Anda di halaman 1dari 5

LEARNING JOURNAL 

 AKUNTABILITAS

Program Pelatihan                   : Pelatihan Dasar CPNS

Angkatan                                  :  VIII

Mata Pelatihan                         : Akuntabilitas

Widyaiswara                            : Yetti Seprianti Br. Sembiring, S.STP

Nama Peserta                  : Gugun Gunawan, A.Md.Kep

NIP 199804162020121004

Lembaga Penyelenggara  : PPSDM Reg Bandung

 
A.    Pokok Pikiran

Akuntabilitas merupakan salah satu nilai-nilai dasar PNS yang perlu


diinternalisasi, diaktualisasi dan diimplementasikan sehingga menjadi karakter.
Akuntabilitas dan responsibiltas sering diartikan sama, walaupuin keduanya
memiliki makna yang berbeda. Contoh sederhana perbedaan konsep antara
keduanya adalah, pada responsibilitas seorang dosen adalah memiliki
tanggung jawab untuk melaksanakan tugas atau amanah mengajar, membuat
RPS, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Sedangkan akuntabilitas adalah bahwa seorang dosen harus dan
wajib mempertanggungjawabkan kinerja yang dicapai atas amanah yang
diembannya yakni misalnya melalui laporan kinerja dosen dan angka kridit poin
yang diperoleh terkait pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi. Dari sini dilihat
bahwa akuntabilitas merupakan
kewajiban mempertanggungjawabkan amanah yang diembannya/hasil kinerja
yang harus dicapai atas amanah yang diberikan (obligation to answer).
Sedangkan responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung
jawab/bertindak atas amanah yang diterima (obligation to act). Responsibilitas
merupakan bagian dari akuntabilitas yang mana keduanya saling
berkesinambuingan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

PNS yang akuntabel merupakan pertanggungjawaban yang harus dicapai atas


amanah sebagai PNS yakni menjamin terwujudnya nilai
publik, yaitu: Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi
konflik kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor,
kelompok, dan pribadi; Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk
menghindari dan  mencegah keterlibatan PNS dalam politik praktis
(netralitas PNS); Memperlakukan dan melayani warga secara sama dan
adil dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik; Menunjukan
sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan sebagai
penyelenggara pemerintahan dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

Akuntabilitas penting dan diperlukan dalam konteks negara karena


adanya tuntutan publik untuk menciptakan kepemerintahan yang baik
(good governance) dengan memenuhi tiga pilar good
gavernance yaitu Tranparansi, Partisipatif, dan Akuntabilitas. Selain itu,
akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada setiap
level/unit kerja dan merupakan suatu kewajiban pemegang jabatan untuk
memberikan pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada
atasannya. Akuntabilitas mencakup beberapa aspek antara lain sebuah
hubungan, berorientasi pada hasil, adanya laporan, memerlukan konsekuensi
serta perbaikan kinerja. Tiga fungsi utama akuntabilitas adalah
sebagai kontrol demokratis (peran demokratis), pencegahan korupsi dan
penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional), serta untuk meningkatkan
efesiensi dan efektifitas (peran belajar). Akuntabilitas publik terdiri atas dua
macam, yaitu: akuntabilitas vertikal (vertical accountability),
dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability). Akuntabilitas vertikal
merupakan pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang
lebih tinggi dimana akuntabilitas vertikal membutuhkan pejabat pemerintah
untuk melaporkan "ke bawah" kepada publik. Sedangkan akuntablitias
horizontal merupakan pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.
Akuntabilitas ini membutuhkan pejabat pemerintah untuk melaporkan "ke
samping" kepada para pejabat lainnya dan lembaga negara. Akuntabilitas
memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas
individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas
stakeholder.

Sebagai PNS kita harus memiliki kemampuan untnuk memahami mekanisme


akuntabilitas, logika, dan operasionalisasi dari akuntabilitas yang
diterapkan oleh unit kerja kita guna membangun terciptanya sistem dan
lingkungan organisasi yang akuntabel. Sebagai
contoh adalah penerapan Sistem Penilaian Kinerja, Sistem Akuntansi,
Akreditasi, dan Sistem pengawasan (CCTV, finger print, dan aplikasi untuk
memonitor pegawai). Sementara dimensi akuntabilitas yaitu Akuntabilitas
kejujuran dan hukum (kepatuhan tehadap hukum dan peraturan yang
diterapkan); Akuntabilitas proses (terkait sistem dan prosedur, diterjemahkan
melalui pemberian pelayanan publik); Akuntabilitas program (memberikan
pertimbangan apakah tujuan dapat tercapai, Apakah  ada alternatif program
lain); Akuntabilitas kebijakan (terkait dengan pertanggung jawaban pemerintah
atas kebijakan yang diambil). Selain itu, ada alat akuntabilitas yang digunakan
untuk mewujudkannya antara lain Dokumen perencanaan (Renstra), Kontrak
Kinerja, dan Laporan Kinerja. Selain itu, terdapat langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam menciptakan framework akuntabilitas pada lingkungan kerja
PNS antara lain, tentukan tujuan dan tanggung jawab, perencanaan yang akan
dilakukan dalam mencapai tujuan, implementasi dan monitoring kemajuan,
laporan yang lengkap, serta adanya evaluasi dan masukan untuk perbaikan.

Pengambilan keputusan secara akuntabel dan beretika berarti dapat


membuat keputusan dan tindakan yang tepat dan akurat. Sebuah keputusan
yang akuntabel dan beretika sangat penting dalam menjaga kepercayaan dan
keyakinan terhadap masyarakat dalam pekerjaan pemerintahan. Dalam
praktiknya, penempatan kepentingan umum berarti bahwa: Memastikan
tindakan dan keputusan yang berimbang dan tidak bias; Bertindak adil dan
mematuhi prinsip-prinsip due process; Akuntabel dan transparan; Melakukan
pekerjaan secara penuh, efektif dan efisien; Berperilaku sesuai dengan standar
sektor publik, kode sektor publik etika sesuai dengan organisasinya serta
Mendeklarasikan secara terbuka bila terjadi adanya potensi konflik
kepentingan. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang PNS harus mengacu
kepada etika pelayanan publik, yang merupakan panduan yang harus
dipatuhi dalam rangka penyelenggaraan pelayanan yang baik untuk publik.
Menghindari konflik kepentingan seperti keuangan dan peralatan atau sumber
daya aparatur serta pemanfaatan posisi dan wewenang untuk membantu diri
sendiri dan orang lain. Indikator nilai akuntanbilitas seperti jujur, tanggung
jawab, kejelasan target/kewenangan, integritas, mendahulukan kepentingan
publik, konsisten, adil, transparan, netral/partisipatif. Dalam
menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, ada beberapa aspek yang
harus diperhatikan yaitu : Kepemimpinan, Transparansi, Integritas, Tanggung
Jawab (responsibilitas), Keadilan, Kepercayaan, Keseimbangan, Kejelasan,
dan Konsistensi.

Profil Tokoh
Tokoh yang menurut saya yang menjadi inspirasi dalam penerapan nilai
akuntabilitas adalah ;

Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) VII memberikan banyak teladan bagi
kita, dan beliau adalah satu-satunya Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
yang rela turun tahta untuk memberi kesempatan kepada generasi yang lebih
muda, dalam tradisi keraton, biasanya seorang raja turun tahta jika sudah wafat.
Tetapi tidak demikian dengan HB VII yang `Lereh Keprabon` setelah berhasil
menata Yogyakarta. HB VII turun tahta dengan terlebih dahulu mempersiapkan
putra mahkotanya sebagai penggantinya, dan konsep kepemimpinan seperti ini
merupakan sesuatu yang luar biasa. Pada masanya, HB VII adalah pemimpin
yang revolusioner.
Beliau adalah pemimpin pertama yang mendirikan sekolah untuk rakyat
yang berdiri di luar tembok keraton. HB VII juga memfasilitasi berdirinya
Muhammadiyah dengan mengirim KH Ahmad Dahlan untuk belajar agama di
Tanah Suci.
Selain itu, kata dia, Sultan HB VII berhasil memakmurkan rakyatnya dan menata
kota Yogyakarta setelah dilanda bencana gempa bumi, yang salah satunya
adalah dengan merenovasi tugu "pal putih. Di bidang ekonomi, beliau
mendirikan 17 pabrik gula untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya, dan salah
satu di antaranya masih berdiri sampai sekarang, yaitu Pabrik Gula Madukismo.

Dari pemaparan tersebut terlihat bagaiamana bapak Sri Sultan HB VII


menerapkan prinsip-prinsip dasar akuntabilitas sebagai seorang pemimpin
yang memiliki komitmen yang tinggi dalam mensejahterakan rakyatnya,

Dalam penggunaan sumber daya milik negara Sri Sultan tak


ingin fasilitas publik hanya digunakannya untuk kepentingan pribadi, tetapi
untuk masyarakat banyak. Hal ini sejalan dan dapat diambil teladan bahwa
setiap PNS harus memastikan bahwa fasilitas publik sumber daya milik negara:
Penggunaannya diaturan sesuai dengan prosedur yang berlaku;
Penggunaannya dilaklukan secara bertanggung-jawab dan efisien; dan
Pemeliharaan fasilitas secara benar dan bertanggungjawab.
 
B.    Penerapan

Sebagai seorang Perawat, penerapan prinsip-prinsip akuntabiitas dapat


dilakukan salah satunya ketika melaksanakan pelayanan kepada pasien
maupun tugas dari atasan. Di dalam memberikan asuhan keperawatan kita
sebagai perawat juga merangkap sebagai contoh bagi masyarakat atau
educator yang menerapkan prinsip memberikan teladan di depan,
ditengah membangun semangat dan memberikan dorongan kepada
masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Setelah
memberikan pelayanan, berupa asuhan keperawatan, kami perawat juga
mengedukasi pasien agar menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat agar
terhindar dari banyak penyakit, kami juga harus memberikan pelayanan yang
sama kepada semua pasien dan tidak membeda beda kan suku agama,
bangsa dll saat memberikan pelayanan asuhan keperawatan.
Pada saat pelayanan berlangsung, kami diberikan tugas untuk melayani pasien
sesuai dengan ruangan nya masing, masing dan bertanggung jawab merawat
pasien agar terciptanya kondisi tubuh yang sehat baik jasmani maupun rohani.
Setiap perawat di tiap ruangan memiliki tugas dan tanggung jawab masing-
masing untuk menyelesaikan pelayanan asuhan keperawatan. Selain itu, pada
saat melayani pasien, kami perawat tidak boleh membeda-bedakan antara
pasien satu dengan yang lainnya selain dari hasil dari tugas ujian akhir
semester, ujian tengah semester dan proses pembelajaran sehingga semua
mendapatkan pelayanan Kesehatan yang sama dan adil. Pada
aspek transparansi atau keterbukaan informasi, kami memberi tahu kepada
keluarga pasien maupun pasien tsb mengenai hal hal yang akan dilakukan
seperti Tindakan medis, obat obatan , efek samping obat dll , kami perawat
juga meminta inform konsen atau persetujuan pihak keluarga sebelum
dilaksanakan nya Tindakan.
 
Selain dalam perkuliahan, penerapan akuntabilitas juga saya terapkan
ketika dipercaya menjadi pemegang program TB pada beberapa kegiatan
yang ada di unit kerja saya. Saya melaksanakan tugas sesuai dengan SOP
yang diberikan, bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan apa
yang telah dilaksanakan dalam rangka memberikan pelayanan Kesehatan yang
optimal kepada masyarakat. Saya berusaha semaksimal
mungkin menghindari konflik kepentingan terutama dalam melaksanakan
tugas Semoga kita tetap diberikan keistiqomahan/konsisten dan Allah selalu
memberikan petunjuk dan kekuatan.

Dalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, ada beberapa aspek


yang harus diperhatikan yaitu: Kepemimpinan, Transparansi, Integritas,
Tanggung Jawab (responsibilitas), Keadilan, Kepercayaan, Keseimbangan,
Kejelasan, dan Konsistensi. Terdapat 5 langkah yang harus dilakukan dalam
membuat framework akuntabilitas di lingkungan kerja PNS yaitu:
a. Menentukan tanggung jawab dan tujuan
b. Merencanakan apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan
c. Melakukan implementasi dan monitoring kemajuan
d. Memberikan laporan secara lengkap
e. Memberikan evaluasi dan masukan perbaikan.
PNS yang akuntabel adalah PNS yang mampu mengambil pilihan yang tepat
ketika terjadi konflik kepentingan, tidak terlibat dalam politik praktis, melayani
warga secara adil dan konsisten dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
PNS harus mampu mengambil keputusan secara akuntabel dan beretika.
Sebuah keputusan yang akuntabel dan beretika sangat penting dalam
menjaga kepercayaan dan keyakinan terhadap masyarakat dalam pekerjaan
pemerintahan. Dalam prakteknya, penempatan kepentingan umum berarti
bahwa:
 Memastikan tindakan dan keputusan yang berimbang dan tidak bias.
 Bertindak adil dan mematuhi prinsip-prinsip due process
 Akuntabel dan transparan
 Melakukan pekerjaan secara penuh, efektif dan efisien
 Berperilaku sesuai dengan standar sektor publik, kode sektor publik
etika sesuai dengan organisasinya
 Mendeklarasikan secara terbuka bila terjadi adanya potensi konflik
kepentingan.

Anda mungkin juga menyukai