kontrol

metabolik pada trimester pertama.selain itu juga hipotiroidism dapat meningkatkan

resiko terjadinya abortus, dimana autoantibodi tiroid menyebabkan peningkatan

insidensi abortus walaupun tidak terjadi hipotiroidism yang nyata.

4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester

kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.

Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan kavum uteri atau halangan

terhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya fibroid, malformasi

kongenital, prolapsus atau retroversio uteri.Kerusakan pada servik akibat robekan

yang dalam pada saat melahirkan atau akibat tindakan pembedahan (dilatasi,

amputasi).

Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal

dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri, serviks

inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks

postpartum.
5. Trauma.

Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri.Hubungan seksual khususnya

kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita dengan riwayat

keguguran yang berkali-kali.

6. Faktor-faktor hormonal.

Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab terjadinya

abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat plasenta mengambil

alih funngsi korpus luteum dalam produksi hormon.

7. Sebab-sebab psikosomatik.

Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengarhi fungsi uterus lewat

hipotalamus-hipofise.

8. Penyebab dari segi Maternal

a. Penyebab secara umum:

1) Infeksi

a) Virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.

b) Infeksibakteri, misalnya streptokokus.

c) Parasit, misalnya malaria

2) Infeksi kronis

a) Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.

b) Tuberkulosis paru aktif.

c) Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.

d) Penyakit kronis, misalnya : Hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat,

penyakit jantung, toxemia gravidarum


e) Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.

f) Trauma fisik.

b. Penyebab yang bersifat lokal:

1) Fibroid, inkompetensia serviks.

2) Radang pelvis kronis, endometrtis.

3) Retroversikronis.

4) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan

hiperemia dan abortus.

c. Penyebab dari segi Janin

1) Kematian janin akibat kelainan bawaan.

2) Mola hidatidosa.

3) Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.

4) Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa

pada 70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau

terjadi malformasi pada tubuh janin.

5) Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah

kelainan chromosomal.

6) Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan

implantasi dengan adekuat.


C. Klasifikasi

Klafikasi abortus menurrut (Cunningham, 2013) dibagi menjadi dua yaitu :

1. Abortus Spontan

Yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan

uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas digunakan

adalah keguguran (miscarriage). Keguguran adalah setiap kehamilan yang berakhir

secara spontan sebelum janin dapat bertahan. Sebuah keguguran secara medis disebut

sebagai aborsi spontan. WHO mendefenisikan tidak dapat bertahan hidup sebagai

embrio atau janin seberat 500 gram atau kurang, yang biasanya sesuai dengan usia

janin (usia kehamilan) dari 20 hingga 22 minggu atau kurang. Aspek klinis abortus

spontan dibagi menjadi lima subkelompok, yaitu:

a. Threatened Miscarriage (Abortus Iminens)

Adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada usia kehamilan 20

minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi

serviks. Yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dan beberapa jam

sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin

terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis : nyeri dapat berupa nyeri punggung

bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul atau rasa tidak nyaman

atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis.

b. Inevitable Miscarriage (Abortus Tidak Terhindarkan)


Yaitu Abortus tidak terhindarkan (inevitable) ditandai oleh pecah ketuban yang

nyata disertai pembukaan serviks.

c. Incomplete Miscarriage (Abortus tidak lengkap)

Pada abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan

plasentabiasanya keluar bersama-sama, tetapi setelah waktu ini keluar secara

terpisah. Apabila seluruh atau sebagian plasenta tertahan di uterus, cepat atau

lambatakan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkomplet.

d. Missed Abortion

Hal ini didefenisikan sebagai retensi produk konsepsi yang telah meninggal in

utero selama 8 minggu. Setelah janin meninggal, mungkin terjadi perdarahan

pervaginam atau gejala lain yang mengisyaratkan abortus iminens, mungkin juga

tidak. Uterus tampaknya tidak mengalami perubahan ukuran, tetapi perubahan-

perubahan pada payudara biasanya kembali seperti semula.

e. Recurrent Miscarriage atau Abortus Habitualis (Abortus Berulang)

Keadaan ini didefinisikan menurut berbagai kriteria jumlah dan urutan, tetapi

definisi yang paling luas diterima adalah abortus spontan yang terjadi berturut-

turut selama tiga kali atau lebih

2. Abortus Provokatus (abortus yang sengaja dibuat)

Yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada

umumnya dianggap bayi belum dapat hidup di luar kandungan apabila kehamilan

belum mencapai 100 gram, walaupun terdapat kasus bayi dibawah 100 gram bisa

hidup di luar tubuh. Abortus ini dibagi 2 yaitu :

a. Abortus medisinalis
Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena tindakan kita

sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu

(berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3

tim dokter ahli.

b. Abortus kriminalis

Yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau

tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara sembunyi-

sembunyi oleh tenaga tradisional.

D. Patofisiologi

Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh

nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian

atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini

menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang

dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis

belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu

villi korialis menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak

dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14

minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul

beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas

dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.

Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada

kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk yang
jelas dan mungkin pula janin telah mati lama. Apabila mudigah yang mati tidak

dikeluarkan dalam waktu yang cepat maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah, isi

uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah

telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi sehingga semuanya tampak seperti

daging. Bentuk lain adalah mola tuberose, dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol

karena terjadi hematoma antara amnion dan korion.

Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses

mumifikasi diamana janin mengering dan karena cairan amnion berkurang maka ia jadi

gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas

perkamen (fetus papiraseus).

Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera dikeluarkan adalah

terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena

terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah – merahan dan dapat menyebabkan

infeksi pada ibu apabila perdarahan yang terjadi sudah berlangsung lama. (Prawirohardjo,

2006)

E. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala secara umum pada abortus imminen adalah :

1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu

2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan

darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan

normal atau meningkat


3. Perdarahan pervagina mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi

4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat

kontraksi uterus

5. Pemeriksaan ginekologi :

a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervagina ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,

tercium bau busuk dari vulva

b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup,

ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan

berbau busuk dari ostium

c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak

jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia

kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa,

cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri

d. Hasil pemeriksaan kehamilan masih positif

F. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin timbul (Budiyanto dkk, 2017) adalah:

1. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal, diatesa

hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca tindakan, dapat pula

timbul lama setelah tindakan.

2. Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat mengakibatkan

kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila setelah seluruh pemeriksaan
dilakukan tanpa membawa hasil. Harus diingat kemungkinan adanya emboli cairan

amnion, sehingga pemeriksaan histologik harus dilakukan dengan teliti.

3. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal ini

terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung udara masuk

ke dalam uterus, sedangkan pada saat yang sama sistem vena di endometrium dalam

keadaan terbuka. Udara dalam jumlah kecil biasanya tidak menyebabkan kematian,

sedangkan dalam jumlah 70-100 ml dilaporkan sudah dapat memastikan dengan

segera.

4. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan tanpa

anestesi pada ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panik. Hal ini dapat terjadi akibat

alat yang digunakan atau suntikan secara mendadak dengan cairan yang terlalu panas

atau terlalu dingin.

5. Keracunan obat/ zat abortivum, termasuk karena anestesia. Antiseptik lokal seperti

KmnO4 pekat, AgNO3, K-Klorat, Jodium dan Sublimat dapat mengakibatkan cedera

yang hebat atau kematian. Demikian pula obat-obatan seperti kina atau logam berat.

Pemeriksaan adanya Met-Hb, pemeriksaan histologik dan toksikolgik sangat

diperlukan untuk menegakkan diagnosis.

6. Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi

memerlukan waktu.

7. Lain-lain seperti tersengat arus listrik saat melakukan abortus dengan menggunakan

pengaliran arus listrik.


G. Pemeriksaan Penunjang

1. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah abortus

2. Pemeriksaan doopler atau USG untuk menentukkan apakah janin masih hidup

3. Pemeriksaan kadar fibrinogen pada missed abortion

H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan abortus imminens menurut varney 2001 adalah :

1. Trimester pertama dengan sedikit perdarahan, tanpa disertai kram :

a. Tirah baring untuk meningkatkan aliran darah ke rahim dan

mengurangirangsangan mekanis, terutama bagi yang pernah abortus sampai

perdarahan benar – benar berhenti

b. Istirahatkan panggul (tidak berhubungan seksual, tidak melakukan irigasi atau

memasukkan sesuatu ke dalam vagina)

c. Tidak melakukan aktifitas seksual yang menimbulkan orgasme

2. Pemeriksaan pada hari berikutnya di rumah sakit :

a. Evaluasi tanda – tanda vital

b. Pemeriksaan selanjutnya dengan spekulum : merupakan skrining vaginitis dan

servisistis : observasi pembukaan serviks, tonjolan kantong ketuban, bekuan

darah, atau bagian – bagian janin

c. Pemeriksaan bimanual : ukuran uterus, dilatasi, nyeri tekan, effacement, serta

kondisi ketuban
d. Jika pemeriksaan, negatif dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi

untukmenentukkan kelangsungan hidup janin, tanggal kelahiran, dan jika

mungkin untuk menenangkan wanita

e. Jika pemeriksaan fisik dan ultrasonografi negatif, tenangkan ibu, kaji ulang gejala

bahaya dan pertahankan nilai normal

f. Konsultasikan ke dokter jika terjadi perdarahan hebat, kram meningkat, atau hasil

pemeriksaan fisik dan ultrasonogrfi menunjukkan hasil abnormal

Terapi yang diberikan menurut Masjoer (2001) adalah sedativa ringan seperti

phenobarbital 3 x 30 mg dan menurut Manuaba (2007) diberikan terapi hormonal

yaitu progesteron, misalnya premaston hingga perdarahan berhenti.

I. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian:

a. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,

agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- ,

lamanya perkawinan dan alamat

b. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan

pervaginam berulang pervaginam berulang

c. Riwayat kesehatan ,

1) Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh

klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut

berlangsung.
2) Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah

dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah

ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.

3) Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari

genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit

menular yang terdapat dalam keluarga.

4) Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi,

lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji

kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya

5) Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien

mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan

anaknya.

d. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi

(BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat

sakit.

e. Pemeriksaan fisik, meliputi :

1) Inspeksi 

Hal yang diinspeksi antara lain :

mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi

terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan,


bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya

keterbatasan fifik, dan seterusnya

2) Palpasi 

Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat

kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.

Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan

posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.

Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang

abnormal

3) Perkusi 

4) Auskultasi 

f. Pemeriksaan laboratorium :

Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap

smear. Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB,

apakah klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan

KB jenis apa.

g. Data lain-lain :

Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat di RS.

2. Diagnosa Keperawatan

Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut:

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler dalam

jumlah berlebih
b. Nyeri berhubungan dengan dilatasi serviks, trauma jaringan dan kontraksi uterus

c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan

d. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian diri sendiri dan janin


3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Keperawatan
1. Kekurangan volumeSetelah dilakukan tindakan Observasi TTV  Mengetahui keadaan umum klien

cairan berhubungankeperawatan selama 3 x Posisikan ibu dengan tepat (semi Menjamin keadekuatan darah yang

dengan kehilangan24 jam volume cairan fowler) tersedia untuk otak, peninggian panggul

vaskuler berlebih terpenuhi dengan kriteria Berikan sejumlah cairan menghindari kompresi vena

hasil: pengganti harian  Pendarahan dapat berhenti dengan

 Pasien mengungkapkan Laporkan serta catat jumlah dan reduksi aktivitas

tidak lemah, dan tidak sifat kehilangan darah  Untuk mengetahui perkiraan banyak nya

merasa haus lagi kehilangan darah

 Mukosa bibir lembab

 Turgor kulit normal

 Mata tidak cekung


2. Nyeri berhubunganSetelah dilakukan tindakan 3 x Observasi TTV  Untuk mengetahui keadaan umum klien

dengan dilatasi serviks,24 jam nyeri teratasi dengan Lakukan pengkajian nyeri  Meningkatkan koping klien dalam

trauma jaringan dankriteria hasil: mengatasi nyeri


kontraksi uterus  Pasien tidak mengeluh Ajarkan metode distraksi  Untuk mengetahui lokasi nyeri, skala,

nyeri lagi  Kolaborasi Berikan analgetic dan intensitasnya

 Skala nyeri berkurang (<3)  Untuk mengurangi nyeri

 Analgetik berfungsi untuk mengurangi

nyeri
3. Resiko tinggi infeksiSetelah dilakukan tindakan 3 x Observasi TTV  Mengetahui keadaan umum klien

berhubungan dengan24 jam pasien tidak Terangkan pada klien Untuk mencegah terjadinya infeksi

trauma jaringan mengalami infeksi dengan pentingnya vulva hygiene berkelanjutan

kriteria hasil:  Lakukan teknik vulva hygiene  Inkubasi kuman pada area genital yang

 Tidak merasa nyeri pada Tingkatkan teknik cuci tangan relatif cepat dapat menyebabkan infeksi

daerah vulva. yang benar untuk meningkatkan Membantu mencegah penularan bakteri

 Tidak merasa gatal personal hygiene klien

 TTV dalam batas normal


4. Ansietas berhubunganSetelah dilakukan tindakan 3 x Jelaskan prosedur dan arti gejala  Pengetahuan dapat membantu

dengan ancaman24 jam pasien tidak Berikan informasi dalam bentuk menurunkan rasa takut dan

kematian diri sendirimengalami kecemasan dengan verbal dan tertulis serta beri meningkatkan rasa kontrol terhadap

dan janin ktriteria hasil: kesempatan klien untuk situasi

 Klien mendiskusikan
ketakutan mengenai diri mengajukan pertanyaan  Pengetahuan akan membantu ibu untuk

janin dan masa depan Pantau respon verbal dan non mengatasi apa yang sedang terjadi

kehamilan, juga mengenai verbal ibu dan pasangan. dengan lebih efektif. Informasi

ketakutan yang sehat dan Libatkan ibu dalam perencanaan sebaiknya tertulis, agar nantinya

tidak sehat dan berpatisipasi dalam memungkinkan ibu untuk mengulang

 Klien tampak tenang perawatan sebanyak mungkin informasi akibat tingkat stress.

 Klien tidak terlihat cemas  Menandai tingkat kecemasan yang

lagi sedang dialami ibu atau pasangan.

 Menjadi mampu melakukan sesuatu

untuk membantu mengontrol situasi

sehingga dapat menurunkan rasa takut


ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.M

DENGAN ABORTUS MEDINALIS POST KURETASE

DI RSU KABUPATEN TANGERANG

I. PENGKAJIAN

1) IDENTITAS KLIEN

Nama Klien : Ny. M

Umur : 39 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Kp. Terinti rt 001/005

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Suku : Sunda

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Diagnosa Medis : Late pregnancy loss

Sumber Informasi : Klien

Tanggal Pengkajian : Selasa, 01 Mei 2021

Ruangan/RS : RSU Kabupaten Tangerang

2) PENANGGUNG JAWAB

Nama : Tn. N

Pekerjaan : Supir

Alamat : kp. Terinti rt 001/005


II. ANAMNESA

1) Alasan Masuk RS : Klien datang sendiri dengan keluhan perdarahan pervagina sejak jam

17.00. darah keluar bergumpal dan sudah ganti pembalut 2 kali. Pasien mengaku hamil

13 minggu. HPHT 20-02-2021, TP 27-11-21.

2) Masuk dari : IGD

3) Alat yang digunakan saat masuk : brangkar

4) Riwayat Menstruasi :

1. Menarche : 12 Tahun

2. Lama Haid : teratur 7 hari dan tidak ada dismenore

3. Riwayat Obsetri : G3P2A0

III. RIWATAT KESEHATAN

1) Keluhan utama saat pengkajian : Ny. M mengatakan nyeri pada perut bagian bawah.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Ny.M mengatakan terasa nyeri pada perut bagian bawah seperti di remas-remas, skala

nyeri 5 hilang-timbul.

3) Riwayat kesehatan lalu

1. Penyakit yang dialami

Ny. M mengatakan selama hamil mengalami hipotensi

2. Pernah dirawat

Ny. M mengatakan sebelumnya tidak pernah dirawat

3. Alergi (Makanan, Obat-obatan, Zat/substansi, Textile)

Tidak ada
4. Kebiasaan (Merokok/Kopi/Alkohol dll)

Tidak ada

5. Pengobatan diri (Konsumsi obat-obatan, obat bebas) lainnya :

Pengobatan Dosis Dosis terakhir Frekuensi

- - - -

6. Riwayat Kesehatan Keluarga

1. Penyakit yang pernah di derita : Ny.M selama hamil mengalami hipotensi

2. Orangtua : Ny. M mengatakan Ibunya memiliki hipertensi

3. Saudara Kandung : Ny.M mengatakan adik kandungnya memiliki hipertensi

4. Anggota keluarga lain : -

5. Riwayat penyakit genetic/ keturunan/herediter : Hipertensi

GENOGRAM :

Tn.S
Ny. Tn.J
(HT) Ny.E
N (HT)

Tn.N
Ny.
M

Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

: Menikah

: Keturunan

: Tinggal serumah

: Pasien

IV. PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR ( 11 POLA GORDON)

1) Pola persepsi kesehatan

Ny.M mengatakan hanya mengetahui bahwa ia keguguran

2) Pola nutrisi metabolik

Ny. M mengatakan sebelum sakit makan sehari 3 kali. Setelah sakit nafsu makan

berkurang, makan 3 x sehari dengan porsi setengah.

3) Pola eliminasi

Sebelum sakit : Ny. M mengatakan BAK ± 5 kali/hari bewarna kuning jernih. BAB 1

kali/hari.

Selama sakit : Ny.M mengatakan BAK ± 5kali/hari bewarna kuning jernih. Ny.M

mengatakan belum BAB semenjak dirawat di RS

4) Pola aktivitas dan latihan

Ny.M mengatakan sebagai IRT dan menjaga warung sembako dirumah, Ny.M

mengatakan jarang sekali olahraga.

5) Pola tidur dan istirahat


Selama sakit : Ny. M mengatakan selama sakit tidurnya sekitar 5-7 jam, kadang suka

terbangun

Sebelum sakit : Ny.M mengatakan sebelum sakit tidurnya teratur 8 jam

6) Pola Kognitif

Ny.M mengatakan bahwa ia mengalami keguguran karena kelelahan

7) Pola persepsi dan konsep diri

Ny. M mengatakan saya bersyukur atas apa yang ada dan ikhlas atas yang diberikan

Allah untuk keluarganya.

8) Pola koping dan stress

Ny. M mengatakan cemas dan khawatir jika keluar darah kembali

9) Peran-Hubungan

Suami Ny.M dan anak-anaknya selalu mendukung Ny.M agar lekas sembuh.

10) Nilai-Kepercayaan

Ny.M mengatakan selalu berdoa untuk kesembuhannya, dan menjalankan kewajiban

sholat 5 waktu.

11) Seksual-Reproduksi

Ny.M mengatakan mempunyai anak

V. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum : Tampak sakit sedang dan terlihat meringis

2. Kesadaran : E: 4 M: 5 V: 6 = Composmentis
O
3. Tanda-tanda vital :TD : 120/70 MmHg, N :80x/menit, S :36 C, Rr :

20x/menit.

4. Ukuran anthropometric : BB 65 Kg, 155 TB cm.


5. Kepala : Bentuk kepala simetris, tidak ada lesi, tidak ada edema,

rambut bewarna hitam, terlihat bersih, berdistribusi tebal, tidak ada nyeri tekan.

6. Mata : Bentuk mata simetris kanan kiri, mata terlihat cekung, sclera anikterik, pergerakan

bola mata simetris, konjungtiva ananemis, pupil isokor, tidak ada nyeri, tidak ada lesi,

tidak ada edema.

7. Hidung : Bentuk simetris, terdapat sekret, tidak ada lesi, tidak ada edema, tidak ada polip,

tidak ada nyeri tekan, tidak ada cuping hidung.

8. Mulut : Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan, mukosa

bibir lembab, tidak ada stomatitis, gigi lengkap gigi geraham bawah berlubang.

9. Telinga : Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada edema, ketajaman pendengaran baik,

tidak terdapat serumen dan cairan yang keluar pada lubang telinga, tidak terdapat

perdarahan dan tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

10. Leher : Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan, tidak ada

pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada nyeri tekan.

11. Dada : Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan,

perkembangan dinding dada simetris, terdengar bunyi vesikuler, terdengar bunyi jantung

S1 dan S2, tidak ada bunyi tambahan.

12. Abdomen : Bentuk simetris, warna kulit sama dengan yang lain, tidak ada lesi, tidak ada

edema, terdapat nyeri pada bagian bawah perut, terlihat kembung, turgor kulit elastis,

tidak ada pembesaran hati, bising usus 15x/menit.

13. Genetalia : Ny. M berjenis kelamin perempuan, terdapat nyeri pada jalan lahir skala 5

14. Ekstermitas atas dan bawah : Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada edema, warna

kulit sama rata, tidak ada nyeri tekan, akral hangat, turgor kulit elastis, CRT <3 detik.
Kekuatan otot 4444 4444

4444 4444

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Test Result Reference Units

Hemoglobin 11.6 11.7-15.5 g/dl

Leukosit 12.07 3.60-11.00 x10^3/ul

Hematokrit 33 35-47 %

Trombosit 287 140-440 x10^3/ul

Basofil 0 0-1 %

Eosinophil 2 2-4 %

Batang 0 3-5 %

Segmen 74 50-70 %

Limfosit 17 25-40 %

Monofosit 7 2-8 %

Glukosa dalam
82 <180 Mg/dl
darah

Antigen SARS-
Negative Negative
CoV-2

VII. OBAT YANG DIBERIKAN

- Misoprostol 2x200 mg per-oral

- SF (Ferrous Sulfate) 1x300 mg per-oral

- Cefadroxil monohydrate 2x500 mg per-oral

- Mefenamic acid 3x500 mg per-oral

VIII. RANGKUMAN HASIL PENGKAJIAN


Ny. M Usia 39 Tahun masuk ke RS pada tanggal 30 Mei 2021 dengan diagnosa abortus

inkomplit post kuretase. Klien post kuretasi 2 hari yang lalu. Ny.M saat ini mengeluh nyeri

pada bagian jalan lahir dengan skala 5 dengan intensitas hilang timbul, nyeri bertambah

berat ketika bergerak dan merubah posisi. Klien mengatakan kuretasi ketika hamil usia 13

minggu dengan G3P2A0 dengan HPHT 20-02-2021, TP 27-11-21. Klien mengatakan saat

ini tidak nafsu makan. Klien makan sehari 3 kali dengan porsi yang tidak di habiskan. Klien

mengatakan belum BAB semenjak masuk rumah sakit. Riwayat kesehatan sebelumnya pergi

pada pagi hari dan ketika sore keluar perdarahan yang bergumpal dan terasa nyeri pada

perut. Hasil pemeriksaan TTV didapatkan hasil TD : 120/70 mmHg, N : 80 x/menit, RR :

19 x/menit, S : 36OC, TFU teraba 3 jari dibawah pusat, kontraksi baik, perdarahan aktif (-).

Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit belum BAB karena takut mengejan.
ANALISA DATA

Data Intrepretasi Data Dan Masalah Keperawatan


Kemungkinan Penyebab
DS : Kuretase Nyeri Akut
- Ny.M mengatakan nyeri pada
bagian jalan lahir Jaringan terputus
- P : nyeri timbul saat bergerak
berganti posisi Merangsang area sensorik motoric
- Q : nyeri seperti di tekan
- R : nyeri di bagian jalan lahir Nyeri
- S : nyeri skala 5
- T : nyeri hilang timbul
DO :
- Ny.M tampak meringis
kesakitan
- Ny.M tampak menghindari
posisi nyeri

DS : Curetase Gangguan mobilitas fisik


- Ny.M mengeluh nyeri pada
saat bergerak Jaringan terputus
- Ny.M mengeluh sulit bergerak
- Ny.M cemas saat bergerak Merangsang area sesori motoric
DO : Nyeri
- kekuatan otot menurun
- rentan gerak (ROM) menurun Keterbatasan aktivitas
- Gerakan terbatas
- 4444 4444
4444 4444

DS : Curetase Konstipasi
- Ny.M mengatakan semenjak
masuk RS belum BAB Nyeri
- Ny.M mengatakan adanya
perubahan BAB Persepsi kecemasan untuk BAB
DO : Konstipasi
- Bising usus 4x/menit

DS : - Abortus Risiko Infeksi

DO : Kuretase
- Hasil Lab Leukosit : 12,07
x10^3/ul Jaringan terbuka

Infeksi bakteri

Risiko infeksi

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077)

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri (D.0054)

3. Konstipasi berhubungan dengan gangguan emosional (kecemasan; ketakutan) (D0.149)

4. Risiko infeksi dihubungkan dengan factor risiko efek prosedur invasive (kuretase)

(D.0142)
INTERVENSI KEPERAWATAN

Tgl Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


1 Juni Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan intervensi 1. Manajemen Nyeri (08238)
2021 pencedera fisik keperawatan selama 2x4 jam Observasi :
diharapkan status tingkat nyeri - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, kualitas dan
menurun dengan kriteria hasil : intensitas nyeri
- Keluhan nyeri menurun - Identifikasi skala nyeri
- Meringis menurun Terapeutik :
- Gelisah menurun - Berikan teknik nonfarmakologis mengurangi nyeri
- Kesulitan tidur menurun - Fasilitasi istirahat tidur
- Nafsu makan membaik - Berikan lingkungan yang nyaman untuk mengurangi rasa
nyeri
Edukasi :
- Jelaskan penyebab nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian analgesik
2. Latihan pernapasan (I.01007)
Observasi :
- Identifikasi indikasi dilakukan latihan pernafasan
Terapeutik :
- Posisikan pasien nyaman dan rileks
- Ambil napas dalam secara perlahan melalui hidung dan
tahan selama tujuh hitungan
- Hitungan ke depalan hembuskan napas melalui mulut
dengan perlahan
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur lahitan pernapasan
- Anjurkan mengulangi 4-5 kali

3. Terapi relaksasi (l.09326)


Observasi
- Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu
kemampuan kognitif
- periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah
sebelum dan sesudah Latihan
Terapeutik
- ciptakan lingkungan tenang dan suhu ruangan yang nyaman
- menggunakan pakaian longgar
- gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan
analgetic atau Tindakan medis lainnya
Edukasi
- jelaskan tujuan, manfaat, Batasan dan jenis relaksasi yang
tersedia
- jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang terpilih
- anjurkan mengambil posisi yang nyaman
- anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
- anjurkan mengulangi atau melatih teknik yang terpilih
- demonstrasikan dan latih relaksasi yang terpilih

1 Juni Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan intervensi 1. Dukungan mobilisasi (I.05173)
2021 b.d nyeri keperawatan selama 2x4 jam Observasi
diharapkan status mobilitas fisik
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
meningkat dengan kriteria hasil :
- Identifikasi toleransi fiasik melakukan pergerakan
- Kekuatan otot meningkat
Terapeutik
- Rentang gerak (ROM)
meningkat - Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu

- Gerak terbatas menurun Edukasi

- Kecemasan menurun Anjurkan mobilisasi sederhana (miring kanan dan kiri,


duduk di tempat tidur)
1 Juni Konstipasi berhubungan Setelah dilakukan intervensi Pencegahan konstipasi (l.04160)
2021 dengan gangguan keperawatan selama 2x4 jam Observasi
emosional (ketakuran; diharapkan eliminasi fekal membaik - Identifikasi factor risiko konstipasi
kecemasan) dengan kriteria hasil : - Monitor tanda dan gejala konstipasi
- Kontrol pengeluaran feses Terapeutik
- Keluhan defekasi lama dan - Jadwalkan rutinitas BAB
sulit - Lakukan masasse abdomen
- Frekuensi defekasi membaik Edukasi
- Jelaskan penyabab dan factor risiko konstipasi
- Anjurkan minum air putih sesuai kebutuhan (1500-2000
ml)
- Anjurkan makan berserat
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi
1 Juni Risiko infeksi Setelah dilakukan intervensi Perawatan Perineum (I.07226)
2021 dihubungkan dengan keperawatan selama 2x4 jam Observasi
factor risiko efek diharapkan tingkat infeksi menurun - Inspeksi insisi atau robekan dalam perineum
prosedur invasive dengan kriteria hasil :
(kuretase) - Nyeri menurun Terapeutik
- Kadar sel darah putih - Fasilitasi dalam membersihkan perineum
membaik - Pertahankan perineum tetap kering
- Berikan posisi nyaman
- Bersihkan area perineum secara teratur
- Berikan pembalut yang menyerap cairan
- Kolaborasi pemberian anti inflamasi, jika perlu
- Kolaborasi pemberian analgesic jika perlu
Implementasi dan evaluasi keperawatan

Diagnosa
Tanggal Implementasi Evaluasi
keperawatan

1 Juni 2021 Nyeri akut b.d agen - Mengidentifikasi lokasi, S:


pencedera fisik karakteristik, durasi, kualitas dan - Ny.M mengatakan nyeri berkurang menjadi
intensitas nyeri skala 4, nyeri terasa hilang timbul dan ketika
- Menjelaskan kepada klien bergerak
penyebab nyeri - Ny.M mengatakan sudah bisa melakukan
- Mengajarkan klien cara teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri
mengurangi nyeri dengan teknik O:
relaksasi nafas dalam - Ny. M terlihat memegangi area bawah perut
- Memberikan obat asam mefenamat - P : Nyeri dibagian perut dan perineum
500 mg per-oral - Q : Nyeri seperti di remas-remas
- R : Nyeri dibagian perut dan perineum
- S : Skala nyeri 4
- T : nyeri hilang timbul
- Ny.M mampu mempratikan secara mandiri
teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri
dengan baik
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi dan
frekuensi nyeri
- Anjurkan klien untuk melaporkan rasa nyeri
- Anjurkan klien untuk menggunakan teknik
relaksasi untuk mengurangi nyeri
- Kolaborasi dengan dokter terkait pemberian
analgesic

1 Juni 2021 Gangguan mobilitas - Mengidentifikasi kekuatan otot S :


fisik berhubungan - Mengidentifikasi kemampuan - Ny. M mengatakan takut bergerak karena
dengan nyeri mobilitas fisik terasa sakit
- Menganjurkan klien untuk merubah - Ny. M mengatakan mau merubah posisi jika
posisi dibantu suami dan perawat
- Menganjurkan klien untuk O:
beraktivitas sesuai dengan - Kekuatan otot 4444 / 4444
kemampuan A : Masalah teratasi Sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Identifikasi kekuatan otot
- Jadwalkan perubahan posisi
- Anjurkan klien untuk merubah posisi setiap
jadwal

1 Juni 2021 Konstipasi - Mengidentifikasi frekuensi BAB S :


berhubungan dengan - Menganjurkan klien untuk - Ny. M mengatakan belum BAB sejak masuk
gangguan emosional meningkatkan asupan cairan rumah sakit
(ketakuran; - Menganjurkan klien makanan tnggi - Ny. M mengatakan takut BAB karena merasa
kecemasan) serat sakit
- Melaporkan hasil pemantauan ke O:
dokter - Bising usus : 4x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Identifikasi frekuensi, konsistensi dan
kemampuan untuk defekasi
- Anjurkan klien meningkatkan asupan cairan
- Anjurkan klien untuk mengkonsumsi
makanan tinggi serat
- Berkolaborasi dengan dokter pemberian obat
supositoria

1 Juni 2021 Risiko infeksi - Mengidentifikasi kebersihan S :


dihubungkan dengan perineum - Ny. M mengatakan masih terasa nyeri
factor risiko efek - Mengidentifikasi perdarahan dibagian perineum
prosedur invasive - Melakukan vulva hygiene O:
(kuretase) - Mengganti pembalut - Vulva hygiene bersih
- Memberikan obat Cefadroxil - Perdarahan (-)
monohydrate 500 mg per-oral A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Lakukan vulva hygiene secara teratur
- Anjurkan klien mengganti pembalut jika terjadi
perdarahan
- Laporkan adanya perdarahan
- Kolaborasi dengan dokter terkait dosis
antibiotic
- Lakukan pemeriksaan darah lengkap

2 Juni 2021 Nyeri akut b.d agen - Mengidentifikasi lokasi, S:


pencedera fisik karakteristik, durasi, kualitas dan - Ny.M mengatakan nyeri berkurang menjadi
intensitas nyeri skala 4, nyeri terasa hilang timbul
- Menganjurkan klien untuk - Ny.M mengatakan sudah bisa melakukan
menggunakan relaksasi nafas teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri
dalam ketika nyeri O:
- Memberikan obat asam mefenamat - P : Nyeri dibagian perut dan perineum
500 mg per-oral - Q : Nyeri seperti di remas-remas
- R : Nyeri dibagian perut dan perineum
- S : Skala nyeri 4
- T : nyeri hilang timbul
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi dan
frekuensi nyeri
- Anjurkan klien untuk melaporkan rasa nyeri
- Anjurkan klien untuk menggunakan teknik
relaksasi untuk mengurangi nyeri
- Kolaborasi dengan dokter terkait pemberian
analgesic

2 Juni 2021 Gangguan mobilitas - Mengidentifikasi kekuatan otot S :


fisik berhubungan - Mengidentifikasi kemampuan - Ny. M mengatakan sudah mau merubah
dengan nyeri mobilitas fisik posisi
- Menganjurkan klien untuk merubah - Ny. M mengatakan sudah turun dari tempat
posisi tidur
- Menganjurkan klien untuk O:
beraktivitas sesuai dengan - Kekuatan otot 5555/5555
kemampuan A : Masalah teratasi Sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Menganjurkan klien untuk melukan aktivitas
sesuai dengan kemampuan

2 Juni 2021 Konstipasi - Mengidentifikasi frekuensi BAB S :


berhubungan dengan - Menganjurkan klien untuk - Ny. M mengatakan tadi pagi sudah BAB
gangguan emosional meningkatkan asupan cairan setelah diberikan obat
(ketakuran; - Menganjurkan klien makanan tinggi O:
kecemasan) serat - Frekuensi BAB 1x/hari
- Melaporkan hasil pemantauan ke - Konsistensi feses keras
dokter A : Masalah sudah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Identifikasi frekuensi, konsistensi dan
kemampuan untuk defekasi
- Anjurkan klien meningkatkan asupan cairan
- Anjurkan klien untuk mengkonsumsi
makanan tinggi serat

2 Juni 2021 Risiko infeksi - Mengidentifikasi kebersihan S :


dihubungkan dengan perineum - Ny. M mengatakan sudah tidak keluar darah
factor risiko efek - Mengidentifikasi perdarahan - Ny. M mengatakan sudah ada rencana pulang
prosedur invasive - Mengganti pembalut O:
(kuretase) - Memberikan obat Cefadroxil - Vulva hygiene bersih
monohydrate 500 mg per-oral - Perdarahan (-)
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Anjurkan klien untuk membersihkan perineum
secara teratur
- Anjurkan klien mengganti pembalut jika terjadi
perdarahan
- Laporkan adanya perdarahan
DAFTAR PUSTAKA

SDKI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator

Diagnostik. Jakarta: PPNI.

SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Tindakan

Keperawatan, (Edisi 1), Jakarta. PPNI.

SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Tindakan

Keperawatan, (Edisi 1), Jakarta. PPNI.

Anda mungkin juga menyukai