Kusdi Arianandi Nim 4022019049 UTS EMI UNIT 1
Kusdi Arianandi Nim 4022019049 UTS EMI UNIT 1
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa atas segala limpahan rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam memahami
memahami materi kita tentang “Sejarah Pemikiran EkonomiIslam Klasik dan Kontemporer”.
Terima kasih kami ucapkan kepada kepada Bapak Alfian, M.E. selaku dosen mata
kuliah Ekonomi Mikro Islam yang telah membantu baik secara moral maupun materi
sehingga pemakalah bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca maupun pemakalah. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang kami miliki masih kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Terdapat dua istilah yang sering digunakan untuk ekonomi Islam, yaitu ekonomi
syariah dan ekonomi Islam. Keduanya merujuk satu azas, yakni ekonomi yang berdasarkan
prinsip syariah. Perkembangan pemikiran ekonomi Islam secara umum dimulai dari
diturunkannya ayat-ayat tentang ekonomi dalam Alquran. Dari ayat-ayat tersebut
menunjukkan bahwa Islam telah menetapkan pokok pemikiran ekonomi sejak disyariatkan
Islam atau sejak Rasulullah SAW ditunjuk sebagai Rasul. Masalah-masalah ekonomi menjadi
perhatian Rasulullah SAW karena masalah ekonomi merupakan pilar penyangga keimanan
yang harus diperhatikan. Selanjutnya, kebijakan-kebijakan Rasulullah SAW dijadikan
pedoman oleh para penggantinya dalam memutuskan masalah masalah ekonomi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Setelah Rasulullah wafat, Abu Bakar melanjutkan praktik perekonomian Islam dengan
menitik beratkan pada keakuaratan pembayaran zakat. Dengan menindak tegas dan
memerangi suku-suku yang menolak membayar zakat. Pada masa Umar, praktik ekonomi
Islam semakin luas dan semakin maju seiring ditaklukkannya negera-negara di sekitar jazirah
Arabia yang meliputi Romawi timur (Syiria, Palestina dan Mesir) dan seluruh Persia
termasuk Irak, titik berat praktik ekonomi Islam pada masa Umar ini pada pengelolaan Baitul
Mal dan pajak pengelolaan tanah (kharaj) yang disita dari negera yang ditaklukkan. Pada
masa Utsman, ia mengambil kebijakan tidak mengambil upah dari kantornya. Sebaliknya, ia
meringankan beban pemerintah dalam hal-hal yang serius, bahkan menyimpan uangnya di
bendahara negara. Pada masa Ali bin Abi Thalib, pajak terhadap para pemilik hutan sebesar
4
4000 dirham dan mengizinkan Ibnu Abbas, gubernur Kufah, memungut zakat terhadap
sayuran segar yang akan digunakan sebagai bumbu masakan. Pada sama pemerintahannya
juga, Ali mempunyai prinsip bahwa pemerataan distribusi uang rakyat yang sesuai dengan
kapasitasnya.
Akan tetapi, pada masa ini bentuk permasalahan perekonomian belum variatif, sehingga
teori-teori tentang ekonomi yang muncul belum beragam.1
2. Ekonomi Kontemporer
Pengertian dari pemikiran islam kontemporer ialah pemikiran Islam yang berkembang
pada masa modern (abad 19 masehi) hingga kini. Pemikiran islam kontemporer memiliki ciri
yakni bersifat agresif yang berkembang dengan metodo pemikiran baru dalam menafsirkan
Al-Qur’an dan peradaban Islam. Islam kontemporer merupakan gerakan pemikiran Islam
yang berasal dari kalangan intelektual Islam dalam menafsirkan kembali pemikiran Islam
klasik dengan situasi modern. Tokoh dari pemikiran islam kontemporer antara lain adalah
Muhammad Abdul Mannan, M. Nejatullah Siddiqi, Yusuf Qardhawi, Syede Nawab Haider
Naqvi, Monzer Khaf, Muhammad Baqir As-Sadq, Umer Chapra dan tokoh ekonomi islam
pada masa sekarang.2 pemikiran Islam kontemporer di Indonesia yang dilakukan oleh kaum
intelektual muslimnya sedikit terjadi kolaborasi pemikiran antara pemikiran Islam
kontemporer yang berasal dari jazirah Arab dan pemikiran Islam kontemporer yang
dikembangkan oleh para Islamolog yang ada di universitas-universitas di Barat. Pemikiran
islam kontemporer terdiri dari tradisionalis, radikalis, dan pluralism. Tradisionalis adalah
ajaran Islam yang mengalir dan berjalan pada tradisi-tradisi di daerah tersebut. Pluralism
adalah ajaran Islam yang mengutamakan nilai-nilai sosial dan budaya. Radikalis ialah ajaran
Islam yang memegang teguh Al-Qur'an dan Sunnah.
1
Havis Aravik, sejarah pemikiran ekonomi Islam kontemporer edisi pertama,( Depok: kencana,2017) hal.2
2
M. Nur Rianto Al Arif & Dr. Euis Amalia, Teori Mikro Ekonomi: Suatu Perbandingan Ekonomi Islam dan
Ekonomi Konvensional edisi pertama, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 7
5
yang memang menciptakan manusia dan segala isi dunia ini. Usaha keras dan strategi
manusia dalam ekonomi, Allah memperingatkan bahwa hal tersebut Allah lah yang mengatur
dan memberikan. Tentu saja tanpa sunnatullah yang Allah tetapkan manusia tidak akan bisa
menjalankan kehidupan ekonomi. Semuanya bergantung kepada hukum Sunnatullah, seperti
mekanisme di Alam, pengaturan siklus hidup manusia, dsb.
2. kebermanfaatan.
Asas sistem ekonomi islam ini mengarahkan agar manusia senantiasa mendapatkan
kebaikan, maanfaat, keberuntungan bukan justru mengarahkan kepada kebinasaan atau
sesuatu yang mencelakakakn. Salah satu contoh asas kebermanfaatan ini adalah larangan
Allah terhadap ekonomi melalui judi. Judi adalah aktiivitas yang sangat spekulasi, gembling,
merugikan karena tidak ada ikhtiar dan usaha manusia, tidak ada keadilan antar sesamanya,
juga tidak ada pengoptimalan sumber daya yang telah Allah berikan.
3. Asas Keadilan
Keadilan islam bukanlah sama rata sama rasa, sama seluruhnya, atau dibagi rata secara
keseluruhan. Keadilan islam adalah manusia akan mendapatkan apa yang di ikhtiarkannya
namun tidak melupakan orang-orang yang membutuhkan di sekitarnya. Pembagian harta
pada orang-orang yang membutuhkan tentu tidak 100%. Ada harta wajib yang harus
dikeluarkan dan ada juga yang bersifat sunnah dan sukarela. Tentu nilai pahalanya akan
berbeda jika diberikan dengan harta yang kuantitas dan berkualitas, serta sesuai dengan
kebutuhan atau problematika ummat saat itu.
5. Asas Kemanusiaan
Pada hakikatnya asas sistem ekonomi islam berorientasi kepada kemanusiaan. Hal ini
dapat dilihat salah satunya dari asnaf atau penerima zakat. Islam mengangkat dan
mengorientasikan dana sosial itu kepada para fakir dan miskin, budak, orang yang tidak
6
mampu membayar hutang, muallaf, orang yang dalam perjalanan, dan juga Fisabilillah.
Asnaf tersebut diberikan zakat agar mereka dapat melangsungkan kehidupan lebih baik dan
sesuai dengan taraf hidup. Tentunya hal tersebut sangat menjunjung tinggi kemanusiaan.
Sumber daya dipandang sebagai amanah yang diberikan Allah kepada manusia,
sehingga pemanfaatannya harus bisa dipertanggungjawabkan di akhirat. Artinya,
manusia harus menggunakan sumber daya untuk kegiatan yang bermanfaat, baik
untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain.
Kepemilikan pribadi tetap diakui. Namun, dalam batas-batas tertentu yang berkaitan
dengan kepentingan masyarakat dan tidak mengakui pendapatan yang diperoleh
secara tidak sah.
Bekerja merupakan penggerak utama kegiatan ekonomi syariah. Islam menganjurkan
manusia untuk bekerja dan berjuang untuk mendapatkan materi dengan berbagai cara,
asalkan tetap mengikuti aturan yang telah ditetapkan dalam islam.
Kepemilikan kekayaan tidak boleh hanya dimiliki oleh segelintir orang. Setiap orang
harus berperan sebagai kapital produktif yang akan meningkatkan besaran produk
nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Islam menjamin kepemilikan masyarakat dan penggunaannya disalurkan untuk
kepentingan orang banyak.
Islam menjamin kebebasan individu. Namun kebebasan tersebut tidak boleh
melanggar aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Seorang muslim harus tunduk pada Allah SWT. Dengan begitu akan mendorong
seorang muslim menjauhkan diri dari hal-hal yang berhubungan dengan keburukan.
Zakat wajib dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab). Zakat
adalah alat distribusi sebagian kekayaan orang yang ditujukan untuk orang miskin dan
mereka yang membutuhkan.
Islam melarang berbagai macam bentuk riba.
7
Islam memperkenankan negara untuk mengatur masalah perekonomian.
1. Mewujudkan integritas seorang muslim yang kaffah, sehingga islam-nya tidak lagi
setengah-setengah. Apabila ditemukan ada umat muslim yang masih bergelut dan
mengamalkan ekonomi konvensional, menunjukkan bahwa keislamannya belum
kaffah.
2. Menerapkan dan mengamalkan ekonomi syariah melalui lembaga keuangan islam,
baik berupa bank, asuransi, pegadaian, maupun BMT (Baitul Maal wat Tamwil) akan
mendapatkan keuntungan dunia dan akhirat. Keuntungan di dunia diperoleh melalui
bagi hasil yang diperoleh, sedangkan keuntungan di akhirat adalah terbebas dari
unsur riba yang diharamkan oleh Allah.
3. Praktik ekonomi berdasarkan syariat islam mengandung nilai ibadah, karena telah
mengamalkan syariat Allah. Mengamalkan ekonomi syariah melalui lembaga
keuangan syariah, berarti mendukung kemajuan lembaga ekonomi umat Islam.
4. Mengamalkan ekonomi syariah dengan membuka tabungan, deposito atau menjadi
nasabah asuransi syariah berarti mendukung upaya pemberdayaan ekonomi umat.
Sebab dana yang terkumpul akan dihimpun dan disalurkan melalui sektor
perdagangan riil.
5. Mengamalkan ekonomi syariah berarti ikut mendukung gerakan amar ma'ruf nahi
munkar. Sebab dana yang terkumpul pada lembaga keuangan syariah hanya boleh
disalurkan kepada usaha-usaha dan proyek yang halal.
8
lain: 3
dan akhirat.
4. Al-Jam’u bayna al-tsabat wa al-murunah (penggabungan antara yang tetap dan yang
lunak).
Islam membolehkan manusia untuk beraktivitas ekonomi sebebas-bebasnya selama
tidak bertentangan dengan larangan yang sudah ditetapkan, yang sebagian besar berakibat
pada kerugian orang lain.
3
Ika Yunia Fauzia & Abdul Kadir Riyadi, Prinisip dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid Al-Syariah Edisi
pertama, (Jakarta: Kencana, 2014)Hal.31
9
6. Al-Tawazun bayna al-madiyah wa al-rukhiyah (keseimbangan antara materi dan
spiritual)
Islam memotivasi manusia untuk mencari rezeki serta memanfaatkannya sesuai
kebutuhan dan bukan untuk berlebih-lebihan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah
Swt. karena Allah menyandingkan seseorang yang berprilaku berlebih-lebihan (mubadzir)
dengan setan sebagai saudaranya.
7. Al-Waqi’iyah (realistis)
Ekonomi Islam mendorong tumbuhnya usaha kecil dalam masyarakat serta dapat mengadopsi
segala sistem yang ada dengan menghilangkan unsure keharaman yang ada di dalamnya.
8. Al-Alamiyyah (universal)
Ekonomi Islam merupakan ajaran universal yang dapat dipraktekkan oleh siapa pun dan
dimana pun memiliki tujuan win-win solution yang dapat dideteksi dengan tersebarnya
kemaslahatan diantara manusia dan meniadakan kerusakan di muka bumi.
Konsep tujuan konsumen rasional seorang muslim, bahwa seorang muslim dalam
melakukan konsumsi pengeluaran harus mempertimbangkan perbuatan israf dan tabzir. Di
dalam konsumsi harus memperhatikan barang yang dikonsumsi pada periode waktu tertentu
dan barang tahan lama yang dikuasai dan pengeluaran zakat, infaq, serta shadaqah sebagai
bekal di kehidupan akhirat.
10
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ekonomi islam adalah suatu ilmu pengetahuan sosial yang didalamnya mempelajari
tentang masalah-masalah ekonomi masyarakat yang berbasis islam dan didasari empat
pengetahua yaitu Al-qur'an,sunnah,ijmak,dan qiyas.
Sejarah pemikiran ekonomi lsam di era klasik dimulai dari masa Nabi Muhammad SAW
berada di Madinah hingga masa pemerintahan khulafaurrasyidin. Sedangkan pemikiran islam
kontemporer berkembang pada masa modern (abad 19 masehi) hingga kini.
Dengan menerapkan ekonomi islam bagi para muslim akan mendatangkan banyak
manfaat sekaligus menghindarkan kita dari segala hal yang dilarang dalam agama islam.
3.2 Saran
Mempelajari ekonomi syariah bagi mahasiswa berarti membantu mendukung kemajuan
lembaga ekonomi umat Islam. Ekonomi syariah bisa diterapkan pada berbagai lembaga
seperti bank, pegadaian, asuransi, dan juga Baitul Mal wat Tamwil. Dengan mengamalkan
ilmu ekonomi syariah dalam sehari-hari tentu menambah nilai ibadah sebagai seorang
muslim. Ekonomi syariah merupakan syariat Islam yang memang harus ada di kehidupan
setiap muslim
12
Daftar Pustaka
Aravik, Havis.2017. sejarah pemikiran ekonomi Islam kontemporer edisi pertama. Depok:
kencana
Nur Rianto Al Arif, Muhammad & Dr. Euis Amalia.2010. Teori Mikro Ekonomi: Suatu
Perbandingan Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional edisi pertama. Jakarta: Kencana
Yunia Fauzia, Ika & Abdul Kadir Riyadi. 2014. Prinisip dasar Ekonomi Islam Perspektif
Maqashid Al-Syariah Edisi pertama. Jakarta: Kencana
Gambar 1: Sejarah pemikiran ekonomi klasik dan kontemporer s/d asas-asas Islam
13
Gambar 2: prinsip ekonomi Islam s/d rasionalitas dalam ekonomi Islam
Sejarah pemikiran ekonomi islm pada masa klasik dan kontem porer
14
RUANG LINGKUP DAN MAQASID SYARIAH DALAM EKONOMI MIKRO
ISLAM
DISUSUN
OLEH KELOMPOK: 2
Unit/Semester : 1/4
15
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr . Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah,taufik dan
inayahnya kepada kita semua. Sehingga saya bisa menjalani kehidupan ini sesuai dengan
ridhonya. Syukur Alhamdulilah saya bisa menyelesaikan makalah ini sesuai dengan rencana.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad
SAW. Karena beliau adalah salah satu figur umat yang mampu memberikan syafa’at di hari
kiamat. Selanjutnya saya mengucapakan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing
beserta sahabat dan sahabati juga kepada seluruh pihak pendukung. Saya mohon maaf
sebesar-besarnya apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan
didalamnya. Saya harapkan kritik dan saran yang membangun demi tercapainya makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat untuk penulis dan khususnya untuk pembaca.
Amin Ya Robbal’Alamin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 10
B. Saran ...................................................................................................................... 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
4
Amir Muallim dan Yusdani, Konfigurasi Pemikiran Hukum Islam, Yogyakarta:UII Press, 2001, hal. 49-50.
5
Syamsul Anwar, “Hukum Perjanjian Dalam Islam; Kajian Terhadap Masalah Perizinan(Toestemming) dan Cacat
Kehendak ((Wilsgerbrek)”, Laporan Penelitian Pada Balai Penelitian P3M Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta, Tahun 1996, hal. 3.
C. Tujuan penulisan
Untuk mengetahui pengertian maqasid syariah, dan mengetahui ruang lingkup
maqasid syariah serta mengetahui maqasid syariah dalam pengembangan ekonomi mikro
islam.
BAB II
PEMBAHASAN
6
Abu Hamid al Ghazali, al Mustashfa min ‘Ilm al Ushul , jilid I (Beirut: Dar al Kutub al ‘Ilmiyyah, 1983), h. 286.
yang berbeda jika dilihat dari sisi tujuannya yaitu peringkat primer, sekunder dan
tersier.Dari keterangan tersebut terlihat bahwa maqasid al-Syari’ah sudah mulai
menampakan bentuknya.
Pemikir dan ahli hukum Islam selanjutnya yang membahas secara khusus maqasid
al-Syari’ah adalah Izzuddin ibn Abd al-Salam dari kalangan Syafi’iyyah.Ia lebih banyak
menekankan dan mengelaborasi konsep maslahat secara hakiki dalam bentuk menarik
maslahat dan menolak mafsadat. Menurutnya, maslahat keduniaan tidak dapat dilepaskan
dari tiga tingkatan urutan skala prioritas, yaitu dharuriyyat hajiyyat dan takmilat atau
tatimmat. Lebih jauh lagi ia menyebutkan bahwa taklif harus bermuara pada terwujudnya
kemaslahatan manusia baik di dunia maupun di akhirat. Berdasarkan penjelasan ini dapat
dikatakan bahwa Izzuddin telah berusaha mengembangkan maslahat yang merupakan inti
pembahasan dari maqasid al-Syari’ah.
Penjelasan yang sistematis dan secara khusus serta jelas dilakukan oleh al-Syatibi
dari kalangan Malikiyyah dalam kitabnya al-Muwafaqat fi Usul al-Syari’ah. Dalam kitabnya
yang terkenal tersebut, ia menghabiskan sepertiga dari bukunya untuk membahas maqasid
al-syari’ah. Tentunya pembahasan tentang maslahat pun menjadi bagian yang sangat penting
dalam pembahasannya.Ia dengan secara tegas menyatakan bahwa tujuan utama Allah
menetapkan hukum-hukum-Nya adalah untuk terwujudnya kemaslahatan hidup di dunia dan
akhirat.Karenanya, taklif harus mengarah pada terealisirnya tujuan hukum tersebut.Setiap
suruhan dan larangan yang ada dalam ayat dan hadis tidak terlepas dari upaya memelihara
kemaslahatan.
Fatkhi ad-Daraini mengomentari bahwa hukum-hukum tidaklah dibuat untuk hukum
sendiri melainkan dibuat untuk tujuan kemaslahatan.7 Dengan bahasa yang tidak jauh
berbeda Abu Zahrah menyatakan bahwa tujuan hakiki hukum Islam adalah kemaslahatan.
Tidak satu pun hukum yang disyari’atkan baik dalam al-Qur’an maupun hadits melainkan di
dalamnya terdapat kemaslahatan.8 Pernyataan di atas semakin mempertegas pernyataan al-
Syatibi bahwa sesungguhnya syari’at itu bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan
manusia di dunia dan akhirat.9 Semua kewajiban diciptakan dalam rangka merealisasikan
kemaslahatan hamba. Tak satupun hukum Allah yang tidak mempunyai tujuan hukum.
Dapat dikatakan bahwa kandungan maqasid al-Syari’ah adalah kemaslahatan. Melalui
analisis maqasid al-Syari’ah, kemaslahatan tidak hanya dilihat dalam arti teknis belaka akan
tetapi dalam upaya dinamika dan pengembangan hukum, maqasid al-Syari’ah dilihat sebagai
7
Fatkhi al-Daraini, al-Manahij al-Usuliyyah fi Ijtihad bi al-Ra’yi fi Tasyri’, Damaskus: Dar al-Kitab al-Hadis, 1975,
hal. 28.
8
Muhammad Abu Zahrah, Usul al-Fiqh, Mesir: Dar al-Fikr al-‘Arabi, 1958, hal. 366.
9
Al- Syatibi, Al--Muwafaqat fi Usul al-Syari’ah, Kairo, Mustafa Ahmad, tt., II: 54.
sesuatu yang mengandung nilai filosofis dari hukum-hukum yang disyari’atkan Tuhan
kepada manusia.
Dilihat dari segi kualitas dan kepentingan kemaslahatan itu, para pakar hukum Islam
seperti al Syatibi men-jelaskan bahwa kemaslahatan yang akan diwujudkan itu terbagi
kepada tiga tingkatan, yaitu:
1. Al Maslahah al Dharuriyyah ()المصلحة الضرورية, yaitu kemaslahatan yang
berhubungan dengan kebutuhan pokok manusia yang harus ada atau kebutuhan
primer. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi, akan terancam keselamatan umat
manusia di dunia maupun di akhirat. Kemaslahatan seperti ini ada lima, yaitu
memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara akal dan memelihara keturunan
dan memelihara harta benda.
2. Al Maslahah al Hajiyah ()المصلحة الحاجية, yaitu kemaslahatan yang dibutuhkan dalam
menyempurnakan kemaslahatan pokok (mendasar) yang sebelumnya yang berbentuk
keringanan untuk mempertahankan dan memeli-hara kebutuhan mendasar manusia
atau kebutuhan-kebutuhan sekunder. Apa-bila kebutuhan ini tidak terwujud tidak
sampai mengancam keselamatan, namun mengalami kesulitan.
3. Al Maslahah al Tahsiniyyah ()المصلحة التحسنية, kemaslahatan yang dapat melengkapi
kemaslahatan sebelumnya. Kebutuhan al Tahsiniyyah ialah tingkat kebutuhan yang
apabila tidak terpenuhi tidak mengancam eksistensi salah satu dari lima pokok di
atas dan tidak pula menimbulkan kesulitan. Tingkat ke-butuhan ini berupa kebutuhan
peleng-kap seperti menghindarkan hal-hal yang tidak enak dipandang mata dan
berhias dengan keindahan yang sesuai dengan tuntutan norma dan akhlak.
B. Maqasid syariah dalam pengembangan ekonomi mikro islam
Maqashid syari’ah menduduki posisi yang sangat penting dalam merumuskan
ekonomi syari’ah, menciptakan produk-produk perbankan dan keuangan
syari’ah.Pengetahuan maqashid syariah menjadi syarat utama dalam berijtihad untuk
menjawab berbagai problematika kehidupan ekonomi dan keuangan yang terus berkembang.
Maqashid syariah tidak saja diperlukan untuk merumuskan kebijakan-kebijakan ekonomi,
tetapi juga untuk menciptakan produk-produk perbankan dan keuangan syariah serta teori-
teori ekonomi mikro lainnya. Maqashid syariah juga sangat diperlukan dalam membuat
regulasi perbankan dan lembaga keuangan syariah.
Seorang mujtahid dalam melakukan ijtihad terkadang mengnyampingkan bunyi lafaz dalam
teks al-Qur’an maupun Hadis dan memberinya pengertian baru. Cara ini yang dinamakan
metode makna-wiyah, yang banyak dipergunakan dalam metode qiyas,
istihsan dan maslahah mursalah. Metode penggalian hukum atau dalil hukum seperti qiyas,
istihsan dan maslahah mursalah adalah metode-metode pengembangan hukum yang
didasarkan atas maqasid syari’ah.
1. Qiyas
Metode ini memikirkan makna yang menjadi illat (causa), mengapa sesuatu itu
diperintahkan atau dilarang oleh Allah. Qiyas baru bisa dilaksanakan apabila sudah
ditemukan maqasid syari’ah nya yang merupakan alasan logis (illat) dari suatu hukum.
Salah satu cara memahami maqasid syari’ah menurut al-Syatibiy analisah illat perintah
dan larangan dalam suatu nash.6 Manusia harus berpedoman pada illat tertulis, karena
dengan meng-ikuti illat tertulis sebagai tujuan hukum, perintah dan larangan itu dapat
tercapai. Illat merupakan bagian dari esensi maqasid syari’ah.
Mengenai illat itu, tidak semua dapat diketahui dengan mudah, bahkan ada di
antaranya iilat yang sama sekali tidak dapat diketahui. Jika illat dari suatu perintah atau
larangan dapat diketahui, maka dengan sendirinya maksud syariat pun dapat diketahui,
sebab illat itu sendiri adalah identik dengan maksud syariat. Masalah yang timbul
kemudian jika illat dari suatu perintah atau larangan sulit diketahui atau tidak dapat
diketahui sama sekali. Dalam keadaan seperti ini, kita dapat menghadapi dua
kemungkinan, yakni jika benar-benar illatnya tidak dapat diketahui, maka sebaiknya
untuk semen-tara bersikap tawaqquf, yaitu berhenti untuk mencari illat kemudian
kembali menjadikan perintah atau larangan itu sendiri sebagai illatnya. Dalam hal ini
maksud pokok syariat ialah dipatuhinya perintah dan larangan.10
Pengembangan hukum dengan metode qiyas harus melewati contoh illat yang
dizahirkan oleh Tuhan dalam nash guna merealisasikan maqasid syari’ah. Ibnu al
Qayyim al Jauziah mengatakan bahwa proses qiyas harus selaras dengan perintah dan
larangan syara’, tidak menyampaikan sesuatu yang bertentangan dengan akal sehat dan
tidak akan mensyariatkan sesuatu yang bertentangan dengan keadilan.11
2. Istihsan
Persoalan-persoalan yang telah dike-tahui dan ditetapkan hukumnya dalam nash atau
melalui qiyas, kemudian dalam suatu kondisi bila ketentuan itu diterapkan akan
berbenturan dengan ketentuan atau kepentingan lain yang lebih umum dan lebih layak
menurut syara’ untuk diper-tahankan, maka ketentuan itu dapat ditinggalkan. Ijtihad
seperti ini dikenal dengan istihsan.
Istihsan adalah mengecualikan atau memindahkan hukum suatu peristiwa dari
hukum peristiwa-peristiwa lain yang sejenisnya dan memberikan kepadanya hukum
yang lain karena ada alasan yang kuat bagi pengucualian tersebut. Dengan demikian
maka istihsan adalah kebalikan qiyas, karena qiyas adalah mempersama-kan hukum
suatu peristiwa dengan peristiwa lain yang sejenisnya.
10
Hamka Haq, Falsafat Ushul Fiqhi (Makassar: Yayasan al Ahkam, 2000), h. 234
11
Asafri Jaya Bahkri, Konsep Maqasid syari’ah Menurut al Syatibiy (Jakarta: Raja Grafindo, 1996), h. 136
Dari defenisi istihsan di atas, di-ketahui bahwa istihsan dimaksudkan sebagai cara
untuk menetapkan salah satu di antara dua alternatif hukum yang dianggap lebih dekat
kepada kebutuhan manusia, atau mening-galkan kesulitan untuk kemudahan.
3. Maslahah mursalah
Dalam pembahasan qiyas dijelaskan bahwa qiyas bisa dilakukan apabila ada ayat
atau hadis yang secara khusus yang dapat dijadikan tempat menqiyaskan. Jika tidak ada
ayat atau hadis secara khusus yang akan dijadikan al maqis ‘alaih, tetapi termasuk ke
dalam maqasid syari’ah secara umum maka dilakukan metode maslahah mursalah.
Maslahah mursalah ialah penetapan hukum berdasarkan kepentingan umum
terhadap suatu persoalan yang tidak ada ketetapan hukumnya dalam syariat yang
memerintahkan untuk memperhatikannya atau mengabaikannya.12 Maksud dari
pengambilan maslahah tersebut adalah untuk mewujudkan manfaat, menolak
kemudaratan dan menghilangkan atau menghindarkan kesusahan bagi manusia.
Golongan yang paling banyak mempergunakan metode ini adalah golongan malikiyah.
Abu Zahrah dalam Ushul Fiqh mengemukakan bahwa setidaknya ada tiga alasan yang
diper-gunakan golongan malikiyah terhadap penggunaan metode atau dalil maslahah
mursalah.13
Pertama, para sahabat Nabi telah menerapkan metode maslahah mursalah ini.
Contohnya adalah sahabat Nabi Abu Bakar atas saran Umar bin Khattab mengumpulkan
al Qur’an dalam satu mushaf, dan dalam hal ini tidak pernah dilakukan pada masa Nabi.
Pengumpulan al Qur’an ini di dasarkan pada maslahah, yaitu terpeliharanya al Qur’an
dari sifat kemutawatirannya yang diakibatkan karena banyaknya para sahabat yang
menghafal al Qur’an wafat. Umar bin Khattab tidak memberikan bagian zakat kepada
para muallaf (orang yang baru masuk Islam), karena menurut Umar, kemaslahatan orang
banyak menuntut untuk hal itu. Usman bin Affan menuliskan al Qur’an pada satu logat
bahasa demi memelihara tidak terjadinya perbedaan bacaan al Qur’an itu sendiri.
Kedua, maslahah mursalah jika diterapkan dalam hal yang sejalan dengan maksud
syariat, tentunya metode ini juga dibenarkan. Ayat-ayat al Qur’an atau hadis-hadis
Rasulullah menujukkan bahwa setiap hukum mengandung kemas-lahatan bagi manusia.
Oleh karena itu, memberlakukan maslahah terhadap hukum-hukum lain yang juga
mengan-dung kemaslahatan adalah legal. Dengan demikian menolak maslahah
mursalah berarti menolak metode yang sesuai dengan maqasid syari’ah( tujuan syariat),
dan hal ini merupakan kebathilan.
12
Mukhtar Yahya dan Fatchurrahman, Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqhi Islam (Cet IV; Bandung: al Ma’arif,
1997), h. 105.
13
Muhammad Abu Zahrah, Ushul al Fiqh (Mesir: Dar al Fikr al ‘Araby, t.th.), h 281-282.
Ketiga, sekiranya maslahah mur-salah yang pada prinsipnya merupakan tujuan
syariat itu tidak dapat diterima sama sekali, maka pada suatu saat manusia akan
mengalami kesulitan, padahal Allah menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki
kesulitan bagi manusia. Kemaslahatan manusia akan senantiasa dipengaruhi
perkembangan tempat, zaman dan lingkungan mereka sendiri. Apabila syariat Islam
hanya terbatas pada hukum-hukum yang tertulis dalam ayat-ayat al-Qur’an atau hadis-
hadis Rasulullah yang jumlahnya terbatas itu saja, akan membawa kepada kesulitan dan
ketidakmampuan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang muncul
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Para ulama sepakat tentang tujuan Allah mensyari’atkan sebuah hukum adalah untuk
memelihara kemaslahatan seluruh manusia, di lain sisi untuk menghindari mafsadat, baik di
dunia maupun di akhirat. Tujuan tersebut dicapai lewat taklif, yang pelaksanaannya sangat
tergantung pada pemahaman sumber hukum utama, al-Qur’an dan hadits. Dalam
mewujudkan kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat, ada lima hal pokok yang harus
dipelihara dan dijaga yaitu agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.
Sudah menjadi kesepakatan bahwa dengan konsep maqasid al-syari’ah dapat
diketahui bahwa maksud dan tujuan Allah dalam memberikan sebuah ketentuan untuk
manusia adalah dalam rangka memelihara kepentingan dan kemanfaatan bagi manusia
sendiri. Tidak ada ketentuan yang telah ditetapkan kecuali aturan tersebut memang
mengandung kemaslahatan buat manusia.Dengan demikian maka sejatinya konsep maqasid
al-syari’ah ini bisa dijadikan sebagai blue print dalam menghadapi berbagai permasalahan-
permasalahan perekonomian kontemporer baik yang bersifat teoretis maupun praktis. Hal ini
semakin beralasan bila dihadapkan pada realitas keilmuan ekonomi Islam yang masih
mencari bentuk idealnya.Selain itu tujuan akhir ekonomi Islam adalah sebagaimana tujuan
dari syariat Islam itu sendiri (maqashid asy syari'ah), yaitu mencapai kebahagiaan di dunia
dan akhirat (falah) melalui suatu tata kehidupan yang baik dan terhormat (hayyah
thayyibah). Mewujudkan kesejahteraan hakiki bagi manusia merupakan dasar sekaligus
tujuan utama dari syariat Islam (mashlahah al ibad), karenanya juga merupakan tujuan
ekonomi Islam.
B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat untuk para pembaca khususnya para penulis, jika
kiranya dalam penyajian makalah ini banyak menimbulkan kekurangan kritik dan saran
sangat diperlukan yang sifatnya membangun. Lebih dan kurangnya atas penyajian makalah
ini kami dari pihak penyusun meminta maaf yang sebesar-besarnya. sekian
DAFTAR PUSTAKA
Abu Hamid al Ghazali, al Mustashfa min ‘Ilm al Ushul , jilid I (Beirut: Dar al Kutub al ‘Ilmiyyah,
1983)
Al- Syatibi, Al--Muwafaqat fi Usul al-Syari’ah, Kairo, Mustafa Ahmad, tt., II.
Asafri Jaya Bahkri, Konsep Maqosid al-Syari’ah Menurut Syatibi, Jakarta: Rajawali Pers, 1996.
Fatkhi al-Daraini, al-Manahij al-Usuliyyah fi Ijtihad bi al-Ra’yi fi Tasyri’, Damaskus: Dar al-Kitab
al-Hadis.
Muhammad Abu Zahrah, Ushul al Fiqh. Mesir: Dar al Fikr al Arabiy, t.th.
Mukhtar Yahya dan Fatchurrahman. Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqhi Islam. Cet IV;
Bandung: al Ma’arif, 1997.
Umar Syihab. Hukum Islam dan Transformasi Pemikiran. Semarang: Dina Utama, t.th.
Maqasid syariah dapat diketahui bahwa maksud dan tujuan Allah dalam memberikan sebuah tujuan
untuk umat manusia dalam rangka memelihara kepentingan bagi manusia itu sendiri. Dan tidak ada
ketentuan yang telah di tetapkan kecuali aturan tersebut memang menganndung kemaslahatn buat
manusiaitu sendiri.maqasid syariah yaitu mencapai kebahagian di dunia dan di akhirat yang
malaluis suatu tata kehidupan yang baik dan terhormad. Dan mewujudkan kesejahteraan haqiqi bagi
umat manusia.
Konsep kepemilikan
Di dalam islam
S
U
S
U
N
Oleh Kelompok 3
Unit/Semester :1/4
Puji Syukur Alhamdulillah Kami Panjatkn Ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
Karena Telah Melimpahkan Rahmat-Nya Berupa Kesempatan Dan Pengetahuan
Sehingga Makalah Ini Bisa Selesai Pada Waktunya. Terima Kasih Juga Kami
Ucapkan Kepada Teman-Teman Yang Telah Berkontribusi Dengan Memberikan Ide-
Idenya Sehingga Makalah Ini Bisa Disusun Dengan Baik Dan Rapi. Kami Berharap
Semoga Makalah Ini Bisa Menambah Pengetahuan Para Pembaca. Namun Terlepas
Dari Itu,Kami Memahami Bahwa Makalah Ini Masih Jauh Dari Kata
Sempurna,Sehingga Kami Sangat Mengharapkan Kritik Serta Salam Yang Bersifat
Membangun Demi Terciptanya Makalah Selanjutnya Yang Lebih Baik Lagi.
Penulis
Daftar Pustaka
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Lantar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
…………………….………………………………………….................................
Bab II Pembahasan
A. Kesimpulan
B. Saran
………………………………………………………………………………........................................
C. Daftar Pustaka ……………………….............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Dengan latar belakan yang ada di atas, maka kami sebagai pemakalah akan
membahas tentang :
1. Apa yang di maksut dengan konsep kepemilikan dalam islam ?
2. Bagaiman Klasifikasi Kepemilikan Dalam Ekonomi Islam ?
3. Apa saja Sebab-Sebab Kepemilikan Dalam islam ?
4. Bagaiman implikasi konsep kepemilikan dalam islam terdapat pengembanganekonomi
islam ?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui apa itu konsep kepemilikan dalam islam serta mengetahui
klasifikasi dan sebab-sebab kepemilikan dalam islam dan implikasi dalam islam terdapat
dalam pengembangan di ekonomi islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Saran
Jadi saran kami kepada semua yang hidup dalam dunia ini dalam hal harta yang dimiliki
janganlah samapai takut untuk bersedekah, berzakat, karena hatra yang kita milikan dalam
konsep Agama Islam itu hanya sementara atau titipan yang perlu di jaga dan di gunakan
untuk perbuatan yang baik. Karen kiata manusia hanya sebagai pengelola atas harta yang
kita miliki di duni ini, tetapi itu semua akan kembali kepada pemilik sebenarnya nanti pada
waktunya, yaitu Allah SWT.
Page 1
Daftar pustaka
Konsep Kepemilikan Dalam Islam Secara bahasa kepemilikan berarti penguasaan manusia
atas harta dan pengguanaanya secara pribadi. Adapun secara istialah, kepemilikan adalah
penghususan hak atas sesuatu tanpa orang lain, dan iya berhak untuk mempergunakannya
sejak awal, kecuali ada larangan syar’i. Secara etimologi, tata milik berasal dari bahasa arab
al-Milk, yang berarti penguasaan terhadap sesuatu. Secara termenologi, definisi al-
milksebagaimana dikemukakan oleh ulama fiqh adalah penghususan seseorang terhadap
suatu benda yang memungkinkannya untuk bertidak hukum terhadap benda itu selama tidak
adanya halangan syara’. Dari difininisi tersebut dapat di tarik suatu pengeretian umum bahwa
yang di maksud dengan kepemilikan adalah penguasaan manusia atas harta yang dapat di
pergunakannya untuk memenuhi kepentingan peribadinya selama tidak ada aturan syra’
yang melarangnya. Konsep dasar kepemilikan dalam Islam adalah firman Allah swt:
ِِ ِِرﺽ
ِِﻷ
ِِوﻣاِﻓياِ ِوا
ِﺗ ِ“لِﱠِلِﻬﻣاِﻓيالﱠMilik Allah-lah segala sesuatu yang ada dilangit dan bumi”.QS.Al-Baqarah B.
ﺳﻣا
Sebab-sebab Timbulnya Kepemilikan Sempurna Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
kepemilikan dalam syari‟ah ada empat macam yaitu: Kepenguasaan terhadap barang-
barang yang diperbolehkan. Akad. Pengantian. Turunan dari sesuatu yang dimiliki.
Kepenguasaan terhadap barang-barang yang diperbolehkan. Yang dimaksud dengan
barang-barang yang diperbolehkan disini adalah barang, dapat juga berupa harta atau
kekayaan, yang belum dimiliki oleh seseorang dan tidak ada larangan syara‟untuk dimiliki air
di sumbernya, rumput di padangnya, kayu dan pohon-pohon di belantaran atau ikan-ikan di
sungai dan dilaut. C. Kepemilikan jenis ini memiliki karakteristik Kepenguasaan ini merupakan
sebab yang ditimbulkan kepemilikan terhadap suatu barang yang sebelumnya tidak ada
yang memilikinya. Proses kepemilikan ini adalah karena aksi praktis dan bukan karena ucapan
seperti dalam akad. Karenamu kepemilikan ini terjadi oleh sebab aksi praktis, maka dua
persyaratan dibawah ini mesti dipenuhi terlebih dahulu agar kepemilikan tersebut sah secara
syar‟i yaitu belum ada orang lain yang mendahului ke tempat barang tersebut untuk
memperolehnya. Orang yang lebih dahulu mendapatkan barang tersebut harus berniat untuk
Page 2
memilikinya, kalau tidak, maka barang itu tidak menjadi miliknya hal 26 ini mengacu kepada
sabda Rasulullah Saw bahwa segala perkara itu tergantung pada niat yang dikandungnya.
Bentuk-bentuk kepenguasaan terhadap barang yang diperbolehkan ini ada empat macam
yaitu: Kepemilikan karena menghidupkan tanah mati. Kepemilikan karena berburu atau
memancing. Rumput atau kayu yang diambil dari padang pengembalaan atau hutan
belantara yang tidak ada pemiliknya. Kepenguasaan atas barang tambang. Khusus bentuk
yang keempat ini, banyak perbedaan di kalangan para fuqoha terutama antara madhab
Hanafi dan madhab Maliki. Bagi Hanafiyah, hak kepemilikan barang tambang ada pada
pemilik tanah. Sedangkan bagi Malikiyah, kepemilikan barang tambang ada pada negara
karena semua tambang menurut madhab ini, tidak dapat dimiliki oleh seseorang dengan
cara kepenguasaannya atas tanah atau tidak dapat dimiliki secara derivatif dari kepemilikan
atas tanah. Islam memiliki suatu pandangan yang khas mengenai masalah kepemilikan, yang
berbeda dengan pandangan dalam konsep kapitalisme dan sosialismeAda tiga macam
kepemilikan yaitu: Kepemilikian Individu (Milkīyah Farḍīyah) Kepemilikan Umum (Milkīyah
„Ᾱmmah) Kepemilikan Negara (Milkīyah Daūlah)
Source
26%
Menjiplak
Konsep Kepemilikan dalam Islam -
Kompasiana.com
https://www.kompasiana.com/julianarizal/57ec601da823bd5735df6d87/konsep-
kepemilikan-dalam-islam
5%
Menjiplak
ِِ ِِر
ﺽ ِِ
ﻲاﻷ
اوِﺕِوِﻣ ِاﻓ ِ ِ ﱠِِﻣ ِِاﻓ ﱠ.
ِﻲالﺳِﻣ ا danِ bumi.
Konsep dasar kepemilikan dalam Islam adalah firman Milik Allah-lah segala sesuatu yang ada di lang
Allah swt ; 284
Para fukoha / الﺑﻘرﺓ
memberikan batasan-batasan syar'i "kepemilikan" dengan QS 2:
berbagai 284.
ungkapan yang memiliki inti penger
sama. Di antara yang paling terkenal
adalah definisi kepemilikan yang mengatakan bahwa
"milik" adalah …
https://pustakamediasyariah.blogspot.com/2015/05/makalah-pes-
kepemilikan-dalam-islam.html
5%
Menjiplak
Al-Quran Online Surat Al-Baqarah Ayat 284
dan Tafsir Ayat ...
https://www.tokopedia.com/s/quran/al-baqarah/ayat-
284#:~:text=284.
16%
Menjiplak
KONSEP KEPEMILIKAN
MENURUT TAQIYUDDIN AN ...
https://docplayer.info/90053151-Konsep-kepemilikan-menurut-taqiyuddin-an-nabhani-dan-implikasinya-
dalam-ekonomi-islam-skripsi.html
16%
Menjiplak
· Bagi Hanafiyah, hak kepemilikan barang tambang ada pada pemilik tanah. Sedangkan bagi Malikiyah kepemilikan b
tambang ada pada mazhab
tambang, menurut negara karena semua
ini, tidak dapat dimiliki oleh seseorang dengan cara kepenguasaannya atas tanah atau tidak d
dimiliki
atas secara derivatif dari kepemilikan
tanah.
https://123dok.com/document/q07lpnlz-konsep-kepemilikan-menurut-taqiyuddin-nabhani-
dalam-nizhamu-iqtishadi.html
5%
Menjiplak
Page 65 - Modul Pengantar Fikih
Muamalah
http://iaiglobal.or.id/v03/files/modul/usas/FM/files/basic-
html/page65.html
Page 3
5%
Menjiplak
· Bentuk-bentuk kepenguasaan terhadap barang yang diperbolehkan ini ada empat macam yaitu: a) Kepemilikan kare
menghidupkan
karena berburu tanah mati; b) Kepemilikan
atau memancing; c) Rumput atau kayu yang diambil dari padang penggembalaan atau hutan belantara y
ada pemiliknya; d) Kepenguasaan
atas barang tambang. Khusus bentuk yang keempat
ini banyak …
https://www.slideshare.net/caturfirmannurhuda/ekonomi-syariah-konsep-harta-dan-
kepemilikan-dalam-islam-39630635
Islam memeberikan ruang dan kesempatan kepada manusia untuk mengakses segala sumber
kekayaan yang di anugrahkan –Nya di dunia ini,guna untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.Konseop kepemilikan dalam ajaran islam adalah dari pandangan bahwa manusia
memiliki kecendrunagan dasar untuk memeliki harta secara individual.tatapi juga
memebututuhkan dari pihak lain dalam kehidupan sosialnya.Harta atau kekayaan sesoarang
yang telah di anugrahkan –Nya dalam dunia ini hanya merupakan pemberian Allah kepada
manusia untuk memanfaatkan sebaik baiknya guna untuk kesejahraan seluruh umat manusia
secara ekonomi sesuai kehendak Allah SWT.
TEORI PERMINTAAN ISLAM
DISUSUN OLEH
KELOMPOK : 4
NAMA/NIM:
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A. Latar belakang masalah..............................................................................
B. Rumusan masalah........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
A. Pengertian permintaan konvensional dan teori permintaan dalam pandangan Islam
.................................
B. kurva permintaan ...............
1. Kurva permintaan barang
halal.......................................................................................................
2. Kurva permintaan barang halal dalam pilhan
haram...............................................................................................
C. Perbedaan teori permintaan konvensional dengan permintaan Islam
.............................................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................................
B. Penutup .............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam ekonomi islam, setiap keputusan ekonomi seseorang tidak terlepas dari nilai-nilai
moral dan agama karena setiap kegiatan senantiasa dihubungkan kepada syari‟at. Al-
Qur‟anmenyebut ekonomi dengan istilah istishad (penghemat, ekonomi) yang secara literal
berarti
„pertengahan‟ atau „moderat‟. Pandangan ekonomi islam mengenai permintaan islam relatif
sama dengan ekonomi konvensional, namun terdapat batasan-batasan dari individu untuk
berperilaku ekonomi yang sesuai dengan aturan syariah. Dalam ekonomi islam, norma dan
moral “islami” yang merupakan prinsip islam dalam ber-ekonomi, merupakan faktor yang
menentukan suatu individu maupun masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonominya
sehingga teori ekonomi yang terjadi menjadi berbeda dengan teori pada ekonomi
konvensional.
Teori permintaan Islami membahas permintaan barang halal, barang haram, dan hubungan
antara keduanya. Sedangkan dalam permintaan konvensional, semua komoditi dinilai sama,
bisa dikonsumsi atau digunakan. Dalam motif permintaan Islam menekankan pada tingkat
kebutuhan konsumen terhadap barang tersebut sedangkan motif permintaan konvensional
lebih didominasi oleh nilai-nilai kepuasan (interest). Konvensional menilai bahwa egoisme
merupakan nilai yang konsisten dalam mempengaruhi seluruh aktivitas manusia Permintaan
Islam bertujuan mendapatkan kesejahteraan atau kemenangan akhirat (falah) sebagai
turunandari keyakinan bahwa ada kehidupan yang abadi setelah kematian yaitu kehidupan
akhirat, sehingga anggaran yang ada harus disisihkan sebagai bekal untuk kehidupan
akhirat.
B. Rumusan Masalah
A. Kurva Permintaan
1. Kurva Permintaan
Kurva permintaan menggambarkan hubungan antara harga dan jumlah yang diminta.
Dengankata lain, perubahan jumlah barang yang diminta disebabkan oleh perubahan harga.
Sementara itu, hukum permintaan diturunkan dari perilaku konsumen yang berorientasi untuk
mencapai tingkat maslahah maksimum, yang berbunyi sebagai berikut: “Jika harga suatu
barang meningkat, ceteris paribus, maka jumlah barang yang diminta turun; demikian juga
sebaliknya.”
ceteris paribus adalah dengan menganggap hal-hal lain tetap tidak berubah atau konstan,
baikdalam arti tingkat berkah, tingkat manfaat, tingkat pendapatan, preferensi, dan
sebagainya.
Jika satu dari hal-hal yang dimaksudkan berubah, maka hukum permintaan di atas tidak
berlaku lagi.
Hubungan yang digambarkan dalam hukum permintaan di atas juga akan menjadi lebih jelas,
jika digambarkan dalam kurva permintaan sebagai berikut:
1. Perbedaan utama antara kedua teori tersebut tentunya adalah mengenai sumber hukum
dan adanya batasan syariah dalam teori permintaan islami. Permintaan Islam berprinsip pada
entitas utamanya yaitu Islam sebagai pedoman hidup yang langsung dibimbing oleh Allah
SWT. Permintaan Islam secara jelas mengakui bahwa sumber ilmu tidak hanya berasal dari
pengalaman berupa data-data yang kemudian mengkristal menjadi teori-teori, tapi juga
berasal dari firman-firman Tuhan (revelation), yang menggambarkan bahwa ekonomi Islam
didominasi oleh variabel keyakinan religi dalam mekanisme sistemnya.
2. Teori ekonomi yang dikembangkan barat membatasi analisisnya dalam jangka pendek
yakni hanya sejauh bagaimana manusia memenuhi keinginannya saja. Tidak ada analisis
yang memasukkn nilai-nilai moral dan sosial. Analisis hanya dibatasi pada variabel-variabel
pasar semata, seperti harga, pendapatan dan sebagainya. Variabel-variabel lainnya tidak
dimasukkan, seperti variabel nilai moral seperti kesederhanaan, keadilan, sikap
mendahulukan orang lain. Dalam ekonomi konvensional filosofi dasarnya terfokus pada
tujuan keuntungan dan materialme. Hal ini wajar saja karena sumber inspirasi ekonomi
konvensional adalah akal manusia yang tergambar pada daya kreatifitas, daya olah informasi
dan imajinasi manusia. Padahal akal manusia merupakan ciptaan Tuhan, dan memiliki
keterbatasan bila dibandingkan dengan kemampuan.
3. Konsep permintaan dalam Islam menilai suatu komoditi tidak semuanya bisa untuk
dikonsumsi maupun digunakan, dibedakan antara yang halal maupun yang haram. Allah telah
berfirman dalam Surat Al-Maidah ayat 87, 88:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik
yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan makanlah makanan yang
halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah
yang kamu beriman kepada-Nya”
4. Dalam motif permintaan Islam menekankan pada tingkat kebutuhan konsumen terhadap
barang tersebut sedangkan motif permintaan konvensional lebih didominasi oleh nilai-nilai
kepuasan (interest). Konvensional menilai bahwa egoisme merupakan nilai yang konsisten
dalam mempengaruhi seluruh aktivitas manusia.
A. Kesimpulan
Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli atau diminta pada suatu harga dan waktu
tertentu. Secara garis besar, permintaan dalam ekonomi islam sama dengan ekonomi
konvensional, namun ada prinsip-prinsip tertentu yang harus diperhatikan oleh individu
muslim dalam keinginannya. Misalnya: Islam mengharuskan orang untuk mengkonsumsi
barang yang halal dan thayyib. Selain itu, dalam ajaran Islam, orang yang mempunyai
uangbanyak tidak serta merta diperbolehkan untuk membelanjakan uangnya untuk membeli
apa saja dan dalam jumlah berapapun yang diinginkannya. Batasan lain yang harus
diperhatikanadalah bahwa seorang muslim tidak berlebihan (isyraf), dan harus
mengutamakan kebaikan (maslahah). Selain itu adanya batasan syariah, sudut pandang
barangnya, motif dari permintaan dan tujuannya
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
DAFTAR PUSTAKA
1. Anita Rahmawati, Ekonomi Mikro Islam, Nora Media Enterprise, Kudus, 2011
2. Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam, IIIT Indonesia, Jakarta, 2002
111
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
A. Pengertian Permintaan Konvensional dan Teori Permintaan Islam.
Permintaan secara umum adalah sejumlah barang yang dibeli atau diminta pada suatu
harga dan waktu tertentu. Adapun faktor–faktor yang mempengaruhi terhadap permintaan
secara umum antara lain:
Jika harga suatu barang semakin murah maka permintaan terhadap barang itu bertambah.
Begitu juga sebaliknnya. Inilah yang disebut Hukum Permintaan yang menyatakan “Bila
harga suatu barang naik,cateris paribus, maka jumlah permintaan terhadap barang tersebut
akan berkurang, dan sebaliknya”
Permintaan akan dipengaruhi juga oleh harga barang lain. Dengan catatan barang lain itu
merupakan barang substitusi (pengganti) atau pelengkap (komplementer). Apabila barang
pengganti naik, maka permintaan terhadap barang itu sendiri akan meningkat. Sebaliknya,
apabila harga barang substitusi turun, maka permintaan terhadap barang itu sendiri akan
turun.
c. Tingkat pendapatan
Tingkat pendapatan konsumen akan menunjukkan daya beli konsumen. Semakin tinggi
tingkat pendapatan, daya beli konsumen kuat, sehingga akhirnya akan mendorong
permintaan terhadap suatu barang.
Selera, kebiasaan, mode atau musim juga akan memengaruhi permintaan suatu barang.
Jika selera masyarakat terhadap suatu barang meningkat, permintaan terhadap barang itu
pun akan meningkat.
e. Jumlah Penduduk
Apabila kita memperkirakan harga suatu barang di masa mendatang naik, kita lebih baik
membeli barang tersebut sekarang guna menghemat belanja di masa mendatang, maka
112
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
permintaan terhadap barang itu sekarang akan meningkat. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa hubungan antara permintaan dan perkiraan harga di masa mendatang
adalahpositif.
Menurut Ibnu Taimiyyah, permintaan suatu barang adalah hasrat terhadap sesuatu, yang
digambarkan dengan istilah raghbah fil al-syai.Diartikan juga sebagai jumlah barang yang
diminta. Secara garis besar, permintaan dalam ekonomi islam sama dengan ekonomi
konvensional, namun ada prinsip-prinsip tertentu yang harus diperhatikan oleh individu
muslim dalam keinginannya.
Islam mengharuskan orang untuk mengkonsumsi barang yang halal dan thayyib. Aturan
islam melarang seorang muslim memakan barang yang haram, kecuali dalam keadaan
darurat dimana apabila barang tersebut tidak dimakan, maka akan berpengaruh terhadap
nya muslim tersebut. Di saat darurat seorang muslim dibolehkan mengkonsumsi barang
haram secukupnya.
Selain itu, dalam ajaran islam, orang yang mempunyai uang banyak tidak serta merta
diperbolehkan untuk membelanjakan uangnya untuk membeli apa saja dan dalam jumlah
berapapun yang diinginkannya. Batasan anggaran (budget constrain) belum cukup dalam
membatasi konsumsi. Batasan lain yang harus diperhatikan adalah bahwa seorang muslim
tidak berlebihan (israf), dan harus mengutamakan kebaikan (maslahah).
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan islam sama saja dengan factor permintaan
konvensional,tetapi di dalam permintaan islam terdapat factor maslahah. Maslahah
merupakan tujuan utama dalam mengkonsumsi barang, sebab maksimasi maslahah
meripakan cara untuk mencapai falah. Pengaruh maslahah terhadap permintaan tidak bisa
dijelaskan secara sederhana, sebagaimana pengaruh faktor-faktor lainnya, sebab ia akan
tergantung pada tingkat keimanan. Jika mereka melihat barang dengan kandungan berkah
yang tinggi, cateris paribus, maka mereka akan meninggalkan barang dengan kandungan
berkah yang rendah dan menggantinya dengan barang dengan kandungan berkahnya lebih
tinggi. Dengan demikian, jika maslahah relatif turun, cateris paribus, maka jumlah barang
yang diminta akan turun juga, begitu juga sebaliknya.
B. Kurva Permintaan
1. Kurva Permintaan
Kurva permintaan adalah gambaran hubungan antara harga dan jumlah yang diminta.
Dengan kata lain, perubahan jumlah barang yang diminta disebabkan oleh perubahan
harga. Sementara itu, hukum permintaan diturunkan dari perilaku konsumen yang
113
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
berorientasi untuk mencapai tingkat maslahah maksimum, yang berbunyi sebagai berikut:
“Jika harga suatu barang meningkat, ceteris paribus, maka jumlah barang yang diminta
turun; demikian juga sebaliknya.” ceteris paribus adalah dengan menganggap hal-hal lain
tetap tidak berubah atau konstan, baik dalam arti tingkat berkah, tingkat manfaat, tingkat
pendapatan, preferensi, dan sebagainya. Jika satu dari hal-hal yang dimaksudkan berubah,
maka hukum permintaan di atas tidak berlaku lagi.
Permintaan terhadap barang halal sama dengan permintaan dalam ekonomi pada
umumnya, yaitu berbanding terbalik terhadap harga, apabila harga naik, maka permintaan
terhadap barang halal tersebut berkurang, dan sebaliknya, dengan asumsi cateris paribus.
Apabila menghadapi pilihan antara barang halal dan haram, maka optimal solutionnya
adalah corner solution, yaitu keadaan dimana kepuasan maksimal terjadi di kurva
indiferen dengan konsumsi barang haramnya di titik 0. Dengan kata lain, gunakan
anggaran untuk mengkonsumsi barang halal seluruhnya.
1. Perbedaan utama antara kedua teori tersebut tentunya adalah mengenai sumber hukum
dan adanya batasan syariah dalam teori permintaan islami. Permintaan Islam berprinsip
pada entitas utamanya yaitu Islam sebagai pedoman hidup yang langsung dibimbing oleh
Allah SWT. Permintaan Islam secara jelas mengakui bahwa sumber ilmu tidak hanya
berasal dari pengalaman berupa data-data yang kemudian mengkristal menjadi teori-teori,
tapi juga berasal dari firman-firman Tuhan, yang menggambarkan bahwa ekonomi Islam
didominasi oleh variabel keyakinan religi dalam mekanisme sistemnya.
2. Teori ekonomi yang dikembangkan barat membatasi analisisnya dalam jangka pendek
yakni hanya sejauh bagaimana manusia memenuhi keinginannya saja. Tidak ada analisis
yang memasukkn nilai-nilai moral dan sosial. Dalam ekonomi konvensional filosofi
dasarnya terfokus pada tujuan keuntungan dan materialme. Hal ini wajar aja karna sumber
inspirasi ekonomi konvensional adalah akal manusia yang tergambar pada daya kreatifitas,
daya olah informasi dan imajinasi manusia. Padahal kan akal manusia merupakan ciptaan
Tuhan, dan memiliki keterbatasan bila dibandingkan dengan kemampuan.
114
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
3. Konsep permintaan dalam Islam menilai suatu komoditi tidak semuanya bisa untuk
dikonsumsi maupun digunakan, dibedakan antara yang halal maupun yang haram. Allah
telah berfirman dalam Surat Al-Maidah ayat 87, 88:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik
yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan makanlah
makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan
bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya”
115
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
116
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Teori Permintaan Islam
Teori permintaan islam adalah membahas tentang barang halal dan barang haram dan
hubungan antara keduanya.dalam motif permintaan islam dia lebih menekankan pada
tingkat kebutuhan konsumen terhadap barang tersebut.Sedangkan motif permintaan
konfensional lebih dominan terhadap nilai nilai kepuasan konsumen.
Dalam islam mengharuskan seorang mengkonsumsi barang yang halal dan sehat.Islam
melarang seorang muslim memakan barang yang haram,kecuali dalam keadaan darurat di
mana ketika dia tidak memakan barang tersebut akan terpengaruh baginya,maka di saat
keadaan darurat seorang muslim di bolehkan untuk memakanya dengan secukupnya.Dan
islam tdak menganjurkan permintaan terhadap suatau yang barang denagan
tujuan,kemegahan,kemewahan dan kemumaziran.Bahkan islam menyuruh seorang muslim
yang sudah mencapai nisab,untuk menyisihkan dari anggaranya untuk mengeluaran
zakat,infaq dan sedekahnya.
117
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
TEORI PENAWARAN ISLAM
DI
OLEH KELOMPOK : 5
SEMESTER/UNIT :4/1
KATA PENGANTAR
118
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan syafaat dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah “Ekonomi Mikro Islam” yang berjudul “Teori Penawaran Islam”.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dan memberikan masukan kepada kami sehingga kami sanggup menyelesaikan
tugas penulisan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. kami menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Sehingga kami sebagai penulis memohon
maaf apabila dalam penulisan makalah ini banyak kesalahan dan kekurangan. Dengan
demikian kami sangat berharap adanya saran dan kritikan yang bersifat membangun demi
menjadikan makalah ini lebih baik lagi. Terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penyusun
DAFTAR ISI
119
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori mikro ekonomi selalu didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi sebagai suatu bidang
studi dalam ilmu ekonomi yang menerangkan tentang kegiatan dalam bagian-bagian kecil
dari keseluruhan perekonomian, salah satunya teori penawaran.
120
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Berbicara tentang teori penawaran dalam kerangka ekonomi islam sebenarnya
merupaka kelanjutan dari pembahasan tentang teori permintaan dalam ekonomi islam.
Sama halnya dalam ekonomi konvensional, dalam ilmu ekonomi islam pembahasan
persoalan ini menyangkut faktor-faktor atau 121las an121-variabel yang berpengaruh
terhadap kedudukan penawaran suatu barang atau jasa tertentu.
Penawaran (supply), dalam ilmu ekonomi, adalah banyaknya barang atau jasa yang
tersedia dan dapat ditawarkan oleh produsen kepada konsumen pada setiap tingkat harga
selama periode waktu tertentu Penawaran (Supply). Teori penawaran yaitu teori yang
menerangkan sifat penjual dalam menawarkan Barang yang akan dijual. Gerakan
sepanjang dan pergeseran kurva penawaran Perubahan di dalam jumlah yang ditawarkan
dapat berlaku sebagai akibat dari pergeseran kurva penawaran. Satu aspek penting yang
memberikan suatu perbedaan dalam pespektif ini kemungkinan besar berasal dari landasan
filosofi dan moralitas yang didasarkan pada premis nilai-nilai Islam Penawaran
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Antara lain harga barang, tingkat teknologi, jumlah
produsen di pasar, harga bahan baku serta harapan dan spekulasi.
Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat hubungan
antara harga sesuatu jumlah barang dan jumlah barang tersebut yang ditawarkan pada
penjual. Dalam makalah ini akan dibahas bagaimana penerapan hukum penawaran yang
menyatakan makin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut
akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang
semakin sedikit jumlah barang tersebut ditawarkan, bagaimana tingkah laku penjual
dalam menyediakan atau menawarkan barang-barang yang diperlukan masyarakat di
pasar, dan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhinya menurut tinjauan umum dan
Islami, dan juga perbedaan antara teori penawaran dalam ekonomi konvensional dan
Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori penawarn islam?
2. BagaimanaAnalisis Konsep Biaya dalam Teori Penawaran Ekonomi?
3. bagaimanaFaktor yang Mempengaruhi Penawaran?
4. bagaimanaPengaruh Faktor Bukan-Harga Terhadap Penawaran?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsep Penawaran
121
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Penawaran adalah barang atau jasa yang ditawarkan pada jumlah dan tingkat harga
tertentu dan dalam kondisi tertentu.Penawaran islam pun ada hal yang membedakannya
dengan penawaran hedonis, bahwa barang atau jasa ditawarkan harus transparan dan rinci
spesifkasinya. Bagaimana keadaan barang tersebut, apakah ada kelebihan dan kekurangan
dari barang tersebut. Jangan sampai penawaran yang dilakukan dapat merugikan pihak
yang mengajukan permintaan tersebut. Adapun Rasulullah SAW. Dalam melakukan
penawaran Selalu merinci tentang spesifkasi barang dagangannya, sampai-sampai harga
belinya pun disebutkan dan menawarkan dengan harga berapa barang tersebut dibeli dan
yang akan diperoleh olehnya.Ibnu Khaldun menjelaskan pengaruh naik dan
turunnyapenawaran terhadap harga. Ia mengatakan . ketika barang yang tersedia sedikit,
maka harga akan naik. Seandainya jarak antar kota dekat dan aman untuk melakukan
perjalanan, maka akan banyak barang diimpor. Dan persediaan barang akan melimpah,
maka harga akan turun.
Dalam pandangan ibnu khaldun, dalam konteks supply, ada faktor-faktor penentu,
diantaranya 1.harga
2. Permintaan
3. laju keuntungan
4. Buruh
5. keamanan
ibnu taimiyah menyatakan 122las an harga itu naik dapat disebabkan karena turunnya
penawaran atau kenaikan populasi jumlah pembeli yang berarti ada kenaikan jumlah
dalam permintaan pasar. Oleh karena itu sebuah harga dapat saja naik, karena penawaran
turun dan kurva bergeser ke kiri, sebaliknya jika permintaan naik maka kurva akan
bergeser ke kanan, seperti yang diekspresikan sebagai tindakan Allah, sebenarnya
melambangkan sebuah fenomena alamiah yang berkait dengan fluktuasi harga. Tetapi
sebagaimana yang tercermin dari pernyataan diatas, naik turunnya harga juga terjadi,
karena tindakan-tindakan curang dalam pasar seperti aksi penimbunan yang dilakukan
oleh spekulan
122
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
imam ghazali juga membicarakan tentang penawaran dan permintaan, bahwa harga
berlaku seperti yang ditentukan dalam praktik pasar, sebuah konsep yang kemudian di
kenal sebagai as-tsaman al-adil (harga yang adil). Kemudian diungkapkan secara
konsepsional pengertian penawaran adalah banyaknya barang yang ditawarkan oleh
penjual pada suatu pasar tertentu,pada periode tertentu dan pada tingkat harga tertentu.
Dengan kata lain penawaran adalah jumlah barang dan jasa yang tersedia untuk dijual
pada tingkat harga dan waktu tertentu. Sebagaimana juga halnya dengan permintaan,
maka pada teori penawaran juga di kenal apa yang dinamakan jumlah barang yang
ditawarkan dan penawaran
Penawaran adalah gabungan seluruh jumlah barang yang ditawarkan oleh penjual pada
pasar tertentu, perode tertentu, dan pada berbagai tingkat harga tertentu. Berbagai faktor
yang mempengaruhi produsen dalam menawarkan produknya pada suatu pasar
diantaranya sebagai berikut:
Dalam membahas teori permintaan bahwa barang-barang ada yang saling bersaingan
barang-barang pengganti satu sama lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Barang-
barang seperti itu dapat menimbulkan pengaruh yang penting kepada penawaran sesuatu
barang. Sebagai contoh,oleh karena kenaikan biaya produksi di luar negeri maka buku
tulis yangdiimpor bertambah mahal harganya. Beberapa konsumen buku tulis impor
sekarang lebih suka membeli buku tulis buatan dalam negeri dan menaikkan permintaan
terhadapnya. Kenaikan permintaan ini akan 123las a dorongan kepada produsen dalam
negeri untuk menaikkan produksi dan penawaran buku tulis.
123
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
mengalami kerugian. Ini dapat menimbulkan penutupan usaha tersebut dan jumlah
penawaran barang menjadi berkurang.
Dengan demikian keuntungan menjadi bertambah tinggi. Apabila beberapa factor yang
mempengaruhi tingkat penawaran diatas di anggap tetap selain harga barang itu sendiri
harga barang substitusi tetap, ongkos dan biaya produksi relative tidak berubah, tujuan
perusahaan tetap pada orientasinya, teknologi yang digunakan tidak berkembang, dan
lainnya dianggap tidak berubah, maka penawaran hanya ditentukan oleh harga. Artinya,
besar kecilnya perubahan penawaran di determinasi/ditentukan oleh besar kecilnya
perubahan harga. Dalam hal ini berlaku perbandingan lurus antara harga terhadap
penawaran. Sebagaimana konsep asli dari penemunya Alfred marshall, maka
perbandingan lurus antara harga terhadap penawaran di sebut hukum penawaran.
124
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
2. Faktor-faktor Penawaran dalam Islam
dalam khasanah pemikiran ekonomi Islam klasik, penawaran telah dikenali sebagai
kekuatan penting di dalam pasar. Penawaran sebagai ketersediaan barang di pasar.
Penawaran barang atau jasa dapat berasal dari hasil impor barang dari luar dan produksi
lokal. Kegiatan ini dilakukan oleh produsen maupun penjual. Nilai tawar dalam islam
didasarkan pada:
A. Mashlahah
Pengaruh mashlahah terhadap penawaran pada dasarnya akan tergantung pada tingkat
keimanan dari produsen jika jumlah mashlahah yang terkandung dalam barang yang
diproduksi semakin meningkat maka produsen muslim akan memperbanyak jumlah
produksinya. Cateris paribus.
B. Keuntungan
a. Harga Barang, jika harga turun, maka produsen akan cenderung mengurangi
penawarannya, sebab tingkat keuntungan yang diperoleh juga akan turun.
b.Biaya produksi, jika biaya turun, maka keuntungan produsen pada penjualan akan
meningkat yang seterusnya akan mendorongnya untuk meningkatkan jumlah pasokan
pasar.
Dalam ekonomi Islam diketahui bahwa ada 4 hal yang dilarang dalam menjalankan
aktivitas ekonomi, yaitu: mafsadah, gharar, maisir , dan Transaksi riba. Mafsadah, gharar
dan maisir sebagai tindakan yang menyebabkan kerusakan negative externalities sebagai
akibat yang melekat dari suatu aktivitas produksi yang hanya memperhatikan keuntungan
semata, walaupun sudah dikemukakan, namun tidak tercerminkan dengan baik di dalam
konsep dan model dalam ekonomi Islam, sehingga sisi ini akan mendapat perhatian lebih
banyak. Sedangkan pelarangan terhadap transaksi riba tidak akan begitu mewarnai
125
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
pembahasan tentang konsep biaya produksi dalam Islam, karena sudah dijelaskan dengan
lebih detail pada buku ataupun paper makalah dan jurnal lainnya
fungsi total cost menunjukkan, untuk setiap kombinasi input dan untuk setiap tingkat
output, minimum total cost yang muncul adalah TC=TC(r,w,q) meskipun fungsi total cost
menggambarkan secara menyeluruh biaya yang harus dikeluarkan, namun akan lebih
memudahkan dalam kaitannya dengan kurva permintaan, bila analisis biaya dilakukan
pada biaya perunit. Ada dua konsep biaya perunit yang di kenal.
1. Average cost
Fungsi average total cost atau average cost adalah biaya perunit atau dihitung dengan
rumus
total cost dibagi dengan jumlah output yang dihasilkan. Secara sistematis di tulis
ATC=ATC(r,w,q) / q
2. marginal cost
Fungsi marginal cost adalah tambahan biaya yang muncul untuk setiap tambahan output
yang dihasilkan atau dihitung dengan rumus perubahan total biaya dibagi perubahan
output secara sistematis ditulis MC=MC(r,q,w) = OTC (r,w,q) /oq
Jadi fungsi total cost diturunkan dari fungsi total produksi,dan fungsi marginal cost
diturunkan dari fungsi total cost. Begitupula dengan fungsi average cost diturunkan dari
fungsi total cost.
Kurva marginal cost akan memotong dari bawah kurva average total cost pada titik
minimalnya. Titik Q adalah jumlah output pada saat VC mencapai titik minimilnya yang
juga titik minimilnya yang juga adalah persinggungan kurva VC dengan rental cost per
unit r . titik Q adalah jumlah output pada saat ATC mencapai titik minimalnya juga titik
di mana kurva ATC memotong dari bawah kurva ATC. Titik Q1 adalah jumlah output
dimana kurva MC mencapai titik minimalnya, yaitu pada saat perubahan returns to scale
kurva variable cost yang juga perubahan returns to scale kurva total cost
126
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
perilaku memaksimalkan profit sering kali mendorong prosuden untuk berlaku aniaya.
Salah satu cara untuk meningkatkan profitnya adalah dengan memindahkan biaya-biaya
yang seharusnya ditanggung produsen kepada pihak lain. Biaya yang paling mudah untuk
dialihkan adalah biaya yang tidak mempunyai kaitan langsung proses produksi. Misalnya
biaya pembuatan penampungan limbah pabrik yang seharusnya di tanggung produsen
karena merupakan konsekuensi dari proses produksinya, dialihkan kepada masyarakat
dengan cara membuang begitu saja limbah pabrik ketempat-tempat umum.Tindakan ini
jelas aniaya, karena produsen jelas-jelas mendapat keuntungan dari proses produksi,
namun tidak mau bertanggungjawab atas akibatnya, yaitumenanggung biaya penanganan
limbah. Dalam ilmu ekonomi, tindakan produsen ini di sebut negative externalities.
Pada pembahasan tentang garis besar ekonomi islam kita telah membahas bahwa konsep
adil dalam ekonomi islam diterjemahkan menjadi empat hal, yaitudilarang melakukan
mafsadah, di larang melakukan transaksi gharar, di larang melakukan transaksi maisir,
dilarang melakukan transaksi riba. Salah satu bentuk mafsadah adalah melakukan
kerusakan yang dalam istilah ekonominya disebut negative externalities.
Dalam konteks utility function, mafsadah juga dapat diartikan bahwa islam hanya
membolehkan utility function dibangun dalam pilihan good X dan good hal baik X dan
hal baik Y. pada prinsipnya utility function yang dibangun dalam pilihan good X dan bad
Y hal baik X dan hal buruk Y, atau dalam pilihan bad X dan good Y, tidak dibolehkan
karena tergolong tindakan mafsadah. Dalam pembahasan tentang teori permintaan islami
kita pun telah membahas tentang corner solution bila kita dihadapkan pada pilihan haram
X dan halal Y. Corner solution ini menunjukan bahwa kalaupun kita dihadapkan pada
pilihan good dan bad, kita akan memilih seluruhnya good, dan meninggalkan bad sama
sekali. Solusi lain selain meninggalkan bad sama sekali misalnya pada saat darurat, selalu
menghasilkan solusi yang tidak optimal.
127
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
BAB III
PENUTUP
1.1.Kesimpulan
Dari uraian di atas pemakalah dapat menyimpulkan bahwa Pertama, konsep penawaran
yang dikemukan oleh Ibnu Khaldun menjelaskan pengaruh naik dan turunnya penawaran
terhadap harga. Ia mengatakan . ketika barang yang tersedia sedikit, maka harga akan
naik. Ibnu Taimiyah menyatakan 128las an harga itu naik dapat disebabkan karena
turunnya penawaran atau kenaikan populasi jumlah pembeli yang berarti ada kenaikan
jumlah dalam permintaan pasar.Kedua, ada beberapa Factor yang mempengaruhi
penawaran yaitu( harga barang itu sendiri, harga barang lain,ongkos atau biaya produksi,
128
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
tujuan produksi dari perusahaan dan teknologi yang digunakan. Sedangkan factor
penawaran dalam islama dalah mashlahah dan keuntungan. Dimana, Pengaruh mashlahah
terhadap penawaran pada dasarnya akan tergantung pada tingkat keimanan dari
produsen.Jika jumlah mashlahah yang terkandung dalam barang yang diproduksi semakin
meningkat maka produsen muslim akan memperbanyak jumlah produksinya.Sedangkan
keuntungan merupakan bagian dari mashlahah karena ia dapat mengakumulasi modal
yang pada akhirnya dapat digunakan untuk berbagai aktivitas lainnya. Dengan kata lain,
keuntungan akan menjadi tambahan modal guna memperoleh mashlahah lebih besar lagi
untuk mencapai falah. Ketiga, Dalam ekonomi Islam diketahui bahwa ada 4 hal yang
dilarang dalam menjalankan aktivitas ekonomi, yaitu: mafsadah, gharar , maisir, dan
transaksi riba. Mafsadah , gharar dan maisir sebagai tindakan yang menyebabkan
kerusakan negative externalities sebagai akibat yang melekat dari suatu aktivitas
produksi yang hanya memperhatikan keuntungan semata
129
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
130
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
TEORI PENAWARAN ISLAM
Muawanah
Institut Pesantren KH. Abdul Chalim Mojokerto
Abstract
In economics in the discussion of microeconomic theory we will study supply
and demand. In day-to-day activities demand and supply occur when we want to fulfill
needs production, supply, price,profit,producer, marketing activities are discussed in the
concept of bidding. The concept of demand that discusses consumption ,consumers,
demand, life needs, prices that are always a top priority. In the Islamic perspective
economics the concept of demandand supply discusses production, supply, demand, price,
profits,producers,marketing, markets,zakat and others but has limits in the economy,
namely the Shari’a which deals directly with the sources af Al-qur’an ,as-sunah and
ijtihad from the scholars or economists of Islam. Indonesia ia acountry with a majority of
Muslim population , so that Islamic economic demand and supply which is a good concept
in increasing economic activity must be implemented so that the welfare of the
indonesian people can be achieved.
Keywords: supply and demand in Islamic
Abstrak
Dalam ilmu ekonomi pada pembahasan teori mikro ekonomi kita akan
mempelajari permintaan dan penawaran. Pada kegiatan sehari-hari Permintaan dan
penawaran terjadi saat kita ingin memenuhi kebutuhan.Kegiatan produksi, supply, harga,
keuntungan, produsen, pemasaran, pasar di bahas dalam konsep penawaran. Konsep
permintaan yang membahas tentang konsumsi, konsumen, demand, kebutuhan hidup,
harga yang selalu menjadi prioritas utama. Dalam ekonomi perspektif Islam konsep
permintaan dan penawaran membahas tentang produksi, supply, demand, harga,
keuntungan, produsen, pemasaran, pasar, zakat dan lainnya tetapi memiliki batasan-batasan
dalam berekonomi yaitu syariat yang berhubungan langsung dengan sumber-sumber Al-
Qur’an, As-Sunnah dan ijtihad dari para ulama atau para ekonom Islam. Indonesia negara
dengan mayoritas penduduk Islam maka permintaan dan penawaran secara ekonomi Islam
yang merupakan konsep baik dalam meningkatkan kegiatan perekonomian tentunya harus
diterapkan supaya kesejahteraan masyarakat Indonesia tercapai
Kata Kunci: permintaan , penawaran Islam
PENDAHULUAN
Dalam ilmu ekonomi kita perlu mempelajari tentang permintaan (demand) dan
131
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
penawaran (supply). Pada ekonomi mikro permintaan dan penawaran bergantung pada
individu dalam suatu perekonomian. Disebabkan permintaan dan penawaran adalah
pokok dari permasalahan ekonomi. Sebelum mengetahui apakah kebijakan dan
peristiwa dapat mempengaruhi perekonomian, kita terlebih dahulu harus
memperhatikan pengaruh yang akan terjadi pada permintaan dan penawaran itu
sendiri. Permintaan dan
132
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
membelinya pada berbagai tingkat harga dalam suatu periode waktu tertentu”.3
Sedangkan hukum penawaran berbunyi: “kuantitas barang atau jasa yang orang bersedia
untuk menjualnya pada berbagai tingkat harga dalam suatu periode waktu tertentu” 4.
Permintaan dan penawaran juga mempunyai teori-teori yang diterapkan dalam kegiatan
ekonomi.
133
1 Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, “Pengantar Imu Ekonomi (Mikroekonomi
& Makro ekonomi)” (Jakarta: Lembaga Penerbit Universitas Fakultas Ekonomi
Indonesia, 2008), 24.
2
Ibid, 32.
3
Edwin Nasution Mustofa, “Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam” (Jakarta:
PRENADAMEDIA GROUP, 2006), 80.
4
Ibid, 89.
134
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
semuanya itu sama, hanya saja ada batasan-batasan atau teori-teori yang digunakan
baikitu ekonomi islam (konsep baik ) maupun ekonomi konvensional.
harga selama periode waktu tertentu.5 Atau dapat disimpulkan bahwa permintaan itu
adalah banyaknya jumlah barang yang ada dalam suatu pasar tertentu, dengan
tingkatan harga, tingkatan pendapatan, serta dalam periode tertentu.
Dalam ekonomi islam permintaan juga memiliki definisi tersendiri. Menurut ibnu
taimiyyah, pengertian permintaan adalah hasrat terhadap sesuatu atau jumlah barang
yang diminta (raghbah fil al-syai).6 Secara garis besar permintaan dalam pengertian
ekonomi islam sama dengan pengertian yang ada pada ekonomi konvensional. Hanya
saja ada prinsip-prinsip tertentu yang harus diperhatikan oleh individu khususnya
individu muslim dalam keinginannya pada kegiatan ekonomi.
Dalam proses permintaan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaanitu sendiri. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan yaitu:
1. Harga barang itu sendiri, maksudnya jika harga suatu barang semakin murah,
maka permintaan terhadap barang itu bertambah dan begitu pula sebaliknya.
2. Harga barang lain yang terkait, maksudnya keterkaitan dua macam barang
dapat bersifat substitusi (pengganti) dan bersifat komplementer (tambahan).
Misalnya, barang substitusi dari daging sapi adalah daging ayam, ikan, atau
tempe.7
3. Tingkatan pendapatan per kapita, maksudnya tingkatan pendapatan per
kapita disini dicermikan dengan daya beli. Makin tingginya tingkat
pendapatan daya beli makin kuat sehingga permintaan terhadap suatu barang
meningkat.
5
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, “Pengantar Imu Ekonomi (Mikroekonomi
& Makro ekonomi)” (Jakarta: Lembaga Penerbit Universitas Fakultas Ekonomi
Indonesia, 2008), halaman 24.
6
Karim A Adiwarman, Ekonomi Mikro Islam (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2007), halaman 31.
135
7 Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Edwin Nasution Mustofa, “Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam”
(Jakarta:PRENADAMEDIA GROUP, 2006), halaman 84.
136
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
4. Selera atau kebiasaan, maksudnya walaupun harga barang itu sama, tetapi
minat terhadap barang itu kurang. Contohnya dalam pasar ada penjual beras
merk 46, dan beras merk rojolele. Harga dari kedua beras itu sama akan tetapi
masyarakat lebih memimilih beras dengan merk 46 dari pada merk rojolele.
5. Jumlah penduduk, maksudya jumlah penduduk memiliki peranan penting
pada kegiatan permintaan, dikarenakan semakin banyak penduduk semakin
8
Ibid, halaman 85
137
9 Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Sukirno Sadono, “Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga” (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2013), halaman 75
138
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
konsumen dipasar.10
Penawaran dalam dunia ilmu ekonomi sering disebut (supply) yang berarti
jumlah barang yang produsen ingin tawarkan (jual) pada berbagai tingkatan harga
selama satu periode tertentu.11 Atau dapat disimpulkan, penawaran adalah banyaknya
barang yang ditawarkan oleh penjual, pada suatu pasar tertentu, periode tertentu, serta
pada tingkatan harga tertentu. Jika dicermati sebenarnya pengertian permintaan dan
penawaran itu hanya berbeda pada satu kata. Jika permintaan menggunakan kata
10
http//belajar-ekonomi-weebly.com/macam-macam-permintaan.html/kamis 31-03-2016
21:00 WIB 11Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, “Pengantar Imu Ekonomi
139
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
(Mikroekonomi & Makro ekonomi)” (Jakarta: Lembaga Penerbit Universitas Fakultas
Ekonomi Indonesia, 2008), halaman: 32.
140
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
membeli, maka penawaran menggunakan kata menjual. Seperti juga dalam permintaan,
penawaran juga sama menganalisis serta mengasumsikan suatu periode waktu tertentu,
dan faktor-faktor penentu penawaran selain harga barang dianggap tidak berubah
(ceteris paribus).
Tidak berbeda dengan permintaan, dalam ekonomi islam penawaran memiliki
definisi bahwa jumlah barang atau jasa yang ditawarkan harus transparan dan
terperinci spesifikasinya, bagaimana keadaan barang tersebut, apa kelebihan dan
kekurangan dari barang tersebut, jangan sampai penawaran yang kita lakukan dapat
merugikan pihak lain dalam arti ini pihak yang mengajukan permintaan akan barang
dan jasa tersebut.12 Seperti halnya permintaan definisi penawaran dalam ilmu ekonomi
konvensional maupun ilmu ekonomi islam relatif sama. Hanya saja ada prinsip-prinsip
tertentu ada yang harus diperhatikan oleh individu khususnya individu muslim dalam
keinginannya dalam menjalankan kegiatan ekonomi. Dalam penawaran, ada pula
beberapa faktor yangmempengaruhi dalam hal menentukan penawaran diantaranya:
1) Biaya dan teknologi
Biaya dan teknologi adalah dua konsep yang sangat erat berkaitan satu
sama lain. Adapun yang dimaksud dengan biaya adalah sesuatu yang
dikeluarkan untuk memproduksi barang dan jasa, yang mencakup biaya
ketenaga kerjaan, biaya bahan baku, biaya sewa mesin, biaya administrasi,
serta biaya bunga atas pinjaman modal. Sedangkan teknologi adalah
penemuan dan peningkatan yang diterapkan untuk menurunkan biaya
produksi. Contohnya: otomatisasi produksi, atau penggunaan robot. Jika
diterapkan akan mengakibatkan biaya produksi akan menjadi lebih rendah,
sehingga dengan penerapan tersebut akan meningkatkan suatu penawaran.
2) Jumlah Penjual
Jumlah penjual sudah sangat jelas memiliki dampak bagi penawaran.
Dikarenakan makin banyak jumlah penjual yang mampu menjual pada
tigkat harga tertentu, maka akan berimbas pada tingginya penawaran itu
sendiri. Contohnya: dalam suatu pasar tradisional terdapat si A penjual
ikan asin
141
12 Vol. 2, No. 2, Juli 2017
http://azharnasri.blogspot.co.id/2014/11/permintaan-penawaran-dalam-
islam.html?m=1/minggu 27-03- 2016 19:00 WIB
142
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
akan berkurang.13
HUKUM PERMINTAAN
Para ahli ekonomi berupaya untuk menganalisis sistem harga, dalam hal ini
membutuhkan pendekatan terhadap masalah yang terdapat dalam unsur pembentukan
harga. Para ahli ekonomi membatasi unsur-unsur yang dapat mempengaruhi
mekanisme dalam pembentukan harga dengan menggunaakan dua faktor saja yaitu
permintaan dan penawaran. Permintaan, itu sendiri memiliki hukum dalam ilmu
ekonomi. Banyak penjabaran atau pengertian Hukum permintaan. Menurut Mustofa E.
Nasution dalam bukunya berbunyi: “kuantitas barang atau jasa yang orang bersedia
untuk membelinya
143
13 Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Edwin Nasution Mustofa, “Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam”
(Jakarta:PRENADAMEDIA GROUP, 2006), halaman 92-93.
144
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
pada berbagai tingkat harga dalam suatu periode tertentu”.14 Atau dapat disimpulkan
dari bunyi hukum permintaan diatas “suatu barang apabila harganya makin rendah,
maka permintaan terhadap barang tersebut akan meningkat, sebaliknya apabila harga
suatu barang makin tinggi maka permintaan terhadap barang tersebut akan menurun.
Jadi konsep permintaan terhadap barang dan jasa hanya memperhatikan konsumen
yang preferensi dan daya beli sekaligus. Dalam merumuskan hukum permintaan
tersebut, diasumsikan atau dijelaskan bahwa permintaan terhadap barang dan jasa
yang dibutuhkan harus terpenuhi atau dengan kata lain ada faktor-faktor selain harga
yang dianggap tetap. Asumsi ini sering dikenal dengan istilah ceteris paribus.Untuk
lebih jelasnya tentang hukum permintaan perhatikan tabel permintaan berikut:
Berdasarkan tabel di atas dapat dibuat kurva permintaan seperti gambar dibawah ini.
145
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
14
Ibid, halaman 80
146
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
ekonomi), yang secara literal berarti “pertengahan atau moderat”16. Dari hal itu
seorang
147
15 Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Edwin Nasution Mustofa, “Pengenalan Eksklusi ekonomi islam” (Jakarta: kencana,
2007), halaman 85
16
Ibid, halaman 85
148
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
HUKUM PENAWARAN
Penawaran dalam ekonomi, ada istilah pokok dalam penawaran itu sendiri.
Istilah dalam penawaran itu ialah hukum penawaran. Hukum penawaran menurut
Mustofa E. Nasution didefinisikan sebagai: “kuantitas barang atau jasa yang orang
bersedia untuk menjualnya pada tingkat harga dalam suatu periode waktu tertentu”.18
Atau dapat diartikan luas hukum permintaan adalah semakin tinggi harga suatu
barang, semakin besar pula jumlah penawaran barang tersebut, sebaliknya semakin
rendah harga suatu barang maka semakin rendah pula jumlah barang tersebut. Pada
dasarnya hukum penawaran dan hukum permintaan itu hanya terdapat satu kata
perbedaan dalam definisinya atau bunyinya. Jika hukum permintaan menggunakan kata
membeli, hukum penawaran menggunakan kata menjual. Seperti halnya dalam
permintaan, penawaran juga mengasumsikan suatu periode waktu tertentu, dan faktor-
faktor penentu penawaran selain harga barang tersebut dianggap tidak berubah atau
konstan (ceteris paribus).
149
17 Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Edwin Nasution Mustofa, “Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam”
(Jakarta:PRENADAMEDIA GROUP, 2006), halaman 88-89
18
Ibid, halaman 89
150
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Tabel di atas menunjukkan berbagai jumlah telur yang ingin dijual oleh Pak
Mulyanto pada berbagai tingkat harga tertentu pada saat tertentu. Pak Mulyanto
sebagai penjual tentunya ingin mendapat keuntungan yang besar. Pak Mulyanto
menjual telurnya dengan harga Rp 15.500,00, telur yang ingin ditawarkan jumlahnya
sebanyak 50 kg. ketika naik harganya menjadi Rp 15.750,00, telur yang ditawarkan
jumlahnya menjadi 60 kg. Di saat harga telur setiap satu kilogramnya Rp 17.000,00,
maka telur yang dijual jumlahnya semakin bertambah, yaitu sebanyak 110 kg.
Penjualan telur Pak Mulyanto itulah merupakan contoh penawaran. Penawaran adalah
keseluruhan jumlah barang yang bersedia ditawarkan pada berbagai tingkat harga
tertentu dan waktu tertentu.Jika harga naik, jumlah barang yang ditawarkan
bertambah. Begitu juga ketika harga turun, maka jumlah barang yang ditawarkan juga
turun atau semakin sedikit. Bukan harga saja yang menentukan faktor penawaran.
Masih banyak sekali faktor lain yang mempengaruhi penawaran penjual. Namun ketika
merumuskan penawaran, cukup dengan menghubungkan harga dan jumlah barang dan
jasa yang ditawarkan. Faktor- faktor selain harga dianggap tidak berubah (ceteris
paribus).
151
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Kurva bergerak dari kiri bawah ke kanan atas. Dengan demikian maka kurva
penawaran mempunyai slope positif. Artinya jumlah barang yang ditawarkan
berbanding lurus dengan harga suatu barang. Semakin tinggi harga, semakin banyak
jumlah barang yang ditawarkan.
152
19 Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Dominick Salvatore, “Teori Mikro Ekonomi” (Jakarta: Erlangga, 1990). Halaman 19-
20
153
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
ini telah dijelaskan dalam al-qur’an surat Ibrahim ayat 32-34. Dalam memanfaatkan
alam yang telah disediakan Allah untuk keperluan manusia, terdapat larangan yang
harus dipatuhi oleh umatnya yang berbunyi “janganlah kamu membuat kerusakan
dimuka bumi”.20
Meskipun pada dasarnya pengertian kerusakan ini sangat luas, berhubung ada
kaitannya dengan produksi dalam berekonomi, maka larangan akan kerusakan itu
digunakan untuk memberikan arahan terhadap nilai dan panduan moral terhadap
manusia itu sendiri. Sebagai contoh dari maksud kerusakan itu ialah:
1. Larangan produksi yang dapat mengakibatkan kerusakan alam dan
lingkungan.
2. Larangan produksi yang dapat membuat rusaknya kesehatan, rusaknya
moral dan kepribadian.
Dari larangan dalam hal etika dan moral tadi, tentu saja berpengaruh terhadap
fungsi penawaran barang dan jasa itu sendiri.
Zakat perniagaan baru dikenakan apabila hasil produksi dijual dan hasi
penjualan telah memenuhi nisab (batas minimal harta yang menjadi objek zakat yaitu
setara dengan 96 gram emas), dan haul (batas minimal waktu harga yang dimiliki yaitu
satu tahun). Apabila nisab dan haul telah terpenuhi, maka wajiblah dikeluarkan
zakatnya
20
Edwin Nasution Mustofa, “Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam”
(Jakarta:PRENADAMEDIA GROUP, 2006), halaman 94
154
21 Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Ibid, halaman 95
155
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
sebesar 2,5%. Dengan adanya zakat perniagaan itu sendiri dapat membuat perilaku
untuk memaksimalkan zakat. Artinya, jika seorang produsen memaksimalkan
keuntungannya, pada saat yang bersamaan ia akan memaksimalkan besarnya zakat
yangdibayarkan.
Dengan demikian mustahik produsen yang mempunyai kewajiban zakat
perniagaan dapat menawarkan barang dan jasanya dengan biaya yang lebih kompetitif,
akibatnya akan meningkatkan penawaran. Pada kurva penawaran yang ada, maka
kurva akan bergeser kebawah yang dikarenakan adanya dukungan dana zakat produktif
tersebut.22
1. Pembentukan harga keseimbangan dalam islam
Dalam kegiatan ekonomi juga ada istilah keseimbangan atau ekuilibrium.
Keseimbangan atau ekuilibrium adalah kondisi dimana jumlah permintaan sama
dengan jumlah penawaran. Jumlah barang pada keadaan ini disebut kuantitas
keseimbangan. Sedangkan tingkat harga yang membentuk keadaan keseimbangan
disebut harga keseimbangan.
Secara grafis, harga dan kuantitas keseimbangan dicerminkan dengan
pertemuan antara kurva permintaan dan kurva penawaran. Seperti yang gambar
berikut:
156
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
22
Ibid, halaman 96
157
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
158
23 Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Ibid
159
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
samping), dan apabila perusahaan itu memasukan biaya polusi kedalam struktur biaya,
maka yang terjadi akan terjadi perubahan pada fungsi penawaran menjadi:
Qs = -300 + 100 P
Maka keseimbangan baru terbentuk adalah:
Qd = Qs
700 – 100 P = -300 +100 P
Jika diselesaikan, persamaan diatas akan memberikan hasil P = 5 dan Qd = Qs =
KESIMPULAN
Dalam kegiatan ekonomi konvensional maupun ekonomi islam, permintaan dan
penawaran adalah dua konsep yang mendasari kegiatan perekonomian secara luas
permintaan dan penawaran sendiri merupakan dua kata yang sering digunakan oleh
para pelaku ekonomi. Keduanya dijadikan sebagai kekuatan-kekuatan yang membuat
proses kegiatan ekonomi dapat bekerja. Selain itu permintaan dan penawaran juga
memiliki hukum-hukum yang dimana hukum dari permintaan dan penawaran ini
berlaku apabila dalm suatu periode tertentu dan faktor-faktor yang menjadi penentu
permintaan dan penawaran selain harga barang dianggap tidak berubah atau konstan
(ceteris paribus). Dua konsep ini juga memiliki teori-teori dalam proses kegiatannya.
Dalam konsep ekonomi Islam terdapat batasan-batasan individu untuk
berperilaku dalam kegiatan ekonomi yang sesuai aturan dan syariah. Hal ini yang
menyebabkan permintaan dan penawaran dalam pandangan Islam juga berbeda
dengan konvensional. Secara Ekonomi islam nilai moral islami merupakan prinsip
dasar dalam melakukan kegiatan ekonomi, sehingga teori dalam permintaan dan
penawaran islam juga menjadi berbeda dengan teori yang terdapat pada ekonomi
konvensional
160
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
24
Ibid, halaman 98
161
Ekonomi Islam juga memasukakan kegiatan zakat yang merupakan
rukun Islam. Zakat mempengaruhi dalam proses penawaran dalam kegiatan
ekonomi. Tidak hanya itu saja,dalam proses penetapan harga dalam ekonomi
Islam juga harus ada kesimbangan atau equilibrium dalam pembentukan
harga.
Penelitian ini memberikan kontribusi saran diantaranya: Bagi kita
masyarakat disarankan untuk melakukan kegiatan perekonomi/perdagangan
(permintaan dan penawaran) sesuai dengan konsep ekonomi Islam. Dimana
dalam Ekonomi Islam juga dimasukkan unsur zakat yang dapat mempengaruhi
proses penawaran
DAFTAR PUSATAKA
Group.2006
Mustofa, Edwin Nasution. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta:
Kencana.2007Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. Pengantar Imu
Ekonomi (Mikroekonomi& Makro ekonomi). Jakarta: Lembaga Penerbit
Universitas Fakultas Ekonomi
Indonesia. 2008
Sadono, Sukirno. Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.2013
: M Irvan (4022019022)
Unit/Semester : 1/4
163
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
164
KATA PENGANTAR Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Assalamu,alaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan taufik beserta hidayahnya kepada
kita semua sehingga kita bias menjalankan hari-hari sesuai dengan ridho-Nya. Syukur
Alhamdulillah saya Bisa menyelesaikan makalah ini sesuai dengan rencana. Shalawat
serta salam marilah sama-sama kita hadiahkan kepada Baginda nabi Besar Muhammad
Shallahu’alaihi wassalam Karena beliau salah satu figur umat yang mampu memberi
syafaat kepada kita diakhirat kelak. Selanjutnya saya banyak mengucapkan kepada dosen
pembimbing beserta sahabat dan sahabati juga kepada pihak pendukung. Saya mohon
maaf sebesar-besarnya apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak sekali
kesalahan didalamnya. Saya harapkan kritik dan saran yang membangun demi tercapai
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat untuk penulis khususnya para
pembaca. Amiin ya rabbal’alamin.
Penulis
165
DAFTAR ISI Vol. 2, No. 2, Juli 2017
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
4. Pengertian produksi..................................................................................... 6
5. Tujuan produksi........................................................................................... 7
6. motif produksi dalam islam ........................................................................ 8
7. faktor-faktor produksi................................................................................. 9
8. nilai-nilai produksi dalam islam ................................................................. 11
4. kesimpulan .................................................................................................... 13
5. saran .............................................................................................................. 13
166
BAB I Vol. 2, No. 2, Juli 2017
PENDAHULUAN
167
produksi harus pula mewujudkan fungsi sosial. Ini tercermin Vol. 2, No.
dalam QS.2,Al-hadiid
Juli 2017
(57) ayat 7:
“Berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan nafkahkanlah
sebagian dari hartamu yang Allah Telah menjadikan kamu menguasainya. Maka
orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari
hartanya memperoleh pahala yang besar.” QS: Al-hadiid (57) : 7.
Sebagai modal dasar berproduksi, Allah telah menyediakan bumi beserta
isinya bagi manusia, untuk diolah bagi kemaslahatan bersama seluruh umat. Hal
itu terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 22:
“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit
sebagai atap, dan dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dia menghasilkan
dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; Karena itu
janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu
Mengetahui”. QS: Al-Baqarah : 22.
Adapun kaidah-kaidah dalam berproduksi dalam Islam antara lain adalah:
G. Memproduksi barang dan jasa yang halal pada setiap tahapan produksi.
H. Mencegah kerusakan dimuka bumi, termasuk membatasi polusi, memelihara
keserasian, dan ketersediaan sumber daya alam.
I. Produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat
serta mencapai kemakmuran. Kebutuhan yang harus dipenuhi harus dalam
prioritas yang ditetapkan agama, yakni terkait dengan kebutuhan untuk
tegaknya akidah/agama, terpeliharanya nyawa, akal dan
keturunan/kehormatan, serta untuk kemakmuran material.
J. Produkksi dalam Islam tidak dapat dipisahkan dari tujuan kemandirian umat.
Untuk itu hendaknya umat memiliki berbagai keahlian, kemampuan dan
prasarana yang memungkinkan terpenuhinya kebutuhan sprituak dan material.
K. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik kualitas spiritual maupun
mental dan fisik.[4]
E. Rumusan masalah
1. Apa pengertian produksi?
2. Apa tujuan produksi menurut islam?
3. Bagaimana motif produksi dalam islam?
4. Apa saja faktor-faktor produksi?
5. Bagaiamana nilai-nilai produksi Dalam islam?
F. Tujuan penulisan
Makalah ini dibuat guna mengetahui pengertian produksi, tujuan produksi
dalam islam, motif produksi dalam islam serta nilai-nilai produksi dalam islam.
168
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
169
BAB II Vol. 2, No. 2, Juli 2017
PEMBAHASAN
5. Pengertian produksi
Produksi adalah menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. Kegunaan
suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari
bentuk semula.14 Dalam pengertian lain, produksi adalah sebuah proses yang
terlahir di muka buni ini semenjak manusia menghuni planet ini. Produksi sangat
prinsip bagi kelangsungan hidup dan juga peradaban manusia dan bumi.15 Ada
juga yang berpendapat bahwa produksi adalah kegiatan manusia untuk
menghasilkan barang dan jasa yang kemudian dimanfaatkan oleh konsumen.
Fungsi produksi adalah hubungan antara jumlah input yang diperlukan dan
jumlah output yang dapat dihasilkan. Fungsi produksi menentukan berapa besar
output, dengan kandungan berkah tertentu, bisa diproduksi dengan input-input
yang disuplai ke dalam proses produksi dan dengan jumlah modal/kapital yang
tertentu.
Produksi yang Islami menurut siddiqi (1992) adalah penyediaan barang
dan jasa dengan memperhatikan nilai-nilai keadilan dan kebijakan atau manfaat
(mashlahah) bagi masyarakat. Dalam pandangannya, sepanjang produsen telah
bertindak adil dan membawa kebijakan bagi masyarakat maka ia telah bertindak
Islami.
Dr. Muhammad Rawwas Qalahji memberikan padanan kata “produksi”
dalam bahasa Arab dengan kata al-intaj yang secara harfiyah dimaknai dengan
ijadu sil’atin (mewujudkan atau mengadakan sesuatu) atau khidmatu
mu’ayyanatin bi istikhdami muzayyajin min ‘anashir alintaj dhamina itharu
zamanin muhaddadin (pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut adanya bantuan
pengabungan unsur-unsur produksi yang terbingkai dalam waktu yang terbatas).
Produksi menurut Kahf mendefinisikan kegiatan produksi dalam
perspektif islam sebagai usaha manusia untuk memperbaiki tidak hanya kondisi
fisik materialnya, tetapi juga moralitas, sebagai sarana untuk mencapai tujuan
hidup sebagaimana digariskan dalam agama islam, yaitu kebahagiaan dunia dan
akhirat.
Dari dua pengertian diatas produksi dimaksudkan untuk mewujudkan
suatu barang dan jasa yang digunakan tidak hanya untuk kebutuhan fisik tetapi
juga untuk memenuhi kebutuhan non fisik, dalam artian yang lain produksi
dimaksudkan untuk menciptakan mashlahah bukan hanya menciptakan materi.
Produksi adalah menciptakan manfaat dan bukan menciptakan materi.
Maksudnya adalah bahwa manusia mengolah materi itu untuk mencukupi
berbagai kebutuhannya, sehingga materi itu mempunyai kemanfaatan. Apa yang
bisa dilakukan manusia dalam “memproduksi” tidak sampai pada merubah
substansi benda. Yang dapat dilakukan manusia berkisar pada misalnya
14
Muhammad, Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam, Yogyakarta 2004 hlm. 255
15
Adiwarman A Karim, Ekonomi Islam, Gafindo Persada: Jakarta 2008 Hlm.208
170
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
mengambilnya dari tempat yang asli dan mengeluarkan atau mengeksploitasi
(ekstraktif).
Memindahkannya dari tempat yang tidak membutuhkan ke tempat yang
membutuhkannya, atau menjaganya dengan cara menyimpan agar bisa
dimanfaatkan di masa yang akan datang atau mengolahnya dengan memasukkan
bahan-bahan tertentu, menutupi kebutuhan tertentu, atau mengubahnya dari satu
bentuk menjadi bentuk yang lainnya dengan melakukan sterilisasi, pemintalan,
pengukiran, atau penggilingan, dan sebagainya. Atau mencampurnya dengan cara
tertentu agar menjadi sesuatu yang baru.
6. Tujuan produksi
Sebagaimana telah dikemukakan, kegiatan produksi merupakan respon
terhadap kegiatan konsumsi, atau sebaliknya. Produksi adalah kegiatan
menciptakan suatu barang atau jasa, sementara konsumsi adalah pemakaian atau
pemanfaatan hasil dari produksi tersebut. Kegiatan produksi dan konsumsi
merupakan sebuah mata rantai yang saling berkait satu dengan yang lainnya. Oleh
karena itu, kegiatan produksi harus sepenuhnya sejalan dengan kegiatan
konsumsi. Apabila keduanya tidak sejalan, maka tentu saja kegiatan ekonomi
tidak berhasil mencapai tujuan yang diinginkan.
Tujuan seorang konsumen dalam mengkonsumsi barang dan jasa dalam
persfektif ekonomi Islam adalah mencari mashlahah maksimum dan produsen
pun juga harus demikian. Dengan kata lain, tujuan kegiatan produksi adalah
menyediakan barang dan jasa yang memberikan mashlahah bagi konsumen.
Secara lebih spesifik, tujuan kegiatan produksi adalah meningkatkan
kemashlahatan yang bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk di antaranya:
1. Pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkat moderat
2. Memnemukan kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya.
3. Menyiapkan persediaan barang dan jasa di masa depan.
4. Pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah SWT.
Dalam konsep ekonomi konvensional (kapitalis) produksi dimaksudkan
untuk memperoleh laba sebesar besarnya, berbeda dengan tujuan produksi dalam
ekonomi konvensional, tujuan produksi dalam islam yaitu memberikan
Mashlahah yang maksimum bagi konsumen.
Walaupun dalam ekonomi islam tujuan utamannya adalah memaksimalkan
mashlahah, memperoleh laba tidaklah dilarang selama berada dalam bingkai
tujuan dan hukum islam. Dalam konsep mashlahah dirumuskan dengan
keuntungan ditambah dengan berkah.
Keuntungan bagi seorang produsen biasannya adalah laba (profit), yang
diperoleh setelah dikurangi oleh faktor-faktor produksi. Sedangkan berkah
berwujud segala hal yang memberikan kebaikan dan manfaat bagi rodusen sendiri
dan manusia secara keseluruhan.
Keberkahan ini dapat dicapai jika produsen menerapkan prinsip dan nilai
islam dalam kegiatan produksinnya. Dalam upaya mencari berkah dalam jangka
pendek akan menurunkan keuntungan (karena adannya biaya berkah), tetapi
171
dalam jangka panjang kemungkinan justru akan meningkatkan Vol. 2, No. 2, Juli 2017
keuntungan,
kerena meningkatnya permintaan.
Berkah merupakan komponen penting dalam mashlahah. Oleh karena itu,
bagaimanapun dan seperti apapun pengklasifikasiannya, berkah harus dimasukkan
dalam input produksi, sebab berkah mempunyai andil (share) nyata dalam
membentuk output.
Berkah yang dimasukkan dalam input produksi meliputi bahan baku yang
dipergunakan untuk proses produksi harus memiliki kebaikan dan manfaat baik
dimasa sekarang maupun dimasa mendatang. Penggunaan bahan baku yang ilegal
(tanpa izin) baik itu dari hasil illegal logging, maupun penggunaan bahan baku
yang tanpa batas dalam penggunaannya dalam jangka waktu pendek mungkin
akan memiliki nilai manfaat yang baik(pendistribusian baik), tetapi dalam jangka
waktu panjang akan menimbulkan masalah. Sebagai contoh penggunaan bahan
baku dari ilegal logging dalam jangka panjang akan menimbulkan berbagai
bencana, dan akan memberikan nilai mudharat kepada para penerus/generasi
selanjutnya.
172
Vol.
mencari mashlahah, dimana hal ini juga sejalan dengan tujuan 2, No. 2, Juli
kehidupan 2017
seorang
muslim. Mencari keuntungan dalam produksi dan kegiatan bisnis memang tidak
dilarang, sepanjang dalam bingkai tujuan dan hukum Islam.
8. Faktor-faktor produksi
Perbedaan ekonomi islam dengan ekonomi konvesional terletak pada
filosofi ekonomi, bukan pada ilmu ekonominya. Filosofi ekonomi memberikan
pemikiran dengan nilai-nilai islam dan batasan-batasan syariah, sedangkan ilmu
ekonomi berisi alat-alat analisis ekonomi yang dapat digunakan.
Dengan kata lain, factor produksi ekonomi islam dengan ekonomi
konvesional tidak
berbeda, yang secara umum dapat dinyatakan dalam :
a. Faktor produksi tenaga kerja
b. Faktor produksi bahan baku dan bahan penolong
c. Faktor produksi modal
Di antara ketiga factor produksi, factor produksi modal yang memerlukan
perhatian khusus karena dalam ekonomi konvesional diberlakukan system bunga.
Pengenaan bunga terhadap modal ternyata membawa dampak yang luas bagi
tingkat efisiansi produksi. ‘Abdul-Mannan mengeluarkan modal dari faktor
produksi perbedaan ini timbul karena salah satu da antara dua persoalan berikut
ini: ketidakjelasan anttara faktor-faktor yang terakhir dan faktor-faktor antara,
atau apakah kita menganggap modal sebagai buruh yang diakumulasikan,
perbedaan ini semakin tajam karena kegagalan dalam memadukan larangan
bunga(riba) dalam islam dengan peran besar yang dimainkan oleh modal dalam
produksi.
Kegagalan ini disebabkan oleh adannya prakonseps kapitalis yang
menyatakan bahwa bunga adalah harga modal yang ada dibalik pikiran sejumlah
penulis. Negara merupakan faktor penting dalam produksi, yakni melalui
pembelanjaannya yang akan mampu meningkatkan produksi dan melalui
pajaknya akan dapat melemahkan produksi.
Pemerintah akan membangun pasar terbesar untuk barang dan jasa yang
merupakan sumber utama bagi semua pembangunan. Penurunan belanja negara
tidak hanya menyebabkan kegiatan usaha menjadi sepi dan menurunnya
keuntungan, tetapi juga mengakibatkan penurunan dalam penerimaan pajak.
Semakin besar belanja pemerintah, semakin baik perekonomian karena belanja
yang tinggi memungkinkan pemerintah untuk melakukan hal-hal yang dibutuhkan
bagi penduduk dan menjamin stabilitas hukum, peraturan, dan politik. Oleh
karena itu, untuk mempercepat pembangunan kota, pemerintah harus berada dekat
dengan masyarakat dan mensubsidi modal bagi mereka seperti layaknya air
sungai yang membuat hijau dan mengaliri tanah di sekitarnya, sementara di
kejauhan segalanya tetap kering.
Faktor terpenting untuk prospek usaha adalah meringankan seringan
mungkin beban pajak bagi pengusaha untuk menggairahkan kegiatan bisnis
dengan menjamin keuntungan yang lebih besar (setelah pajak). Pajak dan bea
173
Vol. 2,lebih
cukai yang ringan akan membuat rakyat memiliki dorongan untuk No. 2,aktif
Juli 2017
berusaha sehingga bisnis akan mengalami kemajuan. Pajak yang rendah akan
membawa kepuasan yang lebih besar bagi rakyat dan berdampak kepada
penerimaan pajak yang meningkat secara total dari keseluruhan penghitungan
pajak.
174
BAB II Vol. 2, No. 2, Juli 2017
PENUTUP
C. Kesimpulan
Secara teknis produksi adalah proses mentransformasi input menjadi
output, tetapi definisi produksi dalam pandangan ekonomi jauh lebih luas.
Kegiatan produksi dalam persfektif ekonomi Islam pada akhirnya mengerucut
pada manusia dan eksistensinya, yaitu mengutamakan harkat manusia.
Tujuan kegiatan produksi adalah menyediakan barang dan jasa yang
memberikan mashlahah maksimum bagi konsumen yang di wujudkan dalam
pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkat moderat, menemukan kebutuhan
masyarakat dan pemenuhannya, menyiapkan persediaan barang dan jasa di masa
depan, serta memenuhi sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah.
Produsen dalam pandangan ekonomi Islam adalah mashlahah maximizer.
Mencari keuntungan melalui produksi dan kegiatan bisnis lain memang tidak
dilarang, sepanjang berada dalam bingkai tujuan dan hukum
Islam. Mashlahah bagi produsen terdiri dari dua komponon, yaitu keuntungan dan
keberkahan.
Seluruh kegiatan produksi terikat pada tatanan nilai moral dan teknikal
yang Islami, sebagimana juga dalam kegiatan konsumsi. Secara lebih rinci nilai-
nilai ini misalnya adalah berwawasan jangka panjang, yaitu berorientasi pada
tujuan akhirat.
Produksi adalah menciptakan manfaat dan bukan menciptakan materi.
Maksudnya adalah bahwa manusia mengolah materi itu untuk mencukupi
berbagai kebutuhannya, sehingga materi itu mempunyai kemanfaatan. Apa yang
bisa dilakukan manusia dalam “memproduksi” tidak sampai pada merubah
substansi benda. Yang dapat dilakukan manusia berkisar pada misalnya
mengambilnya dari tempat yang asli dan mengeluarkan atau mengeksploitasi
(ekstraktif).
Dalam konsep ekonomi konvensional (kapitalis) produksi dimaksudkan
untuk memperoleh laba sebesar besarnya, berbeda dengan tujuan produksi dalam
ekonomi konvensional, tujuan produksi dalam islam yaitu memberikan
Mashlahah yang maksimum bagi konsumen.
Walaupun dalam ekonomi islam tujuan utamannya adalah memaksimalkan
mashlahah, memperoleh laba tidaklah dilarang selama berada dalam bingkai
tujuan dan hukum islam. Dalam konsep mashlahah dirumuskan dengan
keuntungan ditambah dengan berkah.
D. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya para
penyusun. Kritik dan saran sangat diperlukan yang sifatnay membangun. Sekian
terimakasih.
175
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
176
DAFTAR PUSTAKA Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Karim, Adiwarman A. 2007. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.
Muhammad, M.Ag. 2004. Ekonomi Mikro Dalam Persfektif Islam. Yogyakarta: BPFE
YOGYAKATA,
Nasution, Mustafa Edwin M.Sc,MAEP, Ph.D. 2007. Pengenalan Eksklusif Ekonomi
Islam. Jakarta: Kencana
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam. 2008. Ekonomi Islam. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada
Samuelson. 2003. Ilmu Mikro Ekonomi. Jakarta, PT. Media Global Edukasi
Setiawan. Instrumen Ekonomi Syariah Untuk Transformasi Masyarakat
Ali Hasan. Meneguh Kembali Konsep Produksi Dalam Ekonomi Islam
http://pmiikomfaksyahum.wordpress.com/2008/04/02/meneguhkan-kembali-
konsepproduksidalam-ekonomi-islam
Bambang Rudito & Melia Famiola, 2007. Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan di Indonesia
Hermant Laura Pincus, 1998. Perspective in Business Ethics, Irvin McGraw Hill Khaerul.
Produksi dan Konsumsi Dala Al Qur’an,
Khatimah Husnul , Teori Produksi Islam, Kafe Syariah.net
M.A. Mannan, “The Behaviour of The Firm and Its Objective in an Islamic Framework”,
Readings in Microeconomics: An Islamic Perspektif, Longman Malaysia (1992),
177
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
178
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
179
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
180
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Pendahuluan
Dalam dunia usaha banyak sisi yang harus diperhatikan baik dalam
pemasaran, persaingan pasar, penentuan segmentasi pasar dan tak kalah
pentingnya adalah dalam hal produksi, karena jika kita berbicara masalah home
industri yaitu skala usaha yang tergolong kecil bahkan sampai kita berbicara
perusahaan yang terbelsit pertama kali adalah hal produksinya karena hal
pertama yang akan dijual atau dipasarkan itu adalah produk yaitu sesuatu yang
dihasilkan dari produksi. Pada dasarnya, masalah ekonomi terdiri atas masalah
produksi, konsumsi, dan distribusi. Produksi mencakup upaya menghasilkan atau
menambah kegunaan barang, konsumsi mencakup kegiatan menggunakan
barang, sedangkan distribusi mencakup upaya penyaluran barang. Ada beberapa
masalah pokok dalam perekonomian, yaitu sebagai berikut:
1. Apa (what), yaitu barang apa dan berapa banyak barang yang harus
diproduksi?. Hal ini mengacu pada jenis jumlah barang serta jasa yang
harus dihasilkan oleh perekonomian. Untuk memecahkan masalah
tersebut, produsen swasta atau pemerintah harus melakukan analisis pasar
untuk menetukan barang atau jasa yang dibutuhkan masyarakat. Hal
tersebut untuk memperoleh kepastian bahwa barang dan jasa memang
dibutuhkan.
2. Bagaimana (how) yaitu bagaimana barang harus diproduksi? Faktor
produksi yang mana serta bagaimana tekniknya? Untuk memecahkan
masalah ini, pihak swasta ataupun pemerintah harus menentukan teknik
produksi yang efektif dan efisien. Selain itu ada pembagian secara jelas
pihak-pihak yang akan melakukan produksi. Input produksi, baik cara
memperoleh maupun menggunakannya harus direncanakan secara tepat.
3. Siapa pelaku produksi (Who)
Banyak pihak, baik pemerintah, swasta, maupun koperasi dapat
melakukan produksi. Pertimbangan mengenai pelaku merupakan hal
penting karena setiap pihak memiliki kelebihan tertentu yang mungkin
melakukan produksi lebih baik.
4. Untuk siapa (For whom)
Untuk siapa barang diproduksi? Siapa yang akan menikmati dan
memperoleh manaat barang dan jasa atau bagaimana produksi nasional
didistribusikan kepada setiap orang? Produsen swasta ataupun
pemerintah harus melakukan analisis pasar untuk menentukan konsumen
yang akan menggunakan barang dan jasa. Perencanaan produksi dalam
organisasi harus ditentukan secara tepat, terutama dalam menentukan
pihak yang akan menggunakan barang dan jasa hasil produksi.
Semua permasalahan ekonomi tersebut dapat diatasi apabila terpenuhi hal-
hal berikut:
181
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
1
Situ Nur Fatoni, Pengantar Ilmu Ekonomi Dilengkapi Dasar-Dasar
Ekonomi Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), 27-29
182
2
Muhammad, Etika Bisnis Islami, (Yogyakarta: UPPVol.
AMP 2, No. 2, Juli2013),
YKPN, 2017
103.
3
Muhammad, Etika Bisnis Islami, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,
2013),100
183
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Rumusan Masalah
Sebagaiman pendahuluan diatas, artikel ini bermaksud ingin memberikan
informasi atau pengetahuan bagaimana teori produksi dalam Islam.
B.Metodelogi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Teknik deskripif yang
digunakan adalah studi kepustakaan. Sedangkan studi kepustakaan menurut
Nazir4adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan
terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan
yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Penelitian ini juga
untuk menelaah sumber-sumber tertulis seperti jurnal ilmiah, buku referensi,
literature, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan obyek penelitian.
Adapun obyek kajian dalam penelitian ini adalah teori produksi dalam Islam.
Pembahasan
5. Pengertian Produksi
Teori produksi adalah studi tentang produksi atau proses ekonomi
untuk mengubah faktor produksi (input) menjadi hasil produksi (output).
Produksi menggunakan sumber daya untuk menciptakan barang atau jasa
yang sesuai untuk digunakan. Dalam teori produksi, produksi adalah
suatu kegiatan untuk menambah nilai guna pada suatu barang. Produksi
diukur sebagai tingkat hasil produksi (output) perperiode waktu karena
merupakan konsep aliran.5
Sedangkan Kahf mendefinisikan kegiatan produksi dalam Islam
sebagai usaha manusia untuk memperbaiki tidak hanya kondisi fisik
materialnya, tetapi juga moralitas, sebagai sarana untuk mencapai tujuan
hidup sebagaimana digariskan dalam agama Islam, yaitu kebahagiaan
dunia dan akhirat.6
6. Faktor-faktor produksi
4
M. Nazir, Metode Penelitian, cet, ke 5 ( Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003) ,
27
5
Erlina Rufaidah, Ilmu Ekonomi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), 43-44
184
6 Vol. 2, No.Fungsi
Monzer Kahf, Ekonomi Islam, Telaaah AnalitikTerhadap 2, Juli 2017
Sistem Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 197), 45
185
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
a. Tanah
Islam telah mengakui tanah sebagai suatu faktor produksi tetapi
tidak setepat dalam arti sama yang digunakan di zaman modern.
Dalam tulisan klasik yang dianggap sebagai suatu faktor produksi
penting mencakup semua sumber daya alam yang digunakan dalam
proses produksi, umpamanya permukaan bumi, kesuburan tanah, sifat-
sifat sumber-sumber daya, udara, air mineral dan seterusnya.7
b. Tenaga Kerja
Buruh merupakan faktor produksi yang diakui di setiap sistem
ekonomi terlepas dari kecenderungan ideologi mereka.8
c. Modal
Suatu sistem ekonomi Islam harus bebas dari bunga. Dalam
sistem itu bunga tidak diperkenankan memainkan pengaruhnya yang
merugikan pekerja, produksi dan distribusi.9
d. Organisasi
Peranan organisasi dalam ekonomi Islam:
Pertama, dalam ekonomi Islam yang pada hakikatnya lebih
berdasarkan ekuiti (equity-based) daripada berdasarkan pinjaman
(loan-based), para manajer cenderung mengelola perusahaan yang
bersangkutan dengan pandangan untuk membagi deviden dikalangan
pemegang saham atau berbagi keuntungan diantara mitra suatu usaha
ekonomi.
Kedua, sebagai akibat, pengertian tentang keuntungan bisa
mempunyai arti yang lebih luas dalam kerangka ekonomi Islam karena
bunga pada modal tidak dapat dikenakan lagi.
Ketiga, karena sifat terpadu organisasi inilah tuntutan akan integritas
moral, ketepatan dan kejujuran dalam perakunan (accounting)
barangkali jauh lebih diperlukan daripada dalam organisasi sekular
mana saja yang para pemilik modalnya mungkin bukan merupakan
bagian dari manajemen.
Keempat, adalah bahwa faktor manusia dalam produksi dan strategi
usaha barangkali mempunyai signifikansi lebih diakui dibandingkan
dengan strategi manajemen lainnya yang didasarkan pada
memaksimalkan keuntungan atau penjualan.10
7. Motif ekonomi dalam Islam
Motivasi ekonomi dalam Islam antara lain:
7
M. Abdul Mannan, Teori Dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT.
Dana Bhakti Prima Yasa, 1997), 55.
8
Ibid, 58.
186
9
Ibid, 59. Vol. 2, No. 2, Juli 2017
10
Ibid, 63
187
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
188
11 Vol. 2, No.
Abdullah Abdul Husain at-Tariqi, Ekonomi Islam Prinsip, 2, Juli Dan
Dasar, 2017
Tujuan, (Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004), 160.
12
Ibid, 163.
13
Ibid, 171-173.
189
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
b. Modal Dagang
1) Modal finasial. Pertama, terdapat dua orang yang mengadakan
kerjasama dalam bentuk penggabungan modal. Kedua, Terjadi
penggabungan modal dan tenaga. Ketiga, Terjadi penggabungan
modal, namun pelaksana investasi hanya dipercayakan kepada
salah seorang saja. Keempat, Tenaga dua orang yang sepakat
melakukan usaha bersama, dengan modal hanya berasal dari salah
satu pihak saja.
2) Modal barang. Modal ini berasal dari seseorang yang bekerja dan
mempunyai kekayaan berupa alat-alat dan barang-barang tertentu.
Pengembangan incomnya dilakukan dengan cara persewaan.14
9. Tujuan produksi
Menurut Siddiqi dalam Hendrie Anto15 beberapa tujuan kegiatan
produksi ini, antara lain:
a. Pemenuhan sarana kebutuhan manuasia pada takaran moderat
b. Menentukan kebutuhan masyarakat
c. Persediaan terhadap kemungkinan
d. Persediaan bagi generasi mendatang
e. Pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah
Tujuan produksi yang pertama sangat jelas, yaitu pemenuhan
manusia pada takaran moderat akan menimbulkan setidaknya dua
implikasi. Pertama produsen hana menghasilkan barang dan jasa yang
menjadi kebutuhan (need) bukan keinginan (want) dari konsumen. Barang
dan jasa yang dihasilkan harus memiliki manfaat riil bagi kehidupan yang
Islami, bukan sekedar memberikan kepuasan maksimum bagi konsumen.
Karenanya prinsip costumer satisfaction yang banyak dijadikan pegangan
produsen kapitalis tidak dapat diimplementasian begitu saja. Kedua
kuantitas produksi tidak akan berlebihan, tetapi hanya sebatas kebutuhan
wajar. Produksi barang dan jasa secara berlebihan tidak saja seringkali
menimbulkan mis-alokasi sumber daya eknomi dan kemubadziran
(wastage), tetapi juga menyebabkan terkurasnya sumber daya ekonomi ini
secara cepat. Semakin meipisnya persediaan sumber daya alam dan
kerusakan lingkungan hidup merupakan salah satu asalah serius dalam
pembangunan ekonomi modern saat ini.
Meskipun produksi hanya menyediakan sarana kebutuhan manusia
tidak berarti bahwa produsen sekedar bersikap reaktif terhadap
kebutuhan konsumen. Produsen harus proaktif, kreatif, inovatif
menemukan berbagai
14
Ibid, 174-176.
190
15
Hendrie Anto, Pengantar Ekonomika Mikro Islami,Vol. 2, No. 2, Juli 2017
(Yogyakarta:
Ekonisia, 2003),
163-164
191
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
192
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
16
Abdullah Abdul Husain at-Tariqi, Ekonomi Islam Prinsip, Dasar, Dan
Tujuan, 181-
199
193
17
Yusuf Qardhawi, Norma Dan Etika Ekonomi Islam,Vol. 2, No. 2,
(Jakarta: Juli 2017
Gema
Insani,1997), 117
18
Ramadan, Perbandingan Norma Produksi Pada Industri Bordir Di
Kecamatan
194
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
195
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
196
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
20
Ibid, 54-59
197
21 Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Muhammad, Ekonomi Mikro Dalam Persfektif Islam,
(Yogyakarta:BPFE, 2004),
260-261
198
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
(TR). Hubungan antara FC, TC, dan TR, dapat digambarkan dalam grafik
berikut:
Revenue/Penerimaan
TR
TC
FC
Quantitas
199
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Rp
TR=TRi
TCi
TC
FCi
FC
Q1 Q2 Q
22
Ibid, 261-262
200
23 Vol. 2, No.
Adiwarman, A Karim, Ekonomi Mikro Islami, ( Jakarta: PT.2,Raja
Juli 2017
Grafindo Persada, 2007), 116-117
201
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
TR
TRrs
TC
FC
Q Qrs Q
Hubungan biaya, penerimaan dan jumlah produksi dengan pola revenue sharing
24
Muhammad, Ekonomi Mikro Dalam Persfektif Islam, 263
25
Ibid, 265
202
26
Hendrie Anto, Pengantar Ekonomika Mikro Islami,Vol. 2, No. 2, Juli 2017
256-257
203
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
b. Profit sharing
Penerimaan Rp
TR
TRps
TC
FC
Q
Qps
T
R’’
Q Output
Dalam model loss profit sharing kurva TR akan turun menjadi TR’
dengan sumbu perputaran pada titik BEP. Rentang putaran waktu kurva TR
ini adalah di daerah antara TR dengan TCdan diantara TC dengan TR.
Dengan demikian kurva TR dapat turun hingga menjadi TR”. Daerah
keuntungan ditunjukkan oleh “mulut buaya” atas, yaitu antara TR dan TC,
sementara daerah kerugian ditunjukkan oleh”mulut buaya” bawah, yaitu
antara TC dan TR. Baik kerugian maupun keuntungan akan dibagi diantara
para partner secara adil. Karna itu sistem loss profit sharing ini juga
menghasilkan
27
Muhammad, Ekonomi Mikro Dalam Persfektif Islam, 263-264
204
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
perubahan posisi break even point. Jumlah produksi pada titik impas ini tetap
berada pada titik Q.28
205
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
28
Hendrie Anto, Pengantar Ekonomika Mikro Islami, 259-260
206
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
E. Kesimpulan
Teori produksi adalah studi tentang produksi atau proses ekonomi untuk
mengubah faktor produksi (input) menjadi hasil produksi (output). Produksi
menggunakan sumber daya untuk menciptakan barang atau jasa yang sesuai untuk
digunakan. Dalam teori produksi, produksi adalah suatu kegiatan untuk menambah
nilai guna pada suatu barang. Produksi diukur sebagai tingkat hasil produksi
(output) perperiode waktu karena merupakan konsep aliran. Sedangkan yang
termasuk dalam faktor-faktor produksi adalah tanah, modal, tenaga kerja dan
organisasi. Dan unsur-unsur dari produksi adalah bekerja dan modal dagang.
Tujuan dari produksi adalah :
14. Pemenuhan sarana kebutuhan manuasia pada takaran moderat
15. Menentukan kebutuhan masyarakat
16. Persediaan terhadap kemungkinan
17. Persediaan bagi generasi mendatang
18. Pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah Sedangakan
dalam biaya produksi ada biaya eksplisit dan biaya impilisit.
Jika dalam penggolongan biaya produksinya ada biaya jangka pendek dan biaya
jangka panjang. Dan dalam mekanisme produksi islam ada perbedaan dengan teori
produksi konvensional, Jika dalam konvensional menggunakan sistem bunga dalam
hal biaya, penerimaan dan jumlah produksinya sedangkan dalam teori produksi
islam tidak mengenal adanya bunga akan tetapi dikenal dengan istilah revenue
sharing, profit sharing dan profit and loss sharing. Revenue sharing adalah
mekanisme bagi hasil dimana seluruh biaya ditanggung oleh pengelola modal.
Sementara pemilik modal tidak menanggung biaya produksi. Pada profit sharing
seluruh biaya ditanggung oleh pemodal, maka yang dibagi adalah keuntungan.
Dalam mudharabah, dapat saja disepakati bahwa biaya-biaya hanya ditanggung si
mudharib (pelaksana) saja atau shahib al maal (pemodal) saja. Jika biaya
disepakati untuk ditanggung sendiri oleh mudharib maka berarti yang akan
dibagikan adalah penerimaan saja (revenue sharing). Sistem revenue sharing ini
mungkin dapat dijumpai dalam muzara’ah, yaitu kerjasama antara pemilik tanah
sebagai pemodal dengan penggarap yang juga menanggung biaya bibit, pupuk dan
lainnya. Perlu diingat, dalam skema muzara’ah seperti tenaga kerja dari pengolah
(mudharib) maupun sewa tanah tidak dihitung sebagai biaya, sebab memang
merupakan dari mudharib dan sahib al maal.
Jika dalam perjanjian disepakati bahwa biaya akan ditanggung oleh sahib
al maal maka yang akan dilakukan adalah pembagian keuntungan saja (profit
sharing). Tetapi, kedua belah pihak juga dapat bersepakat untuk menanggungbiaya
secara bersama. Hal ini berarti yang akan dibagikan adalah keuntungan atau juga
kerugian (loss-profit-sharing).
207
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
ANALISIS BIAYA ISLAMI
Oleh kelompok 8 :
208
KATA PENGANTAR Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Assalamu‟aikum. Wr. Wb
Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan izin dan ridha-NYA
penulis dapat merampungkan tulisan ini. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah menata cara hidup bermasyarakat berdasarkan ajaran
agama yang benar. Dalam makalah ini, kami akan membahas tentang ANALISIS BIAYA
ISLAMI. Semoga saja dengan adanya makalah ini menambah wawasan kita tentang analisis
biaya islami sehingga menyatu dalam diri pelaksana pemakalah itu. Kami menyadari dalam
pembuatan makalah ini, masih terdapat banyak kesalahan. Maka dari itu kami sangat
mengharapkan saran serta kritik dari pembaca.
Penulis
209
DAFTAR ISI Vol. 2, No. 2, Juli 2017
KATA PENGANTAR...............................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................................................
B. Rumusan masalah ........................................................................................................
C. Tujuan penulisan .........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................
A. Analisis biaya................................................................................................................
1). Fungsi biaya................................................................................................................
2). Revenue sharing Vs Profit Sharing...........................................................................
A. Kesimpulan..................................................................................................................
B. Saran ...........................................................................................................................
DAFTAR PUSAKA
210
BAB 1 Vol. 2, No. 2, Juli 2017
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam ajaran islam, pemanfaatan sumber daya merupakan sesuatu yang telah
diperintahkan oleh
Allah. Implementasi dari pemanfaatan sumber daya yaitu dengan melakukan kegiatan
produksi.
Analisis biaya merupakan salah satu bagian terpenting dalam produksi. Dengan analisis
ini maka dapat dilihat tingkat efisiensi produksi, tingkat keuntungan atau kerugian
perusahaan, tingkat output yang optimal, dan lain-lain.
Secara garis besar perilaku produsen ada dua, yaitu : 1). Maksimalisasi profit dan 2).
Minimalisasi biaya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penulisan
2. Untuk mengetahui cara memaksimalkan produksi tanpa kenaikan atau perubahan biaya
211
BAB II Vol. 2, No. 2, Juli 2017
PEMBAHASAN
A. Analisis Biaya
1. Fungsi biaya
Definisi biaya dalam ilmu ekonomi adalah pengorbanan untuk menghasilkan sesuatu, baik
yang berwujud uang maupun bukan. Analisa biaya berhubungan antara biaya dengan kegiatan
produksi. Pengertian biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh
perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan
digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksi oleh perusahaan.
Dari beberapa definisi diatas bisa disimpulkan biaya adalah semua hal dikorbankan untuk
menghasilkan output dalam jumlah tertentu sehingga menghasilkan keuntungan. Analisis
yang fundamental dalam menerangkan analisis biaya adalah fungsi hubungan antara biaya
produksi dengan tingkat output yang akan dicapai dalam satu periode. Faktor produksi
adalah biaya yang dinilai dengan uang sehingga total biaya mencerminkan jumlah faktor
produksi yang dikorbankan.
b). Faktor produksi yang digunakan adalah barang dan modal tenaga kerja. Dalam jangka
pendek hanya tenaga kerja yang bersifat variabel. Seorang produsen secara rasional akan
berproduksi dengan biaya minimum. Oleh karena itu, ia harus menganalisis seberapa
mampu dalam mengubah jumlah input yang akan mempengaruhi skala produksi.
Dalam menganalisis biaya produksi, seperti yang terdapat pada teori produksi.
Analisis biaya produksi dibedakan menjadi 2, meliputi :
Jangka pendek adalah periode waktu dimana produsen tidak dapat merubah
kuantitas input yang digunakan, bisa ukuran hari, minggu , bulan dan sebagainya.
biaya yang jumlahnya tidak tergantung atas besar kecilnya kuantitas produksi yang
dikeluarkan apabila produsen dalam waktu sementara produksi dihentikan, maka biaya tetap
ini harus dibayar dalam jumlah yang sama.
212
Contoh : angsuran hutang bulanan, pembelian gedung, mesin, sewa gedung, pajak dan
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
lain-lain.
biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan kuantitas produk yang
dihasilkan makin besar kuantitas produksi maka makin besar produk yang dihasilkan.
213
Contoh : pembelian bahan baku, biaya tenaga kerja, dan sebagainya. Vol. 2, No. 2, Juli 2017
3). Biaya total (total cost/ TC)
berapa besar perubahan biaya total yang dikeluarkan perusahaan apabila jumlah
output yang diproduksi berubah satu unit.
iaya variabel yang dibebankan kepada setiap kepada setiap unit output. AVC = TVC Q
iaya variabel yang dibebankan kepada setiap unit output. AVC = TVC Q
Dalam jangka panjang, memungkinkan produsen untuk mengubah jumlah semua input
yang digunakan sehingga tidak ada input tetap. Produsen dapat menambah semua faktor
produksi yang digunakannya. Sehingga tidak ada perbedaan antara biaya tetap dan biaya
variabel . oleh karena itu, produsen yang memilih kombinasi input yang paling efisien untuk
memperoleh biaya terendah.
Dalam akad islam, dikenal istilahakad mudharabah, yaitu akad anatara pemodal
dengan si pelaksana. Sebelum terjadinya akad, terlebih dahulu dibuat kesepakatan nisah yang
akan diterima oleh si pemodal dan si pelaksana. Jika terjadi kerugian, si penanggung modal
akan menanggung sesuai dengan modalnya, kecuali jika kerugian disebabkan oleh
kelalaian dari si pelaksana. Selain itu, mereka juga membuat kesepakatan tentang biaya.
Bila yang disepakati adalah biaya ditanggung oleh pelaksana, maka yang dilakukan adalah
bagi penerimaan (revenue sharing). Sedangkan bila yang disepakati adalah biaya ditanggung
oleh si pemodal, maka yang dilakukan adalah bagi untung (profit sharing).
214
B. Memaksimalkan Produksi tanpa Kenaikan atau PerubahanVol.
Biaya
2, No. 2, Juli 2017
Menurut Robert H. Franks dan Ben S. Bernanke meskipun beragam motif, sebagian
besar barang dan jasa yang ditawarkan untuk dijual dalam ekonomi pasar yang dijual
oleh perusahaan swasta yang alasan utama adalah untuk mendapatkan keuntungan bagi
pemiliknya. Keuntungan perusahaan adalah perbedaan antara total pendapatan yang diterima
dari save produk dan semua biaya itu menimbulkan dalam memproduksi itu.
Pertama menentukan titik dimana saja pada sumbu Y sebagai titik yang
menggambarkan total biaya yang sama (TC yang sama), tentunya ambil titik yang diatas garis
FCi. Kemudian tarik garis horizontal sampai memotong TC dan TCi. Untuk masing-masing
perpotongan antara garis horizontal dengan TC dan TCi, tariklah garis vertikal ke bawah ke
sumbu X. Ternyata total cost yang sama, jumlah produksi bagi hasil (Q) selaulu lebih
besar dibandingkan jumlah produksi dengan sistem bunga (Qi). Jadi menurut kriteria ini,
produksi sistem bagi hasil lebih efisien dibandingkan sistem bunga.
215
BAB III Vol. 2, No. 2, Juli 2017
PENUTUP
A. Kesimpulan
analisis biaya adalah suatu teknik yang digunakan untuk membandingkan berbagai
biaya yang terkait dengan investasi dan manfaat yang ingin di dapatkan.
Meminimalkan biaya untuk memproduksi dalam jumlah yang sama jadi menurut
kriteria ini, produksi dengan sistem bagi hasil lebih efisien dibandingkan dengan sistem
bunga.
Memaksimalkan produksi tanpa kenaikan atau perubahan biaya Jadi menurut kriteria ini,
produksi sistem bagi hasil lebih efisien dibandingkan sistem bunga.
B. Saran
Demikianlah tugas penyusunan makalah ini. Harapan kami dengan adanya makalah
ini bisa menjadikan kita untuk lebih memahami tentang Analisis Biaya Islam. Serta dengan
harapan semoga dapat difahami dan bermanfaat bagi para pembaca. Kritik dan saran sangat
kami harapkan, mengingat makalah masih jauh dari kesempurnaan.
216
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Daftar Pusaka
Sudarsono, Pengantar Ekonomi Mikro, (Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesi, 1995), hal
187
Soeharno, Ekonomi Manajerial, (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2007), hal. 145
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, (Jakarta : Rajawali Pers 2009), hal.
208
Ibid, hal. 65
217
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
218
i
Daftar Pustaka
A Karim, Adiwarman, Ekonomi Mikro Islami, 2007, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Abdul Husain at-Tariq, Abdullah, Ekonomi Islam Prinsip, Dasar, Dan Tujuan,
2004,Yogyakarta: Magistra Insania Press
Abdul Mannan, M., Teori Dan Praktek Ekonomi Islam, 1997, Yogyakarta: PT.
Dana Bhakti Prima Yasa
Qardhawi, Yusuf, Norma Dan Etika Ekonomi Islam,1997, Jakarta: Gema Insani
Ramadan, Perbandingan Norma Produksi Pada Industri Bordir Di Kecamatan
M. Muhazil Amshari
mohamedmohazil05@gmail.com
Abstrak
Pendahuluan
Manusia sebagai khalifah di bumi telah diberi amanah untuk
memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada. Implementasi dari
pemanfaatannya yaitu dengan melakukan kegiatan produksi. Dalam literatur
konvensional teori produksi ditujukan untuk untuk memberikan pemahaman
tentang perilaku perusahaan dalam membeli dan menggunakan masukan (input)
untuk produksi dan menjual keluaran (output). Dalam kegiatan produksi
dibutuhkan faktor-faktor produksi, yaitu alat atau sarana untuk melakukan proses
produksi.
Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 134
i
Rp
TR
TC
FC
Q
0
Gambar 1
Rp TR = TRi
TCi
TC
FCi
FC
Q
0 Q1 Q2
Gambar 2
tersebut tergantung pada nisbah bagi hasil yang disepakati. Kurva TR ini akan
berputar sehingga dapat mendekati sumbu horizontal.
Bagi hasil ekonomi Islam dapat berupa revenue sharing dan profit
sharing. Pada sistem revenue sharing seluruh biaya ditanggung oleh pemilik
modal. Sementara pengelola tidak menanggung biaya produksi. Oleh karena
itu, yang dibagihasilkan adalah penerimaan (revenue). BEP terjadi ketika
kurva TR berpotongan dengan kurva TC (TR = TC). Bergesernya kurva total
penerimaan dari TR menuju ke TRrs, maka titik BEP yang tadinya berada
pada Q akan begeser ke Qrs. Grafiknya dapat dilihat pada gambar 3.
Rp TR
TRrs
TC = TCrs
FC
0 Q Qrs
Rp TR
TRps
TC = TCps
FC
Q
0 Qps
Gambar 4
- Kapasitas produksi beras pada lahan seluas 1 hektar adalah 10 ton. Untuk
memproduksi beras sebanyak itu diperlukan total biaya tetap sebesar total
Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 148
i
Jadi, untuk mencapai BEP beras yang harus diproduksi sebesar 571,43
kg dengan biaya total sebesar Rp. 6.857.160.
P x Q = TFC + TVC
P x Q = TFC + (AVR x Q)
12.000 x Q = 14.800.000 + (5.000 x Q)
12.000 Q = 14.8000.000 + 5.000 Q
7.000 Q = 14.800.000
Q = 2.114,29 kg TR = TC = Rp. 25.371.480
Jadi, untuk mencapai BEP beras yang harus diproduksi sebesar
2.114,29 kg dengan biaya total sebesar Rp. 25.371.480.
d) Sumber modal dari pinjaman dengan profit sharing (nisbah 90:10) BEP
akan terjadi sama dengan kondisi jika menggunakan modal sendiri,
karena profit sharing hanya akan terjadi jika terjadi BEP.
Rp
120 TR = TRi
jt
TRps
TRr
60 jt s
TCi
TC = TCrs = TRps
F
C
0.5 2.1
1.8 i
5
Qps QrsQi F
G
a C
m
b
=
a
r
F
5
C
R
S
F
C
P
S
1
0
(
t
o
n
)
Rp
Ci TCrs/ps
Crs/ps
FCi
FCrs/ps
Q
0
Gambar 6
Pertama menentukan titik dimana saja pada sumbu X sebagai titik yang
menggambarkan tingkat produksi yang sama (Q yang sama). Kemudian
membuat garis vertikal sampai memotong TC dan TCi dari titik yang telah
sistem bagi hasil (TCrs/ps) akan selalu lebih kecil dibandingkan biaya total
dengan sitem bunga (TCi), sebab keberadaan bunga menjadi beban bagi
produsen. Karena biaya tetap (FC) naik, maka akan meningkatkan biaya total
(TC). Jadi dapat disimpulkan bahwa pada kriteria ini, produksi dengan sistem
bagi hasil (revenue sharing dan profit sharing) lebih efisien dibandingkan
dengan menggunakan sistem bunga
Rp
TCi
Asumsi dengan biaya TCrs/ps
yang sama
FCi
FCrs/ps
Qrs/ps Q
0 Qi
Gambar 7
Rp
120 TR = TRi
jt
TRps
TRr
60 jt s
TCi
TC = TCrs = TRps
30 jt
Biaya sama
25.3 jt
Penutup
Daftar Pustaka
Putong, Iskandar. 2002. Ekonomi Mikro dan Makro (Edisi 2). Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Muhammad. 2016. Konsep Dasar Teori Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE. Burhan,
Adiningsih, Sri dan Kadarusman, Y.B. 2008. Teori Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta.
DI
OLEH:
A. LATAR BELAKANG
Pembahasana mengenai pengertian disrtribusi pendapatan, tidak akan lepas dari
pembahasan mengenai konsep moral ekonomi yang dianut. Di samping itu, juga tidak
terlepas dari model instrumen yang diterapkan individu maupun negara, dalam menentukan
sumber-sumber maupun cara-cara pendistribusian pendapatannya. Konsep moral ekonomi
tersebut, yang berakaitan dengan kebendaan (materi) kepemilikan dan kekayaan.
Perbedaan kepemilikan harta ini merupakan bagia upaya manusia untuk memahami
nikmat dari Allah, sekaligus juga memahami kedudukan dengan sesamanya. Maka dengan
perbedaan ini ada perintah Allah yang merupakan sutu badah ketika mengamalkannya. Bagi
yang berlebih kepemilikan hartanya, maka ada perintah untuk mendistribusikan sebagian
kelebihan dari hartanya. Dan bagi yang kekurangan kepemilikannya di perintahkan Allah
untuk bersabar. Islam dengan tegas telah menggariskan kepada penguasa, untuk
meminimalkan kesenjangan dan ketidakseimbangan distribusi. Pajak diterapkan atas
kekayaan seorang untuk membantu yang miskin. Dan bentuk dari sistem perpajakan ini
berkaitan dengan salah saru prinsip pokok dalam Islam (Zakat). Dengan demikian, tidak ada
ruang bagi muslim untuk melakukan tindak kekerasan dalam upaya melancarkan proses
distribusi pendapatan. Untuk itu, untuk itu, hal yang pertama yang perku kita ketahui dan
perlu dibahas adalah konsep-konsep moral yang melartarbelakangi pembahasan apek-aspek
ekonomi dai penetuan sumber distribusi pendapatan.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah Peranan Konsep Moral Distribusi Pendapatan Dalam Islam?
2. Bagaimanakah Penjelasan mengenai distribusi pendapatan?
3. Apa saja faktor-faktor produksi dalam islam?
4. Bagaimana penjelasan mengenai Distribusi Pendapatan dalam rumah tangga
(Household)?
5. Bagaimana peranana Negara terhadap Distribusi pendapatan?
BAB II
PEMBAHASAN
memasukkan muatan nilai moral etika sebagai faktor endogen, danDalam Ekonomi
konsep Islam
etika
tersebutsangat terkait dengan hukum Allah SWT. Karena bersentuhan dengan area halal
haram.
Pemahaman ini bermuara pada pengakuan bahwa sang pemilik dan absolut hanyalah
Allah SWT. Tuhan Semesta Alam, dalam firman-Nya:
“kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha perkasa atas segala”
(Ali Imran:189)
Sedangkan manusia hanya diberi hak kepemilikan terbatas, yaitu sebagai pihak yang
diberi wewenang untuk memanfaatkan, dan inti dari kewenangan tersebut adalah tugas
(taklif) untuk menjadi seorang khalifah (agen pembangunan atau pengelola) yang beribadah
di muka bumi ini.
Namun demikian, pemanfaatannya untuk kepentingan umat dan agama Islam harus
lbih diutamakan, karena setiap milik individu dapat dimanfaatkan secara langsung oleh
individu tersebut dan dapat pula digunakan untuk kepentingan umum secara tidak lansung.
Sebaliknya, setiap kepemilikan kolektif tidak dapat menggangu gugat kepemilkan pribadi,
kecuali hal yang demikian itu ditujukan untuk menjalankan perintah Allah SWT.
Para Ahli Fikih mendefiisikan bahwa yang dimaksud dengan kepemilikan umum itu
adalah:
Pertama, fasilitas atau sarana umum yang menjadi kebutuhan umum masyarakat seperti
air,padang rumput, jalan-jalan umum.
Kedua, barang tambang, seperti tamban minyak dan gas bumi, emas dan logam mulia
lainnya, timah. Besi batu bara, dan lain sebagainya.
Ketiga, sumber daya yang bentukan materinya sulit untuk dimliliki invidu, seperti laut,
sungai, dan danau.
Pada ketiga hal tersebut, pemanfaatan akan sangat berkaitan dengan hak Allah dan
hak umum. Oleh sebab itu, otoritas negara dapat mengambil alih untuk pendistribusiannya
secara adil. Tentunya dengan memerhatikan secara ketat akan adanya tindakan-tindakan
yangmerusak seperti ekploitasi habis-habisan dan konsumsi besar-besaran.
Penggambaran sistem etikonomik dalam pemanfaatan hak milik kekayaan yang dapat
diapresiasikan dari konsep di atas , telah dijelaskan oleh Manan (1993), sebagai berikut :
1. kepemilkan yang secara sah secara hukum, artinya segala bentuk hak kepemilikan
didapatkan dengan cara yang sesuai dengan cara yang sesuai dengan hukum (halal).
Kajian hukum syariat mengenal dua bentuk kepemilikan , yaitu:
a. Kepemilkan sempurna (al-milk at-tam)
b. Kepemilkan tidak sempurna (al milk an-naqis)
2. Pemanfaatan hak milik diarahkan kepada pemanfaatan ekonomi yang berkesinambungan,
karena itu seorang muslim harus terus mengupayakan produktivitas kekayaannya.
3. Dalam Ekonomifisabilillah
Pemanfaatan hak milik diarahkan kepada pemanfaatan non-ekonomi Islam
(berfaedah di jalan Allah) . hal ini berarti cara pemanfaatan yang merupakan input
produktivitas dan hasil pemanfaatan yang merupakan output produktivitas harus berada
di jalur aturan syariah.
4. Pemanfaaan hak milik secara ekonomi dan non-ekonomi yang tidak merugikan pihak
lain. Pihak lain di sini berarti semua makhluk hidup semesta alam yang hidup
berdampingan dengan manusia.
5. Penggunaan dan pemanfaaatan secara ekonomi dan non-ekonomi yang berimbang,
dengan begitu dalam setiap pembangunan barang ataupun apa saja yang jadi milik tidak
diarahkan untuk pemborosan dan tidak boleh pula terlalu kikir.
Dalamperan
Di era kemajuan produksi yang ada pada saat ini, teknologi mempunyai Ekonomiyang
Islam
sangat besar dalam sektor ini. Berapa banyak produsen yang kemudian tidak bisa survive karena
adanya kompetitor lainnya dan lebih banyak yang bisa menghasilkan barang atau jasa jauh lebih
baik, karena didukung oleh faktor produksi.
11. Bahan Baku
Bahan baku terbagi menjadi dua macam, adakalanya bahan baku tersebut merupakan
sesuatu yang harus dapat didapat ataupun dihasilkan oleh alam, tanpa adanya penggantinya.
Ada juga yang memang dari alam akan tetapi, bisa dicarikan bahan lain untuk mengganti bahan
yang telah ada. Ketika seseorang produsen akan memproduksi suatu barang/jasa, maka salah
satu hal yang harus dipikirkan yaitu bahan baku. Karena jika bahan baku tersedia dengan baik,
maka produksi akan berjalan dengan lancar, jika sebaliknya, maka akan menghambat jalannya
suatu produksi.
DISTRIBUSI PENDAPATAN
Konsep dasar kapitalis dalam permasalahan distribusi adalah kepemilikan (pribadi).
Makanya permasalahan yang timbul adalah adanya perbedaan mencolok pada kepemilikan,
pendapatan dan harta pusaka peninggalan leluhurnya masing-masing. Sedang sosialis lebih
melihat kepada kerja sebagai basic dari distribusi pendapatan.
Lembaga hak milik swasta merupakan elemen paling pokok dari kapitalisme. Para
individu memperoleh perangsang agar mereka dimanfaatkan seproduktif mungkin. Hal
tersebut sangat mempengaruhi distribusi kekayaan serta pendapatan karena individu-
individudiperkenankan untuk menghimpun aktiva dan memberikannya kepada para ahli
waris secara mutlak apabila mereka meninggal dunia. Sedangkan sosialisme melibatkan
pemilikan semua ala-alat produksi, termasuk di dalamnya tanah-tanah pertania oleh neara,
dan menghilangkan milik swasta. Dala maasyrakat sosialis hal yang menonjol adalah
kolektivisme atau rasa kebersaan.untuk mewujudkan rasa kebersamaan ini, alokasi produksi
dan cara pendistribusian semua sumber-sumber ekonomi diatur oleh negara.
Dalam Islam, kebutuhan memang menjadi alasan untuk mencapai pendapatan
minimum. Sedangkan kecukupan dalam standar hidup hidup yang baik (nisab) adalah hal
yang paling mendasari dalam sistem distribusi-redistribui kekayan, setelah itu baru
dikaitkan dengan kerja dan kepemilikan pribadi.
Proses redistribusi pendpaatan dalam Islam mengamini banyak hal yang berkitan dengan
moral endogeneity, signifikasi dan batasana-batasan tertentu, di antaranya:
a. Sebagaimana utilirianisme, mempromosikan “greatest good for greatest number of
people”, denga “good” dan “utility” diharmonisasiakan dengan pengertian halal-haram,
peruntungan manusia dan pengikatan utility manusia adalah tujuan utama dari tujuan
pembangunan ekonomi.
b. Sebagaimana liberatarian dan Marxism, pertobatan dan penubusan dosa adalah salah satu
hal yang mendasari diterapkannya proses redistribusi pendapatan. Dalam aturan main
Syariah akan ditemukan sejumlah instrument yang mewajibkan seorang muslim Dalamuntuk
Ekonomi Islam
medistibusikan kekayaannya sebagai akibat melakukan kesalahan (dosa).
c. Sistem redistriusi diarahkan untuk berlaku sebagai faktor pengurang dari adanya pihak
yang merasa dalam keadaaan merugi ataupun gagal. Kondisi seperti ini hampir bisa
dipastikan berlaku di setiap komunitas.
d. Mekanisme redistribusi berlaku secara istimewa, karena walaupun pada realitasnya
distribusi adalah proses transfer kekayaan searah, namun pada hakikatnya tidak demikian.
Di sini pun terjadi mekanisme pertukaran, hanya saja objek yang menjadi alat tukar dari
kekayaan yang ditransfer berlaku di akhirat nanti (pahala).
Sedangkan standar atau indikator kebutuhan dan batasan yang mendasari sitem
distribusi pendapatan Islam adalaha maqasid syariah (kebutuhan dan batasan dalam
mengkomodikebutuhan paling dasar bagi setiap muslim, yaitu: aspek agama, diri atau
personal, akal, keturunan dan harta). Sistematika hierarki yang mengacu kepada skala
prioritas denganurutan:
a. Ad-daruriyayah: suatau skala kebutuhan yang berkaitan erat dengan kebaikan dan
kepentingan dalam menjalani hidup di dunia dan akhrat.
b. Al-Hajjiyyah: suatu skala kebutuhan yang berkaitan erat dengan kemudahan dan
penghindaran kesulitan dalam menjalani hidup didunia dan akhirat.
c. At-Tahsiniyyah : suatu skala kebutuhan yang berkaitan erat dengan kelengkapan dan
kecakapan melaksanakan hidup di dunia dan akhirat.
4. Distribusi Pendapatan Dalam Konteks Rumah Tangga (HouseHold)
Distribusi pendapatan dalam konteks rumah tangga akan sangat terkait dengan
terminologi shadaqah. Pengertian shodaqah disini bukan berarti sedekah dalam konteks
pengertian bahasa Indonesia. Karna shodaqoh dalam kontek terminoloi Al-Qur’an dapat
dipahami dalam dua aspek, yaitu: pertama, shadaqah wajibah yang berarti bentuk-bentuk
pengeluaran rumah tangga yang berkaitan dengan instrumen distriusi pendapatn berbasis
kewajiban. Untuk kategoi ini bisa berarti kewajiban personal sesorang sebagai muslim,
seperti warisan dan bisa juga berati kewajiaban seorang muslim dengan muslim lainnya.
Seperti jiwar dan musaadah (tunjangan). Kedua, shadaqah nafilah (sunnah) yang berati
bentuk-bentuk pengeluaran rumah tangga yang berkaitan dengan instrumen distribusi
pendapatan berbasis amal karitarif, seperti sedekah.
Distribusi penapatan dalanm rumah tangga juga berkaitan dengan terminology had atau
hudud (hukuman). Hukuman ini terjadi,bilamana seorang muslim melakukan tindakan yang
tidak sesuai dengan aturan syariah, kemudian sebagai konsekueni hukumnya ia diharuskan
membaar dengda kafarat dan dam (diyat). Kafatrat dan dam ini merupakan satau bentujk
hukuman yang bernuansa distribusi – redistribusi pendapatan.
Pertama, macam-macam instrument Shadaqah Wajibah (wjoib an khusus dikenakann bagi
orang muslim) adalah:
a. Dalam Ekonomi
Nafaqah : kewajiban tanpa syarat dengan menyediakan semua kebutuhan Islamorang-
pada
orang terdekat, yakni anak-anak dan istri.
b. Zakat : instrumen zakat adalah kewajiban seorang muslim untuk menyisihkan sebagian
hrta miliknya, untuk di ditribusikan kepada kelompok tertentu (delapan asnaf ).
c. Udhiyah : kurban binatang ternak pada saat hari tayrik perayaan Idul Adha.
d. Warisan : pemabgian aset kepemilikan kepada orang yang ditinggalkan setelah
meninggal dunia. Ajaran islam sangat mmperhatikan keberlangsungan hidup anak cucu
adam.
e. Musaadah : yaitu memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami musibah.
Dalam konteks ini, Islam menekankan bahwa materi yang dijadikan objek bantuan
(didistribusikan) harus dalam keadaan yang layak, baik dan bagus (proper goods).
f. Jiwar : bantuan yang diberika berkaitan dengan urusan bertetangga.
g. Diyafah : kegiatan memberikan jamuan kepada tamu yang dating.
Kedua: instrument shadaqah nafilah (sunnah dan khusus dikenakan bagi orang Muslim)
a. Infak : sedekah yang diberikan kepada pihak lain jika kondisi keuangan rumah tangga
Muslim sudah berada di atas nisab.
b. Aqiqah : memotong seeor kambing untuk anak perempuan dan dua ekor kambing untuk
anak laki-laki yang baru dilahirkan.
c. Wakaf : memberikan bantuan atas kepemilikannya untuk kesejahteraan masyarakat
umum, aset yang diwakafkan bisa dalam bentuk aset materi kebendaan (tanah, rumah,
barang) ataupun aset keuangan.
Ketiga: instrumen term had/hudud (hukuman) adalah instrumen yang bersifat aksidental, dan
merupakan konsekuensi dari sebuah tindakan.
a. Kafarat : tembusan terhadap dosa yang dilakukan oleh seorang Muslim, semisal
melakukan hubungan suami istri pada siang hari di bulan Ramadhan.
b. Dam atau Diyat : tebusan atas tidak dilakukannya suatu syarat dalam pelaksanaan ibadah,
seperti tidak melaksanakan puasa tiga hari pada saat melaksanakan ibadah haji.
c. Nudzur : perbuatan untuk menafkahkan atau mengorbankan sebagian harta yang
dimilikinya untuk mendapat keridhoan Allah SWT.
Dalam Ekonomi
dikatakan bahwa tugas-tugas pemerintah dalam perekonomian dibagi menjadi tiga,Islam
yaitu:(1)
Mengawasi faktor utama penggerak ekonomi; (2) Menghentikan mu’amallah yang
diharamkan; dan (3) mematok harga kalau diperbolehkan.
Pemerintah harus mengawasi gerak perekonomian seperti dalam aktivitas produksi
dan distribusi barang, praktek yang tidak benar seperti : penimbunan terhadap bahan pokok
yang sangat diperlukan masyarakat, monopoli dan tindakan mempermainkan harga untuk
menjaga kemaslahatan bersama. Pematokan harga pada mulanya diharamkan. Karena
kondisipenjual saat itru pada posisi lemah yang berbeda dengan keadaan saat ini. Dimana
seorang penjual dapat berbuat apa saja. Oleh karena itu peran pemerintah untuk mematok
harga suatukomoditas tertentu diperbolehkan atau bahkan menjadi wajib. Sebab untuk
menciptakankeadilan dan kemaslahatan bersama.
Dalam kaitan ini Qardhawi menegaskan bahwa tugas negara adalah berupaya untuk
menegakkan kewajiban dan keharusan mencegah terjadinya hal-hal yang diharamkan
khususnya doa besar, seperti : riba, perampasan hak, pencurian dan kedzaliman kaum kuat
terhadap kaum lemah. Pernyataan ini mengandung maksud, bahwa negara bertugas untuk
menetapkan aturan atu undang-undang berdasarkan nilai dan moral ke dalam praktek nyata
serta mendirikan ntitusi (lembaga) untuk menjaga serta memantau pelaksaan kewajiban
masyarakat dan menghukum orang yang melanggar dan melalaikan kewajibannya.
Pemerintah harus dapat menghapuskan kemiskinan minimal mengurangi jumlah penduduk
yang miskin.
Demikian pula negara harus dapat meningkatkan aktivitas bisnis dan mencegah
terjadinya eksploitasi terhadap pihak tertentu dalam masyarakat. Kebijakan pemerintah
yang berkaitan dengan distribusi pendapatan adalah kebijakan fiskal dan anggaran belanja.
Kebijakan tersebut bertujuan untuk mengembangkan suatu masyarakat yang didasarkan
pada distribusi kekayaan berimbang dengan menempatkan nilai-nilai material dan spiritual
pada tingkat yang sama.
Kebijakan fiskal dianggap sebagai alat untuk mencapai pemerataan kekayaan negara
yang mekanismenya harus berdasarkan nilai dan prinsip hukum dalam Al-Qur’an. Kegiatan
yang menambah penghasilan negara harus digunakan untuk mencapai tujuan ekonomi dan
sosial tertentu berdasarkan hukum Allah yang melarang penumpukan kakayaan diantara
segolongan kecil masyarakat. Kebijakan tersebut diharapkan dapat mendukung fungsi
alokasi, distribusi dan stabilitasi dalam suatu negara.
A. KESIMPULAN
Islam menyadari bahwa pengakuan akan kepemilikkan adalah hal yang sangat penting.
Setiap hasil usaha ekonomi seorang muslim, dapat menjadi hak miliknya, karena hal inilah
yang menjadi motivasi dasar atas setiap aktivitas produksi dan pembangunan. Di lain pihak
prinsip moral islam mengarahkan kepada kenyataan bahwa pengakuan hak milik harus
berfungsi sebagai pembebas manusia dari karakter materialistis. Hanya karena pembebasan
itu, manusia bisa mendapatkan kemuliananya, bukan sebaliknya. Dalam islam legitimasi hak
milik akan tergantung dan sangat terkait erat kepada pesan moral untuk menjamin
keseimbangannya, dimana hak pribadi diakui, namun hak kepemilikkan tersebut harus
berfungsi sebagai nafkah konsumtif bagi diri dan keluarga, berproduksi dan
berinvestasi.Alat untuk mengapresiasikan kepedulian sosil (zakat, infak, dan sedekah) dan
jaminan kekayaan, menjamin mekanisme kerja fisaabilillah dan semangat pembangunan
serta penataan.
Riyadi, Abdul Kadir & Ika Yunia Fauzia, 2014. Prinsip Dasar Ekonomi Islam
PerspektifMaqashid Al-Syari’ah. Jakarta: Prenadamedia
Edwin, Mustafa Nasution, Dkk, 2006, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta:
KencanaPrenada Media Group
i
174
i
175
i
DI
S
U
S
U
N
Oleh :
176
i
Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsep Review
Mekanisme Pasar dalam Ekonomi Islam”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok
dari Bapak Alfian, M.E sebagai dosen mata kuliah ekonomi mikro islam. Selain itu,makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai Konsep Review Mekanisme Pasar
dalam Ekonomi Islam bagi pembaca dan juga penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Alfian, M.E yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang penulis tekuni.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berbagi
sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari,makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
i
i
ii
i
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Islam adalah agama yang sempurna,karena Islam agama penyempurna
dari agama-agama sebelumnya dan syari’at yang mengatur segala aspek
kehidupan , baik yang bersifat aqidah maupun muamalah. Dalam kaidah tentang
mualamah, Islam mengatur segala perilaku manusia dalam berhubungan dengan
sesamanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di dunia.
Hal ini dikarenakan dalam islam dibahas nilai-nilai, etika, dan pedoman
hidup secara komperhensif. Islam sebagai agama penyempurna agama-agama
terdahulu yang mengatur segala aspek kehidupan manusia baik persoalan aqidah
maupun muamalah. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari termasuk
didalamnya dituntun bagaimana cara pengelolaan pasar dan segala bentuk
mekanismenya.
Sistem ekonomi pada masa Nabi Muhammad saw. yang patut dijakan
panutan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah pasar (al-suq). Pasar
adalah tempat dimana penjual dan pembeli bertemu mereka melakukan transaksi
jual beli barang dan atau jasa. Pasar mempunyai peran yang besar dalam
ekonomi. Pasar mempunyai aturan untuk tukar-menukar hak milik dan menukar
barang antara produsen dan konsumen. Di pasar orang bisa memenuhi segala
kebutuhannya dan tidak ada orang yang tidak memerlukan pasar.
Konsep Islam menegaskan kalau pasar berdiri di atas prinsip persaingan
sempurna (perfect competition). Dalam Islam, transaksi terjadi secara sukarela
(antaradim minkum).
i
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pasar
Pasar sebagai tempat bertemunya antara penjual dan pembeli untuk
melakukan transaksi barang atau jasa. Pasar juga sebagai sebuah mekanisme
pertukaran barang dan jasa yang alamiah dan sudah ada saat awal peradaban
manusia. Dalam Islam pasar sangatlah penting dalam perekonomian. Pasar
sudah ada pada masa Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin dan menjadi sunatullah
yang telah di jalani selama berabad-abad.
Adapun pasar menurut kajian ilmu ekonomi ialah sebagai tempat atau
keadaan yang mempertemukan antara permintaan (pembeli) atau penawaran
(penjual) untuk setiap jenis barang, jasa atau sumber daya. Pembeli ialah
konsumen yang membutuhkan barang dan jasa,bagi industri membutuhkan
tenaga kerja, modal dan barang baku produksi baik untuk memproduksi barang
maupun jasa. Penjual juga menawarkan hasil produk atau jasa yang diminta oleh
pembeli; pekerja menjual tenaga dan keahliannya, pemilik lahan menyewakan
atau menjual asetnya, sedangkan pemilik modal menawarkan pembagian
keuntungan dari kegiatan bisnis tertentu.
Dari segi fisiknya, pasar dapat dibedakan menjadi beberapa macam,
diantaranya:
1. Pasar tradisional
2. Pasar raya
3. Pasar abstrak
4. Pasar swalayan
5. Pasar serba ada
Sedangkan berdasarkan jenis barang yang dijual, pasar dibedakan
menjadi beberapa macam di antaranya:
1. Pasar ikan
2. Pasar sayuran
3. Pasar buah-buahan
4. Pasar barang elektronik
5. Pasar barang perhiasan
6. Pasar barang bangunan
7. Bursa efek, saham dan komoditi
Aktifitas usaha yang dilakukan di pasar pada dasarnya melibatkan dua
subyek pokok, yaitu produsen dan konsumen. Kedua subyek itu mempunyai
peranan yang sangat besar terhadap pembentukan harga di pasar.
i
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ekonomi Islam melihat kalau pasar, negara, dan individu berada dalam
keseimbangan (iqtishad). Pasar dijamin kebebasannya dalam Islam. Pasar juga
bebas untuk menentukan cara-cara produksi dan harga, tidak boleh ada
gangguan yang mengakibatkan rusaknya kesimbangan pasar. Tetapi, pasar yang
berjalan sendiri secara adil (fair) kenyatannya sulit ditemukan.
Mekanisme pasar yaitu adanya kebebasan pasar dalam menentukan
harga. Harga bergantung pada pasar. Walaupun demikian, Islam tidak menganut
harga berdasarkan pasar secara bebas. Islam juga akan melakukan intervensi
pada saat terjadi monopoli harga di pasar. mekanisme pasar dalam perspektif
Islam tidak hanya berdimensi sosial, tetapi juga ada unsur teologis bahwa pasar
dikendalikan dan diawasi oleh syariat Mekanisme pasar dalam Islam meliputi
aspek teologis sampai sosiologis.
i
DAFTAR PUSTAKA
Abdulah Safe’i
Koperasi Syariah: Tinjauan Terhadap Kedudukan dan Peranannya dalam
Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan
Ali Abubakar
Kontroversi Hukuman Cambuk
Nirzalin
Reposisi Teungku Dayah Sebagai Civil Societydi Aceh
Rahimin Affandi Abd Rahim, Abdullah Yusof & Nor Adina Abdul Kadir
Film Sebagai Pemankin Pembangunan Peradaban Melayu-Islam Modern
Saifuddin Dhuhri
Diskursus Islam Liberal; Strategi, Problematika dan Identitas
Sulaiman Tripa
Otoritas Gampong dalam Implementasi Syariat Islam di Aceh
MEDIA SYARI’AH
MEDIA SYARI’AH
PENGARAH
Nazaruddin A.Wahid
PENANGGUNG JAWAB
Muhammad Yasir Yusuf
KETUA
Kamaruzzaman
SEKRETARIS
Husni Mubarrak
BENDAHARA
Ayumiati
EDITOR
Abdul Jalil
Salam
Hafas
Furqani
Nilam Sari
Ali
Azhars
yah
Chairul i
Fahmi
Dedi
Sumardi
LAY OUT
Azkia
SEKRETARIAT
Rasyid
in
Ubaidi
llah
MEDIA SYARI'AH, is a six-monthly journal published by thei
Faculty of Sharia and Law of the State Islamic University of Ar-
Raniry Banda Aceh. The journal is published since February 1999
(ISSN. 1411-2353) and (ESSN.2579-5090) Number.
0005.25795090 / Jl.3.1 / SK.ISSN / 2017.04.
Editor Office :
MEDIA SYARI’AH
Wahana Kajian Hukum Islam dan i
Pranata Sosial Fakultas Syariah IAIN
Ar-Raniry Darussalam- Banda Aceh,
Provinsi Aceh – 23111
E-mail: mediasyariah@ar-
raniry.ac.id No. Telp
(0651)7557442,
Table of Contents
Articles
39 Abdulah Safe’i
65 Ali Abubakar
121 Nirzalin
i
Reposisi Teungku Dayah Sebagai
Civil Society di Aceh
145 Rahimin Affandi Abd Rahim, Abdullah Yusof & Nor Adina i
Abdul Kadir
PENDAHULUAN
MACAM-MACAM PASAR
Dalam teori ekonomi banyak dikenal macam-macam
pasar, baik yang pada praktiknya sering dilihat
kenyataannya sehari-hari maupun yang hanya dikenal
secara absolut dalam teori. Macam pasar yang umumnya
banyak dipraktikkan biasanya adalah monopoli,
monopolistis, dan oligopoli. Macam pasar yang secara
absolut hanya ada dalam teori ekonomi adalah bentuk
persaingan murni dan persaingan sempurna. Persaingan
murni dan persaingan sempurna meskipun secara utuh
tidak dapat dipraktikkan, tetapi pada praktiknya banyak
juga terdapat dalam kenyataan sehari- hari, misalnya pasar
pakaian di Pasar Atas Bukit Tinggi. Beberapa ciri dari
persaingan murni dan sempurna yang banyak dipraktikkan
sehari-hari diantaranya adalah barang yang diperjualbelikan
sama, jumlah pembeli dan penjualnya banyak, serta
mudah keluar dan masuk bagi pengusahaa. Secara garis
besar, macam-macam pasar ditinjau dari segi penjual adalah
sebagai berikut: (Putong, 2003:123).
1. Persaingan sempurna
2. Monopoli
3. Monopolistis
4. Oligopoli
1. Monopsoni
2. Oligopoli
3. Persaingan sempurna.
2. Pasar Monopoli
perusahaa
ntandingan
c. Impor barang
d. Dibuat peraturan khusus / Undang – undang.
3. Persaingan Monopolistik
PERSAINGAN MONOPOLISTIK
4. Pasar Oligopoli
1. Kualitas
Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 260
2. Kuantitas
3. Harga
4. Dan waktu penyerahan barang
1. Penyimpangan terstruktur
- Larangan ihktikar
1. Bai’ Najasy
2. Tllaqqi Rukban
REGULASI HARGA
Regulasi harga adalah pengaturan terhadap harga
barang-barang yang dilakukan pemerintah. (Chamid,
2010:235) Dalam penetapan harga di pasar atas produksi ,
fakor yang sangat berpengaruh adalah permintaan dan
penawaran.Regulasi harga ini merupakan hal yang tidak
populer dalam khasanah pemikiran ekonomi Islam sebab
harga yang tidak tepat justru dapat menciptakan
ketidakadilan. Menurut Manna, regulasi harga
menunjukkan tiga fungsi dasar, yaitu :
KESIMPULAN
Konsep Islam menegaskan bahwa pasar harus berdiri di
atas prinsip persaingan bebas (perfect competition), Namun
DAFTAR PUSTAKA:
A.Karim, Adiwarman. 2007. Ekonomi Mikro Islami. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada
Putong, Iskandar. 2003. Ekonomi Mikro & Makro. Jakarta: Ghalia Indonesia
Ngurah Agung,et al., I Gusti. 2008. Teori Ekonomi Mikro Suatu Analisisi Produk Terapan.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Chamid, Nur. 2010. Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Sukirno, Sadono. 2010. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers
Rosyidi, Suherman 2006. Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan Kepada Teori Mikro &
Makro. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
DI
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK 11:
ISNAINI (4022019016)
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Struktur Pasar dan Persaingan Harga
Dalam Islam dalam rangka memenuhi tugas Ekonomi Makro Islam. Terima kasih kami ucapkan
kepada Dosen Mata Kuliah Ekonomi Makro Islam, tugas yang telah diberikan sehingga
menambah pemahaman penulis terhadap makalah yang penulis buat.
Kami berusaha menyajikan makalah ini semaksimal mungkin agar mudah untuk dibaca
dan dipahami. Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini baik pada penulisan dan materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat diharapkan untuk menyempurnakan pembuatan makalah ini.
Penulis
i
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................1
A. Kesimpulan ...........................................................................................................9
B. Saran .....................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam menempatkan pasar pada kedudukan yang penting dalam perekonomian,karakter pasar
yang benar-benar bersaing secara sempurna tetapi berlandaskan kepada nilai-nilai Islam saat
jarang ditemui tetapi bukan berarti tidak ada.dalam ekonomi konvensional struktur pasar terdiri
atas pasar persaingan sempurna monopoli pasar persaingan monopolistik dan oligopoli.
Sedangkan dalam Islam, struktur pasar nya pun tidak jauh berbeda dengan konvensional
tetapi ada beberapa penekanan dalam pasar Islam yaitu harga yang adil serta prinsip
kebebasan.dengan kata lain pasar dalam pandangan Islam bukanlah pasar bebas dalam arti
sebagaimana kapitalisme. Dalam perilaku konsumen dan produsen ajaran Islam menganggap
bahwa tidak semua barang dan jasa dapat dikonsumsi dan diproduksi seorang muslim hanya
memperkenankan mengonsumsi dan memproduksi barang yang halal dan thoyyib.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Mengetahui apa saja struktur dalam ekonomi
2. Mengetahui bagaiamana persaingan harga dalam ekonomi islam
iii
BAB II
PEMBAHASAN
A .Struktur Pasar
Struktur pasar adalah berbagai hal yang dapat mempengaruhi tingkah laku dan
kinerja perusahaan dalam pasar. seperti jumlah perusahaan, skala produksi dan
jenis produksi. Pasar adalah tempat atau keadaan yang terorganisasi sebagai
sarana bertemunya permintaan dan penawaran. Berdasarkan strukturnya pasar
dibagi menjadi dua yaitu:
1. Pasar Sempurna
a. Persaingan Monopoli
b. Persaingan Oligapoli
c. Persaingan Monopolistik
d. Persaingan Monopsoni
Struktur pasar yang islami adalah pasar yang menciptakan tingkat harga
yang adil. Adil dalam hal ini adalah tidak merugikan konsumen maupun
produsen, terkait dengan surplus produsen dan surplus konsumen. Struktur pasar
dalam Islam didasarkan atas prinsip kebebasan, termasuk dalam melakukan
kegiatan ekonomi.
16
Sadono sukirno, pengantar teori mikroekonomi. ( Jakarta : Raja Grafindo Persada 2002) hlm.
208
iii
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 3
3. perfect information
b. kebebasan ekonomi adalah pilar utama dalam struktur pasar islami karena tidak
bertentangan dengan syariat Islam dan tidak menimbulkan kerugian, baik dari diri
sendiri maupun bagi orang lain.
Harga yang dihadapi seorang penjual di pasar ini adalah datum artinya
berapapun jumlah barang atau jasa yang mereka jual harga per unit nya adalah
tetap. Hal ini karena penjual adalah price raker
Tidak ada hambatan memasuki. Pasar ini tidak ada hambatan tentang
perundang-undangan ( legal), permodalan, dan teknologi.18
17
Sadono sukirno, pengantar teori mikroekonomi. ( Jakarta : Raja Grafindo Persada 2002 ) hlm.
266
18
Prathama raharja dan mandala manurung, teori Ekonomi Mikro suatu pengantar ed.3(Jakarta:
LPFE,2004) hlm. 166.
3
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 4
1. Keuntungan yang diterima pada posisi keuntungan normal saja, sehingga sulit
bagi perusahaan untuk menyediakan dana untuk penelitian dan pengembangan.
4
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 5
A. Pasar Monopoli
Pasar monopoli adalah bentuk pasar yang hanya terdapat satu penjual saja.
secara sunnatullah setiap perusahaan termasuk perusahaan monopoli akan berlaku
hukum pertambahan hasil dan berkurang artinya dalam sebuah produksi tertentu
perusahaan masih mengalami keuntungan akan tetapi manakala produksi telah
mencapai titik maksimal maka hasilnya yang diperoleh justru akan menurun.oleh
Karena itu harga barang di pasar atau perusahaan monopoli dapat dipastikan
selalu lebih tinggi.
19
Boediono, Ekonomi Mikro ( Yogyakarta, BPFE Yogyakarta, 1996) hlm.125
5
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 6
monopoliys rent. di dalam Islam monopoli boleh sedangkan monopoly rent tidak
boleh. selama ini banyak para ekonomi muslim yang menyamakan arti dari
ikhtikar dan penimbunan, kedua definisi tersebut tidak bisa disamakan sebab
dalam Islam menimbun barang adalah suatu hal yang sama selama menimbun
barang yang dilakukan murni untuk persediaan dan bukan untuk memecahkan
mekanisme harga yang terjadi di pasar.
B. Pasar Oligopoli
Pasar oligopoli adalah keadaan dimana hanya ada beberapa perusahaan
yang menguasai pasar baik secara independen maupun diam-diam bekerja sama.
Oligopoli bisa dibedakan antara oligopoli dan diferensiasi produk yang ada
semakin tidak tergantung kurva permintaan suatu perusahaan dalam perilaku
perusahaan lain.
Ada beberapa unsur penting ( karakteristik) dalam pasar oligopoli yaitu:
a. Hanya sedikit perusahaan dalam industri
b. produknya bisa homogen tetapi bisa juga terdiferensiasi.
c. Pengambilan keputusan yang saling memengaruhi
d. kompetisi non harga dalam upayanya mencapai kondisi optimal perusahaan
tidak hanya bersaing dalam harga dn bersaing dengan non harga.
e. Adanya hambatan yang masuk kedalam industri bagi perusahaan baru.
C. Pasar Monopolistik
a. ada banyak penjual atau produsen tetapi seorang produsen masih memiliki
kekuatan untuk menetapkan harga jual outputnya.
D. Pasar Monopsoni
6
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 7
Pasar monopsoni adalah pasar yang hanya terdiri atas seorang pembeli.
Pembelinya hanya satu tunggal sedangkan penjualnya banyak soalnya para
peternak sapi dan menghasilkan susu perah hanya bisa menjual produk susunya
bersatu kembali. Misalnya, ke koperasi susu.
b. Produk yang dianggap rendah mutunya tidak akan dibeli sehingga produk
yang gagal sering dibuang.
B.Persaingan Harga
7
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 8
Naik turunnya harga tidak selalu disebabkan oleh tindakan tidak adil
dari sebagian orang yang terlibat transaksi. Bisa jadi penyebabnya
adalah penawaran yang menurun akibat efisiensi produksi, penurunan
jumlah impor barang-barang yang diminta atau juga tekanan pasar.
Karena itu, jika permintaan terhadap barang meningkat, sedangkan
penawaran menurun, harga tersebut akan naik, begitu pula sebaliknya.41
8
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 9
a. Kondisi pasar
Dalam menentukan harga sebaiknya kita harus mengenal harga pesaing yang
ada di pasar (priceawareness) dan harga yang diberikan ke konsumen.
Biasanya harga yang beredar di pasaran berbeda dengan harga yang
diberikan kepelanggan. Hal ini disebabkan strategi kompetitordan aspek
lainnya antara kompetitor dengan pelanggannya. Untuk itu sangat
diperlukan riset ke lapangan dalam bentuk riset kuantitif dan dibantu
dengan marketinginteligent.
9
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Struktur pasar yang islami adalah pasar yang menciptakan tingkat
harga yang adil. Adil dalam hal ini adalah tidak merugikan konsumen
maupun produsen, terkait dengan surplus produsen dan surplus
konsumen. Struktur pasar dalam Islam didasarkan atas prinsip
kebebasan, termasuk dalam melakukan kegiatan ekonomi.
- Struktur pasar sangatlah penting, karena terkait dengan harga yang
akan diterima oleh konsumen. Struktur pasar juga akan mempengaruhi
tingkat efisiensi.
10
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 11
B. Saran
Dengan selesainya makalah ini, kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang ikut andil wawasannya dalam penulisan
ini. Tak lupa kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang membangun
selalu kami tunggu dan kami perhatikan.
Semoga Allah SWT membalas semua jerih payah semua pihak yang telah
membantu
menyelesaikan makalah ini dan semoga bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
Daftar Pustaka
http://jurnalekis.blogspot.com/2011/01/pasar-persaingan-sempurna-dalam.html.
11
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 12
12
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 13
13
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 14
MAKALAH
DI
Oleh Kelompok 12 :
14
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 15
2021/2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr,wb
Penulis
15
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 16
DAFTAR ISI
16
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu ekonomi adalah salah satu bidang yang senantiasa ada dan menyertai
kehidupan manusia. Dalam pasar ilmu ekonomi dikenal berbagai macam pasar,
baik yang pada prakteknya sering dilihat dalam kenyataan sehari-hari maupun
yang hanya dikenal secara absolut dalam teori. Dalam ilmu ekonomi pasar selalu
menjadi topik perbincangan yang menarik. Pentingnya pasar dalam Islam tidak
terlepas dari fungsi pasar itu sendiri sebagai wadah bagi berlangsungnya kegiatan
jual beli
B. Rumusan Masalah
17
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 18
a. Apa yang dimaksud dengan Pasar Monopoli dan Pasar Oligopoli dalam
Ekonomi Islam?
b. Apa saja ciri-ciri Pasar Monopoli dan Pasar Oligopoli dalam ekonomi
Islam?
c. Bagaimana Hukum Pasar Monopoli dan Pasar Oligopoli dalam Islam?
BAB ll
PEMBAHASAN
A.PASAR MONOPOLI
Dalam Islam, keberadaan satu penjual di pasar atau tidak adanya pesaing
bukanlah suatu hal yang terlarang. Siapa pun boleh berdagang tanpa peduli
apakah dia satu- satunya penjual atau ada penjual lain. Jadi monopoli dalam arti
harfiah, boleh-boleh saja, akan tetapi, siapapun dia tidak boleh melakukan ikhtikar
(pengambilan keuntung di atas keuntungan normal dengan cara menjual lebih
sedikit barang untuk harga yang lebih tinggi.
18
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 19
tersedia sehingga ketersediaan dan permintaan barang menjadi tidak stabil, terjadi
distorsi pasar Secara sederhana, ihtikar dapat diartikan sebagai upaya membatasi
pasokan barang agar dapat menjual barang dengan harga yang lebih tinggi.
Dengan kata lain, membeli barang dagangan dan mengumpulkannya dari pasar
pada saat langka kemudian dijual kembali pada saat masyarakat membutuhkan
barang tersebut dengan keuntungan yang berlipat.
dan siapa saja yang bermaksud melakukan kejahatan secara zalim di dalamnya,
niscaya akan Kami rasakan kepadanya siksa yang pedih. QS. Al-Hajj Ayat 25
1. Ciri-ciri Monopoli
Ada beberapa ciri khusus suatu pasar dikatakan pasar monopoli di antaranya:
1) terdiri atas satu perusahaan, sehingga barang atau jasa yang dihasilkannya
tidak dapat diperoleh dari perusahaan lain.
2) tidak mempunyai barang pengganti yang mirip. Artinya barang atau jasa
yang dihasilkan tidak dapat digantikan oleh barang atau jasa lain yang ada
di pasar.
3) tidak terdapat kemungkinan perusahaan lain untuk masuk ke dalam
industri.
19
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 20
2. Hukum Monopoli
روى أﺑو أﻣاﻣة الباهلى أن النبى ملسو هيلع هللا ىلصĔ“ )ى أن يحتكر الطعام (رواه الحاكم ﻓى المستدركAbu Umamah
al-Bahili meriwayatkan bahwa Nabi SAW telah melarang penimbunan makanan”
(HR. Hakim).
20
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 21
sehingga tidak terlalu bisa dibedakan antara satu produk dari suatu perusahaan
dengan produk dari perusahaan lain. DapatDapat kita artikan bahwa pasar
oligopoli ialah salah satu bentuk persaingan di pasar yang dikuasai oleh beberapa
produsen (penjual) pada suatu wilayah tertentu.
Adapun pasar oligopoli merupakan salah satu bentuk pasar di mana hanya
ada beberapa perusahaan yang dapat menghasilkan produk yang dijual di pasar
tersebut, di mana perusahaan-perusahaan itu saling bersaing antara satu dengan
lainnya untuk memenangkan pasar. hal inilah yang menjadi ciri yang utama dari
pasar oligopoli. Pasar oligopoli ini merupakan salah satu jenis dari pasar
persaingan yang tidak sempurna.
Dalam hal ini perlu ditekankan bahwa pasar oligopoli itu sendiri adalah pasar
yang di dalamnya hanya ada beberapa penjual atau perusahaan yang
menghasilkan barang yang sejenis.Dalam hal keuntungan pasar oligopoli
mendapatkan keuntungan melalui tingkah laku pesaingnya.
20
2020
https://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/Almaslahah/article/download/928/502
21
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 22
Ketika pelaku ologopoli tidak melakukan kolusi secara aktual akan berhadapan
atau menemui kurva permintaan yang berorientasi islami. Secara umum, pola
struktur oligopoli yang tidak diperkenankan dalam ekonomi slam adalah
kemungkinan munculnya moral harard di dalamnya.
Islam adalah cara hidup yang imbang dan koheren, dirancang untukkebahagiaan
manusia dengan cara menciptakan keharmonisan antara kebutuhan moral, material
manusia dan aktualisasi keadilan sosio ekonomi serta persaudaraan antar umat
manusia.
2. Hukum Oligopoli
Hukum Oligopoli dalam Islam sama hal nya seperti monopoli yaitu
diharamkan karena memiliki unsur negatif bagi masyarakat. Karena Islam agama
yang komprehensif tentunya akitivitas ekonomi sebagai kegiatan vital
kemanusiaan yang tidak luput dari perhatian. “ Allah telah menghalalkan jual beli
danmengharamkan riba” (QS Al-Baqarah[2] : 275), Pembahasan mengenai
struktur pasar menjadi penting dalam ekonomi Islam, karena dalam konsep
ekonomi Islam, penentuan hargadidasarkan atas kekuatan-kekuatan pasar yaitu
kekuatan permintaan dan kekuatan penawaran.Sebagaimana Rasulullah SAW
sangat menghargai harga yang dibentuk oleh pasar sebagaiharga yang adil,
sehingga beliau menolak adanya suatu intervensi pasar apabila perubahanharga
yang terjadi karena mekanisme harga yang wajar.
http://jurnal.iain- padangsidimpuan.ac.id/index.php/almaqasid/article/download/1430/1163
22
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 23
BAB lll
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jadi kesimpulan yang dapat diambil dari persaingan monopoli dan oligopoli
ialah,Pasar Monopoli adalah suatu bentuk pasar dimana hanya terdapat satu
perusahaan saja Monopoli merupakan menahan atau menimbun suatu barang agar
tidak beredar di pasar supaya harga barang tersebut menjadi naik, demi
mendapatkan keuntungan yang lebih besar.Barang yang dihasilkan dipasar
monopoli tidak dapat digantikan oleh barang lain yang ada dipasar, karena barang
tersebut merupakan satu satunya jenis barang yang tidak ada kemiripan dengan
barang lain.
Sedangkan oligopoli adalah adalah pasar yang hanya terdiri dari beberapa
produsen yang mendominasi pasar.Pasar oligopoli adalah pasar yang antara
perusahaannya terdapat ketergantungan. Sehingga masing-masing perusahaan
tidak dapat mengubah harga seenaknya. Dapat diartikan juga yaitu keadaan
dimana pasar hanya terdapat beberapa penjual yang saling bersaing dengan
jumlah pembeli yang banyak. Contohnya adalah pasar mobil, motor,dll.
B. SARAN
23
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 24
DAFTAR PUSTAKA
https://media.neliti.com/media/publications/195006-ID-monopoli-dalam-
perspektif- ekonomi-islam.pdf
https://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/Almaslahah/article/download/928/502
http://jurnal.iain-
padangsidimpuan.ac.id/index.php/almaqasid/article/download/1430/1163
24
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 25
25
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 26
N
OLEH KELOMPOK 6:
Nama/Nim : Alya Zahwa (4022019002)
Nita (4022019089)
Unit/Semester : 1/4
26
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 27
PENDAHULUAN
Kata konsumsi berasal dari bahasa Inggris yaitu consume / consumption yang
berarti menghabiskan, konsumsi, pemakaian.
PEMBAHASAN
27
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 28
Hal ini berarti bahwa pembicaraan mengenai konsumsi adalah penting. dan
hanya para ahli ekonomi yang mempertunjukkan kemampuannya untuk
memahami dan menjelaskan prinsip produksi maupun konsumsi, mereka dapat
dianggap kompeten untuk mengembangkan hukumhukum nilai dan distribusi atau
hampir setiap cabang lain dari subyek tersebut. Menurut Muhammad perbedaan
antara ilmu ekonomi modern dan ekonomi Islam dalam hal konsumsi terletak
28
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 29
ِﺽ ح ٰل ا ًل طﻲ ِ ﺑاا َّۖ ﱠول ِ س كلُُِ وا ِﻣ ﱠما ﻓِى الِِر ُ ٰيايﻪﱠُِ ا النا ﱠ
دوُِ ُّﻣبِﻲ ن ٌّ شي ٰط ِِن اِنﱠﻪٗ لكُ ِم ع
ﺕ ال ﱠ ُ ٰ ﺗت ﱠب ِعوُِ ا ُخ
ِ طو
Artinya : “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagimu.” (QS. Al Baqarah : 168).
29
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 30
1. Prinsip Keadilan
Syarat ini mengandung arti ganda yang penting mengenai mencari rezeki
secara halal dan tidak dilarang hukum. Dalam soal makanan dan minuman, yang
terlarang adalah darh, daging binatang yang telah mati sendiri, daging babi,
daging binatang yang ketika disembelih diserukan nama selain
Allah
ۡ اِن ﱠمِا ح ﱠرم عل ۡي ُک ُم ۡالم ۡيتةِ والدﱠم ولحۡ ِم ۡال ِخ ۡن ِز ۡي ِر وﻣا ا ِهُِ ﱠل ِﺑ ٖﻪ ِلغ ۡي ِر هال ۚ ِِّٰۚل ﻓمِ ِن
ُ اض
ٍط ﱠر غ ۡير ﺑاغ
انِ هال ٰ ﱠل غ ۡفوُِ ر ﱠر ِح ۡﻲ م ِِّ ﱠولِ عا ٍد ﻓلًِِِ ا ِۡثم عل ۡﻲ ِه
2. Prinsip Kebersihan
Syariat yang kedua ini tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an maupun Sunnah
tentang makanan.
Harus baik atau cocok untuk dimakan, tidak kotor ataupun menjijikkan sehingga
merusak selera.
Karena itu, tidak semua yang diperkenankan boleh dimakan dan diminum dalam
semua keadaan. Dari semua yang diperbolehkan makan dan minumlah yang
bersih dan bermanfaat.
3. Prinsip Kebersihan
Syariat yang kedua ini tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an maupun Sunnah
tentang makanan. Harus baik atau cocok untuk dimakan, tidak kotor ataupun
menjijikkan sehingga merusak selera.
Karena itu, tidak semua yang diperkenankan boleh dimakan dan diminum dalam
semua keadaan. Dari semua yang diperbolehkan makan dan minumlah yang
bersih dan bermanfaat.
30
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 31
4. Prinsip Kesederhanaan
Arti penting ayat ini adalah kenyataan bahwa kurang makan dapat
mempengaruhi pembangunan jiwa dan tubuh, demikian pula bila perut diisi secara
berlebih-lebihan tentu akan ada pengaruhnya pada perut. Praktik memantangkan
jenis makanan tertentu dengan tegas tidak dibolehkan dalam Islam.
Dengan mentaati perintah Islam tidak ada bahaya maupun dosa ketika kita
memakan dan meminum makanan halal yang disediakan Tuhan karena kemurahan
hati-Nya. Selama maksudnya adalah untuk kelangsungan hidup dan kesehatan
yang lebih baik dengan tujuan menunaikan perintah Tuhan dengan keimanan yang
kuat dalam tuntutan-Nya, dan perbuatan adil sesuai dengan itu, yang menjamin
persesuaian bagi semua perintah-Nya.
احُِِ ﱠل لكُ ِم صيد ُ البحِ ِر وطعا ُﻣﻪٗ ﻣتا اعا لﱠ ُكم و ِللسﱠياﱠرﺓِ ۚو ُح ِرم عليكُِ م صيدُ الب ِر ﻣا
ُِدم
ُِﺗم
ُح ُر
31
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 32
اﻣا ِوا
ﺗﻘﱠ ُوا
هال ٰ ﱠل
الﱠ ِذ
ِي
ا ِلِي
ِه
ُِﺗح
ش ُرو
ن
Artinya : “Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang
berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-
orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap)
binatang buruan darat, selama kamu dalam.
ihram. dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nyalah kamu akan
dikumpulkan.” (QS. Al Maidah : 96)
6. Prinsip Moralitas
Bukan hanya mengenai makanan dan minuman langsung tetapi dengan tujuan
terakhirnya, yakni untuk peningkatan atau kemajuan nilai-nilai moral dan
spiritual. Seseorang muslim diajarkan untuk menyebut nama Allah sebelum
makan dan menyatakan terima kasih kepada-Nya setelah makan. Dengan
demikian ia akan merasakan kehadiran Ilahi pada waktu memenuhi
keinginankeinginan fisiknya. Hal ini penting artinya karena Islam menghendaki
perpaduan nilai-nilai hidup material dan spiritual yang berbahagia.
َّۖ ِ يسِـ َٔلوُِ نك ع ِن الخم ِر والمِي ِس ِِر قلُِ ﻓِي ِﻪِﻣا اِث م ك ِبﻲ ر ﱠوﻣناﻓِ ُع ِللنا ﱠ
س واِث ُمِهُما اكِﺑ ُر
ِﻣن ﱠنفعِِهِم ِا
ويسِـ َٔلوُِ نكِ ﻣاذا
ُِيُن ِفﻘوُِ ن ەِ ق ِل
العِﻓِوِ ك ٰذ ِلك يُبﻲ
ِنُِ هال ٰ ُّل لكُ ِ ُم
ت لعلﱠِ ُكم ٰ
ِ الِ ٰي
ﺗتفكﱠ ِ ُرو ن
32
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 33
33
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 34
Hal ini dapat memperburuk analisis, karena saat tingkat harga dan pendapatan
benar-benar memainkan peran yang substansi dalam menentukan konsumsi
agregat, ada sejumlah faktor moral, sosial, politik, ekonomi, dan sejarah yang
mempengaruhi pengalokasiaannya pada masing-masing komponen konsumsi.
Dengan demikian, faktor-faktor nilai dan kelembagaan serta preferensi, distribusi
pendapatan dan kekayaan, perkembangan sejarah, serta kebijakan-kebijakan
pemerintah tentunya tak dapat diabaikan dalam analisis ekonomi.
Ada tiga nilai dasar yang menjadi fondasi bagi perilaku konsumsi masyarakat
muslim :
1. Keyakinan akan adanya hari kiamat dan kehidupan akhirat, prinsip ini
mengarahkan seorang konsumen untuk mengutamakan konsumsi untuk akhirat
daripada dunia. Mengutamakan konsumsi untuk ibadah daripada konsumsi
duniawi. Konsumsi untuk ibadah merupakan future consumption (karena terdapat
balasan surga di akherat), sedangkan konsumsi duniawi adalah present
consumption.
34
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 35
moralitas semakin tinggi pula kesuksesan yang dicapai. Kebajikan, kebenaran dan
ketaqwaan kepada Allah merupakan kunci moralitas Islam. Kebajikan dan
kebenaran dapat dicapai dengan prilaku yang baik dan bermanfaat bagi kehidupan
dan menjauhkan diri dari kejahatan.
ٍﻓسُِ هِم كمث ِلِ ج ﱠن ﺓ ِ وﻣثلُِ الﱠذِينِ يُن ِفﻘوُِ ن امِوالﻪ ُِ ُم اﺑت ِغاء ﻣرضا
ِ ِﺕ هال ِِّٰۚل وﺗثِ ِﺑيتاا ِﻣن ان
يصُِ ﺑﻪِاِ ينِ ِۚ ﻓاِِن لﱠم ٰ
ِ ِﺑرﺑوِﺓٍ اصِاﺑﻪِا واب ِل ﻓاﺗتِ ا ُكلُﻪِا
ِ ضعف
ٰ
ﺑصِي ر ِ واب ِل ﻓط ٌّل ِو هال ُّل ِﺑمِا ﺗعمِلوُِ ن
35
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 36
1. Prinsip keadilan
Syarat ini mengandung arti ganda penting mengenai mencari rizki secara
halal dan tidak melanggar hukum. Firman Allah “Hai sekalian manusia, makanlah
yang halal lagi baik dari apa yang terdapat dibumi….(QS. Al-Baqoroh : 169)”
Rasulullah juga bersabda “1/3 adalah udara 1/3 makan dan 1/3 adalah minuman”
(Al- Hadis)
2. Prinsip kebersihan
Konsumsi harus baik atau cocok untuk dimakan, tidak kotor atau menjijikan
sehingga merusak selera. Rasulullah mencontohkan untuk menjaga kebersihan
sesuai dengan sabdanya “makanan diberkahi jika kita mencuci tangan sebelum
dan setelah memakannya” (Tarmidzi, Mishkat). Jabir meriwayatkan Abu Hamid
membawa segelas susu dari Naqi. Rasulullah berkata kepadanya “Mengapa tidak
kau tutup gelas itu? letakanlah sepotong kayu diatasnya” (Bukhori). bersumber
dari Jabir, Rasulullah SAW bersabda “ Sebelum tidur, matikan lampu, tutup pintu
dan tutupilah makanan dan minuman”.
36
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 37
3. Prinsip Kesederhanaan
Konsumsi tidak boleh berlebih lebihan Firman Allah “Makan dan minumlah
dan jangan engkau berlebih-lebihan sesungguhnya Allah tidak menyukai orang –
orang yang melampaui batas”. Firman Allah “Hai orang-orang beriman janganlah
kamu haramkan apa – apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan
janganlah melampaui batas…” (Al-Maidah:87)
5. Prinsip moralitas
Senantiasa menyebut nama Allah dan bersukur atas karuniaNya, maka hal
tersebut secara tidak langsung akan membawa dampak psikologis bagi pelakunya
seperti anti makanan haram baik zat maupun cara mendapatkannya sehingga bisa
merasakan ketenangan jiwa.
Setelah lima prinsip tersebut terpenuhi, konsumsi dan infak pun telah dapat
dilaksanakan, maka selanjutnya adalah tabungan yang tujuan utamanya yaitu
untuk berjaga – jaga ketika suatu saat ada keperluan mendadak. Selain itu
tabungan juga dapat dialokasikan sebagai investasi. Sehingga kita juga dapat
menikmati hasil dari investasi dan tabungan tersebut untuk memenuhi kebutuhan
hidup khususnya untuk konsumsi. Hasil tersebut juga kita niatkan sebagai ibadah
yang diimplementasikan dengan membayakan zakatnya jika telah mencapai nisab
maupun membayarkan infak dan sedekah sekedarnya.
Ibadah tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mencari keridhaan Allah SWT
dalam rangka mengkonsumsi barang dan jasa demi kelangsungan hidup. Sehingga
apa yang manusia konsumsi jika dilandasi dengan niat beribadah kepada Allah
maka akan mendapat berkah di dalamnya. Apabila semua hal tersebut dapat kita
lakukan dengan baik, maka kita akan mencapai keseimbangan antara konsumsi di
dunia (present consumption) yang kita nikmati saat ini dan konsumsi akhirat
(future consumption) yang akan kita nikmati kelak.
Kesimpulan
1. Perbedaan konsumsi konvensional dengan konsumsi Islam adalah adanya
infak dan lima prinsip konsumsi Islam yaitu keadilan, kesederhanaan, kebersihan,
kemurahan hati, dan moralitas. Komponen infak memberi dampak positif bagi diri
37
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 38
sendiri yaitu mendapat pahala dan sebagai pengurang zakat yang harus
dibayarkan dan memberi dampak jangka pendek yaitu dengan meningkatkan
agregat demand. Komponen infak memberi dampak positif bagi orang lain dan
dalam jangka panjang meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya
melalui penyaluran pembiayaan produktif Al Qardhul Hasan.
2. Teori prilaku konsumen yang Islami dibangun atas dasar syariah Islam.
Dalam ekonomi Islam konsumsi dikendalikan oleh lima prinsip dasar, yaitu :
prinsip keadilan, prinsip kebersihan, prinsip kesederhanaan, prinsip kemurahan
hati dan prinsip moralitas.
DAFTAR PUSTAKA
38
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 39
39
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 40
40
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 41
Unit/Semester ; 1/4
41
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr . Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah,taufik
dan inayahnya kepada kita semua. Sehingga saya bisa menjalani kehidupan ini
sesuai dengan ridhonya. Syukur Alhamdulilah saya bisa menyelesaikan makalah
ini sesuai dengan rencana. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan Nabi Agung Muhammad SAW. Karena beliau adalah salah satu figur
umat yang mampu memberikan syafa’at di hari kiamat. Selanjutnya saya
mengucapakan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing beserta sahabat
dan sahabati juga kepada seluruh pihak pendukung. Saya mohon maaf sebesar-
besarnya apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan
didalamnya. Saya harapkan kritik dan saran yang membangun demi tercapainya
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat untuk penulis dan
khususnya untuk pembaca. Amin Ya Robbal’Alamin.
Penulis
i
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulann .................................................................................................11
B. Saran .............................................................................................................11
ii
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 5
terhadap distribusi maka harus ada upaya rekayasa melalui
pasar maupun non pasar untuk mengatasi masalah.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian harga?
2. Bagaimana penetapan harga dalam menurut pndangan
islam?
3. Apa Pengertian Dari Rekayasa Pasar ?
4. Bagaimana Rekayasa Permintaan Dan Penawaran
(Bai’inajasi Dan Ikhtikar), Tadlis Dan Taghril (Gharar) ?
5. Bagaimana Monopoli Dan Oligopoly Dalam Rekayasa
Pasar ?
C. Tujuan penulisan
Makalah ini dibut guna mengetahui pengertian harga,
mengetahui penetapan harga dalam menurut pndangan islam,
mengetahui Pengertian Dari Rekayasa Pasar, menetahui
Rekayasa Permintaan Dan Penawaran (Bai’inajasi Dan
Ikhtikar), Tadlis Dan Taghril (Gharar), dan mengetetahui
Monopoli Dan Oligopoly Dalam Rekayasa Pasar.
5
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian harga
Ridwan Iskandar Sudayat menyatakan bahwa harga
suatu barang adalah tingkat pertukaran barang itu dengan
barang lain. Sebagaimana telah kita ketahui, salah satu tugas
pokok ekonomi adalah menjelaskan alasan barang-barang
mempunyai harga serta alasan barang yang mahal dan murah.
Sebagai contoh, gaji dan upah adalah harga jasa bagi
seseorang yang bekerja. Bunga adalah harga meminjam atau
menggunakan uang di Bank. Pajak adalah harga jasa
pemerintah bagi warga negaranya. Bentuk atau sebutan harga
lain adalah uang sewa, tiket, tol, honorarium, SPP, dan
sebagainya.21
Ahli ekonomi telah menyusun teori harga umum yang
dapat dipakai untuk menganalisis semua problem yang
menyangkut harga barang konsumsi, tingkat rupiah, tingkat
devisa, harga pasar modal, dan sebagainya, yang
menggambarkan prinsip umum penentuan harga.
Harga terbentuk dan kompetensi produk untuk
memenuhi tujuan dua pihak, yaitu produsen dan konsumen.
Produsen memandang harga sebagai nilai barang yang
mampu memberikan manfaat keuntungan di atas biaya
21
Siti Nur Fatoni, Pengantar Ilmu Ekonomi (Dilengkapi Dasar-Dasar Ekonomi
Islam), (Bandung: Pustaka Setia, 2014), Hal. 61-63.
6
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 7
produksinya (atau tujuan lain, misalnya keuntungan).
Konsumen memandang harga sebagai nilai barang yang
mampu memberikan manfaat atas pemenuhan kebutuhan dan
keinginannya (misalkan hemat, prestise, syarat pembayaran,
dan sebagainya). Perhatikan bagan di bawah ini.
Dalam pasar persaingan sempurna, harga terbentuk
dari kesepakatan produsen dan konsumen. Akan tetapi, pada
kenyataannya kondisi ini jarang terjadi. Salah satu pihak lain
(umumnya produsen) dapat mendominasi pembentukan harga
atau pihak lain di luar produsen dan konsumen (misalnya
pemerintah, pesaing, pemasok, distributor, asosiasi, dan
sebagainya) turut berperan dalam pembentukan harga
tersebut.
Tingkat harga dalam sebuah perekonomian secara
keseluruhan dapat diketahui melalui dua cara. Selama ini kita
mengartikan tingkat harga sebagai hanya dari sekeranjang
atau himpunan barang dan jasa. Jika tingkat-tingkat harga
mengalami kenaikan, masyarakat harus membayar lebih
untuk mendapatkan berbagai barang dan jasa yang mereka
inginkan. Selain itu, kita dapat menggunakan tingkat harga
untuk menentukan nilai uang. Naiknya tingkat harga berarti
menurunnya nilai uang karena setiap nilai rupiah yang Anda
punya sekarang hanya dapat digunakan untuk membeli
7
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 8
barang dan jasa dalam jumlah yang lebih sedikit daripada
sebelumnya.22
B. Penetapan harga dalam menurut pandangan islam
Setelah perpindahan (hijrah) Rasulullah SAW ke
Madinah, maka beliau menjadi pengawas pasar (muhtasib).
Pada saat itu, mekanisme pasar sangat dihargai. Salah satu
buktinya yaitu Rasulullah SAW menolak untuk membuat
kebijakan dalam penetapan harga, pada saat itu harga sedang
naik karena dorongan permintaan dan penawaran yang
dialami. Bukti autentik tentang hal ini adalah suatu hadis
yang diriwayatkan oleh enam imam hadis (kecuali Imam
Nasa’i)23. Dalam hadis tersebut diriwayatkan sebagai berikut
: “Manusia berkata saat itu, ‘Wahai Rasulullah harga (saat
itu) naik, maka tentukanlah harga untuk kami’. Rasulullah
SAW bersabda: ‘Sesungguhnya Allah adalah penentu harga,
Ia adalah penahan, Pencurah, serta Pemberi rezeki.
Sesungguhnya aku mengharapkan dapat menemui Tuhanku
Diana salah seorang di antara kalian tidak menuntutku
karena kezaliman dalam hal darah dan harta.”
Nabi tidak menetapkan harga jual, dengan alasan
bahwa dengan menetapkan harga akan mengakibatkan
kezaliman, sedangkan zalim adalah haram. Karena jika harga
yang ditetapkan terlalu mahal, maka akan menzalimi
22
N. Gregory Mankiw, Pengantar Ekonomi, (Jakarta: Erlangga, 2003), Hal. 138
23
Ika Yunia Fauzia, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid Al-
Syariah, (Jakarta: Penerbit Kencana Prenadamedia Grup, 2014), Hal.201-204.
8
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 9
pembeli; dan jika harga yang ditetapkan terlalu rendah, maka
akan menzalimi penjual.
Hukum asal yaitu tidak ada penetapan harga (al-
tas’ir), dan ini merupakan kesepakatan para ahli fikih. Imam
Hambali dan Imam Syafi’i melarang untuk menetapkan harga
karena akan menyusahkan masyarakat sedangkan Imam
Maliki dan Hanafi memperbolehkan penetapan harga untuk
barang-barang sekunder.
Mekanisme penentuan harga dalam islam sesuai
dengan Maqashid al-Syariah, yaitu merealisasikan
kemaslahatan dan menghindari kerusakan di antara manusia.
Seandainya Rasulullah saat itu langsung menetapkan harga,
maka akan kontradiktif dengan mekanisme pasar. Akan tetapi
pada situasi tertentu, dengan dalih Maqashid al-Syariah,
penentuan harga menjadi suatu keharusan dengan alasan
menegakkan kemaslahatan manusia dengan memerangi
distorsi pasar (memerangi mafsadah atau kerusakan yang
terjadi di lapangan)
Dalam konsep islam, yang paling prinsip adalah harga
ditentukan oleh keseimbangan permintaan dan penawaran.
Keseimbangan ini terjadi bila antara penjual dan pembeli
bersikap saling merelakan . Kerelaan ini ditentukan oleh
penjual dan pembeli dan pembeli dalam mempertahankan
barang tersebut. Jadi, harga ditentukan oleh kemampuan
penjual untuk menyediakan barang yang ditawarkan kepada
9
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 10
pembeli, dan kemampuan pembeli untuk mendapatkan harga
barang tersebut dari penjual.
Akan tetapi apabila para pedagang sudah menaikkan
harga di atas batas kewajaran, mereka itu telah berbuat zalim
dan sangat membahayakan umat manusia,maka seorang
penguasa (Pemerintah) harus campur tangan dalam
menangani persoalan tersebut dengan cara menetapkan harga
standar. Dengan maksud untuk melindungi hak-hak milik
orang lain., mencegah terjadinya penimbunan barang dan
menghindari dari kecurangan para pedagang. Inilah yang
pernah dilakukan oleh Khalifah Umar bin Kattab.24
Konsep mekanisme pasar dalam Islam dibangun atas
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Ar-Ridha, yakni segala transaksi yang dilakukan haruslah
atas dasar kerelaan antara masing-masing pihak (freedom
contract). Hal ini sesuai dengan al-Qur’an Surat an- Nisa’
ayat 29 yang artinya:
ِ يا أيُّﻬا الﱠذِين آﻣنُوا َل ﺗﺄ ُكلُوا أﻣوال ُكم ﺑين ُكم ﺑِالب
اط ِل إِ ﱠَل أن ﺗ ُكون ﺗِجارﺓ ً عن
اﺽ ِﻣن ُكم ۚ وَل ﺗﻘتُلُوا أنفُس ُكم ۚ ِإ ﱠن ﱠ
َّللا كان ﺑِ ُكم ر ِحي ًما ٍ ﺗر
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama suka di antara kamu. dan janganlah kamu
24
Lukman Hakim, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, (Surakarta: Penerbit Erlangga,
2012), Hal.169-170.
10
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 11
membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.”(QS: An-Nisa’: 29)
2. Berdasarkan persaingan sehat (fair competition).
Mekanisme pasar akan terhambat bekerja jika terjadi
penimbunan (ihtikar) atau monopoli. Monopoli setiap
barang yang penahanannya akan membahayakan
konsumen atau orang banyak.
3. Kejujuran (honesty), kejujuran merupakan pilar yang
sangat penting dalam Islam, sebab kejujuran adalah nama
lain dari kebenaran itu sendiri. Islam melarang tegas
melakukan kebohongan dan penipuan dalam bentuk
apapun. Sebab, nilai kebenaran ini akan berdampak
langsung kepada para pihak yang melakukan transaksi
dalam perdagangan dan masyarakat secara luas.
4. Keterbukaan (transparancy) serta keadilan (justice).
Pelaksanaan prinsip ini adalah transaksi yang dilakukan
dituntut untuk berlaku benar dalam pengungkapan
kehendak dan keadaan yang sesungguhnya.
C. Pengertian rekayasa pasar
Islam menjamin pasar bebas dimana para pembeli dan
para penjual bersaing satu sama lain dengan arus informasi
yang berjalan lancar dalam kerangka keadilan, yakni tidak
ada yang zalim dan yang terzalimi. Pada garis besarnya,
ekonomi islam mengidentifikasi 3 bentuk distorsi pasar yaitu:
1. Rekayasa penawaran dan permintaan
2. Tadlis (penipuan)
11
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 12
3. Taghir (dari kata gharar = uncertainty, keraguan).
12
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 13
rekayasa pasar sehingga terjadikeseimbangan
antarapermintaan dan penawaran.
13
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 14
Menyimpan stock barang untuk keperluan persediaan
tidak dilarang dalam islam. Jadi monopoli sah-sah saja,
demikian juga dengan menyimpan persediaan, yang
dilarang adalah ihtikar yaitu mengambil keuntungan
diatas keuntungan yang lebih tinggi atau istilah
ekonominya monopoly’s rent-seeking. Jadi dalm islam
monopoli boleh, sedangkan monopoly’s rent-seeking
tidak boleh.
Dalam pasar monopoli maupun pasar bersaing sempurna
tidak optimal akan terjadi saat MC =MR. Perbedaannya
adalah kurva demand yang dihadapi produsen. Dalam
pasar monopoli, karna ada satu produsen maka demand
yang dihadapinya adalah market demand (permintaan
pasar), berbeda dengan pasar bersaing sempurna karna
ada banyak produsen maka demend yang dihadapi dari
masing-masing produsen adalah indifidual demand
(permintaan indifidu).
Itu sebabnya dalam pasar monopoli siprodusen dapat
bertindak sebagai price maker (penentu harga), sedangkan
dalam pasar bersaing sempurna produsen hanya dapat
bertindak sebagai price taker (mengikuti harga pasar).
E. Monopoli Dan Oligopoly Dalam Rekayasa Pasar
Menurut Qordawi monopoli adalah menahan barang
untuk tidak beredar dipasar supaya naik harganya. Dari
defenisi ini terlihat bahwa tindakan monopoli dilakukan atas
dorongan untuk mendapatkan laba yang maksimal. Orang
14
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 15
yang melakukan monopoli ia akan mendapatkan harga
sehingga dapat dilakukan penjualan dengan kuantitas kecil
namun dapat memperoleh laba bersih yang lebih besar.
Monopoli dapat terjadi pada beberapa aspek, diantaranya
yaitu:
1. Monopoli usaha, yaitu monopoli yang dilakukan
perusahaan karna menguasai produksi dan penjualan
suatu produk atau jasa secara sendiri atau tanpa saingan
disuatu pasar
2. Monopoli pangsa pasar, yaitu monopoli yang dilakukan
oleh suatu kelompok usaha yang terdiri atas beberapa
perusahaan yang menghasilkan produk yang sama
3. Monopoli pangsa pasar, yaitu monopoli yang dilakukan
oleh perusahaan yang telah menguasai pasar diatass 50%
dan perusahaan terssebut menjadi pemimpin harga untuk
produksi yang sama dihasilkan dan dijual dipasaran.
17
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Harga suatu barang adalah tingkat pertukaran barang
itu dengan barang lain. Harga terbentuk dan kompetensi
produk untuk memenuhi tujuan dua pihak, yaitu produsen
dan konsumen. Produsen memandang harga sebagai nilai
barang yang mampu memberikan manfaat keuntungan di atas
biaya produksinya (atau tujuan lain, misalnya keuntungan).
Konsumen memandang harga sebagai nilai barang yang
mampu memberikan manfaat atas pemenuhan kebutuhan dan
keinginannya (misalkan hemat, prestise, syarat pembayaran,
dan sebagainya).
Dalam konsep islam, yang paling prinsip adalah harga
ditentukan oleh keseimbangan permintaan dan penawaran.
Keseimbangan ini terjadi bila antara penjual dan pembeli
bersikap saling merelakan. Akan tetapi apabila para pedagang
sudah menaikkan harga di atas batas kewajaran, mereka itu
telah berbuat zalim dan sangat membahayakan umat
manusia,maka seorang penguasa (Pemerintah) harus campur
tangan dalam menangani persoalan tersebut dengan cara
menetapkan harga standar.
Islam menjamin pasar bebas dimana para pembeli dan
para penjual bersaing satu sama lain dengan arus informasi
18
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 19
yang berjalan lancar dalam kerangka keadilan, yakni tidak
ada yang zalim dan yang terzalimi.
Pasar yang bersaing secara sempurna merupakan
wahana paling baik bagi transaksi barang dan jasa dalam
menghasilkan barang yang adil.
Beberapa alternatif yang telah diajukan dalam rangka
menciptakan kondisi pasar yang islami serta mewujudkan
misi-misi ekonomi islam dalam pembangunan.
B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat untuk para pembaca
khususnya para penyusun, kritik dan saran sangat diperlukan
yang sifatnya membangun, sekian dari penyusun. Wassalam.
DAFTAR PUSAKA
19
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 20
Muhammad. (2004). Ekonomi Mikro Dalam Perspektif
Islam. Yogyakarta: BPEF- YOGYAKARTA.
N. Gregory Mankiw, Pengantar Ekonomi, (Jakarta: Erlangga, 2003),
Siti Nur Fatoni, Pengantar Ilmu Ekonomi (Dilengkapi Dasar-Dasar
Ekonomi Islam), (Bandung: Pustaka Setia, 2014),
20
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 21
21
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 1