Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

Human Immunodeficiency Virus (HIV)

DI RUANG CEMPAKA

Dosen Pembimbing: Nelly Hermala Dewi, SKp., M.Kep

SITI FARIDA

344070180034

DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2021
PRAKTIK KEPERAWATAN KOMPREHENSIF
PRODI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi
HIV merupakan salah satu penyakit menular seksual yang berbahaya di dunia
(Silalahi, Lampus, dan Akili, 2013). Seseorang yang terinfeksi HIV dapat diibaratkan
sebagai gunung es (Lestary, Sugiharti dan Susyanty, 2016) yang dimana HIV memang
tidak tampak tetapi penyebarannya mengakibatkan banyaknya kasus HIV baik di
Indonesia maupun di dunia. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis
virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan
AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas
menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4
sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel limfosit. Karena
berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah
putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk
ke tubuh manusia.
Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau retroviridae.
Virus ini secara material genetik adalah virus RNA yang tergantung pada enzim
reverse transcriptase untuk dapat menginfeksisel mamalia, termasuk manusia, dan
menimbulkan kelainan patologi secara lambat. Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1
dan HIV-2. Masing-masing grup mempunyai lagi berbagai subtipe, dan masing-
masing subtipe secara evolusi yang cepat mengalami mutasi.Diantara kedua grup
tersebut, yang paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh
dunia adalah grup HIV-1 (Zein, 2006).
HIV adalah virus yang menumpang hidup dan merusak sistem kekebalan tubuh.
Sedangkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala
penyakit yang disebabkan oleh virus HIV. (Brunner&Suddarth; edisi 8). Human
Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang bereplikasi didalam sistem imun tubuh
dan merupakan salah satu retrovirus karena dapat mengubah urutan sistem rantai
Deoxyribonucleic Acid (DNA) menjadi Ribonucleic Acid (RNA) setelah masuk ke dalam
sel inang (Price & Wilson, 2006; Pinsky & Douglas, 2009; Corwin, 2008).
2. Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut Human Immunodeficiency Virus
(HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-
1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2.
HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka
untuk memudahkan keduanya disebut HIV. Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari
lima fase yaitu :
1) Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
2) Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
3) Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4) Supresi imun simtomatik. Di atas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam
hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
5) AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai sistem
tubuh, dan manifestasi neurologist.
3. Patofisiologi
Virus HIV masuk ke dalam tubuh manusia melalui perantara darah, semen dan
secret vagina. Human Immunodeficiency Virus (HIV) tergolong retrovirus yang
mempunyai materi genetik RNA yang mampu menginfeksi limfosit CD4 (Cluster
Differential Four), dengan melakukan perubahan sesuai dengan DNA inangnya (Price &
Wilson, 2006; Pasek, dkk., 2008; Wijaya, 2010). Virus HIV cenderung menyerang jenis
sel tertentu, yaitu sel-sel yang mempunyai antigen CD4 terutama limfosit T4 yang
memegang peranan penting dalam mengatur dan mempertahankan sistem kekebalan
tubuh. Virus juga dapat menginfeksi sel monosit makrofag, sel Langerhans pada kulit, sel
dendrit folikuler pada kelenjar limfe, makrofag pada alveoli paru, sel retina, sel serviks
uteri dan sel-sel mikroglia otak. Virus yang masuk kedalam limfosit T4 selanjutnya
mengadakan replikasi sehingga menjadi banyak dan akhirnya menghancurkan sel limfosit
itu sendiri (Price & Wilson, 2006; Departemen Kesehatan RI, 2003).
Dengan menurunnya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin lemah secara
progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T
penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dapat tetap
tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini,
jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi
mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi. Sewaktu sel T4
mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi (herpes zoster dan jamur oportunistik) muncul,
Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus
berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS
apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi
opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
Kejadian awal yang timbul setelah infeksi HIV disebut sindrom retroviral akut
atau Acute Retroviral Syndrome. Sindrom ini diikuti oleh penurunan jumlah CD4 dan
peningkatan kadar RNA HIV dalam plasma. CD4 secara perlahan akan menurun dalam
beberapa tahun dengan laju penurunan CD4 yang lebih cepat pada 1,5 – 2,5 tahun
sebelum pasien jatuh dalam keadaan AIDS. Viral load (jumlah virus HIV dalam darah)
akan cepat meningkat pada awal infeksi dan pada fase akhir penyakit akan ditemukan
jumlah CD4 < 200/mm3 kemudian diikuti timbulnya infeksi oportunistik, berat badan
turun secara cepat dan muncul komplikasi neurulogis. Pada pasien tanpa pengobatan
ARV, rata-rata kemampuan bertahan setelah CD4 turun < 200/mm3 adalah 3,7 tahun
(Pinsky & Douglas, 2009; Corwin, 2008).
4. Manifestasi Klinis
Acquired Immunodeficiency Sindrom (AIDS) memiliki beragam manifestasi
klinis dalam bentuk keganasan dan infeksi opurtunistik. Jenis keganasan yang paling
sering dijumpai pada keganasan lain yang pernah dilaporkan terjadi pada pasien yang
terinfeksi HIV adalah myeloma multipel, leukemia limfositik akut sel B, limfoma
limfoblastik T, penyakit Hodgkin, karsinoma anus, karsinoma sel skuamosa di lidah,
karsinoma adenoskuamosa paru, adenokarsinoma kolon dan pankreas, kanker serviks,
dan kanker testis (Price & Wilson, 2006; Smeltzer & Bare, 2010).
Pasien AIDS rentan terhadap terhadap infeksi protozoa, bakteri, fungus, dan virus.
Pneumonia Pnuemocytis Carinii (PPC) adalah infeksi serius yang paling sering dijumpai
dengan gejala panas yang pendek, sesak nafas, batuk, nyeri dada, dan demam. Hal ini
hampir serupa tanda dan gejalanya dengan pasien AIDS yang disertai Tuberkulosis (TB)
karena Mycobacterium tuberculosis. Infeksi lainnya seperti fungus antara lain
kandidiasis, kriptokokosis, dan histoplasmosis. Infeksi opurtunistik yang disebabkan oleh
virus sangat beragam dan merupakan penyebab semakin parahnya patologi yang terjadi
(Price & Wilson, 2006; Smeltzer & Bare, 2014).
5. Klasifikasi
a. Fase 1
Umur infeksi 1 – 6 bulan (sejak terinfeksi HIV) individu sudah terpapar dan terinfeksi.
Tetapi ciri – ciri terinfeksi belum terlihat meskipun ia melakukan tes darah. Pada fase ini
antibody terhadap HIV belum terbentuk. Bisa saja terlihat/mengalami gejala – gejala
ringan, seperti flu (biasanya 2 – 3 hari dan sembuh sendiri).
b. Fase 2
Umur infeksi: 2 – 10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada fase kedua ini individu sudah
positif HIV dan belum menampakkan gejala sakit. Sudah dapat menularkan pada orang
lain. Bisa saja terlihat/mengalami gejala – gejala ringan, seperti flu (biasanya 2 – 3 hari
dan sembuh sendiri).
c. Fase 3
Mulai muncul gejala – gejala awal penyakit. Belum disebut gejala AIDS. Gejala – gejala
yang berkaitan antara lain keringat yang berlebihan pada waktu malam, diare terus
menerus, pembengkakan kelenjar getah bening, flu yang tidak sembuh – sembuh, nafsu
makan berkurang dan badan menjadi lemah, serta berat badan terus berkurang. Pada fase
ketiga ini sistem kekebalan tubuh mulai berkurang.
d. Fase 4
Sudah masuk fase AIDS. AIDS baru dapat terdiagnosa setelah kekebalan tubuh sangat
berkurang dilihat dari jumlah sel T nya. Timbul penyakit tertentu yang disebut dengan
infeksi oportunistik yaitu TBC, infeksi paru – paru yang menyebabkan radang paru –
paru dan kesulitan bernafas, kanker, khususnya sariawan, kanker kulit atau sarcoma
kaposi, infeksi usus yang menyebabkan diare parah berminggu – minggu, dan infeksi
otak yang menyebabkan kekacauan mental dan sakit kepala (Hasdianah & Dewi, 2014)
6. Farmakorapi
Untuk menahan lajunya tahap perkembangan virus beberapa obat yang ada adalah
antiretroviral dan infeksi oportunistik. Obat antiretroviral adalah obat yang dipergunakan
untuk retrovirus seperti HIV guna menghambat perkembangbiakan virus. Obat-obatan
yang termasuk antiretroviral yaitu AZT, Didanoisne, Zaecitabine, Stavudine. Obat infeksi
oportunistik adalah obat yang digunakan untuk penyakit yang muncul sebagai efek
samping rusaknya kekebalan tubuh. Yang penting untuk pengobatan oportunistik yaitu
menggunakan obat-obat sesuai jenis penyakitnya, contoh: obat-obat anti TBC, dll
(Hasdianah dkk, 2014).
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes untuk mendiagnosa infeksi HIV , yaitu :
- ELISA
- Western blot
- P24 antigen test
- Kultur HIV
2. Tes untuk mendeteksi gangguan sistem imun, yaitu :
- Hematokrit
- LED
- Rasio CD4 / CD Limposit
- Serum mikroglobulin B2
- Hemoglobin
8. Penatalaksanaan Medis
a. Pengobatan Suporatif
Tujuan :
1) Meningkatkan keadaan umum pasien
2) Pemberian gizi yang sesuai
3) Obat sistometik dan vitamin
4) Dukungan Pasienikologis
b. Pengobatan infeksi oportunistik
1. Untuk infeksi :
- Kardidiasis eosofagus
- Tuberculosis
- Toksoplasmosis
- Herpes
- Pcp
- Pengobatan yang terkait AIDS, limfoma malignum, sarcoma Kaposi dan
sarcoma servik, disesuaikan dengan standar terapi penyakit kanker
2. Terapi :
- Flikonasol
- Rifamfisin, INH , Etambutol, Piraziramid, Stremptomisin - Pirimetamin,
Sulfadiazine, Asam folat
- Ansiklovir
- Kotrimoksazo
c. Pengobatan anti retro virus
Tujuan :
- Mengurangi kematian dan kesakitan
- Menurunkan jumlah virus
- Meningkatkan kekebalan tubuh
- Mengurangi resiko penularan
9. Komplikasi
Komplikasi dengan penyakit HIV-AIDS, yaitu : Penurunan sistem kekebalan tubuh
akibat virus HIV (Human Immuno Deficiency Virus), menyebabkan tubuh mudah
diserang penyakitpenyakit.
1. Tuberkulosis Paru
2. Pneumonia Premosistis
3. Berbagai macam penyakit kanker
10. Diet/Nutrisi
Menurut Nursalam (2011) nutrisi yang sehat dan seimbang diperlukan pasien HIV AIDS
untuk mempertahankan kekuatan, meningkatkan fungsi sistem imun, meningkatkan
kemampuan tubuh, utuk memerangi infeksi, dan menjaga orang yang hidup dengan
infeksi HIV AIDS tetap aktif dan produktif. Defisiensi vitamin dan mineral bisa dijumpai
pada orang dengan HIV, dan defisiensi sudah terjadi sejak stadium dini walaupun pada
ODHA mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang. Defisiensi terjadi karena HIV
menyebabkan hilangnya nafsu makan dan gangguan absorbsi szat gizi. Untuk mengatasi
masalah nutrisi pada pasien HIV AIDS, mereka harus diberikan makanan tinggi kalori,
tinggi protein, kaya vitamin dan mineral serta cukup air.
11. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, diagnosa medis, No. MR
b. Keluhan utama
Dapat ditemukan pada pasien AIDS dengan manifestasi respiratori ditemui keluhan
utama sesak nafas. Keluhan utama lainnya ditemui pada pasien HIV AIDS yaitu, demam
yang berkepanjangan (lebih dari 3 bulan), diare kronis lebih dari satu bulan berulang
maupun terus menerus, penurunan berat badan lebih dari 10%, batuk kronis lebih dari 1
bulan, infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan oleh jamur Candida Albicans,
pembengkakan kelenjer getah bening diseluruh tubuh, munculnya Harpes zoster berulang
dan bercak-bercak gatal diseluruh tubuh.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Dapat ditemukan keluhan yang biasanya disampaikan pasien HIV AIDS adalah : pasien
akan mengeluhkan napas sesak (dispnea) bagi pasien yang memiliki manifestasi
respiratori, batuk-batuk, nyeri dada dan demam, pasien akan mengeluhkan mual, dan
diare serta penurunan berat badan drastis.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien pernah dirawat karena penyakit yang sama. Adanya riwayat penggunaan
narkotika suntik, hubungan seks bebas atau berhubungan seks dengan penderita
HIV/AIDS, terkena cairan tubuh penderita HIV/AIDS.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya pada pasien HIV AIDS adanya anggota keluarga yang menderita penyakit
HIV/AIDS. Kemungkinan dengan adanya orang tua yang terinfeksi HIV. Pengkajian
lebih lanjut juga dilakukan pada riwayat pekerjaan keluarga, adanya keluarga bekerja di
tempat hiburan malam, bekerja sebagai PSK (Pekerja Seks Komersial).
2. Pola aktivitas sehari-hari (ADL)
a. Pola presepsi dan tata laksanaan hidup sehat
Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan menglami perubahan atau gangguan pada personal
hygiene, misalnya kebiasaan mandi, ganti pakaian, BAB dan BAK dikarenakan kondisi
tubuh yang lemah, pasien kesulitan melakukan kegiatan tersebut dan pasien biasanya
cenderung dibantu oleh keluarga atau perawat.
b. Pola Nutrisi
Biasanya pasien dengan HIV/AIDS mengalami penurunan nafsu makan, mual, muntah,
nyeri menelan, dan juga pasien akan mengalami penurunan BB yang cukup drastis dalam
waktu singkat (terkadang lebih dari 10% BB).
c. Pola Istirahat dan tidur
Biasanya pasien dengan HIV/AIDS pola istirahat dan tidur mengalami gangguan karena
adanya gejala seperi demam dan keringat pada malam hari yang berulang. Selain itu juga
didukung oleh perasaan cemas dan depresi pasien terhadap penyakitnya.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Gambaran Umum : ditemukan pasien tampak lemah.
b. Kesadaran pasien : Compos mentis cooperatif, sampai terjadi penurunan tingkat
kesadaran, apatis, samnolen, stupor bahkan coma.
c. Vital sign :
TD : Biasanya ditemukan dalam batas normal
Nadi : Terkadang ditemukan frekuensi nadi meningkat
Pernafasan :Biasanya ditemukan frekuensi pernafasan meningkat
Suhu :Biasanya ditemukan Suhu tubuh menigkat karena demam.
d. BB : Biasanya mengalami penurunan (bahkan hingga 10% BB)
TB : Biasanya tidak mengalami peningkatan (tinggi badan tetap)
e. Kepala : Biasanya ditemukan kulit kepala kering karena dermatitis seboreika
f. Mata : Biasanya ditemukan konjungtiva anemis, sclera tidak ikhterik, pupil isokor,
reflek pupil terganggu,
g. Hidung : Biasanya ditemukan adanya pernafasan cuping hidung.
h. Gigi dan Mulut: Biasanya ditemukan ulserasi dan adanya bercak-bercak putih seperti
krim yang menunjukkan kandidiasi.
i. Leher : kaku kuduk ( penyebab kelainan neurologic karena infeksi jamur Cryptococcus
neoformans), biasanya ada pembesaran kelenjer getah bening,
j. Jantung : Biasanya tidak ditemukan kelainan
k. Paru-paru : Biasanya terdapat nyeri dada, terdapat retraksi dinding dada pada pasien
AIDS yang disertai dengan TB, Napas pendek (cusmaul), sesak nafas (dipsnea).
l. Abdomen : Biasanya terdengar bising usus yang Hiperaktif
m. Kulit : Biasanya ditemukan turgor kulit jelek, terdapatnya tanda-tanda lesi (lesi
sarkoma kaposi).
n. Ekstremitas : Biasanya terjadi kelemahan otot, tonus otot menurun, akral dingin.
12. Masalah Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Kriteria dan Hasil Intervensi


Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia :
dengan proses penyakit keperawatan selama 3 x 24 Observasi
infeksi jam diharapkan
−        Identifikasi penyebab
keseimbangan cairan
hipertermia
meningkat dengan kriteria
hasil : −        Monitor suhu tubuh
a. Asupan cairan meningkat
b. Kelembaban membrane −        Monitor kadar
mukosa elektrolit
c. Asupan makanan −        Monitor haluaran
meningkat urine
d. Dehidrasi menurun
e. Tekanan darah membaik −        Monitor komplikasi
f. Denyut nadi radial akibat hipertermia
membaik Terapeutik
g. Membran mukosa
membaik −        Sediakan lingkungan
h. Turgor kulit membaik yang dingin
i. Berat badan membaik
−        Longgarkan atau
lepaskan pakaian
−        Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
−        Berikan cairan oral
−        Ganti linen setiap hari
atau lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
−        Lakukan pendinginan
eksternal (misal selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, axilla)
−        Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
−        Berikan oksigen jika
perlu
Edukasi
−        Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
−        Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena
Defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan tindakan a. Manajemen nutrisi
dengan ketidakmampuan keperawatan selama 3 x 24 - Observasi
menelan makanan jam diharapkan status 1. Identifikasi status nutrisi
nutrisi dengan kriteria hasil 2. Identifikasi kebutuhan
a. Porsi makanan yang di kalori dan jenis nutrien
habiskan meningkat 3. Monitor asupan makanan
b. Kekuatan otot menelan 4. Monitor berat badan
meningkat - Terapeutik
c. Serum albumin 1. Lakukan oral hygiene
meningkat sebelum makan, jika perlu
d. Perasaan cepat kenyang 2. Fasilitasi menentukan
menurun pedoman diet
e. Sariawan menurun 3. Berikan makanan tinggi
f. Diare menurun kalori dan tinggi protein
g. Nafsu makan membaik - Edukasi
h. Bising usus membaik 1. Ajarkan diet yang
i. Membran mukosa diprogramkan
membaik - Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan
Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan asuhan Pencegahan Infeksi
dengan malnutrisi keperawatan selama 3 x 24 - Observasi
jam diharapkan tingkat 1. Monitor tanda dan gejala
infeksi menurun dengan infeksi lokal dan sistemik
kriteria hasil : - Terapeutik
a. Nafsu makan meningkat 1. Batasi jumlah pengunjung
b. Kebersihan badan dan - Edukasi
tangan meningkat 1. Jelaskan tanda dan gejala
c. Demam menurun infeksi
d. Kemerahan menurun 2. Ajarkan etika batuk
e. Nyeri menurun 3. Ajarkan cara memeriksa
f. Cairan berbau busuk kondisi luka
menurun 4. Anjurkan meningkatkan
g. Sputum berwarna hijau asupan nutrisi
menurun 5. Anjutkan meningkatkan
h. Lelargi menurun asupan cairan
i. Kadar sel darah putih
membaik
j. Kultuh darah, urine,
sputum, area luka, fesef
membaik
Nyeri kronis berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
dengan gangguan imunitas asuhan keperawatan selama
- Observasi 
(penyakit HIV) 3 x 24 jam diharapkan
tingkat nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi,
dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi,
1. Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas,
2. Meringis, kesulitan tidur, intensitas nyeri 
gelisah, bersikap protektif
menurun 2. Identifikasi skala nyeri 
3. Menarik diri mneurun 3. Identifikasi respon nyeri
4. Mual muntah menurun non verbal 
5. Frekuensi nadi membaik
6. Proses berpikir menurun 3. Identifikasi faktor yang
7. Nafsu makan membaik memperberat dan
memperingan nyeri 
4. Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang
nyeri 
5. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri 
6. Identifikasi pengaruh
nyeri terhadap kualitas
hidup 
7. Monitor keberhasilan
terapi komplementer yang
sudah diberikan 
8. Monitor efek samping
penggunaan analgesik 
- Terapeutik
1. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(misal TENS, hipnosis,
akupresur, terapi musaik,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/ dingin,
terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri 
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur 
4. Pertimbangkan jenis
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri 
- Edukasi 
1. Jelaskan penyebab
periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri 
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri 
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat 
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri 
- Kolaborasi 
1.  Kolaborasi pemberian
analgetik

KOMP. DIII KEPERAWATAN


KEPERAWAT FAKULTAS KEDOKTERAN
AN UNIVERSITAS SULTAN AGENG
KOMPREHEN TIRTAYASA
SIF
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
KOMPRES HANGAT
AREA
KOMPETENSI
MOBILISASI PROSEDUR TINDAKAN/BUKTI SCORE

1 2 3 4 5

Pengertian Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat


pada daerah tertentu dengan menggunakan
cairan atau alat yang menimbulkan hangat
padabagian tubuh yang memerlukan. Pemberian
kompres dilakukan pada radang persendian,
kekejangan otot, perut kembung, dan
kedinginan.

Tujuan 1. Memperlancar sirkulasi darah


2. Menurunkan suhu tubuh
3. Mengurangi rasa sakit
4. Memberi rasa hangat,nyaman dan tenang
pada klien
5. Memperlancar pengeluaran eksudat
6. Merangsang peristaltik usus

Indikasi 7. Klien yang kedinginan(suhu tubuh yang


rendah)
8. Klien dengan perut kembung
9. Klien yang punya penyakit peradangan,
seperti radang persendian
10. Sepasme otot
11. Adanya abses, hematoma

Tahap Pra- 12. Melakukan verifikasi/validasi klien


Interaksi 13. Memberikan salam
14. Perawat memperkenalkan diri dan
menjelaskan tujuan prosedur tindakan pada
keluarga klien
15. Menanyakan kesediaan keluarga
16. Mencuci tangan

Tahap 17. Memberikan salam


Orientasi 18. Perawat memperkenalkan diri dan
menjelaskan tujuan prosedur tindakan pada
keluarga klien
19. Menanyakan kesediaan keluarga
20. Mencuci tangan

Tahap Kerja Alat dan Bahan :


1. Baskom berisi air hangat sesuai kebutuhan
(40- 46c)
2. Bak seteril berisi dua buah kasa beberapa
potong dengan ukuran yang sesuai
3. Kasa perban atau kain segitiga
4. Pengalas
5. Sarung tangan bersih di tempatnya
6. Bengkok dua buah (satu kosong, satu berisi
larutan Lysol 3%)
7. Waslap 4 buah/tergantung kebutuhan
8. Pinset anatomi 2 buah
Tahap Kerja :
9. Dekatkan alat-alat ke klien
10. Perhatikan privacy klien
11. Cuci tangan
12. Atur posisi klien yang nyaman
13. Pasang pengalas dibawah daerah yang akan
dikompres
14. Kenakan sarung tangan lalu buka balutan
perban bila diperban. Kemudian, buang
bekas balutan ke dalam bengkok kosong
15. Ambil beberapa potong kasa dengan pinset
dari bak seteril, lalu masukkan ke dalam
kom yang berisi cairan hangat.
16. Kemudian ambil kasa tersebut, lalu
bentangkan dan letakkan pada area yang
akan dikompres
9. Bila klien menoleransi kompres hangat
tersebut, lalu ditutup/dilapisi dengan kasa
kering. Selanjutnya dibalut dengan kasa
perban atau kain segitiga
10. Lakukan selama 15 - 30 menit atau
sesuai program dengan anti balutan kompres
tiap 5 menit
11. Lepaskan sarung tangan
12. Atur kembali posisi klien dengan posisi
yang nyaman
13. Bereskan semua alat-alat untuk
disimpan kembali
14. Cuci tangan

TAHAP 1. Evaluasi hasil tindakan


TERMINASI 2. Berpamitan dengan keluarga pasien
3. Mencuci tangan

DOKUMENT Dokumentasikan meliputi nama pasien, waktu


ASI dan respon pasien
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, D. (2020). Studi Literatur: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hiv/Aids Dengan
Masalah Keperawatan Defisiensi Pengetahuan Tentang Infeksi Oportunistik (Doctoral
Dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo).
Novitasari, I. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Hiv/Aids Dengan
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Di Paviliun Cempaka Rsud Jombang (Doctoral
Dissertation, Universitas Pesantren Tinggi Darul'ulum).
Nursalam, N., Ninuk, D. K., & Solikhah, F. K. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Terinfeksi Hiv Aids. 2018. Edisi2.
Tim Pokja DPP PPNI. 2017. STANDAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN INDONESIA
DEFINISI DAN INDIKATOR DIAGNOSTIK. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja DPP PPNI. 2017. STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA
DEFINISI DAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja DPP PPNI. 2017. STANDAR INTERRVENSI KEPERAWATAN
INDONESI DEFINISI DAN TINDAKAN KEPERAWATAN. Jakarta Selatan: DPP
PPNI

Anda mungkin juga menyukai