Anda di halaman 1dari 329

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM KLASIK DAN KONTEMPORER

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Mikro Islam

Dosen Pengampu: Alfian, M.E

Disusun oleh: Kelompok 1

Nama/Nim : Indah Puspita Sari (4022019078)

Maya Oktari Savira (4022019082)


PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA
SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2020/2021

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa atas segala limpahan rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam memahami
memahami materi kita tentang “Sejarah Pemikiran EkonomiIslam Klasik dan Kontemporer”.

Terima kasih kami ucapkan kepada kepada Bapak Alfian, M.E. selaku dosen mata
kuliah Ekonomi Mikro Islam yang telah membantu baik secara moral maupun materi
sehingga pemakalah bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca maupun pemakalah. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang kami miliki masih kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Langsa, 4 April 2021

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 2

2.1 Sejarah pemikiran ekonomi klasik & kontemporer ................................................ 2


2.2 Asas-asas ekonomi Islam ....................................................................................... 3
2.3 Prinsip ekonomi Islam ........................................................................................... 4
2.4 Manfaat ekonomi Islam ......................................................................................... 5
2.5 Karakteristik Ekonomi Islam ................................................................................. 6
2.6 Rasionalitas dalam ekonomi Islam ........................................................................ 7

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 9

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 9


3.2 Saran ...................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terdapat dua istilah yang sering digunakan untuk ekonomi Islam, yaitu ekonomi
syariah dan ekonomi Islam. Keduanya merujuk satu azas, yakni ekonomi yang berdasarkan
prinsip syariah. Perkembangan pemikiran ekonomi Islam secara umum dimulai dari
diturunkannya ayat-ayat tentang ekonomi dalam Alquran. Dari ayat-ayat tersebut
menunjukkan bahwa Islam telah menetapkan pokok pemikiran ekonomi sejak disyariatkan
Islam atau sejak Rasulullah SAW ditunjuk sebagai Rasul. Masalah-masalah ekonomi menjadi
perhatian Rasulullah SAW karena masalah ekonomi merupakan pilar penyangga keimanan
yang harus diperhatikan. Selanjutnya, kebijakan-kebijakan Rasulullah SAW dijadikan
pedoman oleh para penggantinya dalam memutuskan masalah masalah ekonomi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah pemikiran ekonomi klasik & kontemporer?


2. Apa saja Asas-asas ekonomi Islam?
3. Apa saja Prinsip ekonomi Islam?
4. Apa saja Manfaat ekonomi Islam?
5. Bagaimana Karakteristik Ekonomi Islam?
6. Bagaimana Rasionalitas dalam ekonomi Islam?

1.4 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Bagaimana Sejarah pemikiran ekonomi klasik & kontemporer.
2. Untuk mengetahui Apa saja Asas-asas ekonomi Islam.
3. Untuk mengetahui Apa saja Prinsip ekonomi Islam.
4. Untuk mengetahui Apa saja Manfaat ekonomi Islam.
5. Untuk mengetahui Bagaimana Karakteristik Ekonomi Islam.
6. Untuk mengetahui Bagaimana Rasionalitas dalam ekonomi Islam.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah pemikiran ekonomi klasik dan kontemporer


1. ekonomi klasik
Sejarah pemikiran ekonomi lsam di era klasik dimulai dari masa Nabi Muhammad SAW
berada di Madinah hingga masa pemerintahan khulafaurrasyidin. Pada dasarnya pada zaman
Rasul tatanan perekonomian Islam masih sangat sederhana, landasannya hanya dari wahyu
alQur’an dan ijtihad Nabi Muhammad Saw. sendiri yang tertuang dalam hadis. Ekonomi
Islam mulai muncul ketika Nabi hijrah ke Madinah, saat pertama kali tiba keadaan Madinah
masih kacau. Masyarakat Madinah belum memiliki pemimpin atau raja yang berdaulat. Yang
ada hanya kepala-kepala suku yang menguasai daerahnya masing-masing. Suku-suku yang
terkenal saat itu adalah suku Aus dan Khazraj. Pada saat masih berupa suku-suku ini kota
Madinah belum ada hukum dan pemerintahan. Antar kelompok masih saling bertikai.
Kelompok yang terkaya dan terkuat adalah Yahudi, namun ekonominya masih lemah dan
bertopang pada bidang pertanian.

Setelah Rasulullah wafat, Abu Bakar melanjutkan praktik perekonomian Islam dengan
menitik beratkan pada keakuaratan pembayaran zakat. Dengan menindak tegas dan
memerangi suku-suku yang menolak membayar zakat. Pada masa Umar, praktik ekonomi
Islam semakin luas dan semakin maju seiring ditaklukkannya negera-negara di sekitar jazirah
Arabia yang meliputi Romawi timur (Syiria, Palestina dan Mesir) dan seluruh Persia
termasuk Irak, titik berat praktik ekonomi Islam pada masa Umar ini pada pengelolaan Baitul
Mal dan pajak pengelolaan tanah (kharaj) yang disita dari negera yang ditaklukkan. Pada
masa Utsman, ia mengambil kebijakan tidak mengambil upah dari kantornya. Sebaliknya, ia
meringankan beban pemerintah dalam hal-hal yang serius, bahkan menyimpan uangnya di
bendahara negara. Pada masa Ali bin Abi Thalib, pajak terhadap para pemilik hutan sebesar

4
4000 dirham dan mengizinkan Ibnu Abbas, gubernur Kufah, memungut zakat terhadap
sayuran segar yang akan digunakan sebagai bumbu masakan. Pada sama pemerintahannya
juga, Ali mempunyai prinsip bahwa pemerataan distribusi uang rakyat yang sesuai dengan
kapasitasnya.

Akan tetapi, pada masa ini bentuk permasalahan perekonomian belum variatif, sehingga
teori-teori tentang ekonomi yang muncul belum beragam.1

2. Ekonomi Kontemporer
Pengertian dari pemikiran islam kontemporer ialah pemikiran Islam yang berkembang
pada masa modern (abad 19 masehi) hingga kini. Pemikiran islam kontemporer memiliki ciri
yakni bersifat agresif yang berkembang dengan metodo pemikiran baru dalam menafsirkan
Al-Qur’an dan peradaban Islam. Islam kontemporer merupakan gerakan pemikiran Islam
yang berasal dari kalangan intelektual Islam dalam menafsirkan kembali pemikiran Islam
klasik dengan situasi modern. Tokoh dari pemikiran islam kontemporer antara lain adalah
Muhammad Abdul Mannan, M. Nejatullah Siddiqi, Yusuf Qardhawi, Syede Nawab Haider
Naqvi, Monzer Khaf, Muhammad Baqir As-Sadq, Umer Chapra dan tokoh ekonomi islam
pada masa sekarang.2 pemikiran Islam kontemporer di Indonesia yang dilakukan oleh kaum
intelektual muslimnya sedikit terjadi kolaborasi pemikiran antara pemikiran Islam
kontemporer yang berasal dari jazirah Arab dan pemikiran Islam kontemporer yang
dikembangkan oleh para Islamolog yang ada di universitas-universitas di Barat. Pemikiran
islam kontemporer terdiri dari tradisionalis, radikalis, dan pluralism. Tradisionalis adalah
ajaran Islam yang mengalir dan berjalan pada tradisi-tradisi di daerah tersebut. Pluralism
adalah ajaran Islam yang mengutamakan nilai-nilai sosial dan budaya. Radikalis ialah ajaran
Islam yang memegang teguh Al-Qur'an dan Sunnah.

B. Asas-asas ekonomi Islam


1. Asas Ketauhidan
Dalam asas ekonomi islam, asas ketauhidan adalah asas yang sangat mendasar bagi
kelangsungan ekonomi. Aktivitas manusia dan rezeki dalam kehidupan manusia, tidak pernah
terlepas dari apa yang Allah berikan. Segala macam aktivitas tersebut kembali kepada Allah

1
Havis Aravik, sejarah pemikiran ekonomi Islam kontemporer edisi pertama,( Depok: kencana,2017) hal.2
2
M. Nur Rianto Al Arif & Dr. Euis Amalia, Teori Mikro Ekonomi: Suatu Perbandingan Ekonomi Islam dan
Ekonomi Konvensional edisi pertama, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 7

5
yang memang menciptakan manusia dan segala isi dunia ini. Usaha keras dan strategi
manusia dalam ekonomi, Allah memperingatkan bahwa hal tersebut Allah lah yang mengatur
dan memberikan. Tentu saja tanpa sunnatullah yang Allah tetapkan manusia tidak akan bisa
menjalankan kehidupan ekonomi. Semuanya bergantung kepada hukum Sunnatullah, seperti
mekanisme di Alam, pengaturan siklus hidup manusia, dsb.

2. kebermanfaatan.
Asas sistem ekonomi islam ini mengarahkan agar manusia senantiasa mendapatkan
kebaikan, maanfaat, keberuntungan bukan justru mengarahkan kepada kebinasaan atau
sesuatu yang mencelakakakn. Salah satu contoh asas kebermanfaatan ini adalah larangan
Allah terhadap ekonomi melalui judi. Judi adalah aktiivitas yang sangat spekulasi, gembling,
merugikan karena tidak ada ikhtiar dan usaha manusia, tidak ada keadilan antar sesamanya,
juga tidak ada pengoptimalan sumber daya yang telah Allah berikan.

3. Asas Keadilan
Keadilan islam bukanlah sama rata sama rasa, sama seluruhnya, atau dibagi rata secara
keseluruhan. Keadilan islam adalah manusia akan mendapatkan apa yang di ikhtiarkannya
namun tidak melupakan orang-orang yang membutuhkan di sekitarnya. Pembagian harta
pada orang-orang yang membutuhkan tentu tidak 100%. Ada harta wajib yang harus
dikeluarkan dan ada juga yang bersifat sunnah dan sukarela. Tentu nilai pahalanya akan
berbeda jika diberikan dengan harta yang kuantitas dan berkualitas, serta sesuai dengan
kebutuhan atau problematika ummat saat itu.

4. Asas Orientasi Sosial


Islam berorientasi pada masalah sosial. Salah satu aspek yang membuat ekonomi islam
berorientasi pada sosial adalah adanya aturan mengenai zakat, infaq, dan shodaqoh bagi
orang-orang yang mampu. Bahkan Allah memberikan motivasi dan juga dorongan agar para
pemilik harta yang banyak dapat mengeluarkannya pada orang-orang yang tidak mampu,
serta mengangkat tinggi derajat orang-orang tersebut. Bahkan Allah menyuruh kepada orang-
orang berharta agar hidup sederhana dan juga tidak berleihan agar tidak mengarah kepada
kesombongan dan kesia-siaan.

5. Asas Kemanusiaan
Pada hakikatnya asas sistem ekonomi islam berorientasi kepada kemanusiaan. Hal ini
dapat dilihat salah satunya dari asnaf atau penerima zakat. Islam mengangkat dan
mengorientasikan dana sosial itu kepada para fakir dan miskin, budak, orang yang tidak

6
mampu membayar hutang, muallaf, orang yang dalam perjalanan, dan juga Fisabilillah.
Asnaf tersebut diberikan zakat agar mereka dapat melangsungkan kehidupan lebih baik dan
sesuai dengan taraf hidup. Tentunya hal tersebut sangat menjunjung tinggi kemanusiaan.

C. Prinsip Ekonomi Islam


Sebagai sebuah ilmu, ekonomi syariah memiliki prinsip-prinsip dasar yang melandasi
keilmuannya. Dalam buku Ekonomi Islam: Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan
Konvensional (2005) karya Eko Suprayitno, dijelaskan beberapa prinsip ekonomi islam,
yaitu:

 Sumber daya dipandang sebagai amanah yang diberikan Allah kepada manusia,
sehingga pemanfaatannya harus bisa dipertanggungjawabkan di akhirat. Artinya,
manusia harus menggunakan sumber daya untuk kegiatan yang bermanfaat, baik
untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain.
 Kepemilikan pribadi tetap diakui. Namun, dalam batas-batas tertentu yang berkaitan
dengan kepentingan masyarakat dan tidak mengakui pendapatan yang diperoleh
secara tidak sah.
 Bekerja merupakan penggerak utama kegiatan ekonomi syariah. Islam menganjurkan
manusia untuk bekerja dan berjuang untuk mendapatkan materi dengan berbagai cara,
asalkan tetap mengikuti aturan yang telah ditetapkan dalam islam.
 Kepemilikan kekayaan tidak boleh hanya dimiliki oleh segelintir orang. Setiap orang
harus berperan sebagai kapital produktif yang akan meningkatkan besaran produk
nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
 Islam menjamin kepemilikan masyarakat dan penggunaannya disalurkan untuk
kepentingan orang banyak.
 Islam menjamin kebebasan individu. Namun kebebasan tersebut tidak boleh
melanggar aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
 Seorang muslim harus tunduk pada Allah SWT. Dengan begitu akan mendorong
seorang muslim menjauhkan diri dari hal-hal yang berhubungan dengan keburukan.
 Zakat wajib dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab). Zakat
adalah alat distribusi sebagian kekayaan orang yang ditujukan untuk orang miskin dan
mereka yang membutuhkan.
 Islam melarang berbagai macam bentuk riba.

7
 Islam memperkenankan negara untuk mengatur masalah perekonomian.

D. Manfaat ekonomi Islam


Apabila mengamalkan ekonomi syariah akan mendatangkan manfaat yang besar bagi umat
muslim dengan sendirinya, yaitu:

1. Mewujudkan integritas seorang muslim yang kaffah, sehingga islam-nya tidak lagi
setengah-setengah. Apabila ditemukan ada umat muslim yang masih bergelut dan
mengamalkan ekonomi konvensional, menunjukkan bahwa keislamannya belum
kaffah.
2. Menerapkan dan mengamalkan ekonomi syariah melalui lembaga keuangan islam,
baik berupa bank, asuransi, pegadaian, maupun BMT (Baitul Maal wat Tamwil) akan
mendapatkan keuntungan dunia dan akhirat. Keuntungan di dunia diperoleh melalui
bagi hasil yang diperoleh, sedangkan keuntungan di akhirat adalah terbebas dari
unsur riba yang diharamkan oleh Allah.
3. Praktik ekonomi berdasarkan syariat islam mengandung nilai ibadah, karena telah
mengamalkan syariat Allah. Mengamalkan ekonomi syariah melalui lembaga
keuangan syariah, berarti mendukung kemajuan lembaga ekonomi umat Islam.
4. Mengamalkan ekonomi syariah dengan membuka tabungan, deposito atau menjadi
nasabah asuransi syariah berarti mendukung upaya pemberdayaan ekonomi umat.
Sebab dana yang terkumpul akan dihimpun dan disalurkan melalui sektor
perdagangan riil.
5. Mengamalkan ekonomi syariah berarti ikut mendukung gerakan amar ma'ruf nahi
munkar. Sebab dana yang terkumpul pada lembaga keuangan syariah hanya boleh
disalurkan kepada usaha-usaha dan proyek yang halal.

E. Karakteristik Ekonomi Islam


ada beberapa karakteristik dalam ekonomi islam, yang menjadi inti ajaran ekonomi islam itu
sendiri. karakteristik tersebut sesuai dengan beberapa aspek normatif – idealis – deduktif
serta historis – empiris – induktif. Karakteristik ekonomi Islam tersebut antara

8
lain: 3

1. Rabbaniyah Mashdar (bersumber dari Allah)


Ekonomi Islam merupakan ajaran yang bersumber dari Allah Swt. dimana kegiatan

ekonomi yang diajarkan adalah bertujuan untuk memperkecil kesenjangan diantara


masyarakat sehingga umat manusia bisa bisa hidup dalam kesejahteraan di dunia

dan akhirat.

2. Rabbaniyah al-Hadf (bertujuan untuk Allah)


Ekonomi Islam juga bertujuan kepada Allah Swt. sehingga segala aktivitas ekonomi
merupakan suatu ibadah yang diwuudkan dalam hubungan antar manusia untuk membina
hubungan dengan Allah. Islam mensyariatkan agar selalu beraktivitas ekonomi sesuai dengan
ketentuan allah, tidak mendzalimi orang lain dan bertujuan

memberikan kemaslahatan bagi semua manusia.

3. Al-Raqabah al-Mazdujah (control di dalam dan di luar)


Ekonomi islam menyertakan pengawasan yang melekat bagi semua manusia yang dimulai
dari diri masing-masing sebagai leader (khalifah) bagi dirinya sendiri. Pengawasan
selanjutnya yaitu dari luar yang melibatkan institusi, lembaga ataupun seorang pengawas.

4. Al-Jam’u bayna al-tsabat wa al-murunah (penggabungan antara yang tetap dan yang
lunak).
Islam membolehkan manusia untuk beraktivitas ekonomi sebebas-bebasnya selama

tidak bertentangan dengan larangan yang sudah ditetapkan, yang sebagian besar berakibat
pada kerugian orang lain.

5. Al-Tawazun bayna al-maslahah al-fard wa al-jama’ah (keseimbangan antara


kemaslahatan individu dan masyarakat)
Segala aktivitas yang diusahakan dalam ekonomi Islam bertujuan untuk membangun
harmonisasi kehidupan sehingga kesejahteraan masyarakat bisa tercapai yang berawal dari
ketercapaian kesejahteraan masing-masing individu dalam suatu golongan masyarakat.

3
Ika Yunia Fauzia & Abdul Kadir Riyadi, Prinisip dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid Al-Syariah Edisi
pertama, (Jakarta: Kencana, 2014)Hal.31

9
6. Al-Tawazun bayna al-madiyah wa al-rukhiyah (keseimbangan antara materi dan
spiritual)
Islam memotivasi manusia untuk mencari rezeki serta memanfaatkannya sesuai

kebutuhan dan bukan untuk berlebih-lebihan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah
Swt. karena Allah menyandingkan seseorang yang berprilaku berlebih-lebihan (mubadzir)
dengan setan sebagai saudaranya.

7. Al-Waqi’iyah (realistis)
Ekonomi Islam mendorong tumbuhnya usaha kecil dalam masyarakat serta dapat mengadopsi
segala sistem yang ada dengan menghilangkan unsure keharaman yang ada di dalamnya.

8. Al-Alamiyyah (universal)
Ekonomi Islam merupakan ajaran universal yang dapat dipraktekkan oleh siapa pun dan
dimana pun memiliki tujuan win-win solution yang dapat dideteksi dengan tersebarnya
kemaslahatan diantara manusia dan meniadakan kerusakan di muka bumi.

F. Rasionalitas dalam ekonomi Islam


Rasionalitas dalam ekonomi islam maksudnya adalah bahwa manusia berprilaku secara
rasional (masuk akal), dan tidak akan secara sengaja membuat keputusan yang menjadikan
mereka menjadi lebih buruk. Terdapat perbedaan mendasar antara rasionalitas ekonomi
konvensional dan ekonomi Islam. Perbedaan mendasar adalah sember pengembalian dasar
sebagai filosfinya dan rentang waktu yang melingkupinya, Islam lebih menekankan pada
konsep kebutuhan daripada keinginan dalam menuju maslahah, kebutuhan lebih bisa diukur
daripada keinginan. Menurut Islam, manusia mesti mengendalikan dan mengarahkan
keinginan dan kebutuhan sehingga dapat membawa maslahah dan bukan madarat untuk
kehidupan dunia dan akhirat.

Konsep tujuan konsumen rasional seorang muslim, bahwa seorang muslim dalam
melakukan konsumsi pengeluaran harus mempertimbangkan perbuatan israf dan tabzir. Di
dalam konsumsi harus memperhatikan barang yang dikonsumsi pada periode waktu tertentu
dan barang tahan lama yang dikuasai dan pengeluaran zakat, infaq, serta shadaqah sebagai
bekal di kehidupan akhirat.

10
11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ekonomi islam adalah suatu ilmu pengetahuan sosial yang didalamnya mempelajari
tentang masalah-masalah ekonomi masyarakat yang berbasis islam dan didasari empat
pengetahua yaitu Al-qur'an,sunnah,ijmak,dan qiyas.

Sejarah pemikiran ekonomi lsam di era klasik dimulai dari masa Nabi Muhammad SAW
berada di Madinah hingga masa pemerintahan khulafaurrasyidin. Sedangkan pemikiran islam
kontemporer berkembang pada masa modern (abad 19 masehi) hingga kini.

Dengan menerapkan ekonomi islam bagi para muslim akan mendatangkan banyak
manfaat sekaligus menghindarkan kita dari segala hal yang dilarang dalam agama islam.

3.2 Saran
Mempelajari ekonomi syariah bagi mahasiswa berarti membantu mendukung kemajuan
lembaga ekonomi umat Islam. Ekonomi syariah bisa diterapkan pada berbagai lembaga
seperti bank, pegadaian, asuransi, dan juga Baitul Mal wat Tamwil. Dengan mengamalkan
ilmu ekonomi syariah dalam sehari-hari tentu menambah nilai ibadah sebagai seorang
muslim. Ekonomi syariah merupakan syariat Islam yang memang harus ada di kehidupan
setiap muslim

12
Daftar Pustaka

Aravik, Havis.2017. sejarah pemikiran ekonomi Islam kontemporer edisi pertama. Depok:
kencana

Nur Rianto Al Arif, Muhammad & Dr. Euis Amalia.2010. Teori Mikro Ekonomi: Suatu
Perbandingan Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional edisi pertama. Jakarta: Kencana

Yunia Fauzia, Ika & Abdul Kadir Riyadi. 2014. Prinisip dasar Ekonomi Islam Perspektif
Maqashid Al-Syariah Edisi pertama. Jakarta: Kencana

Gambar 1: Sejarah pemikiran ekonomi klasik dan kontemporer s/d asas-asas Islam

13
Gambar 2: prinsip ekonomi Islam s/d rasionalitas dalam ekonomi Islam

Sejarah pemikiran ekonomi islm pada masa klasik dan kontem porer

1. Ekonomi islam pada masa klasik


Sejarah pemikiran ekonomi klasik dimulai dari pada masa Nabi Muhammad SAW
yang berada di madinah hingga masa pemerintahan Khalufaurrasyidin.pada awalnya
ekonomi islam yang masih sederhana.yang berprinsif dari wahyu AL-QURA’AN
dan ijtihjat Nabi Muhammad SAW. Dan setelah beliau meninggal di lanjutkan
praktek ekonomi islam oleh Abu Bakar dan masanya ekonomi islam Umar
menekankan kepada masyarakat madinah untuk menbayar zakat.Dan praktek
ekonomi islan di era Umar menekankan manajeman baitul mal dan pajak.Dan di era
Ali bin Abi Thalib,pajak atas pemilik hutan adalah sekitar 4000 dirham dan
diperbolehkan Ibnu Abbas sebagai gubernur kufah ,untuk mengambil sayur sebagai
zakat yang akan di gunakan sebagai rempah rempah dalam keweanaganya,Ali
memiliki prinsif bahwa distribusi uang hanya untuk orang yang mampu saja.
2. Ekonomi islam pada masa kontemporer
Pemikiran ekonomi islam pada masa kontemporer adalah ekonomi yang berkembanag
pada abad ke 19 hingga samapai saat ini .dan ekonomi islam yang mempelajari
perilaku ekonomi manusia yang di atur oleh agama islam dan di landasi oleh tauhid
sebagai mana yang ada di rukun islam,dan di era ekonomi kontemporer terdapat
bergai tokoh pemikir islam yaitu,Baqr al sadr Muhammad Abdul Mannan,Muhammad
nejatullah Siddiqi,dan banyak lagi pemikir ekonomi islam lainya

14
RUANG LINGKUP DAN MAQASID SYARIAH DALAM EKONOMI MIKRO
ISLAM

DISUSUN

OLEH KELOMPOK: 2

Nama/Nim : Intan Butifa (4022019042)

: Putri Rukniza (4022019055)

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Prodi : Ekonomi Syariah

Unit/Semester : 1/4

Mata Kuliah : Ekonomi Mikro Islam

Dosen Pengampu : Alfian, M.E.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA

TAHUN AJARAN 2020/2021

15
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr . Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah,taufik dan
inayahnya kepada kita semua. Sehingga saya bisa menjalani kehidupan ini sesuai dengan
ridhonya. Syukur Alhamdulilah saya bisa menyelesaikan makalah ini sesuai dengan rencana.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad
SAW. Karena beliau adalah salah satu figur umat yang mampu memberikan syafa’at di hari
kiamat. Selanjutnya saya mengucapakan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing
beserta sahabat dan sahabati juga kepada seluruh pihak pendukung. Saya mohon maaf
sebesar-besarnya apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan
didalamnya. Saya harapkan kritik dan saran yang membangun demi tercapainya makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat untuk penulis dan khususnya untuk pembaca.
Amin Ya Robbal’Alamin.

Langsa, 15 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar belakang masalah ....................................................................................... 1


B. Rumusan masalah ................................................................................................. 2
C. Tujuan penulisan .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3

A. Pengertian maqasid syariah dan ruang lingkupnya .......................................... 3


B. Maqasid syariah dalam pengembangan ekonomi mikro islam ........................ 6
1. Qiyas ................................................................................................................. 6
2. Istihsan ............................................................................................................. 7
3. Maslahah mursalah ........................................................................................ 7

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 10

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 10
B. Saran ...................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Dinamika perubahan sosial yang dihadapi oleh umat Islam yang terjadi di era
modern ini telah menimbulkan sejumlah masalah serius yang berkaitan dengan hukum
Islam. Sementara itu,metode-metode yang dikembangkan oleh para pembaharu dalam
menjawab permasalahan tersebut belum memuaskan.Metode-metode yang dikembangkan
oleh mereka umumnya masih bersifat terpilah-pilah.4
Penerapan metode yang bersifat dan terpilah-pilah tersebut, tentu saja belum mampu
menghasilkan hukum yang komprehensif.Dengan kata lain, jika ingin menghasilkan hukum
Islam yang komprehensif dan berkembang secara konsisten, maka harus dirumuskan
metodologi yang sistematis yang mempunyai akar Islam yang kokoh.
Metode terpisah-pisah tersebut merupakan lanjutan dari kondisi-kondisi sebelumnya,
dimana para fuqaha dalam merumuskan dan mengkaji hukum Islam bersifat atomistic. Para
fuqaha ketika mengkaji hukum Islam, langsung masuk ke dalam aturan-aturan kecil dan
mendetail tanpa merumuskan terlebih dahulu asas-asas umum hukum yang mengatur dan
menyemangati bentuk hukum Islam tersebut.Fiqih muamalah sebagai pilar ilmu ekonomi
Islam misalnya, sangat cocok untuk menjelaskan hal ini, di mana para fuqaha klasik
langsung membahas aturan-aturan rinci jual beli, sewa menyewa, serikat atau persekutuan
usaha. Oleh karena itu, untuk menjawab kebutuhan diatas, maka ahli-ahli hukum Islam
menyarankan agar pengkajian hukum Islam di zaman moderen ini hendaknya ditujukan pada
penggalian azas-azas hukum Islam dari aturan-aturan detail yang telah dikemukakan oleh
para fuqaha klasik tersebut.5
Dalam rangka mencari basis teori menuju metode yang lebih jelas tersebut, salah
satu konsep penting dalam kajian hukum Islam adalah konsep maqasid al-syari’ah, yakni
tujuan ditetapkannya hukum dalam Islam.Sebegitu pentingnya konsep ini, maka para ahli
teori hukum Islam menetapkan maqasid al-syari’ah sebagai salah satu kriteria di samping
kriteria lainnya bagi seorang mujtahid dalam melakukan ijtihad.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan maqasid syariah
2. Bagaimana ruang lingkup maqasid syariah?
3. Bagaimana maqasid syariah dalam pengembangan sistem ekonomi mikro islam?

4
Amir Muallim dan Yusdani, Konfigurasi Pemikiran Hukum Islam, Yogyakarta:UII Press, 2001, hal. 49-50.
5
Syamsul Anwar, “Hukum Perjanjian Dalam Islam; Kajian Terhadap Masalah Perizinan(Toestemming) dan Cacat
Kehendak ((Wilsgerbrek)”, Laporan Penelitian Pada Balai Penelitian P3M Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta, Tahun 1996, hal. 3.
C. Tujuan penulisan
Untuk mengetahui pengertian maqasid syariah, dan mengetahui ruang lingkup
maqasid syariah serta mengetahui maqasid syariah dalam pengembangan ekonomi mikro
islam.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian maqasid syariah dan ruang lingkupnya


Maqasid syari’ah berarti tujuan Allah dan Rasul-Nya dalam menetapkan hukum,
baik yang berkaitan dengan perintah maupun yang berkaitan dengan larangan. Secara
etimologi, maslahah sama dengan manfaat, baik dari segi lafal maupun makna. Maslahah
juga berarti manfaat atau suatu pekerjaan yang mengandung manfaat. Selanjutnya secara
terminologi, terdapat beberapa defenisi yang dikemukakan ulama ushul fiqhi, tetapi seluruh
defenisi tersebut mengan-dung esensi yang sama. Imam al Ghazali mengemukakan bahwa
pada prinsipnya maslahah adalah mengambil manfaat dan menolak kemudharatan dalam
rangka memelihara tujuan-tujuan syara’.6
Suatu kemaslahatan harus sejalan dengan tujuan syara’, sekalipun berten-tangan
dengan tujuan-tujuan manusia, karena kemaslahatan manusia tidak selamanya didasarkan
kepada kehendak syara’, tetapi sering didasarkan kepada hawa nafsu. Misalnya, di zaman
jahiliyah para wanita tidak mendapatkan bagian harta warisan yang menurut mereka hal
tersebut mengandung kemaslahatan, sesuai dengan adat istiadat mereka. Akan tetapi,
pandangan ini tidak sejalan dengan kehendak syara’, karenanya tidak dinama-kan maslahah.
Oleh karena itu yang dijadikan patokan dalam menentukan kemaslahatan itu adalah
kehendak dan tujuan syara’, bukan kehendak dan tujuan manusia.
pengenalan dan pembahasan tentang konsep maqasid al-Syari’ah telah dimulai dari
Imam al-Haramain al-Juwaini.Beliau dapat dikatakan sebagai ahli ushul pertama yang
menekankan pentingnya memahami maqasid al-syari’ah dalam menetapkan hukum Islam.Ia
secara tegas menyatakan bahwa seseorang tidak mampu menetapkan hukum sebelum benar-
benar memahami tujuan Allah mengeluarkan perintah dan larangan. Lebih jauh ia
mengelaborasi maqasid al-syari’ah tersebut dalam hubungannya dengan ‘illat dan asl yang
dapat dikategorikan ke dalam lima bagian, yaitu asl yang masuk dalam kategori dharuriyyat
(primer), al-hajah al-‘ammah (sekunder), makramat (tersier), sesuatu yang tidak termasuk
kelompok dharuriyyat dan hajiyyat, dan sesuatu yang tidak termasuk ke dalam ketiga
kelompok sebelumya. Singkatnya, al-Juwaini membagi asl atau tujuan tasyri’ itu menjadi
tiga macam yaitu dharuriyyat, hajiyyat, makramat (tahsiniyyat).
Selanjutnya, pemikiran al-Juwaini tersebut dikembangkan oleh muridnya yakni al-
Ghazali. Beliau menjelaskan maksud syari’at dalam kaitannya dengan pembahasan al-
munasabat al-maslahiyyat dalam qiyas dan dalam kesempatan yang lain ia menjelaskannya
dalam tema istislah. Maslahat menurut al-Ghazali adalah memelihara agama, jiwa, akal,
keturunan dan harta. Kelima macam maslahat di atas berada pada skala prioritas dan urutan

6
Abu Hamid al Ghazali, al Mustashfa min ‘Ilm al Ushul , jilid I (Beirut: Dar al Kutub al ‘Ilmiyyah, 1983), h. 286.
yang berbeda jika dilihat dari sisi tujuannya yaitu peringkat primer, sekunder dan
tersier.Dari keterangan tersebut terlihat bahwa maqasid al-Syari’ah sudah mulai
menampakan bentuknya.
Pemikir dan ahli hukum Islam selanjutnya yang membahas secara khusus maqasid
al-Syari’ah adalah Izzuddin ibn Abd al-Salam dari kalangan Syafi’iyyah.Ia lebih banyak
menekankan dan mengelaborasi konsep maslahat secara hakiki dalam bentuk menarik
maslahat dan menolak mafsadat. Menurutnya, maslahat keduniaan tidak dapat dilepaskan
dari tiga tingkatan urutan skala prioritas, yaitu dharuriyyat hajiyyat dan takmilat atau
tatimmat. Lebih jauh lagi ia menyebutkan bahwa taklif harus bermuara pada terwujudnya
kemaslahatan manusia baik di dunia maupun di akhirat. Berdasarkan penjelasan ini dapat
dikatakan bahwa Izzuddin telah berusaha mengembangkan maslahat yang merupakan inti
pembahasan dari maqasid al-Syari’ah.
Penjelasan yang sistematis dan secara khusus serta jelas dilakukan oleh al-Syatibi
dari kalangan Malikiyyah dalam kitabnya al-Muwafaqat fi Usul al-Syari’ah. Dalam kitabnya
yang terkenal tersebut, ia menghabiskan sepertiga dari bukunya untuk membahas maqasid
al-syari’ah. Tentunya pembahasan tentang maslahat pun menjadi bagian yang sangat penting
dalam pembahasannya.Ia dengan secara tegas menyatakan bahwa tujuan utama Allah
menetapkan hukum-hukum-Nya adalah untuk terwujudnya kemaslahatan hidup di dunia dan
akhirat.Karenanya, taklif harus mengarah pada terealisirnya tujuan hukum tersebut.Setiap
suruhan dan larangan yang ada dalam ayat dan hadis tidak terlepas dari upaya memelihara
kemaslahatan.
Fatkhi ad-Daraini mengomentari bahwa hukum-hukum tidaklah dibuat untuk hukum
sendiri melainkan dibuat untuk tujuan kemaslahatan.7 Dengan bahasa yang tidak jauh
berbeda Abu Zahrah menyatakan bahwa tujuan hakiki hukum Islam adalah kemaslahatan.
Tidak satu pun hukum yang disyari’atkan baik dalam al-Qur’an maupun hadits melainkan di
dalamnya terdapat kemaslahatan.8 Pernyataan di atas semakin mempertegas pernyataan al-
Syatibi bahwa sesungguhnya syari’at itu bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan
manusia di dunia dan akhirat.9 Semua kewajiban diciptakan dalam rangka merealisasikan
kemaslahatan hamba. Tak satupun hukum Allah yang tidak mempunyai tujuan hukum.
Dapat dikatakan bahwa kandungan maqasid al-Syari’ah adalah kemaslahatan. Melalui
analisis maqasid al-Syari’ah, kemaslahatan tidak hanya dilihat dalam arti teknis belaka akan
tetapi dalam upaya dinamika dan pengembangan hukum, maqasid al-Syari’ah dilihat sebagai

7
Fatkhi al-Daraini, al-Manahij al-Usuliyyah fi Ijtihad bi al-Ra’yi fi Tasyri’, Damaskus: Dar al-Kitab al-Hadis, 1975,
hal. 28.
8
Muhammad Abu Zahrah, Usul al-Fiqh, Mesir: Dar al-Fikr al-‘Arabi, 1958, hal. 366.
9
Al- Syatibi, Al--Muwafaqat fi Usul al-Syari’ah, Kairo, Mustafa Ahmad, tt., II: 54.
sesuatu yang mengandung nilai filosofis dari hukum-hukum yang disyari’atkan Tuhan
kepada manusia.
Dilihat dari segi kualitas dan kepentingan kemaslahatan itu, para pakar hukum Islam
seperti al Syatibi men-jelaskan bahwa kemaslahatan yang akan diwujudkan itu terbagi
kepada tiga tingkatan, yaitu:
1. Al Maslahah al Dharuriyyah (‫)المصلحة الضرورية‬, yaitu kemaslahatan yang
berhubungan dengan kebutuhan pokok manusia yang harus ada atau kebutuhan
primer. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi, akan terancam keselamatan umat
manusia di dunia maupun di akhirat. Kemaslahatan seperti ini ada lima, yaitu
memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara akal dan memelihara keturunan
dan memelihara harta benda.
2. Al Maslahah al Hajiyah (‫)المصلحة الحاجية‬, yaitu kemaslahatan yang dibutuhkan dalam
menyempurnakan kemaslahatan pokok (mendasar) yang sebelumnya yang berbentuk
keringanan untuk mempertahankan dan memeli-hara kebutuhan mendasar manusia
atau kebutuhan-kebutuhan sekunder. Apa-bila kebutuhan ini tidak terwujud tidak
sampai mengancam keselamatan, namun mengalami kesulitan.
3. Al Maslahah al Tahsiniyyah (‫)المصلحة التحسنية‬, kemaslahatan yang dapat melengkapi
kemaslahatan sebelumnya. Kebutuhan al Tahsiniyyah ialah tingkat kebutuhan yang
apabila tidak terpenuhi tidak mengancam eksistensi salah satu dari lima pokok di
atas dan tidak pula menimbulkan kesulitan. Tingkat ke-butuhan ini berupa kebutuhan
peleng-kap seperti menghindarkan hal-hal yang tidak enak dipandang mata dan
berhias dengan keindahan yang sesuai dengan tuntutan norma dan akhlak.
B. Maqasid syariah dalam pengembangan ekonomi mikro islam
Maqashid syari’ah menduduki posisi yang sangat penting dalam merumuskan
ekonomi syari’ah, menciptakan produk-produk perbankan dan keuangan
syari’ah.Pengetahuan maqashid syariah menjadi syarat utama dalam berijtihad untuk
menjawab berbagai problematika kehidupan ekonomi dan keuangan yang terus berkembang.
Maqashid syariah tidak saja diperlukan untuk merumuskan kebijakan-kebijakan ekonomi,
tetapi juga untuk menciptakan produk-produk perbankan dan keuangan syariah serta teori-
teori ekonomi mikro lainnya. Maqashid syariah juga sangat diperlukan dalam membuat
regulasi perbankan dan lembaga keuangan syariah.
Seorang mujtahid dalam melakukan ijtihad terkadang mengnyampingkan bunyi lafaz dalam
teks al-Qur’an maupun Hadis dan memberinya pengertian baru. Cara ini yang dinamakan
metode makna-wiyah, yang banyak dipergunakan dalam metode qiyas,
istihsan dan maslahah mursalah. Metode penggalian hukum atau dalil hukum seperti qiyas,
istihsan dan maslahah mursalah adalah metode-metode pengembangan hukum yang
didasarkan atas maqasid syari’ah.
1. Qiyas
Metode ini memikirkan makna yang menjadi illat (causa), mengapa sesuatu itu
diperintahkan atau dilarang oleh Allah. Qiyas baru bisa dilaksanakan apabila sudah
ditemukan maqasid syari’ah nya yang merupakan alasan logis (illat) dari suatu hukum.
Salah satu cara memahami maqasid syari’ah menurut al-Syatibiy analisah illat perintah
dan larangan dalam suatu nash.6 Manusia harus berpedoman pada illat tertulis, karena
dengan meng-ikuti illat tertulis sebagai tujuan hukum, perintah dan larangan itu dapat
tercapai. Illat merupakan bagian dari esensi maqasid syari’ah.
Mengenai illat itu, tidak semua dapat diketahui dengan mudah, bahkan ada di
antaranya iilat yang sama sekali tidak dapat diketahui. Jika illat dari suatu perintah atau
larangan dapat diketahui, maka dengan sendirinya maksud syariat pun dapat diketahui,
sebab illat itu sendiri adalah identik dengan maksud syariat. Masalah yang timbul
kemudian jika illat dari suatu perintah atau larangan sulit diketahui atau tidak dapat
diketahui sama sekali. Dalam keadaan seperti ini, kita dapat menghadapi dua
kemungkinan, yakni jika benar-benar illatnya tidak dapat diketahui, maka sebaiknya
untuk semen-tara bersikap tawaqquf, yaitu berhenti untuk mencari illat kemudian
kembali menjadikan perintah atau larangan itu sendiri sebagai illatnya. Dalam hal ini
maksud pokok syariat ialah dipatuhinya perintah dan larangan.10
Pengembangan hukum dengan metode qiyas harus melewati contoh illat yang
dizahirkan oleh Tuhan dalam nash guna merealisasikan maqasid syari’ah. Ibnu al
Qayyim al Jauziah mengatakan bahwa proses qiyas harus selaras dengan perintah dan
larangan syara’, tidak menyampaikan sesuatu yang bertentangan dengan akal sehat dan
tidak akan mensyariatkan sesuatu yang bertentangan dengan keadilan.11
2. Istihsan
Persoalan-persoalan yang telah dike-tahui dan ditetapkan hukumnya dalam nash atau
melalui qiyas, kemudian dalam suatu kondisi bila ketentuan itu diterapkan akan
berbenturan dengan ketentuan atau kepentingan lain yang lebih umum dan lebih layak
menurut syara’ untuk diper-tahankan, maka ketentuan itu dapat ditinggalkan. Ijtihad
seperti ini dikenal dengan istihsan.
Istihsan adalah mengecualikan atau memindahkan hukum suatu peristiwa dari
hukum peristiwa-peristiwa lain yang sejenisnya dan memberikan kepadanya hukum
yang lain karena ada alasan yang kuat bagi pengucualian tersebut. Dengan demikian
maka istihsan adalah kebalikan qiyas, karena qiyas adalah mempersama-kan hukum
suatu peristiwa dengan peristiwa lain yang sejenisnya.

10
Hamka Haq, Falsafat Ushul Fiqhi (Makassar: Yayasan al Ahkam, 2000), h. 234
11
Asafri Jaya Bahkri, Konsep Maqasid syari’ah Menurut al Syatibiy (Jakarta: Raja Grafindo, 1996), h. 136
Dari defenisi istihsan di atas, di-ketahui bahwa istihsan dimaksudkan sebagai cara
untuk menetapkan salah satu di antara dua alternatif hukum yang dianggap lebih dekat
kepada kebutuhan manusia, atau mening-galkan kesulitan untuk kemudahan.
3. Maslahah mursalah
Dalam pembahasan qiyas dijelaskan bahwa qiyas bisa dilakukan apabila ada ayat
atau hadis yang secara khusus yang dapat dijadikan tempat menqiyaskan. Jika tidak ada
ayat atau hadis secara khusus yang akan dijadikan al maqis ‘alaih, tetapi termasuk ke
dalam maqasid syari’ah secara umum maka dilakukan metode maslahah mursalah.
Maslahah mursalah ialah penetapan hukum berdasarkan kepentingan umum
terhadap suatu persoalan yang tidak ada ketetapan hukumnya dalam syariat yang
memerintahkan untuk memperhatikannya atau mengabaikannya.12 Maksud dari
pengambilan maslahah tersebut adalah untuk mewujudkan manfaat, menolak
kemudaratan dan menghilangkan atau menghindarkan kesusahan bagi manusia.
Golongan yang paling banyak mempergunakan metode ini adalah golongan malikiyah.
Abu Zahrah dalam Ushul Fiqh mengemukakan bahwa setidaknya ada tiga alasan yang
diper-gunakan golongan malikiyah terhadap penggunaan metode atau dalil maslahah
mursalah.13
Pertama, para sahabat Nabi telah menerapkan metode maslahah mursalah ini.
Contohnya adalah sahabat Nabi Abu Bakar atas saran Umar bin Khattab mengumpulkan
al Qur’an dalam satu mushaf, dan dalam hal ini tidak pernah dilakukan pada masa Nabi.
Pengumpulan al Qur’an ini di dasarkan pada maslahah, yaitu terpeliharanya al Qur’an
dari sifat kemutawatirannya yang diakibatkan karena banyaknya para sahabat yang
menghafal al Qur’an wafat. Umar bin Khattab tidak memberikan bagian zakat kepada
para muallaf (orang yang baru masuk Islam), karena menurut Umar, kemaslahatan orang
banyak menuntut untuk hal itu. Usman bin Affan menuliskan al Qur’an pada satu logat
bahasa demi memelihara tidak terjadinya perbedaan bacaan al Qur’an itu sendiri.
Kedua, maslahah mursalah jika diterapkan dalam hal yang sejalan dengan maksud
syariat, tentunya metode ini juga dibenarkan. Ayat-ayat al Qur’an atau hadis-hadis
Rasulullah menujukkan bahwa setiap hukum mengandung kemas-lahatan bagi manusia.
Oleh karena itu, memberlakukan maslahah terhadap hukum-hukum lain yang juga
mengan-dung kemaslahatan adalah legal. Dengan demikian menolak maslahah
mursalah berarti menolak metode yang sesuai dengan maqasid syari’ah( tujuan syariat),
dan hal ini merupakan kebathilan.

12
Mukhtar Yahya dan Fatchurrahman, Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqhi Islam (Cet IV; Bandung: al Ma’arif,
1997), h. 105.
13
Muhammad Abu Zahrah, Ushul al Fiqh (Mesir: Dar al Fikr al ‘Araby, t.th.), h 281-282.
Ketiga, sekiranya maslahah mur-salah yang pada prinsipnya merupakan tujuan
syariat itu tidak dapat diterima sama sekali, maka pada suatu saat manusia akan
mengalami kesulitan, padahal Allah menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki
kesulitan bagi manusia. Kemaslahatan manusia akan senantiasa dipengaruhi
perkembangan tempat, zaman dan lingkungan mereka sendiri. Apabila syariat Islam
hanya terbatas pada hukum-hukum yang tertulis dalam ayat-ayat al-Qur’an atau hadis-
hadis Rasulullah yang jumlahnya terbatas itu saja, akan membawa kepada kesulitan dan
ketidakmampuan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang muncul
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Para ulama sepakat tentang tujuan Allah mensyari’atkan sebuah hukum adalah untuk
memelihara kemaslahatan seluruh manusia, di lain sisi untuk menghindari mafsadat, baik di
dunia maupun di akhirat. Tujuan tersebut dicapai lewat taklif, yang pelaksanaannya sangat
tergantung pada pemahaman sumber hukum utama, al-Qur’an dan hadits. Dalam
mewujudkan kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat, ada lima hal pokok yang harus
dipelihara dan dijaga yaitu agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.
Sudah menjadi kesepakatan bahwa dengan konsep maqasid al-syari’ah dapat
diketahui bahwa maksud dan tujuan Allah dalam memberikan sebuah ketentuan untuk
manusia adalah dalam rangka memelihara kepentingan dan kemanfaatan bagi manusia
sendiri. Tidak ada ketentuan yang telah ditetapkan kecuali aturan tersebut memang
mengandung kemaslahatan buat manusia.Dengan demikian maka sejatinya konsep maqasid
al-syari’ah ini bisa dijadikan sebagai blue print dalam menghadapi berbagai permasalahan-
permasalahan perekonomian kontemporer baik yang bersifat teoretis maupun praktis. Hal ini
semakin beralasan bila dihadapkan pada realitas keilmuan ekonomi Islam yang masih
mencari bentuk idealnya.Selain itu tujuan akhir ekonomi Islam adalah sebagaimana tujuan
dari syariat Islam itu sendiri (maqashid asy syari'ah), yaitu mencapai kebahagiaan di dunia
dan akhirat (falah) melalui suatu tata kehidupan yang baik dan terhormat (hayyah
thayyibah). Mewujudkan kesejahteraan hakiki bagi manusia merupakan dasar sekaligus
tujuan utama dari syariat Islam (mashlahah al ibad), karenanya juga merupakan tujuan
ekonomi Islam.
B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat untuk para pembaca khususnya para penulis, jika
kiranya dalam penyajian makalah ini banyak menimbulkan kekurangan kritik dan saran
sangat diperlukan yang sifatnya membangun. Lebih dan kurangnya atas penyajian makalah
ini kami dari pihak penyusun meminta maaf yang sebesar-besarnya. sekian

DAFTAR PUSTAKA
Abu Hamid al Ghazali, al Mustashfa min ‘Ilm al Ushul , jilid I (Beirut: Dar al Kutub al ‘Ilmiyyah,
1983)

Al- Syatibi, Al--Muwafaqat fi Usul al-Syari’ah, Kairo, Mustafa Ahmad, tt., II.

Asafri Jaya Bahkri, Konsep Maqosid al-Syari’ah Menurut Syatibi, Jakarta: Rajawali Pers, 1996.

Fatkhi al-Daraini, al-Manahij al-Usuliyyah fi Ijtihad bi al-Ra’yi fi Tasyri’, Damaskus: Dar al-Kitab
al-Hadis.

Ibn Taimiyyah, al-Qawaid al-Nuraniyyahal-Fiqhiyyah, Lahore: Idarah Tarjuman al-Sunnah, tt.

Hamka Haq, Falsafat Ushul Fiqhi. Makassar: Yayasan al Ahkam, 2000.

Muhammad Abu Zahrah, Ushul al Fiqh. Mesir: Dar al Fikr al Arabiy, t.th.

Mukhtar Yahya dan Fatchurrahman. Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqhi Islam. Cet IV;
Bandung: al Ma’arif, 1997.

Umar Syihab. Hukum Islam dan Transformasi Pemikiran. Semarang: Dina Utama, t.th.

Hasil dari cek plagiasi


Ruang lingkup dan maqasid syariah dalam ekonomi mikro islam

Maqasid syariah dapat diketahui bahwa maksud dan tujuan Allah dalam memberikan sebuah tujuan
untuk umat manusia dalam rangka memelihara kepentingan bagi manusia itu sendiri. Dan tidak ada
ketentuan yang telah di tetapkan kecuali aturan tersebut memang menganndung kemaslahatn buat
manusiaitu sendiri.maqasid syariah yaitu mencapai kebahagian di dunia dan di akhirat yang
malaluis suatu tata kehidupan yang baik dan terhormad. Dan mewujudkan kesejahteraan haqiqi bagi
umat manusia.

Konsep kepemilikan
Di dalam islam
S
U
S
U
N

Oleh Kelompok 3

Nama/Nim : Siti Nadia (4022019057)

Vera Yuanda ( 4022019102)

Prodi : Ekonomi Syariah

Unit/Semester :1/4

Mk : Ekonomi Mikro Islam

Fakultas : FEBI Dosen


Pengampu : Alfian,M.E.
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSATAHUN
AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Bismilahirahmanirahim

Puji Syukur Alhamdulillah Kami Panjatkn Ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
Karena Telah Melimpahkan Rahmat-Nya Berupa Kesempatan Dan Pengetahuan
Sehingga Makalah Ini Bisa Selesai Pada Waktunya. Terima Kasih Juga Kami
Ucapkan Kepada Teman-Teman Yang Telah Berkontribusi Dengan Memberikan Ide-
Idenya Sehingga Makalah Ini Bisa Disusun Dengan Baik Dan Rapi. Kami Berharap
Semoga Makalah Ini Bisa Menambah Pengetahuan Para Pembaca. Namun Terlepas
Dari Itu,Kami Memahami Bahwa Makalah Ini Masih Jauh Dari Kata
Sempurna,Sehingga Kami Sangat Mengharapkan Kritik Serta Salam Yang Bersifat
Membangun Demi Terciptanya Makalah Selanjutnya Yang Lebih Baik Lagi.

Langsa 28 April 2021

Penulis
Daftar Pustaka

Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

A. Lantar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan
…………………….………………………………………….................................

Bab II Pembahasan

A. Konsep kepemilikan dalam islam

B. Klasifikasi Kepemilikan Dalam Ekonomi Islam

C. Sebab-Sebab Kepemilikan Dalam Islam ………………………………………….................

D. Implikasi Konsep Kepemilikan Dalam Islam Terdapat Pengembangan


Ekonomi Islam

Bab III Penutup

A. Kesimpulan

B. Saran
………………………………………………………………………………........................................
C. Daftar Pustaka ……………………….............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Lantar Belakang Masalah


Pemilik sesungguhnya dari sumber daya yang ada adalah Allah SWT, manusia dalam
hal ini hanya penerima titipan untuk sementara saja. Sehingga sewaktu- waktu dapat di
ambil kembali oleh Allah SWT. Oleh sebab itu kepemilikan mutlakatas harta tidak di akui
dalam islam. Sebagaimana terdapat dalam firman Allah dalam Qs. Al-Baqarah ayat
284:
“Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan
jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hati mu atau kamu menyembunyikan,
niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmun itu. Maka
Allah mengampuni siapa yang di kehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-
Nya, dan Alllah Mahakuasa atas segala sesuatu”.

B. Rumusan Masalah
Dengan latar belakan yang ada di atas, maka kami sebagai pemakalah akan
membahas tentang :
1. Apa yang di maksut dengan konsep kepemilikan dalam islam ?
2. Bagaiman Klasifikasi Kepemilikan Dalam Ekonomi Islam ?
3. Apa saja Sebab-Sebab Kepemilikan Dalam islam ?
4. Bagaiman implikasi konsep kepemilikan dalam islam terdapat pengembanganekonomi
islam ?

C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui apa itu konsep kepemilikan dalam islam serta mengetahui
klasifikasi dan sebab-sebab kepemilikan dalam islam dan implikasi dalam islam terdapat
dalam pengembangan di ekonomi islam.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Kepemilikan Dalam Islam


"Kepemilikan" sebenarnya berasal dari bahasa Arab dari akar kata "malaka" yang
artinya memiliki. Dalam bahasa Arab "milk" berarti kepenguasaan orang terhadap sesuatu
(barang atau harta) dan barang tersebut dalam genggamannya baik secara riil maupun
secara hukum. Dimensi kepenguasaan ini direfleksikan dalam bentuk bahwa orang yang
memiliki sesuatu barang berarti mempunyai kekuasaan terhadap barang tersebut sehingga
ia dapat mempergunakannya menurut kehendaknya dan tidak ada orang lain, baik itu secara
individual maupun kelembagaan, yang dapat menghalang-halanginya dari memanfaatkan
barang yangdimilikinya itu.

Konsep dasar kepemilikan dalam Islam adalah firman Allah swt :


‫للﻪ ﻣا ﻓﻲ السماواﺕ وﻣا ﻓﻲ الﺄرﺽ‬

“Mlki Alahlah-l segaal sesuatuyangadadilangti danbum”.i QS. Al-BAqarah:


284
Para fuqoha memberikan batasan-batasan syar'i "kepemilikan" dengan
berbagai ungkapan yang memiliki inti pengertian yang sama.
Di antara yang paling terkenal adalah definisi kepemilikan yang mengatakan bahwa
"milik" adalah hubungan khusus seseorang dengan sesuatu (barang) di mana orang lain
terhalang untuk memasuki hubungan ini dan si empunya berkuasa untuk memanfaatkannya
selama tidak ada hambatan legal yang menghalanginya.

B. Klasifikasi Kepemilikan Dalam Ekonomi Islam


1. Kepemilikan pribadi (al-milkiyat al-fardiyah/private property)
Kepemilikan pribadi adalah hukum shara’ yang berlaku bagi zat ataupun kegunaan
tertentu, yang memungkinkan pemiliknya untuk memanfaatkan barang tersebut, serta
memperoleh kompensasinya–baik karena diambil kegunaannya olehorang lain seperti disewa
ataupun karena dikonsumsi–dari barang tersebut.
Adanya wewenang kepada manusia untuk membelanjakan, menafkahkan dan
melakukan berbagai bentuk transaksi atas harta yang dimiliki, seperti jual-beli, gadai, sewa
menyewa, hibah, wasiat, dll adalah meriupakan bukti pengakuan Islam terhadap adanya hak
kepemilikan individual.
Karena kepemilikan merupakan izin al-shari’ untuk memanfaatkan suatu benda,
maka kepemilikan atas suatu benda tidak semata berasal dari benda itu sendiri ataupun
karena karakter dasarnya, semisal bermanfaat atau tidak. Akan tetapi ia berasal dari adanya
izin yang diberikan oleh al-shari’ serta berasal dari sebab yang diperbolehkan al-shari’
untuk memilikinya (seperti kepemilikan atas rumah, tanah, ayam dsb bukan minuman keras,
babi, ganja dsb), sehingga melahirkan akibatnya, yaitu adanya kepemilikan atas benda
tersebut.
> Pembatasan Penggunaan Hak Milik Pribadi Dalam Islam :
Usaha manusia untuk memperoleh kekayaan merupaka hal yang fitri, bahkan
merupakan suatu keharusan. Hanya saja dalam mencari kekayaan tidak boleh diserahkan
begitu saja kepada manusia, agar dia memperolehnya dengan cara sesukanya, serta
berusaha untuk mendapatkannya dengan semaunya, dan memanfaatkannya dengan
sekehendak hatinya. Sebab cara demikian itu akan menyebabkan gejolak dan kekacauan,
bahkan kerusakan dan kenestapaan. Oleh karena itu, cara memperoleh kekayaan tersebut
harus dibatasi dengan mekanisme tertentu, yang mencerminkan kesederhanaan yang dapat
dijangkau oleh semua orang sesuai dengan kemampuan, sesuai dengan fitrahnya, dimana
kebutuhan primer mereka dapat dipenuhi,berikut kemungkinan mereka dapat memenuhi
kebutuhan sekunder dan tersiernya. Dengan kata lain, kepemilikan harus ditentukan dengan
mekanisme tertentu. Karena membatasi kepemilikan seseorang akan menyebabkan
pelanggaran terhadap fitrah manusia.
Batasan kepemilikan ini nampak pada sebab-sebab kepemilikan yang telah
disyariatkan, dimana dengan sebab-sebab tersebut hak milik seseorang bias diakui. Ketika
islam membatasi suatu kepemilikan islam tidak membatasinya dengan cara perampasan,
melainkan dengan menggunakan mekanisme yang sesuai dengan fitrah. Adapun pembatasan
kepemilikan dengan menggunakan mekanisme tertentu itu Nampak pada beberapa hal
berikut:
1. Dengan cara membatasi kepemilikan dari segi cara-cara memperoleh
kepemilikan dan pengembangan hak milik, bukan dengan merampas harta
kekayaan yang telah menjadi hak milik.
2. Dengan cara menentukan mekanisme mengelolanya.
3. Dengan cara menyerahkan kharafiyah sebagai milik Negara, bukan sebagai
individu. Dengan cara menjadikan hak milik individu sebagai milik umum secara
paksa, dalam kondisi-kondisi tertentu.
4. Dengan cara mensuplai orang yang memiliki keterbatasan factor produksi,
sehingga bias memenuhi kebutuhannya sesuai dengan ketentuan- ketentuan yang
ada.
2. Kepemilikan Umum /PublicProperty
Kepemilikan umum adalah izin Syari’ kepada suatu komunitas masyarakat untuk
sama-sama memanfaatkan suatu barang atau harta. Benda-benda yang termasuk kedalam
kategori kepemilikan umum adalah benda-benda yang telah dinyatakan oleh Asy-Syari’
memang diperuntukan untuk suatu komunitas masyarakat. Benda-benda yang termasuk
kedalam kepemilkan umum sebagai berikut:
§ Merupakan fasilitas umum, kalau tidak ada didalam suatu negri atau suatu
komunitas maka akan menyebabkan sengketa dalam mencarinya.
§ Barang tambang yang tidak terbatas jumlahnya.
§ Sumber daya alam yang sifat pembentukannya menghalangi untuk dimiliki hanya
oleh individu secara perorangan.
Rasulullah telah menjelaskan akan ketentuan benda-benda yang termasuk ke dalam
kepemilikan umum. Ibnu Abbas menuturkan bahwa Rasulullah bersabda :
“KaumMusliminbersekutudalamtigahal:air,padangdanapi“. (HR. Abu Dawud) Anas
meriwayatkan hadist dari Ibnu Abbas tersebut dengan menambahkan : wa samanuhu
haram(dan harganya haram ). Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda
: “Adatigahalyangtidakakanpernahdilarang(untukdimilikisiapapun):air,padang danapi“.
(HR.Ibnu Majah)
Mengenai barang tambang, dapat diklasifikasikan ke dalam dua: (1) Barang tambang
yang terbatas jumlahnya, yang tidak termasuk berjumlah besar menurut ukuran individu. (2)
Barang tambang yang tidak terbatas jumlahnya. Barang tambang yang terbats jumlah dapat
dimiliki secara pribadi. Adapun barang tambang yang tidak terbatas jumlahnya, yang tidak
mungkin dihabiskan, adalah termasuk milik umum, dan tidak boleh dimiliki secara pribadi.
Imam At Tirmidzi meriwayatkan dari Abyadh bin hamal:
“SesungguhnyaiapernahmemintakepadaRasululahsawuntuk mengelola tambang garamnya. Lalu beliau memberikannya. Setelah ia pergi, ada
seorangdarimajlistersebutbertanya,“wahaiRasululah,tahukahengkau,apayang engkauberikankepadanya?Sesungguhnyaengkautelahmemberikansesuatuyang
bagaikan air yang mengalir.” Rasululah kemudian bersabda, “kalau begitu, cabutkembalitambangitudarinya.” (HR. At
Tirmidzi)
3. Kepemilikan Negara /StateProperty
Kepemilikan Negara adalah harta yang merupakan hak seluruh kaum muslim,
sementara pengelolaannya menjadi wewenang Negara. Asy Syari’ telah menentukan harta-
harta sebagai milik Negara; Negara berhak mengelolanya sesuai denga pandangan dan
ijtihad. Yang termasuk harta Negara adalah fai, Kharaj, Jizyah dan sebagainya. Sebab syariat
tidak pernah menentukan sasaran dari harta yang dikelola. Perbedaan harta kepemilikan umum
dan Negara adalah, harta kepemilikan umum pada dasarnya tidak dapat di berikan Negara
kepada individu. Sedang harta kepemilikan Negara dapat di berikan kepada individu sesuai
dengan ketentuan yangtelah disepakati.

C. Sebab-Sebab Kepemilikan Dalam Islam


Kepemilikan yang sah menurut islam adalah kepemilikan yang terlahir dari proses
yang disahkan syari’ah. Kepemilikan menurut pandangan Fiqh islam terjadi karena menjaga
hak umum, transaksi pemindahan hak dan penggantian posisi kepemilikan. Menurut
Taqyudin an-Nabani dikatakan bahwa sebab-sebab kepemilikan atas suatu barang dapat
diperoleh melalui lima sebab yaitu:
1. Bekerja
2. Warisan
3. Kebutuhan akan harta untuk menyambung hidup.
4. Harta pemberian Negara yang di berikan kepada rakyat.
5. Harta yang di peroleh oleh seseorang dengan tanpa mengeluarkan hartaatau
tenaga apapun.
D. implikasi konsep kepemilikan dalam islam terdapat pengembanganekonomi
islam
Di antara sasaran pokok syri’at islam adalah membebaskan manusia dari kemiskinan
menuju kehidupan yang layak dan bercukupan. Alquran dan al sunnah menekankan agar
setiap manusia bekerja secara produktif, mengolah kekayaan agar menjadi sember ekonomi
sebagai penunjang kebutuhan hidupnya.
Islam mengatur adanya hak milik (kepemilikan) bagi individu maupun kolektif
hakikatnya merupakan wujud keberpihakan islam pada upaya pembebasan manusia dari
kemiskinan dengan memberikan sarana dan semberdaya alam yang siap mengembangkan
secara ekonomis. Oleh karna itu konsep kepemilikan dalam islam kepemilikan implikasi
terhadap ekonomi umat.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari beberapa penjelas di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai isi
makalah yang kami buat.
1. Kepemilikan adalah kekuasaan yang didukung secara sosial untuk memegang kontrol
terhadap sesuatu yang dimiliki secara eksklusif dan menggunakannya untuktujuan pribadi.
2. Kepemilikin yang bisa dijadikan alat untuk mempertahankan berlangsungnya kehidupa
suatu masyarakat meiliki beberpa sebab kepmilikan, di antaranya bekerrja, warisan,
kebutuhan harta untuk menyambung hidup, pemberian negara kepada rakyatnya, dan harta
yang diperoleh tanpa ada kompensasi atau tenaga.

A. Saran
Jadi saran kami kepada semua yang hidup dalam dunia ini dalam hal harta yang dimiliki
janganlah samapai takut untuk bersedekah, berzakat, karena hatra yang kita milikan dalam
konsep Agama Islam itu hanya sementara atau titipan yang perlu di jaga dan di gunakan
untuk perbuatan yang baik. Karen kiata manusia hanya sebagai pengelola atas harta yang
kita miliki di duni ini, tetapi itu semua akan kembali kepada pemilik sebenarnya nanti pada
waktunya, yaitu Allah SWT.
Page 1
Daftar pustaka

Date: June, 19 2021


Basyir, Ahmad Azhar. Asas-asas hukum muamalh (hukum perdataIslam).Yogyakarta. UII
Pres. 2000.
An-Nabhani, Taqyuddin. Membangun sisitem ekonomi alternatif, perspektif islam.
Surabaya. Risalah Gusti. 2009.
Plagiarism Scan Report Words Statistics

Words 529 / 1000


Characters 3608
79% 21%
Plagiarised Unique Exclude URL None

Content Checked For Plagiarism

Konsep Kepemilikan Dalam Islam Secara bahasa kepemilikan berarti penguasaan manusia
atas harta dan pengguanaanya secara pribadi. Adapun secara istialah, kepemilikan adalah
penghususan hak atas sesuatu tanpa orang lain, dan iya berhak untuk mempergunakannya
sejak awal, kecuali ada larangan syar’i. Secara etimologi, tata milik berasal dari bahasa arab
al-Milk, yang berarti penguasaan terhadap sesuatu. Secara termenologi, definisi al-
milksebagaimana dikemukakan oleh ulama fiqh adalah penghususan seseorang terhadap
suatu benda yang memungkinkannya untuk bertidak hukum terhadap benda itu selama tidak
adanya halangan syara’. Dari difininisi tersebut dapat di tarik suatu pengeretian umum bahwa
yang di maksud dengan kepemilikan adalah penguasaan manusia atas harta yang dapat di
pergunakannya untuk memenuhi kepentingan peribadinya selama tidak ada aturan syra’
yang melarangnya. Konsep dasar kepemilikan dalam Islam adalah firman Allah swt:
ِ‫ِ ِِرﺽ‬
‫ِِﻷ‬
‫ِِوﻣاِﻓيا‬‫ِ ِوا‬
‫ِﺗ‬ ِ‫“لِﱠِلِﻬﻣاِﻓيالﱠ‬Milik Allah-lah segala sesuatu yang ada dilangit dan bumi”.QS.Al-Baqarah B.
‫ﺳﻣا‬
Sebab-sebab Timbulnya Kepemilikan Sempurna Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
kepemilikan dalam syari‟ah ada empat macam yaitu: Kepenguasaan terhadap barang-
barang yang diperbolehkan. Akad. Pengantian. Turunan dari sesuatu yang dimiliki.
Kepenguasaan terhadap barang-barang yang diperbolehkan. Yang dimaksud dengan
barang-barang yang diperbolehkan disini adalah barang, dapat juga berupa harta atau
kekayaan, yang belum dimiliki oleh seseorang dan tidak ada larangan syara‟untuk dimiliki air
di sumbernya, rumput di padangnya, kayu dan pohon-pohon di belantaran atau ikan-ikan di
sungai dan dilaut. C. Kepemilikan jenis ini memiliki karakteristik Kepenguasaan ini merupakan
sebab yang ditimbulkan kepemilikan terhadap suatu barang yang sebelumnya tidak ada
yang memilikinya. Proses kepemilikan ini adalah karena aksi praktis dan bukan karena ucapan
seperti dalam akad. Karenamu kepemilikan ini terjadi oleh sebab aksi praktis, maka dua
persyaratan dibawah ini mesti dipenuhi terlebih dahulu agar kepemilikan tersebut sah secara
syar‟i yaitu belum ada orang lain yang mendahului ke tempat barang tersebut untuk
memperolehnya. Orang yang lebih dahulu mendapatkan barang tersebut harus berniat untuk
Page 2
memilikinya, kalau tidak, maka barang itu tidak menjadi miliknya hal 26 ini mengacu kepada
sabda Rasulullah Saw bahwa segala perkara itu tergantung pada niat yang dikandungnya.
Bentuk-bentuk kepenguasaan terhadap barang yang diperbolehkan ini ada empat macam
yaitu: Kepemilikan karena menghidupkan tanah mati. Kepemilikan karena berburu atau
memancing. Rumput atau kayu yang diambil dari padang pengembalaan atau hutan
belantara yang tidak ada pemiliknya. Kepenguasaan atas barang tambang. Khusus bentuk
yang keempat ini, banyak perbedaan di kalangan para fuqoha terutama antara madhab
Hanafi dan madhab Maliki. Bagi Hanafiyah, hak kepemilikan barang tambang ada pada
pemilik tanah. Sedangkan bagi Malikiyah, kepemilikan barang tambang ada pada negara
karena semua tambang menurut madhab ini, tidak dapat dimiliki oleh seseorang dengan
cara kepenguasaannya atas tanah atau tidak dapat dimiliki secara derivatif dari kepemilikan
atas tanah. Islam memiliki suatu pandangan yang khas mengenai masalah kepemilikan, yang
berbeda dengan pandangan dalam konsep kapitalisme dan sosialismeAda tiga macam
kepemilikan yaitu: Kepemilikian Individu (Milkīyah Farḍīyah) Kepemilikan Umum (Milkīyah
„Ᾱmmah) Kepemilikan Negara (Milkīyah Daūlah)

Source
26%
Menjiplak
Konsep Kepemilikan dalam Islam -
Kompasiana.com
https://www.kompasiana.com/julianarizal/57ec601da823bd5735df6d87/konsep-
kepemilikan-dalam-islam

5%
Menjiplak
ِِ ‫ِِر‬
‫ﺽ‬ ِِ
‫ﻲاﻷ‬
‫اوِﺕِوِﻣ ِاﻓ‬ ‫ِ ِ ﱠِِﻣ ِِاﻓ ﱠ‬.
ِ‫ﻲالﺳِﻣ ا‬ danِ bumi.
Konsep dasar kepemilikan dalam Islam adalah firman Milik Allah-lah segala sesuatu yang ada di lang
Allah swt ; 284
Para fukoha / ‫الﺑﻘرﺓ‬
memberikan batasan-batasan syar'i "kepemilikan" dengan QS 2:
berbagai 284.
ungkapan yang memiliki inti penger
sama. Di antara yang paling terkenal
adalah definisi kepemilikan yang mengatakan bahwa
"milik" adalah …
https://pustakamediasyariah.blogspot.com/2015/05/makalah-pes-
kepemilikan-dalam-islam.html

5%
Menjiplak
Al-Quran Online Surat Al-Baqarah Ayat 284
dan Tafsir Ayat ...
https://www.tokopedia.com/s/quran/al-baqarah/ayat-
284#:~:text=284.

16%
Menjiplak
KONSEP KEPEMILIKAN
MENURUT TAQIYUDDIN AN ...
https://docplayer.info/90053151-Konsep-kepemilikan-menurut-taqiyuddin-an-nabhani-dan-implikasinya-
dalam-ekonomi-islam-skripsi.html

16%
Menjiplak
· Bagi Hanafiyah, hak kepemilikan barang tambang ada pada pemilik tanah. Sedangkan bagi Malikiyah kepemilikan b
tambang ada pada mazhab
tambang, menurut negara karena semua
ini, tidak dapat dimiliki oleh seseorang dengan cara kepenguasaannya atas tanah atau tidak d
dimiliki
atas secara derivatif dari kepemilikan
tanah.
https://123dok.com/document/q07lpnlz-konsep-kepemilikan-menurut-taqiyuddin-nabhani-
dalam-nizhamu-iqtishadi.html

5%
Menjiplak
Page 65 - Modul Pengantar Fikih
Muamalah
http://iaiglobal.or.id/v03/files/modul/usas/FM/files/basic-
html/page65.html
Page 3
5%
Menjiplak
· Bentuk-bentuk kepenguasaan terhadap barang yang diperbolehkan ini ada empat macam yaitu: a) Kepemilikan kare
menghidupkan
karena berburu tanah mati; b) Kepemilikan
atau memancing; c) Rumput atau kayu yang diambil dari padang penggembalaan atau hutan belantara y
ada pemiliknya; d) Kepenguasaan
atas barang tambang. Khusus bentuk yang keempat
ini banyak …
https://www.slideshare.net/caturfirmannurhuda/ekonomi-syariah-konsep-harta-dan-
kepemilikan-dalam-islam-39630635

Konsep Home Blog Testimonials About Us Privacy


kepemilikan dalam
islam Copyright © 2021 Plagiarism Detector. All right reserved

Islam memeberikan ruang dan kesempatan kepada manusia untuk mengakses segala sumber
kekayaan yang di anugrahkan –Nya di dunia ini,guna untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.Konseop kepemilikan dalam ajaran islam adalah dari pandangan bahwa manusia
memiliki kecendrunagan dasar untuk memeliki harta secara individual.tatapi juga
memebututuhkan dari pihak lain dalam kehidupan sosialnya.Harta atau kekayaan sesoarang
yang telah di anugrahkan –Nya dalam dunia ini hanya merupakan pemberian Allah kepada
manusia untuk memanfaatkan sebaik baiknya guna untuk kesejahraan seluruh umat manusia
secara ekonomi sesuai kehendak Allah SWT.
TEORI PERMINTAAN ISLAM

DISUSUN OLEH

KELOMPOK : 4

NAMA/NIM:

Alma Andara Putri (4022019001)

Risky Auliana (4022019064)

FAKULTAS : Ekonomi dan Bisnis Islam

PRODI : Ekonomi Syariah UNIT/SEMESTER : 1/4

MATA KULIAH : Ekonomi Mikro IslamDosen Pengampu : Alfian, M.E.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSATAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidakakan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nantikan syafa‟atnya di akhirat.
Tidak lupa, Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah dengan judul “ Teori
Permintaan Islam”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyakterdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini,penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Langsa, 30 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A. Latar belakang masalah..............................................................................
B. Rumusan masalah........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
A. Pengertian permintaan konvensional dan teori permintaan dalam pandangan Islam
.................................
B. kurva permintaan ...............
1. Kurva permintaan barang
halal.......................................................................................................
2. Kurva permintaan barang halal dalam pilhan
haram...............................................................................................
C. Perbedaan teori permintaan konvensional dengan permintaan Islam
.............................................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................................
B. Penutup .............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam ekonomi islam, setiap keputusan ekonomi seseorang tidak terlepas dari nilai-nilai
moral dan agama karena setiap kegiatan senantiasa dihubungkan kepada syari‟at. Al-
Qur‟anmenyebut ekonomi dengan istilah istishad (penghemat, ekonomi) yang secara literal
berarti
„pertengahan‟ atau „moderat‟. Pandangan ekonomi islam mengenai permintaan islam relatif
sama dengan ekonomi konvensional, namun terdapat batasan-batasan dari individu untuk
berperilaku ekonomi yang sesuai dengan aturan syariah. Dalam ekonomi islam, norma dan
moral “islami” yang merupakan prinsip islam dalam ber-ekonomi, merupakan faktor yang
menentukan suatu individu maupun masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonominya
sehingga teori ekonomi yang terjadi menjadi berbeda dengan teori pada ekonomi
konvensional.
Teori permintaan Islami membahas permintaan barang halal, barang haram, dan hubungan
antara keduanya. Sedangkan dalam permintaan konvensional, semua komoditi dinilai sama,
bisa dikonsumsi atau digunakan. Dalam motif permintaan Islam menekankan pada tingkat
kebutuhan konsumen terhadap barang tersebut sedangkan motif permintaan konvensional
lebih didominasi oleh nilai-nilai kepuasan (interest). Konvensional menilai bahwa egoisme
merupakan nilai yang konsisten dalam mempengaruhi seluruh aktivitas manusia Permintaan
Islam bertujuan mendapatkan kesejahteraan atau kemenangan akhirat (falah) sebagai
turunandari keyakinan bahwa ada kehidupan yang abadi setelah kematian yaitu kehidupan
akhirat, sehingga anggaran yang ada harus disisihkan sebagai bekal untuk kehidupan
akhirat.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian permintaan konvensional dan teori permintaan menurut


pandangan ekonomi islam,dan juga apa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan?

2. Bagaimanakah kurva permintaan, kurva permintaan barang halal, kurva permintaan


barang halal dalam pilihan halal haram?

3. Bagaimanakah perbedaan teori permintaan konvensional dengan permintaan islami?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Permintaan Konvensional dan Teori Permintaan Islam.

1. Pengertian Permintaan Konvensional


Permintaan secara umum adalah sejumlah barang yang dibeli atau diminta pada suatu
hargadan waktu tertentu. Adapun faktor–faktor yang mempengaruhi terhadap permintaan
secara umum antara lain:
a. Harga barang itu sendiri
Jika harga suatu barang semakin murah maka permintaan terhadap barang itu
bertambah. Begitu juga sebaliknnya. Inilah yang disebut Hukum Permintaan yang
menyatakan “Bila harga suatu barang naik,cateris paribus, maka jumlah permintaan
terhadap barang tersebutakan berkurang, dan sebaliknya”
b. Harga barang lain
Permintaan akan dipengaruhi juga oleh harga barang lain. Dengan catatan barang lain itu
merupakan barang substitusi (pengganti) atau pelengkap (komplementer). Apabila barang
substitusi naik, maka permintaan terhadap barang itu sendiri akan meningkat. Sebaliknya,
apabila harga barang substitusi turun, maka permintaan terhadap barang itu sendiri akan
turun.
c. Tingkat pendapatan
Tingkat pendapatan konsumen akan menunjukkan daya beli konsumen. Semakin tinggi
tingkat pendapatan, daya beli konsumen kuat, sehingga akhirnya akan mendorong
permintaanterhadap suatu barang.
d. Selera, kebiasaan, mode
Selera, kebiasaan, mode atau musim juga akan memengaruhi permintaan suatu barang. Jika
selera masyarakat terhadap suatu barang meningkat, permintaan terhadap barang itu pun
akanmeningkat.
e. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk mencerminkan jumlah pembeli. Sifat hubungan jumlah penduduk dengan
permintaan suatu barang adalah positif, apabila jumlah penduduk meningkat, maka konsumen
terhadap barangpun meningkat.
f. Perkiraan harga dimasa datang
Apabila kita memperkirakan harga suatu barang di masa mendatang naik, kita lebih baik
membeli barang tersebut sekarang guna menghemat belanja di masa mendatang, maka
permintaan terhadap barang itu sekarang akan meningkat. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa hubungan antara permintaan dan perkiraan harga di masa mendatang adalahpositif.

2. Permintaan Menurut Ekonomi Islam


Menurut Ibnu Taimiyyah, permintaan suatu barang adalah hasrat terhadap sesuatu, yang
digambarkan dengan istilah raghbah fil al-syai.Diartikan juga sebagai jumlah barang yang
diminta. Secara garis besar, permintaan dalam ekonomi islam sama dengan ekonomi
konvensional, namun ada prinsip-prinsip tertentu yang harus diperhatikan oleh individu
muslim dalam keinginannya.
Islam mengharuskan orang untuk mengkonsumsi barang yang halal dan thayyib. Aturan
islam melarang seorang muslim memakan barang yang haram, kecuali dalam keadaan
darurat dimana apabila barang tersebut tidak dimakan, maka akan berpengaruh terhadap
nyamuslim tersebut. Di saat darurat seorang muslim dibolehkan mengkonsumsi barang
haram secukupnya.
Selain itu, dalam ajaran islam, orang yang mempunyai uang banyak tidak serta merta
diperbolehkan untuk membelanjakan uangnya untuk membeli apa saja dan dalam jumlah
berapapun yang diinginkannya. Batasan anggaran (budget constrain) belum cukup dalam
membatasi konsumsi. Batasan lain yang harus diperhatikan adalah bahwa seorang muslim
tidak berlebihan (israf), dan harus mengutamakan kebaikan (maslahah).

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan islam sama saja dengan factor


permintaan konvensional,tetapi di dalam permintaan islam terdapat factor maslahah.
Maslahah merupakan tujuan utama dalam mengkonsumsi barang, sebab maksimasi
maslahah meripakan cara untuk mencapai falah. Pengaruh maslahah terhadap
permintaan tidak bisadijelaskan secara sederhana, sebagaimana pengaruh faktor-faktor
lainnya, sebab ia akan tergantung pada tingkat keimanan. Jika mereka melihat barang
dengan kandungan berkahyang tinggi, cateris paribus, maka mereka akan meninggalkan
barang dengan kandungan berkah yang rendah dan menggantinya dengan barang
dengan kandungan berkahnya lebihtinggi. Dengan demikian, jika maslahah relatif turun,
cateris paribus, maka jumlah barangyang diminta akan turun juga, begitu juga
sebaliknya.

A. Kurva Permintaan
1. Kurva Permintaan
Kurva permintaan menggambarkan hubungan antara harga dan jumlah yang diminta.
Dengankata lain, perubahan jumlah barang yang diminta disebabkan oleh perubahan harga.
Sementara itu, hukum permintaan diturunkan dari perilaku konsumen yang berorientasi untuk
mencapai tingkat maslahah maksimum, yang berbunyi sebagai berikut: “Jika harga suatu
barang meningkat, ceteris paribus, maka jumlah barang yang diminta turun; demikian juga
sebaliknya.”
ceteris paribus adalah dengan menganggap hal-hal lain tetap tidak berubah atau konstan,
baikdalam arti tingkat berkah, tingkat manfaat, tingkat pendapatan, preferensi, dan
sebagainya.
Jika satu dari hal-hal yang dimaksudkan berubah, maka hukum permintaan di atas tidak
berlaku lagi.
Hubungan yang digambarkan dalam hukum permintaan di atas juga akan menjadi lebih jelas,
jika digambarkan dalam kurva permintaan sebagai berikut:

2. Kurva Permintaan Barang Halal


Permintaan terhadap barang halal sama dengan permintaan dalam ekonomi pada
umumnya,yaitu berbanding terbalik terhadap harga, apabila harga naik, maka permintaan
terhadap barang halal tersebut berkurang, dan sebaliknya, dengan asumsi cateris paribus.
3. Kurva Permintaan Barang Halal dalam Pilihan Halal-Haram
Apabila menghadapi pilihan antara barang halal dan haram, maka optimal solutionnya
adalahcorner solution, yaitu keadaan dimana kepuasan maksimal terjadi di kurva indiferen
dengan konsumsi barang haramnya di titik 0. Dengan kata lain, gunakan anggaran untuk
mengkonsumsi barang halal seluruhnya.
C.Konvensional Perbedaan Teori Permintaan Dengan Permintaan Islam

1. Perbedaan utama antara kedua teori tersebut tentunya adalah mengenai sumber hukum
dan adanya batasan syariah dalam teori permintaan islami. Permintaan Islam berprinsip pada
entitas utamanya yaitu Islam sebagai pedoman hidup yang langsung dibimbing oleh Allah
SWT. Permintaan Islam secara jelas mengakui bahwa sumber ilmu tidak hanya berasal dari
pengalaman berupa data-data yang kemudian mengkristal menjadi teori-teori, tapi juga
berasal dari firman-firman Tuhan (revelation), yang menggambarkan bahwa ekonomi Islam
didominasi oleh variabel keyakinan religi dalam mekanisme sistemnya.

2. Teori ekonomi yang dikembangkan barat membatasi analisisnya dalam jangka pendek
yakni hanya sejauh bagaimana manusia memenuhi keinginannya saja. Tidak ada analisis
yang memasukkn nilai-nilai moral dan sosial. Analisis hanya dibatasi pada variabel-variabel
pasar semata, seperti harga, pendapatan dan sebagainya. Variabel-variabel lainnya tidak
dimasukkan, seperti variabel nilai moral seperti kesederhanaan, keadilan, sikap
mendahulukan orang lain. Dalam ekonomi konvensional filosofi dasarnya terfokus pada
tujuan keuntungan dan materialme. Hal ini wajar saja karena sumber inspirasi ekonomi
konvensional adalah akal manusia yang tergambar pada daya kreatifitas, daya olah informasi
dan imajinasi manusia. Padahal akal manusia merupakan ciptaan Tuhan, dan memiliki
keterbatasan bila dibandingkan dengan kemampuan.

3. Konsep permintaan dalam Islam menilai suatu komoditi tidak semuanya bisa untuk
dikonsumsi maupun digunakan, dibedakan antara yang halal maupun yang haram. Allah telah
berfirman dalam Surat Al-Maidah ayat 87, 88:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik
yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan makanlah makanan yang
halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah
yang kamu beriman kepada-Nya”

4. Dalam motif permintaan Islam menekankan pada tingkat kebutuhan konsumen terhadap
barang tersebut sedangkan motif permintaan konvensional lebih didominasi oleh nilai-nilai
kepuasan (interest). Konvensional menilai bahwa egoisme merupakan nilai yang konsisten
dalam mempengaruhi seluruh aktivitas manusia.

5. Permintaan Islam bertujuan mendapatkan kesejahteraan atau kemenangan akhirat (falah)


sebagai turunan dari keyakinan bahwa ada kehidupan yang abadi setelah kematian yaitu
kehidupan akhirat, sehingga anggaran yang ada harus disisihkan sebagai bekal untuk
kehidupan akhirat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli atau diminta pada suatu harga dan waktu
tertentu. Secara garis besar, permintaan dalam ekonomi islam sama dengan ekonomi
konvensional, namun ada prinsip-prinsip tertentu yang harus diperhatikan oleh individu
muslim dalam keinginannya. Misalnya: Islam mengharuskan orang untuk mengkonsumsi
barang yang halal dan thayyib. Selain itu, dalam ajaran Islam, orang yang mempunyai
uangbanyak tidak serta merta diperbolehkan untuk membelanjakan uangnya untuk membeli
apa saja dan dalam jumlah berapapun yang diinginkannya. Batasan lain yang harus
diperhatikanadalah bahwa seorang muslim tidak berlebihan (isyraf), dan harus
mengutamakan kebaikan (maslahah). Selain itu adanya batasan syariah, sudut pandang
barangnya, motif dari permintaan dan tujuannya
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
DAFTAR PUSTAKA

1. Anita Rahmawati, Ekonomi Mikro Islam, Nora Media Enterprise, Kudus, 2011
2. Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam, IIIT Indonesia, Jakarta, 2002

111
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
A. Pengertian Permintaan Konvensional dan Teori Permintaan Islam.

1. Pengertian Permintaan Konvensional

Permintaan secara umum adalah sejumlah barang yang dibeli atau diminta pada suatu
harga dan waktu tertentu. Adapun faktor–faktor yang mempengaruhi terhadap permintaan
secara umum antara lain:

a. Harga barang itu sendiri

Jika harga suatu barang semakin murah maka permintaan terhadap barang itu bertambah.
Begitu juga sebaliknnya. Inilah yang disebut Hukum Permintaan yang menyatakan “Bila
harga suatu barang naik,cateris paribus, maka jumlah permintaan terhadap barang tersebut
akan berkurang, dan sebaliknya”

b. Harga barang lain

Permintaan akan dipengaruhi juga oleh harga barang lain. Dengan catatan barang lain itu
merupakan barang substitusi (pengganti) atau pelengkap (komplementer). Apabila barang
pengganti naik, maka permintaan terhadap barang itu sendiri akan meningkat. Sebaliknya,
apabila harga barang substitusi turun, maka permintaan terhadap barang itu sendiri akan
turun.

c. Tingkat pendapatan

Tingkat pendapatan konsumen akan menunjukkan daya beli konsumen. Semakin tinggi
tingkat pendapatan, daya beli konsumen kuat, sehingga akhirnya akan mendorong
permintaan terhadap suatu barang.

d. Selera, kebiasaan, mode

Selera, kebiasaan, mode atau musim juga akan memengaruhi permintaan suatu barang.
Jika selera masyarakat terhadap suatu barang meningkat, permintaan terhadap barang itu
pun akan meningkat.

e. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk mencerminkan jumlah pembeli. Sifat hubungan jumlah penduduk


dengan permintaan suatu barang adalah positif, apabila jumlah penduduk meningkat,
maka konsumen terhadap barangpun meningkat.

f. Perkiraan harga dimasa datang

Apabila kita memperkirakan harga suatu barang di masa mendatang naik, kita lebih baik
membeli barang tersebut sekarang guna menghemat belanja di masa mendatang, maka

112
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
permintaan terhadap barang itu sekarang akan meningkat. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa hubungan antara permintaan dan perkiraan harga di masa mendatang
adalahpositif.

2. Permintaan Menurut Ekonomi Islam

Menurut Ibnu Taimiyyah, permintaan suatu barang adalah hasrat terhadap sesuatu, yang
digambarkan dengan istilah raghbah fil al-syai.Diartikan juga sebagai jumlah barang yang
diminta. Secara garis besar, permintaan dalam ekonomi islam sama dengan ekonomi
konvensional, namun ada prinsip-prinsip tertentu yang harus diperhatikan oleh individu
muslim dalam keinginannya.

Islam mengharuskan orang untuk mengkonsumsi barang yang halal dan thayyib. Aturan
islam melarang seorang muslim memakan barang yang haram, kecuali dalam keadaan
darurat dimana apabila barang tersebut tidak dimakan, maka akan berpengaruh terhadap
nya muslim tersebut. Di saat darurat seorang muslim dibolehkan mengkonsumsi barang
haram secukupnya.

Selain itu, dalam ajaran islam, orang yang mempunyai uang banyak tidak serta merta
diperbolehkan untuk membelanjakan uangnya untuk membeli apa saja dan dalam jumlah
berapapun yang diinginkannya. Batasan anggaran (budget constrain) belum cukup dalam
membatasi konsumsi. Batasan lain yang harus diperhatikan adalah bahwa seorang muslim
tidak berlebihan (israf), dan harus mengutamakan kebaikan (maslahah).

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan islam sama saja dengan factor permintaan
konvensional,tetapi di dalam permintaan islam terdapat factor maslahah. Maslahah
merupakan tujuan utama dalam mengkonsumsi barang, sebab maksimasi maslahah
meripakan cara untuk mencapai falah. Pengaruh maslahah terhadap permintaan tidak bisa
dijelaskan secara sederhana, sebagaimana pengaruh faktor-faktor lainnya, sebab ia akan
tergantung pada tingkat keimanan. Jika mereka melihat barang dengan kandungan berkah
yang tinggi, cateris paribus, maka mereka akan meninggalkan barang dengan kandungan
berkah yang rendah dan menggantinya dengan barang dengan kandungan berkahnya lebih
tinggi. Dengan demikian, jika maslahah relatif turun, cateris paribus, maka jumlah barang
yang diminta akan turun juga, begitu juga sebaliknya.

B. Kurva Permintaan

1. Kurva Permintaan

Kurva permintaan adalah gambaran hubungan antara harga dan jumlah yang diminta.
Dengan kata lain, perubahan jumlah barang yang diminta disebabkan oleh perubahan
harga. Sementara itu, hukum permintaan diturunkan dari perilaku konsumen yang
113
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
berorientasi untuk mencapai tingkat maslahah maksimum, yang berbunyi sebagai berikut:
“Jika harga suatu barang meningkat, ceteris paribus, maka jumlah barang yang diminta
turun; demikian juga sebaliknya.” ceteris paribus adalah dengan menganggap hal-hal lain
tetap tidak berubah atau konstan, baik dalam arti tingkat berkah, tingkat manfaat, tingkat
pendapatan, preferensi, dan sebagainya. Jika satu dari hal-hal yang dimaksudkan berubah,
maka hukum permintaan di atas tidak berlaku lagi.

2. Kurva Permintaan Barang Halal

Permintaan terhadap barang halal sama dengan permintaan dalam ekonomi pada
umumnya, yaitu berbanding terbalik terhadap harga, apabila harga naik, maka permintaan
terhadap barang halal tersebut berkurang, dan sebaliknya, dengan asumsi cateris paribus.

3. Kurva Permintaan Barang Halal dalam Pilihan Halal-Haram

Apabila menghadapi pilihan antara barang halal dan haram, maka optimal solutionnya
adalah corner solution, yaitu keadaan dimana kepuasan maksimal terjadi di kurva
indiferen dengan konsumsi barang haramnya di titik 0. Dengan kata lain, gunakan
anggaran untuk mengkonsumsi barang halal seluruhnya.

C. Perbedaan Teori Permintaan Konvensional Dengan Permintaan Islam

1. Perbedaan utama antara kedua teori tersebut tentunya adalah mengenai sumber hukum
dan adanya batasan syariah dalam teori permintaan islami. Permintaan Islam berprinsip
pada entitas utamanya yaitu Islam sebagai pedoman hidup yang langsung dibimbing oleh
Allah SWT. Permintaan Islam secara jelas mengakui bahwa sumber ilmu tidak hanya
berasal dari pengalaman berupa data-data yang kemudian mengkristal menjadi teori-teori,
tapi juga berasal dari firman-firman Tuhan, yang menggambarkan bahwa ekonomi Islam
didominasi oleh variabel keyakinan religi dalam mekanisme sistemnya.

2. Teori ekonomi yang dikembangkan barat membatasi analisisnya dalam jangka pendek
yakni hanya sejauh bagaimana manusia memenuhi keinginannya saja. Tidak ada analisis
yang memasukkn nilai-nilai moral dan sosial. Dalam ekonomi konvensional filosofi
dasarnya terfokus pada tujuan keuntungan dan materialme. Hal ini wajar aja karna sumber
inspirasi ekonomi konvensional adalah akal manusia yang tergambar pada daya kreatifitas,
daya olah informasi dan imajinasi manusia. Padahal kan akal manusia merupakan ciptaan
Tuhan, dan memiliki keterbatasan bila dibandingkan dengan kemampuan.

114
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
3. Konsep permintaan dalam Islam menilai suatu komoditi tidak semuanya bisa untuk
dikonsumsi maupun digunakan, dibedakan antara yang halal maupun yang haram. Allah
telah berfirman dalam Surat Al-Maidah ayat 87, 88:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik
yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan makanlah
makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan
bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya”

4. Dalam motif permintaan Islam menekankan pada tingkat kebutuhan konsumen


terhadap barang tersebut sedangkan motif permintaan konvensional lebih didominasi oleh
nilai-nilai kepuasan. Konvensional menilai bahwa egois merupakan nilai yang konsisten
dalam mempengaruhi seluruh aktivitas manusia.

5. Permintaan Islam bertujuan mendapatkan kesejahteraan atau kemenangan akhirat


(falah) sebagai turunan dari keyakinan bahwa ada kehidupan yang abadi setelah kematian
yaitu kehidupan akhirat, sehingga anggaran yang ada harus disisihkan sebagai bekal untuk
kehidupan akhirat.

115
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

116
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Teori Permintaan Islam

Teori permintaan islam adalah membahas tentang barang halal dan barang haram dan
hubungan antara keduanya.dalam motif permintaan islam dia lebih menekankan pada
tingkat kebutuhan konsumen terhadap barang tersebut.Sedangkan motif permintaan
konfensional lebih dominan terhadap nilai nilai kepuasan konsumen.

Dalam islam mengharuskan seorang mengkonsumsi barang yang halal dan sehat.Islam
melarang seorang muslim memakan barang yang haram,kecuali dalam keadaan darurat di
mana ketika dia tidak memakan barang tersebut akan terpengaruh baginya,maka di saat
keadaan darurat seorang muslim di bolehkan untuk memakanya dengan secukupnya.Dan
islam tdak menganjurkan permintaan terhadap suatau yang barang denagan
tujuan,kemegahan,kemewahan dan kemumaziran.Bahkan islam menyuruh seorang muslim
yang sudah mencapai nisab,untuk menyisihkan dari anggaranya untuk mengeluaran
zakat,infaq dan sedekahnya.

117
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
TEORI PENAWARAN ISLAM

DI

OLEH KELOMPOK : 5

NAMA : INDAH KHAIRANI (4022019014)

NUR FAHDILLAH (4022019027)

FAKULTAS : EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PRODI : EKONOMI SYARIAH

SEMESTER/UNIT :4/1

MK : EKONOMI MIKRO ISLAM

DOSEN PEMBIMBING : ALFIAN, M.E.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA


TAHUN AKADEMIK 2020/2021

KATA PENGANTAR
118
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan syafaat dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah “Ekonomi Mikro Islam” yang berjudul “Teori Penawaran Islam”.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dan memberikan masukan kepada kami sehingga kami sanggup menyelesaikan
tugas penulisan makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. kami menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Sehingga kami sebagai penulis memohon
maaf apabila dalam penulisan makalah ini banyak kesalahan dan kekurangan. Dengan
demikian kami sangat berharap adanya saran dan kritikan yang bersifat membangun demi
menjadikan makalah ini lebih baik lagi. Terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Langsa, 26 mei 2021

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................

119
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
DAFTAR ISI ...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................


A. Latar Belakang ..............................................................................
B. Rumusan Masalah .........................................................................
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................
C. Konsep penawaran .......................................................................
D. Faktor-faktor penawaran dalam
islam……………………………………………………………..
E. Total cost dan marginal cost……………………………………
F. Internalisasi biaya eksternal……………………………………

BAB III PENUTUP…………………………………………………………


4. Kesimpulan...............................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori mikro ekonomi selalu didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi sebagai suatu bidang
studi dalam ilmu ekonomi yang menerangkan tentang kegiatan dalam bagian-bagian kecil
dari keseluruhan perekonomian, salah satunya teori penawaran.

120
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Berbicara tentang teori penawaran dalam kerangka ekonomi islam sebenarnya
merupaka kelanjutan dari pembahasan tentang teori permintaan dalam ekonomi islam.
Sama halnya dalam ekonomi konvensional, dalam ilmu ekonomi islam pembahasan
persoalan ini menyangkut faktor-faktor atau 121las an121-variabel yang berpengaruh
terhadap kedudukan penawaran suatu barang atau jasa tertentu.
Penawaran (supply), dalam ilmu ekonomi, adalah banyaknya barang atau jasa yang
tersedia dan dapat ditawarkan oleh produsen kepada konsumen pada setiap tingkat harga
selama periode waktu tertentu Penawaran (Supply). Teori penawaran yaitu teori yang
menerangkan sifat penjual dalam menawarkan Barang yang akan dijual. Gerakan
sepanjang dan pergeseran kurva penawaran Perubahan di dalam jumlah yang ditawarkan
dapat berlaku sebagai akibat dari pergeseran kurva penawaran. Satu aspek penting yang
memberikan suatu perbedaan dalam pespektif ini kemungkinan besar berasal dari landasan
filosofi dan moralitas yang didasarkan pada premis nilai-nilai Islam Penawaran
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Antara lain harga barang, tingkat teknologi, jumlah
produsen di pasar, harga bahan baku serta harapan dan spekulasi.
Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat hubungan
antara harga sesuatu jumlah barang dan jumlah barang tersebut yang ditawarkan pada
penjual. Dalam makalah ini akan dibahas bagaimana penerapan hukum penawaran yang
menyatakan makin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut
akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang
semakin sedikit jumlah barang tersebut ditawarkan, bagaimana tingkah laku penjual
dalam menyediakan atau menawarkan barang-barang yang diperlukan masyarakat di
pasar, dan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhinya menurut tinjauan umum dan
Islami, dan juga perbedaan antara teori penawaran dalam ekonomi konvensional dan
Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori penawarn islam?
2. BagaimanaAnalisis Konsep Biaya dalam Teori Penawaran Ekonomi?
3. bagaimanaFaktor yang Mempengaruhi Penawaran?
4. bagaimanaPengaruh Faktor Bukan-Harga Terhadap Penawaran?

5. bagaimanaPenawaran dalam Islam?

BAB II

PEMBAHASAN

1. Konsep Penawaran
121
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Penawaran adalah barang atau jasa yang ditawarkan pada jumlah dan tingkat harga
tertentu dan dalam kondisi tertentu.Penawaran islam pun ada hal yang membedakannya
dengan penawaran hedonis, bahwa barang atau jasa ditawarkan harus transparan dan rinci
spesifkasinya. Bagaimana keadaan barang tersebut, apakah ada kelebihan dan kekurangan
dari barang tersebut. Jangan sampai penawaran yang dilakukan dapat merugikan pihak
yang mengajukan permintaan tersebut. Adapun Rasulullah SAW. Dalam melakukan
penawaran Selalu merinci tentang spesifkasi barang dagangannya, sampai-sampai harga
belinya pun disebutkan dan menawarkan dengan harga berapa barang tersebut dibeli dan
yang akan diperoleh olehnya.Ibnu Khaldun menjelaskan pengaruh naik dan
turunnyapenawaran terhadap harga. Ia mengatakan . ketika barang yang tersedia sedikit,
maka harga akan naik. Seandainya jarak antar kota dekat dan aman untuk melakukan
perjalanan, maka akan banyak barang diimpor. Dan persediaan barang akan melimpah,
maka harga akan turun.

Dalam pandangan ibnu khaldun, dalam konteks supply, ada faktor-faktor penentu,
diantaranya 1.harga

2. Permintaan

3. laju keuntungan

4. Buruh

5. keamanan

6. tingkat kesejahteraan masyarakat

ibnu taimiyah menyatakan 122las an harga itu naik dapat disebabkan karena turunnya
penawaran atau kenaikan populasi jumlah pembeli yang berarti ada kenaikan jumlah
dalam permintaan pasar. Oleh karena itu sebuah harga dapat saja naik, karena penawaran
turun dan kurva bergeser ke kiri, sebaliknya jika permintaan naik maka kurva akan
bergeser ke kanan, seperti yang diekspresikan sebagai tindakan Allah, sebenarnya
melambangkan sebuah fenomena alamiah yang berkait dengan fluktuasi harga. Tetapi
sebagaimana yang tercermin dari pernyataan diatas, naik turunnya harga juga terjadi,
karena tindakan-tindakan curang dalam pasar seperti aksi penimbunan yang dilakukan
oleh spekulan
122
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
imam ghazali juga membicarakan tentang penawaran dan permintaan, bahwa harga
berlaku seperti yang ditentukan dalam praktik pasar, sebuah konsep yang kemudian di
kenal sebagai as-tsaman al-adil (harga yang adil). Kemudian diungkapkan secara
konsepsional pengertian penawaran adalah banyaknya barang yang ditawarkan oleh
penjual pada suatu pasar tertentu,pada periode tertentu dan pada tingkat harga tertentu.
Dengan kata lain penawaran adalah jumlah barang dan jasa yang tersedia untuk dijual
pada tingkat harga dan waktu tertentu. Sebagaimana juga halnya dengan permintaan,
maka pada teori penawaran juga di kenal apa yang dinamakan jumlah barang yang
ditawarkan dan penawaran

Penawaran adalah gabungan seluruh jumlah barang yang ditawarkan oleh penjual pada
pasar tertentu, perode tertentu, dan pada berbagai tingkat harga tertentu. Berbagai faktor
yang mempengaruhi produsen dalam menawarkan produknya pada suatu pasar
diantaranya sebagai berikut:

a. harga barang itu sendiri.

b. harga barang lain.

Dalam membahas teori permintaan bahwa barang-barang ada yang saling bersaingan
barang-barang pengganti satu sama lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Barang-
barang seperti itu dapat menimbulkan pengaruh yang penting kepada penawaran sesuatu
barang. Sebagai contoh,oleh karena kenaikan biaya produksi di luar negeri maka buku
tulis yangdiimpor bertambah mahal harganya. Beberapa konsumen buku tulis impor
sekarang lebih suka membeli buku tulis buatan dalam negeri dan menaikkan permintaan
terhadapnya. Kenaikan permintaan ini akan 123las a dorongan kepada produsen dalam
negeri untuk menaikkan produksi dan penawaran buku tulis.

c. ongkos dan biaya produksi.

Pembayaran kepada faktor-faktor produksi merupakan pengeluaran yangsangat penting


dalam proses produksi berbagai perusahaan. Pengeluaran tersebut mempunyai peranan
yang sangat besar dalam menentukan biaya produksi. Tanpa adanya kenaikan
produktivitas dan efisiensi, kenaikan hargafaktor-faktor produksi akan menaikkan biaya
produksi. Dibeberapa perusahaan kenaikan pengeluaran untuk memperoleh faktor-faktor
produksi akan menyebabkan biaya produksi melebihi hasil penjualannya dan mereka

123
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
mengalami kerugian. Ini dapat menimbulkan penutupan usaha tersebut dan jumlah
penawaran barang menjadi berkurang.

d.tujuan produksi dari perusahaan

dalam teori ekonomi selalu dimisalkan perusahaan berusahamemaksimumkan keuntungan.


Dengan pemisalan ini tiap perusahaan tidak berusaha untuk menggunakan kapasitas
memproduksinya secara maksimal,tetapi akan menggunakannya pada tingkat kapasitas
yang memaksimumkankeuntungannya. Tetapi dalam prakteknya perusahaan-perusahaan
banyak yangmempunyai tujuan lain. Tujuan yang berbeda-beda tersebut menimbulkan
efek yang berbeda terhadap penentuan tingkat produksi. Dengan demikian penawaran
sesuatu barang akan berbeda sifatnya sekiranya terjadi perubahan dalam tujuan yang ingin
dicapai perusahaan.

e.teknologi yang digunakan.

Tingkat teknologi memegang peranan penting dalam menentukan banyaknya jumlah


barang yang dapat ditawarkan. Kemajuan teknologi telah dapatmengurangi biaya
produksi, mempertinggi produktifitas, mempertinggi mutu barang dan menciptakan
barang-barang yang baru. Dalam hubungannya dengan penawaran suatu barang, kemajuan
teknologi menimbulkan dua efek,yaitu

1. produksi dapat ditambah dengan lebih cepat,

2. biaya produksi semakin murah.

Dengan demikian keuntungan menjadi bertambah tinggi. Apabila beberapa factor yang
mempengaruhi tingkat penawaran diatas di anggap tetap selain harga barang itu sendiri
harga barang substitusi tetap, ongkos dan biaya produksi relative tidak berubah, tujuan
perusahaan tetap pada orientasinya, teknologi yang digunakan tidak berkembang, dan
lainnya dianggap tidak berubah, maka penawaran hanya ditentukan oleh harga. Artinya,
besar kecilnya perubahan penawaran di determinasi/ditentukan oleh besar kecilnya
perubahan harga. Dalam hal ini berlaku perbandingan lurus antara harga terhadap
penawaran. Sebagaimana konsep asli dari penemunya Alfred marshall, maka
perbandingan lurus antara harga terhadap penawaran di sebut hukum penawaran.

124
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
2. Faktor-faktor Penawaran dalam Islam

dalam khasanah pemikiran ekonomi Islam klasik, penawaran telah dikenali sebagai
kekuatan penting di dalam pasar. Penawaran sebagai ketersediaan barang di pasar.
Penawaran barang atau jasa dapat berasal dari hasil impor barang dari luar dan produksi
lokal. Kegiatan ini dilakukan oleh produsen maupun penjual. Nilai tawar dalam islam
didasarkan pada:

A. Mashlahah

Pengaruh mashlahah terhadap penawaran pada dasarnya akan tergantung pada tingkat
keimanan dari produsen jika jumlah mashlahah yang terkandung dalam barang yang
diproduksi semakin meningkat maka produsen muslim akan memperbanyak jumlah
produksinya. Cateris paribus.

B. Keuntungan

Keuntungan merupakan bagian dari mashlahah karena ia dapat mengakumulasi modal


yang pada akhirnya dapat digunakan untuk berbagai aktivitas lainnya. Dengan kata lain,
keuntungan akan menjadi tambahan modal guna memperoleh mashlahah lebih besar lagi
untuk mencapai falah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan adalah antara lain:

a. Harga Barang, jika harga turun, maka produsen akan cenderung mengurangi
penawarannya, sebab tingkat keuntungan yang diperoleh juga akan turun.

b.Biaya produksi, jika biaya turun, maka keuntungan produsen pada penjualan akan
meningkat yang seterusnya akan mendorongnya untuk meningkatkan jumlah pasokan
pasar.

Dalam ekonomi Islam diketahui bahwa ada 4 hal yang dilarang dalam menjalankan
aktivitas ekonomi, yaitu: mafsadah, gharar, maisir , dan Transaksi riba. Mafsadah, gharar
dan maisir sebagai tindakan yang menyebabkan kerusakan negative externalities sebagai
akibat yang melekat dari suatu aktivitas produksi yang hanya memperhatikan keuntungan
semata, walaupun sudah dikemukakan, namun tidak tercerminkan dengan baik di dalam
konsep dan model dalam ekonomi Islam, sehingga sisi ini akan mendapat perhatian lebih
banyak. Sedangkan pelarangan terhadap transaksi riba tidak akan begitu mewarnai

125
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
pembahasan tentang konsep biaya produksi dalam Islam, karena sudah dijelaskan dengan
lebih detail pada buku ataupun paper makalah dan jurnal lainnya

3. total cost dan marginal cost

fungsi total cost menunjukkan, untuk setiap kombinasi input dan untuk setiap tingkat
output, minimum total cost yang muncul adalah TC=TC(r,w,q) meskipun fungsi total cost
menggambarkan secara menyeluruh biaya yang harus dikeluarkan, namun akan lebih
memudahkan dalam kaitannya dengan kurva permintaan, bila analisis biaya dilakukan
pada biaya perunit. Ada dua konsep biaya perunit yang di kenal.

1. Average cost

Fungsi average total cost atau average cost adalah biaya perunit atau dihitung dengan
rumus

total cost dibagi dengan jumlah output yang dihasilkan. Secara sistematis di tulis
ATC=ATC(r,w,q) / q

2. marginal cost

Fungsi marginal cost adalah tambahan biaya yang muncul untuk setiap tambahan output
yang dihasilkan atau dihitung dengan rumus perubahan total biaya dibagi perubahan
output secara sistematis ditulis MC=MC(r,q,w) = OTC (r,w,q) /oq

Jadi fungsi total cost diturunkan dari fungsi total produksi,dan fungsi marginal cost
diturunkan dari fungsi total cost. Begitupula dengan fungsi average cost diturunkan dari
fungsi total cost.

Kurva marginal cost akan memotong dari bawah kurva average total cost pada titik
minimalnya. Titik Q adalah jumlah output pada saat VC mencapai titik minimilnya yang
juga titik minimilnya yang juga adalah persinggungan kurva VC dengan rental cost per
unit r . titik Q adalah jumlah output pada saat ATC mencapai titik minimalnya juga titik
di mana kurva ATC memotong dari bawah kurva ATC. Titik Q1 adalah jumlah output
dimana kurva MC mencapai titik minimalnya, yaitu pada saat perubahan returns to scale
kurva variable cost yang juga perubahan returns to scale kurva total cost

126
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

4. Internalisasi Biaya Eksternal

perilaku memaksimalkan profit sering kali mendorong prosuden untuk berlaku aniaya.
Salah satu cara untuk meningkatkan profitnya adalah dengan memindahkan biaya-biaya
yang seharusnya ditanggung produsen kepada pihak lain. Biaya yang paling mudah untuk
dialihkan adalah biaya yang tidak mempunyai kaitan langsung proses produksi. Misalnya
biaya pembuatan penampungan limbah pabrik yang seharusnya di tanggung produsen
karena merupakan konsekuensi dari proses produksinya, dialihkan kepada masyarakat
dengan cara membuang begitu saja limbah pabrik ketempat-tempat umum.Tindakan ini
jelas aniaya, karena produsen jelas-jelas mendapat keuntungan dari proses produksi,
namun tidak mau bertanggungjawab atas akibatnya, yaitumenanggung biaya penanganan
limbah. Dalam ilmu ekonomi, tindakan produsen ini di sebut negative externalities.

Pada pembahasan tentang garis besar ekonomi islam kita telah membahas bahwa konsep
adil dalam ekonomi islam diterjemahkan menjadi empat hal, yaitudilarang melakukan
mafsadah, di larang melakukan transaksi gharar, di larang melakukan transaksi maisir,
dilarang melakukan transaksi riba. Salah satu bentuk mafsadah adalah melakukan
kerusakan yang dalam istilah ekonominya disebut negative externalities.

Dalam konteks utility function, mafsadah juga dapat diartikan bahwa islam hanya
membolehkan utility function dibangun dalam pilihan good X dan good hal baik X dan
hal baik Y. pada prinsipnya utility function yang dibangun dalam pilihan good X dan bad
Y hal baik X dan hal buruk Y, atau dalam pilihan bad X dan good Y, tidak dibolehkan
karena tergolong tindakan mafsadah. Dalam pembahasan tentang teori permintaan islami
kita pun telah membahas tentang corner solution bila kita dihadapkan pada pilihan haram
X dan halal Y. Corner solution ini menunjukan bahwa kalaupun kita dihadapkan pada
pilihan good dan bad, kita akan memilih seluruhnya good, dan meninggalkan bad sama
sekali. Solusi lain selain meninggalkan bad sama sekali misalnya pada saat darurat, selalu
menghasilkan solusi yang tidak optimal.

127
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

BAB III

PENUTUP

1.1.Kesimpulan

Dari uraian di atas pemakalah dapat menyimpulkan bahwa Pertama, konsep penawaran
yang dikemukan oleh Ibnu Khaldun menjelaskan pengaruh naik dan turunnya penawaran
terhadap harga. Ia mengatakan . ketika barang yang tersedia sedikit, maka harga akan
naik. Ibnu Taimiyah menyatakan 128las an harga itu naik dapat disebabkan karena
turunnya penawaran atau kenaikan populasi jumlah pembeli yang berarti ada kenaikan
jumlah dalam permintaan pasar.Kedua, ada beberapa Factor yang mempengaruhi
penawaran yaitu( harga barang itu sendiri, harga barang lain,ongkos atau biaya produksi,
128
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
tujuan produksi dari perusahaan dan teknologi yang digunakan. Sedangkan factor
penawaran dalam islama dalah mashlahah dan keuntungan. Dimana, Pengaruh mashlahah
terhadap penawaran pada dasarnya akan tergantung pada tingkat keimanan dari
produsen.Jika jumlah mashlahah yang terkandung dalam barang yang diproduksi semakin
meningkat maka produsen muslim akan memperbanyak jumlah produksinya.Sedangkan
keuntungan merupakan bagian dari mashlahah karena ia dapat mengakumulasi modal
yang pada akhirnya dapat digunakan untuk berbagai aktivitas lainnya. Dengan kata lain,
keuntungan akan menjadi tambahan modal guna memperoleh mashlahah lebih besar lagi
untuk mencapai falah. Ketiga, Dalam ekonomi Islam diketahui bahwa ada 4 hal yang
dilarang dalam menjalankan aktivitas ekonomi, yaitu: mafsadah, gharar , maisir, dan
transaksi riba. Mafsadah , gharar dan maisir sebagai tindakan yang menyebabkan
kerusakan negative externalities sebagai akibat yang melekat dari suatu aktivitas
produksi yang hanya memperhatikan keuntungan semata

129
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

130
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
TEORI PENAWARAN ISLAM

PERMINTAAN DAN PENAWARAN DALAM ISLAM

Muawanah
Institut Pesantren KH. Abdul Chalim Mojokerto

Abstract
In economics in the discussion of microeconomic theory we will study supply
and demand. In day-to-day activities demand and supply occur when we want to fulfill
needs production, supply, price,profit,producer, marketing activities are discussed in the
concept of bidding. The concept of demand that discusses consumption ,consumers,
demand, life needs, prices that are always a top priority. In the Islamic perspective
economics the concept of demandand supply discusses production, supply, demand, price,
profits,producers,marketing, markets,zakat and others but has limits in the economy,
namely the Shari’a which deals directly with the sources af Al-qur’an ,as-sunah and
ijtihad from the scholars or economists of Islam. Indonesia ia acountry with a majority of
Muslim population , so that Islamic economic demand and supply which is a good concept
in increasing economic activity must be implemented so that the welfare of the
indonesian people can be achieved.
Keywords: supply and demand in Islamic

Abstrak
Dalam ilmu ekonomi pada pembahasan teori mikro ekonomi kita akan
mempelajari permintaan dan penawaran. Pada kegiatan sehari-hari Permintaan dan
penawaran terjadi saat kita ingin memenuhi kebutuhan.Kegiatan produksi, supply, harga,
keuntungan, produsen, pemasaran, pasar di bahas dalam konsep penawaran. Konsep
permintaan yang membahas tentang konsumsi, konsumen, demand, kebutuhan hidup,
harga yang selalu menjadi prioritas utama. Dalam ekonomi perspektif Islam konsep
permintaan dan penawaran membahas tentang produksi, supply, demand, harga,
keuntungan, produsen, pemasaran, pasar, zakat dan lainnya tetapi memiliki batasan-batasan
dalam berekonomi yaitu syariat yang berhubungan langsung dengan sumber-sumber Al-
Qur’an, As-Sunnah dan ijtihad dari para ulama atau para ekonom Islam. Indonesia negara
dengan mayoritas penduduk Islam maka permintaan dan penawaran secara ekonomi Islam
yang merupakan konsep baik dalam meningkatkan kegiatan perekonomian tentunya harus
diterapkan supaya kesejahteraan masyarakat Indonesia tercapai
Kata Kunci: permintaan , penawaran Islam

PENDAHULUAN
Dalam ilmu ekonomi kita perlu mempelajari tentang permintaan (demand) dan
131
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
penawaran (supply). Pada ekonomi mikro permintaan dan penawaran bergantung pada
individu dalam suatu perekonomian. Disebabkan permintaan dan penawaran adalah
pokok dari permasalahan ekonomi. Sebelum mengetahui apakah kebijakan dan
peristiwa dapat mempengaruhi perekonomian, kita terlebih dahulu harus
memperhatikan pengaruh yang akan terjadi pada permintaan dan penawaran itu
sendiri. Permintaan dan

132
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

penawaran, mempunyai pengertian masing-masing yang berbeda. Permintaan memiliki


pengertian suatu keinginan konsumen untuk membeli suatu barang pada berbagai

tingkat harga selama periode waktu tertentu.1 Sedangkan penawaran memiliki


pengertian jumlah barang yang produsen ingin tawarkan (jual), pada berbagai tingkat

harga selama satu periode tertentu.2


Dalam kajian ilmu ekonomi yang membahas tentang permintaan dan penawaran,
kedua elemen tersebut juga memiliki hukum-hukum yang berbeda, dan yang sering
digunakan para pelaku ekonomi (econom), dalam melakukan kegiatan perekonomian.
Hukum permintaan itu sendiri berbunyi: “kuantitas barang atau jasa yang orang bersedia

membelinya pada berbagai tingkat harga dalam suatu periode waktu tertentu”.3
Sedangkan hukum penawaran berbunyi: “kuantitas barang atau jasa yang orang bersedia

untuk menjualnya pada berbagai tingkat harga dalam suatu periode waktu tertentu” 4.
Permintaan dan penawaran juga mempunyai teori-teori yang diterapkan dalam kegiatan
ekonomi.

Sedangkan dalam pandangan ekonomi islam mengenai permintaan dan


penawaran relatif sama dengan ekonomi konvensional. Namun ada batasan-batasan
dari individu untuk berperilaku ekonomi yang sesuai dengan syariah (Al-Qur’an dan
As- Sunnah serta ijtihad dari para ulama atau para ekonom Islam) yang membuat
berbeda. Dalam ekonomi islam nilai norma dan moral islami dijadikan sebagai prinsip
dalam berekonomi. Hal ini disebabkan karena dua point tersebut merupakan faktor
yang menentukan suatu individu maupun masyarakat dalam menjalankan kegiatan
perekonomian, sehingga teori ekonominya menjadi berbeda dengan teori ekonomi
konvensional yang ada.
Didalam penerapan ekonomi islam permintaan dan penawaran juga relatif
sama, akan tetapi juga ada hal-hal yang membedakannya, seperti halnya dalam zakat,
kegiatan zakat juga berpengaruh pada penawaran yang diterapkan. Ada pula
pembentukan harga yang harus seimbang dengan kaidah islam. Akan tetapi dalam
kaidah ilmu ekonomi

133
1 Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, “Pengantar Imu Ekonomi (Mikroekonomi
& Makro ekonomi)” (Jakarta: Lembaga Penerbit Universitas Fakultas Ekonomi
Indonesia, 2008), 24.
2
Ibid, 32.
3
Edwin Nasution Mustofa, “Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam” (Jakarta:
PRENADAMEDIA GROUP, 2006), 80.
4
Ibid, 89.

134
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

semuanya itu sama, hanya saja ada batasan-batasan atau teori-teori yang digunakan
baikitu ekonomi islam (konsep baik ) maupun ekonomi konvensional.

PENGERTIAN PERMINTAAN DAN PENAWARAN


Permintaan dalam dunia ekonomi sering disebut dengan istilah demand yang
berarti suatu keinginan konsumen untuk membeli suatu barang pada berbagai tingkat

harga selama periode waktu tertentu.5 Atau dapat disimpulkan bahwa permintaan itu
adalah banyaknya jumlah barang yang ada dalam suatu pasar tertentu, dengan
tingkatan harga, tingkatan pendapatan, serta dalam periode tertentu.
Dalam ekonomi islam permintaan juga memiliki definisi tersendiri. Menurut ibnu
taimiyyah, pengertian permintaan adalah hasrat terhadap sesuatu atau jumlah barang

yang diminta (raghbah fil al-syai).6 Secara garis besar permintaan dalam pengertian
ekonomi islam sama dengan pengertian yang ada pada ekonomi konvensional. Hanya
saja ada prinsip-prinsip tertentu yang harus diperhatikan oleh individu khususnya
individu muslim dalam keinginannya pada kegiatan ekonomi.
Dalam proses permintaan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaanitu sendiri. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan yaitu:
1. Harga barang itu sendiri, maksudnya jika harga suatu barang semakin murah,
maka permintaan terhadap barang itu bertambah dan begitu pula sebaliknya.
2. Harga barang lain yang terkait, maksudnya keterkaitan dua macam barang
dapat bersifat substitusi (pengganti) dan bersifat komplementer (tambahan).
Misalnya, barang substitusi dari daging sapi adalah daging ayam, ikan, atau

tempe.7
3. Tingkatan pendapatan per kapita, maksudnya tingkatan pendapatan per
kapita disini dicermikan dengan daya beli. Makin tingginya tingkat
pendapatan daya beli makin kuat sehingga permintaan terhadap suatu barang
meningkat.

5
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, “Pengantar Imu Ekonomi (Mikroekonomi
& Makro ekonomi)” (Jakarta: Lembaga Penerbit Universitas Fakultas Ekonomi
Indonesia, 2008), halaman 24.
6
Karim A Adiwarman, Ekonomi Mikro Islam (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2007), halaman 31.

135
7 Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Edwin Nasution Mustofa, “Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam”
(Jakarta:PRENADAMEDIA GROUP, 2006), halaman 84.

136
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

4. Selera atau kebiasaan, maksudnya walaupun harga barang itu sama, tetapi
minat terhadap barang itu kurang. Contohnya dalam pasar ada penjual beras
merk 46, dan beras merk rojolele. Harga dari kedua beras itu sama akan tetapi
masyarakat lebih memimilih beras dengan merk 46 dari pada merk rojolele.
5. Jumlah penduduk, maksudya jumlah penduduk memiliki peranan penting
pada kegiatan permintaan, dikarenakan semakin banyak penduduk semakin

pula banyak permintaan.8


6. Perkiraan harga dimasa mendatang, maksudnya apabila kita memperkirakan
harga suatu barang itu akan naik, maka lebih baik membeli barang itu
sekarang, sehingga mendorong orang untuk membeli lebih banyak barang
lagi,guna menghemat di masa yang akan datang.
7. Distribusi pendapatan, maksudnya jika distribusi pendapatan buruk, berarti
daya beli akan melemah, sehingga permintaan terhadap barang juga akan
menurun.9
8. Usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan, maksudnya usaha-usaha
yang dilakukan agar permintaan pada suatu barang itu meningkat dengan
cara, promosi atau pengiklanan.

Permintaan sendiri memiliki macam-macam bentuk dalam kegiatan ekonomi,


dan dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok, antara lain permintaan berdasarkan
daya beli dan jumlah subyek pendukung.
1. Permintaan menurut daya beli
Menurut daya belinya permintaan dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a) Permintaan efektif adalah permintaan masyarakat terhadap suatu
barang atau jasa yang disertai dengan daya beli atau kemampuan
untuk membayar. Contohnya, orang membutuhkan pulsa untuk
handphonenya dan orang itu mampu membeli pulsa yang
dibutuhkannya.

8
Ibid, halaman 85

137
9 Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Sukirno Sadono, “Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga” (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2013), halaman 75

138
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

b) Permintaan potensial adalah permintaan masyarakat terhadap suatu


barang dan jasa yang sebenarnya memiliki kemampuan untuk
membeli, akan tetapi belum melakukan pembelian barang atau jasa
tersebut. Contohnya, Pak Kadir sebenarnya mempunyai uang yang
cukup untuk membeli mobil honda jazz, akan tetapi Pak Kadir tidak
mempunyai keinginan untuk membeli mobil honda jazz tersebut.
c) Permintaan absolut adalah permintaan konsumen terhadap suatu
barang atau jasa yang tidak disertai dengan daya beli. Maksudnya
konsumen tidak mempunyai kemampuan (uang) untuk membeli
barang yang diinginkan. Contohnya, Mas Boy ingin membeli motor
kawasaki ninja. Akan tetapi uang yang dimiliki Mas Boy kurang atau
tidak cukup untuk membeli motor tersebut. Oleh karena itu
keinginan Mas Boy untuk mmbeli motor kawasaki ninja tidak bisa
terpenuhi.
2. Permintaan menurut jumlah subyek pendukung.
Berdasarkan jumlah subyek pendukung, permintaan itu sendiri terdiri atas
permintaan:
a) Permintaan individu adalah permintaan yang dilakukan oleh seseorang untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.
b) Permintaan kolektif (permintaan pasar) adalah kumpulan dari permintaan-
permintaan perorangan/individu atau permintaan secara keseluruhan para

konsumen dipasar.10

Penawaran dalam dunia ilmu ekonomi sering disebut (supply) yang berarti
jumlah barang yang produsen ingin tawarkan (jual) pada berbagai tingkatan harga

selama satu periode tertentu.11 Atau dapat disimpulkan, penawaran adalah banyaknya
barang yang ditawarkan oleh penjual, pada suatu pasar tertentu, periode tertentu, serta
pada tingkatan harga tertentu. Jika dicermati sebenarnya pengertian permintaan dan
penawaran itu hanya berbeda pada satu kata. Jika permintaan menggunakan kata

10
http//belajar-ekonomi-weebly.com/macam-macam-permintaan.html/kamis 31-03-2016
21:00 WIB 11Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, “Pengantar Imu Ekonomi
139
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
(Mikroekonomi & Makro ekonomi)” (Jakarta: Lembaga Penerbit Universitas Fakultas
Ekonomi Indonesia, 2008), halaman: 32.

140
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

membeli, maka penawaran menggunakan kata menjual. Seperti juga dalam permintaan,
penawaran juga sama menganalisis serta mengasumsikan suatu periode waktu tertentu,
dan faktor-faktor penentu penawaran selain harga barang dianggap tidak berubah
(ceteris paribus).
Tidak berbeda dengan permintaan, dalam ekonomi islam penawaran memiliki
definisi bahwa jumlah barang atau jasa yang ditawarkan harus transparan dan
terperinci spesifikasinya, bagaimana keadaan barang tersebut, apa kelebihan dan
kekurangan dari barang tersebut, jangan sampai penawaran yang kita lakukan dapat
merugikan pihak lain dalam arti ini pihak yang mengajukan permintaan akan barang

dan jasa tersebut.12 Seperti halnya permintaan definisi penawaran dalam ilmu ekonomi
konvensional maupun ilmu ekonomi islam relatif sama. Hanya saja ada prinsip-prinsip
tertentu ada yang harus diperhatikan oleh individu khususnya individu muslim dalam
keinginannya dalam menjalankan kegiatan ekonomi. Dalam penawaran, ada pula
beberapa faktor yangmempengaruhi dalam hal menentukan penawaran diantaranya:
1) Biaya dan teknologi
Biaya dan teknologi adalah dua konsep yang sangat erat berkaitan satu
sama lain. Adapun yang dimaksud dengan biaya adalah sesuatu yang
dikeluarkan untuk memproduksi barang dan jasa, yang mencakup biaya
ketenaga kerjaan, biaya bahan baku, biaya sewa mesin, biaya administrasi,
serta biaya bunga atas pinjaman modal. Sedangkan teknologi adalah
penemuan dan peningkatan yang diterapkan untuk menurunkan biaya
produksi. Contohnya: otomatisasi produksi, atau penggunaan robot. Jika
diterapkan akan mengakibatkan biaya produksi akan menjadi lebih rendah,
sehingga dengan penerapan tersebut akan meningkatkan suatu penawaran.
2) Jumlah Penjual
Jumlah penjual sudah sangat jelas memiliki dampak bagi penawaran.
Dikarenakan makin banyak jumlah penjual yang mampu menjual pada
tigkat harga tertentu, maka akan berimbas pada tingginya penawaran itu
sendiri. Contohnya: dalam suatu pasar tradisional terdapat si A penjual
ikan asin

141
12 Vol. 2, No. 2, Juli 2017
http://azharnasri.blogspot.co.id/2014/11/permintaan-penawaran-dalam-
islam.html?m=1/minggu 27-03- 2016 19:00 WIB

142
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

dengan harga 10.000 rupiah, sedangkan si penjual B ikan asin menjual


dagangannya dengan harga 8.000 rupiah. Maka dari sini para pembeli
dapat menentukan penawaran harga dengan cara membandingkan harga
dengan penjual lain.
3) Dugaan tentang masa depan
Faktor ini mencakup dugaan mengenai perubahan harga barang dari
barang tersebut di kemudian hari. Contohnya: jika seorang penjual baju
menduga bahwa harga baju akan meningkat dimasa depan, maka sipenjual
tersebut akan mengurangi penawaran harga baju pada saat ini yang akan
mengakibatkan penawaran akan berkurang.
4) Kodisi alam
Kondisi alam sangat mempengaruhi proses penawaran, dikarenakan apabila
kondisi alam tidak menentu seperti halnya terjadi banjir, tanah longsor,
gunung meletus, bisa mempengaruhi penawaran terhadap barang-barang
berkuranContohnya: hasil pertanian, apabila didaerah trawas yang
notabennya tempat penghasil pertanian, pada saat kondisi alam bersahabat
penawaran akan hasil tani dari trawas akan meningkat, begitu sebaliknya,
apabila kondisi alam di trawas tidak bersahabat maka penawaran hasil tani

akan berkurang.13

HUKUM PERMINTAAN
Para ahli ekonomi berupaya untuk menganalisis sistem harga, dalam hal ini
membutuhkan pendekatan terhadap masalah yang terdapat dalam unsur pembentukan
harga. Para ahli ekonomi membatasi unsur-unsur yang dapat mempengaruhi
mekanisme dalam pembentukan harga dengan menggunaakan dua faktor saja yaitu
permintaan dan penawaran. Permintaan, itu sendiri memiliki hukum dalam ilmu
ekonomi. Banyak penjabaran atau pengertian Hukum permintaan. Menurut Mustofa E.
Nasution dalam bukunya berbunyi: “kuantitas barang atau jasa yang orang bersedia
untuk membelinya

143
13 Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Edwin Nasution Mustofa, “Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam”
(Jakarta:PRENADAMEDIA GROUP, 2006), halaman 92-93.

144
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

pada berbagai tingkat harga dalam suatu periode tertentu”.14 Atau dapat disimpulkan
dari bunyi hukum permintaan diatas “suatu barang apabila harganya makin rendah,
maka permintaan terhadap barang tersebut akan meningkat, sebaliknya apabila harga
suatu barang makin tinggi maka permintaan terhadap barang tersebut akan menurun.
Jadi konsep permintaan terhadap barang dan jasa hanya memperhatikan konsumen
yang preferensi dan daya beli sekaligus. Dalam merumuskan hukum permintaan
tersebut, diasumsikan atau dijelaskan bahwa permintaan terhadap barang dan jasa
yang dibutuhkan harus terpenuhi atau dengan kata lain ada faktor-faktor selain harga
yang dianggap tetap. Asumsi ini sering dikenal dengan istilah ceteris paribus.Untuk
lebih jelasnya tentang hukum permintaan perhatikan tabel permintaan berikut:

Berdasarkan tabel di atas dapat dibuat kurva permintaan seperti gambar dibawah ini.

145
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

14
Ibid, halaman 80

146
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

Bentuk kurva permintaan di atas memiliki kemiringan (slope) negatif atau


bergerak dari kiri atas ke kanan bawah. Artinya apabila harga telur turun, jumlah
barangyang diminta bertambah atau sebaliknya (ceteris paribus).
Bahwa ketika menganalisis permintaan, terdapat dua istilah yang berbeda, yaitu
permintaan dan jumlah barang yang diminta. Menurut para ahli ekonomi, permintaan
adalah keseluruhan dari kurva permintaan atau keseluruhan dari titik yang ada pada
kurva (A + B + C + D + E + F + G). Dengan demikian permintaan menggambarkan
keadaan keseluruhan daripada hubungan antara harga dan jumlah permintaan.
Adapun jumlah barang yang bersedia diminta adalah banyaknya permintaan pada
suatu tingkat harga tertentu. Misalnya titik A, menggambarkan bahwa pada harga Rp
15.500,00 jumlah yang diminta adalah 140 kg. Dengan demikian, setiap titik yang ada
pada kurva menggambarkan jumlah barang yang diminta.

TEORI PERMINTAAN DALAM ISLAM


Menurut kajian ekonomi, tidak bisa terlepas dengan teori. Disebakan teori ini
sendiri dalam kajian ilmu ekonomi ada 2 macam teori, yaitu: teori permintaan dengan
teori penawaran. Teori permintaan menerangkan tentang ciri-ciri hubungan antara
jumlah permintaan dan harga sedangkan teori penawaran menerangkan hubungan
antara jumlah penawaran dengan harga. Menurut teori ekonomi konvensional “Teori
Ekonomi “adalah “perbadingan lurus antara permintaan terhadap harganya yaitu
apabila permintaan naik, maka harga relatif akan naik, begitu sebaliknya apabila
permintaan turun, maka harga relatif akan turun”
Ekonomi islam, juga memiliki teori permintaan. Dalam ekonomi islam, setiap
keputusan ekonomi seorang manusia tidak akan terlepas dari nilai-nilai moral dan
agama, karena setiap kegiatan senantiasa dihubungkan dengan syariat. Menurut Ibnu
Taimiyyah, permintaan terhadap suatu barang adalah hasrat terhadap sesuatu, yang
digambarkan dengan istilah raghbah fil sya’i yang dapat diartikan jumlah barang yang

diinginkan.15 Al-qur’an menyebut ekonomi dengan istilah iqtishad (penghematan,

ekonomi), yang secara literal berarti “pertengahan atau moderat”16. Dari hal itu
seorang

147
15 Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Edwin Nasution Mustofa, “Pengenalan Eksklusi ekonomi islam” (Jakarta: kencana,
2007), halaman 85
16
Ibid, halaman 85

148
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

muslim dalam ekonomi islam memiliki asumsi dalam melakukan kegiatan


perekonomian. Adapun asumsi tersebut diantaranya:
1. Tidak boleh melakukan pemborosan atau berlebih-lebihan.
Dalam surat al-israa dijelaskan (lihat surat al-israa ayat 26-27).
Seorang muslim diminta untuk mengabil sebuah sikap moderat dalam
memperoleh dan menggunakan sumber daya. Atau dalam arti lain tidak
boleh israf (royal, berlebih-lebihan), akan tetapi juga tidak boleh pelit
(bukhl).
2. Jangan konsumsi barang yang haram (mengkonsumsilah barang yang
halal dan thayyib).
Konsumsi seorang muslim dibatasi kepada barang-barang yang halal
danthayyyib (QS. Al-baqarah ayat 75). Sebenarnya tidak ada permintaan
terhadap barang itu haram. Akan tetapi dalam ekonomi islam, barang
yang sudah dinyatakan haram untuk dikonsumsi otomatis tidak memiliki
nilai ekonomi, dari itu tidak boleh diperjualbelikan.17

HUKUM PENAWARAN
Penawaran dalam ekonomi, ada istilah pokok dalam penawaran itu sendiri.
Istilah dalam penawaran itu ialah hukum penawaran. Hukum penawaran menurut
Mustofa E. Nasution didefinisikan sebagai: “kuantitas barang atau jasa yang orang

bersedia untuk menjualnya pada tingkat harga dalam suatu periode waktu tertentu”.18
Atau dapat diartikan luas hukum permintaan adalah semakin tinggi harga suatu
barang, semakin besar pula jumlah penawaran barang tersebut, sebaliknya semakin
rendah harga suatu barang maka semakin rendah pula jumlah barang tersebut. Pada
dasarnya hukum penawaran dan hukum permintaan itu hanya terdapat satu kata
perbedaan dalam definisinya atau bunyinya. Jika hukum permintaan menggunakan kata
membeli, hukum penawaran menggunakan kata menjual. Seperti halnya dalam
permintaan, penawaran juga mengasumsikan suatu periode waktu tertentu, dan faktor-
faktor penentu penawaran selain harga barang tersebut dianggap tidak berubah atau
konstan (ceteris paribus).

149
17 Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Edwin Nasution Mustofa, “Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam”
(Jakarta:PRENADAMEDIA GROUP, 2006), halaman 88-89
18
Ibid, halaman 89

150
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

Dalam hukum penawaran hubungan antara jumlah barang yang ditawarkan


dengan harga barang adalah hubungan searah. Maksudnya disini jika harga barang
tinggi, maka akan lebih banyak orang yang melihat potensi mendapatkan keuntungan
dengan menjual barang yang diproduksinya, sehingga akan berakibat pada jumlah
penawaran barang tersebut menjadi tinggi atau naik.
Contoh tabel penawaran harga telur

Tabel di atas menunjukkan berbagai jumlah telur yang ingin dijual oleh Pak
Mulyanto pada berbagai tingkat harga tertentu pada saat tertentu. Pak Mulyanto
sebagai penjual tentunya ingin mendapat keuntungan yang besar. Pak Mulyanto
menjual telurnya dengan harga Rp 15.500,00, telur yang ingin ditawarkan jumlahnya
sebanyak 50 kg. ketika naik harganya menjadi Rp 15.750,00, telur yang ditawarkan
jumlahnya menjadi 60 kg. Di saat harga telur setiap satu kilogramnya Rp 17.000,00,
maka telur yang dijual jumlahnya semakin bertambah, yaitu sebanyak 110 kg.
Penjualan telur Pak Mulyanto itulah merupakan contoh penawaran. Penawaran adalah
keseluruhan jumlah barang yang bersedia ditawarkan pada berbagai tingkat harga
tertentu dan waktu tertentu.Jika harga naik, jumlah barang yang ditawarkan
bertambah. Begitu juga ketika harga turun, maka jumlah barang yang ditawarkan juga
turun atau semakin sedikit. Bukan harga saja yang menentukan faktor penawaran.
Masih banyak sekali faktor lain yang mempengaruhi penawaran penjual. Namun ketika
merumuskan penawaran, cukup dengan menghubungkan harga dan jumlah barang dan
jasa yang ditawarkan. Faktor- faktor selain harga dianggap tidak berubah (ceteris
paribus).

(Gambar kurva penawaran)

151
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

Kurva bergerak dari kiri bawah ke kanan atas. Dengan demikian maka kurva
penawaran mempunyai slope positif. Artinya jumlah barang yang ditawarkan
berbanding lurus dengan harga suatu barang. Semakin tinggi harga, semakin banyak
jumlah barang yang ditawarkan.

TEORI PENAWARAN ISLAM


Dalam kajian ekonomi penawaran juga memiliki teori. Teori penawaran yang
umum dalam ekonomi konvensional ada dua bentuk teori diantaranya:
1. Teori penawaran produsen tunggal.
Yaitu, apabila faktor yang kita anggap konstan dalam memperoleh
jadwal penawaran dan kurva penawaran yang termasuk syarat dari
ceteris paribus berubah, maka seluruh kurva penawaran akan bergeser.
Hal ini disebut sebagai perubahan atau pergeseran penawaran yang
harus dibedakan dari perubahan jumlah yang ditawarkan.
2. Teori penawaran pasar.
Yaitu, faktor dari suatu komoditi memberikan jumlah alternatif dari
penawaran komoditi dalam periode waktu tertentu pada berbagai harga

alternatif oleh semua produsen yang ada dalam pasar.19


Sedangkan dalam ekonomi islam, teori penawaran islam pada dasarnya segala
sesuatu bentuk kegiatan ekonomi harus kembali kepada sejarah penciptaan manusia.
Hal

152
19 Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Dominick Salvatore, “Teori Mikro Ekonomi” (Jakarta: Erlangga, 1990). Halaman 19-
20

153
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

ini telah dijelaskan dalam al-qur’an surat Ibrahim ayat 32-34. Dalam memanfaatkan
alam yang telah disediakan Allah untuk keperluan manusia, terdapat larangan yang
harus dipatuhi oleh umatnya yang berbunyi “janganlah kamu membuat kerusakan

dimuka bumi”.20
Meskipun pada dasarnya pengertian kerusakan ini sangat luas, berhubung ada
kaitannya dengan produksi dalam berekonomi, maka larangan akan kerusakan itu
digunakan untuk memberikan arahan terhadap nilai dan panduan moral terhadap
manusia itu sendiri. Sebagai contoh dari maksud kerusakan itu ialah:
1. Larangan produksi yang dapat mengakibatkan kerusakan alam dan
lingkungan.
2. Larangan produksi yang dapat membuat rusaknya kesehatan, rusaknya
moral dan kepribadian.

Dari larangan dalam hal etika dan moral tadi, tentu saja berpengaruh terhadap
fungsi penawaran barang dan jasa itu sendiri.

PENGARUH ZAKAT TERHADAP PENAWARAN


Zakat adalah salah satu rukun islam ke 3 yang ada pada ajaran agama islam.
Zakat sendiri mempunyai definisi menurut istilah adalah harta tertentu yang wajib
dikeluarkandan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya. Pengaruh zakat
dalam penawaran dapat dilihat dari dua sisi pengamatan diantaranya:
1. Melihat pengaruh terhadap kewajiban membayar zakat terhadap perilaku
penawaran. Contohnya zakat perniagaan.
2. Pengaruh zakat produktif, yakni alokasi zakat untuk kegiatan produktif

dari segi mustahiknya terhadap kurva penawaran.21

Zakat perniagaan baru dikenakan apabila hasil produksi dijual dan hasi
penjualan telah memenuhi nisab (batas minimal harta yang menjadi objek zakat yaitu
setara dengan 96 gram emas), dan haul (batas minimal waktu harga yang dimiliki yaitu
satu tahun). Apabila nisab dan haul telah terpenuhi, maka wajiblah dikeluarkan
zakatnya

20
Edwin Nasution Mustofa, “Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam”
(Jakarta:PRENADAMEDIA GROUP, 2006), halaman 94
154
21 Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Ibid, halaman 95

155
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

sebesar 2,5%. Dengan adanya zakat perniagaan itu sendiri dapat membuat perilaku
untuk memaksimalkan zakat. Artinya, jika seorang produsen memaksimalkan
keuntungannya, pada saat yang bersamaan ia akan memaksimalkan besarnya zakat
yangdibayarkan.
Dengan demikian mustahik produsen yang mempunyai kewajiban zakat
perniagaan dapat menawarkan barang dan jasanya dengan biaya yang lebih kompetitif,
akibatnya akan meningkatkan penawaran. Pada kurva penawaran yang ada, maka
kurva akan bergeser kebawah yang dikarenakan adanya dukungan dana zakat produktif

tersebut.22
1. Pembentukan harga keseimbangan dalam islam
Dalam kegiatan ekonomi juga ada istilah keseimbangan atau ekuilibrium.
Keseimbangan atau ekuilibrium adalah kondisi dimana jumlah permintaan sama
dengan jumlah penawaran. Jumlah barang pada keadaan ini disebut kuantitas
keseimbangan. Sedangkan tingkat harga yang membentuk keadaan keseimbangan
disebut harga keseimbangan.
Secara grafis, harga dan kuantitas keseimbangan dicerminkan dengan
pertemuan antara kurva permintaan dan kurva penawaran. Seperti yang gambar
berikut:

156
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

22
Ibid, halaman 96

157
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

Jika diketahui fungsi permintaan dinyatakan dengan persamaan


Qd = 700 + 100 P
Sedangkan fungsi penawaran adalah:
Qs = -100 + 100 P
Maka keseimbangan kondisi akan tercapai apabila jumlah permintaan sama dengan
jumlah penawaran.
Secara matematis berarti Qd = Qs
700 – 100 P = -100 + 100 P
Jika persamaan itu kita selesaikan, maka akan didapat:
P = P* = 4
Qd = Qs = Q* = 300
Keadaan keseimbangan akan tercapai pada harga 4 dan jumlah permintaan yang

samadengan jumlah penawaran = 300 unit per periode tertentu.23


Sesuai dengan nilai-nilai penawaran Islam, dapat disimpulkan
apabilaperusahaan dalam memproduksi barang yang dihasilkannya
menimbulkan polusi (efek

158
23 Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Ibid

159
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

samping), dan apabila perusahaan itu memasukan biaya polusi kedalam struktur biaya,
maka yang terjadi akan terjadi perubahan pada fungsi penawaran menjadi:
Qs = -300 + 100 P
Maka keseimbangan baru terbentuk adalah:
Qd = Qs
700 – 100 P = -300 +100 P
Jika diselesaikan, persamaan diatas akan memberikan hasil P = 5 dan Qd = Qs =

200.24 Bahwa keseimbangan permintaan dan penawaran


menghasilkan harga
keseimbangan yang lebih tinggi dan kuantitas keseimbangan yang lebih rendah.
Dengan memasukan biaya polusi akan berdampak terhadap jumlah barang yang
dipertukarkan di pasar menjadi lebih rendah. Artinya perusahaan memproduksi lebih
sedikit barang, dan dengan demikian lebih sedikit pula polusi yangakan dihasilkan dari
perusahaan tersebut.

KESIMPULAN
Dalam kegiatan ekonomi konvensional maupun ekonomi islam, permintaan dan
penawaran adalah dua konsep yang mendasari kegiatan perekonomian secara luas
permintaan dan penawaran sendiri merupakan dua kata yang sering digunakan oleh
para pelaku ekonomi. Keduanya dijadikan sebagai kekuatan-kekuatan yang membuat
proses kegiatan ekonomi dapat bekerja. Selain itu permintaan dan penawaran juga
memiliki hukum-hukum yang dimana hukum dari permintaan dan penawaran ini
berlaku apabila dalm suatu periode tertentu dan faktor-faktor yang menjadi penentu
permintaan dan penawaran selain harga barang dianggap tidak berubah atau konstan
(ceteris paribus). Dua konsep ini juga memiliki teori-teori dalam proses kegiatannya.
Dalam konsep ekonomi Islam terdapat batasan-batasan individu untuk
berperilaku dalam kegiatan ekonomi yang sesuai aturan dan syariah. Hal ini yang
menyebabkan permintaan dan penawaran dalam pandangan Islam juga berbeda
dengan konvensional. Secara Ekonomi islam nilai moral islami merupakan prinsip
dasar dalam melakukan kegiatan ekonomi, sehingga teori dalam permintaan dan
penawaran islam juga menjadi berbeda dengan teori yang terdapat pada ekonomi
konvensional

160
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

24
Ibid, halaman 98

161
Ekonomi Islam juga memasukakan kegiatan zakat yang merupakan
rukun Islam. Zakat mempengaruhi dalam proses penawaran dalam kegiatan
ekonomi. Tidak hanya itu saja,dalam proses penetapan harga dalam ekonomi
Islam juga harus ada kesimbangan atau equilibrium dalam pembentukan
harga.
Penelitian ini memberikan kontribusi saran diantaranya: Bagi kita
masyarakat disarankan untuk melakukan kegiatan perekonomi/perdagangan
(permintaan dan penawaran) sesuai dengan konsep ekonomi Islam. Dimana
dalam Ekonomi Islam juga dimasukkan unsur zakat yang dapat mempengaruhi
proses penawaran

DAFTAR PUSATAKA

Adiwarman, A Karim.Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.


2007 Mustofa, Edwin Nasution.Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta:
Pradana Media

Group.2006
Mustofa, Edwin Nasution. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta:
Kencana.2007Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. Pengantar Imu
Ekonomi (Mikroekonomi& Makro ekonomi). Jakarta: Lembaga Penerbit
Universitas Fakultas Ekonomi

Indonesia. 2008
Sadono, Sukirno. Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.2013

Salvatore, Dominick. Teori Mikro Ekonomi. Jakarta: Kencana. 1990

Macam-macam-permintaan.Dipetik 31- 03-2016, dari google website:


http://belajar-ekonomi-weebly.com.2014
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

TEORI PRODUKSI DALAM ISLAM

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7

Nama/Nim : Ulil Azmi (4022019060)

: M Irvan (4022019022)

Prodi : Hukum Ekonomi Syariah

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Unit/Semester : 1/4

Mata Kuliah : Ekonomi Mikro Islam

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Alfian. ME

163
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA

TAHUN AJARAN 2020/2021

164
KATA PENGANTAR Vol. 2, No. 2, Juli 2017

Assalamu,alaikum Wr.Wb

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan taufik beserta hidayahnya kepada
kita semua sehingga kita bias menjalankan hari-hari sesuai dengan ridho-Nya. Syukur
Alhamdulillah saya Bisa menyelesaikan makalah ini sesuai dengan rencana. Shalawat
serta salam marilah sama-sama kita hadiahkan kepada Baginda nabi Besar Muhammad
Shallahu’alaihi wassalam Karena beliau salah satu figur umat yang mampu memberi
syafaat kepada kita diakhirat kelak. Selanjutnya saya banyak mengucapkan kepada dosen
pembimbing beserta sahabat dan sahabati juga kepada pihak pendukung. Saya mohon
maaf sebesar-besarnya apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak sekali
kesalahan didalamnya. Saya harapkan kritik dan saran yang membangun demi tercapai
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat untuk penulis khususnya para
pembaca. Amiin ya rabbal’alamin.

Langsa, 14 Juni 2021

Penulis

165
DAFTAR ISI Vol. 2, No. 2, Juli 2017

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

4. Latar belakang masalah .............................................................................. 1


5. Rumusan masalah ........................................................................................ 5
6. Tujuan penulisan ......................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 6

4. Pengertian produksi..................................................................................... 6
5. Tujuan produksi........................................................................................... 7
6. motif produksi dalam islam ........................................................................ 8
7. faktor-faktor produksi................................................................................. 9
8. nilai-nilai produksi dalam islam ................................................................. 11

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 13

4. kesimpulan .................................................................................................... 13
5. saran .............................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 14

166
BAB I Vol. 2, No. 2, Juli 2017

PENDAHULUAN

D. Latar belakang masalah


Dalam literatur konvensional, teori produksi ditunjukan untuk
memberikan pemahaman tentang perilaku perusahaan dalam membeli dan
menggunakan masukan (input) untuk produksi dan menjual keluaran atau produk.
Dalam teori produksi memberikan penjelasan tentang perilaku produsen dalam
memaksimalkan keuntungan maupun mengoptimalkan efisiensi produksinya.
Memaksimalkan keuntungan atau efisiensi produksi tidak akan terlepas dari dua
hal: struktur biaya produksi dan revenue yang didapat.
Ekonom islam yang cukup Concern dengan teori produksi adalah Imam
Al-Ghazali. Beliau telah menguraikan factor-faktor produksi dan fungsi produksi
dalam kehidupan manusia, dalam uraiannya, beliau sering menggunakan kata
kasab dan islah. Yang berarti usaha fisik yang dikerahkan manusia dan yang
kedua adalah upaya manusia untuk mengelola dan mengubah sumber-sumber
daya yang tersedia agar mempunyai manfaat yang lebih tinggi. Al-Ghazali
memberikan perhatian yang cukup besar ketika menggambarkan bermacam ragam
aktivitas produksi dalam masyarakat, termasuk hierarki dan hakikatnya, ia
mengklasifikasikan aktivitas produksi menurut kepentingan sosialnya dan
menitikberatkan perlunya kerjasama dan koordinasi, fokus utamanya adalah
tentang jenis aktifitas yang sesuai dengan dasar-dasar etos kerja islam.
Prinsip dasar ekonomi Islam adalah keyakinan kepada Allah SWT
sebagai Rabb dari alam semesta. Ikrar akan keyakinan ini menjadi pembuka kitab
suci umat Islam, dalam ayat:
Dan dia Telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di
bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum
yang berfikir.” (al-Jaatsiyah: 13)
Allah telah menetapkan bahwa manusia berperan sebagai khalifah, bumi
adalah lapangan dan medan, sedang manusia adalah pengelola segala apa yang
terhampar di muka bumi untuk di maksimalkan fungsi dan kegunaannya.
Tanggung jawab manusia sebagai khalifah adalah pengelola resources yang telah
disediakan oleh Allah secara efisien dan optimal agar kesejahteraan dan keadilan
ditegakkan.
Islam juga mengajarkan bahwa sebaik-baiknya orang adalah orang yang
banyak manfaatnya bagi orang lain atau masyarakat. Fungsi beribadah dalam arti
luas ini tidak mungkin dilakukan bila seseorang tidak bekerja atau berusaha.
Dengan demikian, bekerja dan berusaha itu menempati posisi dan peranan yang
sangat penting dalam Islam.
Bagi Islam, memproduksi sesuatu bukanlah sekedar untuk mengkonsumsi
sendiri atau dijual ke pasar. Dua motivasi itu belum cukup, karena masih terbatas
pada fungsi ekonomi. Islam secara khas menekankan bahwa setiap kegiatan

167
produksi harus pula mewujudkan fungsi sosial. Ini tercermin Vol. 2, No.
dalam QS.2,Al-hadiid
Juli 2017
(57) ayat 7:
“Berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan nafkahkanlah
sebagian dari hartamu yang Allah Telah menjadikan kamu menguasainya. Maka
orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari
hartanya memperoleh pahala yang besar.” QS: Al-hadiid (57) : 7.
Sebagai modal dasar berproduksi, Allah telah menyediakan bumi beserta
isinya bagi manusia, untuk diolah bagi kemaslahatan bersama seluruh umat. Hal
itu terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 22:
“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit
sebagai atap, dan dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dia menghasilkan
dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; Karena itu
janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu
Mengetahui”. QS: Al-Baqarah : 22.
Adapun kaidah-kaidah dalam berproduksi dalam Islam antara lain adalah:
G. Memproduksi barang dan jasa yang halal pada setiap tahapan produksi.
H. Mencegah kerusakan dimuka bumi, termasuk membatasi polusi, memelihara
keserasian, dan ketersediaan sumber daya alam.
I. Produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat
serta mencapai kemakmuran. Kebutuhan yang harus dipenuhi harus dalam
prioritas yang ditetapkan agama, yakni terkait dengan kebutuhan untuk
tegaknya akidah/agama, terpeliharanya nyawa, akal dan
keturunan/kehormatan, serta untuk kemakmuran material.
J. Produkksi dalam Islam tidak dapat dipisahkan dari tujuan kemandirian umat.
Untuk itu hendaknya umat memiliki berbagai keahlian, kemampuan dan
prasarana yang memungkinkan terpenuhinya kebutuhan sprituak dan material.
K. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik kualitas spiritual maupun
mental dan fisik.[4]
E. Rumusan masalah
1. Apa pengertian produksi?
2. Apa tujuan produksi menurut islam?
3. Bagaimana motif produksi dalam islam?
4. Apa saja faktor-faktor produksi?
5. Bagaiamana nilai-nilai produksi Dalam islam?
F. Tujuan penulisan
Makalah ini dibuat guna mengetahui pengertian produksi, tujuan produksi
dalam islam, motif produksi dalam islam serta nilai-nilai produksi dalam islam.

168
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

169
BAB II Vol. 2, No. 2, Juli 2017

PEMBAHASAN

5. Pengertian produksi
Produksi adalah menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. Kegunaan
suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari
bentuk semula.14 Dalam pengertian lain, produksi adalah sebuah proses yang
terlahir di muka buni ini semenjak manusia menghuni planet ini. Produksi sangat
prinsip bagi kelangsungan hidup dan juga peradaban manusia dan bumi.15 Ada
juga yang berpendapat bahwa produksi adalah kegiatan manusia untuk
menghasilkan barang dan jasa yang kemudian dimanfaatkan oleh konsumen.
Fungsi produksi adalah hubungan antara jumlah input yang diperlukan dan
jumlah output yang dapat dihasilkan. Fungsi produksi menentukan berapa besar
output, dengan kandungan berkah tertentu, bisa diproduksi dengan input-input
yang disuplai ke dalam proses produksi dan dengan jumlah modal/kapital yang
tertentu.
Produksi yang Islami menurut siddiqi (1992) adalah penyediaan barang
dan jasa dengan memperhatikan nilai-nilai keadilan dan kebijakan atau manfaat
(mashlahah) bagi masyarakat. Dalam pandangannya, sepanjang produsen telah
bertindak adil dan membawa kebijakan bagi masyarakat maka ia telah bertindak
Islami.
Dr. Muhammad Rawwas Qalahji memberikan padanan kata “produksi”
dalam bahasa Arab dengan kata al-intaj yang secara harfiyah dimaknai dengan
ijadu sil’atin (mewujudkan atau mengadakan sesuatu) atau khidmatu
mu’ayyanatin bi istikhdami muzayyajin min ‘anashir alintaj dhamina itharu
zamanin muhaddadin (pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut adanya bantuan
pengabungan unsur-unsur produksi yang terbingkai dalam waktu yang terbatas).
Produksi menurut Kahf mendefinisikan kegiatan produksi dalam
perspektif islam sebagai usaha manusia untuk memperbaiki tidak hanya kondisi
fisik materialnya, tetapi juga moralitas, sebagai sarana untuk mencapai tujuan
hidup sebagaimana digariskan dalam agama islam, yaitu kebahagiaan dunia dan
akhirat.
Dari dua pengertian diatas produksi dimaksudkan untuk mewujudkan
suatu barang dan jasa yang digunakan tidak hanya untuk kebutuhan fisik tetapi
juga untuk memenuhi kebutuhan non fisik, dalam artian yang lain produksi
dimaksudkan untuk menciptakan mashlahah bukan hanya menciptakan materi.
Produksi adalah menciptakan manfaat dan bukan menciptakan materi.
Maksudnya adalah bahwa manusia mengolah materi itu untuk mencukupi
berbagai kebutuhannya, sehingga materi itu mempunyai kemanfaatan. Apa yang
bisa dilakukan manusia dalam “memproduksi” tidak sampai pada merubah
substansi benda. Yang dapat dilakukan manusia berkisar pada misalnya

14
Muhammad, Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam, Yogyakarta 2004 hlm. 255
15
Adiwarman A Karim, Ekonomi Islam, Gafindo Persada: Jakarta 2008 Hlm.208
170
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
mengambilnya dari tempat yang asli dan mengeluarkan atau mengeksploitasi
(ekstraktif).
Memindahkannya dari tempat yang tidak membutuhkan ke tempat yang
membutuhkannya, atau menjaganya dengan cara menyimpan agar bisa
dimanfaatkan di masa yang akan datang atau mengolahnya dengan memasukkan
bahan-bahan tertentu, menutupi kebutuhan tertentu, atau mengubahnya dari satu
bentuk menjadi bentuk yang lainnya dengan melakukan sterilisasi, pemintalan,
pengukiran, atau penggilingan, dan sebagainya. Atau mencampurnya dengan cara
tertentu agar menjadi sesuatu yang baru.
6. Tujuan produksi
Sebagaimana telah dikemukakan, kegiatan produksi merupakan respon
terhadap kegiatan konsumsi, atau sebaliknya. Produksi adalah kegiatan
menciptakan suatu barang atau jasa, sementara konsumsi adalah pemakaian atau
pemanfaatan hasil dari produksi tersebut. Kegiatan produksi dan konsumsi
merupakan sebuah mata rantai yang saling berkait satu dengan yang lainnya. Oleh
karena itu, kegiatan produksi harus sepenuhnya sejalan dengan kegiatan
konsumsi. Apabila keduanya tidak sejalan, maka tentu saja kegiatan ekonomi
tidak berhasil mencapai tujuan yang diinginkan.
Tujuan seorang konsumen dalam mengkonsumsi barang dan jasa dalam
persfektif ekonomi Islam adalah mencari mashlahah maksimum dan produsen
pun juga harus demikian. Dengan kata lain, tujuan kegiatan produksi adalah
menyediakan barang dan jasa yang memberikan mashlahah bagi konsumen.
Secara lebih spesifik, tujuan kegiatan produksi adalah meningkatkan
kemashlahatan yang bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk di antaranya:
1. Pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkat moderat
2. Memnemukan kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya.
3. Menyiapkan persediaan barang dan jasa di masa depan.
4. Pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah SWT.
Dalam konsep ekonomi konvensional (kapitalis) produksi dimaksudkan
untuk memperoleh laba sebesar besarnya, berbeda dengan tujuan produksi dalam
ekonomi konvensional, tujuan produksi dalam islam yaitu memberikan
Mashlahah yang maksimum bagi konsumen.
Walaupun dalam ekonomi islam tujuan utamannya adalah memaksimalkan
mashlahah, memperoleh laba tidaklah dilarang selama berada dalam bingkai
tujuan dan hukum islam. Dalam konsep mashlahah dirumuskan dengan
keuntungan ditambah dengan berkah.
Keuntungan bagi seorang produsen biasannya adalah laba (profit), yang
diperoleh setelah dikurangi oleh faktor-faktor produksi. Sedangkan berkah
berwujud segala hal yang memberikan kebaikan dan manfaat bagi rodusen sendiri
dan manusia secara keseluruhan.
Keberkahan ini dapat dicapai jika produsen menerapkan prinsip dan nilai
islam dalam kegiatan produksinnya. Dalam upaya mencari berkah dalam jangka
pendek akan menurunkan keuntungan (karena adannya biaya berkah), tetapi

171
dalam jangka panjang kemungkinan justru akan meningkatkan Vol. 2, No. 2, Juli 2017
keuntungan,
kerena meningkatnya permintaan.
Berkah merupakan komponen penting dalam mashlahah. Oleh karena itu,
bagaimanapun dan seperti apapun pengklasifikasiannya, berkah harus dimasukkan
dalam input produksi, sebab berkah mempunyai andil (share) nyata dalam
membentuk output.
Berkah yang dimasukkan dalam input produksi meliputi bahan baku yang
dipergunakan untuk proses produksi harus memiliki kebaikan dan manfaat baik
dimasa sekarang maupun dimasa mendatang. Penggunaan bahan baku yang ilegal
(tanpa izin) baik itu dari hasil illegal logging, maupun penggunaan bahan baku
yang tanpa batas dalam penggunaannya dalam jangka waktu pendek mungkin
akan memiliki nilai manfaat yang baik(pendistribusian baik), tetapi dalam jangka
waktu panjang akan menimbulkan masalah. Sebagai contoh penggunaan bahan
baku dari ilegal logging dalam jangka panjang akan menimbulkan berbagai
bencana, dan akan memberikan nilai mudharat kepada para penerus/generasi
selanjutnya.

7. Motif produksi dalam islam


Kegiatan produksi dalam ilmu ekonomi diartikan sebagai kegiatan yang
menciptakan manfaat (utility) baik dimasa kini maupun dimasa mendatang
(M.Frank, 2003). Dengan pengertian yang lusa tersebut, kita memahami kegitan
produksi tidak terlepas dari keseharian manusia.
Motif maksimalisasi kepuasan dan maksimalisasi keuntngan yang menjadi
pendorong utama sekaligus tujuan dari keputusan ekonomi dalam pandangan
ekonomi konvensional bukannya salah ataupun di larang dalam Islam. Islam ingin
mendudukkannya pada posisi yang benar, yakni semua itu dalam rangka
maksimalisasi kepuasan dan keuntungan di akhirat. Perlu diingat sejarah
pemikiran ekonomi dan ilmu pengetahuan pada umumnya yang bangkit sejak
jaman Renaisans, suatu jaman dimana terjadi perubahan ukuran kebenaran dari
yang semula bersandar kepada wahyu dan dogma gereja menjadi bersandar kepda
logika, bukti-bukti empiris, positivisme. Perubahan ukuran kebenaran tersebut
membuat ilmu pengetahuan maju pesat, akan tetapi ia menjadi sangat sekuler.
Isu penting yang kemudian berkembang menyertai motivasi produksi ini
adalah masalah etika dan tanggung jawab sosial produsen. Keuntungan maksimal
telah menjadi sebuah insentif yang teramat kuat bagi produsen untuk
melaksanakan produksi. Akibatnya, motivasi untuk mencari keuntungan
maksimal sering kali menyebabkan produsen mengabaikan etika dan tanggung
jawab sosialnya. Segala hal perlu dilakukan untuk mencapai keuntungan yang
setinggi-tingginya.
Dalam pandangan ekonomi Islam, motivasi produsen semestinya sejalan
dengan tujuan produksi dan tujuan kehidupan produsen itu sendiri. Jika tujuan
produksi adalah menyediakan kebutuhan material dan spritual untuk
mencptakan mashlahah, maka motivasi produsen tentu juga

172
Vol.
mencari mashlahah, dimana hal ini juga sejalan dengan tujuan 2, No. 2, Juli
kehidupan 2017
seorang
muslim. Mencari keuntungan dalam produksi dan kegiatan bisnis memang tidak
dilarang, sepanjang dalam bingkai tujuan dan hukum Islam.
8. Faktor-faktor produksi
Perbedaan ekonomi islam dengan ekonomi konvesional terletak pada
filosofi ekonomi, bukan pada ilmu ekonominya. Filosofi ekonomi memberikan
pemikiran dengan nilai-nilai islam dan batasan-batasan syariah, sedangkan ilmu
ekonomi berisi alat-alat analisis ekonomi yang dapat digunakan.
Dengan kata lain, factor produksi ekonomi islam dengan ekonomi
konvesional tidak
berbeda, yang secara umum dapat dinyatakan dalam :
a. Faktor produksi tenaga kerja
b. Faktor produksi bahan baku dan bahan penolong
c. Faktor produksi modal
Di antara ketiga factor produksi, factor produksi modal yang memerlukan
perhatian khusus karena dalam ekonomi konvesional diberlakukan system bunga.
Pengenaan bunga terhadap modal ternyata membawa dampak yang luas bagi
tingkat efisiansi produksi. ‘Abdul-Mannan mengeluarkan modal dari faktor
produksi perbedaan ini timbul karena salah satu da antara dua persoalan berikut
ini: ketidakjelasan anttara faktor-faktor yang terakhir dan faktor-faktor antara,
atau apakah kita menganggap modal sebagai buruh yang diakumulasikan,
perbedaan ini semakin tajam karena kegagalan dalam memadukan larangan
bunga(riba) dalam islam dengan peran besar yang dimainkan oleh modal dalam
produksi.
Kegagalan ini disebabkan oleh adannya prakonseps kapitalis yang
menyatakan bahwa bunga adalah harga modal yang ada dibalik pikiran sejumlah
penulis. Negara merupakan faktor penting dalam produksi, yakni melalui
pembelanjaannya yang akan mampu meningkatkan produksi dan melalui
pajaknya akan dapat melemahkan produksi.
Pemerintah akan membangun pasar terbesar untuk barang dan jasa yang
merupakan sumber utama bagi semua pembangunan. Penurunan belanja negara
tidak hanya menyebabkan kegiatan usaha menjadi sepi dan menurunnya
keuntungan, tetapi juga mengakibatkan penurunan dalam penerimaan pajak.
Semakin besar belanja pemerintah, semakin baik perekonomian karena belanja
yang tinggi memungkinkan pemerintah untuk melakukan hal-hal yang dibutuhkan
bagi penduduk dan menjamin stabilitas hukum, peraturan, dan politik. Oleh
karena itu, untuk mempercepat pembangunan kota, pemerintah harus berada dekat
dengan masyarakat dan mensubsidi modal bagi mereka seperti layaknya air
sungai yang membuat hijau dan mengaliri tanah di sekitarnya, sementara di
kejauhan segalanya tetap kering.
Faktor terpenting untuk prospek usaha adalah meringankan seringan
mungkin beban pajak bagi pengusaha untuk menggairahkan kegiatan bisnis
dengan menjamin keuntungan yang lebih besar (setelah pajak). Pajak dan bea

173
Vol. 2,lebih
cukai yang ringan akan membuat rakyat memiliki dorongan untuk No. 2,aktif
Juli 2017
berusaha sehingga bisnis akan mengalami kemajuan. Pajak yang rendah akan
membawa kepuasan yang lebih besar bagi rakyat dan berdampak kepada
penerimaan pajak yang meningkat secara total dari keseluruhan penghitungan
pajak.

9. Nilai-nilai produksi dalam islam


Upaya produsen untuk memperoleh mashlahah yang maksimum dapat
terwujud apabila produsen mengaplikasikan nilai-nilai Islam. Dengan kata lain,
seluruh kegiatan produksi terkait pada tatanan nilai moral dan teknikal yang
Islami, sebagaimana dalam kegiatan konsumsi. Metwally (1992)
mengatakan, “perbedaan dari perusahaan-perusahaan non Islami tak hanya pada
tujuannya, tetapi juga pada kebijakan-kebijakan ekonomi dan strategi pasarnya”.
Nilai-nilai Islam yang relevan dengan produksi dikembangkan dari tiga
nilai utama dalam ekonomi Islam, yatiu: khalifah, adil, dan takaful. Secara lebih
rinci nilai-nilai Islam dalam produksi meliputi:
D. Berwawasan jangka panjang, yaitu berorientasi pada tujuan akhirat.
E. Menepati janji dan kontrak, baik dalam lingkup internal atau eksternal.
F. Memenuhi takaran, ketepatan, kelugasan, dan kebenaran.
G. Berpegang teguh pada kedisiplinan dan dinamis.
H. Memuliakan prestasi atau produktivitas.
I. Mendorong ukhuwah antar sesama pelaku ekonomi.
J. Menghormati hak milik induvidu.
K. Mengikuti syarat sah dan rukun akad atau transaksi.
L. Adil dalam bertrnsaksi.
M. Memiliki wawasan sosial.
N. Menghindari jenis dan proses produksi yang diharamkan dalam Islam.
Penerapan nilai-nilai Islam di atas dalam produksi tidak saja akan
mendatangkan berkah. Kombinasi keuntungan dan berkah yang diperoleh oleh
produsen merupakan satu mashlahah yang akan memberi kontribusi bagi
tercapainya falah. Dengan cara ini perolehan kebahagiaan hakiki, yaitu kemuliaan
tidak saja di dunia tetapi juga di akhirat.

174
BAB II Vol. 2, No. 2, Juli 2017
PENUTUP

C. Kesimpulan
Secara teknis produksi adalah proses mentransformasi input menjadi
output, tetapi definisi produksi dalam pandangan ekonomi jauh lebih luas.
Kegiatan produksi dalam persfektif ekonomi Islam pada akhirnya mengerucut
pada manusia dan eksistensinya, yaitu mengutamakan harkat manusia.
Tujuan kegiatan produksi adalah menyediakan barang dan jasa yang
memberikan mashlahah maksimum bagi konsumen yang di wujudkan dalam
pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkat moderat, menemukan kebutuhan
masyarakat dan pemenuhannya, menyiapkan persediaan barang dan jasa di masa
depan, serta memenuhi sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah.
Produsen dalam pandangan ekonomi Islam adalah mashlahah maximizer.
Mencari keuntungan melalui produksi dan kegiatan bisnis lain memang tidak
dilarang, sepanjang berada dalam bingkai tujuan dan hukum
Islam. Mashlahah bagi produsen terdiri dari dua komponon, yaitu keuntungan dan
keberkahan.
Seluruh kegiatan produksi terikat pada tatanan nilai moral dan teknikal
yang Islami, sebagimana juga dalam kegiatan konsumsi. Secara lebih rinci nilai-
nilai ini misalnya adalah berwawasan jangka panjang, yaitu berorientasi pada
tujuan akhirat.
Produksi adalah menciptakan manfaat dan bukan menciptakan materi.
Maksudnya adalah bahwa manusia mengolah materi itu untuk mencukupi
berbagai kebutuhannya, sehingga materi itu mempunyai kemanfaatan. Apa yang
bisa dilakukan manusia dalam “memproduksi” tidak sampai pada merubah
substansi benda. Yang dapat dilakukan manusia berkisar pada misalnya
mengambilnya dari tempat yang asli dan mengeluarkan atau mengeksploitasi
(ekstraktif).
Dalam konsep ekonomi konvensional (kapitalis) produksi dimaksudkan
untuk memperoleh laba sebesar besarnya, berbeda dengan tujuan produksi dalam
ekonomi konvensional, tujuan produksi dalam islam yaitu memberikan
Mashlahah yang maksimum bagi konsumen.
Walaupun dalam ekonomi islam tujuan utamannya adalah memaksimalkan
mashlahah, memperoleh laba tidaklah dilarang selama berada dalam bingkai
tujuan dan hukum islam. Dalam konsep mashlahah dirumuskan dengan
keuntungan ditambah dengan berkah.
D. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya para
penyusun. Kritik dan saran sangat diperlukan yang sifatnay membangun. Sekian
terimakasih.

175
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

176
DAFTAR PUSTAKA Vol. 2, No. 2, Juli 2017

Karim, Adiwarman A. 2007. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.
Muhammad, M.Ag. 2004. Ekonomi Mikro Dalam Persfektif Islam. Yogyakarta: BPFE
YOGYAKATA,
Nasution, Mustafa Edwin M.Sc,MAEP, Ph.D. 2007. Pengenalan Eksklusif Ekonomi
Islam. Jakarta: Kencana
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam. 2008. Ekonomi Islam. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada
Samuelson. 2003. Ilmu Mikro Ekonomi. Jakarta, PT. Media Global Edukasi
Setiawan. Instrumen Ekonomi Syariah Untuk Transformasi Masyarakat
Ali Hasan. Meneguh Kembali Konsep Produksi Dalam Ekonomi Islam
http://pmiikomfaksyahum.wordpress.com/2008/04/02/meneguhkan-kembali-
konsepproduksidalam-ekonomi-islam
Bambang Rudito & Melia Famiola, 2007. Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan di Indonesia
Hermant Laura Pincus, 1998. Perspective in Business Ethics, Irvin McGraw Hill Khaerul.
Produksi dan Konsumsi Dala Al Qur’an,
Khatimah Husnul , Teori Produksi Islam, Kafe Syariah.net
M.A. Mannan, “The Behaviour of The Firm and Its Objective in an Islamic Framework”,
Readings in Microeconomics: An Islamic Perspektif, Longman Malaysia (1992),

177
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

178
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

Teori Produksi Dalam IslamImroatus


Sholiha

Abstract: Production is mandatory to meet the needs of the


people, so this is the reason why Islam encourages people to utilize
the existing natural resources to meet human needs by way of
processing and producing it. Islam also regulates how man should
be a good producer by referring to the existing production theory
in Islamic economics. Therefore the purpose of this article is to
provide information, describe or member knowledge to the general
public and producers in particular so that it can understand how
Islam actually organize and explain the theory of production. And
this research is descriptive qualitative research. Descriptive
technique used is literature study is to find information through
books, journals and others. And the result of his research is that in
Islam a producer is given limitations in producing, but not
necessarily limited in creativity but a Muslim producer is
prohibited to produce unlawful goods. And there are differences in
the theory of Islamic production with conventional production
theory that is in terms of cost, acceptance and amount of
production. If in theory conventional production recognizes the
interest pattern in production cost is different with the theory of
Islamic production. This theory does not recognize the pattern of
interest but which is a cooperation that will end production will be
determined for the results of what use revenue sharing, profit
sharing or profit and loss sharing depending on the agreement
agreed at the beginning of cooperation.

Keyword: Islamic Theory Production

179
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

IAI Ibrahimy Sukorejo Sumberejo Banyuputih Situbondo Email:


Iim_54@yahoo.co.id

180
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

Pendahuluan
Dalam dunia usaha banyak sisi yang harus diperhatikan baik dalam
pemasaran, persaingan pasar, penentuan segmentasi pasar dan tak kalah
pentingnya adalah dalam hal produksi, karena jika kita berbicara masalah home
industri yaitu skala usaha yang tergolong kecil bahkan sampai kita berbicara
perusahaan yang terbelsit pertama kali adalah hal produksinya karena hal
pertama yang akan dijual atau dipasarkan itu adalah produk yaitu sesuatu yang
dihasilkan dari produksi. Pada dasarnya, masalah ekonomi terdiri atas masalah
produksi, konsumsi, dan distribusi. Produksi mencakup upaya menghasilkan atau
menambah kegunaan barang, konsumsi mencakup kegiatan menggunakan
barang, sedangkan distribusi mencakup upaya penyaluran barang. Ada beberapa
masalah pokok dalam perekonomian, yaitu sebagai berikut:
1. Apa (what), yaitu barang apa dan berapa banyak barang yang harus
diproduksi?. Hal ini mengacu pada jenis jumlah barang serta jasa yang
harus dihasilkan oleh perekonomian. Untuk memecahkan masalah
tersebut, produsen swasta atau pemerintah harus melakukan analisis pasar
untuk menetukan barang atau jasa yang dibutuhkan masyarakat. Hal
tersebut untuk memperoleh kepastian bahwa barang dan jasa memang
dibutuhkan.
2. Bagaimana (how) yaitu bagaimana barang harus diproduksi? Faktor
produksi yang mana serta bagaimana tekniknya? Untuk memecahkan
masalah ini, pihak swasta ataupun pemerintah harus menentukan teknik
produksi yang efektif dan efisien. Selain itu ada pembagian secara jelas
pihak-pihak yang akan melakukan produksi. Input produksi, baik cara
memperoleh maupun menggunakannya harus direncanakan secara tepat.
3. Siapa pelaku produksi (Who)
Banyak pihak, baik pemerintah, swasta, maupun koperasi dapat
melakukan produksi. Pertimbangan mengenai pelaku merupakan hal
penting karena setiap pihak memiliki kelebihan tertentu yang mungkin
melakukan produksi lebih baik.
4. Untuk siapa (For whom)
Untuk siapa barang diproduksi? Siapa yang akan menikmati dan
memperoleh manaat barang dan jasa atau bagaimana produksi nasional
didistribusikan kepada setiap orang? Produsen swasta ataupun
pemerintah harus melakukan analisis pasar untuk menentukan konsumen
yang akan menggunakan barang dan jasa. Perencanaan produksi dalam
organisasi harus ditentukan secara tepat, terutama dalam menentukan
pihak yang akan menggunakan barang dan jasa hasil produksi.
Semua permasalahan ekonomi tersebut dapat diatasi apabila terpenuhi hal-
hal berikut:

181
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

1. Sumber daya ekonomi dalam jumlah tak terbatas


2. Setiap barang dan jasa dapat dihasilkan serta di distribusikan kepada setiap
orang yang memerlukannya.
3. Kebutuhan manusia sudah sepenuhnya terpenuhi.
4. Barang dan jasa sudah berhasil diproduksi dalam jumlah yang melimpah
sehingga dapat diperoleh dimanapun secara mudah.
5. Setiap orang telah mendapatkan barang dan jasa yang telah dibutuhkanna.
Barang dan jasa tersebut telah dibagikan secara merata kepada setiap
orang untuk jangka waktu cukup lama.1
Dengan banyaknya masalah dalam hal produksi, seorang produsen dituntut
untuk lebih kretif, inovatif dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Secara
filosofis, aktivitas produksi meliputi:2
1. Produk apa yang dibuat
2. Berapa kuantitas produk yang dibuat
3. Mengapa produk tersebut dibuat
4. Di mana produk tersebut dibuat
5. Kapan produk dibuat
6. Siapa yang membuat
7. Bagaimana memproduksinya.
Islam merupakan agama yang mengatur kehidupan manusia dalam segala
hal, begitu juga dalam berproduksi. Dalam hal produksi seorang produsen
dituntut untuk selalu berpedoman kepada ekonomi islam. Menurut Muhammad,
ada beberapa etika yang harus dijalankan oleh produsen muslim dalam
memproduksi diantaranya:
1. Produk yang halal dan thoyyib
2. Produk yang berguna dan dibutuhkan
3. Produk yang berpotensi ekonomi atau benefit
4. Produk yang bernilai tambah yang tinggi
5. Dalam jumlah yang berskala ekonomi dan sosial
6. Produk yang dapat memuaskan masyarakat.3
Dari sekian banyak aturan yang diharuskan oleh Islam kepada para produsen
baik muslim maupun non muslim diharapkan bisa menerpakannya dalam dunia
bisnis saat ini. Karena sesungguhnya Islam itu adalah agama yang membawa
kerahmatan dan kedamaian bagi umat terlebih juga ekonomi Islam yang
berlandaskan Al-qur’an dan Al-hadits mengajarkan kepada para pelaku bisnis
untuk selalu menaati aturan-aturan yang ada dalam ekonomi Islam karena

1
Situ Nur Fatoni, Pengantar Ilmu Ekonomi Dilengkapi Dasar-Dasar
Ekonomi Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), 27-29

182
2
Muhammad, Etika Bisnis Islami, (Yogyakarta: UPPVol.
AMP 2, No. 2, Juli2013),
YKPN, 2017
103.
3
Muhammad, Etika Bisnis Islami, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,
2013),100

183
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

sejatinya tujuan ekonomi Islam adalah untuk menciptakan kemaslahatan dalam


berbagai pihak.
Dan tujuan dari adanya tulisan ini adalah untuk memberikan informasi
kepada pelaku-pelaku ekonomi khususnya bagi para produsen bagaimana
sebenarnya ekonomi Islam dengan teori produksinya mengajarkan bagaimana
sesungguhnya berproduksi yang baik dan tetap dalam lingkaran halal.

Rumusan Masalah
Sebagaiman pendahuluan diatas, artikel ini bermaksud ingin memberikan
informasi atau pengetahuan bagaimana teori produksi dalam Islam.

B.Metodelogi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Teknik deskripif yang
digunakan adalah studi kepustakaan. Sedangkan studi kepustakaan menurut
Nazir4adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan
terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan
yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Penelitian ini juga
untuk menelaah sumber-sumber tertulis seperti jurnal ilmiah, buku referensi,
literature, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan obyek penelitian.
Adapun obyek kajian dalam penelitian ini adalah teori produksi dalam Islam.

Pembahasan
5. Pengertian Produksi
Teori produksi adalah studi tentang produksi atau proses ekonomi
untuk mengubah faktor produksi (input) menjadi hasil produksi (output).
Produksi menggunakan sumber daya untuk menciptakan barang atau jasa
yang sesuai untuk digunakan. Dalam teori produksi, produksi adalah
suatu kegiatan untuk menambah nilai guna pada suatu barang. Produksi
diukur sebagai tingkat hasil produksi (output) perperiode waktu karena
merupakan konsep aliran.5
Sedangkan Kahf mendefinisikan kegiatan produksi dalam Islam
sebagai usaha manusia untuk memperbaiki tidak hanya kondisi fisik
materialnya, tetapi juga moralitas, sebagai sarana untuk mencapai tujuan
hidup sebagaimana digariskan dalam agama Islam, yaitu kebahagiaan
dunia dan akhirat.6
6. Faktor-faktor produksi

4
M. Nazir, Metode Penelitian, cet, ke 5 ( Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003) ,
27
5
Erlina Rufaidah, Ilmu Ekonomi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), 43-44

184
6 Vol. 2, No.Fungsi
Monzer Kahf, Ekonomi Islam, Telaaah AnalitikTerhadap 2, Juli 2017
Sistem Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 197), 45

185
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

a. Tanah
Islam telah mengakui tanah sebagai suatu faktor produksi tetapi
tidak setepat dalam arti sama yang digunakan di zaman modern.
Dalam tulisan klasik yang dianggap sebagai suatu faktor produksi
penting mencakup semua sumber daya alam yang digunakan dalam
proses produksi, umpamanya permukaan bumi, kesuburan tanah, sifat-
sifat sumber-sumber daya, udara, air mineral dan seterusnya.7
b. Tenaga Kerja
Buruh merupakan faktor produksi yang diakui di setiap sistem
ekonomi terlepas dari kecenderungan ideologi mereka.8
c. Modal
Suatu sistem ekonomi Islam harus bebas dari bunga. Dalam
sistem itu bunga tidak diperkenankan memainkan pengaruhnya yang
merugikan pekerja, produksi dan distribusi.9
d. Organisasi
Peranan organisasi dalam ekonomi Islam:
Pertama, dalam ekonomi Islam yang pada hakikatnya lebih
berdasarkan ekuiti (equity-based) daripada berdasarkan pinjaman
(loan-based), para manajer cenderung mengelola perusahaan yang
bersangkutan dengan pandangan untuk membagi deviden dikalangan
pemegang saham atau berbagi keuntungan diantara mitra suatu usaha
ekonomi.
Kedua, sebagai akibat, pengertian tentang keuntungan bisa
mempunyai arti yang lebih luas dalam kerangka ekonomi Islam karena
bunga pada modal tidak dapat dikenakan lagi.
Ketiga, karena sifat terpadu organisasi inilah tuntutan akan integritas
moral, ketepatan dan kejujuran dalam perakunan (accounting)
barangkali jauh lebih diperlukan daripada dalam organisasi sekular
mana saja yang para pemilik modalnya mungkin bukan merupakan
bagian dari manajemen.
Keempat, adalah bahwa faktor manusia dalam produksi dan strategi
usaha barangkali mempunyai signifikansi lebih diakui dibandingkan
dengan strategi manajemen lainnya yang didasarkan pada
memaksimalkan keuntungan atau penjualan.10
7. Motif ekonomi dalam Islam
Motivasi ekonomi dalam Islam antara lain:

7
M. Abdul Mannan, Teori Dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT.
Dana Bhakti Prima Yasa, 1997), 55.
8
Ibid, 58.

186
9
Ibid, 59. Vol. 2, No. 2, Juli 2017

10
Ibid, 63

187
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

a. Anjuran Islam untuk melakukan proses produksi dan relasinya, dengan


ibadah. Islam menganjurkan dan mendorong proses produksi
mengingat pentingnya kedudukan produksi dalam menghasilkan
sumber-sumber kekayaan. Produksi juga merupakan bagian penguat
sekaligus sumber yang mencukupi kebutuhan masyarakat. Allah
berfirman dalam surat Al-Mulk ayat 15:
“Dialah yang telah menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka
berjalanlah disegala penjuru dan makanlah sebagian dari rizki-Nya.

Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali) setelah dibangkitkan.”11


b. Menegakkan fungsi sebagai duta Allah (Khalifah) di bumi dan
semangat kerja antar manusia.12
c. Keyakinan bahwa Allah menciptakan dunia bagi manusia dengan
tujuan agar manusia dapat memakmurkan dan mengambil manfaatnya.
8. Unsur-unsur produksi
a. Bekerja
1) Seorang pekerja muslim harus memilih pekerjaan yang sesuai
dengan dirinya atau pekerjaan yang dapat ditunaikan sesuai dengan
kemampuan dan kapasitasnya.
2) Seorang pekerja hendaknya mengetahui kebutuhan kerja dan trend
yang sedang berkembang agar dapat mengerjakan pekerjaan
dengan baik.
3) Senang dan ikhlas dalam suatu pekerjaan.13

188
11 Vol. 2, No.
Abdullah Abdul Husain at-Tariqi, Ekonomi Islam Prinsip, 2, Juli Dan
Dasar, 2017
Tujuan, (Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004), 160.
12
Ibid, 163.
13
Ibid, 171-173.

189
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

b. Modal Dagang
1) Modal finasial. Pertama, terdapat dua orang yang mengadakan
kerjasama dalam bentuk penggabungan modal. Kedua, Terjadi
penggabungan modal dan tenaga. Ketiga, Terjadi penggabungan
modal, namun pelaksana investasi hanya dipercayakan kepada
salah seorang saja. Keempat, Tenaga dua orang yang sepakat
melakukan usaha bersama, dengan modal hanya berasal dari salah
satu pihak saja.
2) Modal barang. Modal ini berasal dari seseorang yang bekerja dan
mempunyai kekayaan berupa alat-alat dan barang-barang tertentu.
Pengembangan incomnya dilakukan dengan cara persewaan.14
9. Tujuan produksi
Menurut Siddiqi dalam Hendrie Anto15 beberapa tujuan kegiatan
produksi ini, antara lain:
a. Pemenuhan sarana kebutuhan manuasia pada takaran moderat
b. Menentukan kebutuhan masyarakat
c. Persediaan terhadap kemungkinan
d. Persediaan bagi generasi mendatang
e. Pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah
Tujuan produksi yang pertama sangat jelas, yaitu pemenuhan
manusia pada takaran moderat akan menimbulkan setidaknya dua
implikasi. Pertama produsen hana menghasilkan barang dan jasa yang
menjadi kebutuhan (need) bukan keinginan (want) dari konsumen. Barang
dan jasa yang dihasilkan harus memiliki manfaat riil bagi kehidupan yang
Islami, bukan sekedar memberikan kepuasan maksimum bagi konsumen.
Karenanya prinsip costumer satisfaction yang banyak dijadikan pegangan
produsen kapitalis tidak dapat diimplementasian begitu saja. Kedua
kuantitas produksi tidak akan berlebihan, tetapi hanya sebatas kebutuhan
wajar. Produksi barang dan jasa secara berlebihan tidak saja seringkali
menimbulkan mis-alokasi sumber daya eknomi dan kemubadziran
(wastage), tetapi juga menyebabkan terkurasnya sumber daya ekonomi ini
secara cepat. Semakin meipisnya persediaan sumber daya alam dan
kerusakan lingkungan hidup merupakan salah satu asalah serius dalam
pembangunan ekonomi modern saat ini.
Meskipun produksi hanya menyediakan sarana kebutuhan manusia
tidak berarti bahwa produsen sekedar bersikap reaktif terhadap
kebutuhan konsumen. Produsen harus proaktif, kreatif, inovatif
menemukan berbagai

14
Ibid, 174-176.

190
15
Hendrie Anto, Pengantar Ekonomika Mikro Islami,Vol. 2, No. 2, Juli 2017
(Yogyakarta:
Ekonisia, 2003),

163-164

191
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

barang dan jasa yang memang dibutuhkan manusia. Penemuan ini


kemudian disosialisasikan atau dipromosikan kepada konsumen sehingga
konsumen mengetahuinya. Sikap proaktif menemukan kebutuhan ini
sangat penting, sebab terkadang konsumen juga tidak mengetahui apa
yang sesungguhnya dibutuhkannya. Sikap proaktif ini juga harus
berorientasi ke depan (future view) dalam arti pertama, menghasilkan
barang dan jasa yang bermanfaat bagi kehidupan masa mendatang, kedua
menadari bahwa sumber daya ekonomi baik natural resources atau non
natural resources, tidak hanya diperuntukkan bagi bmanusia yang hidup
sekarang kan tetapi juga generasi mendatang.
Orientasi ke depan ini akan mendorong produsen untuk terus-
meners melakukan riset dan pengembangan ( research and development)
guna menemukan berbagai jenis kebutuhan teknologi yang diterapkan,
serta berbaga standart ain yang sesuai dengan tuntutan masa depan.
Efisiensi dengan sendirinya juga senantiasa dikembangkan, sebab dengan
cara inilah kelangsungan dan kesinambungan (sustainability)
pembangunan akan trjaga. Dengan konteks ini maka produksi yang
berwawasan lingkungan (green production) akan menjadi konsekuensi
logis. Ajaran Islam memberikan peringatan yang keras terhadap perilaku
manusia yang gemar membuat kerusakan, dan kebinasaan termasuk
kerusakan lingkungan hidup emi mengejar kepuasan.
Implikasi dari aktifias diatas adalah ersedianya secara memadai
berbagai kebutuhan bagi generasi mendatang. Konsep pembangunan yang
berkesinambungan yang relative baru dikembangkan dalam pembanguna
ekonomi konvensional pada dasarnya adalah suatu konsep pembangunan
yang memberikan persediaan memadai bagi generasi mendatang. Ala mini
bukan hanya diperuntukkan bagi manusia di satu masa atau tempat saja,
tetapi untuk manusia disepanjang jaman hingga Allah menentukan Hari
Penghabisan alam semesta.
Tujuan terakhir, yaitu pemenuhan sarana bagi kegiatan sosialdan
ibadah kepada Allah sebenarnya merupakan tujuan produksi ang paling
orisinal dari ajaran Islam. Selain untuk pemenuhan kebutuhan manusia
sendiri, produksi harus berorientasi pada kegiatan sosial dan ibadah
kepada Allah.
10. Produksi yang diharamkan dalam ekonomi Islam
a. Investasi harta dengan cara yang membahayakan masyarakat. Islam
mengharamkan produksi yang hanya merealisasikan kepentingan
pribadi dan membahayakan masyarakat umum.

192
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

b. Riba, Islam dan agama-agama samawi lainnya mengharamkan riba


karena dalam riba terdapat hal yang membahayakan masyarakat dan
ekonomi.
c. Jual beli tidak jelas (gharar)
d. Investasi pungutan pajak untuk menghasilkan uang.
e. Pencurian.
f. Perampasan.
g. Upah pekerjaan yang haram dilaksanakan, seperti mas kawin, zina, dan
tips bagi dukun. Mencari harta dengan cara menjual minuman keras,
bangkai, babi dan lain-lain.
h. Suap
i. Menimbun
j. Perjudian.16
Sedangkan menurut Qardhowi17 yang dikutip oleh Wandha
Cholifah Ramadhan18 berikut ini apa-apa saja produksi yang dilarang
dalam Islam, yaitu:
a. Menanam tanaman yang diharamkan karena berbahaya bagi manusia
seperti, Poppy dari buah opium, cannabis atau heroin, ganja, narkotika,
tembakau. Chorome untuk dijadikan liquid, anggur jika diniatkan
untuk membuat wine (minuman keras).
b. Memproduksi barang-barangharam, baik haram dikenakan atau haram
dikoleksi. Misalnya, membuat patung atau cawan dari bahan emas dan
perak, membuat gelang emas untuk laki-laki.
c. Produk yang merusak akidah, etika dan moral manusia seperti, produk
yang berhubungan dengan kemusyrikan, pornografi dan sadism, baik
dalam opera, film dan musik.
11. Biaya produksi
Biaya dalam pengertian produksi ialah semua beban yang harus
ditanggung oleh produsen untuk menghasilkan suatu produksi.19 Biaya
produksi dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a. Biaya eksplisit
Ialah biaya yang nyata-nyata dikeluarkan dalam memperoleh faktor
produksi (nilai dan semua input yang dibeli untuk produksi).
Pembayarannya berupa uang untuk mendapatkan faktor-
faktor

16
Abdullah Abdul Husain at-Tariqi, Ekonomi Islam Prinsip, Dasar, Dan
Tujuan, 181-

199

193
17
Yusuf Qardhawi, Norma Dan Etika Ekonomi Islam,Vol. 2, No. 2,
(Jakarta: Juli 2017
Gema
Insani,1997), 117
18
Ramadan, Perbandingan Norma Produksi Pada Industri Bordir Di
Kecamatan

Bangil (Studi Kasus Pada Perusahaan Faiza Bordir), et al Jurnal Ekonomi


Syariah Teori dan Terapan Vol. 4 No. 9 September 2017: 689
19
Erlina Rufaidah, Ilmu Ekonomi, 54

194
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

produksi dan bahan mentah yangdibutuhkan perusahaan. Contoh:


biaya tenaga kerja, sewa gedung.
b. Biaya Implisit
Biaya implisit disebut juga imputed cost (ongkos tersembunyi), ialah
taksiran biaya atas produksi yang dimiliki sendiri oleh perusahaan
dan ikut digunakan dalam proses produksi yang dimiliki oleh
perusahaan. Contoh penggunaan gedung milik perusahaan sendiri
12. Penggolongan biaya produksi
a. Biaya produksi jangka pendek
Dalam biaya jangka pendek ditinjau dari hubungannya dengan
produksi dibagi menjadi dua yaitu:

195
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

1) Dalam hubungannya dengan tujuan biaya


a) Biaya langsung (Direct cost)
Biaya langsung merupakan biaya –biaya yang dapat
diidentifikasi secara langsung pada suatu proses tertentu
ataupun output tertentu. Sebagai contoh biaya bahan baku
langsung dan tenaga kerja yang dibutuhkan oleh
perusahaan.Begitu juga dengan supervise, listrik, dan biaya
overhead lainnya yang dapat langsung ditelusuri pada
departemen tertentu.
b) Biaya tidak langsung (Indirect cost)
Biaya tidak langsung merupakan biaya-biaya yang tidak
dapatdiidentifikasi secara langsung pada suatu proses tertentu
atau output tertentu, misalnya biaya lampu penerangan dan Air
Conditioning pada suatu fasilitas.
2) Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan
a) Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost/FC)
Adalah biaya yang tetap harus dikeluarkan alaupun
perusahaan tidak berproduksi. Biaya tetap merupakan biaya
setiap unit waktu untuk pembelian input tetap misalna, gaji
pegawai, biaya pembuatan gedung, pembelian mesin-mesin,
sewa tanah.
b) Biaya Variable Total (Total Variable Cost / VC)
Biaya Variable Total adalah biaya yang dikeluarkan apabila
berproduksi dan besar kecilnya tergantung pada banyak
sedikitnya barang yang diproduksi. Semakin banyak barang
yang diprroduksi biaya variablenya semakin besar, begitu juga
sebaliknya.
c) Biaya Total (Total Cost / TC)
Biaya total merupakan keseluruhan biaya produksi yang
dikeluarkan perusahaan yang terdiri dari biaya tetap dan
biaya variable. Dengan kata lain, biaya total adalah jumlah
biaya tetap dan biaya variable.

196
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

d) Biaya Tetap Rata-rata (Average Fixed Cost/ AFC)


Biaya Tetap Rata-rata adalah hasil bagi antara biaya tetap
total dan jumlah barang yang dihasilkan.
e) Biaya Variable Rata-rata (Average Variable Cost/ AVC)
Adalah biaya variable setaun unit produksi.
f) Biaya Total Rata-rata (Average Cost/ AC)
Average Cost adalaha biaya total barang tertentu (Q).
g) Biaya Marginal (Marginal Cost/ MC)
Adalah tambahan biaya yang disebabkan rata-rata yang dapat
dihitung dari Total Cost dibagi banyaknya jumlah
karena tambahan satu unit produksi. Biaya marginal diperoleh
dari selisil Total Costdan selisih kuantitas dari barang yang
diproduksi.
b. Biaya Produksi Jangka Panjang
Dalam jangka panjang perusahaan dapt menambah semua
faktor produksi atau input yang akan digunakan. Oleh karena itu,
biaya produksi tidak perlu lagi dibedakan dengan biaya tetap dan
biaya berubah. Dalam jangka panjang semua biaya adalah variable.
1) Biaya rata-rata jangka panjang (Long-run Average Cost/LAC)
Adalah biaya total dibagi jumlah output.
2) Biaya marginal jangka panjang (Long-run Marginal Cost/LMC)
Adalah tambahan biaya karena menambah produksi sebanyak satu
unit.
3) Biaya total jangka panjang (Long-run Total Cost/LTC)
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi seluruh output
dan semuanya bersifat variable.20
13. Mekanisme produksi islami
Perbedaan ekonomi Islam dengan ekonomi konvensional adalah
pada filosofi ekonomi yang dianutnya dan bukan pada ilmu ekonominya.
Dari faktor produksi yang ada maka faktor modal harus mendapatkan
perhatian dari persfektif Islam. Modal dalam ekonomi konvensional
berhubungan dengan bunga namun dalam Islam bunga adalah hal yang
dilarang (riba).21
Untuk memproduksi suatu produk tertentu dibutuhkan biaya tetap
(Fixed Cost)= FC) dan biaya keseluruhan (Total Cost= TC). Produkyang
dihasilkan dijual untuk mendapatkan penerimaan, maka akan ditemukan
total penerimaan dari hasil penjualan produk atau disebut total
revenue

20
Ibid, 54-59

197
21 Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Muhammad, Ekonomi Mikro Dalam Persfektif Islam,
(Yogyakarta:BPFE, 2004),

260-261

198
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

(TR). Hubungan antara FC, TC, dan TR, dapat digambarkan dalam grafik
berikut:
Revenue/Penerimaan
TR
TC

FC
Quantitas

Hubungan biaya, penerimaan dan jumlah produksi


Biaya yang dikeluarkan oleh produsen dibedakan menjadi biaya
tetap (FC) dan biaya variable (VC). Fixed cost adalah besaran biaya yang
dikeluarkan tidak dipengaruhi oleh berapa banyak output atau produk
yang dihasilkan. Oleh karena itu garis FC digambarkan sebagai garis
horizontal. Contoh: salah satunya adalah biaya bunga yang harus dibayar
produsen, besarna bebannya bunga yang harus dibayar bergantung pada
berapa banyaknya kredit yang diterima produsen, bukan pada berapa
banyaknya output yang dihassilkan.
Variable cost adalah biaya yang besarannya ditentukan langsung
oleh berapa banyak output yang dihasilkan. Bertambahnya output
menuntut bertambahnya biaya variable. Total cost adalah keseluruhan
biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang (TC = FC + VC).
Total penerimaan (revenue sharing) adalah jumlah penerimaan yang
diperoleh dari penjualan produk yang dapat dijual. Adanya beban bunga
yang harus dibayar produsen (sebagai biaya tetap), maka biaya tetap
produsen naik, yang pada gilirannya juga meningkatkan biaya total dari
TC ke TCi. Naiknya biaya total akan menggeser atau mendorong titik
impas (Break Even Point) dari suatu Q ke Q berikutnya. Untuk lebih
jelasnya perhatikan kurva berikut:

199
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

Rp

TR=TRi
TCi

TC
FCi
FC

Q1 Q2 Q

Hubungan biaya, penerimaan dan jumlah produksi dengan pola bunga.


Dengan adanya beban bunga besarnya biaya tetap naik, dengan
demikian biaya keseluruhan juga naik. Maka besaran Q bergeser dari Q1
ke Q2. Total penerimaan dalam mekanisme bunga sama sekali tidak akan
terpengaruh arinya TR = TRi.22
Dalam ekonomi Islam yang diatur dalam akad muamalat Islam,
dikenal dengan akad mudharabah, yaitu akad antara si pemoda dengan si
pelaksana. Antara si pemodal dan si pelaksana harus disepakati
nisbahbagi hasil yang akan menjadi pedoman pembagian bila usaha
menghasilkan untung. Namun bila usaha tersebut malah menimbulkan
kerugian maka si pemodal yang akan menanggung sesuai penyertaan
modalnya, dalam hal ini 100%. Akan tetapi bila kerugian tersebut
disebabkan karena kelalaian atau ia melanggar syarat yangtelah
disepakati bersama, maka kerugian menjadi tanggung jawab si pelaksana.
Selain menyepakati nisbah bagi hasil, mereka juga harus
menyepakati siapa yang akan menanggung biaya. Dapat saja disepakati
bahwa biaya ditanggung oleh si pelaksana atau ditanggung oleh si
pemodal. Bila yang disepakati adalah biaya ditanggung oleh si pelaksana,
ini berarti yang dilakukan adalah bagi penerimaan (revenue sharing).
Sedangkan bila yang disepakati adalah biaya ditanggung oleh si pemodal,
ini berarti yang dilakukan adalah bagi untung (profit sharing).23
Revenue sharing adalah mekanisme bagi hasil dimana seluruh
biayaditanggung oleh pengelola modal. Sementara pemilik modal tidak

22
Ibid, 261-262
200
23 Vol. 2, No.
Adiwarman, A Karim, Ekonomi Mikro Islami, ( Jakarta: PT.2,Raja
Juli 2017
Grafindo Persada, 2007), 116-117

201
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

menanggung biaya produksi.24 Pada profit sharing seluruh biaya


ditanggung oleh pemodal, maka yang dibagi adalah keuntungan.25
Sedangkan dalam buku Hendrie26 Dalam mudharabah, dapat saja
disepakati bahwa biaya-biaya hanya ditanggung si mudharib (pelaksana)
saja atau shahib al maal (pemodal) saja. Jika biaya disepakati untuk
ditanggung sendiri oleh mudharib maka berarti yang akan dibagikan
adalah penerimaan saja (revenue sharing). Sistem revenue sharing ini
mungkin dapat dijumpai dalam muzara’ah, yaitu kerjasama antara pemilik
tanah sebagai pemodal dengan penggarap yang juga menanggung biaya
bibit, pupuk dan lainnya. Perlu diingat, dalam skema muzara’ah seperti
tenaga kerja dari pengolah (mudharib) maupun sewa tanah tidak dihitung
sebagai biaya, sebab memang merupakan dari mudharib dan sahib al
maal.
Jika dalam perjanjian disepakati bahwa biaya akan ditanggung
oleh sahib al maal maka yang akan dilakukan adalah pembagian
keuntungan saja (profit sharing). Tetapi, kedua belah pihak juga dapat
bersepakat untuk menanggungbiaya secara bersama. Hal ini berarti yang
akan dibagikanadalah keuntungan atau juga kerugian (loss-profit-sharing).
Sistem loss- profit sharing ini merupakan sistem yang paling umum dipakai
dalam kerjasama mudharabah dan musyarakah.
Mari kita bahas dan lihat perbedaan kurva dari revenue sharing,
profit sharing dan profit and loss sharing:
a. Revenue sharing
Rp

TR
TRrs
TC

FC

Q Qrs Q

Hubungan biaya, penerimaan dan jumlah produksi dengan pola revenue sharing

24
Muhammad, Ekonomi Mikro Dalam Persfektif Islam, 263
25
Ibid, 265
202
26
Hendrie Anto, Pengantar Ekonomika Mikro Islami,Vol. 2, No. 2, Juli 2017
256-257

203
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

b. Profit sharing
Penerimaan Rp
TR
TRps
TC

FC

Q
Qps

Hubungan biaya, penerimaan dan jumlah produksidengan pola profit sharing27


c. Profit and loss sharing
Biaya, Penerimaan
TR
R’
T
TC

T
R’’

Q Output

Dalam model loss profit sharing kurva TR akan turun menjadi TR’
dengan sumbu perputaran pada titik BEP. Rentang putaran waktu kurva TR
ini adalah di daerah antara TR dengan TCdan diantara TC dengan TR.
Dengan demikian kurva TR dapat turun hingga menjadi TR”. Daerah
keuntungan ditunjukkan oleh “mulut buaya” atas, yaitu antara TR dan TC,
sementara daerah kerugian ditunjukkan oleh”mulut buaya” bawah, yaitu
antara TC dan TR. Baik kerugian maupun keuntungan akan dibagi diantara
para partner secara adil. Karna itu sistem loss profit sharing ini juga
menghasilkan

27
Muhammad, Ekonomi Mikro Dalam Persfektif Islam, 263-264
204
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

perubahan posisi break even point. Jumlah produksi pada titik impas ini tetap
berada pada titik Q.28

205
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

28
Hendrie Anto, Pengantar Ekonomika Mikro Islami, 259-260

206
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
E. Kesimpulan
Teori produksi adalah studi tentang produksi atau proses ekonomi untuk
mengubah faktor produksi (input) menjadi hasil produksi (output). Produksi
menggunakan sumber daya untuk menciptakan barang atau jasa yang sesuai untuk
digunakan. Dalam teori produksi, produksi adalah suatu kegiatan untuk menambah
nilai guna pada suatu barang. Produksi diukur sebagai tingkat hasil produksi
(output) perperiode waktu karena merupakan konsep aliran. Sedangkan yang
termasuk dalam faktor-faktor produksi adalah tanah, modal, tenaga kerja dan
organisasi. Dan unsur-unsur dari produksi adalah bekerja dan modal dagang.
Tujuan dari produksi adalah :
14. Pemenuhan sarana kebutuhan manuasia pada takaran moderat
15. Menentukan kebutuhan masyarakat
16. Persediaan terhadap kemungkinan
17. Persediaan bagi generasi mendatang
18. Pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah Sedangakan
dalam biaya produksi ada biaya eksplisit dan biaya impilisit.
Jika dalam penggolongan biaya produksinya ada biaya jangka pendek dan biaya
jangka panjang. Dan dalam mekanisme produksi islam ada perbedaan dengan teori
produksi konvensional, Jika dalam konvensional menggunakan sistem bunga dalam
hal biaya, penerimaan dan jumlah produksinya sedangkan dalam teori produksi
islam tidak mengenal adanya bunga akan tetapi dikenal dengan istilah revenue
sharing, profit sharing dan profit and loss sharing. Revenue sharing adalah
mekanisme bagi hasil dimana seluruh biaya ditanggung oleh pengelola modal.
Sementara pemilik modal tidak menanggung biaya produksi. Pada profit sharing
seluruh biaya ditanggung oleh pemodal, maka yang dibagi adalah keuntungan.
Dalam mudharabah, dapat saja disepakati bahwa biaya-biaya hanya ditanggung si
mudharib (pelaksana) saja atau shahib al maal (pemodal) saja. Jika biaya
disepakati untuk ditanggung sendiri oleh mudharib maka berarti yang akan
dibagikan adalah penerimaan saja (revenue sharing). Sistem revenue sharing ini
mungkin dapat dijumpai dalam muzara’ah, yaitu kerjasama antara pemilik tanah
sebagai pemodal dengan penggarap yang juga menanggung biaya bibit, pupuk dan
lainnya. Perlu diingat, dalam skema muzara’ah seperti tenaga kerja dari pengolah
(mudharib) maupun sewa tanah tidak dihitung sebagai biaya, sebab memang
merupakan dari mudharib dan sahib al maal.
Jika dalam perjanjian disepakati bahwa biaya akan ditanggung oleh sahib
al maal maka yang akan dilakukan adalah pembagian keuntungan saja (profit
sharing). Tetapi, kedua belah pihak juga dapat bersepakat untuk menanggungbiaya
secara bersama. Hal ini berarti yang akan dibagikan adalah keuntungan atau juga
kerugian (loss-profit-sharing).

207
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
ANALISIS BIAYA ISLAMI

Oleh kelompok 8 :

Nama : Andriyani (4022010003)

: Mauliana Rizki (4022019050)

Prodi : Ekonomi Syariah

Mata Kuliah : Ekonomi Mikro Islam

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Alfian, M. E.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) LANGSA T.A 2021/2022

208
KATA PENGANTAR Vol. 2, No. 2, Juli 2017

Assalamu‟aikum. Wr. Wb

Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan izin dan ridha-NYA
penulis dapat merampungkan tulisan ini. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah menata cara hidup bermasyarakat berdasarkan ajaran
agama yang benar. Dalam makalah ini, kami akan membahas tentang ANALISIS BIAYA
ISLAMI. Semoga saja dengan adanya makalah ini menambah wawasan kita tentang analisis
biaya islami sehingga menyatu dalam diri pelaksana pemakalah itu. Kami menyadari dalam
pembuatan makalah ini, masih terdapat banyak kesalahan. Maka dari itu kami sangat
mengharapkan saran serta kritik dari pembaca.

Wassalamu‟alaikum. Wr. W.b

Kuala Simpang, 30 mei 2021

Penulis

209
DAFTAR ISI Vol. 2, No. 2, Juli 2017

KATA PENGANTAR...............................................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................

A. Latar Belakang...............................................................................................................
B. Rumusan masalah ........................................................................................................
C. Tujuan penulisan .........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................

A. Analisis biaya................................................................................................................
1). Fungsi biaya................................................................................................................
2). Revenue sharing Vs Profit Sharing...........................................................................

B. Memaksimalkan produksi tanpa kenaikan atau perubahan biaya...........................

BAB III PENUTUP.................................................................................................................

A. Kesimpulan..................................................................................................................
B. Saran ...........................................................................................................................

DAFTAR PUSAKA

210
BAB 1 Vol. 2, No. 2, Juli 2017

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam ajaran islam, pemanfaatan sumber daya merupakan sesuatu yang telah
diperintahkan oleh
Allah. Implementasi dari pemanfaatan sumber daya yaitu dengan melakukan kegiatan
produksi.

Analisis biaya merupakan salah satu bagian terpenting dalam produksi. Dengan analisis
ini maka dapat dilihat tingkat efisiensi produksi, tingkat keuntungan atau kerugian
perusahaan, tingkat output yang optimal, dan lain-lain.

Secara garis besar perilaku produsen ada dua, yaitu : 1). Maksimalisasi profit dan 2).
Minimalisasi biaya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan analisis biaya?

2. Bagaimana cara memaksimalkan produksi tanpa kenaikkan atau perubahan biaya?

C. Tujuan penulisan

1. Untuk memahami tentang analisis biaya

2. Untuk mengetahui cara memaksimalkan produksi tanpa kenaikan atau perubahan biaya

211
BAB II Vol. 2, No. 2, Juli 2017

PEMBAHASAN

A. Analisis Biaya
1. Fungsi biaya

Definisi biaya dalam ilmu ekonomi adalah pengorbanan untuk menghasilkan sesuatu, baik
yang berwujud uang maupun bukan. Analisa biaya berhubungan antara biaya dengan kegiatan
produksi. Pengertian biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh
perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan
digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksi oleh perusahaan.

Dari beberapa definisi diatas bisa disimpulkan biaya adalah semua hal dikorbankan untuk
menghasilkan output dalam jumlah tertentu sehingga menghasilkan keuntungan. Analisis
yang fundamental dalam menerangkan analisis biaya adalah fungsi hubungan antara biaya
produksi dengan tingkat output yang akan dicapai dalam satu periode. Faktor produksi
adalah biaya yang dinilai dengan uang sehingga total biaya mencerminkan jumlah faktor
produksi yang dikorbankan.

Pembahasan teori biaya menggunakan 2 asumsi, yaitu :

a). Perusahaan bergerak pada pasar persaingan sempurna. Harga output


ditentukan pasar.

b). Faktor produksi yang digunakan adalah barang dan modal tenaga kerja. Dalam jangka
pendek hanya tenaga kerja yang bersifat variabel. Seorang produsen secara rasional akan
berproduksi dengan biaya minimum. Oleh karena itu, ia harus menganalisis seberapa
mampu dalam mengubah jumlah input yang akan mempengaruhi skala produksi.

Dalam menganalisis biaya produksi, seperti yang terdapat pada teori produksi.
Analisis biaya produksi dibedakan menjadi 2, meliputi :

a). Biaya Jangka


pendek

Jangka pendek adalah periode waktu dimana produsen tidak dapat merubah
kuantitas input yang digunakan, bisa ukuran hari, minggu , bulan dan sebagainya.

Dalam jangka pendek, konsep biaya biaya terdiri atas :

1). Biaya tetap total ( total fixed cost /


TFC)

biaya yang jumlahnya tidak tergantung atas besar kecilnya kuantitas produksi yang
dikeluarkan apabila produsen dalam waktu sementara produksi dihentikan, maka biaya tetap
ini harus dibayar dalam jumlah yang sama.

212
Contoh : angsuran hutang bulanan, pembelian gedung, mesin, sewa gedung, pajak dan
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
lain-lain.

2). Biaya variabel total ( total variable cost/


TVC)

biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan kuantitas produk yang
dihasilkan makin besar kuantitas produksi maka makin besar produk yang dihasilkan.

213
Contoh : pembelian bahan baku, biaya tenaga kerja, dan sebagainya. Vol. 2, No. 2, Juli 2017
3). Biaya total (total cost/ TC)

jumlah dari biaya tetap total dan biaya variabel total

4). Biaya marjinal (marginal cost/ MC)

berapa besar perubahan biaya total yang dikeluarkan perusahaan apabila jumlah
output yang diproduksi berubah satu unit.

Secara matematis ditulis : MC = C

5). Biaya tetap rata-rata ( average fixed cost/ AFC)

iaya variabel yang dibebankan kepada setiap kepada setiap unit output. AVC = TVC Q

6). Biaya variabel rata-rata ( average variable cost/ AVC)

iaya variabel yang dibebankan kepada setiap unit output. AVC = TVC Q

7). Biaya rata-rata (average cost/ AC)

biaya produksi yang diperhitungkan untuk setiap unit output. AC = TC Q

b). Biaya jangka panjang

Dalam jangka panjang, memungkinkan produsen untuk mengubah jumlah semua input
yang digunakan sehingga tidak ada input tetap. Produsen dapat menambah semua faktor
produksi yang digunakannya. Sehingga tidak ada perbedaan antara biaya tetap dan biaya
variabel . oleh karena itu, produsen yang memilih kombinasi input yang paling efisien untuk
memperoleh biaya terendah.

2. Revenue sharing Vs Profit Sharing

Dalam akad islam, dikenal istilahakad mudharabah, yaitu akad anatara pemodal
dengan si pelaksana. Sebelum terjadinya akad, terlebih dahulu dibuat kesepakatan nisah yang
akan diterima oleh si pemodal dan si pelaksana. Jika terjadi kerugian, si penanggung modal
akan menanggung sesuai dengan modalnya, kecuali jika kerugian disebabkan oleh
kelalaian dari si pelaksana. Selain itu, mereka juga membuat kesepakatan tentang biaya.
Bila yang disepakati adalah biaya ditanggung oleh pelaksana, maka yang dilakukan adalah
bagi penerimaan (revenue sharing). Sedangkan bila yang disepakati adalah biaya ditanggung
oleh si pemodal, maka yang dilakukan adalah bagi untung (profit sharing).

214
B. Memaksimalkan Produksi tanpa Kenaikan atau PerubahanVol.
Biaya
2, No. 2, Juli 2017
Menurut Robert H. Franks dan Ben S. Bernanke meskipun beragam motif, sebagian
besar barang dan jasa yang ditawarkan untuk dijual dalam ekonomi pasar yang dijual
oleh perusahaan swasta yang alasan utama adalah untuk mendapatkan keuntungan bagi
pemiliknya. Keuntungan perusahaan adalah perbedaan antara total pendapatan yang diterima
dari save produk dan semua biaya itu menimbulkan dalam memproduksi itu.

Pertama menentukan titik dimana saja pada sumbu Y sebagai titik yang
menggambarkan total biaya yang sama (TC yang sama), tentunya ambil titik yang diatas garis
FCi. Kemudian tarik garis horizontal sampai memotong TC dan TCi. Untuk masing-masing
perpotongan antara garis horizontal dengan TC dan TCi, tariklah garis vertikal ke bawah ke
sumbu X. Ternyata total cost yang sama, jumlah produksi bagi hasil (Q) selaulu lebih
besar dibandingkan jumlah produksi dengan sistem bunga (Qi). Jadi menurut kriteria ini,
produksi sistem bagi hasil lebih efisien dibandingkan sistem bunga.

215
BAB III Vol. 2, No. 2, Juli 2017

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan di atas maka dapat disimpulkan :

analisis biaya adalah suatu teknik yang digunakan untuk membandingkan berbagai
biaya yang terkait dengan investasi dan manfaat yang ingin di dapatkan.

Meminimalkan biaya untuk memproduksi dalam jumlah yang sama jadi menurut
kriteria ini, produksi dengan sistem bagi hasil lebih efisien dibandingkan dengan sistem
bunga.

Memaksimalkan produksi tanpa kenaikan atau perubahan biaya Jadi menurut kriteria ini,
produksi sistem bagi hasil lebih efisien dibandingkan sistem bunga.

B. Saran

Demikianlah tugas penyusunan makalah ini. Harapan kami dengan adanya makalah
ini bisa menjadikan kita untuk lebih memahami tentang Analisis Biaya Islam. Serta dengan
harapan semoga dapat difahami dan bermanfaat bagi para pembaca. Kritik dan saran sangat
kami harapkan, mengingat makalah masih jauh dari kesempurnaan.

216
Vol. 2, No. 2, Juli 2017
Daftar Pusaka

Sudarsono, Pengantar Ekonomi Mikro, (Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesi, 1995), hal
187

Soeharno, Ekonomi Manajerial, (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2007), hal. 145

Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, (Jakarta : Rajawali Pers 2009), hal.
208

Yoopi Abimanyu, Ekonomi Manajerial, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), hal 65

Ibid, hal. 65

217
Vol. 2, No. 2, Juli 2017

218
i

Dalam Ekonomi Islam

Daftar Pustaka
A Karim, Adiwarman, Ekonomi Mikro Islami, 2007, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada

Abdul Husain at-Tariq, Abdullah, Ekonomi Islam Prinsip, Dasar, Dan Tujuan,
2004,Yogyakarta: Magistra Insania Press

Abdul Mannan, M., Teori Dan Praktek Ekonomi Islam, 1997, Yogyakarta: PT.
Dana Bhakti Prima Yasa

Anto, Hendrie, Pengantar Ekonomika Mikro Islami, 2003, Yogyakarta: Ekonisia


Kahf, Monzer, Ekonomi Islam Telaaah AnalitikTerhadap Fungsi Sistem

Ekonomi Islam, 1997, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Muhammad, Ekonomi Mikro Dalam Persfektif Islam, 2004, Yogyakarta: BPFE


Muhammad, Etika Bisnis Islami, 2013, Yogyakarta: UPP AMP YKPN

Nazir, M., Metode Penelitian, cet, ke 5, 2003, Jakarta: Ghalia Indonesia


Nur Fatoni, Siti, Pengantar Ilmu Ekonomi Dilengkapi Dasar-Dasar Ekonomi
Islam, 2014, Bandung: Pustaka Setia

Qardhawi, Yusuf, Norma Dan Etika Ekonomi Islam,1997, Jakarta: Gema Insani
Ramadan, Perbandingan Norma Produksi Pada Industri Bordir Di Kecamatan

Bangil (Studi Kasus Pada Perusahaan Faiza Bordir), et al Jurnal


Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 4 No. 9 September 2017

Rufaidah, Erlina, Ilmu Ekonomi, 2015, Yogyakarta: Graha Ilmu

Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 133


i

Dalam Ekonomi Islam

Analisis Biaya Dan Efisiensi Produksi Dalam Ekonomi Islam

M. Muhazil Amshari

Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare

mohamedmohazil05@gmail.com

Abstrak

Produsen secara rasional akan berproduksi dengan biaya minimum. Karenanya,


produsen harus menganalisis seberapa mampu dalam mengubah jumlah input
yang akan mempengaruhi skala produksi. Dalam menganalisis biaya produksi,
analisis biaya produksi dibedakan menjadi dua, yaitu biaya jangka pendek dan
biaya jangka panjang. Dalam sistem bagi hasil, karena tidak adanya beban
bunga, maka biaya produksi tidak akan berubah, yang berubah adalah total
pendapatan yang bergantung pada nisbah bagi hasil yang disepakati. Dengan
membandingkan antara sitem bunga dan bagi hasil, pada tingkat produksi dengan
jumlah yang sama, biaya total yang digunakan pada sistem bunga lebih besar
dibandingkan pada sistem bagi hasil demikian halnya pada jumlah biaya yang
sama, tingkat produksi pada sistem bagi hasil lebih besar dibandingkan pada
sistem bunga. Hal ini berarti sistem bagi hasil lebih efisien.
Kata Kunci: Efisiensi Produksi, Analisis Biaya, Bagi Hasil

Pendahuluan
Manusia sebagai khalifah di bumi telah diberi amanah untuk
memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada. Implementasi dari
pemanfaatannya yaitu dengan melakukan kegiatan produksi. Dalam literatur
konvensional teori produksi ditujukan untuk untuk memberikan pemahaman
tentang perilaku perusahaan dalam membeli dan menggunakan masukan (input)
untuk produksi dan menjual keluaran (output). Dalam kegiatan produksi
dibutuhkan faktor-faktor produksi, yaitu alat atau sarana untuk melakukan proses
produksi.
Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 134
i

Dalam Ekonomi Islam


Produksi yang dihasilkan dengan menggunakan faktor alam disebut
dengan produksi alami. Sedangkan jika produksi dilakukan dengan

Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 135


i

Dalam Ekonomi Islam

memanipulasi faktor-faktor produksi disebut produksi rekayasa.1Produksi yang


bersifat alami efisiensi maupun efektivitasnya tidak dapat dikontrol sebab bersifat
eksternal. Kelebihan dan kekurangan produksi alami merupakan suatu hal yang
harus diterima oleh pengguna. Sementara itu, produksi rekayasa adalah produksi
yang bersifat internal sehingga efektivitas dan efisiensi produksi dapat diatur.
Secara garis besar perilaku produsen ada dua, yaitu: 1) maksimalisasi
profit dan 2) minimalisasi biaya. Dalam melakukan perilaku tersebut produsen
membutuhkan cara paling efisien dengan memilih jenis sumber modal. Produsen
dapat memilih sumber modal apa yang cocok untuk mengoptimalkan output,
seperti qard (pinjaman tanpa kompensasi), syirkah (sebagian menggunakan
modal dari pihak lain), mudharabah (bagi hasil atas kesepakatan bersama), atau
meminjam uang ke bank yang berbasis bunga.
Setiap sumber modal yang berbeda dapat memberikan efek yang berbeda
pula atas output yang dihasilkan. Oleh karena itu, produsen perlu untuk
melakukan analisis biaya sebagai salah satu cara untuk mengestimasi seberapa
besar produksi yang akan dihasilkan. Artikel ini, akan membahas bagaimana
dampak yang diperoleh ketika prosuden menggunakan sistem bunga atau sistem
bagi hasil dalam melakukan analisis biayadan pandangan Islam mengenai
maksimalisasi produksi dan minimalisasi biaya.

Analisis Biaya Dalam Ekonomi Islam


Perbedaan ekonomi Islam dengan ekonomi konvensional adalah pada
filsosofi ekonomi yang dianutnya dan bukan pada ilmu ekonominya. Filosofi
ekonomi memberikan ruh pemikiran dengan nilai-nilai Islam dan batasan-
batasan syariah, sedangkan ilmu ekonomi berisikan perangkat-perangkat analisis
ekonomi yang dapat digunakan. Oleh karenanya faktor produksi

Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 136


i

Dalam Ekonomi Islam


1 Iskandar Putong, Ekonomi Mikro dan Makro, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2002).

Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 137


i

Dalam Ekonomi Islam

dalam ekonomi Islam tidak berbeda dengan faktor produksi ekonomi


konvensional.2
1. Fungsi Biaya
Definisi biaya dalam ilmu ekonomi adalah pengorbanan untuk
menghasikan sesuatu, baik yang berwujud uang maupun bukan3. Analisis
biaya berhubungan antara biaya dengan kegiatan produksi. Karenanya dapat
diartikan bahwa biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan
oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan
mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang- barang yang
diproduksi oleh produsen.
Analisis yang fundamental dalam menerangkan biaya adalah fungsi
hubungan antara biaya produksi dengan tingkat output yang akan dicapai
dalam satu periode.4 Faktor produksi adalah biaya yang dinilai dengan uang
sehingga total biaya mencerminkan jumlah faktor produksi yang dikorbankan.
Pembahasan teori biaya menggunakan dua asumsi, yaitu5:
a) Perusahaan bergerak pada pasar persaingan sempurna. Harga output
ditentukan pasar.
b) Faktor produksi yang digunakan adalah barang dan modal tenaga kerja.
Dalam jangka pendek hanya tenaga kerja yang bersifat variabel.
Produsen secara rasional akan berproduksi dengan biaya minimum.
Karenanya, produsen harus menganalisis seberapa mampu dalam mengubah
jumlah input yang akan mempengaruhi skala produksi. Dalam menganalisis
biaya produksi, analisis biaya produksi dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Biaya Jangka Pendek

2 Muhammad, Ekonomi Mikro Islam, (Yogyakarta: BPFE, 2016), h. 262

3 M Umar Burhan, Konsep Dasar Teori Ekonomi Mikro, (Malang:


Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, 2006), h. 157

Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 138


i

Dalam Ekonomi Islam


4Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: The International
Institute of Islamic Thought, 2002), h. 138.

5 Masyhuri, Ekonomi Mikro, (Malang: UIN-Malang Press, 2007), h. 173.

Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 139


i

Dalam Ekonomi Islam

Jangka pendek adalah periode waktu dimana produsen tidak dapat


merubah kuantitas input yang digunakan, bisa ukuran hari, minggu, bulan
dan sebagainya.6 Dalam jangka pendek, konsep biaya biaya terdiri atas :
1) Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost / TFC)
Yaitu biaya yang jumlahnya tidak tergantung atas besar kecilnya
kuantitas produksi yang dikeuarkan apabila produsen dalam waktu
sementara produksi dihentikan, maka biaya tetap ini harus dibayar
dalam jumlah yang sama.7 Contohnya adalah pembelian gedung, mesin,
sewa gedung, pajak, dan lain-lain.
2) Biaya Variabel Total (Total Variable Cost / TVC)
Yaitu biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan
kuantitas produk yang dihasilkan makin besar kuantitas produksi maka
makin besar produk yang dihasilkan. 8 Contohnya adalah pembelian
bahan baku, biaya tenaga kerja, dan sebagainya.
3) Biaya Total (Total Cost / TC)
Yaitu jumlah dari biaya tetap total dan biaya variabel total.9
4) Biaya Marjinal (Marginal Cost / MC)
Yaitu berapa besar perubahan biaya total yang dikeluarkan
perusahaan apabila jumlah output yang diproduksi berubah satu
unit.10 Secara matematis ditulis : MC = .

5) Biaya Tetap Rata-rata (Average Fixed Cost /AFC)


Yaitu biaya tetap yang harus dikeluarkan setiap unit output. Secara
matematis ditulis : AFC = .

6 Suryawati, Teori Ekonomi Mikro, (Yogyakarta: AMP YKPN, t.t), h. 83.

7 Masyhuri, Ekonomi..., h. 173.

8 Masyhuri, Ekonomi...,h. 175.

Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 140


i

Dalam Ekonomi Islam


9 Suryawati, Teori...,, h. 83.

10 Sri Adiningsih dan Y.B Kadarusman, Teori Ekonomi Mikro, (Yogyakarta:


BPFE- Yogyakarta, 2008), h. 41.

Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 141


i

Dalam Ekonomi Islam

6) Biaya Variabel Rata-rata (Average Variable Cost / AVC)


Yaitu biaya variabel yang dibebankan kepada kepada setiap unit
output. Secara matematis ditulis : AVC = .

7) Biaya Rata-rata (Average Cost / AC)


Yaitu biaya diproduksi yang diperhitungkan untuk setiap unit
output. Secara matematis ditulis : AC = .

b. Biaya Jangka Panjang


Dalam jangka panjang, memungkinkan produsen untuk mengubah
jumlah semua input yang digunakan sehingga tidak ada input
tetap.11Produsen dapat menambah semua faktor produksi yang
digunakannya. Sehingga tidak ada perbedaan antara biaya tetap dan biaya
variabel. Oleh karena itu, produsen bisa memilih kombinasi input yang
paling efisien untuk mempeoleh biaya terendah.
Untuk memproduksi suatu produk tertentu, dibutuhkan biaya tetap
(FC) dan biaya total (TC). Produk yang dihasilkan akan dijual untuk
mendapatkan penerimaan, maka akan ditemukan total penerimaan
penjualan produk atau total revenue (TR). Hubungan antara FC, TC dan
TR dapat digambarkan dalam grafik berikut:12

Rp
TR

TC

FC

Q
0

Gambar 1

Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 142


i

Dalam Ekonomi Islam

11 Suryawati, Teori ..., h. 89.

12 Muhammad, Ekonomi..., h. 263.

Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 143


i

Dalam Ekonomi Islam

2. Dampak Sistem Bunga vs Bagi Hasil dalam Analisis Biaya


Karakteristik sistem bunga dalam analisis biaya produksi adalah biaya
bunga yang harus dibayarkan produsen bersifat tetap.13 Oleh karena itu,
biaya bunga merupakan bagian dari fixed cost, maka biaya bunga akan
meningkatkan total biaya. Adanya beban bunga yang harus dibayar produsen
sebagai biaya tetap pada akhirnya akan meningkatkan biaya total dari TC ke
TCi. Naiknya biaya total akan mendorong BEP dari suatu Q (Q1) ke Q
berikutnya (Q2). Grafiknya dapat dilihat pada gambar 2.
Dengan adanya beban bunga, besarnya biaya tetap naik, dengan
demikian biaya keseluruhan juga naik. Hal ini menyebabkan Q bergeser dari
Q1 ke Q2. Total penerimaan dalam system bunga sama sekali tidak
terpengaruh (TR = TRi).

Rp TR = TRi
TCi

TC

FCi
FC

Q
0 Q1 Q2

Gambar 2

Jika pada sistem bunga, biaya total mengalami perubahan, berbeda


halnya dengan sistem bagi hasil. Dalam sistem bagi hasil, yang berubah
adalah kurva total penerimaan (TR). Kurva ini akan bergerak berputar searah
jarum jam dengan titik 0 sebagai porosnya. Besar kecilnya putaran
Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 144
i

Dalam Ekonomi Islam

13 Adiwarman A. Karim, Ekonomi..., h.139.

Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 145


i

Dalam Ekonomi Islam

tersebut tergantung pada nisbah bagi hasil yang disepakati. Kurva TR ini akan
berputar sehingga dapat mendekati sumbu horizontal.

Bagi hasil ekonomi Islam dapat berupa revenue sharing dan profit
sharing. Pada sistem revenue sharing seluruh biaya ditanggung oleh pemilik
modal. Sementara pengelola tidak menanggung biaya produksi. Oleh karena
itu, yang dibagihasilkan adalah penerimaan (revenue). BEP terjadi ketika
kurva TR berpotongan dengan kurva TC (TR = TC). Bergesernya kurva total
penerimaan dari TR menuju ke TRrs, maka titik BEP yang tadinya berada
pada Q akan begeser ke Qrs. Grafiknya dapat dilihat pada gambar 3.

Sistem revenue sharing memiliki persamaan dan perbedaan dengan


sistem bunga. Persamaannya terletak pada bergesernya Q ke Qi/Qrs (Qi > Q
dan Qrs > Q) pada posisinya di BEP. Sedangkan perbedaannnya adalah jika
pada sistem bunga yang bergerak adalah kurva biaya tetap (FC) dan kurva
biaya total (TC), pada sistem revenue sharing kurva yang bergeser adalah
kurva total penerimaan (TR). Apakah Qi > Qrs atau Qi < Qrs atau Qi = Qrs
akan tergantung oleh seberapa besar bunga dibandingkan dengan besar
nisbah bagi hasil.

Rp TR

TRrs
TC = TCrs

FC

0 Q Qrs

Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 146


i

Dalam Ekonomi Islam


Gambar 3

Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 147


i

Dalam Ekonomi Islam

Selanjutnya pada sistem profit sahing seluruh biaya ditanggung oleh


pengelola modal. Sementara pemilik modal tidak menanggung biaya produksi.
Oleh karena itu, yang dibagihasilkan adalah keuntungan (profit). Kurva TR
pada sistem profit sharing akan berputar dengan poros BEP (BEP sebagai
tanda mulai terjadinya keuntungan). Tingkat produksi sebelum BEP tercapai
(Q < Qps) adalah keadaan di mana total biaya lebih besar dibandingkan
dengan total penerimaan (TC > TR) begitupun sebaliknya. Putaran TRps akan
terjadi hanya berkisar antara kurva TR dengan TC, yaitu ruang yang
menggambarkan besarnya keuntungan. Grafik dapat dilihat pada gambar 4.

Rp TR

TRps
TC = TCps

FC

Q
0 Qps

Gambar 4

Untuk lebih memperjelas perbandingan di antara ketiga sistem


tersebut, akan coba kita terapkan pada contoh kasus berikut:

- Kapasitas produksi beras pada lahan seluas 1 hektar adalah 10 ton. Untuk
memproduksi beras sebanyak itu diperlukan total biaya tetap sebesar total
Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 148
i

Dalam Ekonomi Islam


Rp.4 juta dan total biaya variabel Rp. 50 juta. Harga jual beras di pasaran
adalah Rp. 12.000/kg.

Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 149


i

Dalam Ekonomi Islam

- Dari data di atas akan dibandingkan analisa biaya dengan kondisi:


a) Sumber modal sendiri
b) Sumber modal dari pinjaman dengan sistem bunga 20%
c) Sumber modal dari pinjaman dengan revenue sharing (nisbah 40:60)
d) Sumber modal dari pinjaman dengan profit sharing (nisbah 90:10)

a) Sumber modal sendiri


Dari data sebelumnya dapat diketahui:
TQ = 10 ton = 10.000 kg
TFC = Rp. 4.000.000
TVC = Rp. 50.000.0000 ; maka AVC = Rp. 5.000/kg
P = Rp. 12.000/kg.
Untuk mencapai BEP, TR = TC maka:
P x Q = TFC + TVC
P x Q = TFC + (AVR x Q)
12.000 x Q = 4.000.000 + (5.000 x Q)
12.000 Q = 4.000.000 + 5.000 Q
7.000 Q = 4.000.000
Q = 571,43 kg TR = TC = Rp. 6.857.160

Jadi, untuk mencapai BEP beras yang harus diproduksi sebesar 571,43
kg dengan biaya total sebesar Rp. 6.857.160.

b) Sumber modal dari pinjaman dengan sistem bunga 20% TQ


= 10 ton = 10.000 kg
TFC = 4.000.000 + 20% x 54.000.000
= Rp. 14.800.000
TVC = Rp. 50.000.0000 ; maka AVC = Rp. 5.000/kg
P = Rp. 12.000/kg.
Untuk mencapai BEP, TR = TC maka:

Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 150


i

Dalam Ekonomi Islam

P x Q = TFC + TVC
P x Q = TFC + (AVR x Q)
12.000 x Q = 14.800.000 + (5.000 x Q)
12.000 Q = 14.8000.000 + 5.000 Q
7.000 Q = 14.800.000
Q = 2.114,29 kg TR = TC = Rp. 25.371.480
Jadi, untuk mencapai BEP beras yang harus diproduksi sebesar
2.114,29 kg dengan biaya total sebesar Rp. 25.371.480.

c) Sumber modal dari pinjaman dengan revenue sharing (nisbah 40:60)


TQ = 10 ton = 10.000 kg
TFC = 4.000.000
TVC = Rp. 50.000.0000 ; maka AVC = Rp. 5.000/kg
P = Rp. 12.000/kg.
Karena biaya produksi ditanggung oleh pemilik modal, maka BEP
akan dilijat dari perspektif pemilik modal. Untuk mencapai BEP, TR
= TC maka:
P x Q = TFC + TVC
P x Q = TFC + (AVR x Q)
(60% x 12.000) x Q = 4.00.000 + (5.000 x Q)
7.200 Q = 4.000.000 + 5.000 Q
2.200 Q = 4.000.000
Q = 1.818,18 kg TR = TC = Rp. 21.818.160.
Jadi, untuk mencapai BEP beras yang harus diproduksi sebesar
1.818,18 kg dengan biaya total sebesar Rp. 21.818.160.

d) Sumber modal dari pinjaman dengan profit sharing (nisbah 90:10) BEP
akan terjadi sama dengan kondisi jika menggunakan modal sendiri,
karena profit sharing hanya akan terjadi jika terjadi BEP.

Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 151


i

Dalam Ekonomi Islam

Q = 571,43 kg TR = TC = Rp. 6.857.160.

Sekarang akan kita bandingkan analisis biaya ketiga sistem tersebut


dengan memperhatikan grafik pada gambar 5. Pada grafik tersebut terlihat
nilai Qps < Qrs < Qi. Karena profit sharing hanya akan setelah pada BEP,
maka nilai Qps akan selalu lebih kecil dari Qrs dan Q1 tanpa terpengaruh oleh
besar kecilnya nisbah bagi hasil dibanding bunga. Sedangkan nilai Qrs bisa
saja lebih lebih besar dari Qi tergantung seberapa besar bunga dibandingkan
dengan nisbah bagi hasil. Jika besarnya bunga diturunkan, maka bisa saja
terjadi Qi < Qrs.

Rp

120 TR = TRi
jt

TRps

TRr
60 jt s

TCi

TC = TCrs = TRps

25.3 jt 21.8 jt 14. 6.8 jt 4 jt


8 jt 0
Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 152
i

Dalam Ekonomi Islam

F
C

0.5 2.1
1.8 i
5
Qps QrsQi F
G
a C
m
b
=
a
r
F
5
C
R
S

F
C
P
S

1
0

(
t
o
n
)

Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 153


i

Dalam Ekonomi Islam

Efisiensi Biaya dalam Produksi

Efisiensi produksi menurut kriteria ekonomi harus memenuhi salah satu


dari dua kriteria berikut:

1. Minimalisasi biaya untuk memproduksi jumlah yang sama.


Efisiensi produksi dilakukan dengan minimalisasi biaya produksi dalam
jumlah yang sama dilakukan dengan membandingkan antara biaya total sistem
bunga dengan biaya total bagi hasil. Biaya total sistem bunga akan lebih tinggi
daripada biaya total bagi hasil. Biaya total bagi hasil digambarkan oleh TC,
sedangkan biaya total sistem bunga digambarkan oleh TCi.

Rp

Asumsi dengan jumlah TCi


yang sama

Ci TCrs/ps

Crs/ps
FCi

FCrs/ps
Q
0

Gambar 6

Pertama menentukan titik dimana saja pada sumbu X sebagai titik yang
menggambarkan tingkat produksi yang sama (Q yang sama). Kemudian
membuat garis vertikal sampai memotong TC dan TCi dari titik yang telah

Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 154


i

Dalam Ekonomi Islam


ditentukan. Selanjutnya membuat garis horizontal pada sumbu Y untuk masing-
masing perpotongan antara garis vertikal TCi dan TCrs/ps. Sehingga untuk
tingkat produksi yang sama (Q yang sama), biaya total

Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 155


i

Dalam Ekonomi Islam

sistem bagi hasil (TCrs/ps) akan selalu lebih kecil dibandingkan biaya total
dengan sitem bunga (TCi), sebab keberadaan bunga menjadi beban bagi
produsen. Karena biaya tetap (FC) naik, maka akan meningkatkan biaya total
(TC). Jadi dapat disimpulkan bahwa pada kriteria ini, produksi dengan sistem
bagi hasil (revenue sharing dan profit sharing) lebih efisien dibandingkan
dengan menggunakan sistem bunga

2. Optimalisasi produksi dengan jumlah biaya yang sama.14


Optimalisasi produksi dengan jumlah biaya yang sama atau dengan
kata lain disebut maksimalisasi, dengan menggunakan total biaya. Kurva total
biaya sistem bunga dibandingkan dengan kurva total biaya sistem bagi hasil.

Rp
TCi
Asumsi dengan biaya TCrs/ps
yang sama

FCi

FCrs/ps

Qrs/ps Q
0 Qi

Gambar 7

Pertama menentukan titik di mana saja pada sumbu Y sebagai titik


yang menggambarkan biaya total yang sama (TC yang sama), tentunya
menentukan titik yang di atas garis FCi. Kemudian membuat garis

Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 156


i

Dalam Ekonomi Islam


14 Muhammad, Ekonomi , h.267.

Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 157


i

Dalam Ekonomi Islam

horizontal sampai memotong TC dan TCi pada sumbu Y. Selanjutnya membuat


garis vertikal ke bawah sumbu X untuk masing-masing perpotongan antara
garis horizontal dengan TC dan TCi.

Dari analisis kurva yang menunjukkan biaya yang sama, jumlah


produksi yang dihasikan sistem bagi hasil lebih efisien dibandingkan sistem
bunga. Untuk total biaya yang sama (TC yang sama), jumlah produksi sistem
bagi hasil (Qrs/ps) selalu lebih besar dibandingkan jumlah produksi dengan
sistem bunga (Qi) yang ditunjukkan dengan Qrs/ps > Qi. Jadi kriteria ini
menunjukkan bahwa produksi dengan sistem bagi hasil lebih efisien
dibandingkan menggunakan sistem bunga.

Jika diterapkan pada contoh kasus yang dibahas sebelumnya, maka


grafiknya akan seperti berikut:

Rp

120 TR = TRi
jt

TRps

TRr
60 jt s
TCi

TC = TCrs = TRps

30 jt
Biaya sama

25.3 jt

Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 158


i

Dalam Ekonomi Islam


21.8 jt
14.8 jt FCi
6.8 FC = FCRS =
jt 4 2.1 5 Qrs =
jt 0.5 FCPS
1. Q Qps
8 i
0 10 Q (ton)
Qps Qrs Gambar 5
Qi

Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 159


i

Dalam Ekonomi Islam

Pada grafik di atas terlihat jika biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 30


juta maka dengan sistem bunga akan diperoleh produksi beras (Qi) < 5 ton,
tetapi dengan jumlah biaya yang sama jika menggunakan sistem bagi hasil
akan diperoleh produksi beras (Qrs/ps) > 5 ton. Hal ini dapat dibuktikan
dengan persamaan matematis:
. Sistem bunga Sistem bagi hasil
TC = (Q x AVC) + FC TC = (Q x AVC) + FC
30.0000.000 = 5000 Q + 14.800.000 30.0000.000 = 5000 Q +
5.000 Q = 15.200.000 4.000.000
Q = 3.040 kg = 3 ton 5.000 Q = 26.000.000
Q = 5.200 kg = 5,2 ton

Penutup

Analisis biaya diperlukan untuk menentukan efisiensi produksi antara


sistem bunga dengan sistem bagi hasil. Pada tingkat produksi dengan jumlah
yang sama, biaya total yang digunakan pada sistem bunga lebih besar
dibandingkan pada sistem bagi hasil. Hal ini berarti sistem bagi hasil lebih
efisien. Pada jumlah biaya yang sama, tingkat produksi pada sistem bagi hasil
lebih besar dibandingkan pada sistem bunga. Hal ini berarti sistem bagi hasil
lebih efisien.

Daftar Pustaka

Putong, Iskandar. 2002. Ekonomi Mikro dan Makro (Edisi 2). Jakarta: Ghalia
Indonesia.

Muhammad. 2016. Konsep Dasar Teori Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE. Burhan,

M. Umar. 2006. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Malang: Badan


Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.

Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 160


i

Dalam Ekonomi Islam


Karim, Adiwarman A. 2002. Ekonomi Mikro Islami. Jakarta: The International
Institute of Islamic Thought.

Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 161


i

Dalam Ekonomi Islam

Masyhuri. 2007. Ekonomi Mikro. Malang : UIN-Malang Press.

Suryawati. tt. Teori Ekonomi Mikro. Yogyakarta : AMP YKPN.

Adiningsih, Sri dan Kadarusman, Y.B. 2008. Teori Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta.

Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 162


i

MAKALAH Dalam Ekonomi Islam

PRINSIP DISTRIBUSI PENDAPATAN PADA FAKTOR PRODUKSIMENURUT ISLAM

DI

OLEH:

KUSDI ARIANDI (4022019049)

MUHAMMAD AQSHAL (4022019084)

MK: Ekonomi Mikro Islam Dosen


pengampu: Alfian, M.E.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSATAHUN


AJARAN 2020/2021

Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 163


i

BAB I Dalam Ekonomi Islam


PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembahasana mengenai pengertian disrtribusi pendapatan, tidak akan lepas dari
pembahasan mengenai konsep moral ekonomi yang dianut. Di samping itu, juga tidak
terlepas dari model instrumen yang diterapkan individu maupun negara, dalam menentukan
sumber-sumber maupun cara-cara pendistribusian pendapatannya. Konsep moral ekonomi
tersebut, yang berakaitan dengan kebendaan (materi) kepemilikan dan kekayaan.
Perbedaan kepemilikan harta ini merupakan bagia upaya manusia untuk memahami
nikmat dari Allah, sekaligus juga memahami kedudukan dengan sesamanya. Maka dengan
perbedaan ini ada perintah Allah yang merupakan sutu badah ketika mengamalkannya. Bagi
yang berlebih kepemilikan hartanya, maka ada perintah untuk mendistribusikan sebagian
kelebihan dari hartanya. Dan bagi yang kekurangan kepemilikannya di perintahkan Allah
untuk bersabar. Islam dengan tegas telah menggariskan kepada penguasa, untuk
meminimalkan kesenjangan dan ketidakseimbangan distribusi. Pajak diterapkan atas
kekayaan seorang untuk membantu yang miskin. Dan bentuk dari sistem perpajakan ini
berkaitan dengan salah saru prinsip pokok dalam Islam (Zakat). Dengan demikian, tidak ada
ruang bagi muslim untuk melakukan tindak kekerasan dalam upaya melancarkan proses
distribusi pendapatan. Untuk itu, untuk itu, hal yang pertama yang perku kita ketahui dan
perlu dibahas adalah konsep-konsep moral yang melartarbelakangi pembahasan apek-aspek
ekonomi dai penetuan sumber distribusi pendapatan.

RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah Peranan Konsep Moral Distribusi Pendapatan Dalam Islam?
2. Bagaimanakah Penjelasan mengenai distribusi pendapatan?
3. Apa saja faktor-faktor produksi dalam islam?
4. Bagaimana penjelasan mengenai Distribusi Pendapatan dalam rumah tangga
(Household)?
5. Bagaimana peranana Negara terhadap Distribusi pendapatan?

Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 164


i

Dalam Ekonomi Islam

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Moral Islam Dalam Sistem Distribusi Pendapatan


Secara umum, Islam mengarahkan mekanisme berbasis moral spiritual dalam
pemeliharaan keadialan sosial pada setiap aktivitas ekonomi. Upaya pencapaian
manusiaakan kebahagian, membimbing manusia untuk menerapkan keadilan ekonomi yang
dapat menyudahi kesengsaraan di muka bumi ini. Hal tersebut akan sulit di capai tanpa
adanya keyakinan pada prinsip moral tersebut . ini adalah fungsi dari menerjemahkan
konsep moral sebagai faktor endogen dalam perekonomian, sehingga etika ekonomi menjadi
hal yang sangat membumi untuk dapat mengalahkan setiap kepentingan pribadi.
Untuk itu dalam merespon laju perkembangan pemikiran ini, yang harus diperhatikan
adalah: Pertama, mengubah pola pikir. dan pembelajaran mengenai nilai islam dari fokus
perhatiannnya bertujuan materialistis kepada tujuan yang mengarahkan kesejahteraan
umum berbasis pembagian sumber daya dan resiko yang berkeadilan untuk mencapai
kemanfaatan yang lebih besar bagi komunitas sosial. Kedua, keluar dari ketergantungan
pihak lain. Hidup diatas kemampuan pribadi sebagai personal maupun bangsa,
melaksanakan kewajiban finansial sebagimana yang ditunjukan oleh ajaran Islam dan
meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa dunia saat ini bukanlah akhir cerita kita. Akan
ada meyakini kehidupan baru setelah kehidupan di dunia fana ini.
Islam menyadari bahwa pengakuan akan kepemilikkan adalah hal yang sangat penting.
Setiap hasil usaha ekonomi seorang muslim, dapat menjadi hak miliknya, karena hal inilah
yang menjadi motivasi dasar atas setiap aktivitas produksi dan pembangunan.
Di lain pihak prinsip moral islam mengarahkan kepada kenyataan bahwa pengakuan hak
milik harus berfungsi sebagai pembebas manusia dari karakter materialistis. Hanya karena
pembebasan itu, manusia bisa mendapatkan kemuliananya, bukan sebaliknya. Dalam islam
legitimasi hak milik akan tergantung dan sangat terkait erat kepada pesan moral untuk
menjamin keseimbangannya, dimana hak pribadi diakui, namun hak kepemilikkan tersebut
harus berfungsi sebagai nafkah konsumtif bagi diri dan keluarga, berproduksi dan
berinvestasi. Alat untuk mengapresiasikan kepedulian sosil (zakat, infak, dan sedekah) dan
jaminan kekayaan, menjamin mekanisme kerja fisaabilillah dan semangat pembangunan
serta penataan.
Dari sini, pengertian etimologis dari kepemilikan seseorang akan materi berarti
penguasaan terhadap suatu benda. Sedangkan secara terminologis berarti spesialisasi
seseorang terhadap suatu benda yang memungkinkannya untuk melakukan tindakan hukum
sesuai dengan keinginnya atas benda tersebut, selama tidak ada halangan syara’ atau
selama orang lain tidak terhalangi untuk melakukan tindakan hukum atas benda tersebut.
Hal ini berarti dapat dipahami dengan jelas bahwa konsep kepemilikan dalam perspektif
Islam

Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 165


i

memasukkan muatan nilai moral etika sebagai faktor endogen, danDalam Ekonomi
konsep Islam
etika
tersebutsangat terkait dengan hukum Allah SWT. Karena bersentuhan dengan area halal
haram.
Pemahaman ini bermuara pada pengakuan bahwa sang pemilik dan absolut hanyalah
Allah SWT. Tuhan Semesta Alam, dalam firman-Nya:

“kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha perkasa atas segala”
(Ali Imran:189)

Sedangkan manusia hanya diberi hak kepemilikan terbatas, yaitu sebagai pihak yang
diberi wewenang untuk memanfaatkan, dan inti dari kewenangan tersebut adalah tugas
(taklif) untuk menjadi seorang khalifah (agen pembangunan atau pengelola) yang beribadah
di muka bumi ini.
Namun demikian, pemanfaatannya untuk kepentingan umat dan agama Islam harus
lbih diutamakan, karena setiap milik individu dapat dimanfaatkan secara langsung oleh
individu tersebut dan dapat pula digunakan untuk kepentingan umum secara tidak lansung.
Sebaliknya, setiap kepemilikan kolektif tidak dapat menggangu gugat kepemilkan pribadi,
kecuali hal yang demikian itu ditujukan untuk menjalankan perintah Allah SWT.
Para Ahli Fikih mendefiisikan bahwa yang dimaksud dengan kepemilikan umum itu
adalah:
Pertama, fasilitas atau sarana umum yang menjadi kebutuhan umum masyarakat seperti
air,padang rumput, jalan-jalan umum.
Kedua, barang tambang, seperti tamban minyak dan gas bumi, emas dan logam mulia
lainnya, timah. Besi batu bara, dan lain sebagainya.
Ketiga, sumber daya yang bentukan materinya sulit untuk dimliliki invidu, seperti laut,
sungai, dan danau.

Pada ketiga hal tersebut, pemanfaatan akan sangat berkaitan dengan hak Allah dan
hak umum. Oleh sebab itu, otoritas negara dapat mengambil alih untuk pendistribusiannya
secara adil. Tentunya dengan memerhatikan secara ketat akan adanya tindakan-tindakan
yangmerusak seperti ekploitasi habis-habisan dan konsumsi besar-besaran.
Penggambaran sistem etikonomik dalam pemanfaatan hak milik kekayaan yang dapat
diapresiasikan dari konsep di atas , telah dijelaskan oleh Manan (1993), sebagai berikut :
1. kepemilkan yang secara sah secara hukum, artinya segala bentuk hak kepemilikan
didapatkan dengan cara yang sesuai dengan cara yang sesuai dengan hukum (halal).
Kajian hukum syariat mengenal dua bentuk kepemilikan , yaitu:
a. Kepemilkan sempurna (al-milk at-tam)
b. Kepemilkan tidak sempurna (al milk an-naqis)
2. Pemanfaatan hak milik diarahkan kepada pemanfaatan ekonomi yang berkesinambungan,
karena itu seorang muslim harus terus mengupayakan produktivitas kekayaannya.

Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 166


i

3. Dalam Ekonomifisabilillah
Pemanfaatan hak milik diarahkan kepada pemanfaatan non-ekonomi Islam
(berfaedah di jalan Allah) . hal ini berarti cara pemanfaatan yang merupakan input
produktivitas dan hasil pemanfaatan yang merupakan output produktivitas harus berada
di jalur aturan syariah.
4. Pemanfaaan hak milik secara ekonomi dan non-ekonomi yang tidak merugikan pihak
lain. Pihak lain di sini berarti semua makhluk hidup semesta alam yang hidup
berdampingan dengan manusia.
5. Penggunaan dan pemanfaaatan secara ekonomi dan non-ekonomi yang berimbang,
dengan begitu dalam setiap pembangunan barang ataupun apa saja yang jadi milik tidak
diarahkan untuk pemborosan dan tidak boleh pula terlalu kikir.

FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI DALAM ISLAM


Dalam aktivitas produksinya, produsen mengubah berbagai faktor produksi menjadi
barang/jasa. Berdasarkan hubungannya dengan tingkat produksi tetap (fixed input) dan
variabel tetap (variabel input).
Ghazali menyebutkan bahwa beberapa faktor produksi antara lain:
6. Tanah
Tanah telah menjadi suatu faktor terpenting sejak dahulu kala. Penekanan pada
penggunaan tanah-tanah mati (ihya’ al-mawat) menunjukan perhatian Rasulullah SAW dalam
penggunaan sumber daya bagi kemakmuran rakyat. Islam mempunyai komitmen untuk
melaksanakan keadilan dalam hal pertanahan.
7. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan human capital bagi suatu perusahaan. Di berbagai macam jenis
produksi, tenaga kerja merupakan aset bagi keberhasilan suatu perusahaan. Kesuksesan suatu
produksi terletak pada kinerja sumber daya manusia yang ada didalamnya, termasuk diantaranya
kinerja para tenaga kerja.
8. Modal
Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu produksi. Tanpa adanya
modal, perusahaan tidak akan bisa menghasilkan suatu barang dan jasa. Modal adalah jumlah
kekayaan yang bisa saja berupa assets, yang bisa digunakan untuk menghasilkan suatu kekayaan.
Dalam islam modal suatu usaha haruslah bebas dari riba. Beberapa cara perolehan modal,
islam mengatur suatu sistem yang lebih baik, dengancara kerja sama mudharabah atau
musharakah.
9. Manajemen Produksi
Beberapa faktor produksi diatas tidak akan menghasilkan suatu profit yang baik ketika
tidak ada manajemen yang baik. Karena tanah, tenaga kerja, modal dan lainsebagainya tidak
akan bisa berdiri dengan sendirinya. Semua memerlukan suatu pengaturan yang baik, berupa
suatu organisasi, ataupun manajemen yang bisa menertbitkan, mengatur, merencanakan, dan
mengevaluasi segala kinerja.
10. Teknologi

Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 167


i

Dalamperan
Di era kemajuan produksi yang ada pada saat ini, teknologi mempunyai Ekonomiyang
Islam
sangat besar dalam sektor ini. Berapa banyak produsen yang kemudian tidak bisa survive karena
adanya kompetitor lainnya dan lebih banyak yang bisa menghasilkan barang atau jasa jauh lebih
baik, karena didukung oleh faktor produksi.
11. Bahan Baku
Bahan baku terbagi menjadi dua macam, adakalanya bahan baku tersebut merupakan
sesuatu yang harus dapat didapat ataupun dihasilkan oleh alam, tanpa adanya penggantinya.
Ada juga yang memang dari alam akan tetapi, bisa dicarikan bahan lain untuk mengganti bahan
yang telah ada. Ketika seseorang produsen akan memproduksi suatu barang/jasa, maka salah
satu hal yang harus dipikirkan yaitu bahan baku. Karena jika bahan baku tersedia dengan baik,
maka produksi akan berjalan dengan lancar, jika sebaliknya, maka akan menghambat jalannya
suatu produksi.

DISTRIBUSI PENDAPATAN
Konsep dasar kapitalis dalam permasalahan distribusi adalah kepemilikan (pribadi).
Makanya permasalahan yang timbul adalah adanya perbedaan mencolok pada kepemilikan,
pendapatan dan harta pusaka peninggalan leluhurnya masing-masing. Sedang sosialis lebih
melihat kepada kerja sebagai basic dari distribusi pendapatan.
Lembaga hak milik swasta merupakan elemen paling pokok dari kapitalisme. Para
individu memperoleh perangsang agar mereka dimanfaatkan seproduktif mungkin. Hal
tersebut sangat mempengaruhi distribusi kekayaan serta pendapatan karena individu-
individudiperkenankan untuk menghimpun aktiva dan memberikannya kepada para ahli
waris secara mutlak apabila mereka meninggal dunia. Sedangkan sosialisme melibatkan
pemilikan semua ala-alat produksi, termasuk di dalamnya tanah-tanah pertania oleh neara,
dan menghilangkan milik swasta. Dala maasyrakat sosialis hal yang menonjol adalah
kolektivisme atau rasa kebersaan.untuk mewujudkan rasa kebersamaan ini, alokasi produksi
dan cara pendistribusian semua sumber-sumber ekonomi diatur oleh negara.
Dalam Islam, kebutuhan memang menjadi alasan untuk mencapai pendapatan
minimum. Sedangkan kecukupan dalam standar hidup hidup yang baik (nisab) adalah hal
yang paling mendasari dalam sistem distribusi-redistribui kekayan, setelah itu baru
dikaitkan dengan kerja dan kepemilikan pribadi.
Proses redistribusi pendpaatan dalam Islam mengamini banyak hal yang berkitan dengan
moral endogeneity, signifikasi dan batasana-batasan tertentu, di antaranya:
a. Sebagaimana utilirianisme, mempromosikan “greatest good for greatest number of
people”, denga “good” dan “utility” diharmonisasiakan dengan pengertian halal-haram,
peruntungan manusia dan pengikatan utility manusia adalah tujuan utama dari tujuan
pembangunan ekonomi.
b. Sebagaimana liberatarian dan Marxism, pertobatan dan penubusan dosa adalah salah satu
hal yang mendasari diterapkannya proses redistribusi pendapatan. Dalam aturan main

Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 168


i

Syariah akan ditemukan sejumlah instrument yang mewajibkan seorang muslim Dalamuntuk
Ekonomi Islam
medistibusikan kekayaannya sebagai akibat melakukan kesalahan (dosa).
c. Sistem redistriusi diarahkan untuk berlaku sebagai faktor pengurang dari adanya pihak
yang merasa dalam keadaaan merugi ataupun gagal. Kondisi seperti ini hampir bisa
dipastikan berlaku di setiap komunitas.
d. Mekanisme redistribusi berlaku secara istimewa, karena walaupun pada realitasnya
distribusi adalah proses transfer kekayaan searah, namun pada hakikatnya tidak demikian.
Di sini pun terjadi mekanisme pertukaran, hanya saja objek yang menjadi alat tukar dari
kekayaan yang ditransfer berlaku di akhirat nanti (pahala).

Sedangkan standar atau indikator kebutuhan dan batasan yang mendasari sitem
distribusi pendapatan Islam adalaha maqasid syariah (kebutuhan dan batasan dalam
mengkomodikebutuhan paling dasar bagi setiap muslim, yaitu: aspek agama, diri atau
personal, akal, keturunan dan harta). Sistematika hierarki yang mengacu kepada skala
prioritas denganurutan:
a. Ad-daruriyayah: suatau skala kebutuhan yang berkaitan erat dengan kebaikan dan
kepentingan dalam menjalani hidup di dunia dan akhrat.
b. Al-Hajjiyyah: suatu skala kebutuhan yang berkaitan erat dengan kemudahan dan
penghindaran kesulitan dalam menjalani hidup didunia dan akhirat.
c. At-Tahsiniyyah : suatu skala kebutuhan yang berkaitan erat dengan kelengkapan dan
kecakapan melaksanakan hidup di dunia dan akhirat.
4. Distribusi Pendapatan Dalam Konteks Rumah Tangga (HouseHold)

Distribusi pendapatan dalam konteks rumah tangga akan sangat terkait dengan
terminologi shadaqah. Pengertian shodaqah disini bukan berarti sedekah dalam konteks
pengertian bahasa Indonesia. Karna shodaqoh dalam kontek terminoloi Al-Qur’an dapat
dipahami dalam dua aspek, yaitu: pertama, shadaqah wajibah yang berarti bentuk-bentuk
pengeluaran rumah tangga yang berkaitan dengan instrumen distriusi pendapatn berbasis
kewajiban. Untuk kategoi ini bisa berarti kewajiban personal sesorang sebagai muslim,
seperti warisan dan bisa juga berati kewajiaban seorang muslim dengan muslim lainnya.
Seperti jiwar dan musaadah (tunjangan). Kedua, shadaqah nafilah (sunnah) yang berati
bentuk-bentuk pengeluaran rumah tangga yang berkaitan dengan instrumen distribusi
pendapatan berbasis amal karitarif, seperti sedekah.
Distribusi penapatan dalanm rumah tangga juga berkaitan dengan terminology had atau
hudud (hukuman). Hukuman ini terjadi,bilamana seorang muslim melakukan tindakan yang
tidak sesuai dengan aturan syariah, kemudian sebagai konsekueni hukumnya ia diharuskan
membaar dengda kafarat dan dam (diyat). Kafatrat dan dam ini merupakan satau bentujk
hukuman yang bernuansa distribusi – redistribusi pendapatan.
Pertama, macam-macam instrument Shadaqah Wajibah (wjoib an khusus dikenakann bagi
orang muslim) adalah:

Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 169


i

a. Dalam Ekonomi
Nafaqah : kewajiban tanpa syarat dengan menyediakan semua kebutuhan Islamorang-
pada
orang terdekat, yakni anak-anak dan istri.
b. Zakat : instrumen zakat adalah kewajiban seorang muslim untuk menyisihkan sebagian
hrta miliknya, untuk di ditribusikan kepada kelompok tertentu (delapan asnaf ).
c. Udhiyah : kurban binatang ternak pada saat hari tayrik perayaan Idul Adha.
d. Warisan : pemabgian aset kepemilikan kepada orang yang ditinggalkan setelah
meninggal dunia. Ajaran islam sangat mmperhatikan keberlangsungan hidup anak cucu
adam.
e. Musaadah : yaitu memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami musibah.
Dalam konteks ini, Islam menekankan bahwa materi yang dijadikan objek bantuan
(didistribusikan) harus dalam keadaan yang layak, baik dan bagus (proper goods).
f. Jiwar : bantuan yang diberika berkaitan dengan urusan bertetangga.
g. Diyafah : kegiatan memberikan jamuan kepada tamu yang dating.

Kedua: instrument shadaqah nafilah (sunnah dan khusus dikenakan bagi orang Muslim)

a. Infak : sedekah yang diberikan kepada pihak lain jika kondisi keuangan rumah tangga
Muslim sudah berada di atas nisab.
b. Aqiqah : memotong seeor kambing untuk anak perempuan dan dua ekor kambing untuk
anak laki-laki yang baru dilahirkan.
c. Wakaf : memberikan bantuan atas kepemilikannya untuk kesejahteraan masyarakat
umum, aset yang diwakafkan bisa dalam bentuk aset materi kebendaan (tanah, rumah,
barang) ataupun aset keuangan.

Ketiga: instrumen term had/hudud (hukuman) adalah instrumen yang bersifat aksidental, dan
merupakan konsekuensi dari sebuah tindakan.
a. Kafarat : tembusan terhadap dosa yang dilakukan oleh seorang Muslim, semisal
melakukan hubungan suami istri pada siang hari di bulan Ramadhan.
b. Dam atau Diyat : tebusan atas tidak dilakukannya suatu syarat dalam pelaksanaan ibadah,
seperti tidak melaksanakan puasa tiga hari pada saat melaksanakan ibadah haji.
c. Nudzur : perbuatan untuk menafkahkan atau mengorbankan sebagian harta yang
dimilikinya untuk mendapat keridhoan Allah SWT.

Peran Negara dalam Distribusi Pendapatan


Islam mengakui adanya kepemilikan individu dan setiap orang bebas
mengoptimalkan kreativitasnya serta memberi otoritas kepada pemiliknya sesuai dengan
batasan yang ditetapkan Allah. Namun kebebasan yang diberikan itu terkadang
disalahgunakan oleh sebagian orang misalnya dalam bentuk: pengambilan riba, perilaku
monopoli, dan aktivitas yang sejenisnya. Jika aktivitas seperti ini terjadi maka pemimpin
negara diperbolekan melakukan investasi seperlunya. Tujuannya adalah untuk menghentikan
perilaku yang mengancam hak dan kesejahteraan hidup masyarakat. Menutut An-
Nabahani

Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 170


i

Dalam Ekonomi
dikatakan bahwa tugas-tugas pemerintah dalam perekonomian dibagi menjadi tiga,Islam
yaitu:(1)
Mengawasi faktor utama penggerak ekonomi; (2) Menghentikan mu’amallah yang
diharamkan; dan (3) mematok harga kalau diperbolehkan.
Pemerintah harus mengawasi gerak perekonomian seperti dalam aktivitas produksi
dan distribusi barang, praktek yang tidak benar seperti : penimbunan terhadap bahan pokok
yang sangat diperlukan masyarakat, monopoli dan tindakan mempermainkan harga untuk
menjaga kemaslahatan bersama. Pematokan harga pada mulanya diharamkan. Karena
kondisipenjual saat itru pada posisi lemah yang berbeda dengan keadaan saat ini. Dimana
seorang penjual dapat berbuat apa saja. Oleh karena itu peran pemerintah untuk mematok
harga suatukomoditas tertentu diperbolehkan atau bahkan menjadi wajib. Sebab untuk
menciptakankeadilan dan kemaslahatan bersama.
Dalam kaitan ini Qardhawi menegaskan bahwa tugas negara adalah berupaya untuk
menegakkan kewajiban dan keharusan mencegah terjadinya hal-hal yang diharamkan
khususnya doa besar, seperti : riba, perampasan hak, pencurian dan kedzaliman kaum kuat
terhadap kaum lemah. Pernyataan ini mengandung maksud, bahwa negara bertugas untuk
menetapkan aturan atu undang-undang berdasarkan nilai dan moral ke dalam praktek nyata
serta mendirikan ntitusi (lembaga) untuk menjaga serta memantau pelaksaan kewajiban
masyarakat dan menghukum orang yang melanggar dan melalaikan kewajibannya.
Pemerintah harus dapat menghapuskan kemiskinan minimal mengurangi jumlah penduduk
yang miskin.
Demikian pula negara harus dapat meningkatkan aktivitas bisnis dan mencegah
terjadinya eksploitasi terhadap pihak tertentu dalam masyarakat. Kebijakan pemerintah
yang berkaitan dengan distribusi pendapatan adalah kebijakan fiskal dan anggaran belanja.
Kebijakan tersebut bertujuan untuk mengembangkan suatu masyarakat yang didasarkan
pada distribusi kekayaan berimbang dengan menempatkan nilai-nilai material dan spiritual
pada tingkat yang sama.
Kebijakan fiskal dianggap sebagai alat untuk mencapai pemerataan kekayaan negara
yang mekanismenya harus berdasarkan nilai dan prinsip hukum dalam Al-Qur’an. Kegiatan
yang menambah penghasilan negara harus digunakan untuk mencapai tujuan ekonomi dan
sosial tertentu berdasarkan hukum Allah yang melarang penumpukan kakayaan diantara
segolongan kecil masyarakat. Kebijakan tersebut diharapkan dapat mendukung fungsi
alokasi, distribusi dan stabilitasi dalam suatu negara.

Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 171


i

BAB III Dalam Ekonomi Islam


PENUTUP

A. KESIMPULAN
Islam menyadari bahwa pengakuan akan kepemilikkan adalah hal yang sangat penting.
Setiap hasil usaha ekonomi seorang muslim, dapat menjadi hak miliknya, karena hal inilah
yang menjadi motivasi dasar atas setiap aktivitas produksi dan pembangunan. Di lain pihak
prinsip moral islam mengarahkan kepada kenyataan bahwa pengakuan hak milik harus
berfungsi sebagai pembebas manusia dari karakter materialistis. Hanya karena pembebasan
itu, manusia bisa mendapatkan kemuliananya, bukan sebaliknya. Dalam islam legitimasi hak
milik akan tergantung dan sangat terkait erat kepada pesan moral untuk menjamin
keseimbangannya, dimana hak pribadi diakui, namun hak kepemilikkan tersebut harus
berfungsi sebagai nafkah konsumtif bagi diri dan keluarga, berproduksi dan
berinvestasi.Alat untuk mengapresiasikan kepedulian sosil (zakat, infak, dan sedekah) dan
jaminan kekayaan, menjamin mekanisme kerja fisaabilillah dan semangat pembangunan
serta penataan.

Jurnal Balanca, Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2019 172


DAFTAR PUSTAKA

Riyadi, Abdul Kadir & Ika Yunia Fauzia, 2014. Prinsip Dasar Ekonomi Islam
PerspektifMaqashid Al-Syari’ah. Jakarta: Prenadamedia

Muhammad, 2004. Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam. Yogyakarta;


BPFE-YOGYAKARTA

Edwin, Mustafa Nasution, Dkk, 2006, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta:
KencanaPrenada Media Group
i

Dalam Ekonomi Islam

174
i

Dalam Ekonomi Islam

175
i

Dalam Ekonomi Islam


KONSEP REVIEW SEJARAH MEKANISME PASAR DALAM EKONOMI ISLAM
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah ekonomi mikro Islam
Kelompok 10

Dosen Pengampu : Alfian, M.E

DI
S
U
S
U
N

Oleh :

Riona Putri (4022019092)


Devi Marini (4022019008)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
TAHUN AJARAN 2021

176
i

Dalam Ekonomi Islam


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsep Review
Mekanisme Pasar dalam Ekonomi Islam”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok
dari Bapak Alfian, M.E sebagai dosen mata kuliah ekonomi mikro islam. Selain itu,makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai Konsep Review Mekanisme Pasar
dalam Ekonomi Islam bagi pembaca dan juga penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Alfian, M.E yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang penulis tekuni.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berbagi
sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari,makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Penulis

Kuala Simpang,31 mei 2021

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

i
i

Dalam Ekonomi Islam


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1


A.Latar Belakang ........................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 2


A.Pengertian Pasar ........................................................................................................ 2
B.Pasar Pada Permulaan Islam ...................................................................................... 3
C.Pasar Pada Masa Rasulullah ....................................................................................... 4
D.Mekanisme Pasar dalam Islam ................................................................................... 5
E.Prinsip Dasar Pasar Islami .......................................................................................... 6
F.Pandangan Ekonom Muslim ....................................................................................... 7

BAB II PENUTUP .............................................................................................................. 10


A.Kesimpulan ................................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 11

ii
i
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Islam adalah agama yang sempurna,karena Islam agama penyempurna
dari agama-agama sebelumnya dan syari’at yang mengatur segala aspek
kehidupan , baik yang bersifat aqidah maupun muamalah. Dalam kaidah tentang
mualamah, Islam mengatur segala perilaku manusia dalam berhubungan dengan
sesamanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di dunia.
Hal ini dikarenakan dalam islam dibahas nilai-nilai, etika, dan pedoman
hidup secara komperhensif. Islam sebagai agama penyempurna agama-agama
terdahulu yang mengatur segala aspek kehidupan manusia baik persoalan aqidah
maupun muamalah. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari termasuk
didalamnya dituntun bagaimana cara pengelolaan pasar dan segala bentuk
mekanismenya.
Sistem ekonomi pada masa Nabi Muhammad saw. yang patut dijakan
panutan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah pasar (al-suq). Pasar
adalah tempat dimana penjual dan pembeli bertemu mereka melakukan transaksi
jual beli barang dan atau jasa. Pasar mempunyai peran yang besar dalam
ekonomi. Pasar mempunyai aturan untuk tukar-menukar hak milik dan menukar
barang antara produsen dan konsumen. Di pasar orang bisa memenuhi segala
kebutuhannya dan tidak ada orang yang tidak memerlukan pasar.
Konsep Islam menegaskan kalau pasar berdiri di atas prinsip persaingan
sempurna (perfect competition). Dalam Islam, transaksi terjadi secara sukarela
(antaradim minkum).
i

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pasar
Pasar sebagai tempat bertemunya antara penjual dan pembeli untuk
melakukan transaksi barang atau jasa. Pasar juga sebagai sebuah mekanisme
pertukaran barang dan jasa yang alamiah dan sudah ada saat awal peradaban
manusia. Dalam Islam pasar sangatlah penting dalam perekonomian. Pasar
sudah ada pada masa Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin dan menjadi sunatullah
yang telah di jalani selama berabad-abad.
Adapun pasar menurut kajian ilmu ekonomi ialah sebagai tempat atau
keadaan yang mempertemukan antara permintaan (pembeli) atau penawaran
(penjual) untuk setiap jenis barang, jasa atau sumber daya. Pembeli ialah
konsumen yang membutuhkan barang dan jasa,bagi industri membutuhkan
tenaga kerja, modal dan barang baku produksi baik untuk memproduksi barang
maupun jasa. Penjual juga menawarkan hasil produk atau jasa yang diminta oleh
pembeli; pekerja menjual tenaga dan keahliannya, pemilik lahan menyewakan
atau menjual asetnya, sedangkan pemilik modal menawarkan pembagian
keuntungan dari kegiatan bisnis tertentu.
Dari segi fisiknya, pasar dapat dibedakan menjadi beberapa macam,
diantaranya:
1. Pasar tradisional
2. Pasar raya
3. Pasar abstrak
4. Pasar swalayan
5. Pasar serba ada
Sedangkan berdasarkan jenis barang yang dijual, pasar dibedakan
menjadi beberapa macam di antaranya:
1. Pasar ikan
2. Pasar sayuran
3. Pasar buah-buahan
4. Pasar barang elektronik
5. Pasar barang perhiasan
6. Pasar barang bangunan
7. Bursa efek, saham dan komoditi
Aktifitas usaha yang dilakukan di pasar pada dasarnya melibatkan dua
subyek pokok, yaitu produsen dan konsumen. Kedua subyek itu mempunyai
peranan yang sangat besar terhadap pembentukan harga di pasar.
i

B. Pasar Pada Permulaan Islam


Islam diturunkan disuatu penduduk yang aktifitas perdagangannya
tergolong maju saat itu. Bangsa Quraisy di Mekkah sering melakukan
perdagangan ke Syam dan Yaman.
Menurut beberapa rekan sejarah, perjalanan dagang penduduk Quraisy
saat itu mereka menuju Syam pada saat musim panas dan Yaman pada saat
musim dingin. Mereka melakukan aktifitas ekspor dan impor ke beberapa
tempat. Pada awalnya kafilah dagang Quraisy dilepas oleh penduduk Mekkah
dengan beberapa unta dan barang dagangan yang berasal dari Mekkah untuk di
ekspor ke negara tujuan.Total lamanya perjalanan mereka adalah satu bulan
perjalanan berangkat, satu bulan berdagang dan satu bulan perjalan pulang.
Selain beberapa perjalanan yang dilakukan oleh saudagar arab di era
tersebut, ada juga beberapa pasar yang menjadi sarana bagi transaksi yang
mereka lakukan, baik dengan cara barter maupun yang lainnya. Diantara pasar
tersebut antara lain:
a. Fumatul Jandal (di ujung utara Hijaz, di dekat perbatasan Syiria. Pekan
Bisnis ini diadakan setiap tahun pada awal rabiul Awal sampai akhir
pekan).
b. Mushaqqar (terletak di suatu kota terkenal di Hijaz, (Bahrain), dimulai
pada Jumadil Awal, dan berlangsung sebulan penuh).
c. Sahar (salah satu kota di Oman, pekan bisnis berlangsung di kota ini
selama lima hari penuh pada bulan rajab).
d. Dabba (salah satu dari dua kota pelabuhan Oman, biasanya yang
berdagang disana saudagar India, Sind, China, dan lain Sebagainya).
e. Shir (Maharah). (dekat dengan pantai laut Arabia, antara Aden (Yaman)
dan Oman, pekan bisnis berlangsung pada awal sampai pertengahan
bulan Sya’ban).
f. Aden (Di Yaman pada tangal 1-10 Ramadhan).
g. San’a (di Ibu Kota Yaman, pada 10 sampai akhir Ramadhan).
h. Rabiyah (kota Hadramaut Yaman, pada 15 Dzulqa’dah selama satu
bulan penuh).
i. Ukaz (di ujung Najd dekat dengan Taif (masih sekitar Mekkah), pasar ini
juga merupakan tempat berkumpulnya banyal suku arab dan juga para
penyairnya untuk berbalas syair).
j. Dzul Majaz (dekat Ukaz, diantara Ukas dan Mekkah, berlangsung
tanggal 1-7 Dzulhijjah).
k. Mina (selama musim Haji).
i
l. Nazat (dekat khaibar, pada tangagal 10 sampai akhir bulan Muharram).
m. Hijr (kota di Yamamah, pada tanggal 10 sampai akhir bulan Muharram).
n. Basya’ (kota di Syiria, di semenanjung Arabia dan sering didatangi oleh
Nabi Muhammad SAW).

C. Pasar Pada Masa Rasulullah


Pada perekonomian, pasar memegang peran penting, termasuk dalam
perekonomian masyarakat Muslim pada masa Rasulullah SAW. dan
Khulafaur Rasyidin. Rasulullah pada awalnya adalah seorang pebisnis,
demikian pula Khulafaur-Rasyidin dan sebagain besar sahabat. Saat usia 7
tahun Nabi Muhammad diajak pamannya, Abu Thalib, melakukan
perjalanan perdagangan ke Negeri Syam. Dari sini ilmu-ilmu perniagaan
beliau diasah. Kemudian sejalan dengan usianya yang semakin dewasa. Nabi
Muhammad semakin giat berdagang, baik dengan modal sendiri maupun
bermitra dengan orang lain. Kemitraan, baik dengan sistem mudharabah
mapun musyarakah dianggap cukup populer pada masayarakat Arab pada
saat itu. Salah satu mitra bisnisnya adalah Khadijah, seorang wanita
pengusaha yang cukup disegani di Mekkah, yang akhirnya menjadi istri
Nabi Muhammad SAW. berkali-kali Nabi Muhammad SAW. terlibat urusan
dagang keluar negeri (Syam, Syiria,, Yaman, dan lain-lain) dengan
membawa modal dari Khadijah.
Nabi Muhammad SAW. seorang pedagang profesional dan selalu
menjunjung tingi kejujuran. Beliau mendapat julukan al-amin (yang
terpercaya). Pada saat itu mekanisme pasar sangat dihargai. Rasulullah
SAW. menolak untuk membuat kebijakan penetepan harga manakala tingkat
harga di Madinah tiba-tiba naik. Selama kenaikan terjadi karena kekuatan
permintaan dan penawaran yang murni, yang tidak disertai dengan dorongan
monopolistik,tidak ada alasan bagi Rasulullah SAW. untuk tidak
menghormati harga pasar. Pada saat itu para sahabat berkata,

“Wahai Rasulullah, tentukan harga untuk kita! Beliau menjawab, Allah


itu sesunguhnya penentu harga, penahan, pencurah, serta pemberi rezeki.
Aku berharap dapat menemui Tuhanku di mana salah seorang kalian tidak
menuntutku karena ke zaliman dalam hal darah dan harta.”

Dalam hadis tersebut jelas bahwa pasar merupakan hukum alam


(sunnatullah) yang harus dijunjung tinggi. Tidak seorangpun bisa
memengaruhi pasar sebab pasar adalah kekuatan kolektif yang telah menjadi
ketentuan Allah SWT.
i

D. Mekanisme Pasar Dalam Islam


Ekonomi Islam memandang bahwa pasar, berada dalam keseimbangan
(iqtishad). Pasar dijamin kebebasannya dalam Islam. Pasar bebas
menentukan cara-cara produksi dan harga, tidak boleh ada gangguan yang
mengakibatkan rusaknya keseimbangan pasar. Konsep istilah pasar dalam
Islam dapat dirujuk pada hadist Rasulullah SAW. sebagaimana disampaikan
oleh Anas r.a. sehubungan dengan adanya kenaikan harga barang di Kota
Madinah. Hadist tersebut menjelaskan bahwa Islam jauh lebih dahulu (lebih
1160 tahun) mengajarkan konsep mekenisme pasar daripada Adam Smith.
Dalam hadis tersebut, jelaskan sebagai berikut:
“Hanya barang dagangan pernah melambung tinggi di Madinah pada
masa Nabi Muhammad SAW. lalu orang-orang berkata, ‘Wahai Rasulullah,
harga barang melambung, maka tetapkanlah standar harga untuk
kami.’Maka Rasulullah SAW. bersabda, ‘ Sesungguhnya Allah-lah al-
Musa’ir (Yang Maha Menetapkan Harga), al-Qabidh, al-Basith, dan ar-
Raziq. Dan sungguh aku benar-benar berharap berjumpa dengan Allah
dalam keadaan tidak ada seorang pun dari kalangan yang menuntutku
dengan kezaliman dalam masalah darah (nyawa) dan harga’.” (H.R. Al-
Khamsah, kecuali an-Nasa’i dan disahihkan oleh Ibnu Hibban).
Mekanisme pasar berdasarkan hadis diatas adalah bahwa adanya
kebebasan pasar dalam menentukan harga. Harga bergantung pada pasar.
Walaupun demikian, Islam tidak menganut harga berdasarkan pasar secara
bebas. Islam akan melakukan intervensi ketika terjadi monopoli harga di
pasar. Artinya, mekanisme pasar dalam perspektif Islam tidak hanya
berdimensi sosial, tetapi juga ada unsur teologis bahwa pasar dikendalikan
dan diawasi oleh syariat.
Dalam perspektif islam pasar yang selama ini berkembang di
Indonesia hanya tertuju pada upaya untuk mencari keuntungan sebesar-
besarnya dan terfokus pada kepentingan sepihak. Sistem tersebut kurang
tepat dengan sistem ekonomi syariah yang menekankan konsep manfaat
yang lebih luas pada kegiatan ekonomi termasuk didalamnya mekanisme
pasar dan pada setiap kegiatan ekonomi itu mengacu kepada konsep
maslahat dan menjunjung tinggi asas-asas keadilan.
i
Selain itu pula, menekankan bahwa pelakunya selalu menjunjung
tinggi etika dan norma hukum Mekanisme Pasar dalam Islami dalam
kegiatan ekonomi. Dalam hal mekanisme pasar dalam konsep Islam akan
tercermin prinsip syariah dalam bentuk nilai-nilai yang secara umum dapat
dibagi dalam dua perspektif yaitu makro dan mikro. Nilai syariah pada
prespektif mikro menekankan aspek kompetensi/ profesionalisme dan sikap
amanah, sedangkan pada prespektif makro nilai-nilai syariah menekankan
aspek distribusi, pelarangan riba dan kegiatan ekonomi yang tidak
memberikan manfaat secara nyata kepada sistem perekonomian.

E. Prinsip Dasar Pasar Islami


Pasar mempunyai peran penting sebagai wadah aktifitas jual beli tidak
hanya dilihat dari fungsinya secara fisik, namun dilihat pada aturan, norma dan
yang terkait dengan masalah pasar. Berdasarkan fungsi di atas, pasar jadi rentan
dengan sejumlah kecurangan dan perbuatan ketidak adilan yang menzalimi
pihak lain. Karena peran penting pasar dan juga rentan dengan dengan hal-hal
yang dzalim, maka pasar tidak terlepas dengan sejumlah aturan syariat, yang
antara lain terkait dengan pembentukan harga dan terjadinya transaksi di
pasar.Konsep mekanisme pasar dalam Islam dibangun atas prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. Ar-Ridhaa, yakni segala transaksi yang dilakukan haruslah atas dasar
kerelaan antara masing-masing pihak (freedom cuntract). Hal ini sesuai
dengan Q.S. An-Nisa’ ayat 29:yang artinya “Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (Q.S. An-Nisa’
29).
2. Persaingan sehat (fair competition). Mekanisme pasar akan terhambat
bekerja jika terjadi penimbunan (ikhtikar) atau monopoli. Monopoli dapat
diartikan, setiap barang yang penahannya akan membahayakan konsumen
atau orang banyak.
3. Kejujuran (honesty), kejujuran merupakan pilar yang sangat penting dalam
Islam, sebab kejujuran adalah nama lain dari kebenaran itu sendiri. Islam
melarang tegas melakukan kebohongan dan penipuan dalam bentuk
apapun. Sebab, nilai kebenaran ini akan berdampak langsung kepada para
pihak yang melakukan transaksi dalam dagangan dan masyarakat luas.
4. Keterbukaan (transparency) serta keadilan (justice). Pelaksanaan prinsip ini
adalah transaksi yang dilakukan dituntut untuk berlaku benar dalam
pegnungkapan kehendak dan keadaan yang sesungguhnya.
i

F. Pandangan Ekonom Muslim

1. Mekanisme Pasar menurut Abu Yusuf (731-798 M)


Pemikiran Abu Yusuf tentang pasar dapat dijumpai dalam bukunya al-
Kharaj. Selain membahas prinsip perpajakan dan anggaran negara yang menjadi
pedoman kekhalifahan Harun Ar-Rasyid di Baghdad, buku. Tulisan pertamanya
menguraikan naik dan turunnya produksi yang dapat memengaruhi harta.
Masyarakat luas pada masa itu memahami bahwa harga suatu barang hanya
ditentukan oleh jumlah penawarannya. Dengan kata lain, apabila hanya tersedia
sedikit barang, harga akan mahal. Sebaliknya, jika tersedia barang banyak harga
akan murah. Mengenai hal ini Abu Yusuf dikutip oleh M.Rianto al-Arif,
mengatakan “tidak ada batasan tertentu tentang murah dan mahal yang dapat
dipastikan hal tersebut ada yang mengaturnya. Prinsipnya tidak bisa diketahui.
Murah karena melimpahnya makanan, demikian juga mahal bukan karena
kelangkaan makanan. Bisa saja makanan sangat sedikit, tetapi harganya murah.”
Pernyataan ini menjelaskan kalau harga tidak hanya ditentukan oleh penawaran,
tetapi juga permintaan terhadap barang tersebut.

2. Evolusi Pasar Menurut al-Ghazali (1058-1111 M)


Al-Ihya ‘Ulumuddin karya al-Ghazali juga membahas topik-topik
ekonomi, termasuk pasar. Dalam magnum opus-nya ia membicarakan barter dan
permasalahannya, pentingnya aktifitas perdagangan dan evolusi terjadinya
pasar, termasuk bekerjanya kekuatan permintaan dan penawaran dalam
memengaruhi harga. Dari al-Ghazali menyadari kesulitan ditimbulkan akibat
sistem barter yang dalam istilah ekonomi modern disebut double coincidence,
dan karena itu diperlukan suatu pasar. Selanjutnya, ia juga memperkirakan
kejadian ini akan berlanjut dalam skala yang lebih luas. Mencakup banyak
daerah atau negara. Al-Ghazali tidak menolak kenyataan bahwa mencari
keuntungan merupakan motif utama dalam perdagangan. Meskipun demikian, ia
i
memberikan banyak penekanan pada etika dalam bisnis, ketika etika ini
diturunkan dari nilai-nilai Islam. Keuntungan yang sesungguhnya merupakan
keuntungan yang akan diperoleh di akhirat kelak. Ia juga menyarankan adanya
peran pemerintah dalam menjaga keamanan jalur perdagangan demi kelancaran
perdagangan dan pertumbuhan ekonomi.

3. Pasar Menurut Pemikiran Ibnu Taimiyah


Pemikiran Ibnu Taimiyah mengenai mekanisme terdapat di dalam
bukunya yang sangat terkenal, yaitu al-Hisbah fi’l al-Islam dan Majmu’ fatawa.
Pandangan Ibnu Taimiyah menganai hal ini sebenarnya berfokus pada masalah
pergerakan harga yang terjadi pada waktu itu, tetapi ia letakkan dalam kerangka
mekanisme pasar. Secara umum ia menunjukkan the beauty of market
(keindahan mekanisme pasar sebagai mekanisme ekonomi), di samping segala
kelemahannya. Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa kenaikan harga tidak selalu
disebabkan oleh ketidak adilan dari para pedagang dan penjual. Sebagaimana
banyak dipahami orang pada waktu itu. Ia menunjukkan bahwa harga
merupakan hasil interaksi hukum permintaan dan penawaran yang terbentuk
karena berbagai faktor yang kompleks.
Dalam kitab Fatwa-nya Ibnu Taimiyah juga memberikan penjelasan
yang lebih terperinci tentang beberapa faktor yang memengarui permintaan, dan
kemudian ditingkat harga. Beberapa faktor terseut menurut Ibnu Taimiyah yang
dikutip oleh M.Rianto al-Arif adalah sebagai berikut:
a. Keinginan orang (al-raghabah) terhadap barang sering berbeda-beda.
Perbedaan ini dipengaruhi oleh berlimpah atau langkanya barang
diminta tersebut (al-matlub). Suatu barang akan lebih sukai apabila ia
langka daripada tersedia dalam jumlah yang berlebihan.
b. Jumlah orang yang meminta (demend/tullab) juga memengaruhi barang-
barang, selain besar dan kecilnya permintaan. Jika kebutuhan terhadap
suatu barang kuat dan berjumlah besar, harga akan naik lebih tinggi
dibandingkan dengan kebutuhan lemah dan sedikit.
c. Harga juga akan dipengaruhi oleh kuat atau lemahnya kebutuhan
terhadap barang-barang, selain besar dan kecilnya permintaan. Jika
kebutuhan terhadap suatu barang kuat dan berjumlah besar, harga akan
naik lebih tinggi dibandingkan dengan kebutuhan lemah dan sedikit.
d. Harga juga akan bervariasi menurut kualitas pembeli barang tersebut (al-
mu’awid). Jika pembeli merupakan orang kaya dan terpecaya (kredibel)
dalam membayar kewajibannya, ia akan memperoleh tingkat harga yang
lebih rendah dibandingkan dengan orang yang tidak kredibel (suka
menunda kewajiban atau mengingkari).
e. Tingkat harga juga dipengaruhi oleh jenis (uang) pembayaran yang
digunakan dalam transaksi jual beli. Jika uang yang digunakan adalah
i
uang yang diterima luas, kemungkinan harga akan lebih rendah jika 14
dibandingkan dengan menggunakan uang yang kurang luas yang
diterima.
f. Tujuan dari suatu transaksi harus menguntungkan penjual dan pembeli.
Jika pembeli memiliki kemampuan untuk membayar dan dapat
memenuhi semua janjinya, transaksi akan lebih lancar dibandingkan
dengan pembeli yang tidak memiliki kemampuan membayar dan
mengingkari janjinya. Tingkat harga barang yang yang lebih nyata
(secara fisik) akan lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak nyata.
g. Kasus yang sama dapat diterapkan kepada orang yang menyewakan
suatu barang. Kemungkinan ia ada di posisi sedemikian rupa sehingga
penyewa bisa mendapat manfaat dengan tanpa (tambahan) biaya apapun.
Walaupun demikian, kadang-kadang penyewa tidak dapat memperoleh
manfaat ini jika tanpa tambahan biaya.

4. Mekanisme Pasar Menurut Pemikiran Ibnu Khaldun (1332- 1406 M)


Pemikran Ibnu Khaldun tentang pasar terdapat dalam buku
alMuqaddimah.menurut Ibnu Khaldun dikutip M. Rianto al-Arif mengatakan, Ia
membagi barang-barang menjadi dua kategori, yaitu barang pokok dan barang
barang mewah. Menurutnya, jika suatu kota berkembang dan jumlah
penduduknya semakin banyak, harga barang-barang pokok akan menurun,
sedangkan harga barang mewah akan menaik. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya penawaran bahan pangan dan bahan pokok lainnya sebab barang
ini sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap orang sehinga pengadaannya akan
diperioritaskan. Adapan harga barang mewah akan naik sejalan dengan
meningkatnya gaya hidup yang mengakibatkan peningkatan permintaan barang
mewah.
Ibnu Khaldun dikutip M. Rianto al-Arif, juga menjelaskan pengaruh
permintaan dan penawaran terhadap tingkat harga. Secara lebih rinci ia
menjelaskan pengaruh persaingan diantara para konsumen dan meningkatnya
biaya-biaya akibat perpajakan dan pungutan lain terhadap tingkat harga.
Ibnu Khaldun sangat menghargai harga yang terjadi dalam pasar bebas,
tetapi ia tidak mengajukan saran-saran kebijakan pemerintah untuk mengelola
harga . ia lebih banyak mefokuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi
harga. Hal ini berbeda dengan Ibnu Taimiyah, yang dengan tegas menentang
intervensi pemerintah selama pasar berjalan bebas dan normal.
i

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ekonomi Islam melihat kalau pasar, negara, dan individu berada dalam
keseimbangan (iqtishad). Pasar dijamin kebebasannya dalam Islam. Pasar juga
bebas untuk menentukan cara-cara produksi dan harga, tidak boleh ada
gangguan yang mengakibatkan rusaknya kesimbangan pasar. Tetapi, pasar yang
berjalan sendiri secara adil (fair) kenyatannya sulit ditemukan.
Mekanisme pasar yaitu adanya kebebasan pasar dalam menentukan
harga. Harga bergantung pada pasar. Walaupun demikian, Islam tidak menganut
harga berdasarkan pasar secara bebas. Islam juga akan melakukan intervensi
pada saat terjadi monopoli harga di pasar. mekanisme pasar dalam perspektif
Islam tidak hanya berdimensi sosial, tetapi juga ada unsur teologis bahwa pasar
dikendalikan dan diawasi oleh syariat Mekanisme pasar dalam Islam meliputi
aspek teologis sampai sosiologis.
i

DAFTAR PUSTAKA

Al-Arif M. Rianto, 2015. Pengantar Ekonomi Syariah: Teori dan Praktik:


Bandung: Pustaka Setia
Fauziah, Ika Yunia & Riyadi, Abdul Kadir, 2014. Prinsip Dasar
Ekonomi Islam: Jakrta: Prenadamedia Group Islam,
M. H. 2016. Ibnu Taimiyah and His Concept of Economy. Iqtishoduna:
Jurnal Ekonomi Islam, 5(1), 15-33.
Karim, A. Adiwarman, 2015. Ekonomi Mikro Perspektif Islam: Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada
Suprayitno, Eko, 2008 . Ekonomi Perspektif Islam: Malang: UIN
Malang
i
Vol. 14 No. 1 Januari-Juni 2012

Abdul Gani Isa


Paradigma Syariat Islam dalam Kerangka Otonomi Khusus (Studi Kajian di
Provinsi Aceh)

Abdulah Safe’i
Koperasi Syariah: Tinjauan Terhadap Kedudukan dan Peranannya dalam
Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan

Ali Abubakar
Kontroversi Hukuman Cambuk

Muhammad Syahrial Razali Ibrahim


Al-Qur’an dan Keadilan Islam dalam Pensyariatan Hudud

Nirzalin
Reposisi Teungku Dayah Sebagai Civil Societydi Aceh

Rahimin Affandi Abd Rahim, Abdullah Yusof & Nor Adina Abdul Kadir
Film Sebagai Pemankin Pembangunan Peradaban Melayu-Islam Modern

Saifuddin Dhuhri
Diskursus Islam Liberal; Strategi, Problematika dan Identitas

Sulaiman Tripa
Otoritas Gampong dalam Implementasi Syariat Islam di Aceh

Teuku Muttaqin Mansur


i
Penyelesaian Kasus Mesum melalui Peradilan Adat Gampong di Aceh (Suatu
Kajian Kasus di Banda Aceh)

Yenni Samri Juliati Nasution


Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam
i

MEDIA SYARI’AH

Wahana Kajian Hukum Islam dan Pranata Sosial


i

MEDIA SYARI’AH

Wahana Kajian Hukum Islam dan Pranata Sosial


Vol. 14, No. 1, 2012

PENGARAH

Nazaruddin A.Wahid

PENANGGUNG JAWAB
Muhammad Yasir Yusuf

KETUA
Kamaruzzaman

SEKRETARIS
Husni Mubarrak

BENDAHARA

Ayumiati

EDITOR

Abdul Jalil
Salam
Hafas
Furqani
Nilam Sari

Ali
Azhars
yah
Chairul i
Fahmi
Dedi
Sumardi

LAY OUT
Azkia

SEKRETARIAT
Rasyid
in
Ubaidi
llah
MEDIA SYARI'AH, is a six-monthly journal published by thei
Faculty of Sharia and Law of the State Islamic University of Ar-
Raniry Banda Aceh. The journal is published since February 1999
(ISSN. 1411-2353) and (ESSN.2579-5090) Number.
0005.25795090 / Jl.3.1 / SK.ISSN / 2017.04.

earned accreditation in 2003 (Accreditation No. 34 / Dikti / Kep /


2003). Media Syari’ah has been indexed Google Scholar and other
indexation is processing some.

MEDIA SYARI'AH, envisioned as the Forum for Islamic Legal


Studies and Social Institution, so that ideas, innovative research
results, including the critical ideas, constructive and progressive
about the development, pengembanan, and the Islamic law into
local issues, national, regional and international levels can be
broadcasted and published in this journal. This desire is marked
by the publication of three languages, namely Indonesia, English,
and Arabic to be thinkers, researchers, scholars and observers of
Islamic law and social institutions of various countries can be
publishing an article in Media Syari'ah

MEDIA SYARI'AH, editorial Board composed of national and


international academia, part of which are academicians of the
Faculty of Sharia and Law of the State Islamic University of Ar-
Raniry Banda Aceh. This becomes a factor Media Syari'ah as
prestigious journals in Indonesia in the study of Islamic law.

Recommendations from the editor to scope issues specific research


will be given for each publishing Publishing in January and July.

Editor Office :
MEDIA SYARI’AH
Wahana Kajian Hukum Islam dan i
Pranata Sosial Fakultas Syariah IAIN
Ar-Raniry Darussalam- Banda Aceh,
Provinsi Aceh – 23111

E-mail: mediasyariah@ar-
raniry.ac.id No. Telp
(0651)7557442,

Fax. (0651) 7557442


i

Table of Contents

Articles

1 Abdul Gani Isa

Paradigma Syariat Islam dalam


Kerangka Otonomi Khusus
(Studi Kajian di Provinsi Aceh)

39 Abdulah Safe’i

Koperasi Syariah: Tinjauan Terhadap Kedudukan


dan Peranannya dalam Pemberdayaan Ekonomi
Kerakyatan

65 Ali Abubakar

Kontroversi Hukuman Cambuk

97 Muhammad Syahrial Razali Ibrahim

Al-Qur’an dan Keadilan


Islamdalam Pensyariatan
Hudud

121 Nirzalin
i
Reposisi Teungku Dayah Sebagai
Civil Society di Aceh
145 Rahimin Affandi Abd Rahim, Abdullah Yusof & Nor Adina i
Abdul Kadir

Film Sebagai Pemankin Pembangunan Peradaban


Melayu-Islam Modern

283 Saifuddin Dhuhri

Diskursus Islam Liberal;


Strategi, Problematika dan Identitas

201 Sulaiman Tripa

Otoritas Gampong dalam


ImplementasiSyariat Islam di Aceh

231 Teuku Muttaqin Mansur


Penyelesaian Kasus Mesum melalui
Peradilan Adat Gampong di Aceh
(Suatu Kajian Kasus di Banda Aceh)

245 Yenni Samri Juliati Nasution


Mekanisme Pasar dalam Perspektif
Ekonomi Islam
i

Mekanisme Pasar dalam Perspektif


Ekonomi Islam

Yenni Samri Juliati Nasution

Abstrak: Pasar adalah sebuah mekanisme pertukaran barang dan


jasa yang alamiah. Harga pasar dibentuk oleh berbagai faktor
yang kemudian membentuk permintaan dan penawaran barang
dan jasa. Permintaan konsumen dipengaruhi oleh banyak faktor,
misalnya harga, pendapatan konsumen, selera, ekspektasi dan
tingkat mashlahah. Penawaran produsen juga dipengaruhi oleh
banyak faktor, misalnya mashlahah, keuntungan, dan harga.
Interaksi permintaan dan penawaran akan membentuk titik
keseimbangan ini dapat berubah dari sisi permintaan atau
penawaran, baik karena adanya penyimpangan terstruktur
maupun penyimpangan tidak terstruktur. Pasar yang bersaing
sempurna dapat menghasilkan harga yang adil bagi penjual maupun
pembeli. Karenanya, jika mekanisme pasar terganggu, maka harga
yang adil tidak akan tercapai. Islam menempatkan pasar pada
kedudukan yang penting dalam perekonomian. Islam juga
sangat memperhatikan konsep harga yang adil dan mekanisme
pasar yang sempurna.
Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012
i

Kata Kunci: Pasar, Mekanisme Pasar, Ekonomi Islam

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 246

Abstract: The market is a natural mechanism for the exchange of


goods and services. The market price is formed by a variety of factors
which later formed the demand and supply of goods and services.
Consumer demand is influenced by many factors, such as price,
consumer income, tastes, expectations and level of mashlahah.
Quote manufacturers also influenced by many factors, such as
mashlahah, profits, and prices. Interaction of supply and demand
will establish the balance point that can be changed from the
demand side or the supply, either due to the deviation of structured
or unstructured deviation. Perfectly competitive market can
generate a fair price for the seller and the buyer. Therefore, if the
market mechanism is interrupted, then the fair price will not be
achieved. Islam puts the market at an important position in the
economy, as well as concern about the concept of a fair price and
perfect market mechanism.

Keywords: Market, Market Mechanisms, Islamic Economics

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 247

PENDAHULUAN

P asar adalah bertemunya permintaan dan penawaran


atas satu macam barang/ jasa. Di pasar, antara
para pembeli dan penjual saling
menawar untuk menentukan harga berbagai
tawar

jenis barang. Dalam analisisekonomi,


pengertian pasar tidak terbatas kepada suatutempat
tertentu tetapi meliputi suatu daerah, negara
danbahkan dunia internasional. Pasar untuk karet dan
timah,misalnya, bukanlah dimaksudkan sebagai tempat
jual belikaret atau timah di suatu kampung atau
wilayah tertentutetapi meliputi interaksi di antara
produsen-produsen dan
pembeli karet atau timah di seluruh pelosok dunia.

Pasar di mana para pembeli dan para penjual


melakukan interaksi dapat dibedakan dalam dua jenis:
Pasar barang dan pasar faktor. Pasar barang adalah
tempat di mana para pembeli dan para penjual dari suatu
barang atau jasa melakukan interaksi untuk menentukan
jumlah dan harga barang atau jasa yang diperjualbelikan.
Sedangan pasar faktor adalah tempat di mana para
pengusaha (pembeli faktor-faktor prosuksi) mengadakan
interaksi dengan pemilik-pemilik faktor produksi untuk
menentukan harga (pendapatan) dan jumlah faktor-faktor
produksi yang akan digunakan dalam menghasilkan barang-
barang dan jasa-jasa yang diminta masyarakat.

Mekanisme pasar dapat mengalokasikan faktor-faktor


produksi dengan cukup efisien dan dapat mendorong
perkembangan ekonomi disebabkan karena ia memiliki
beberapa kebaikan. Kebaikan mekanisme pasar adalah:
Pasar dapat memberi informasi yang lebih tepat; pasar
memberi perangsang untuk mengembangkan kegiatan usaha;
Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 248
pasar memberi perangsang untuk memperoleh keahlian
modern;

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 249

pasar menggalakkan penggunaan barang dan faktor produksi


secara efisien; pasar memberikan kebebasan yang tinggi
kepada masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi.

MACAM-MACAM PASAR
Dalam teori ekonomi banyak dikenal macam-macam
pasar, baik yang pada praktiknya sering dilihat
kenyataannya sehari-hari maupun yang hanya dikenal
secara absolut dalam teori. Macam pasar yang umumnya
banyak dipraktikkan biasanya adalah monopoli,
monopolistis, dan oligopoli. Macam pasar yang secara
absolut hanya ada dalam teori ekonomi adalah bentuk
persaingan murni dan persaingan sempurna. Persaingan
murni dan persaingan sempurna meskipun secara utuh
tidak dapat dipraktikkan, tetapi pada praktiknya banyak
juga terdapat dalam kenyataan sehari- hari, misalnya pasar
pakaian di Pasar Atas Bukit Tinggi. Beberapa ciri dari
persaingan murni dan sempurna yang banyak dipraktikkan
sehari-hari diantaranya adalah barang yang diperjualbelikan
sama, jumlah pembeli dan penjualnya banyak, serta
mudah keluar dan masuk bagi pengusahaa. Secara garis
besar, macam-macam pasar ditinjau dari segi penjual adalah
sebagai berikut: (Putong, 2003:123).

1. Persaingan sempurna
2. Monopoli
3. Monopolistis
4. Oligopoli

Bila ditinjau dari sisi pembeli, macam-macam pasar


dapatdibagi menjadi sebagai berikut:

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 250

1. Monopsoni
2. Oligopoli
3. Persaingan sempurna.

Pasar adalah bertemunya permintaan dan penawaran


atas satu macam barang/ jasa. Yaitu posisi di mana terdapat
sejumlah barang tertentu yang mau dan mampu dibeli oleh
pembeli.

1. Pasar Persaingan Sempurna

Persaingan sempurna merupakan struktur pasar yang


paling ideal, karena dianggap sistem pasar inin adalah
struktur pasar yang akan menjamin terwujudnya kegiatan
memproduksi barang atau jasa yang tinggi (optimal)
efisiensinya (Sukirno, 2010:231). Pasar persaingan
sempurna muncul karena adanya prinsip–prinsip sebagai
berikut:
a. Tidak ada satu penjual tunggal yang mempunyai
sumber cukup banyak untuk dapat
mempengaruhi harganya di pasar
b. Sumber variabel mempunyai mobilitas yang tinggi
untuk berbagai harga pasar dan penggunaannya
relatif fleksibel.

Karena prinsip-prinsip tersebut di atas, maka pada pasar


persaingan sempurna akan dipenuhi dengan adanya syarat–
syarat sebagai berikut :

1. Jumlah produsen di mana volume produksi hanya


bagian kecil dari total volume transaksi pasar,
sehingga dengan kata lain secara individual tidak

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 251

bisa mempengaruhi harga pasar atau baik produsen


maupun konsumen bertindak sebagai price taker (
penerima harga ).
2. Produk homogen (jenis maupun kualitas)
3. Setiap produsen maupun konsumen tahu informasi
pasar ( simetris information )
4. Bentuk kurva permintaan horisontal, karena tidak
terdapat perubahan harga berapapun jumlah barang
yang akan diminta oleh konsumen atau ditawarkan
oleh produsen
5. Untuk mencapai keuntungan maksimum pada suatu
perusahaan adalah dengan melihat besar volume
output yang dihasilkan.

Dalam persaingan sempurna terdapat 2 keseimbangan


yaitu:

1. Keseimbangan produsen secara individual akan


tercapai apabila keuntungan perusahaan
maksimum
2. Ekuilibrium pasar apabila semua perusahaan dalam
posisi equilibrium. Pasar persaingan sempurna dibagi
menjadi 2 yaitu:
1. Jangka pendek dengan asumsi setiap produsen tidak
bisa menambah kapasistas produksinya dan tidak ada
produsen baru keluar atau masuk ke dalam pasar.
2. Jangka Panjang dengan asumsi dimungkinkan adanya
perluasan kapasitas produksi.

Ciri-ciri dari pasar persaingan sempurna adalah:


(Sukirno, 2010:232) Perusahaan sebagai pengambil harga;
setiap perusahaan mudah keluar atau masuk; menghasilkan

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 252

barang serupa; terdapat banyak perusahaan di pasar; pembeli


mempunyai pengetahuan yang sempurna mengenai pasar.

2. Pasar Monopoli

Monopoli secara harfiah berarti di pasar hanya ada satu


penjual. (A.Karim, 2007:173) Frank Fisher menjelaskan
kekuatan monopoli sebagai “the ability to act in unconstrained
way” ( kemampuan bertindak [dalam menentukan harga]
dengan cara sendiri), sedangkan Besanko menjelaskan
monopoli sebagai penjual yang menghadapi “little or no
competition (kecil atau tidak ada pesaing) di pasar.

Dalam Islam keberadaan satu penjual di pasar, atau


tidak adanya pesaing, atau kecilnya persaingan pasar,
bukanlah suatu hal yang terlarang. Siapapun boleh
berdagang tanpa peduli apakah dia satu-satunya penjual atau
ada penjual lain. Jadi monopoli dalam artian harfiah, boleh-
boleh saja. Akan tetapi, siapapun dia tidak boleh
melakukan ihtikar. Islam tidak membolehkan pembantukan
atau penguasaan monopoli ynag bersifat pribadi, yang
kemungkinana merugikan bagi
masyarakat(Rahman,1995:83).

Ciri – ciri pasar monopoli:

1. Produsen sebagai ‘price maker’


2. Permintaan pasar merupakan bentuk dari
permintaan perusahaan
3. Marginal Revenue lebih rendah daripada averagenya
4. MR berslope negatif

Sebab – sebab terjadinya monopoli :

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 253

1. Penguasaan bahan mentah strategis = Absolut


advantage.
2. Adanya hak paten = Competitive Advantage .
3. Terbatasnya pasar
4. Pemberian hak monopoli oleh pemerintah
(Rosyidi,2006:507)

Apabila dalam jangka panjang ada keuntungan maka


perusahaan akan menciptakan barier to entry atau hambatan
bagi produsen lain untuk ikut masuk pada pasar.

Macam–macam Barier to Entry:

1. Natural Barier, yaitu hambatannya tercipta secara


alami
a. Minimum Efficiency to Scale, perusahaan tersebut
secara alami karena lokasi; sumber daya;
teknologi memungkinkan dia untuk
berporduksi dengan biaya lebih murah;
mengacu pada comparative advantage
b. Set Up Cost. Perusahaan yang bersangkutan
merupakan satu-satunya yang mampu
membiayai seluruh kegiatan produksi yang
tinggi

Cara Menghilangkan Efek Negatif dari Monopoli

a. Mencegah timbulnya monopoli


b. Pemerintah
mendirikan

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 254

perusahaa
ntandingan
c. Impor barang
d. Dibuat peraturan khusus / Undang – undang.

3. Persaingan Monopolistik

Pada pasar persaingan monopolistik terdapat adanya


unsur kompetisi yang didasarkan kenyataan bahwa
terdapat banyak perusahaan / produsen di mana tindakan
satu produsen akan mempengaruhi produsen yang lain.
Tetapi juga terdapat unsur monopoli di mana perusahaan
memproduksi barang yang homogen tapi masing-masing
mempunyai perbedaan yang signifikan sehingga konsumen
punya pilihan.

Ciri – ciri Persaingan Monopolistik:

1. Terdapat banyak perusahaan dalam industri tersebut


2. Tindakan / keputusan yang diambil oleh suatu
perusahaan akan mempengaruhi perusahaan yang
lain.
3. Kurva permintaan perusahaan pesaing adalah
berslope negatif dan cukup elastis
4. Meski jenis produknya sama tapi tidak homogen,
terdapat perbedaan yang menyebabkan konsumen
mempunyai pilihan
5. Persaingan yang dilakukan bukan dalam bentuk
harga
6. Tidak terdapat rintangan untuk keluar masuk pasar

PERSAINGAN MONOPOLISTIK

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 255

Pasar Monopolistik memiliki ciri-ciri: Produknya


homogen, jumlah produsen sangat banyak dan pengaruh
terhadap harga tidak ada/tidak perlu bersaing karena
produsen tidak bisa mempengaruhi harga. Produknya sama
tapi dibedakan dengan merk, kemasan hanya sedikit
produsen dan masing- masing berpengaruh atas segmen
Persaingan yang terjadi bukan bersifat harga, tapi
cenderung iklan Unsur terpenting dalam Pasar Persaingan
Monopolistik adalah:
1. Produsen jumlahnya cukup banyak, dengan
barang yang homogen tapi mempunyai
diferensiasi produk (Rosyidi,2006:452).
Diferensiasi ini yang akan diunggulkan oleh
perusahaan untuk menarik pangsa pasar. Misalnya
lokasi, fasilitas pembayaran , periklanan dan lain-
lain, yang sifatnya bukan harga.
2. Rintangan masuk dalam pasar adalah karena faktor
finansial.
3. Kecenderungan pasar persaingan monopolistik yang
produsennya banyak menyebabkan tingkat
kapasitas produksinya rendah / tidak bekerja
dengan optimal sehingga untuk meraih
keuntungan dengan menetapkan harga yang relatif
tinggi (Misalnya banyaknya apotik pada satu kota
tertentu).

Karena itu maka perusahaan yang ada dalam pasar


persaingan monopolistik banyak yang melakukan
diferensiasi produk agar mampu bertahan dan memperoleh
keuntungan dalam jangka panjang. Misalnya dengan
penciptaan barang yang sama tapi dengan type, style, merk
dan harga yang berbeda untuk menjangkau hampir semua

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 256

pangsa pasar yang ada. (Misalnya Pasar Sabun ( Lux, Giv,


Lifebouy ), Pasar Shampo (Clear, Sunsilk, Pantene) dan lain-
lain) .

Advertensi merupakan hal yang paling pokok


dalam pasar persaingan monopolistik. Advertensi dan
promosi penjualan mencoba membujuk konsumen
dengan mencocokkan permintaan dengan produk
yang ditawarkan penjual sementara Diferensiasi
Produk berusaha menohok selera yang dimilikinya
dengan penganekaragaman jenis barang. Tujuan Iklan
adalah :

a. Membedakan produk perusahaan dengan


perusahaan lain untuk jenis barang yang sama dan
menimbulkan kefanatikkan atau kesetiaan terhadap
merk tertentu.
b. Membuat kurva menjadi kurang elastis ( in
elastis ) atau semakin curam yang artinya
perubahan terhadap harga tidak akan memberikan
pengaruh yang terlalu besar terhadap permintaan
akan barang.

KEBAIKAN DAN KEBURUKAN IKLAN


Memberikan informasi yang membantu konsumen
membuat pilihan yang rasional, juga informasi tentang
produk baru dan perbaikan atas produk yang telah ada.
Mendukung komunikasi, dimana sarana seperti radio, surat
kabar, TV baru bisa hidup dan berinovasi dengan adanya
pemasukan dari biaya iklan. Bila berhasil maka akan
tercapai skala ekonomi, Pengeluaran konsumen secara
agregat meningkat, kesempatan kerja naik dan pendapatan
secara nas akan naik. Mendorong perusahaan untuk selalu
Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 257

berinovasi agar tidak kalah dengan perusahaan pesaing.


Tujuan yang terjadi justru masyarakat terbujuk mengikuti
pola hidup konsumtif dan bersaing. Dan kadang membeli
dengan harga lebih mahal. Cenderung merupakan kegiatan
yang tidak produktif bahkan terjadi alokasi sumber yang
tidak pada tempatnya, misalnya pengeluaran untuk iklan
lebih besar dibanding ongkos produksi. Punya biaya
eksternal yang tinggi misalnya menimbulkan kegaduhan
untuk mobil reklame, pemandangan yg kotor untuk
spanduk dan lain-lain. Menaikkan biaya secara signifikan
pada perusahaan dan akan menimbulkan monopoli
karena perusahaan yang beriklan banyak (mempunyai dana
yg besar) akan menjadi pemenang.

4. Pasar Oligopoli

Pasar Oligopoli menunjukkan adanya produsen yang


jumlahnya terbatas/ sedikit dan jumlah konsumen yang
sangat banyak. Terdapat 2 macam oligopoli yaitu :

1. Produknya homogen (contohnya: baja, semen, pupuk


dan lain-lain)
2. Terdapat diferensiasi Produk ( contohnya: Otomotif,
Rokok dan lain-lain). Tindakan yang dilakukan oleh
seorang produsen akan langsung ditanggapi oleh
produsen yang lain.
Ciri – ciri pasar Oligopoli:
a. Terdapat beberapa orang produsen dengan
konsumen yang relatif banyak. Tiap produsen
mempunyai pengaruh atas harga.
b. Terdapat barier to entry bagi produsen lain sehingga
jumlah perusahaan akan cenderung konstan.

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 258

c. Penguasaan pangsa pasar ditunjukkan dengan


nisbah konsentrasi penjualan yang dihitung
berdasarkan jumlah atau persentase aktiva
perusahaan terhadap total aktiva pasar.
d. Perang harga merupakan unsur yang sangat dihindari
karena akan menimbulkan kerusakan secara masal
dalam pasar oligopoli. Untuk menghindarinya maka
dilakukan kolusi antar perusahaan. Sehingga
cenderung akan menciptakan kartel.(Putong,
2003:141)
e. Perusahaan yang tidak mampu bersaing akan
cenderung melakukan merger dengan perusahaan
yang kuat.
f. Inovasi dan penguasaan terhadap tehnologi
merupakan unsur yang penting dalam kemajuan
perusahaan. Perbaikan kualitas produk akan
memperluas pangsa dan menurunkan biaya
produksi yang tidak akan bisa ditiru dengan cepat
oleh pesaingnya. Banyaknya pesaing yang kuat akan
memaksa perusahaan melakukan efisiensi dalam
segi biaya secara maksimum. (Economic of scale)
dengan comparative advantage.

DISTORSI PASAR DALAM PERSPEKTIF ISLAM


Dalam konsep Islam, penentuan harga dilakukan oleh
kekuatan-kekuatan pasar, yaitu kekuatan permintaan dan
penawaran tersebut harus terjadi rela sama rela, tidak ada
pihak yang merasa terpaksa atau tertipu dengan adanya
kekeliruan objek transaksi dalam melakukan transaksi
barang tertentu (Q) pada tingkat harga (P) tertentu. Islam
menjamin pasar bebas dimana para pembeli dan para
penjual bersaing satu sama lain dengan arus informasi
yang berjalan lancardalam kerangka keadilan, yakni tidak

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 259

ada (baik individu maupun kelompok, produsen maupun


konsumen, apa lagi pemerintah) yang zalim atau dizalimi.

Itu semua tentunya merupakan situasi ideal. Namun


pada kenyataannya, situasi ideal tersebut tidak selalu
tercapai, karena sering kali terjadi gangguan/interupsi pada
mekanisme pasar yang ideal. Gangguan ini disebut dengan
Distorsi Pasar (market distortion). Pada garis besarnya,
ekonomi Islam mengidentifikasi tiga bentuk distorsi pasar
yaitu :

1. Rekayasa penawaran dan rekayasa permintaan


2. Tadlis (penipuan)
3. Taghrir (dari kata gharar = uncertainty, kerancuan).

Dalam fiqih Islam, rekayasa penawaran (false supply)


lebih dikenal dengan ihtikar, sedangkan rekayasa
permintaan (false demand) dikenal dengan bai’ najasy.

Tadlis (penipuan = unknown to one party) terdapat 4


bentuk yaitu :

1. Penipuan menyangkut jumlah barang (quantity)


2. Mutu barang (quality)
3. Harga barang (price)
4. Dan waktu penyerahan barang (time of delivery)

Sedangkan taghrir (kerancuan, ketidak pastian = unknow


to both parties) juga terdapat 4 bentuk yang menyangkut :

1. Kualitas
Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 260

2. Kuantitas
3. Harga
4. Dan waktu penyerahan barang

KETIDAKSEMPURNAAN BEKERJANYA PASAR


Ketidaksempurnaan pasar bisa terjadi disebabkan
(Pusat Pengkajian dan Pengembangan
Ekonomi Islam, 2009: 329-330)

1. Penyimpangan terstruktur

Struktur atau bentuk organisasi pasar akan


mengganggu mekanisme pasar dengan cara yang sistematis
dan terstruktur pula. Struktur pasar yang dimaksudkan
adalah monopoli,duopoli,oligopoli dan kompetisi
monopolistik. Dalam monopoli misalnya, terdapat halangan
untuk masuk (entry barrier) bagi pengusaha lain ynag ingin
memeasuki pasar sehingga tidak terdapat persaingan
antarprodusen. Produsen monopolis dapat saja mematok
harga tinggi untuk memperoleh keuntungan di atas
normal (monopolistic rent). Demikian pula bentuk pasar
lainnya, meskipun pengaruh distorsinya tidak sekuat
monopoli, akan mendistorsi bekerjanya pasar yang
sempurna.

2. Penyimpangan tidak terstruktur

Selain itu, terdapat juga faktor–faktor insidental dan


temporer yang mengganggu mekanisme pasar. Beberapa
contoh hal ini adalah usaha sengaja menimbun untuk
menghambat pasokan barang agar harga pasar menjadi
tinggi (ikhtikar), penciptaaan permintaan semu untuk
menaikkan harga (najasyi), penipuan kuantitas, kualitas,

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 261

harga, atau waktu pengiriman barang (tadlis), kolusi para


pedangan untuk membuat harga diatas harga normal (Ba’i
al- hadir lil badi) dan lain-lain.

3. Ketidaksempurnaan informasi dan penyesuaian

Informasi merupakan hal penting karena merupakan


dasar bagi pembuatan keputusan. Produsen
berkepentingan untuk mengetahui seberapa besar
permintaan pasar dan tingkat harganya, dan lain – lain
sehingga dapat menawarkan barangnya secara akurat.
Begitu juga dengan konsumen yang harus mengetahui
tingkat harga pasar yang berlaku sehinnga dapat
menentukan permintaannya dengan akurat pula. Rasulullah
telah melarang ketidaksempurnaan informasi, misalnya
menghalangi transaksi pada harga pasar (talaqi rukhban),
mengambil keuntungan tinggi dengan memamfaatkan
kebodohan konsumen (ghaban fahisy) dan sebagainya.

SOLUSI ISLAM TERHADAP KETIDAKSEMPURNAAN


BEKERJANYA PASAR

- Larangan ihktikar

Rasulullah telah melarang praktik ikhtikar, yaitu


secara sengaja menahan atau menimbun barang, terutama
pada saat terjadi kelangkaan, dengan tujuan untuk
menaikkan harga dikemudian hari. Dari said bin al-
musyyab dan Ma’mar bin Abdullah al- adawi bahwa
Rasulullah bersabda: “tidaklah orang melakukan ikhtikar itu
melainkan berdosa” (HR Muslim, Ahmad dan Abu Dawud).
Rasulullah juga bersabda “siapa yang merusak harga pasar

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 262

hingga harga itu melonjak tajam, maka Allah akan


menempatkannya di dalam neraka pada hari kiamat.” (HR.
Thabrani). Praktik ikhtikar akan menyebabkan mekanisme
pasar terganggu, dimana produsen kemudian akan
menjual dengan harga yang lebih tinggi dari harga normal.
Penjual akan memperoleh untung yang besar sedang
konsumen mengalami kerugian. Ihtikar sering kali
diterjemahi sebagai monopoli dan/ atau penimbunan.
Padahal ihtikar tidak identik dengan monopoli dan/atau
penimbunan, dalam Islam siapapun boleh berbisnis tanpa
peduli apakah dia satu-satunya penjual (monopoli) atau ada
penjual lain. Menyimpan stock barang untuk keperluan
persediaan pun tidak dilarang dalam Islam.
Jadi, monopoli sah-sah saja, demikian juga dengan
menyimpan persediaan. Yang dilarang adalah ihtikar, yaitu
mengambil keuntungan diatas keuntungan normal dengan
cara menjual lebih sedikit barang untuk harga yang lebih
tinggi, atau istilah ekonominya monopoly’s rent-seeking. Jadi,
dalam Islam monopoli boleh, sedangkan monopoly’s rent-
seeking tidak boleh.

Agar harga kembali pada posisi yang harga pasar, maka


Pemerintah melakukan berbagai upaya menghilangkan
penimbunan ini. Apabila telah terjadi penimbunan
barang, maka pemerintah berhak memaksa para pedagang
untuk menjual barang tersebut dengan harga standar yang
berlaku dipasar. Bahkan, menurut para ulama, barang yang
ditimbun oleh para pedagang dijual dengan harga
modalnya dan pedagang tersebut tidak dibenarkan
mengambil keuntungan sebagai hukuman terhadap mereka.

Sekiranya para pedagang itu enggan menjual barangnya


dengan harga pasar, maka pihak penegak hukum (halim)

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 263

dapat menyita barang itu dan kemudian membagikannya


kepada masyarakat yang memerlukannya.

Pihak pemerintah seharusnya setiap saat memantau


dan mengantisipasi, agar tidak terjadi ikhtikar dalam
setiap komoditas, manfaat dan jasa yang dapat
diperlukan masyarakat. Harga standar yang tidak
memberatkan masyarakat dan merugikan pedagang harus
dipadukan, dan tidak sampai menguntungkan sepihak,
masyarakat atau pedagang.

- Membuka Akses Informasi

Beberapa larangan terhadap praktek penipuan (tadlis)


pada dasarnya adalah upaya untuk menyebarkan
keterbukaan informasi sehingga transaksi dapat dilakukan
dengan sama – sama suka ( antaradin minkum ) dan adil.

Kondisi ideal dalam pasar adalah apabila penjual dan


pembeli mempunyai informasi yang sama tentang barang
yang dierjual belikan. Apabila slah satu pihak tidak
mempunyai informasi seperti yang dimiliki oleh pihak
lain, maka salah satu pihak akan merasa dirugikan dan
terjadi kecurangan/penipuan.

Al-qur’an dengan tegas melarang semua transaksi bisnis


yang mengandung unsur penipuan dalam segala bentuk
terhadap pihak lain. Dalam surat Al-An’aam : 152 yang
artinya :

“Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan


adil. Kami tidak memikul beban kepada seseorang,

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 264

melainkan sekedar kesanggupannya.”

Dalam sistem ekonomi Islam, hal ini juga dilarang


karena adanya informasi yang tidak sama antara kedua
belah pihak, maka unsur “an Tarradin Minkum” (rela sama
rela) dilanggar. Untuk menghindari penipuan, masing-
masing pihak harus mempelajari strategi pihak lain.

Berikut ini akan dipaparkan macam-macam Tadlis


(penipuan) yang ada dalam transaksi ekonomi:

a. Tadlis dalam Kuantitas

Tadlis (penipuan) dalam kuantitas termasuk juga


kegiatan menjual barang kuantitas sedikit dengan harga
barang kuantitas banyak. Misalnya menjual baju sebanyak
satu kontainer. Karena jumlahnya banyak dan tidak
mungkin untuk menghitung satu per satu, penjual berusaha
melakukan penipuan dengan mengurangi jumlah barang
yang dikirim kepada pembeli.

Perlakuan penjual untuk tidak jujur disamping merugikan


pihak penjual juga merugikan pihak pembeli. Apa pun
tindakan pembeli, penjual yang tidak jujur akan
mengalami penurunan utility, begitu juga dengan pembeli
yang mengalami penurunan utility. Praktik mengurangi
timbangan dan mengurangi takaran merupakan contoh
klasik yang selalu digunakan untuk menerangkan penipuan
kuantitas ini. Oleh karena itu, Islam sejak 1300 tahun yang
lalu telah melakukan langkah-langkah untuk membuat
standarisasi timbangan sebagai alat ukur.

b. Tadlis dalam Kualitas

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 265

Tadlis (penipuan) dalam kualitas termasuk juga


menyembunyikan cacat atau kualitas barang yang buruk
yang tidak sesuai dengan yang disepakati oleh penjual dan
pembeli. Keseimbangan pasar hanya akan terjadi bila
harga yang tercipta merupakan konsekuensi dari kualitas
dan kuantitas barang yang di transaksikan. Apabila tadlis
kualitas terjadi, maka syarat untuk pencapaian
keseimbangan tidak akan tercapai. Oleh karena itu, dalam
pendekatan ilmu ekonomi pun hal ini tidak dibenarkan.

Itulah sebabnya Rasulullah melarang pertukaran satu


sak kurma kualitas baik dengan dua sak kurma kualitas
buruk, “jual kurma kualitas buruk, dapatkan uang, beli kurma
kualitas baik dengan uangmu.” Kurma kualitas baik
mempunyai pasarnya sendiri, kurma kualitas buruk juga
mempunyai pasarnya sendiri.

c. Tadlis dalam Harga (Ghaban)

Al-Ghaban menurut bahasa bermakna al-khada’


(penipuan). Ghaban adalah membeli sesuatu dengna harga
yang lebih tinggi dan harga rata-rata atau dengan harga
rendah dari rata-rata (Akmal Tarigan,2006:196) Tadlis
(penipuan) dalam harga ini termasuk menjual barang
dengan harga yang lebih tinggi atau lebih rendah dari harga
pasar karena ketidaktahuan pembeli atau penjual. Dalam
fiqih disebut juga dengan ghaban.

Di zaman Rasulullah Saw, perdagangan seperti berikut


juga dilarang. Seperti yang diriwayatkan oleh Abdullah Ibn
Umar “Kami pernah keluar mencegat orang-orang yang

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 266

datang membawa hasil panen mereka dari luar kota, lalu


kami membelinya dari mereka. Rasulullah Saw melarang
kami membelinya sampai nanti barang tersebut dibawa ke
pasar.”

d. Tadlis dalam Waktu Penyerahan

Seperti juga pada tadlis (penipuan) dalam kuantitas,


kualitas, dan harga, tadlis dalam waktu penyerahan juga
dilarang. Yang termasuk penipuan jenis ini adalah bila si
penjual tahu persis ia tidak akan dapat menyerahkan barang
pada esok hari, namun menjanjikan akan menyerahkan
barang tersebut pada esok hari. Walau konsekuensi tadlis
dalam waktu penyerahan tidak berkaitan secara dengan
harga ataupun jumlah barang yang ditransaksikan, namun
masalah waktu adalah sesuatu yang sanagat penting. Lebih
lanjut pelarangan ini dapat kita hubungkan dengan larangan
transaksi yang lain, yaitu transaksi kali bali. Dengan adanya
pelarangan tadlis waktu penyerahan, maka segala transaksi
harus jelas kapan pemindahan hak milik dan hak guna
terjadi. Berbeda dengan transaksi kali bali (transaksi jual beli,
dimana objek barang atau jasa yang diperjualbelikan belum
berpindah kepemilikan, namun sudah diperjualbelikan
kepada pihak lain) dimana transkasi juga dilarang oleh
Rasulullah Saw, bersabda “Siapapun yang membeli gandum
tidak berhak menjualnya sebelum memperoleh hak
kepemilikan.”

Mengapa transaksi tanpa ada pemindahan


kepemindahan kepemilikan ini dilarang? Thawus pernah
juga menyakan hal ini kepada Ibnu Abbas tentang alasan
Rasulullah melarang hal ini dan dijawabnya bahwa hal itu
sama saja menjual uang untuk memperoleh uang karena

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 267

tidak ada gandum yang akan dibayar pada waktu itu.


Sesungguhnya transaksi kali bi kali bisa dilakukan
karena pada transaksi yang barang yang sama ada peluang
untuk memanfaatkan waktu penyerahan yang berbeda dengan
transaksi sebelumnya. Karena waktu yang berbeda
tersebutlah, biasanya transaksi kali bi kali sering diikuti oleh
tadlis dalam waktu penyerahan.

Talaqi rukhban, membeli barang dengan cara mencegat


penjual di luar kota pada dasarnya supaya para penjual bisa
mengetahui situasi pasar dengan segala informasi yang ada
termasuk harga pasar dan praktik yang terkait dengan itu.
Bay najasyi yaitu mencakup pengertian kolusi dimana antar
penjual satu dengan yang lain melakukan kerja sama untuk
menipu konsumen. Ghaban faahisy merupakan upaya
sengaja untuk mengaburkan informasi sebab penjual
memanfaatkan ketidaktahuan konsumen untuk mencari
keuntungan tinggi. Islam menganggap penipuan dan
kecurangan terhadap takaran,timbangan, atau kualitas
barang sebagai perbuatan dosa. Allah Swt. berfirman
“celakalah bagi orang – orang yang mengurangi
takaran,dengan cara apabila mereka membeli mereka minta
dilebihkan, dan apabila mereka menimbang untuk orang
lain, maka mereka kurangi. Tidakkah mereka menyangka
bahwa mereka akan dibangkitkan ( setelah mati )”.

TRANSAKSI–TRANSAKSI YANG DILARANG DALAM


EKONOMI ISLAM
Beberapa transaksi yang dilarang dalam Ekonomi Islam:

1. Bai’ Najasy

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 268

Transaiksi najasy diharamkan karena sipenjual


menyuruh sesorang untuk memuji barangnya atau
menawarnya dengan harga tinggi agar orang lain tertarik
untuk membeli. Sipenawar sendiri tidak bermaksud untuk
benar-benar ingin membeli barang tersebut. Ia hanya ingin
menipu orang lain yang ingin membeli , sebelumnya orang
ini telah mengadakan kesepakatan dengan penjual untuk
membeli dengan harga tinggi agar ada pembeli yang
sesungguhnya dengan harga yang tinggi pula dengan maksud
untuk ditipu. Akibatnya terjadi “permintaan palsu” (false
demand). Tingkat permintaannya yang tercipta tidak
dihasilkan secara alamiah.

2. Tllaqqi Rukban

Masih dalam pembahasan distorsi pasar pada sisi


penawaran, tindakan yang dilakukan oleh pedagang kota
(pihak yang lebih memiliki informasi yang lebih lengkap)
membeli barang petani (produsen yang tidak memiliki
informasi yang benar tentang harga di pasar) yang masih
diluar kota, untuk mendapatkan harga yang lebih murah dari
harga pasar yang sesungguhnya. Rasulullah melarang hal ini,
yang ada dalam fiqih disebut tallaqi rukban.

Transaksi ini dilarang karena mengandung dua hal yaitu

1. Mencegah masuknya barang ke pasar (entry barrier)


2. Mencegah penjual dari luar kota untuk mengetahui
harga pasar yang berlaku.

Inti dari pelarangan ini adalah tidak adilnya tindakan


yang dilakukan oleh pedagang kota yang tidak
menginformasikan harga yang sesungguhnya terjadi di
pasar.

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 269

Mencari barang dengan harga yang lebih murah tidaklah


dilarang, namun apabila transaksi jual beli antara dua pihak
dimana yang satu memiliki informasi yang lengkap dan
yang satu tidak tidak tahu berapa harga di pasar yang
sesungguhnya dan kondisi demikian dimanfaatkan untuk
mencari keuntungan yang lebih, maka terjadilah penzaliman
antara pedagang kota dengan petani di luar kota tersebut
maka hal ini dilarang.

Abu Hurairah pernah meriwayatkan, bahwa Rasulullah


Saw, bersabda : “Janganlah kau keluar menyambut orang-
orang yang bawa hasil panen ke dalam kota kita.”

Hikmah yang bisa diambil dari pelarangan ini adalah


pembelian hasil panen yang merupakan komoditi yang pokok
dan dibutuhkan semua orang, baik kaya maupun miskin
harus dijual secara terbuka dipasar. Hal ini untuk mencegah
pembelian tunggal komoditi pokok tersebut kepada satu
pihak, dengan demikian pemerintah lebih midah untuk
mengontrol harga di pasar.

TAGHRIR (UNCERTAIN TO BOTH PARTIES)

Taghrir berasal dari kata Bahasa Arab gharar, yang berarti


: akibat, bencana, bahaya, resiko, dan ketidak pastian. Dalam
istilah fiqih mu’amalah taghrir berarti melakukan sesuatu secara
membabi buta tanpa pengetahuan yang mencukupi; atau
mengambil risiko sendiri dari suatu perbuatan yang mengandung
resiko tanpa mengetahui dengan persis apa akibatnya, atau
memasuki kancah resiko tanpa memikirkan konsekuensinya.

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 270
Taghrir maupun tadlis keduanya terjadi karena adanya
incomeplete information, namun,berbeda dengan tadlis,
dimana incomplete information ini hanya dialami oleh satu

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 271

pihak saja (unknow to one party, misalnya pembeli saja, atau


penjual saja), dalam taghrir, incomplete information ini
dialami oleh kedua belah pihak (baik pembeli maupun
penjual). Karena itu, kasus taghrir terjadi bila ada unsur
ketidakpastian yang melibatkan kedua belah pihak (uncertain
to both parties).

Dalam ilmu ekonomi, taghrir ini lebih dikenal dengan


uncertainty (ketidak pastian) atau resiko. Macam-macam
Taghrir :

a. Taghrir dalam Kuantitas

Contoh taghrir dalam kuantitas adalah system ijon,


misalnya petani sepakat untuk menjual hasil panennya
(beras dengan kualitas A) kepada tengkulak dengan harga
Rp. 2.000.000,00 pada hal pada saat kesepakatan dilakukan,
sawah si petani belum dapat dipanen. Dengan demikian,
kesepakatan jual beli dilakukan tanpa menyebutkan
spesifikasi mengenai beberapa kuantitas yang dijual (berapa
ton, berapa kuintal) padahal harga sudah ditetapkan.
Dengan demikian, terjadi ketidakpastian menyangkut
kuantitas barang yang ditransaksikan.

Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya saja


penegetahuan tentang hari kiamat; dan Dia-lah Yang
Menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada
dalam rahim. Dan tiada seorang-pun dapat mengetahui
(dengan pasti) apa yang akan diusahakannya
besok…….(QS Al-Luqman : 30).

Karena produsen menghadapi pasar persaingan


sempurna maka keseimbangan akan tercipta ketika kurva
Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 272

permintaan (D=P=MR=AR) dengan kurva penawaran.


Namun, yang menjadi permasalahan pada taghrir kuantitas
disini adalah transaksi terjadi dengan harga yang sudah pasti
untuk dipertukarkan dengan sejumlah barang yang belum pasti
jumlahnya. Artinya kurva permintaan sudah jelas, namun
kurva penawaran belum dapat ditentukan pada kurva yang
mana penawaran yang sesungguhnya akan terjadi. Dengan
demikian, pada taghrir kuantitas ini keseimbangan yang
dicapai adalah keseimbangan yang semu dan tidak pasti.

b. Taghrir dalam Kualitas

Contoh taghrir dalam kualitas adalah menjual anak


sapi yang masih dalam kandungan induknya. Penjual
sepakat untuk menyerahkan anak sapi tersebut segera setelah
anak sapi itu lahir, seharga Rp. 3.000.000,00. Dalam hal ini,
baik fisik maupun si pembeli tidak dapat memastikan
kondisi fisik anak sapi tersebut bila nanti sudah lahir.
Apakah akan lahir normal, atau cacat, atau lahir dalam
keadaan mati. Dengan demikian terjadi ketidakpastian
menyangkut kualitas barang yang ditransaksikan.

c. Taghrir dalam Harga

Taghrir dalam harga terjadi ketika misalnya seorang


penjual menyatakan bahwa ia akan menjual satu unit Sepeda
Motor seharga Rp. 13.000.000 bila dibayar tunai, atau Rp.
21.000.000., bila dibayar kredit selama lima bulan,
kemudian sipembeli menjawab “setuju”. Ketidak pastian
muncul karena ada dua harga dalam satu akad. Tidak jelas
harga mana yang berlaku, yang Rp. 13.000.000 atau yang Rp.
21.000.000. Dalam kasus ini walaupun kualitas dan

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 273

kuantitas barang sudah ditentukan, tetapi terjadi ketidak


pastian dalam harga barang karena si penjual dan si pembeli
tidak mensepakati satu harga dalam satu akad.

d. Taghrir Menyangkut Waktu Penyerahan

Misalkan Sari kehilangan mobil Avanza-nya. Nurul


kebetulan sudah lama ingin memiliki mobil Avanza
seperti yang dimiliki oleh Sari, dan karena itu ia ingin
membelinya. Akirnya Sari dan Nurul membuat
kesepakatan. Sari menjual mobil Avanza-nya yang hilang
denga harga Rp. 100 juta kepada Nurul. Harga pasar avanza
adalah Rp. 170 juta. Mobil akan diserahkan segera setelah
ditemukan. Dalam hal ini terjadi ketidak pastian
menyangkut waktu penyerahan barang, karena barang yang
dijual tidak diketahui keberadaannya. Mungin mobil
tersebut tidak akan ditemukan sama sekali.

REGULASI HARGA
Regulasi harga adalah pengaturan terhadap harga
barang-barang yang dilakukan pemerintah. (Chamid,
2010:235) Dalam penetapan harga di pasar atas produksi ,
fakor yang sangat berpengaruh adalah permintaan dan
penawaran.Regulasi harga ini merupakan hal yang tidak
populer dalam khasanah pemikiran ekonomi Islam sebab
harga yang tidak tepat justru dapat menciptakan
ketidakadilan. Menurut Manna, regulasi harga
menunjukkan tiga fungsi dasar, yaitu :

1. Fungsi ekonomi yang berhubungan dengan


peningkatan produktivitas dan peningkatan
pendapatan masyarakat miskin melalui alokasi dan
realokasi sumber daya ekonomi.

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 274

2. Fungsi social dalam memelihara keseimbangan social


antara masyarakat kaya dan miskin
3. Fungsi moral dalam menegakkan nilai- nilai
syariah Islam, khususnya yang berkaitan dalam
transaksi ekonomi.

Jika pasar telah bekerja dengan sempurna, maka tidak ada


alasan untuk mengatur tingkat harga. Penetepan harga
kemungkinan justru akan mendistorsi harga sehingga
akhirnya mengganggu mekanisme pasar itu sendiri. Pada
masa Rasulullah dan Umar bin Khattab, kota Madinah
pernah mengalami kenaikan tingkat harga barang –
barang karena menurunnya pasokan di pasar akibat
gagal panen. Beliau menolak permintaan para sahabat
untuk mengatur harga pasar, tetapi melakukan impor
besar
– besaran sejumlah barang dari Mesir, sehingga penawaran
barang – barang di madinah kembali melimpah dan tingkat
harga mengalami penurunan.

Namun pada masa Umar bin khattab langkah ini tidak


memadai. Tingkat daya beli masyarakat Madinah saat itu
begitu rendah sehingga harga baru ini pun tidak
terjangkau. Akhirnya Khalifah Umar mengeluarkan sejenis
kupon yang dapat ditukarkan dengan sejumlah barang
tertentu. Dengan melihat contoh ini, pada dasarnya jika
Pemerintah ingin mempengaruhi harga pasar, maka
dilakukan dengan cara memengaruhi permintaan dan
penawaran.

Jumhur ulama sepakat bahwa kondisi darurat dapat


menjadi alasan pemerintah mengambil kebijakan intervensi
harga, tetapi tetap berpijak kepada keadilan. Maksudnya :
Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 275

1. Harga naik diluar kewajaran sehingga tidak terjangkau


masyarakat
2. Menyangkut barang–barang yang amat dibutuhkan
oleh masyarakat, sedangkan penjual tidak mau
menjualnya
3. Terjadi ketidak adilan antara pelaku transaksi
tersebut

Untuk lebih menjamin berjalannya mekanisme pasar


secara sempurna peranan pemerintah sangat penting.
Rasulullah telah menjalankan fungsi sebagai market
supervisor atau Al-hisbah, yang kemudian banyak dijadikan
acuan untuk peran Negara terhadap pasar. Menurut Al –
Mawardi, eksistensi dan peranan al hisbah berangkat dari
firman Allah “ dan hendaklah di antara kamu ada
segolongan umat yang menyuruh kepada kebaikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar : merekalah orang – orang yang beruntung “.
Sementara dalam bukunya Al – hisbah fi’l islam, Ibnu Taimiyah
(Qardhawi, 1997:257) banyak mengungkap tentang
peranan Al–hisbah pada masa Rasulullah. Dimana
Rasulullah sering melakukan inspeksi ke pasar untuk
mengecek harga dan mekanisme pasar. Islam telah
menggariskan sitem pengawasan yang dapat dicanangkan
dalam rangka melanggengkan mekanisme dan struktur
pasar. Sistem pengawasan pasar berlaku dalam sistem ganda
dan berjenjang, yaitu: pengawasan pelaku pasar atas dirinya
sendiri (internal) dan pengawasan yang dilakukan oleh pihak
lain (eksternal). (Edwin Nasution,2006:Th)

KESIMPULAN
Konsep Islam menegaskan bahwa pasar harus berdiri di
atas prinsip persaingan bebas (perfect competition), Namun

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 276

demikian bukan berarti kebebasan tersebut berlaku


mutlak, akan tetapi kebebasan dengan frame aturan syariah.
Dan konsep yang menentukan bahwa pasar islami harus bisa
menjamin adanya kebebasan masuk atau keluarnya
sebuah komoditas di pasar berikut perangkat faktor-faktor
produksinya. Hal ini dimksudkan untuk menjamin adanya
pendistribusian kekuatan ekonomi dalam sebuah mekanisme
yang proporsional. Agar pasar dapat berperan secara normal
(alamiah) dan terjamin keberlangsungannya, dimana struktur
dan mekanisme pasar dapat terhindar dari perilaku-perilaku
negatif para pelaku pasar, maka ajaran islam juga
menawarkan aturan moral berbasis syariah yang melindungi
setiap kepentingan pelaku pasar.

Seluruh usaha negara untuk menjamin kesejahteraan,


keadilan, dan aturan main yang adil dalam seluruh aktivitas
kehidupan dicerminkan dalam institusi hisbah. Institusi
hisbah tidak hanya memungkinkan pasar beroperasi dengan
bebas dan membuat harga, keuntungan di tentukan oleh
kekuatan supply dan demand, tetapi pada saat yang sama
juga menjamin bahwa semua pranata ekonomi telah
melaksanakan seluruh kewajibannya dan telah mematuhi
aturan syariah.

DAFTAR PUSTAKA:
A.Karim, Adiwarman. 2007. Ekonomi Mikro Islami. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada

Rahman, Afzalur.1995. Doktrin Ekonomi Islam. Yogyakarta:


Dana Bhakti Wakaf

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 277
Akmal Tarigan et al, Azhari. 2006. Dasar-dasar ekonomi Islam,

Bandung: Citapustaka Media Supriyitno, Eko. 2005.

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | i

Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam danKonvensional. Yogyakarta:


Graha Ilmu

Putong, Iskandar. 2003. Ekonomi Mikro & Makro. Jakarta: Ghalia Indonesia

Ngurah Agung,et al., I Gusti. 2008. Teori Ekonomi Mikro Suatu Analisisi Produk Terapan.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Abdul Mannan,Muhammad. 1997. Teori Dan Praktek Ekonomi Islam. Yogyakarta: PT


Dana Bhakti Wakaf

Edwin Nasution, et.al, Mustafa.2006. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta:


Kencana

Chamid, Nur. 2010. Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam.2009.


Ekonomi Islam. Jakarta: Rajawali Pers

Sukirno, Sadono. 2010. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers

Rosyidi, Suherman 2006. Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan Kepada Teori Mikro &
Makro. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Qardhawi, Yusuf. 1997. Norma Dan Etika Ekonomi Islam.

Jakarta: Gema Insani Press


Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | ii

STRUKTUR PASAR DAN PERSAINGAN HARGA DALAM EKONOMI ISLAM

DI

S
U
S
U
N
OLEH:

KELOMPOK 11:

RIA PUSPITA (4022019090)

ISNAINI (4022019016)

DOSEN PENGAMPU: ALFIAN, M.E.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
TAHUN AJARAN 2021/2022
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Struktur Pasar dan Persaingan Harga
Dalam Islam dalam rangka memenuhi tugas Ekonomi Makro Islam. Terima kasih kami ucapkan
kepada Dosen Mata Kuliah Ekonomi Makro Islam, tugas yang telah diberikan sehingga
menambah pemahaman penulis terhadap makalah yang penulis buat.

Kami mempersembahkan Makalah mengenai Struktur Pasar dan Persaingan Harga


Dalam Islam yang diringkas dari beberapa sumber seperti buku dan juga internet yang secara
garis besar membahas tentang Struktur Pasar dan Persaingan Harga Dalam Islam.

Kami berusaha menyajikan makalah ini semaksimal mungkin agar mudah untuk dibaca
dan dipahami. Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini baik pada penulisan dan materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat diharapkan untuk menyempurnakan pembuatan makalah ini.

Langsa, 16 juni 2021

Penulis

i
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ iii

A. Latar Rumusan Masalah .................................................................................. iii


B. Rumusan Masalah ............................................................................................ iii
C. Tujuan .............................................................................................................. iii

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................1

A. Struktur Pasar ......................................................................................................1


B. Persaingan Harga Dalam Islam ...........................................................................6

BAB III PENUTUP ............................................................................................................9

A. Kesimpulan ...........................................................................................................9
B. Saran .....................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam menempatkan pasar pada kedudukan yang penting dalam perekonomian,karakter pasar
yang benar-benar bersaing secara sempurna tetapi berlandaskan kepada nilai-nilai Islam saat
jarang ditemui tetapi bukan berarti tidak ada.dalam ekonomi konvensional struktur pasar terdiri
atas pasar persaingan sempurna monopoli pasar persaingan monopolistik dan oligopoli.

Sedangkan dalam Islam, struktur pasar nya pun tidak jauh berbeda dengan konvensional
tetapi ada beberapa penekanan dalam pasar Islam yaitu harga yang adil serta prinsip
kebebasan.dengan kata lain pasar dalam pandangan Islam bukanlah pasar bebas dalam arti
sebagaimana kapitalisme. Dalam perilaku konsumen dan produsen ajaran Islam menganggap
bahwa tidak semua barang dan jasa dapat dikonsumsi dan diproduksi seorang muslim hanya
memperkenankan mengonsumsi dan memproduksi barang yang halal dan thoyyib.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, adalah:

1. Apa Saja Struktur Pasar Dalam Ekonomi?


2. Bagaimana Persaingan Harga Dalam Ekonomi Islam?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa saja struktur dalam ekonomi
2. Mengetahui bagaiamana persaingan harga dalam ekonomi islam

iii
BAB II

PEMBAHASAN

A .Struktur Pasar

Struktur pasar adalah berbagai hal yang dapat mempengaruhi tingkah laku dan
kinerja perusahaan dalam pasar. seperti jumlah perusahaan, skala produksi dan
jenis produksi. Pasar adalah tempat atau keadaan yang terorganisasi sebagai
sarana bertemunya permintaan dan penawaran. Berdasarkan strukturnya pasar
dibagi menjadi dua yaitu:

1. Pasar Sempurna

2. Pasar Tidak Sempurna, terbagi menjadi:

a. Persaingan Monopoli

b. Persaingan Oligapoli

c. Persaingan Monopolistik

d. Persaingan Monopsoni

Dalam aliran arus perekonomian ditinjau dari jenis perdagangan, terdapat


dua jenis pasar yaitu pasar output ( barang dan jasa), dan pasar input ( faktor
produksi, yaitu: pasar alam, pasar modal, pasar tenaga kerja). 16

Struktur pasar yang islami adalah pasar yang menciptakan tingkat harga
yang adil. Adil dalam hal ini adalah tidak merugikan konsumen maupun
produsen, terkait dengan surplus produsen dan surplus konsumen. Struktur pasar
dalam Islam didasarkan atas prinsip kebebasan, termasuk dalam melakukan
kegiatan ekonomi.

Struktur pasar dalam ekonomi terbagi menjadi dua golongan, yaitu:

1. Pasar Persaingan Sempurna


Pasar persaingan sempurna yaitu merupakan struktur pasar yang paling
ideal karena dianggap sebagai struktur pasar yang akan menjamin terwujudnya
kegiatan memproduksi barang atau jasa yang tinggi efisiensinya. Dan pasar
persaingan sempurna ini terbagi menjadi dua unsur, yaitu:
a. struktur pasar persaingan sempurna adalah struktur pasar yang lebih dekat
dengan struktur pasar islami. Bukti kedekatan nya adalah:17

16
Sadono sukirno, pengantar teori mikroekonomi. ( Jakarta : Raja Grafindo Persada 2002) hlm.
208

iii
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 3

1. Bebas keluar masuk pasar

2. harga ditentukan oleh pasar

3. perfect information

b. kebebasan ekonomi adalah pilar utama dalam struktur pasar islami karena tidak
bertentangan dengan syariat Islam dan tidak menimbulkan kerugian, baik dari diri
sendiri maupun bagi orang lain.

Pasar persaingan sempurna adalah struktur pasar yang dipandang paling


ideal menurut para ahli ekonomi karena dapat menciptakan efisiensi yang sangat
tinggi dalam produksi barang dan jasa.

A. Ciri-ciri Persaingan Sempurna

Adapun ciri-ciri persaingan sempurna, sebagai berikut:

1. Jumlah penjual dan pembeli dalam pasar banyak

2. Barang yang dihasilkan serupa (identik atau homogen)

3. Pembeli dan penjual memiliki pengetahuan yang sempurna.

Pembeli dan penjual di pasar ini diasumsikan mempunyai pengetahuan


sempurna tentang keadaan pasar menyangkut harga dan perubahan perubahan
harga.

4. Produsen adalah sebagai pengambil atau penerima harga

Harga yang berbentuk di pasar merupakan hasil interaksi keseluruhan


pembeli dan keseluruhan penjual di pasar.

5. Harga merupakan datum

Harga yang dihadapi seorang penjual di pasar ini adalah datum artinya
berapapun jumlah barang atau jasa yang mereka jual harga per unit nya adalah
tetap. Hal ini karena penjual adalah price raker

6. Terdapat kemudahan untuk memasuki pasar

Tidak ada hambatan memasuki. Pasar ini tidak ada hambatan tentang
perundang-undangan ( legal), permodalan, dan teknologi.18

17
Sadono sukirno, pengantar teori mikroekonomi. ( Jakarta : Raja Grafindo Persada 2002 ) hlm.
266
18
Prathama raharja dan mandala manurung, teori Ekonomi Mikro suatu pengantar ed.3(Jakarta:
LPFE,2004) hlm. 166.

3
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 4

B. Kebaikan dan keburukan pasar persaingan sempurna

Keseluruhan ciri-ciri yang melekat pada pasar persaingan sempurna


selanjutnya menciptakan sehingga kebaikan dan keburukan pada jenis pasar ini
sebagai berikut.

Kebaikan pasar persaingan sempurna, yaitu:

1. Harga benar-benar terbentuk melalui mekanisme harga, yaitu dari kekuatan


tarik-menarik antara permintaan dan penawaran.

2. dalam jangka panjang akan terjadi harga yang menguntungkan konsumen


karena harga akan terbentuk dari biaya rata-rata yang minimum sehingga pasar
persaingan sempurna menjamin diproduksinya produk atau barang dengan biaya
serendah rendahnya.

3. Persaingan sempurna tidak memerlukan adanya iklan, karena jenis barang,


kualitas barang dan harganya sama/ hampir sama.

Keburukan pasar persaingan sempurna, antara lain:

1. Keuntungan yang diterima pada posisi keuntungan normal saja, sehingga sulit
bagi perusahaan untuk menyediakan dana untuk penelitian dan pengembangan.

2. konsumen akan mengalami kejenuhan dalam pembelian karena produk atau


barang pada pasar persaingan sempurna adalah barang-barang yang homogen.

3. Persaingan sempurna ada kalanya menimbulkan biaya sosial.

2. Pasar Persaingan Tidak Sempurna


Persaingan tidak sempurna adalah pasar dengan banyak penjual dan
pembeli sehingga harga dapat ditentukan sendiri oleh penjual maupun pembeli.
Pasar persaingan tidak sempurna terjadi jika salah satu atau beberapa syarat pasar
persaingan sempurna tidak terpenuhi misalnya penjualnya tidak banyak sehingga
seorang penjual mampu mengubah keadaan pasar.
ada beberapa bentuk pasar persaingan tidak sempurna yang diakibatkan
karena pembeli atau penjual tidak banyak yaitu sebagai berikut:
a. Pasar yang terdiri atas seorang penjual disebut pasar monopoli
b. Pasar yang diakui oleh beberapa penjual besar disebut pasar oligopoli
c. Pasar campuran antara pasar persaingan dan monopoli disebut pasar persaingan
monopolistik.
d. Pasar yang diakui oleh seorang pembeli disebut pasar pasar monopsoni.

4
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 5

Berikut penjelasan lebih lanjut ke empat bentuk pasar persaingan tidak


sempurna

A. Pasar Monopoli
Pasar monopoli adalah bentuk pasar yang hanya terdapat satu penjual saja.
secara sunnatullah setiap perusahaan termasuk perusahaan monopoli akan berlaku
hukum pertambahan hasil dan berkurang artinya dalam sebuah produksi tertentu
perusahaan masih mengalami keuntungan akan tetapi manakala produksi telah
mencapai titik maksimal maka hasilnya yang diperoleh justru akan menurun.oleh
Karena itu harga barang di pasar atau perusahaan monopoli dapat dipastikan
selalu lebih tinggi.

Menurut M N siddiqi (1992) Monopoli adalah menahan barang untuk tidak


beredar di pasar supaya naik harganya. Dari definisi ini terlihat bahwa tindakan
monopoli dilakukan atas dorongan untuk mendapatkan laba maksimal. Seorang
individu yang melakukan monopoli akan menetapkan harga sedemikian rupa
sehingga dapat dilakukan penjualan dengan kuantitas kecil namun dapat
memperoleh laba bersih dan lebih besar. Pada dasarnya Islam menghendaki harga
pasar timbul sebagai akibat keseimbangan harga yang terjadi di pasar. Namun jika
dalam satu kasus terjadi maka boleh jadi berlaku pasar monopoli. meskipun
Qardhawi (1997)menegaskan bahwa tindakan monopoli adalah haram, jika
dilihat dari pandangan Islam sebab monopoli merupakan salah satu unsur
penopang realisme selain riba.19
Lebih khusus,M. A Mannan (1997) menguraikan masalah monopoli dilihat
dari aspek harga monopoli sebagai akibat dari perilaku pasar yang tidak
sempurna. Beliau meskipun ada kompetisi potensial, memungkinkankonsumsi
dari barang pengganti dan risiko dari campur tangan negara . Namun menurut
pendapat umum harga monopoli lebih tinggi daripada harga kompetisi. struktur
pasar yang bersifat monopoli bukanlah suatu hal yang haram apabila situasi dan
kondisi perekonomian mengarah pada struktur pasar monopoli seperti pada Asus
monopoli alamiah.namun yang tidak diperkenankan adalah perilaku monopolistik
seperti menetapkan harga diatas harga pasar demi menarik keuntungan yang
sebanyak-banyaknya atau menurunkan kuantitas produk agar dapat menaikkan
harga yang tinggi seperti pada definisi yang dinyatakan oleh Qardawi.
Demikian pula menyimpang persediaan, yang dilarang adalah iktikhar yaitu
mengambil keuntungan di atas keuntungan normal dalam cara menjual lebih
sedikit barang untuk harga yang lebih tinggi atau istilah ekonominya disebut

19
Boediono, Ekonomi Mikro ( Yogyakarta, BPFE Yogyakarta, 1996) hlm.125

5
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 6

monopoliys rent. di dalam Islam monopoli boleh sedangkan monopoly rent tidak
boleh. selama ini banyak para ekonomi muslim yang menyamakan arti dari
ikhtikar dan penimbunan, kedua definisi tersebut tidak bisa disamakan sebab
dalam Islam menimbun barang adalah suatu hal yang sama selama menimbun
barang yang dilakukan murni untuk persediaan dan bukan untuk memecahkan
mekanisme harga yang terjadi di pasar.

B. Pasar Oligopoli
Pasar oligopoli adalah keadaan dimana hanya ada beberapa perusahaan
yang menguasai pasar baik secara independen maupun diam-diam bekerja sama.
Oligopoli bisa dibedakan antara oligopoli dan diferensiasi produk yang ada
semakin tidak tergantung kurva permintaan suatu perusahaan dalam perilaku
perusahaan lain.
Ada beberapa unsur penting ( karakteristik) dalam pasar oligopoli yaitu:
a. Hanya sedikit perusahaan dalam industri
b. produknya bisa homogen tetapi bisa juga terdiferensiasi.
c. Pengambilan keputusan yang saling memengaruhi
d. kompetisi non harga dalam upayanya mencapai kondisi optimal perusahaan
tidak hanya bersaing dalam harga dn bersaing dengan non harga.
e. Adanya hambatan yang masuk kedalam industri bagi perusahaan baru.

C. Pasar Monopolistik

Persaingan monopolistik adalah bentuk pasar antara bola voli dan


persaingan sempurna. dari pasar persaingan monopolistik dikembangkan karena
ketidakpuasan terhadap daya analisis model persaingan sempurna monopoli.

Pasar persaingan monopolistik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. ada banyak penjual atau produsen tetapi seorang produsen masih memiliki
kekuatan untuk menetapkan harga jual outputnya.

b. Barang dan jasa bersifat homogen terdiferensiasi

c. Tidak ada hambatan bagi produsen baru untuk memasuki pasar.

Perfektif Islam dalam struktur pasar persaingan monopolistik dan oligopoli


adalah tidak memandang bahwasanya struktur pasar tersebut sebagai suatu hal
yang salah. Di satu sisikondisi tersebut memang tidak optimal jika dibandingkan
dengan struktur pasar persaingan sempurna,namun apabila situasi dan kondisi
pada akhirnya mengarahkan terwujudnya struktur pasar tersebut melakukan dalam
ekonomi Islam tidak menjadi suatu masalah. Yang tidak diperkenankan adalah
munculnya perilaku oligopoli.

D. Pasar Monopsoni

6
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 7

Pasar monopsoni adalah pasar yang hanya terdiri atas seorang pembeli.
Pembelinya hanya satu tunggal sedangkan penjualnya banyak soalnya para
peternak sapi dan menghasilkan susu perah hanya bisa menjual produk susunya
bersatu kembali. Misalnya, ke koperasi susu.

Pasar monopsoni memiliki kebaikan yaitu:

a. Kualitas barang terjamin

b. Harga produk tidak terlalu tinggi

Pasar monopsoni memiliki keburukan, yaitu:

a. Produsen berada pada pihak yang lemah

b. Produk yang dianggap rendah mutunya tidak akan dibeli sehingga produk
yang gagal sering dibuang.

c. Produksi berjalan tidak efisien karena biasanya pembeli dalam pasar


monopsoni bukan merupakan konsumen.

B.Persaingan Harga

Persaingan dalam kamus manajemen adalah usaha-usaha dari dua


orang/lebih perusahaan yang masing-masing bergiat “memperoleh
pesanan” dengan menawarkan harga/syarat yang paling menguntungkan.
Persaingan ini dapat terdiri dari beberapa pemotongan harga,
iklan/ promosi, variasi dan kualitas, kemasan, desain, dan segmentasi pasar.

Persaingan harga sendiri adalah persaingan antar para pedagang yang


bertujuan menarik para konsumen dengan menawarkan suatu produk dengan
harga yang lebih rendah dari para pesaing. Di dalam persaingan harga perlu
adanya penetapan harga untuk menentunkan harga dari suatu produk. Harga
merupakan satu-satunya elemen dalam bauran pemasaran yang
menghsilkan pendapatan (revenue). Harga juga merupakan elemen bauran
pemasaran yang paling mudah disesuaikan. Selain itu, harga turut
mengkomunikasikan nilai produk terhadap pasar. Pada dasarnya ketika
menetapkan harga, pedagang harus mempertimbangkan beberapa hal
seperti penetapan harga untuk mewujdukan keuntungan, volume penjualan
(permintaan atas berbagai produk beserta sifatnya), persaingan dari
pedagang lain, pandangan masyarakat terhadap suatu produk, serta
kedudukandalam pasar.

Penetapan harga pada umumnya merupakan hal yang paling


mendasar di antara program-program pemasaran. Pertama, semua produk dan
jasa mempunyai harga, meskipun seandainya produk atau jasa tersebut

7
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 8

“gratis”. Dalam melaksanakan strategi pemasaran, pedagangharus


memutuskan tentang harga. Sebaliknya, program-program lain (misalnya
pengembangan produk atau promosi penjualan) tidak selalu diperlukan
dalam melaksanakan strategi pemasaran. Kedua keputusan tentang harga
dapat dan seringkali harus dibuat lebih sering daripada keputusan
keputusan lainnya. Artinya, keputusan tentang harga dapat dilaksanakan
dengan segera. Ketiga, dari sudut pandang peranggaran harga merupakan hal
yang penting karena keputusan tentang harga mempunyai dampak terhadap
keuntungan.39IbnuTaimiyah adalah seorang pelopor dalam
penjelasannya tentang penentuan harga dalam hubungannya dengan
penawaran dan permintaan.

Mekanisme penentuan harga dalam islam sesuai dengan Maqashid al


Syariah yaitu merealisasikan kemaslahatan dan menghindari kerusakan di
antara manusia. Seandainya Rasulullah saat itu langsung menetapkan harga,
maka akan kontradiktif dengan mekanisme pasar. Akan tetapi pada situasi
tertentu, dengan dalil Maqashid al-Syariah, penentuan harga menjadi suatu
keharusan dengan alasan menegakkan kemaslahatan manusia dengan
memerangi distorsi pasar (memerangi mafsadah atau kerusakan yang terjadi di
lapangan).

Naik turunnya harga tidak selalu disebabkan oleh tindakan tidak adil
dari sebagian orang yang terlibat transaksi. Bisa jadi penyebabnya
adalah penawaran yang menurun akibat efisiensi produksi, penurunan
jumlah impor barang-barang yang diminta atau juga tekanan pasar.
Karena itu, jika permintaan terhadap barang meningkat, sedangkan
penawaran menurun, harga tersebut akan naik, begitu pula sebaliknya.41

Besar kecilnya kenaikan harga bergantung pada besarnya


perubahan penawaran dan atau permintaan. Bila seluruh transaksi sudah
sesuai aturan, kenaikan harga yang terjadi merupakan kehendak Allah.42

Sudarsono menyatakan bahwa “Dalam menetapkan harga jual perlu


dipertimbangkan beberapa hal, antara lain: (a) harga pokok jual barang,
(b) harga barang sejenis, (c) daya beli masyarakat, (d) jangka waktu
perputaran modal, (e) peraturan-peraturan dan sebagainya”.Faktor-faktor
tersebut merupakan faktor-faktor objektif. Artinya pendapatan pribadi
pedagang tidak ikut berperan, atau kalau pun ada hanya kecil sekali.
Faktor-faktor objektif ini kadang kadang tidak cukup kuat untuk dipakai
sebagai dasar penentuan harga, sehingga ada faktor-faktor
pertimbangan subyektif.

Dalam melaksanakan penetapan harga, berdasarkan pendapat Kotler (1996),


maka pedagang harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:43

8
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 9

a. Kondisi pasar

Dalam hal ini pedagang harus mengenal secara mendalam kondisi


pasar(monopoli atau persaingan bebas atau hal lainnya) yang akan dimasuki.

b. Harga produk saingan

Dalam menentukan harga sebaiknya kita harus mengenal harga pesaing yang
ada di pasar (priceawareness) dan harga yang diberikan ke konsumen.
Biasanya harga yang beredar di pasaran berbeda dengan harga yang
diberikan kepelanggan. Hal ini disebabkan strategi kompetitordan aspek
lainnya antara kompetitor dengan pelanggannya. Untuk itu sangat
diperlukan riset ke lapangan dalam bentuk riset kuantitif dan dibantu
dengan marketinginteligent.

c. Elasitas permintaan dan besaran permintaan


Elasitas disini adalah untuk mengatahui berapa besar perubahan permintaan
yang disebabkan dengan perubahan harga. penurunan harga maka konsumen
akan membeli lebih banyak atau malah tidak jadi membeli, begitu pula
sebaliknya.

d. Differensiasi dan siklus hidup Produk


Dalam memenangkan pasar bagi suatu produk tentunya sangat dibutuhkan
perbedaan dengan produk kompetitor. Untuk itu sangat diperlukan
pemahaman akan perbedaan terhadap kompetitor baik aspek kualitas,
pelayanan dan faktor lainnya. Di samping itu harus mengenal posisi produk
yang dikaitkan dengan waktu dan besarnya penjualan. Dengan pengenalan
dan pemahaman kondisi produk maka pedagangakan lebih mudah dan bebas
menentukan tarif.
e. Faktor lainnya
Pemahaman kondisi ekonomi yang terjadi saat ini dan perkiraan
kedepan yang akan terjadi merupakan kunci pokok dalam upaya mengetahui
daya beli masyarakat, disamping memperkirakan kondisi politik dan
keamanan.Salah satu keputusan yang sulit dihadapi suatu perusahaan adalah
menetapkan harga. Meskipun cara penetapan harga yang dipakai sama bagi
setiap pedagang didasarkan pada biaya, persaingan, permintaan, dan laba.
Tetapi kombinasi optimal dari faktor-faktor tersebut berbeda sesuai dengan
sifat produk, pasarnya, dan tujuan tiap pedagang.Tujuan dari penetapan harga
selalu berorientasi pada seberapa besar keuntungan yang akan di dapat dari
suatu produk atau jasa yang dimiliki, sehingga tujuan penetapan hargahanya
berdasarkan pada tingkat keuntungan dan perolehan yang akan diterimanya.

9
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 10

Namun di dalam perkembangannya, tujuan penetapan harga bukan


hanya berdasarkan tingkat keuntungan dan perolehannya saja melainkan
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan non ekonomis lainnya.
Berikut adalah tujuan penetapan harga:
a. Memaksimalkan Laba
b. Meraih Pangsa Pasar
c. Stabilisasi Harga

Untuk dapat menarik perhatian para konsumen yang menjadi target


market atau target pasar maka suatu perusahaan sebaiknya menetapkan harga
yang serendah mungkin. Dengan harga turun, maka akan memicu peningkatan
permintaan yang juga datang dari marketsharepesaing atau kompetitor,
sehingga ketika pangsa pasar tersebut diperoleh maka harga akan disesuaikan
dengan tingkat laba yang diinginkan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
- Struktur pasar yang islami adalah pasar yang menciptakan tingkat
harga yang adil. Adil dalam hal ini adalah tidak merugikan konsumen
maupun produsen, terkait dengan surplus produsen dan surplus
konsumen. Struktur pasar dalam Islam didasarkan atas prinsip
kebebasan, termasuk dalam melakukan kegiatan ekonomi.
- Struktur pasar sangatlah penting, karena terkait dengan harga yang
akan diterima oleh konsumen. Struktur pasar juga akan mempengaruhi
tingkat efisiensi.

10
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 11

- Struktur Pasar dalam Islam didasarkan atas prinsip kebebasan,


termasuk dalam melakukan kegiatan ekonomi.
- Ciri pasar persaingan sempurna : homogenitas produk, pengetahuan
sempurna, output perusahaan relatif kecil, perusahaan menerima harga
yang ditentukan pasar, keleluasaan keluar-masuk pasar.
- Macam pasar persaingan tidak sempurna : pasar monopoli, pasar
monopolistik, pasar oligopoly dan pasar monopsoni

B. Saran
Dengan selesainya makalah ini, kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang ikut andil wawasannya dalam penulisan
ini. Tak lupa kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang membangun
selalu kami tunggu dan kami perhatikan.
Semoga Allah SWT membalas semua jerih payah semua pihak yang telah
membantu
menyelesaikan makalah ini dan semoga bermanfaat bagi kita semua.
Amin.

Daftar Pustaka

Sukirno, Sadono. 2004. Pengantar Teori Mikroekonomi, Jakarta: LPFE

Novidiantoko Dwi. 2018.Teori Ekonomi, Yogyakarta: CV Budi Utama

Robert, Daniel. 2001.Pengantar Ekonomi mikro: Raja Grafindo Persada

Muhammad. 2004. Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam. Yogyakarta: BPFE

http://jurnalekis.blogspot.com/2011/01/pasar-persaingan-sempurna-dalam.html.

11
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 12

Hasil Cek Plagiat di https://plagiarismdetector.net/id

12
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 13

13
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 14

MAKALAH

PERSAINGAN MONOPOLI DAN OLIGOPOLI DALAM EKONOMI


ISLAM

DI

Oleh Kelompok 12 :

Wahyu Fitria (4022019106)

Fitri Ulfia (4022019040)

DOSEN PENGAMPU : ALFIAN.M,E

14
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 15

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

LANGSA TAHUN AJARAN

2021/2022

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr,wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah,taufik


dan inayahnya kepada kita semua. Sehingga saya bisa menjalani kehidupan ini
sesuai dengan ridhonya. Syukur Alhamdulilah saya bisa menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan Nabi Agung Muhammad SAW. Karena beliau adalah salah satu figur
umat yang mampu memberikan syafa’at di hari kiamat.

Selanjutnya saya mengucapakan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing


yang telah melatih saya dengan memberikan tugas ini . Saya mohon maaf sebesar-
besarnya apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak didalamnya. Saya
harapkan kritik dan saran yang membangun demi tercapainya makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah wawasan untuk
penulis dan khususnya untuk pembaca. Amin Ya Rabbal Al-Amin.

Langsa,9 juni 2021

Penulis

15
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 16

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................15


DAFTAR ISI ............................................................................................................................16
BAB I .......................................................................................................................................17
PENDAHULUAN ...................................................................................................................17
A. Latar Belakang.................................................................................................................17
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................17
BAB ll ......................................................................................................................................18
PEMBAHASAN ......................................................................................................................18
A.PASAR MONOPOLI .......................................................................................................18
1. Ciri-ciri Monopoli .........................................................................................................19
2. Hukum Monopoli..........................................................................................................20
B. PASAR PERSAINGAN OLIGOPOLI ............................................................................20
1. Ciri – ciri pasar Oligopoli: ............................................................................................21
2. Hukum Oligopoli ..........................................................................................................22
BAB lll .....................................................................................................................................23
PENUTUP ................................................................................................................................23
A. KESIMPULAN ...............................................................................................................23
B. SARAN ............................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................24

16
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu ekonomi adalah salah satu bidang yang senantiasa ada dan menyertai
kehidupan manusia. Dalam pasar ilmu ekonomi dikenal berbagai macam pasar,
baik yang pada prakteknya sering dilihat dalam kenyataan sehari-hari maupun
yang hanya dikenal secara absolut dalam teori. Dalam ilmu ekonomi pasar selalu
menjadi topik perbincangan yang menarik. Pentingnya pasar dalam Islam tidak
terlepas dari fungsi pasar itu sendiri sebagai wadah bagi berlangsungnya kegiatan
jual beli

Macam pasar yang umumnya banyak dipraktekkan adalah Monopoli dan


Oligopoli. Sekarang ini, banyak yang belum mengetahui tentang pasar Monopoli
dan Oligopoli. Baik dari pengertiannya, ciri-cirinya, bahkan sampai dampak yang
diakibatkan oleh pasar Monopoli dan Oligopoli tersebut. Maka dari itu dalam
makalah ini akan dijelaskan mengenai pengertian dari pasar monopoli dan pasar
oligopoli, ciri-cirinya dan kelebihan dan kekurangan dari Pasar Monopoli dan
Pasar Oligopoli dalam konteks ekonomi Islam.

B. Rumusan Masalah

17
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 18

a. Apa yang dimaksud dengan Pasar Monopoli dan Pasar Oligopoli dalam
Ekonomi Islam?
b. Apa saja ciri-ciri Pasar Monopoli dan Pasar Oligopoli dalam ekonomi
Islam?
c. Bagaimana Hukum Pasar Monopoli dan Pasar Oligopoli dalam Islam?

BAB ll

PEMBAHASAN

A.PASAR MONOPOLI

Pasar Monopoli merupakan pasar persaingan tidak sempurna.Pasar


Monopoli adalah suatu bentuk pasar dimana hanya terdapat satu perusahaan saja;
dan perusahaan ini menghasilkan barang yang tidak mempunyai barang pengganti
yang sangat dekat (close substitute).Frank Fisher menjelaskan kekuatan monopoli
sebagai “the ability to act in unconstrained way” (kemampuan bertindak dalam
menentukan harga dengan caranya sendiri) sedangkan Besanko dkk menjelaskan
monopoli sebagai penjual yang menghadapi “little or no competition” (kecil atau
tidak ada persaingan) di pasar.

Dalam Islam, keberadaan satu penjual di pasar atau tidak adanya pesaing
bukanlah suatu hal yang terlarang. Siapa pun boleh berdagang tanpa peduli
apakah dia satu- satunya penjual atau ada penjual lain. Jadi monopoli dalam arti
harfiah, boleh-boleh saja, akan tetapi, siapapun dia tidak boleh melakukan ikhtikar
(pengambilan keuntung di atas keuntungan normal dengan cara menjual lebih
sedikit barang untuk harga yang lebih tinggi.

Monopoli dalam islam disebut ihtikar yaitu perilaku menimbun . Perilaku


ini dilarang karena akan berpengaruh negatif terhadap jumlah barang yang

18
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 19

tersedia sehingga ketersediaan dan permintaan barang menjadi tidak stabil, terjadi
distorsi pasar Secara sederhana, ihtikar dapat diartikan sebagai upaya membatasi
pasokan barang agar dapat menjual barang dengan harga yang lebih tinggi.
Dengan kata lain, membeli barang dagangan dan mengumpulkannya dari pasar
pada saat langka kemudian dijual kembali pada saat masyarakat membutuhkan
barang tersebut dengan keuntungan yang berlipat.

Larangan melakukan penimbunan dapat dilihat dalam bebeapa hadis Rasulullah


saw: “Manihtakara arba’îna yauman faqad barià minallahi wa bariàllahu
minhum”. Yang artinya “barang siapa menimbun bahan makanan selama empat
pulu malam, maka sesungguhnya ia telah berlepas diri dari Allah, dan Allahpun
berlepas darinya”. Dampak dari sebuah perilaku penimbunan barang yang
dinyatakan bersalah jika perbuatan penimbunan akan berakibat naiknya harga
barang di pasar.

Sejelek-jelek manusia ialah orang yang suka menimbun, jika mendengar


harga murah merasa kecewa dan jika mendengar harga naik, ia merasa gembira.
Islam melarang keras melakukan pemusatan produksi yang akan menyebabkan
keuntungan hanya diperoleh oleh orang-orang tertentu saja. Monopoli merupakan
masalah yang menjadi perhatian utama dalam setiap pembahasan pembentukan
hukum persaingan usaha. Akan tetapi perlu diingat bahwa sekalipun demikian,
monopoli itu sendiri pada dasarnya bukanlah suatu bentuk kejahatan atau
bertentangan dengan hukum apabila diperoleh dengan cara-cara yang fair dan
tidak melanggar hukum. Monopoli baru dilarang Apabila perusahaan yang
memiliki monopoli itu melakukan monopolisasi.
ُ ‫ࣖ وﻣن ي ُِّرد ﻓِي ِﻪ ِﺑاِلحا ٍۢ ٍد ِﺑ‬
ٍ ‫ظل ٍم نُّذِقﻪُ ِﻣن عذا‬
‫ب ا ِلي ٍم‬

dan siapa saja yang bermaksud melakukan kejahatan secara zalim di dalamnya,
niscaya akan Kami rasakan kepadanya siksa yang pedih. QS. Al-Hajj Ayat 25

1. Ciri-ciri Monopoli

Ada beberapa ciri khusus suatu pasar dikatakan pasar monopoli di antaranya:

1) terdiri atas satu perusahaan, sehingga barang atau jasa yang dihasilkannya
tidak dapat diperoleh dari perusahaan lain.
2) tidak mempunyai barang pengganti yang mirip. Artinya barang atau jasa
yang dihasilkan tidak dapat digantikan oleh barang atau jasa lain yang ada
di pasar.
3) tidak terdapat kemungkinan perusahaan lain untuk masuk ke dalam
industri.

19
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 20

4) dapat mempengaruhi penentuan harga.


5) promosi berupa iklan tidak diperlukan.
6) hanya satu produsen yang menguasai penawaran.
7) tidak dipengaruhi dan tidak mempengaruhi harga serta output dari produk-
produk lain yang dijual dalam perekonomian.

2. Hukum Monopoli

Jumhur ulama berpendapat bahwa monopoli hukumnya haram


sebagaimana dikemukakan oleh ulama kalangan Hanâbilah, Mâlikiyyah,
Hanafiyyah, dan mayoritas Syâfi‘iyyah.Argumentasi yang dibangun oleh ulama
yang mengharamkan monopoli (ihtikâr) tidak hanya bersumber dari dalil naql
saja, akan tetapi bersumber pula dari dalil ‘aql. Mereka mengemukakan bahwa
monopoli sangat erat kaitannya dengan hajat orang banyak yang ketika salah satu
pihak melakukannya akan menghambat pihak lain untuk memenuhi
kebutuhannya, kalaupun dapat memenuhinya, mereka mendapatkannya dengan
harga yang cukup tinggi. Hal tersebut merupakan kezaliman yang tidak bisa
diteloransi. PadaPada dasarnya persaingan dalam dunia usaha merupakan suatu
syarat mutlak bagi terselenggaranya suatu perekonomian yang berorientasi pasar
(market economy).

Peranan hukum dalam persaingan usaha adalah dari terselenggaranya


suatu persaingan yang sehat dan adil, sekaligus mencegah munculnya persaingan
yang tidak sehat (unfair competition) karena persaingan yang tidak sehat
hanyaakan bermuara pada matinya persaingan usaha yang pada gilirannya akan
melahirkan monopoli. EksitensiEksitensi monopoli dalam suatu kegiatan ekonomi
dapat terjadi dalam berbagai jenis, ada yang merugikan dan ada yang
menguntungkan perekonomian dan masyarakatnya.

‫ روى أﺑو أﻣاﻣة الباهلى أن النبى ملسو هيلع هللا ىلص‬Ĕ‫“ )ى أن يحتكر الطعام (رواه الحاكم ﻓى المستدرك‬Abu Umamah
al-Bahili meriwayatkan bahwa Nabi SAW telah melarang penimbunan makanan”
(HR. Hakim).

B. PASAR PERSAINGAN OLIGOPOLI

Pasar oligopoli adalah merupakan suatu bentuk pasar dimana hanya


terdapat beberapa perusahaan atau produsen yang berada di pasar, baik secara
independent maupun secara diam-diam bekerja sama dengan banyak
pembeli.Hanya saja pada pasar ini, barang yang dijual cenderung homogen

20
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 21

sehingga tidak terlalu bisa dibedakan antara satu produk dari suatu perusahaan
dengan produk dari perusahaan lain. DapatDapat kita artikan bahwa pasar
oligopoli ialah salah satu bentuk persaingan di pasar yang dikuasai oleh beberapa
produsen (penjual) pada suatu wilayah tertentu.

Adapun pasar oligopoli merupakan salah satu bentuk pasar di mana hanya
ada beberapa perusahaan yang dapat menghasilkan produk yang dijual di pasar
tersebut, di mana perusahaan-perusahaan itu saling bersaing antara satu dengan
lainnya untuk memenangkan pasar. hal inilah yang menjadi ciri yang utama dari
pasar oligopoli. Pasar oligopoli ini merupakan salah satu jenis dari pasar
persaingan yang tidak sempurna.

Dalam hal ini perlu ditekankan bahwa pasar oligopoli itu sendiri adalah pasar
yang di dalamnya hanya ada beberapa penjual atau perusahaan yang
menghasilkan barang yang sejenis.Dalam hal keuntungan pasar oligopoli
mendapatkan keuntungan melalui tingkah laku pesaingnya.

1. Ciri – ciri pasar Oligopoli:

1) Terdapat beberapa orang produsen dengan konsumen yang relatif


banyak.Tiap produsen mempunyai pengaruh atas harga.
2) Terdapat barier stoentry bagi produsen lain sehingga jumlah perusahaan
akan cenderung konstan.
3) Penguasaan pasar ditunjukkan dengan nisbah konsentrasi penjualan yang
dihitung berdasarkan jumlah atau persentase aktiva perusahaan terhadap
total aktiva pasar.
4) Perang harga merupakan unsur yang sangat dihindari karena akan
menimbulkan kerusakan secara masal dalam pasar oligopoli. Untuk
menghindarinya maka dilakukan kolusi antar perusahaan. Sehingga
cenderung akan menciptakan kartel. Perusahaan yang tidak mampu
bersaing akan cenderung melakukan merger dengan perusahaan yang kuat.
5) Inovasi dan penguasaan terhadap teknologi merupakan unsur yang penting
dalam kemajuan perusahaan.

20

2020

https://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/Almaslahah/article/download/928/502

21
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 22

Dalam perspektif Islam pasar persaingan oligopoli adalah tidak


memandang bahwasanya struktur pasar tersebut sebagai suatu hal yang salah.
Disatu sisi kondisi tersebut memang tidak optimal jika dibandingkan dengan
struktur pasar persaingan sempurna, namun

apabila situasi dan kondisi pada akhirnya mengarahkan terwujudnya struktur


pasar tersebut maka dalam islam tidak menjadi sebuah masalah. Yang dilarang
dalam Islam adalah ketika pelaku pasar tersebut melakukan kolusi dengan
maksimalisasi laba pada tingkat harga yang lebih tinggi, output dan pekerja lebih
rendah.

Ketika pelaku ologopoli tidak melakukan kolusi secara aktual akan berhadapan
atau menemui kurva permintaan yang berorientasi islami. Secara umum, pola
struktur oligopoli yang tidak diperkenankan dalam ekonomi slam adalah
kemungkinan munculnya moral harard di dalamnya.

Islam adalah cara hidup yang imbang dan koheren, dirancang untukkebahagiaan
manusia dengan cara menciptakan keharmonisan antara kebutuhan moral, material
manusia dan aktualisasi keadilan sosio ekonomi serta persaudaraan antar umat
manusia.

2. Hukum Oligopoli

Hukum Oligopoli dalam Islam sama hal nya seperti monopoli yaitu
diharamkan karena memiliki unsur negatif bagi masyarakat. Karena Islam agama
yang komprehensif tentunya akitivitas ekonomi sebagai kegiatan vital
kemanusiaan yang tidak luput dari perhatian. “ Allah telah menghalalkan jual beli
danmengharamkan riba” (QS Al-Baqarah[2] : 275), Pembahasan mengenai
struktur pasar menjadi penting dalam ekonomi Islam, karena dalam konsep
ekonomi Islam, penentuan hargadidasarkan atas kekuatan-kekuatan pasar yaitu
kekuatan permintaan dan kekuatan penawaran.Sebagaimana Rasulullah SAW
sangat menghargai harga yang dibentuk oleh pasar sebagaiharga yang adil,
sehingga beliau menolak adanya suatu intervensi pasar apabila perubahanharga
yang terjadi karena mekanisme harga yang wajar.

http://jurnal.iain- padangsidimpuan.ac.id/index.php/almaqasid/article/download/1430/1163

22
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 23

BAB lll

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Jadi kesimpulan yang dapat diambil dari persaingan monopoli dan oligopoli
ialah,Pasar Monopoli adalah suatu bentuk pasar dimana hanya terdapat satu
perusahaan saja Monopoli merupakan menahan atau menimbun suatu barang agar
tidak beredar di pasar supaya harga barang tersebut menjadi naik, demi
mendapatkan keuntungan yang lebih besar.Barang yang dihasilkan dipasar
monopoli tidak dapat digantikan oleh barang lain yang ada dipasar, karena barang
tersebut merupakan satu satunya jenis barang yang tidak ada kemiripan dengan
barang lain.

Sedangkan oligopoli adalah adalah pasar yang hanya terdiri dari beberapa
produsen yang mendominasi pasar.Pasar oligopoli adalah pasar yang antara
perusahaannya terdapat ketergantungan. Sehingga masing-masing perusahaan
tidak dapat mengubah harga seenaknya. Dapat diartikan juga yaitu keadaan
dimana pasar hanya terdapat beberapa penjual yang saling bersaing dengan
jumlah pembeli yang banyak. Contohnya adalah pasar mobil, motor,dll.

B. SARAN

Dengan selesainya makalah ini, kami mengucapkan banyak terima kasih


menyadari semua pihak yang ikut andil wawasannya dalam penulisan ini. Tak
lupa kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang membangun selalu kami tunggu
dan kami perhatikan. SemogaSemoga Allah SWT membalas semua jerih payah
semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini dan semoga
bermanfaat bagi kita semua. Amin.

23
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 24

DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/195006-ID-monopoli-dalam-
perspektif- ekonomi-islam.pdf

https://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/Almaslahah/article/download/928/502

http://jurnal.iain-
padangsidimpuan.ac.id/index.php/almaqasid/article/download/1430/1163

24
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 25

Gambar 1: A. pasar monopoli gambar 2: B. Pasar


oligopoli

25
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 26

Teori Konsumsi Dalam Islam

N
OLEH KELOMPOK 6:
Nama/Nim : Alya Zahwa (4022019002)
Nita (4022019089)

Dewi Kartika Sari (4022019009)

: Ekonomi dan Bisnis Islam/Ekonomi


Fakults/Prodi
Syariah

Unit/Semester : 1/4

Mata Kuliah : Ekonomi Mikro Islam


Dosen Pengampu : Alfian, M.E.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA

TAHUN AJARAN 2020/2021

26
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 27

TEORI KONSUMSI DALAM ISLAM

PENDAHULUAN
Kata konsumsi berasal dari bahasa Inggris yaitu consume / consumption yang
berarti menghabiskan, konsumsi, pemakaian.

Menurut kamus bahasa Indonesia, konsumsi adalah pemakaian barang –


barang produksi dan bahan makanan dan sebagainya.

Secara garis besar tentu menghabiskan nilai guna. Sedangkan menurut


Samuelson, konsumsi adalah kegiatan menghabiskan utility (nilai guna) barang
dan jasa.

Dari tiga pengertian tentang konsumsi tersebut, maka dapat dikembangkan


menjadi sebuah pengertian bahwa konsumsi merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan oleh seorang konsumen untuk menghabiskan atau memakai nilai guna /
utility suatu barang maupun jasa.

Dalam ekonomi Islam, konsumsi tidak hanya sekedar menghabiskan nilai


guna dari suatu barang, namun ada suatu nilai yang menjadi hal yang cukup
penting dalam konsumsinya.

PEMBAHASAN

Dasar Hukum Perilaku Konsumsi Islam memandang bahwa bumi dengan


segala isinya merupakan amanah Allah SWT kepada sang Khalifah agar
dipergunakan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan bersama.

Dalam satu pemanfaatan yang telah diberikan kepada khalifah adalah


kegiatan ekonomi (umum) dan lebih sempit lagi kegiatan konsumsi (khusus).
Islam mengajarkan kepada khalifah untuk memakai dasar yang benar agar
mendapatkan keridhaan dari Allah Sang Pencipta.

1. Sumber yang Berasal dari al-Qur’an dan Sunnah Rasul


a. Sumber yang ada dalam al-Qur’an

27
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 28

‫ٰيب ِنﻲِِ ٰادم ُخذوُِ ا ِزينتكُِ م ِعند ك ِلُِ ﻣس ِج ٍد ﱠوكلُوُِ ا‬


ِ‫واشرﺑوُِ ا ولِ ﺗسُِ ِرﻓوُِ ۚا اِنﱠﻪٗ لِ يحُِِ بُّ ا ل ُمِﺳ ِر ِﻓين‬

Artinya : “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di


Setiap (memasuki) mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebih-lebihan.” (Q.S Al - A'raf, 31:5)

b. Sumber yang berasal dari sunah Rasul

Ketika kami dalam bepergian bersama Nabi SAW, mendadak


datang seseorang berkendaraan, sambil menoleh ke kanan-ke kiri
seolah-olah mengharapkan bantuan makanan, maka bersabda Nabi
SAW : “Siapa yang mempunyai kelebihan kendaraan harus dibantukan
pada yang tidak memmpunyai kendaraan. Dan siapa yang mempunyai
kelebihan bekal harus dibantukan pada orang yang tidak berbekal.”
kemudian Rasulullah menyebut berbagai macam jenis kekayaan
hingga kita merasa seseorang tidak berhak memiliki sesuatu yang lebih
dari kebutuhan hajatnya. (H.R. Muslim).

2. Ijtihad Para Ahli Fiqh

Ijitihad berarti meneruskan setiap usaha untuk menentukan sedikit banyaknya


kemungkinan suatu persoalan syari’at. Mannan menyatakan bahwa sumber hukum
ekonomi islam (termasuk di dalamnya terdapat dasar hukum tentang prilaku
konsumen) yaitu; al-Qur’an, as-Sunnah, ijma’, serta qiyas dan ijtihad. Menurut
Mannan, yang ditulis oleh Muhammad dalam bukunya ”Ekonomi Mikro Islam”;
konsumsi adalah permintaan sedangkan produksi adalah penyediaan / penawaran.

Kebutuhan konsumen, yang kini dan yang telah diperhitungkan sebelumya,


menrupakan insentif pokok bagi kegiatan-kegiatan ekonominya sendiri. Mereka
mungkin tidak hanya menyerap pendapatannya, tetapi juga memberi insentif
untuk meningkatkannya.

Hal ini berarti bahwa pembicaraan mengenai konsumsi adalah penting. dan
hanya para ahli ekonomi yang mempertunjukkan kemampuannya untuk
memahami dan menjelaskan prinsip produksi maupun konsumsi, mereka dapat
dianggap kompeten untuk mengembangkan hukumhukum nilai dan distribusi atau
hampir setiap cabang lain dari subyek tersebut. Menurut Muhammad perbedaan
antara ilmu ekonomi modern dan ekonomi Islam dalam hal konsumsi terletak

28
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 29

pada cara pendekatannya dalam memenuhi kebutuhan seseorang. Islam tidak


mengakui kegemaran materialistis semata-mata dari pola konsumsi modern.

Lebih lanjut Mannan mengatakan semakin tinggi kita menaiki jenjang


peradaban, semakin kita terkalahkan oleh kebutuhan fisiologik karena faktorfaktor
psikologis. Cita rasa seni, keangkuhan, dorongan-dorongan untuk pamer semua
faktor ini memainkan peran yang semakin dominan dalam menentukan bentuk
lahiriah konkret dari kebutuhan-kebutuhan fisiologik kita. Dalam suatu
masyarakat primitif, konsomsi sangat sederhana, karena kebutuhannya sangat
sederhana. Tetapi peradaban modren telah menghancurkan kesederhanaan manis
akan kebutuhan-kabutuhan ini.

A. Prinsip Konsumsi Dalam Islam


Anugerah Allah SWT adalah milik semua manusia. Suasana yang
menyebabkan sebagian diantara anugerah-anugerah itu berada ditangan orang-
orang tertentu tidak berarti bahwa mereka dapat memanfaatkan anugerah-
anugerah itu untuk mereka sendiri. Orang lain masih berhak atas anugerah-
anugerah tersebut walaupun mereka tidak memperolehnya.

Dalam Al-Qur’an Allah SWT mengutuk dan membatalkan argumen yang


dikemukakan oleh orang kaya yang kikir karena ketidaksediaan mereka
memberikan bagian atau miliknya ini. Selain itu, perbuatan untuk memanfaatkan
atau mengkonsumsi barang-barang yang baik itu sendiri dianggap sebagai
kebaikan dalam Islam. Sebab kenikmatan yang dicipta Allah untuk manusia
adalah ketaatan kepada-Nya yang berfirman kepada nenek moyang manusia, yaitu
Adam dan Hawa, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an :

ِ‫ﺽ ح ٰل ا ًل طﻲ ِ ﺑاا َّۖ ﱠول‬ ِ ‫س كلُُِ وا ِﻣ ﱠما ﻓِى الِِر‬ ُ ‫ٰيايﻪﱠُِ ا النا ﱠ‬
‫دوُِ ُّﻣبِﻲ ن‬ ٌّ ‫شي ٰط ِِن اِنﱠﻪٗ لكُ ِم ع‬
‫ﺕ ال ﱠ‬ ُ ٰ ‫ﺗت ﱠب ِعوُِ ا ُخ‬
ِ ‫طو‬

Artinya : “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagimu.” (QS. Al Baqarah : 168).

Etika ilmu ekonomi Islam berusaha untuk mengurangi kebutuhan material


yang luar biasa saat ini, untuk mngurangi energi manusia dalam mengejar cita-cita
spiritualnya. Perkembangan batiniah yang bukan perluasan lahiriah, telah
dijadikan cita-cita tertinggi manusia dalam hidup.

29
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 30

Tetapi semangat modren dunia barat, sekalipun tidak merendahkan nilai


kebutuhan akan kesempurnaan batin, namun rupanya telah mengalihkan tekanan
kearah perbaikan kondisi-kondisi kehidupan material. Dalam ekonomi Islam
konsumsi dikendalikan oleh lima prinsip dasar.

1. Prinsip Keadilan

Syarat ini mengandung arti ganda yang penting mengenai mencari rezeki
secara halal dan tidak dilarang hukum. Dalam soal makanan dan minuman, yang
terlarang adalah darh, daging binatang yang telah mati sendiri, daging babi,
daging binatang yang ketika disembelih diserukan nama selain
Allah

ۡ ‫اِن ﱠمِا ح ﱠرم عل ۡي ُک ُم ۡالم ۡيتةِ والدﱠم ولحۡ ِم ۡال ِخ ۡن ِز ۡي ِر وﻣا ا ِهُِ ﱠل ِﺑ ٖﻪ ِلغ ۡي ِر هال ۚ ِِّٰۚل ﻓمِ ِن‬
ُ ‫اض‬
ٍ‫ط ﱠر غ ۡير ﺑاغ‬
‫انِ هال ٰ ﱠل غ ۡفوُِ ر ﱠر ِح ۡﻲ م‬ ِِّ ‫ﱠولِ عا ٍد ﻓلًِِِ ا ِۡثم عل ۡﻲ ِه‬

Artinya : “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai,


darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama)
selain Allah. tetapi Barangsiapa dalam Keadaan terpaksa (memakannya)
sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas,
Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” (QS. Al Baqarah : 173).

2. Prinsip Kebersihan

Syariat yang kedua ini tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an maupun Sunnah
tentang makanan.
Harus baik atau cocok untuk dimakan, tidak kotor ataupun menjijikkan sehingga
merusak selera.
Karena itu, tidak semua yang diperkenankan boleh dimakan dan diminum dalam
semua keadaan. Dari semua yang diperbolehkan makan dan minumlah yang
bersih dan bermanfaat.

3. Prinsip Kebersihan

Syariat yang kedua ini tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an maupun Sunnah
tentang makanan. Harus baik atau cocok untuk dimakan, tidak kotor ataupun
menjijikkan sehingga merusak selera.

Karena itu, tidak semua yang diperkenankan boleh dimakan dan diminum dalam
semua keadaan. Dari semua yang diperbolehkan makan dan minumlah yang
bersih dan bermanfaat.

30
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 31

4. Prinsip Kesederhanaan

Prinsip ini mengatur prilaku manusia mengenai makanan dan minuman


adalah sikap tidak berlebih-lebihan, yang berarti janganlah makan secara berlebih.

ِٰ ُِِِّّ‫ﺕ ﻣا أحِ ﱠل الل‬ ُ ‫يا أيﻪﱠُِ ا الﱠذِين آﻣ‬


ِ ‫نوا لِ ﺗحُِ ِر ُﻣوا طﻲ ِ ﺑا‬
‫ل ُكم‬
ِ‫ول‬
‫ﺗعِﺗ‬
ۚ ‫د ُوا‬
ِ‫إن‬ ِِّ
‫ال‬
ِٰ ِِِّ‫لﱠ‬
ِ‫ل‬
ُّ‫ي ُِحب‬
ِ‫ال ُم‬
ِِ‫عتد‬
‫ين‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-
apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu
melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas.” (Q.S Al Maidah, 87)

Arti penting ayat ini adalah kenyataan bahwa kurang makan dapat
mempengaruhi pembangunan jiwa dan tubuh, demikian pula bila perut diisi secara
berlebih-lebihan tentu akan ada pengaruhnya pada perut. Praktik memantangkan
jenis makanan tertentu dengan tegas tidak dibolehkan dalam Islam.

5. Prinsip Kemurahan Hati

Dengan mentaati perintah Islam tidak ada bahaya maupun dosa ketika kita
memakan dan meminum makanan halal yang disediakan Tuhan karena kemurahan
hati-Nya. Selama maksudnya adalah untuk kelangsungan hidup dan kesehatan
yang lebih baik dengan tujuan menunaikan perintah Tuhan dengan keimanan yang
kuat dalam tuntutan-Nya, dan perbuatan adil sesuai dengan itu, yang menjamin
persesuaian bagi semua perintah-Nya.

‫احُِِ ﱠل لكُ ِم صيد ُ البحِ ِر وطعا ُﻣﻪٗ ﻣتا اعا لﱠ ُكم و ِللسﱠياﱠرﺓِ ۚو ُح ِرم عليكُِ م صيدُ الب ِر ﻣا‬
ُِ‫دم‬
ُِ‫ﺗم‬
‫ُح ُر‬

31
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 32

‫اﻣا ِوا‬
‫ﺗﻘﱠ ُوا‬
‫هال ٰ ﱠل‬
‫الﱠ ِذ‬
ِ‫ي‬
‫ا ِلِي‬
‫ِه‬
ُِ‫ﺗح‬
‫ش ُرو‬
‫ن‬
Artinya : “Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang
berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-
orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap)
binatang buruan darat, selama kamu dalam.
ihram. dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nyalah kamu akan
dikumpulkan.” (QS. Al Maidah : 96)

6. Prinsip Moralitas

Bukan hanya mengenai makanan dan minuman langsung tetapi dengan tujuan
terakhirnya, yakni untuk peningkatan atau kemajuan nilai-nilai moral dan
spiritual. Seseorang muslim diajarkan untuk menyebut nama Allah sebelum
makan dan menyatakan terima kasih kepada-Nya setelah makan. Dengan
demikian ia akan merasakan kehadiran Ilahi pada waktu memenuhi
keinginankeinginan fisiknya. Hal ini penting artinya karena Islam menghendaki
perpaduan nilai-nilai hidup material dan spiritual yang berbahagia.

َّۖ ِ ‫يسِـ َٔلوُِ نك ع ِن الخم ِر والمِي ِس ِِر قلُِ ﻓِي ِﻪِﻣا اِث م ك ِبﻲ ر ﱠوﻣناﻓِ ُع ِللنا ﱠ‬
‫س واِث ُمِهُما اكِﺑ ُر‬
‫ِﻣن ﱠنفعِِهِم ِا‬
‫ويسِـ َٔلوُِ نكِ ﻣاذا‬
ُِ‫يُن ِفﻘوُِ ن ەِ ق ِل‬
‫العِﻓِوِ ك ٰذ ِلك يُبﻲ‬
‫ِنُِ هال ٰ ُّل لكُ ِ ُم‬
‫ت لعلﱠِ ُكم‬ ٰ
ِ ‫الِ ٰي‬
‫ﺗتفكﱠ ِ ُرو ن‬

Artinya : “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar[136] dan judi.


Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa
manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya".
dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah:

32
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 33

" yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayatayat-


Nya kepadamu supaya kamu berfikir,” (QS. Al Baqarah : 219)

B. Teori Konsumsi Dalam Islam


Islam merupakan agama yang ajarannya mengatur segenap prilaku manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Demikian pula dalam masalah konsumsi,
Islam mengatur bagaimana manusia dapat melakukan kegiatan-kegiatan konsumsi
yang membawa manusia berguna bagi kemashlahatan hidupnya. Seluruh aturan
Islam mengenai aktivitas konsumsi terdapat dalam al-Qur’an dan asSunnah.
Prilaku konsumsi yang sesuai dengan ketentuan al-Qur’an dan as-Sunnah ini akan
membawa pelakunya mencapai keberkahan dan kesejahteraan hidupnya.

Islam mengenai aktivitas konsumsi terdapat dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.


Prilaku konsumsi yang sesuai dengan ketentuan al-Qur’an dan as-Sunnah ini akan
membawa pelakunya mencapai keberkahan dan kesejahteraan hidupnya.

Barang-barang kebutuhan dasar (termasuk untuk keperluan hidup dan


kenyamanan) dapat didefenisikan sebagai barang dan jasa yang mampu memenuhi
suatu kebutuhan atau mengurangi kesulitan hidup sehingga memberikan
perbedaan yang riil dalam kehidupan konsumen.

Barang-barang mewah sendiri dapat didefenisikan sebagai semua barang dan


jasa yang diinginkan baik untuk kebanggaan diri maupun untuk sesuatu yang
sebenarnya tidak memberikan perubahan berarti bagi kehidupan konsumen.

Chapra mengatakan bahwa konsumsi agregat yang sama mungkin memiliki


proporsi barang kebutuhan dasar dan barang mewah yang berbeda, dan tercapai
tidaknya pemenuhan suatu kebutuhan tidak tergantung kepada proporsi sumber
daya yang dialokasikan kepada masing-masing konsumsi ini. Semakin banyak
sumber daya masyarakat yang digunakan untuk konsumsi dan produksi barang
dan jasa mewah, semakin sedikit sumber daya yang tersedia untuk pemenuhan
kebutuhan dasar.

Dengan demikian, meski terjadi penigkatan pada konsumsi agregat, ada


kemungkinan bahwa kehidupan masyarakat tidak menjadi lebih baik dilihat dari
tingkat pemenuhan kebutuhan dasar penduduk miskin, jika semua peningkatan
yang terjadi pada konsumsi tersebut lari ke penduduk kaya untuk pemenuhan
kebutuhan barang-barang mewah.

Fungsi konsumsi di dalam ilmu makroekonomi konvensional tidak


memperhitungkan komponenkomponen konsumsi agregat ini. Yang lebih banyak
dibicarakan dalam ilmu makroekonomi konvensional terutama mengenai
pengaruh dari tingkat harga dan pendapatan terhadap konsumsi.

33
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 34

Hal ini dapat memperburuk analisis, karena saat tingkat harga dan pendapatan
benar-benar memainkan peran yang substansi dalam menentukan konsumsi
agregat, ada sejumlah faktor moral, sosial, politik, ekonomi, dan sejarah yang
mempengaruhi pengalokasiaannya pada masing-masing komponen konsumsi.
Dengan demikian, faktor-faktor nilai dan kelembagaan serta preferensi, distribusi
pendapatan dan kekayaan, perkembangan sejarah, serta kebijakan-kebijakan
pemerintah tentunya tak dapat diabaikan dalam analisis ekonomi.

Sejumlah ekonom Muslim diantaranya adalah Zarqa, Monzer Kahf, M.M.


Metwally, Fahim Khan, M.A. Manan, M.A Choudhury, Munawar Iqbal,
Bnedjilali dan Al-Zamil dan Ausaf Ahmad telah berusaha memformulasikan
fungsi konsumsi yang mencerminkan faktor-faktor tambahan ini meski tidak
seluruhnya, mereka beranggapan bahwa tingkat harga saja tidaklah cukup untuk
mengurangi tingkat konsumsi barang mewah yang dilakukan oleh orang-orang
kaya.

Diperlukan cara untuk mengubah sikap, selera dan preferensi, memberikan


motivasi yang tepat, serta menciptakan lingkungan sosial yang memandang buruk
konsumsi seperti itu. Disamping itu perlu pula untuk menyediakan sumber daya
bagi penduduk miskin guna meningkatkan daya beli atas barang-barang dan
jasajasa yang terkait dengan kebutuhan dasar. Hal inilah yang coba dipenuhi oleh
paradigma relegius, khususnya Islam, dengan menekankan perubahan individu
dan sosial melalui reformasi moral dan kelembagaan.

Norma konsumsi Islami mungkin dapat membantu memberikan orientasi


preferensi individual yang menentang konsumsi barang-barang mewah dan
bersama dengan jaring pengaman sosial, zakat, serta pengeluaran-pengeluaran
untuk amal mempengaruhi alokasi dari sumber daya yang dapat meningkatkan
tingkat konsumsi pada komponen barang kebutuhan dasar. Produsen kemudian
mungkin akan merespon permintaan ini sehingga volume investasi yang lebih
besar dialihkan kepada produksi barang-barang yang terkait kebutuhan dasar.

Ada tiga nilai dasar yang menjadi fondasi bagi perilaku konsumsi masyarakat
muslim :

1. Keyakinan akan adanya hari kiamat dan kehidupan akhirat, prinsip ini
mengarahkan seorang konsumen untuk mengutamakan konsumsi untuk akhirat
daripada dunia. Mengutamakan konsumsi untuk ibadah daripada konsumsi
duniawi. Konsumsi untuk ibadah merupakan future consumption (karena terdapat
balasan surga di akherat), sedangkan konsumsi duniawi adalah present
consumption.

2. Konsep sukses dalam kehidupan seorang muslim diukur dengan moral


agama Islam, dan bukan dengan jumlah kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi

34
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 35

moralitas semakin tinggi pula kesuksesan yang dicapai. Kebajikan, kebenaran dan
ketaqwaan kepada Allah merupakan kunci moralitas Islam. Kebajikan dan
kebenaran dapat dicapai dengan prilaku yang baik dan bermanfaat bagi kehidupan
dan menjauhkan diri dari kejahatan.

3. Kedudukan harta merupakan anugrah Allah dan bukan sesuatu yang


dengan sendirinya bersifat buruk (sehingga harus dijauhi secara berlebihan). Harta
merupakan alat untuk mencapai tujuan hidup, jika diusahakan dan dimanfaatkan
dengan benar.

ٍ‫ﻓسُِ هِم كمث ِلِ ج ﱠن ﺓ‬ ِ ‫وﻣثلُِ الﱠذِينِ يُن ِفﻘوُِ ن امِوالﻪ ُِ ُم اﺑت ِغاء ﻣرضا‬
ِ ِ‫ﺕ هال ِِّٰۚل وﺗثِ ِﺑيتاا ِﻣن ان‬
‫يصُِ ﺑﻪِا‬ِ ‫ينِ ِۚ ﻓاِِن لﱠم‬ ٰ
ِ ‫ِﺑرﺑوِﺓٍ اصِاﺑﻪِا واب ِل ﻓاﺗتِ ا ُكلُﻪِا‬
ِ ‫ضعف‬
ٰ
‫ﺑصِي ر‬ ِ ‫واب ِل ﻓط ٌّل ِو هال ُّل ِﺑمِا ﺗعمِلوُِ ن‬

Artinya: “Dan perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya untuk mencari


rida Allah dan untuk memperteguh jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang
terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu
menghasilkan buah-buahan dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya,
maka embun (pun memadai). Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Q.S
Al Baqarah, 2:265)

Menurut Imam al-Ghazali kebutuhan (hajat) adalah keinginan manusia untuk


mendapatkan sesuatu yang diperlukan dalam rangka mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan menjalankan fungsinya. Kita melihat misalnya dalam
hal kebutuhan akan makanan dan pakaian. Kebutuhan makanan adalah untuk
menolak kelaparan dan melangsungkan kehidupan, kebutuhan pakaian untuk
menolak panas dan dingin. Pada tahapan ini mungkin tidak bisa dibedakan antara
keinginan (syahwat) dan kebutuhan (hajat) dan terjadi persamaan umum antara
homo economicus dan homo Islamicus. Manusia harus mengerti tujuan utama
diciptakannya nafsu ingin makan adalah untuk menggerakkannya mencari
makanan dalam rangka menghilangkan rasa kelaparan, sehingga fisik manusia
tetap sehat dan mampu menjalankan fungsinya secara optimal sebagai hamba
Allah yang beribadah kepadaNya. Di sinilah letak perbedaan mendasar antara
filosofi yang melandasi teori permintaan Islami dan konvensional. Islam selalu
mengaitkan kegiatan memenuhi kebutuhan dengan tujuan utama manusia
diciptakan. Manakala manusia lupa pada tujuan penciptaannya, maka esensinya
pada saat itu tidak berbeda dengan binatang ternak yang makan karena lapar saja.
Jadi setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik itu yang bersifat pribadi
maupun umum hendaknya selalu diniatkan sebagai ibadah yang menjadi dasarnya,
sehingga apa yang dilakukan tidak akan menjadi sia – sia. Ilmu pengetahuan dan
ilmu agama pun dapat dilaksanakan secara beriringan.

35
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 36

Penjelasan Skema Teori Konsumsi Dalam Islam


Dalam ekonomi konvensional pendapatan adalah penjumlahan konsumsi dan
tabungan, atau secara matematis ditulis: Y = C + S Dimana : Y = Pendapatan, C =
Konsumsi dan C = Konsumsi. Sedangkan dalam konsep Islam dijelaskan oleh
Hadits Rasulullah saw yang maknanya adalah “Yang kamu miliki adalah apa yang
telah kamu makan dan apa yang kamu infakkan.” Oleh karena itu persamaan
pendapatan menjadi: Y = (C + Infak) + S Persamaan ini disederhanakan menjadi:
Y = FS + S Dimana: FS = C + infak, FS adalah final spending Sehingga dapat
diformulasikan bahwa pendapatan (Y) adalah konsumsi (C) ditambah dengan
infak kemudian ditambah dengan tabungan (S). Dimana final spending yaitu
konsumsi ditambah dengan infak Jika kita lihat dalam skema di atas, setiap
manusia tentu akan melakukan konsumsi untuk memenuhi kebutuhannya, baik itu
kebutuhan primer, sekunder maupun tersiernya. Namun yang perlu ditekankan di
sini, Islam sangat memerangi kemewahan, berlebih – lebihan dan pemborosan
sehingga menjauhkan manusia dari sifat suka berhutang dan menjaga harga diri
dan martabatnya baik dihadapan Allah maupun dihadapan sesama manusia.
Namun yang perlu diingat, konsumsi selalu beriringan dengan zakat, infak
maupun sedekah sehingga barang yang kita konsumsi telah bersih dari hak orang
lain yang terdapat di dalamnya. Selain itu, zakat juga dapat meningkatkan
kesejahteraan umat, karena pemerataan kekayaan akan terjadi ketika zakat benar –
benar dilaksanakan dan dimanfaatkan dengan sebaik – baiknya. Dalam
mengkonsumsi kebutuhan primer, sekunder maupun tersier, manusia harus
memegang lima prisnsip konsumsi, yaitu prinsip keadilan, prinsip kebersihan,
prinsip kesedehanaan, prinsip kemurahan hati dan prinsip moralitas.

1. Prinsip keadilan

Syarat ini mengandung arti ganda penting mengenai mencari rizki secara
halal dan tidak melanggar hukum. Firman Allah “Hai sekalian manusia, makanlah
yang halal lagi baik dari apa yang terdapat dibumi….(QS. Al-Baqoroh : 169)”
Rasulullah juga bersabda “1/3 adalah udara 1/3 makan dan 1/3 adalah minuman”
(Al- Hadis)

2. Prinsip kebersihan

Konsumsi harus baik atau cocok untuk dimakan, tidak kotor atau menjijikan
sehingga merusak selera. Rasulullah mencontohkan untuk menjaga kebersihan
sesuai dengan sabdanya “makanan diberkahi jika kita mencuci tangan sebelum
dan setelah memakannya” (Tarmidzi, Mishkat). Jabir meriwayatkan Abu Hamid
membawa segelas susu dari Naqi. Rasulullah berkata kepadanya “Mengapa tidak
kau tutup gelas itu? letakanlah sepotong kayu diatasnya” (Bukhori). bersumber
dari Jabir, Rasulullah SAW bersabda “ Sebelum tidur, matikan lampu, tutup pintu
dan tutupilah makanan dan minuman”.

36
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 37

3. Prinsip Kesederhanaan

Konsumsi tidak boleh berlebih lebihan Firman Allah “Makan dan minumlah
dan jangan engkau berlebih-lebihan sesungguhnya Allah tidak menyukai orang –
orang yang melampaui batas”. Firman Allah “Hai orang-orang beriman janganlah
kamu haramkan apa – apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan
janganlah melampaui batas…” (Al-Maidah:87)

4. Prinsip Kemurahan hati

Islam memerintahkan agar senantiasa memperhatikan saudara dan tetangga


kita dengan senantiasa berbagi rasa bersama. Karena begitu pula yang diajarkan
Allah kepada manusia, Allah tidak pernah menghitung seberapa banyak karunia
yang diberikan kepada manusia.

5. Prinsip moralitas

Senantiasa menyebut nama Allah dan bersukur atas karuniaNya, maka hal
tersebut secara tidak langsung akan membawa dampak psikologis bagi pelakunya
seperti anti makanan haram baik zat maupun cara mendapatkannya sehingga bisa
merasakan ketenangan jiwa.

Setelah lima prinsip tersebut terpenuhi, konsumsi dan infak pun telah dapat
dilaksanakan, maka selanjutnya adalah tabungan yang tujuan utamanya yaitu
untuk berjaga – jaga ketika suatu saat ada keperluan mendadak. Selain itu
tabungan juga dapat dialokasikan sebagai investasi. Sehingga kita juga dapat
menikmati hasil dari investasi dan tabungan tersebut untuk memenuhi kebutuhan
hidup khususnya untuk konsumsi. Hasil tersebut juga kita niatkan sebagai ibadah
yang diimplementasikan dengan membayakan zakatnya jika telah mencapai nisab
maupun membayarkan infak dan sedekah sekedarnya.

Ibadah tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mencari keridhaan Allah SWT
dalam rangka mengkonsumsi barang dan jasa demi kelangsungan hidup. Sehingga
apa yang manusia konsumsi jika dilandasi dengan niat beribadah kepada Allah
maka akan mendapat berkah di dalamnya. Apabila semua hal tersebut dapat kita
lakukan dengan baik, maka kita akan mencapai keseimbangan antara konsumsi di
dunia (present consumption) yang kita nikmati saat ini dan konsumsi akhirat
(future consumption) yang akan kita nikmati kelak.

Kesimpulan
1. Perbedaan konsumsi konvensional dengan konsumsi Islam adalah adanya
infak dan lima prinsip konsumsi Islam yaitu keadilan, kesederhanaan, kebersihan,
kemurahan hati, dan moralitas. Komponen infak memberi dampak positif bagi diri

37
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 38

sendiri yaitu mendapat pahala dan sebagai pengurang zakat yang harus
dibayarkan dan memberi dampak jangka pendek yaitu dengan meningkatkan
agregat demand. Komponen infak memberi dampak positif bagi orang lain dan
dalam jangka panjang meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya
melalui penyaluran pembiayaan produktif Al Qardhul Hasan.

2. Teori prilaku konsumen yang Islami dibangun atas dasar syariah Islam.
Dalam ekonomi Islam konsumsi dikendalikan oleh lima prinsip dasar, yaitu :
prinsip keadilan, prinsip kebersihan, prinsip kesederhanaan, prinsip kemurahan
hati dan prinsip moralitas.

3. Konsumsi dalam ekonomi Islam memang tidak hanya berorientasi pada


konsumsi di dunia (present consumption) namun juga konsumsi di akhirat (future
consumption) yang dilakukan dengan mengimbangi segala kegiatan di dalamnya
menggunakan niat beribadah kepada Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto S.S, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, Apollo, Surabaya, 1997


Departemen Agama
Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahannya, CV. Kathoda, Jakarta, 2005
Eko Suprayitno,
Ekonomi islam (Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensiona, Graha
Ilmu, Yogyakarta. 2005
John M. Echols, Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2005
Mannan, M.A, Teori dan Prakrtek Ekonomi Islam (Edisi Terjemahan). Dana
Bhakti Wakaf. Yogyakarta, 1997 Monzer Kahf, Ekonomi Islam (Telaah Analitik
terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam), Pustaka Pelajar. Yogyakarta, 1995
Muhammad, Ekonomi Mikro (Dalam Persfektif Islam).BPFE, Yogyakarta,
2005 Munawar Iqbal, Zakah, Moderation, and Agregat Consumption in an
Islamic Economics, JKAU, Islamic Economics, Vol. 2, 1990 Nurul Huda,
Memahami Konsumsi secara Islami, Universitas Yasri,
2009 Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi. Gema Insani Press, Jakarta,
2000, h. 310

38
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 39

39
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 40

40
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 41

PENETAPAN HARGA DALAM ISLAM DAN REKAYASA PASAR


MENUJU PERBAIKAN DISTRIBUSI

DISUSUN OLEH KELOMPOK 13

Nama/Nim : Sawaludin (4022019095)

: Feri Firmansyah (4022019039)

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Prodi : Ekonomi Syariah

Unit/Semester ; 1/4

Mata Kuliah : Ekonomi Mikro islam

Dosen Pengampu : Dr. Alfian, M.E

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA

TAHUN AJARAN 2020/2021

41
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr . Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah,taufik
dan inayahnya kepada kita semua. Sehingga saya bisa menjalani kehidupan ini
sesuai dengan ridhonya. Syukur Alhamdulilah saya bisa menyelesaikan makalah
ini sesuai dengan rencana. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan Nabi Agung Muhammad SAW. Karena beliau adalah salah satu figur
umat yang mampu memberikan syafa’at di hari kiamat. Selanjutnya saya
mengucapakan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing beserta sahabat
dan sahabati juga kepada seluruh pihak pendukung. Saya mohon maaf sebesar-
besarnya apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan
didalamnya. Saya harapkan kritik dan saran yang membangun demi tercapainya
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat untuk penulis dan
khususnya untuk pembaca. Amin Ya Robbal’Alamin.

Langsa, 27 Mei 2021

Penulis

i
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i

DAFTAR ISI .............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1

A. Latar belakang masalah ..............................................................................1


B. Rumusan masalah ........................................................................................2
C. Tujuan penulisan..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................3

A. Pengertian harga ..........................................................................................3


B. Penetapan harga dalam menurut pandangan islam .................................4
C. Pengertian Dari Rekayasa Pasar ................................................................6
D. Rekayasa Permintaan Dan Penawaran (Bai’inajasi Dan Ikhtikar),
Tadlis Dan Taghril (Gharar) ......................................................................7
E. Monopoli Dan Oligopoly Dalam Rekayasa Pasar .....................................8

BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................11

A. Kesimpulann .................................................................................................11
B. Saran .............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................12

ii
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Dalam ilmu ekonomi, kita sering mendengar kata
harga dan ruang lingkupnya. Dalam hal ini, kaitannya adalah
bagaimana nilai yang menjadi transaksi antara penjual kepada
pembeli sebagai penggantian barang atau jasa yang ditukar
tersebut. Perekonomian adalah salah satu saka guru
kehidupan negara. Kuat dan lemahnya sistem perekonomian
suatu negara itu salah satu ditentukan dengan penetapan
harga sehingga terjadi kestabilan harga. Namun tidak mudah
untuk menciptakan perekonomian dengan harga yang stabil
karena kadang tingkat permintaan lebih tinggi dari penawaran
begitu pun sebaliknya.
Interaksi antara pemerintah, produsen, dan konsumen
sangat diperlukan guna mencapai tujuan perekonomian yang
kuat. Dengan kata lain, penentuan harga tidak dapat
dimonopoli oleh sepihak saja melainkan terjadi kesepakatan
dalam penentuan harga. Hal tersebut guna meminimalkan
terjadi kecurangan atau pun kerugian di salah satu pihak.
Pemerintah mempunyai tanggung jawab dan ikut andil dalam
penentuan harga karena menjadi penentu dari harga barang
yang telah diatur dalam undang-undang seperti UU APBN.
Dalam islam telah diatur mengenai cara bermuamalah
bagi seorang muslim. Dalam jual beli kaitannya dengan
3
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 4
penentuan harga, islam memperbolehkan jual beli dan
melarang riba. Hal tersebut tertuang dalam surat Al-Baqarah :
275 yang artinya:
“.......Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya
jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.......”
Penetapan harga menurut pandangan islam, tidak
boleh ada unsur riba di dalamnya. Bagi pedagang tidak boleh
meraup keuntungan yang sebesar-besarnya dengan
menaikkan harga. Pedagang hanya boleh meraup untung yang
sewajarnya saja sebagai pengganti atas jasanya.
Pertemuan antara permintaan dan penawaran harus
terjadi rela sama rela, tidak ada pihak yang merasa terpaksa
dalam melakukan sebuah transaksi barang tertentu pada
tingkat harga tertentu. Dengan demikian islam menjamin
pasar bebas dimana para pembeli dan penjual bersaing satu
sama lain dengan arus informasi yang berjalan lancar dalam
kerangka keadilan, yakni tidak ada zalim atau yang terzalimi.
Beberapa alternatif yang telah diajukan dalam rangka
menciptakan kondisi pasar yang islami serta mewujudkan
misi-misi ekonomi islam dalam pembangunan. Pasar akan
bekerja dengan mekanisme harga sehingga hanya
memberikan tempat bagi masyarakat yang memiliki daya
beli, oleh karnanya untuk memperbaiki dampak pasar

4
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 5
terhadap distribusi maka harus ada upaya rekayasa melalui
pasar maupun non pasar untuk mengatasi masalah.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian harga?
2. Bagaimana penetapan harga dalam menurut pndangan
islam?
3. Apa Pengertian Dari Rekayasa Pasar ?
4. Bagaimana Rekayasa Permintaan Dan Penawaran
(Bai’inajasi Dan Ikhtikar), Tadlis Dan Taghril (Gharar) ?
5. Bagaimana Monopoli Dan Oligopoly Dalam Rekayasa
Pasar ?
C. Tujuan penulisan
Makalah ini dibut guna mengetahui pengertian harga,
mengetahui penetapan harga dalam menurut pndangan islam,
mengetahui Pengertian Dari Rekayasa Pasar, menetahui
Rekayasa Permintaan Dan Penawaran (Bai’inajasi Dan
Ikhtikar), Tadlis Dan Taghril (Gharar), dan mengetetahui
Monopoli Dan Oligopoly Dalam Rekayasa Pasar.

5
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian harga
Ridwan Iskandar Sudayat menyatakan bahwa harga
suatu barang adalah tingkat pertukaran barang itu dengan
barang lain. Sebagaimana telah kita ketahui, salah satu tugas
pokok ekonomi adalah menjelaskan alasan barang-barang
mempunyai harga serta alasan barang yang mahal dan murah.
Sebagai contoh, gaji dan upah adalah harga jasa bagi
seseorang yang bekerja. Bunga adalah harga meminjam atau
menggunakan uang di Bank. Pajak adalah harga jasa
pemerintah bagi warga negaranya. Bentuk atau sebutan harga
lain adalah uang sewa, tiket, tol, honorarium, SPP, dan
sebagainya.21
Ahli ekonomi telah menyusun teori harga umum yang
dapat dipakai untuk menganalisis semua problem yang
menyangkut harga barang konsumsi, tingkat rupiah, tingkat
devisa, harga pasar modal, dan sebagainya, yang
menggambarkan prinsip umum penentuan harga.
Harga terbentuk dan kompetensi produk untuk
memenuhi tujuan dua pihak, yaitu produsen dan konsumen.
Produsen memandang harga sebagai nilai barang yang
mampu memberikan manfaat keuntungan di atas biaya

21
Siti Nur Fatoni, Pengantar Ilmu Ekonomi (Dilengkapi Dasar-Dasar Ekonomi
Islam), (Bandung: Pustaka Setia, 2014), Hal. 61-63.
6
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 7
produksinya (atau tujuan lain, misalnya keuntungan).
Konsumen memandang harga sebagai nilai barang yang
mampu memberikan manfaat atas pemenuhan kebutuhan dan
keinginannya (misalkan hemat, prestise, syarat pembayaran,
dan sebagainya). Perhatikan bagan di bawah ini.
Dalam pasar persaingan sempurna, harga terbentuk
dari kesepakatan produsen dan konsumen. Akan tetapi, pada
kenyataannya kondisi ini jarang terjadi. Salah satu pihak lain
(umumnya produsen) dapat mendominasi pembentukan harga
atau pihak lain di luar produsen dan konsumen (misalnya
pemerintah, pesaing, pemasok, distributor, asosiasi, dan
sebagainya) turut berperan dalam pembentukan harga
tersebut.
Tingkat harga dalam sebuah perekonomian secara
keseluruhan dapat diketahui melalui dua cara. Selama ini kita
mengartikan tingkat harga sebagai hanya dari sekeranjang
atau himpunan barang dan jasa. Jika tingkat-tingkat harga
mengalami kenaikan, masyarakat harus membayar lebih
untuk mendapatkan berbagai barang dan jasa yang mereka
inginkan. Selain itu, kita dapat menggunakan tingkat harga
untuk menentukan nilai uang. Naiknya tingkat harga berarti
menurunnya nilai uang karena setiap nilai rupiah yang Anda
punya sekarang hanya dapat digunakan untuk membeli

7
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 8
barang dan jasa dalam jumlah yang lebih sedikit daripada
sebelumnya.22
B. Penetapan harga dalam menurut pandangan islam
Setelah perpindahan (hijrah) Rasulullah SAW ke
Madinah, maka beliau menjadi pengawas pasar (muhtasib).
Pada saat itu, mekanisme pasar sangat dihargai. Salah satu
buktinya yaitu Rasulullah SAW menolak untuk membuat
kebijakan dalam penetapan harga, pada saat itu harga sedang
naik karena dorongan permintaan dan penawaran yang
dialami. Bukti autentik tentang hal ini adalah suatu hadis
yang diriwayatkan oleh enam imam hadis (kecuali Imam
Nasa’i)23. Dalam hadis tersebut diriwayatkan sebagai berikut
: “Manusia berkata saat itu, ‘Wahai Rasulullah harga (saat
itu) naik, maka tentukanlah harga untuk kami’. Rasulullah
SAW bersabda: ‘Sesungguhnya Allah adalah penentu harga,
Ia adalah penahan, Pencurah, serta Pemberi rezeki.
Sesungguhnya aku mengharapkan dapat menemui Tuhanku
Diana salah seorang di antara kalian tidak menuntutku
karena kezaliman dalam hal darah dan harta.”
Nabi tidak menetapkan harga jual, dengan alasan
bahwa dengan menetapkan harga akan mengakibatkan
kezaliman, sedangkan zalim adalah haram. Karena jika harga
yang ditetapkan terlalu mahal, maka akan menzalimi

22
N. Gregory Mankiw, Pengantar Ekonomi, (Jakarta: Erlangga, 2003), Hal. 138
23
Ika Yunia Fauzia, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid Al-
Syariah, (Jakarta: Penerbit Kencana Prenadamedia Grup, 2014), Hal.201-204.

8
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 9
pembeli; dan jika harga yang ditetapkan terlalu rendah, maka
akan menzalimi penjual.
Hukum asal yaitu tidak ada penetapan harga (al-
tas’ir), dan ini merupakan kesepakatan para ahli fikih. Imam
Hambali dan Imam Syafi’i melarang untuk menetapkan harga
karena akan menyusahkan masyarakat sedangkan Imam
Maliki dan Hanafi memperbolehkan penetapan harga untuk
barang-barang sekunder.
Mekanisme penentuan harga dalam islam sesuai
dengan Maqashid al-Syariah, yaitu merealisasikan
kemaslahatan dan menghindari kerusakan di antara manusia.
Seandainya Rasulullah saat itu langsung menetapkan harga,
maka akan kontradiktif dengan mekanisme pasar. Akan tetapi
pada situasi tertentu, dengan dalih Maqashid al-Syariah,
penentuan harga menjadi suatu keharusan dengan alasan
menegakkan kemaslahatan manusia dengan memerangi
distorsi pasar (memerangi mafsadah atau kerusakan yang
terjadi di lapangan)
Dalam konsep islam, yang paling prinsip adalah harga
ditentukan oleh keseimbangan permintaan dan penawaran.
Keseimbangan ini terjadi bila antara penjual dan pembeli
bersikap saling merelakan . Kerelaan ini ditentukan oleh
penjual dan pembeli dan pembeli dalam mempertahankan
barang tersebut. Jadi, harga ditentukan oleh kemampuan
penjual untuk menyediakan barang yang ditawarkan kepada

9
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 10
pembeli, dan kemampuan pembeli untuk mendapatkan harga
barang tersebut dari penjual.
Akan tetapi apabila para pedagang sudah menaikkan
harga di atas batas kewajaran, mereka itu telah berbuat zalim
dan sangat membahayakan umat manusia,maka seorang
penguasa (Pemerintah) harus campur tangan dalam
menangani persoalan tersebut dengan cara menetapkan harga
standar. Dengan maksud untuk melindungi hak-hak milik
orang lain., mencegah terjadinya penimbunan barang dan
menghindari dari kecurangan para pedagang. Inilah yang
pernah dilakukan oleh Khalifah Umar bin Kattab.24
Konsep mekanisme pasar dalam Islam dibangun atas
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Ar-Ridha, yakni segala transaksi yang dilakukan haruslah
atas dasar kerelaan antara masing-masing pihak (freedom
contract). Hal ini sesuai dengan al-Qur’an Surat an- Nisa’
ayat 29 yang artinya:
ِ ‫يا أيُّﻬا الﱠذِين آﻣنُوا َل ﺗﺄ ُكلُوا أﻣوال ُكم ﺑين ُكم ﺑِالب‬
‫اط ِل إِ ﱠَل أن ﺗ ُكون ﺗِجارﺓ ً عن‬
‫اﺽ ِﻣن ُكم ۚ وَل ﺗﻘتُلُوا أنفُس ُكم ۚ ِإ ﱠن ﱠ‬
‫َّللا كان ﺑِ ُكم ر ِحي ًما‬ ٍ ‫ﺗر‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama suka di antara kamu. dan janganlah kamu

24
Lukman Hakim, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, (Surakarta: Penerbit Erlangga,
2012), Hal.169-170.
10
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 11
membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.”(QS: An-Nisa’: 29)
2. Berdasarkan persaingan sehat (fair competition).
Mekanisme pasar akan terhambat bekerja jika terjadi
penimbunan (ihtikar) atau monopoli. Monopoli setiap
barang yang penahanannya akan membahayakan
konsumen atau orang banyak.
3. Kejujuran (honesty), kejujuran merupakan pilar yang
sangat penting dalam Islam, sebab kejujuran adalah nama
lain dari kebenaran itu sendiri. Islam melarang tegas
melakukan kebohongan dan penipuan dalam bentuk
apapun. Sebab, nilai kebenaran ini akan berdampak
langsung kepada para pihak yang melakukan transaksi
dalam perdagangan dan masyarakat secara luas.
4. Keterbukaan (transparancy) serta keadilan (justice).
Pelaksanaan prinsip ini adalah transaksi yang dilakukan
dituntut untuk berlaku benar dalam pengungkapan
kehendak dan keadaan yang sesungguhnya.
C. Pengertian rekayasa pasar
Islam menjamin pasar bebas dimana para pembeli dan
para penjual bersaing satu sama lain dengan arus informasi
yang berjalan lancar dalam kerangka keadilan, yakni tidak
ada yang zalim dan yang terzalimi. Pada garis besarnya,
ekonomi islam mengidentifikasi 3 bentuk distorsi pasar yaitu:
1. Rekayasa penawaran dan permintaan
2. Tadlis (penipuan)
11
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 12
3. Taghir (dari kata gharar = uncertainty, keraguan).

Dalam islam rekayasa penawaran lebih dikenal


dengan ihtikar, sedangkan rekayasa permintaan dikenal
sebagai bai’najasy. Kesemua bentuk distorsi pasar ini
menganggu berjalannya mekanisme pasar secara alamiah.

Rekayasa pasar adalah kondisi dimana perekonomian


tidak efisisen, sehinggamenganggu agen ekonomi dalam
memaksimalkan kesejahteraan sosial dalam
rangkamemaksimalkan kesejahteraan mereka sendiri.
Rekayasa pasar ialah sebuah gangguanyang terjadi
terhadapsebuah mekanisme pasar yang sempurna menurut
prinsip islam.Ataupunbisa juga dikatakan bahwasanya
rekayasa pasar ialah suatu fakta yangterjadidilapangan
(mekanisme pasar), yang mana fakta tersebut tidaksesuai
dengan teori-teori yang seharusnya terjadi didalam
sebuahmekanisme pasar.Jadi rekayasa pasar adalah sebuah
keadaanperekonomian yang tidak stabildan mengakibatkan
gangguan terhadapperekonomian di pasar, dan
berpengaruhterhadap kesejahteraan sosial.Sumber distorsi
adalah uncorrected eksternalitas, diskriminasi pajak
danhargabarang atau pendapatan, inflasi, dan informasi
lengkap. Masingmasing yang dapatmengakibatkan kerugian
bersih dipihak konsumen.Pada kondisi ideal adalah
keadaandimana adanya persaingan sempurnatanpa adanya

12
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 13
rekayasa pasar sehingga terjadikeseimbangan
antarapermintaan dan penawaran.

D. Rekayasa Permintaan Dan Penawaran (Bai’inajasi Dan


Ikhtikar), Tadlis Dan Taghril (Gharar)
1. Bai’najasi
Transaksi najasy ini diharamkan karna sipenjual
menyuruh orang lain memuji barangnya atau menawar
dengan harga tinggi agar orang lain tertarik pula untuk
membelinya. Sipenawar sendiri tidak bermaksud untuk
benar-benar membeli barang tersebut. Ia hanya menipu
orang lain yang ingin benar-benar membeli. Akibat
terjadinya penipuan secara alamiah.
Contohnya pada waktu Indonesia dilanda krisis moniter
1997 misalnya terjadi isu kalangan pangan. Karna takut
kehabisan perrsedian beras, maka masyarakat ramai-
ramai menyerbu toko-toko untuk menyerbu membeli
beras.
Terjadi peningkatan permintaan terhadap beras sehingga
harga beras naik. Tidak lama kemudian, media massa
memberitakan bahwa persediaan beras digudang blok
melimpah. Hal yang serupa terjadi dipasar vales dan pasar
saham.
2. Ihtikar
Dalam islam boleh berbisnis tanpa peduli apakah dia satu-
stunya penjual (monopoli) atau ada penjualan lain.

13
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 14
Menyimpan stock barang untuk keperluan persediaan
tidak dilarang dalam islam. Jadi monopoli sah-sah saja,
demikian juga dengan menyimpan persediaan, yang
dilarang adalah ihtikar yaitu mengambil keuntungan
diatas keuntungan yang lebih tinggi atau istilah
ekonominya monopoly’s rent-seeking. Jadi dalm islam
monopoli boleh, sedangkan monopoly’s rent-seeking
tidak boleh.
Dalam pasar monopoli maupun pasar bersaing sempurna
tidak optimal akan terjadi saat MC =MR. Perbedaannya
adalah kurva demand yang dihadapi produsen. Dalam
pasar monopoli, karna ada satu produsen maka demand
yang dihadapinya adalah market demand (permintaan
pasar), berbeda dengan pasar bersaing sempurna karna
ada banyak produsen maka demend yang dihadapi dari
masing-masing produsen adalah indifidual demand
(permintaan indifidu).
Itu sebabnya dalam pasar monopoli siprodusen dapat
bertindak sebagai price maker (penentu harga), sedangkan
dalam pasar bersaing sempurna produsen hanya dapat
bertindak sebagai price taker (mengikuti harga pasar).
E. Monopoli Dan Oligopoly Dalam Rekayasa Pasar
Menurut Qordawi monopoli adalah menahan barang
untuk tidak beredar dipasar supaya naik harganya. Dari
defenisi ini terlihat bahwa tindakan monopoli dilakukan atas
dorongan untuk mendapatkan laba yang maksimal. Orang
14
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 15
yang melakukan monopoli ia akan mendapatkan harga
sehingga dapat dilakukan penjualan dengan kuantitas kecil
namun dapat memperoleh laba bersih yang lebih besar.
Monopoli dapat terjadi pada beberapa aspek, diantaranya
yaitu:
1. Monopoli usaha, yaitu monopoli yang dilakukan
perusahaan karna menguasai produksi dan penjualan
suatu produk atau jasa secara sendiri atau tanpa saingan
disuatu pasar
2. Monopoli pangsa pasar, yaitu monopoli yang dilakukan
oleh suatu kelompok usaha yang terdiri atas beberapa
perusahaan yang menghasilkan produk yang sama
3. Monopoli pangsa pasar, yaitu monopoli yang dilakukan
oleh perusahaan yang telah menguasai pasar diatass 50%
dan perusahaan terssebut menjadi pemimpin harga untuk
produksi yang sama dihasilkan dan dijual dipasaran.

Pada dasarnya, islam menghendaki harga pasar timbul


sebagai akibat persaigan sempurna (harga keseimbangan).
Meskipun tindakan dari Qordawi terhadap monopoli itu
haram jika dilihat dari pandangan islam. Sebab monopoli
merupakan salah satu dari 2 unsur penopang kapitalisme yang
lainnya yaitu riba. Sebab utama tindakan monopoli adalah
egoisme dan kesesatan hati terhadap hamba Allah.

Keuntungan dari perusahaan oligopolistic akan


mendapatkan nilai yang tinggi jika semua perusahaan
15
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 16
bergabung menjadi satu, bertindak seakan-akan mereka
merupakan satu perusahaan tunggal atau monopoli.

Kondisi tersebut dapat diefektifkan kembali melalui


suatu perundingan terbuka diantara perusahaan
diantaraperusahaan secara diam-diam untuk mendapatkan
salah satu perusahaan sebagai penentu harga. Saat perusahaan
telah menetapkan harga yang sama tidak ada lagi alasan dari
pembeli untuk lebih menyukai suatu perusahaan tertentu
dibandingkan dengan perusahaan lain.

Persaingan yang dilakukan dengan pola oligopoly


apapun alasannya tetap tidak memberikan dampak baik bagi
perrusahaan itu sendiri. Salah satu aspek yang menarik dari
pasar oligopolistic dalam sprit islam adalah terjadinya
kooperasi diantara perusahaan yang ada- kooperasidalam
rangka untuk mencapai kebaikan masyarakat bukan untuk
bermusuhan (bersaing). Kerja sama yang berdasarkan sprit
islam akan berdampak luas dalam memecahkan persoalan
pasar.

Dalam hal ini ada alasan untuk mempercai bahwa


pelaku oligopoly menempatkan persaingan nonharga yang
boleh atau tidak boleh munkin masuk dalam wilayah
ekonomi islam dan semua itu sangat tergantung pada
kasusnya. Untuk persaingan non harga dapat tergambar pada
program minimisasi pengeluaran atau penyempurnaan
kualitas produk atau teknik perkiraan yang kurang baik.
16
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 17

17
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Harga suatu barang adalah tingkat pertukaran barang
itu dengan barang lain. Harga terbentuk dan kompetensi
produk untuk memenuhi tujuan dua pihak, yaitu produsen
dan konsumen. Produsen memandang harga sebagai nilai
barang yang mampu memberikan manfaat keuntungan di atas
biaya produksinya (atau tujuan lain, misalnya keuntungan).
Konsumen memandang harga sebagai nilai barang yang
mampu memberikan manfaat atas pemenuhan kebutuhan dan
keinginannya (misalkan hemat, prestise, syarat pembayaran,
dan sebagainya).
Dalam konsep islam, yang paling prinsip adalah harga
ditentukan oleh keseimbangan permintaan dan penawaran.
Keseimbangan ini terjadi bila antara penjual dan pembeli
bersikap saling merelakan. Akan tetapi apabila para pedagang
sudah menaikkan harga di atas batas kewajaran, mereka itu
telah berbuat zalim dan sangat membahayakan umat
manusia,maka seorang penguasa (Pemerintah) harus campur
tangan dalam menangani persoalan tersebut dengan cara
menetapkan harga standar.
Islam menjamin pasar bebas dimana para pembeli dan
para penjual bersaing satu sama lain dengan arus informasi

18
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 19
yang berjalan lancar dalam kerangka keadilan, yakni tidak
ada yang zalim dan yang terzalimi.
Pasar yang bersaing secara sempurna merupakan
wahana paling baik bagi transaksi barang dan jasa dalam
menghasilkan barang yang adil.
Beberapa alternatif yang telah diajukan dalam rangka
menciptakan kondisi pasar yang islami serta mewujudkan
misi-misi ekonomi islam dalam pembangunan.
B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat untuk para pembaca
khususnya para penyusun, kritik dan saran sangat diperlukan
yang sifatnya membangun, sekian dari penyusun. Wassalam.

DAFTAR PUSAKA

ANTO, H. (2003). Pengantar Ekonommi Mikro Islam. Yogyakarta:


Ekonisia.
Ika Yunia Fauzia, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif
Maqashid Al-Syariah, (Jakarta: Penerbit Kencana Prenadamedia
Grup, 2014),
KARIM, A. (2007). Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: PT Rajagrafindo
persada.
Lukman Hakim, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, (Surakarta: Penerbit
Erlangga, 2012),

19
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 20
Muhammad. (2004). Ekonomi Mikro Dalam Perspektif
Islam. Yogyakarta: BPEF- YOGYAKARTA.
N. Gregory Mankiw, Pengantar Ekonomi, (Jakarta: Erlangga, 2003),
Siti Nur Fatoni, Pengantar Ilmu Ekonomi (Dilengkapi Dasar-Dasar
Ekonomi Islam), (Bandung: Pustaka Setia, 2014),

20
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 21

21
Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam | 1

Anda mungkin juga menyukai