DI RUANG CEMPAKA
SITI FARIDA
344070180034
FAKULTAS KEDOKTERAN
2021
PRAKTIK KEPERAWATAN KOMPREHENSIF
PRODI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
HIV merupakan salah satu penyakit menular seksual yang berbahaya di dunia
(Silalahi, Lampus, dan Akili, 2013). Seseorang yang terinfeksi HIV dapat diibaratkan
sebagai gunung es (Lestary, Sugiharti dan Susyanty, 2016) yang dimana HIV memang
tidak tampak tetapi penyebarannya mengakibatkan banyaknya kasus HIV baik di
Indonesia maupun di dunia. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis
virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan
AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas
menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4
sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel limfosit. Karena
berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah
putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk
ke tubuh manusia.
Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau retroviridae.
Virus ini secara material genetik adalah virus RNA yang tergantung pada enzim
reverse transcriptase untuk dapat menginfeksisel mamalia, termasuk manusia, dan
menimbulkan kelainan patologi secara lambat. Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1
dan HIV-2. Masing-masing grup mempunyai lagi berbagai subtipe, dan masing-
masing subtipe secara evolusi yang cepat mengalami mutasi.Diantara kedua grup
tersebut, yang paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh
dunia adalah grup HIV-1 (Zein, 2006).
HIV adalah virus yang menumpang hidup dan merusak sistem kekebalan tubuh.
Sedangkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala
penyakit yang disebabkan oleh virus HIV. (Brunner&Suddarth; edisi 8). Human
Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang bereplikasi didalam sistem imun tubuh
dan merupakan salah satu retrovirus karena dapat mengubah urutan sistem rantai
Deoxyribonucleic Acid (DNA) menjadi Ribonucleic Acid (RNA) setelah masuk ke dalam
sel inang (Price & Wilson, 2006; Pinsky & Douglas, 2009; Corwin, 2008).
2. Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut Human Immunodeficiency Virus
(HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-
1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2.
HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka
untuk memudahkan keduanya disebut HIV. Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari
lima fase yaitu :
1) Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
2) Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
3) Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4) Supresi imun simtomatik. Di atas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam
hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
5) AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai sistem
tubuh, dan manifestasi neurologist.
3. Patofisiologi
Virus HIV masuk ke dalam tubuh manusia melalui perantara darah, semen dan
secret vagina. Human Immunodeficiency Virus (HIV) tergolong retrovirus yang
mempunyai materi genetik RNA yang mampu menginfeksi limfosit CD4 (Cluster
Differential Four), dengan melakukan perubahan sesuai dengan DNA inangnya (Price &
Wilson, 2006; Pasek, dkk., 2008; Wijaya, 2010). Virus HIV cenderung menyerang jenis
sel tertentu, yaitu sel-sel yang mempunyai antigen CD4 terutama limfosit T4 yang
memegang peranan penting dalam mengatur dan mempertahankan sistem kekebalan
tubuh. Virus juga dapat menginfeksi sel monosit makrofag, sel Langerhans pada kulit, sel
dendrit folikuler pada kelenjar limfe, makrofag pada alveoli paru, sel retina, sel serviks
uteri dan sel-sel mikroglia otak. Virus yang masuk kedalam limfosit T4 selanjutnya
mengadakan replikasi sehingga menjadi banyak dan akhirnya menghancurkan sel limfosit
itu sendiri (Price & Wilson, 2006; Departemen Kesehatan RI, 2003).
Dengan menurunnya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin lemah secara
progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T
penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dapat tetap
tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini,
jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi
mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi. Sewaktu sel T4
mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi (herpes zoster dan jamur oportunistik) muncul,
Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus
berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS
apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi
opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
Kejadian awal yang timbul setelah infeksi HIV disebut sindrom retroviral akut
atau Acute Retroviral Syndrome. Sindrom ini diikuti oleh penurunan jumlah CD4 dan
peningkatan kadar RNA HIV dalam plasma. CD4 secara perlahan akan menurun dalam
beberapa tahun dengan laju penurunan CD4 yang lebih cepat pada 1,5 – 2,5 tahun
sebelum pasien jatuh dalam keadaan AIDS. Viral load (jumlah virus HIV dalam darah)
akan cepat meningkat pada awal infeksi dan pada fase akhir penyakit akan ditemukan
jumlah CD4 < 200/mm3 kemudian diikuti timbulnya infeksi oportunistik, berat badan
turun secara cepat dan muncul komplikasi neurulogis. Pada pasien tanpa pengobatan
ARV, rata-rata kemampuan bertahan setelah CD4 turun < 200/mm3 adalah 3,7 tahun
(Pinsky & Douglas, 2009; Corwin, 2008).
4. Manifestasi Klinis
Acquired Immunodeficiency Sindrom (AIDS) memiliki beragam manifestasi
klinis dalam bentuk keganasan dan infeksi opurtunistik. Jenis keganasan yang paling
sering dijumpai pada keganasan lain yang pernah dilaporkan terjadi pada pasien yang
terinfeksi HIV adalah myeloma multipel, leukemia limfositik akut sel B, limfoma
limfoblastik T, penyakit Hodgkin, karsinoma anus, karsinoma sel skuamosa di lidah,
karsinoma adenoskuamosa paru, adenokarsinoma kolon dan pankreas, kanker serviks,
dan kanker testis (Price & Wilson, 2006; Smeltzer & Bare, 2010).
Pasien AIDS rentan terhadap terhadap infeksi protozoa, bakteri, fungus, dan virus.
Pneumonia Pnuemocytis Carinii (PPC) adalah infeksi serius yang paling sering dijumpai
dengan gejala panas yang pendek, sesak nafas, batuk, nyeri dada, dan demam. Hal ini
hampir serupa tanda dan gejalanya dengan pasien AIDS yang disertai Tuberkulosis (TB)
karena Mycobacterium tuberculosis. Infeksi lainnya seperti fungus antara lain
kandidiasis, kriptokokosis, dan histoplasmosis. Infeksi opurtunistik yang disebabkan oleh
virus sangat beragam dan merupakan penyebab semakin parahnya patologi yang terjadi
(Price & Wilson, 2006; Smeltzer & Bare, 2014).
5. Klasifikasi
a. Fase 1
Umur infeksi 1 – 6 bulan (sejak terinfeksi HIV) individu sudah terpapar dan terinfeksi.
Tetapi ciri – ciri terinfeksi belum terlihat meskipun ia melakukan tes darah. Pada fase ini
antibody terhadap HIV belum terbentuk. Bisa saja terlihat/mengalami gejala – gejala
ringan, seperti flu (biasanya 2 – 3 hari dan sembuh sendiri).
b. Fase 2
Umur infeksi: 2 – 10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada fase kedua ini individu sudah
positif HIV dan belum menampakkan gejala sakit. Sudah dapat menularkan pada orang
lain. Bisa saja terlihat/mengalami gejala – gejala ringan, seperti flu (biasanya 2 – 3 hari
dan sembuh sendiri).
c. Fase 3
Mulai muncul gejala – gejala awal penyakit. Belum disebut gejala AIDS. Gejala – gejala
yang berkaitan antara lain keringat yang berlebihan pada waktu malam, diare terus
menerus, pembengkakan kelenjar getah bening, flu yang tidak sembuh – sembuh, nafsu
makan berkurang dan badan menjadi lemah, serta berat badan terus berkurang. Pada fase
ketiga ini sistem kekebalan tubuh mulai berkurang.
d. Fase 4
Sudah masuk fase AIDS. AIDS baru dapat terdiagnosa setelah kekebalan tubuh sangat
berkurang dilihat dari jumlah sel T nya. Timbul penyakit tertentu yang disebut dengan
infeksi oportunistik yaitu TBC, infeksi paru – paru yang menyebabkan radang paru –
paru dan kesulitan bernafas, kanker, khususnya sariawan, kanker kulit atau sarcoma
kaposi, infeksi usus yang menyebabkan diare parah berminggu – minggu, dan infeksi
otak yang menyebabkan kekacauan mental dan sakit kepala (Hasdianah & Dewi, 2014)
6. Farmakorapi
Untuk menahan lajunya tahap perkembangan virus beberapa obat yang ada adalah
antiretroviral dan infeksi oportunistik. Obat antiretroviral adalah obat yang dipergunakan
untuk retrovirus seperti HIV guna menghambat perkembangbiakan virus. Obat-obatan
yang termasuk antiretroviral yaitu AZT, Didanoisne, Zaecitabine, Stavudine. Obat infeksi
oportunistik adalah obat yang digunakan untuk penyakit yang muncul sebagai efek
samping rusaknya kekebalan tubuh. Yang penting untuk pengobatan oportunistik yaitu
menggunakan obat-obat sesuai jenis penyakitnya, contoh: obat-obat anti TBC, dll
(Hasdianah dkk, 2014).
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes untuk mendiagnosa infeksi HIV , yaitu :
- ELISA
- Western blot
- P24 antigen test
- Kultur HIV
2. Tes untuk mendeteksi gangguan sistem imun, yaitu :
- Hematokrit
- LED
- Rasio CD4 / CD Limposit
- Serum mikroglobulin B2
- Hemoglobin
8. Penatalaksanaan Medis
a. Pengobatan Suporatif
Tujuan :
1) Meningkatkan keadaan umum pasien
2) Pemberian gizi yang sesuai
3) Obat sistometik dan vitamin
4) Dukungan Pasienikologis
b. Pengobatan infeksi oportunistik
1. Untuk infeksi :
- Kardidiasis eosofagus
- Tuberculosis
- Toksoplasmosis
- Herpes
- Pcp
- Pengobatan yang terkait AIDS, limfoma malignum, sarcoma Kaposi dan
sarcoma servik, disesuaikan dengan standar terapi penyakit kanker
2. Terapi :
- Flikonasol
- Rifamfisin, INH , Etambutol, Piraziramid, Stremptomisin - Pirimetamin,
Sulfadiazine, Asam folat
- Ansiklovir
- Kotrimoksazo
c. Pengobatan anti retro virus
Tujuan :
- Mengurangi kematian dan kesakitan
- Menurunkan jumlah virus
- Meningkatkan kekebalan tubuh
- Mengurangi resiko penularan
9. Komplikasi
Komplikasi dengan penyakit HIV-AIDS, yaitu : Penurunan sistem kekebalan tubuh
akibat virus HIV (Human Immuno Deficiency Virus), menyebabkan tubuh mudah
diserang penyakitpenyakit.
1. Tuberkulosis Paru
2. Pneumonia Premosistis
3. Berbagai macam penyakit kanker
10. Diet/Nutrisi
Menurut Nursalam (2011) nutrisi yang sehat dan seimbang diperlukan pasien HIV AIDS
untuk mempertahankan kekuatan, meningkatkan fungsi sistem imun, meningkatkan
kemampuan tubuh, utuk memerangi infeksi, dan menjaga orang yang hidup dengan
infeksi HIV AIDS tetap aktif dan produktif. Defisiensi vitamin dan mineral bisa dijumpai
pada orang dengan HIV, dan defisiensi sudah terjadi sejak stadium dini walaupun pada
ODHA mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang. Defisiensi terjadi karena HIV
menyebabkan hilangnya nafsu makan dan gangguan absorbsi szat gizi. Untuk mengatasi
masalah nutrisi pada pasien HIV AIDS, mereka harus diberikan makanan tinggi kalori,
tinggi protein, kaya vitamin dan mineral serta cukup air.
11. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, diagnosa medis, No. MR
b. Keluhan utama
Dapat ditemukan pada pasien AIDS dengan manifestasi respiratori ditemui keluhan
utama sesak nafas. Keluhan utama lainnya ditemui pada pasien HIV AIDS yaitu, demam
yang berkepanjangan (lebih dari 3 bulan), diare kronis lebih dari satu bulan berulang
maupun terus menerus, penurunan berat badan lebih dari 10%, batuk kronis lebih dari 1
bulan, infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan oleh jamur Candida Albicans,
pembengkakan kelenjer getah bening diseluruh tubuh, munculnya Harpes zoster berulang
dan bercak-bercak gatal diseluruh tubuh.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Dapat ditemukan keluhan yang biasanya disampaikan pasien HIV AIDS adalah : pasien
akan mengeluhkan napas sesak (dispnea) bagi pasien yang memiliki manifestasi
respiratori, batuk-batuk, nyeri dada dan demam, pasien akan mengeluhkan mual, dan
diare serta penurunan berat badan drastis.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien pernah dirawat karena penyakit yang sama. Adanya riwayat penggunaan
narkotika suntik, hubungan seks bebas atau berhubungan seks dengan penderita
HIV/AIDS, terkena cairan tubuh penderita HIV/AIDS.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya pada pasien HIV AIDS adanya anggota keluarga yang menderita penyakit
HIV/AIDS. Kemungkinan dengan adanya orang tua yang terinfeksi HIV. Pengkajian
lebih lanjut juga dilakukan pada riwayat pekerjaan keluarga, adanya keluarga bekerja di
tempat hiburan malam, bekerja sebagai PSK (Pekerja Seks Komersial).
2. Pola aktivitas sehari-hari (ADL)
a. Pola presepsi dan tata laksanaan hidup sehat
Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan menglami perubahan atau gangguan pada personal
hygiene, misalnya kebiasaan mandi, ganti pakaian, BAB dan BAK dikarenakan kondisi
tubuh yang lemah, pasien kesulitan melakukan kegiatan tersebut dan pasien biasanya
cenderung dibantu oleh keluarga atau perawat.
b. Pola Nutrisi
Biasanya pasien dengan HIV/AIDS mengalami penurunan nafsu makan, mual, muntah,
nyeri menelan, dan juga pasien akan mengalami penurunan BB yang cukup drastis dalam
waktu singkat (terkadang lebih dari 10% BB).
c. Pola Istirahat dan tidur
Biasanya pasien dengan HIV/AIDS pola istirahat dan tidur mengalami gangguan karena
adanya gejala seperi demam dan keringat pada malam hari yang berulang. Selain itu juga
didukung oleh perasaan cemas dan depresi pasien terhadap penyakitnya.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Gambaran Umum : ditemukan pasien tampak lemah.
b. Kesadaran pasien : Compos mentis cooperatif, sampai terjadi penurunan tingkat
kesadaran, apatis, samnolen, stupor bahkan coma.
c. Vital sign :
TD : Biasanya ditemukan dalam batas normal
Nadi : Terkadang ditemukan frekuensi nadi meningkat
Pernafasan :Biasanya ditemukan frekuensi pernafasan meningkat
Suhu :Biasanya ditemukan Suhu tubuh menigkat karena demam.
d. BB : Biasanya mengalami penurunan (bahkan hingga 10% BB)
TB : Biasanya tidak mengalami peningkatan (tinggi badan tetap)
e. Kepala : Biasanya ditemukan kulit kepala kering karena dermatitis seboreika
f. Mata : Biasanya ditemukan konjungtiva anemis, sclera tidak ikhterik, pupil isokor,
reflek pupil terganggu,
g. Hidung : Biasanya ditemukan adanya pernafasan cuping hidung.
h. Gigi dan Mulut: Biasanya ditemukan ulserasi dan adanya bercak-bercak putih seperti
krim yang menunjukkan kandidiasi.
i. Leher : kaku kuduk ( penyebab kelainan neurologic karena infeksi jamur Cryptococcus
neoformans), biasanya ada pembesaran kelenjer getah bening,
j. Jantung : Biasanya tidak ditemukan kelainan
k. Paru-paru : Biasanya terdapat nyeri dada, terdapat retraksi dinding dada pada pasien
AIDS yang disertai dengan TB, Napas pendek (cusmaul), sesak nafas (dipsnea).
l. Abdomen : Biasanya terdengar bising usus yang Hiperaktif
m. Kulit : Biasanya ditemukan turgor kulit jelek, terdapatnya tanda-tanda lesi (lesi
sarkoma kaposi).
n. Ekstremitas : Biasanya terjadi kelemahan otot, tonus otot menurun, akral dingin.
12. Masalah Keperawatan
1 2 3 4 5