erkembangan teknik pencahayaan dalam berbagai kehidupan modern dewasa ini, pada
A. Lampu Pijar
Lampu pijar adalah suatu sumber cahaya yang membangkitkan sinar-terang sebagai
hasil dari pancaran suhu yang sangat tinggi. Pancaran suhu ini hasil dari perubahan energi
arus listrik yang dialirkan pada kawat halus (pijar) yang mempunyai tahanan serta titik lebur
yang tinggi sehingga menimbulkan panas dan cahaya. Lampu pijar sering disebut juga
“lampu dengan filamen” yang tergolong pada group lampu-lampu yang dinamakan dengan
“incandescents”.
Arus listrik yang dialirkan pada filamen atau kawat pijar merupakan gerakan elektron
bebas yang dapat menyebabkan terjadinya benturan-benturan dengan elektron-elektron yang
terikat pada inti atom. Elektron-elektron yang terikat bergerak mengitari inti atom dalam
orbit-orbit tertentu. Bila terjadi benturan dengan elektron bebas, maka sebuah elektron terikat
akan dapat meloncat keluar orbitnya dan menempati orbit lain yang lebih besar, dengan
energi yang lebih besar pula. Kalau kemudian elektron ini meloncat kembali ke orbitnya,
maka kelebihan energinya akan menjadi bebas dan dipancarkan sebagai cahaya atau panas,
tergantung panjang gelombangnya.
Hubungan antara panjang gelombang dengan energi diilustrasikan seperti Gambar 13
yang memperlihatkan grafik energi panjang gelombang kawat wolfram untuk bermacam-
macam suhu. Pada gambar terlihat bahwa panjang gelombang akan bergeser ke ruang
gelombang yang lebih pendek. Jadi, untuk mendapatkan pancaran cahaya (tampak) yang
lebih banyak diperlukan suhu yang tinggi, tetapi tentu harus di bawah titik lebur bahan kawat
pijar. Untuk lebih jelasnya grafik energi panjang gelombang kawat wolfram dengan beberapa
suhu lihatlah Gambar 13 berikut ini.
Bahan kawat pijar biasanya digunakan kawat wolfram yang mempunyai titik lebur
36550K. Kawat wolfram dapat memberikan fluk cahaya spesifik ±50 lm/W pada suhu
33000K. Tetapi keterbatasan dari pada lampu dengan kawat pijar ini adalah umur lampu akan
lebih pendek pada suhu yang terlalu tinggi.
Di samping itu, fluk cahayanya makin lama makin menurun setelah dipakai sekian
lama. Hal ini disebabkan karena suhu yang tinggi menyebabkan penguapan berlangsung lebih
cepat, sehingga luas penampang kawat akan berkurang dan akhirnya putus. Selain dari pada
itu akibat dari penampang kawat pijar menyusut maka arus listrik akan berkurang sehingga
efisiensinya menurun, dan juga bahagian dalam bola akan menjadi hitam.
Oleh sebab itu, banyak orang yang telah mengganti bola lampunya setelah di pakai
±800 jam nyala walaupun lampunya belum putus. Umur lampu pijar biasanya ±1000 jam
nyala. Efisiensi lampu pijar dapat diusahakan bertambah dengan cara sebagai berikut:
1. Mengisi lampu dengan gas, biasanya argon sehingga mengurangi peristiwa penguapan.
2. Membuat kawat pijar berbentuk spiral dan ganda. Cara ini dimaksudkan untuk
mengurangi panas yang hilang akibat konveksi arus dalam gas. Sehingga kawat pijar
bekerja pada suhu yang sama.
1. Eficacy Lampu Pijar
Eficacy (fluk cahaya spesifik) lampu pijar yang ada sekarang ±20 lm/W. Eficacy lampu
pijar ditentukan oleh: a) Ukuran lampu, b) Umur lampu, dan c) Tegangan kerja. Eficacy
berkurang apabila lampu dinyalakan pada tegangan yang kurang dari tegangan ratednya.
Lampu ini bekerja pada temperatur kira-kira 22000C dan mempunyai output cahaya
yang lebih putih dari pada lampu benang arang, yaitu dengan fluk cahaya spesifik sekitar
8lm/W. Pada mulanya bola lampu pijar ini dikosongkan udaranya, sehingga disebut juga
dengan lampu vakum.
Gambar 5.
Lampu Berisi Gas Kawat Pijar
Spiral Ganda (bi Arleta)
Sumber: P. Van Harten, 1980: 57
e. Lampu Argenta
Pada tahun 1950 lampu pijar dikembangkan lagi dengan memberi lapisan serbuk putih,
sehingga cahayanya lebih merata, mengurangi silau dan bayang-bayang di atas benda kerja.
Lampu tersebut adalah lampu argenta. Bahkan tahun 1960 dibuat pula lampu yang dikenal
dengan nama Supralux. Lampu ini sama dengan lampu argenta, hanya bagian bawah bolanya
diburamkan. Banyak lagi lampu-lampu pijar dengan filamen metal yang dijumpai pada masa
sekarang, seperti lampu halogen, duramaks long life globes, duramaks longlife dekoratif
dengan bermacam-macam bentuk dan kegunaan.
Untuk melihat keluaran (output) lumen dari lampu-lampu pijar seperti lampu natural
light standar dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4 di atas menunjukkan umur lampu pijar hanya seribu jam nyala. Fluk s cahaya
spesifik hanya 12 lm/W. Output lumen dari suatu lampu sangat diperlukan dalam teknik
penerangan, yaitu untuk merencanakan suatu penerangan gedung/bangunan.
Bila kita teliti secara terperinci, lampu pijar dalam prosesnya menghasilkan cahaya,
terjadi perubahan dan kerugian akibat radiasi, konveksi, ultraviolet dan infra merah. Untuk
lebih jelasnya distribusi pembagian energi listrik sebuah lampu pijar clear 75 Watt dapat
dilihat Gambar 17 berikut ini.
l x l x
I2 RI2 x I2 2
q d / 4
4l
I2 RI2 ( )
d2
Berdasarkan ketentuan di atas, maka panas yang hilang perdetik sebagai radiasi itu juga
sama dengan:
4l
I2 ( )
d2
Sedangkan panas yang diradiasikan perdetik dari suatu permukaan adalah sebanding
dengan luas permukaan dan emisivity dari suatu bahan.
Panas yang hilang/dt £ luasan permukaan x emisivity.
I2 ( 4 l ρ/π d2 ) £ l x πd x σ
Atau I2 £ d3 I £ d1,5 atau d I2/3
Secara umum, apabila dua filamen yang terbuat dari bahan yang sama dan dioperasikan
pada temperatur serta efisiensi yang sama pula, maka hubungannya adalah:
2 3
I1 d
1 rumus Preece’s
I2 d2
Selanjutnya untuk dua filamen bekerja pada temperatur serta fluk per unit luasan yang
sama, bila masing-masing dengan panjang ℓ1 dan ℓ2 serta diameter d1 dan d2 maka diperoleh:
Lumen output ℓ1 d1 £ ℓ2 d2 atau
ℓ1 d1 = ℓ2 d2 = a (konstan)
Contoh:
Sebuah filamen dari lampu pijar, intensitas cahaya 100 cd pada tegangan 115 volt,
mempunyai panjang filamen 50 cm, dan diameter 0,005 cm.
Hitung panjang dan diameter filamen lampu lain dari 32 cd, dengan tegangan 200 volt, bila
lampu tersebut dioperasikan pada temperatur dan efisiensi yang sama.
Penyelesaian:
Bilamana daya masukan (input) sebanding dengan keluarannya (output) maka:
100 £ 115 l1 dan 32 £ 200 l2
32 115 I 1
l2 = x = 0,184 l1
100 200
I2
0,184
I1
3
d2
( 0,184 ) 2
d1
d2 3
(0,184 ) 2 (0,184 ) 2 / 3 0,327
d1
Lumen output ℓ1 d1 £ d2 ℓ2
100 £ ℓ1 d1 32 £ ℓ2 d2
32
ℓ2 d2 = ℓ1 d1
100
32 d 32 0,005
ℓ2 = ℓ1 x 1 = ℓ1 x 50 x
100 d2 100 1,6 x 10 3
ℓ2 = 48,93 cm
b. daya (P).
2
P v v
log A3 log B3 log
P0 v0 v0
c. Arus (I)
2
i v v
log A4 log B4 log
i0 v0 v0
Untuk harga A dan B rumus-rumus di atas dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini (Ady
Syafrul 1975: 19).
Contoh:
Sebuah lampu pijar 500 watt memberikan 16 lumen/Watt pada tegangan 105 Volt dengan
fluk 7520 lumen.
Hitunglah besarnya fluk lampu tersebut bila tegangan kerja 115,5 Volt.
Penyelesaiannya:
2
v v
log A2 log B2 log
0 v0 v0
2
115 ,5 115 ,5
log 1,607 log 105 3,394 log 105
0
Apabila tegangan kerja (working voltage) tidak banyak berbeda dengan tegangan nominalnya
(rating voltage) yaitu ;
2
v
v = vo maka: x A2 log = A2 (log 1)2 = 0
v 0
B5
L v
c. Umur:
L0 v 0
B6
T v
d. Temperatur:
T0 v 0
B1
v
e. Rendemen:
0 v 0
Soal-soal:
1. Sebuah lampu pijar 75 watt memberikan 1.170 lumen pada tegangan nominal 240 volt.
Umur lampu ditetapkan selama 850 jam kerja. Tentukan fluk cahaya dan umur lampu,
bila dioperasikan pada tegangan 200 volt!
2. Sebuah lampu pijar, filamennya mempunyai tegangan rating 240 volt dengan daya 100
watt dan memberikan fluk cahaya 1.260 lumen. Umur lampu ditetapkan 1.000 jam.
Lampu ini dioperasikan pada tegangan 230 volt.
Hitunglah:
a. Fluk cahaya (F) yang dihasilkan
b. Daya yang dipakai (P)
c. Eficacy (Lumen/watt)
d. Umur lampu pada tegangan kerja di atas.
INPUT 40 WATT
UV
24 Watt Tidak
Rad.
Rad. 15 Watt
panas
15 Watt
Rad. Kerugian Daya
terang 30 Watt
10 Watt
(%)
T ( oC)
(%)
Ф
t (h)
220 VAC
waktu
Rangkaian lampu mercury secara lengkap dapat dilihat seperti dijelaskan Chr. Meyer.
Skema di atas terlihat hanya ± 31 % (119 W) cahaya tampak yang dihasilkan lampu mercury,
selebihnya merupakan kerugian baik akibat radiasi, kerugian pemanasan elektroda dan radiasi
ultra-violet. Flux cahaya spesifik lampu mercury ± 58 lm/watt. Daya dan keluaran lumen,
lampu mercury dijelaskan Philips seperti Tabel 9.
Tabel 6. Daya dan Lumen Lampu Mercury
Kode dan daya lampu Umur (Jam) Lumen (lm)
HPL 80 Watt 16000 4000
HPL 125 Watt 16000 6700
HPL 250 Watt 16000 13500
HPL 400 Watt 16000 23400
HPL – N 50 Watt 16000 1700
HPL – N 80 Watt 16000 3600
HPL – N 125 Watt 16000 6200
HPL – N 250 Watt 16000 12700
HPL – N 400 Watt 16000 22000
Sumber: Katalog Philips 2013
Fluk cahaya yang dipancarkan lampu mercury secara perlahan berkurang sampai batas
umur lampu yang direncanakan. Hal demikian sesuai dengan karakteristik dari lampu ini
seperi gambar.
(%)
Ф
t (h)
Gambar 19 Karakteristik Fluk Lampu Mercury.
Sumber: Chr. Meyer, 1988: 211
Daya dan keluaran lumen lampu mercury cahaya campuran guna perhitungan penerangan
dijelaskan Philips Lighting (1988: 248) seperti tabel berikut:
Tabel 7. Daya dan Lumen Mercury Cahaya Campuran
Kode dan Daya lampu Lumen
M L 100 Watt 1100
M L 160 Watt 3100
M L 250 Watt 5500
M L 500 Watt 13000
Keterangan gambar:
1. Ring pengaman vakum
2. Tabung pelindung
3. Lapisan dalam dengan fosfor
4. Tabung gas
5. Lengan penyangga
6. Kawat penghubung
7. Kaki lampu
Di dalam perhitungan penerangan, data lumen dan daya lampu merupakan faktor yang
penting. Data lumen dan daya lampu metal halide dijelaskan Philips adalah:
Tabel 8. Daya dan Lumen Lampu Metal Halide
Kode dan daya lampu Volt Umur (Jam) Lumen (lm)
250 Watt HPI PLUS BU 220 20000 18000
250 Watt HPI PLUS BUP 220 20000 18000
250 Watt HPI PLUS ABU 220 20000 18000
400 Watt HPI PLUS BU 220 20000 32500
400 Watt HPI PLUS BUP 220 20000 32500
400 Watt HPI PLUS BUS 220 20000 32500
400 Watt HPI PLUS BUSP 220 20000 32500
1000 Watt HPIT 220 12000 85000
2000 Watt HPITN 380 12000 21000
2000 Watt HPIT 220 12000 18900
Sumber: Katalog Phipips 2013
Lampu metal halide menghasilkan lumen yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan
lampu mercury tekanan tinggi serta memiliki cahaya yang lebih baik. Di dalam proses
kerjanya tidak semua energi (daya) listrik dapat diubah menjadi cahaya yang tampak.
Kerugian-kerugian energi serta pemanasan elektroda dan tabung, radiasi, konveksi serta
akibat sinar ultra violet. Distribusi pembagian energi listrik pada lampu metal halide adalah:
Lampu Metal Halide 400 Watt (100%)
Secara bertahap fluk cahaya yang dipancarkan lampu metal halide akan berkurang
sampai batas umur yang direncanakan. Hal ini sesuai dengan karakteristik dari lampu ini
seperti gambar.
(a) paralel
(b) semi-paralel
(c) serial
Dari skema di atas jelas bahwa sebahagian besar energi (daya) dapat diubah menjadi
cahaya. Oleh sebab itu, lampu sodium tekanan tinggi termasuk lampu hemat energi.
Fluk cahaya spesifik lampu sodium tekanan tinggi ini adalah ±118 lm/watt atau 10 kali
lampu pijar. Daya dan lumen yang dihasilkan lampu sodium ini dijelaskan philips seperti
tabel berikut:
Tabel 9. Daya dan Lumen Lampu Sodium Tekanan Tinggi
Kode dan daya lampu Umur lampu/Lifet time Lumen
SON 50 Watt 30000 4400
SON 70 Watt 30000 6600
SON 100 Watt 36000 10700
SON 150 Watt 36000 18000
SON 250 Watt 36000 33300
SON 400 Watt 36000 56500
SON 600 Watt 30000 90000
Sumber: Katalog Philips 2013
Tampak jelas dari Tabel 12 di atas lampu sodium tekanan tinggi dapat menghasilkan
lumen yang tinggi, dengan hanya membutuhkan daya yang kecil bila dibandingkan dengan
lampu-lampu lain.
Secara bertahap fluk cahaya yang dipancarkan lampu sodium tekanan tinggi akan
berkurang sampai batas umur yang direncanakan. Hal ini sesuai dengan karakteristik lampu
sebagaimana dijelaskan Chr. Meyer adalah.
Gambar 27. Karakteristik Lampu Sodium Tekanan Tinggi
Sumber: Chr. Meyer, 1988: 280
Keterangan gambar:
1. Boyonet 2. Pengamanan vakum tinggi
3. Pegas penyangga 4. Elektroda
5. Tempat pengembunan sodium 6. Gelas Tabung U
Secara umum prinsip kerja lampu ini sama dengan lampu sodium tekanan tinggi. Hanya
perbedaan tekanan uap jenuhnya ± 4 x 10 -3 mm Hg. Philips memasarkan lampu ini dengan
kode SOX dan SOX –E. Rangkaian lengkap lampu sodium tekanan rendah ini dijelaskan Chr.
Meyer (1988: 163) seperti gambar:
Gambar 30.
Distribusi Pembagian Cahaya Lampu Sodium Tekanan Rendah
Sumber: Chr. Meyer, 1988: 154
Lumen yang dihasilkam lampu sodium tekanan rendah dijelaskan Philips seperti tabel13.
Tabel 10. Daya dan Lumen Lampu Sodium Tekanan Rendah
Kode dan daya lampu Umur/Life time Lumen
SOX-E 18 watt 18000 1800
SOX-E 26 watt 18000 3600
SOX-E 36 watt 18000 6100
SOX-E 66 watt 18000 10500
SOX-E 91 watt 18000 17400
SOX-E 131 watt 18000 26200
SOX 35 watt 18000 4550
SOX plus 35 watt 18000 4550
SOX 55 watt 18000 7800
SOX plus 55 watt 18000 7800
SOX 90 watt 18000 26000
SOX plus 90 watt 18000 13600
SOX 135 watt 18000 22600
SOX 180 watt 18000 32000
Katalog Philips 2013
Dari tabel di atas terlihat besarnya lumen yang dihasilkan lampu sodium tekanan
rendah, sehingga lampu ini merupakan lampu yang paling tinggi fluk cahaya spesifiknya bila
dibandingkan dengan lampu lainnya.
Secara bertahap fluk cahaya yang dipancarkan lampu sodium tekanan rendah akan
berkurang sampai batas umur yang direncanakan. Hal ini sesuai dengan karakteristik dari
lampu sodium tekanan rendah sebagaimana dijelaskan Chr. Meyer (1988: 173) seperti
gambar berikut ini.
Gambar 31.
Karakteristik Fluk Cahaya Lampu Sodium Tekanan Rendah
Sumber: Chr. Meyer, 1988: 173
C. Lampu LED
LED atau singkatan dari Light Emitting Diode adalah salah satu komponen elektronika
yang terbuat dari bahan semi konduktor jenis dioda yang mengeluarkan cahaya apabila
diberikan tegangan listrik. Strukturnya juga sama dengan dioda, tetapi pada LED elektron
menerobos sambungan P-N (Positif-Negatif).
LED memiliki dua kaki yang terbuat dari sejenis kawat. Kawat yang panjang adalah
anoda, sedangkan kawat yang pendek adalah katoda. Coba perhatikan bagian dalam LED,
akan terlihat berbeda antara kiri dan kanannya. Yang ukurannya lebih besar adalah katoda,
atau yang mempunyai panjang sisi atas yang lebih besar adalah katoda.
Anoda adalah elektroda, bisa berupa logam maupun penghantar listrik lainnya pada sel
elektrokimia yang terpolarisasi jika arus mengalir ke dalamnya. Arus listrik mengalir
berlawanan dengan arah pergerakan elektron. Katoda merupakan kebalikan dari anoda.
Katoda adalah elektroda dalam sel elektrokimia yang terpolarisasi jika arus listrik mengalir
keluar darinya.
2. Jenis-jenis LED
a. Dioda Emiter Cahaya
Sebuah dioda emisi cahaya dapat mengubah arus listrik langsung menjadi cahaya.
Dengan mengubah-ubah jenis dan jumlah bahan yang digunakan untuk bidang temu PN.
LED dapat dibentuk agar dapat memancarkan cahaya dengan panjang gelombang yang
berbeda-beda. Warna yang biasa dijumpai adalah merah, hijau dan kuning.
b. LED Warna Tunggal
LED warna tunggal adalah komponen yang paling banyak dijumpai. Sebuah LED warna
tunggal mempunyai bidang temu PN pada satu keping silicon. Sebuah lensa menutupi
bidang temu PN tersebut untuk memfokuskan cahaya yang dipancarkan.
c. LED Tiga Warna Tiga Kaki
Satu kaki merupakan anoda bersama dari kedua LED. Satu kaki dihubungkan ke katoda
LED merah dan kaki lainnya dihubungkan ke katoda LED hijau. Apabila anoda
bersamanya dihubungkan ke ground, maka tegangan pada kaki merah atau hijau akan
membuat LED menyala. Apabila tegangan diberikan pada kedua katoda dalam waktu
yang bersamaan, maka kedua LED akan menyala bersama-sama. Pencampuran warna
merah dan hijau akan menghasilkan warna kuning.
d. LED Tiga Warna Dua Kaki
Di sini, dua bidang temu PN dihubungkan dalam arah yang berlawanan. Warna yang akan
dipancarkan LED ditentukan oleh polaritas tegangan pada kedua LED. Suatu sinyal yang
dapat mengubah polaritas akan menyebabkan kedua LED menyala dan menghasilkan
warna kuning.
Kelemahan:
1. Suhu lingkungan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan gangguan elektrik pada LED.
2. Harga LED per lumen lebih tinggi dibandingkan lampu lain.
3. Intensitas cahaya (Lumen) yang dihasilkannya tergolong kecil.
(a) (b)
Contoh:
Misal kita mempunyai sebuah LED warna merah (memiliki jatuh tegangan 1,8 Volt) yang
akan dinyalakan menggunakan sumber tegangan (misalnya accu) 12Volt maka kita harus
mencari nilai resistor yang akan dihubungkan secara seri dengan LED. Sebelumnya kita
mengetahui bahwa arus maksimal yang diperbolehkan adalah 20mA. Jadi dari masalah diatas
dapat diketahui, tegangan yang digunakan = 12V, tegangan jatuh = 1,8V, dan Arus listrik =
20mA/0,02Ampere, maka R=(12 v-1,8 v)/0,02 A= 510 Ω
Berikut ini diperlihatkan bentuk LED jenis bola dan jenis tabung seperti gambar di
bawah.
Lampu LED lebih mahal dibandingkan lampu tabung lainnya, namun umur lampu yang
panjang sampai sepuluh kali umur lampu lain. Di samping itu, konsumsi energi hanya
sepuluh % dibandingkan dengan lampu pijar. Daya dan lumen lampu Master LED tube GA
dapat dilihat pada tabel di bawah:
D. Tugas
1. Jelaskan kenapa lampu pijar disebut lampu boros energi?
2. Jelaskan pengaruh tegangan terhadap umur lampu pijar?
3. Warna cahaya lampu tabung ditentukan oleh…..?
4. Jelaskan mengapa lampu tabung (TL) disebut lampu hemat energi?
5. Jelaskan apa itu depresiasi lumen lampu?
6. Jelaskan perbedaan ballast electromagnetik dan ballast electronic?
7. Jelaskan efek stroboskop pada lampu tabung, dan langkah-langkah mengurangi efek
stroboskop?
8. Lampu markuri tekanan tinggi digunakan untuk penerangan….?
9. Kenapa lampu markuri cahaya campuran lebih boros dari lampu merkuri tekanan
tinggi?
10. Jelaskan kegunaan lampu metal halide?
11. Jelaskan kegunaan lampu sodium tekanan tinggi?
12. Jelaskan kenapa lampu sodium tekanan rendah termasuk lampu terhemat dalam
pemakaian energi listrik?
13. Jelaskan kelebihan dan kekurangan lampu sodium?
14. Jelaskan apa itu lampu LED?
15. Jelaskan kelebihan dan kelemahan lampu LED sebagai penerangan?
16. Lampu LED banyak dipakai untuk penerangan….?